TA : Rancang Bangun Aplikasi Prototype Perhitungan Analisa Kelayakan Investasi Pada Bisnis Waralaba (Studi Kasus Royal Crepes Cab Surabaya).

(1)

(STUDI KASUS ROYAL CREPES CAB SURABAYA)

Nama : Rachmat Ade Susilo NIM : 07.41010.0145 Program : S1 (Strata Satu) Jurusan : Sistem Informasi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA


(2)

vi

Saat ini bisnis waralaba di indonesia semakin banyak dan berkembang, terutama bisnis waralaba kuliner yang saat ini semakin diminati. Namun tidak sedikit usaha waralaba yang mengalami kegagalan. Faktor yang mempengaruhi kegagalan dalam waralaba yaitu tidak semua orang memahami tentang cara menghitung dan menganalisis kelayakan investasi sebelum membuka usaha dikarenakan setiap orang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda dan tidak semua orang dapat menganalisis kelayakan investasi.

Dengan memanfaatkan teknologi informasi, maka dibuat sebuah sistem informasi aplikasi prototype perhitungan analisa kelayakan investasi yang dapat membantu franchisee dalam melakukan perhitungan BEP dan ROI serta Analisa Kelayakan Investasi.

Sistem informasi tersebut diharapkan mampu menghasilkan keluaran berupa laporan harga pokok produksi untuk mengetahui harga pokok produksi yang akan dijual, laporan proyeksi laba rugi untuk menghitung laba bersih yang didapat, laporan Break Event Point untuk mengetahui berapa unit yang harus dijual agar seluruh biaya dapat tertutup, laporan Return on Investment untuk mengetahui hasil prosentase yang didapat, dan laporan analisa kelayakan investasi untuk melihat kalayakan suatu investasi pada bisnis waralaba. Penerapan pada sistem ini menyediakan informasi bagi franchisee yang akan menghitung kelayakan suatu investasi suatu usaha waralaba yang akan dijalankan.


(3)

ix

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Pembatasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan ... 5

1.5 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Pengertian Waralaba ... 8

2.2 Jenis Waralaba ... 10

2.3 Studi Kelayakan Bisnis ... 11

2.3.1 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis ... 13

2.4 Aspek Keuangan ... 16

2.5 Harga Pokok Produksi ... 17

2.6 Macam-macam biaya ... 18

2.6.1 Biaya Tenaga Kerja ... 18


(4)

x

2.8 Net Profit ... 21

2.9 Break Event Point (BEP) ... 25

2.10 Return on Investment (ROI) ... 26

2.11 Analisa Kelayakan Investasi ... 28

2.11.1 Payback Period ... 28

2.11.2 Net Present Value ... 29

2.11.3 Profitability Index ... 30

2.11.4 Internal Rate of Return ... 30

2.11.5 Average Return ... 31

2.12 Sistem Informasi ... 32

2.13 Sistem Informasi Akuntansi ... 33

2.14 Website ... 38

BAB III PERANCANGAN SISTEM ... 39

3.1 Model Pengembangan ... 39

3.2 Prosedur Pengembangan ... 42

3.2.1 Wawancara / Interview ... 43

3.2.3 Kuesioner ... 43

3.2.2 Studi literatur ... 43

3.3 Diagram Berjenjang ... 43

3.4 Desain Sistem... 44

3.4.1 Sistem Flow ... 44


(5)

xi

3.4.2 Definisi Proses pada Sistem Flow... 51

A. Proses Pemilihan Tipe Investasi ... 51

B. Proses Maintenance Biaya ... 51

C. Proses Perhitungan Harga Pokok Produksi ... 52

D. Proses Perhitungan Net Profit ... 54

E. Proses Perhitungan BEP ... 60

F. Proses Perhitungan ROI ... 62

G. Proses Payback Period ... 64

H. Proses Avarage Return ... 67

I. Proses Perhitungan Net Present Value ... 68

J. Proses Perhitungan IRR ... 71

K. Proses Perhitungan Profitability Index ... 72

3.4.3 DFD (Data Flow Diagram) ... 73

A. Context Diagram Perhitungan Analisa Kelayakan Investasi.. 73

B. DFD Level 0 Perhitungan Analisa Kelayakan Investasi ... 74

C. DFD Level 1 Perhitungan Analisa Kelayakan Investasi ... 77

3.4.4 ERD (Entity Relational Diagram) ... 79

A. Conceptual Data Model.. ... 79

B. Physical Data Model ... 80

3.4.5 Struktur Database ... 81

3.4.6 Desain Input Output ... 88


(6)

xii

4.1 Kebutuhan Sistem ... 106

4.1.1 Kebutuhan Perangkat Keras ... 106

4.1.2 Kebutuhan Perangkat Lunak ... 106

4.2 Implementasi ... 107

4.2.1 Form Login ... 107

4.2.2 Form Pengelolaan Data ... 108

4.2.3 Form Menu Transaksi... 120

4.2.4 Form Menu Analisa Kelayakan Investasi ... 129

4.2.5 Laporan ... 138

4.3 Evaluasi ... 143

BAB V PENUTUP ... 147

5.1 Kesimpulan ... 147

5.2 Saran ... 147

DAFTAR PUSTAKA ... 148


(7)

xiii

Tabel 2.1 Proyeksi Arus kas... 21

Tabel 2.2 Proyeksi laba rugi ... 24

Tabel 3.1 Harga bahan baku... 53

Tabel 3.2 Tabel perhitungan hpp stand mall ... 53

Tabel 3.3 Tabel HPP paket becak dan gerobak dorong ... 54

Tabel 3.4 Tabel biaya operasional paket display ... 55

Tabel 3.5 Tabel perkiraan biaya operasional becak ... 56

Tabel 3.6 Tabel perkiraan biaya operasional gerobak ... 56

Tabel 3.7 Tabel penjualan paket becak dan gerobak ... 57

Tabel 3.8 Tabel HPP penjualan paket becak dan gerobak ... 57

Tabel 3.9 Tabel Net profit paket becak dan paket gerobak ... 58

Tabel 3.10 Tabel penjualan perhari paket display ... 58

Tabel 3.11 Tabel HPP paket display satu bulan ... 59

Tabel 3.12 Tabel arus kas awal bulan ... 66

Tabel 3.13 Tabel PVAKB dengan suku bunga pertama ... 69

Tabel 3.14 Tabel PVAKB dengan suku bunga kedua ... 69

Tabel 3.15 Tabel Bahan Baku ... 81

Tabel 3.16 Tabel Tenaga Kerja ... 81

Tabel 3.17 Tabel Biaya Overhead ... 82

Tabel 3.18 Tabel Biaya Operasional ... 82

Tabel 3.19 Tabel Master Investasi ... 83


(8)

xiv

Tabel 3.23 Tabel Net Profit ... 84

Tabel 3.24 Tabel transaksi BEP ... 85

Tabel 3.25 Tabel transaksi ROI ... 85

Tabel 3.26 Tabel transaksi Arus kas ... 86

Tabel 3.27 Tabel Payback Period ... 86

Tabel 3.28 Tabel Avarage Return ... 86

Tabel 3.29 Tabel NPV ... 87

Tabel 3.30 Tabel Profitability Index ... 87

Tabel 3.31 Tabel IRR ... 88

Tabel 4.1 Test Case Login ... 108

Tabel 4.2 Test Case Pilih Investasi ... 110

Tabel 4.3 Test Case Input Biaya Tenaga Kerja ... 112

Tabel 4.4 Test Case biaya overhead ... 115

Tabel 4.5 Test Case Input Biaya Operasional ... 116

Tabel 4.6 Test Case Input Produk ... 119

Tabel 4.7 Test Case perhitungan HPP ... 121

Tabel 4.8 Test Case input penjualan ... 123

Tabel 4.9 Test Case perhitungan Net profit ... 125

Tabel 4.10 Test Case perhitungan BEP ... 126

Tabel 4.11 Test Case perhitungan ROI ... 128

Tabel 4.12 Test Case perhitungan payback period ... 130


(9)

xv

Tabel 4.16 Test Case perhitungan Profitability Index ... 137

Tabel 4.17 Pengujian Website ... 142

Tabel 4.18 Penguji analisa kelayakan investasi ... 145

Tabel 4.19 nilai analisa kelayakan investasi ... 147

Tabel 4.20 Pengambilan keputuasan ... 148


(10)

xvi

Gambar 2.1 Rumus perhitungan Harga Pokok Produksi ... 18

Gambar 3.1 Diagram Blok ... 41

Gambar 3.2 Diagram Berjenjang ... 44

Gambar 3.3 Sistem Flow Perhitungan HPP ... 46

Gambar 3.4 Sistem Flow Perhitungan Net Profit, BEP, ROI ... 48

Gambar 3.5 Sistem Flow perhitungan kelayakan investasi ... 50

Gambar 3.6 Context Diagram perhitungan kelayakan investasi. ... 73

Gambar 3.7 DFD Level 0 perhitungan kelayakan investasi ... 76

Gambar 3.8 DFD Level 1 perhitungan kelayakan investasi ... 78

Gambar 3.9 CDM perhitungan kelayakan investasi ... 79

Gambar 3.10 PDM perhitungan kelayakan investasi ... 80

Gambar 3.11 Form Form Login ... 88

Gambar 3.12 Form Input investasi ... 89

Gambar 3.13 Form pilih investasi ... 89

Gambar 3.14 Form Input produk ... 90

Gambar 3.15 Form Input Bahan Baku ... 91

Gambar 3.16 Form Input Biaya Tenaga Kerja ... 91

Gambar 3.17 Form Input Biaya Overhead ... 92

Gambar 3.18 Form Input Biaya Overhead ... 93

Gambar 3.19 Form perhitungan HPP ... 93

Gambar 3.20 Form Input penjualan ... 94


(11)

xvii

Gambar 3.24 Form perhitungan Payback period ... 98

Gambar 3.25 Form perhitungan Arus kas ... 99

Gambar 3.26 Form perhitungan Avarage Return ... 100

Gambar 3.27 Form perhitungan Net Present Value ... 101

Gambar 3.28 Form perhitungan Profitability Index ... 102

Gambar 3.29 Form perhitungan IRR ... 103

Gambar 3.30 Tahap pembuatan website ... 105

Gambar 4.1 Tampilan Form Login ... 107

Gambar 4.2 Tampilan Form Login gagal ... 108

Gambar 4.3 Tampilan Form Utama ... 109

Gambar 4.4 Tampilan Form Pilih Investasi ... 110

Gambar 4.5 Tampilan Form Lihat Investasi ... 110

Gambar 4.6 Tampilan Form Biaya Bahan Baku ... 111

Gambar 4.7 Tampilan Form Biaya Tenaga Kerja ... 112

Gambar 4.8 Tampilan pesan gagal input... 113

Gambar 4.9 Tampilan Form tambah biaya tenaga kerja ... 113

Gambar 4.10 Tampilan hapus data... 114

Gambar 4.11 Tampilan Form Biaya Overhead ... 114

Gambar 4.12 Tampilan Form Biaya Overhead ... 115

Gambar 4.13 Tampilan Data berhasil disimpan ... 115

Gambar 4.14 Tampilan Form Biaya Operasional ... 116


(12)

xviii

Gambar 4.18 Tampilan Form Input Produk ... 119

Gambar 4.19 Tampilan Form tambah produk ... 120

Gambar 4.20 Tampilan pesan gagal input ... 120

Gambar 4.21 Tampilan Form perhitungan harga pokok produksi ... 121

Gambar 4.22 Tampilan data berhasil disimpan ... 122

Gambar 4.23 Tampilan pesan gagal input ... 122

Gambar 4.24 Tampilan Form input penjualan ... 123

Gambar 4.25 Tampilan data berhasil disimpan ... 122

Gambar 4.26 Tampilan pesan gagal input ... 124

Gambar 4.27 Tampilan data berhasil disimpan ... 124

Gambar 4.28 Tampilan data berhasil disimpan ... 125

Gambar 4.29 Tampilan Form perhitungan BEP ... 126

Gambar 4.30 Tampilan data berhasil disimpan ... 127

Gambar 4.31 Tampilan inputan kosong ... 127

Gambar 4.32 Tampilan Form perhitungan ROI ... 128

Gambar 4.33 Tampilan data berhasil disimpan ... 129

Gambar 4.34 Tampilan inputan kosong ... 129

Gambar 4.35 Tampilan Form perhitungan payback periode ... 130

Gambar 4.36 Tampilan perhitungan arus kas ... 131

Gambar 4.37 Tampilan data berhasil disimpan ... 131

Gambar 4.38 Tampilan Form perhitungan Avarage Return ... 132


(13)

xix

Gambar 4.42 Tampilan harus diisi angka ... 135

Gambar 4.43 Tampilan Form perhitungan Internal Rate of Return ... 136

Gambar 4.44 Tampilan data berhasil disimpan ... 135

Gambar 4.45 Tampilan Form perhitungan Profitability Index ... 137

Gambar 4.46 Tampilan data berhasil disimpan ... 138

Gambar 4.47 Tampilan Laporan HPP ... 139

Gambar 4.48 Tampilan Laporan Net profit / laba bersih ... 139

Gambar 4.49 Tampilan Laporan BEP ... 140

Gambar 4.50 Tampilan Laporan ROI ... 140

Gambar 4.51 Tampilan laporan analisa kelayakan investasi ... 141


(14)

xx

Lampiran 1. Wawancara dengan pegawai Royal Crepes cabang Surabaya... 157

Lampiran 2. Daftar Paket investasi pada Waralaba Royal Crepes... 158

Lampiran 3. Daftar peralatan yang diperoleh pada Waralaba Royal Crepes ... 159

Lampiran 4.Daftar Bahan Baku dan Material pada Waralaba Royal Crepes ... 160

Lampiran 5. Perhitungan Bisnis pada Waralaba Royal Crepes ... 161

Lampiran 6. Kuesioner Aplikasi Prototype pada bisnis Waralaba ... 162

Lampiran 7. Kuesioner keaktifan franchisee pada bisnis Royal Crepes ... 163

Lampiran 8. Potongan Kode Program Web Application ... 164

Lampiran 9. Perhitungan Net Profit serta analisa kelayakan investasi pada beberapa kondisi ... 166


(15)

1 1.1Latar Belakang

Saat ini bisnis waralaba di indonesia semakin banyak dan berkembang, terutama bisnis waralaba kuliner yang saat ini semakin diminati. Berkembangnya usaha waralaba di Indonesia dikarenakan banyaknya calon pengusaha yang ingin membuat usaha sendiri. Pengusaha-pengusaha saat ini semakin banyak yang ingin membuka bisnis waralaba sendiri untuk memunculkan kreasinya dan tentunya juga menginginkan keuntungan. Waralaba merupakan salah satu bisnis yang cukup menguntungkan, baik waralaba skala kecil, waralaba skala menengah ataupun waralaba skala besar. Bisnis waralaba juga merupakan salah satu bisnis yang mempunyai kontribusi cukup besar dalam perkembangan perekonomian negara. Saat ini pertumbuhan usaha waralaba (franchise) di Indonesia diperkirakan semakin pesat di masa mendatang dan sanggup mencapai 10 % - 15% per tahun. Hingga saat ini terdapat setidaknya 1.000 lebih waralaba di Indonesia, dengan 40.000 Outlet dan mampu memperkerjakan sekitar 700.000 hingga 1.000.000 orang. Jenis usaha waralaba yang paling diminati adalah makanan dan minuman yang mengambil porsi 50% dari total franchise. (Karamoy, 2009)

Menurut survey di atas banyak berbagai kalangan tergiur berbisnis waralaba karena keuntungan yang akan diperoleh. Terutama kalangan muda yang pada saat ini banyak yang tertarik untuk mencoba menjadi seorang pengusaha. Selain menciptakan waralaba sendiri bagi calon pengusaha yang kreatif, tidak sedikit para calon


(16)

pengusaha yang mencoba membeli waralaba skala kecil yaitu berupa unit waralaba untuk dikelola, kelebihannya selain praktis juga telah memiliki brand, tentunya dengan harapan besar usaha waralaba yang dikelola mendapat keuntungan, tidak sampai rugi atau modal tidak sampai hilang/tidak kembali (walaupun hal tersebut merupakan resiko dalam bisnis usaha).

Namun kenyataan yang terjadi adalah tidak sedikit pemilik usaha atau

owner unit waralaba yang mengalami kerugian bahkan kebangkrutan (gulung tikar).

Banyak faktor yang yang mempengaruhi hal tersebut, baik faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal meliputi keadaan, peristiwa atau hal-hal yang tidak diduga seperti cuaca yang tidak menentu, penempatan lokasi usaha, dan pangsa pasar di wilayah tertentu. Sedangkan faktor Internal ditentukan oleh manajemen SDM, aspek pemasaran dan manajemen keuangan. Apabila faktor–faktor diatas sudah dapat dianalisis sejak awal dan dapat diperhatikan maka bisnis waralaba ini akan berjalan dengan lancar dan akan memenuhi target.

Faktor internal yang mempengaruhi kegagalan yaitu faktor manajemen keuangan yang pada awalnya (sebelum memulai usaha) tidak diperkirakan atau diestimasikan serta dianalisis dengan cermat dan tepat sehingga tujuan/target tidak dapat tercapai, baik keuntungan maupun pengembalian modal. Kegagalan juga dapat terjadi disebabkan oleh franchisor yang terburu-buru dalam memutuskan gerainya yang akan di waralabakan tanpa mengetahui apakah sistem yang digunakan sudah layak untuk diwaralabakan (Karamoy, 2009).

Para franchisee selalu tergantung pada franchisor yang memberikan estimasi keuntungan terlalu tinggi dan pengembalian modal yang terhitung cepat, tanpa


(17)

menghitung atau menganalisis sendiri kelayakan investasi waralaba yang akan dijalankan.

Kegagalan tersebut dapat diukur atau dianalisis dengan perhitungan Break

Event Point (BEP) yang merupakan titik impas, dimana suatu perusahaan tidak

mendapat laba dan tidak pula menderita kerugian dalam aktifitas operasionalnya (Mulyadi, 1997), Perhitungan Analisa Kelayakan Investasi (Payback Period, Net

Present Value, Avarage Rate of Return, Internal Rate of Return, Profitability Index)

dan perhitungan Return On Investment (ROI) yang merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan (Rahayu, 1999).

Tentunya tidak semua orang memahami tentang cara menganalisis kelayakan investasi sebelum membuka usaha, tidak semua orang dapat menganalisis kelayakan investasi secara manual, dikarenakan setiap orang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda dan tidak semua orang memiliki ilmu keuangan secara kompleks.

Oleh karena itu dibutuhkan aplikasi yang dapat melakukan perhitungan Break

Event Point dan Return on Investment serta Analisa Kelayakan Investasi sehingga

dapat membantu para pengusaha yang ingin berbisnis waralaba, untuk menganalisis kelayakan investasi dengan praktis dan mudah. Aplikasi yang dibutuhkan berupa aplikasi berbasis web yang dapat diakses dimanapun dan kapanpun sehingga pengusaha/owner tidak kesulitan untuk mengakses aplikasi tersebut.

Jenis waralaba yang akan diteliti adalah waralaba kuliner yang merupakan bisnis waralaba yang saat ini banyak diminati. Salah satunya adalah waralaba Royal Crepes yang berada di wilayah Surabaya timur. Royal Crepes adalah waralaba


(18)

makanan yang berpusat di bandung yang bergerak dibidang makanan, didirikan oleh Ferry Kurniawan dan Marcella Cindy Halim pada bulan Desember 2005. Awalnya hanya membuka outlet di satu sekolah swasta yang kemudian berkembang di karenakan peluang yang cukup menjanjikan dalam kurun waktu tiga bulan pemilik Royal Crepes dapat membuka dua outlet bersamaan di Carrefour Molis dan Cafe

about Strawberry Bandung. Sehingga pada februari 2007 Ferry dan Marcella

membuka cabang/agen di beberapa kota dengan sistem franchise, hingga saat ini Royal Crepes memiliki 150 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan aplikasi berbasis web untuk mempermudah pemilik usaha atau calon pengusaha dalam menentukan perkiraan BEP (Break Event

Point), ROI (Return on Investment) dan Analisis Kelayakan Investasi yang nantinya

bermanfaat bagi pemilik usaha.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana merancang sistem informasi yang dapat menentukan BEP (Break

Event Point), dan ROI (Return on Investment).


(19)

1.3Pembatasan Masalah

Permasalahan dalam Tugas Akhir ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut: 1. Data yang digunakan adalah data yang ada pada waralaba Royal Crepes cabang

Surabaya.

2. Sistem informasi perhitungan Analisa Kelayakan Investasi ini digunakan untuk waralaba Royal crepes.

3. Tidak melakukan perhitungan akuntansi secara kompleks.

4. Arus kas yang digunakan untuk perhitungan adalah arus kas tetap.

5. Pada Aplikasi ini tidak membahas tentang masalah perhitungan harga pokok bahan baku.

1.4Tujuan

Dari permasalahan di atas, maka tujuan yang diharapkan dapat tercapai yaitu:

1. Menghasilkan Sistem Informasi yang dapat menghitung dan menenetukan BEP (Break Event Point), dan ROI (Return on Investment).

2. Menganalisa suatu kelayakan investasi pada bisnis waralaba Royal Crepes berbasis web.

1.5Sistematika Penulisan

Laporan Tugas Akhir ini terbagi menjadi lima bab, dimana masing-masing bab terdiri dari sub bab yang menjelaskan isi dari bab tersebut. Adapun sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :


(20)

BAB I. PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah yang melatarbelakangi dibangunya sistem, antara lain: latar belakang dari sistem yang dibuat, perumusan masalah, batasan masalah yang menjelaskan batasan dari sistem yang dibuat serta tujuan sistem.

BAB II. LANDASAN TEORI

Pada bab ini berisi teori penunjang yang diharapkan dapat menjelaskan secara singkat mengenai landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi. Pada bab ini meliputi pengertian Sistem Informasi, sistem informasi akuntansi, studi kelayakan bisnis, pengertian harga pokok produksi, pengertian laba/rugi, Pengertian Arus kas, Pengertian BEP, Pengertian ROI, dan Analisa Kelayakan Investasi.

BAB III. PERANCANGAN SISTEM

Bab III ini berisi tentang desain sistem yang dibuat dengan tools desain. Desain sistem tersebut antara lain system flow, diagram aliran data, diagram relasi entitas dan desain input ouput.

BAB IV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Pada bab IV ini berisi tentang implementasi dan evaluasi sistem yang disajikan dengan hasil running dari program atau aplikasi serta meng evaluasi hasil program yang telah dibuat sehingga tidak terjadi error atau bug.


(21)

BAB V. PENUTUP

Pada bab V ini berisi kesimpulan dan saran yang sekiranya dapat membantu bagi pembaca guna penyempurnaan sistem informasi ini dimasa datang.


(22)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Waralaba

Waralaba atau franchising dari bahasa Perancis untuk kejujuran atau kebebasan adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan. Sedangkan menurut versi pemerintah Indonesia, yang dimaksud dengan waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan atau penjualan barang dan jasa. (Sumarsono, 2009)

Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia, yang dimaksud dengan waralaba adalah suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merk, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.

Waralaba sebagaimana diatur dalam Pasal satu ayat satu Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 yaitu waralaba merupakan hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti


(23)

berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.

Dari definisi waralaba tersebut unsur-unsur yang tercakup adalah : a. Terdapat hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha; b. Terdapat sistem bisnis dengan ciri khas dalam rangka memasarkan barang

dan/atau jasa dan sistem tesebut telah terbukti berhasil; dan

c. Sistem bisnis tersebut dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain (penerima waralaba) berdasarkan perjanjian.

Perlu digaris bawahi bahwa dalam definisi tersebut mengenai “badan usaha” tidak disyaratkan harus berbentuk badan hukum, apalagi badan hukum Indonesia.

Selanjutnya Pasal tiga Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba menentukan bahwa waralaba harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Memiliki ciri khas usaha;

b. Terbukti sudah memberikan keuntungan;

c. Memiliki standar atas pelayanan barang dan/atau jasa yang ditawarkan yang dibuat secara tertulis;

d. Mudah diajarkan dan diaplikasikan;

e. Terdapat dukungan yang berkesinambungan;

Selain pengertian waralaba, perlu dijelaskan pula apa yang dimaksud dengan

Franchisor dan Franchisee. (Sumarsono, 2009)

1. Franchisor atau pemberi waralaba, adalah badan usaha atau perorangan yang


(24)

hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau cirri khas usaha yang dimilikinya.

2. Franchisee atau penerima waralaba, adalah badan usaha atau perorangan yang

diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau cirri khas yang dimiliki pemberi waralaba.

Penerima waralaba (franchisee) dalam menjalankan usahanya memakai sistem usaha yang diberikan oleh pemberi waralaba (franchisor) berdasarkan suatu perjanjian. Perjanjian antara pemberi waralaba dan penerima waralaba berisi hak dan kewajiban masing-masing pihak sesuai dengan kesepakatan yang mereka buat. Asas kebebasan berkontrak merupakan salah satu dasar yang harus dipatuhi oleh masing-masing pihak.

2.2 Jenis Waralaba

Dua jenis waralaba yang biasa dijalankan oleh pebisnis tanah air. Waralaba format bisnis, franchisor memberikan hak (lisensi) kepada franchisee untuk menjual produk atau jasa menggunakan merek, identitas dari sistem yang dimiliki franchisor. Jenis yang terbanyak digunakan oleh pebisnis di indonesia ini menawarkan sistem yang komplit dan komprehenship tentang tata cara menjalankan bisnis. Termasuk di dalamnya pelatihan dan konsultasi usaha dalam hal; pemasaran, penjualan, pengelolaan stok, akuntansi, personalia, pemeliharaan, pengembangan bisnis.

Berbeda dengan waralaba format bisnis, waralaba jenis kedua yaitu waralaba produk dan merek dagang, merupakan pemberian hak izin dan pengelolaan dari


(25)

dagang dalam bentuk agen, distributor atau lisensi penjualan. Pada jenis ini

franchisor membantu franchisee memilih lokasi dan menyediakan jasa orang untuk

pengambilan keputusan.

2.3 Studi Kelayakan Bisnis

Pengertian studi kelayakan proyek atau bisnis adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek manajemen dan keuangannya, dimana itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau ditunda dan bahkan tidak dijalankan.

Kondisi lingkungan yang sangat dinamis dan intensitas persaingan yang semakin ketat membuat seorang pengusaha tidak cukup hanya mengandalkan pengalaman dan intuisi saja dalam memulai usahanya. Seorang pengusaha dituntut untuk melakukan studi kelayakan terhadap ide bisnis yang akan dijalankan agar tidak terjadi ketelanjuran investasi di kemudian hari. Selain itu, sebelum sebuah ide bisnis dijalankan, beberapa pihak selain pelaku bisnis juga membutuhkan studi kelayakan dengan berbagai kepentingannya (Suliyanto, 2010).

Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak. Sebuah ide bisnis dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika ide tersebut dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak dibandingkan dampak negatif yang ditimbulkan (Suliyanto, 2010).


(26)

Studi kelayakan sangat diperlukan oleh banyak kalangan, khususnya terutama bagi para investor yang selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi kredit, dan pemerintah yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan perundang-undangan, yang tentunya kepentingan semuanya itu berbeda satu sama lainnya.

Investor berkepentingan dalam rangka untuk mengetahui tingkat keuntungan dari

investasi, bank berkepentingan untuk mengetahui tingkat keamanan kredit yang diberikan dan kelancaran pengembaliannya, pemerintah lebih menitik-beratkan manfaat dari investasi tersebut secara makro baik bagi perekonomian, pemerataan kesempatan kerja, dan lain-lain.

Mengingat bahwa kondisi yang akan datang dipenuhi dengan ketidakpastian, maka diperlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu karena di dalam studi kelayakan terdapat berbagai aspek yang harus dikaji dan diteliti kelayakannya sehingga hasil daripada studi tersebut digunakan untuk memutuskan apakah sebaiknya proyek atau bisnis layak dikerjakan atau ditunda atau bahkan dibatalkan. Hal tersebut diatas adalah menunjukan bahwa dalam studi kelayakan akan melibatkan banyak tim dari berbagai ahli yang sesuai dengan bidang atau aspek masing-masing seperti ekonom, hukum, psikolog, akuntan, perekayasa teknologi dan lain sebagainya. Sedangkan studi kelayakan biasanya digolongkan menjadi dua bagian yang berdasarkan pada orientasi yang diharapkan oleh suatu perusahaan yaitu berdasarkan orientasi laba, yang dimaksud adalah studi yang menitik-beratkan pada keuntungan yang secara ekonomis, dan orientasi tidak pada laba (sosial), yang dimaksud adalah studi yang menitik-beratkan suatu proyek tersebut bisa dijalankan dan dilaksanakan tanpa memikirkan nilai atau keuntungan ekonomis.


(27)

Menurut Herry Erlangga, Studi kelayakan usaha adalah suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu usaha dilakukan dengan menguntungkan secara terus menerus.

Ada dua studi yang dapat digunakan, yaitu : 1. Studi Kelayakan Usaha (Feasibility Study of Business)

2. Analisis SWOT: Strenght (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity (Peluang), Threat (Ancaman).

Hasil studi kelayakan bisnis pada prinsipnya digunakan untuk antara lain :: 1. Merintis usaha baru;

2. Mengembangkan usaha yang sudah ada

3. Memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling menguntungkan. Adapun pihak yang memerlukan studi kelayakan bisnis diantaranya:

1. Pihak wirausaha (pemilik perusahaan ) 2. Pihak investor dan penyandang dana;

3. Pihak masyarakat dan pemerintah.

2.3.1 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis

Untuk memperoleh kesimpulan yang kuat tentang dijalankan atau tidaknya sebuah ide bisnis, studi kelayakan bisnis yang mendalam perlu dilakukan pada beberapa aspek kelayakan bisnis, yaitu:

1. Aspek hukum

Aspek hukum menganalisis kemampuan pelaku bisnis dalam memenuhi ketentuan hukum dan perizinan yang diperlukan untuk menjalankan bisnis di wilayah


(28)

tertentu (Suliyanto, 2010). Aspek hukum berkaitan dengan keberadaan secara legal dimana proyek akan dibangun yang meliputi ketentuan hukum yang berlaku.

2. Aspek sosial ekonomi dan budaya

Berkaitan dengan dampak yang diberikan kepada masyarakat karena adanya suatu proyek tersebut :

a. Dari sisi budaya

Mengkaji tentang dampak keberadaan peroyek terhadap kehidupan masyarakat setempat, kebiasaan adat setempat.

b. Dari sudut ekonomi

Apakah proyek dapat mengubah atau justru mengurangi income per capita panduduk setempat. Seperti seberapa besar tingkat pendapatan per kapita penduduk, pendapatan nasional atau upah rata-rata tenaga kerja setempat atau UMR, dll.

c. dari segi sosial

Apakah dengan keberadaan proyek wilayah menjadi semakin ramai, lalulintas semakin lancar, adanya jalur komunikasi, penerangan listrik dan lainnya, pendidikan masyarakat setempat. Untuk mendapatkan itu semua dengan cara wawancara, kuesioner, dokumen, dll. Untuk melihat apakah suatu proyek layak atau tidak dilakukan dengan membandingkan keinginan investor atau pihak yang terkait dengan sumber data yang terkumpul.


(29)

3. Aspek pasar dan pemasaran

Aspek pasar menganalisis potensi pasar, intensitas persaingan, market share yang dapat dicapai, serta menganalisis strategi pemasaran yang dapat digunakan untuk mencapai market share yang diharapkan (Suliyanto, 2010).

Aspek pasar dan pemasaran berkaitan dengan adanya peluang pasar untuk suatu produk yang akan di tawarkan oleh suatu proyek tersebut :

a. Potensi pasar

b. Jumlah konsumen potensial, konsumen yang mempunyai keinginan atau hasrat untuk membeli.

c. Tentang perkembangan/pertumbuhan penduduk.

d. Daya beli, kemampuan konsumen dalam rangka membeli barang mencakup tentang perilaku, kebiasaan, preferensi konsumen, kecenderungan permintaan masa lalu, dll.

e. Pemasaran, menyangkut tentang starategi yang digunakan untuk meraih sebagian pasar potensial atau pelung pasar atau seberapa besar pengaruh strategi tersebut dalam meraih besarnya market share.

4. Aspek teknis dan teknologi

Berkaitan dengan pemilihan lokasi peroyek, jenis mesin, atau peralatan lainnya yang sesuai dengan kapasitas produksi, lay out, dan pemilihan teknologi yang sesuai. Aspek teknis menganalisis kesiapan teknis dan ketersediaan teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis.


(30)

5. Aspek manajemen dan Sumber daya manusia

Berkaitan dengan manajemen pembangunan proyek dan operasionalnya. Menurut Suliyanto, Aspek manajemen dan sumber daya manusia menganalisis tahap-tahap pelaksanaan bisnis dan kesiapan tenaga kerja, baik tenaga kerja kasar maupun tenaga kerja terampil yang diperlukan untuk menjalankan bisnis.

6. Aspek keuangan

Berkaitan dengan sumber dana yang akan diperoleh dan proyeksi pengembaliannya dengan tingkat biaya modal dan sumber dana yang bersangkutan. Aspek keuangan menganalisis besarnya biaya investasi dan modal kerja serta tingkat pengembalian investasi dari bisnis yang akan dijalankan.

2.4 Aspek Keuangan

Aspek keuangan pada umumnya merupakan aspek yang paling akhir disusun dalam sebuah penyusunan studi kelayakan bisnis. Hal ini karena kajian dalam aspek keuangan memerlukan informasi yang berkaitan dengan aspek-aspek sebelumnya. Bisnis yang berorentasi keuntungan maupun yang tidak berorentasi keuntungan harus tetap memperhatikan aspek keuangan sebelum menjalankan bisnis. Bisnis yang berorentasi keuntungan akan memutuskan untuk menjalankan sebuah ide bisnis jika bisnis tersebut menguntungkan secara finansial, sedangkan bisnis yang tidak berorentasi keuntungan memerlukan studi kelayakan pada aspek keuangan untuk menjawab pertanyaan apakah ide bisnis yang dijalankan dapat terus berjalan dalam upaya untuk menjalankan misi sosialnya dengan pendapatan yang diterimanya (Suliyanto, 2010).


(31)

Analisis aspek keuangan dilakukan untuk menjawab pertanyaan

“Bagaimana kesiapan permodalan yang akan digunakan untuk menjalankan bisnis dan apakah bisnis yang akan dijalankan dapat memberikan tingkat pengembalian

yang menguntungkan?” Suatu ide bisnis dikatakan layak berdasarkan aspek keuangan jika sumber dana untuk membiayai ide bisnis tersebut tersedia serta bisnis tersebut mampu memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan dengan berdasarkan asumsi-asumsi yang logis (Suliyanto, 2010).

Tujuan kajian aspek keuangan dalam studi kelayakan diantaranya adalah memproyeksikan rugi laba usaha yang akan dijalankan dan menganalisis tingkat pengembalian investasi yang ditanamkan (Suliyanto, 2010).

2.5 Harga Pokok Produksi

Harga pokok merupakan salah satu unsur penting dalam menentukan harga jual suatu barang yang dihasilkan. Menurut Mursyidi (2010), Harga pokok adalah biaya yang telah terjadi (Expired Cost) yang belum dibebankan atau dikurangkan dari penghasilan. Penentuan Harga Pokok Produksi merupakan unsur biaya produksi terhadap suatu produk yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Dari pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa harga pokok merupakan semua biaya-biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang atau jasa yang dinyatakan dalam satuan uang.

Harga pokok produksi mencakup biaya-biaya bahan baku, biaya langsung, biaya upah langsung dan biaya produksi tidak langsung. Semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barang yang meliputi biaya bahan baku, biaya


(32)

tenaga kerja langsung dan biaya overhead akan berhubungan langsung dengan proses produksi. Tujuan perusahaan dalam menghitung atau menentukan harga pokok produksi adalah untuk mengevaluasi kembali harga jual yang telah ditentukan. Komponen sederhana yang menentukan harga pokok produksi adalah biaya produksi yang digolongkan menjadi tiga yaitu :

a. Biaya bahan baku Utama b. Biaya Tenaga Kerja Langsung c. Biaya Overhead

Rumus perhitungan harga pokok produksi seperti di bawah ini :

HPP = BBB + BTKL + BO

Gambar 2.1 Rumus Harga pokok produksi

Keterangan :

HPP : Harga Pokok Produksi BBB : Biaya Bahan Baku

BTKL : Biaya Tenaga Kerja Langsung BO : Biaya Overhead

2.6 Macam-macam biaya 2.6.1 Biaya Tenaga Kerja

Menurut Mulyadi (2009), Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah sebuah produk. Biaya tenaga kerja


(33)

adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut pada proses produksi. Cara perhitungan gaji karyawan dalam usaha waralaba Royal crepes adalah mengalikan tarif upah yang didapat dengan hasil produksi. Dengan demikian, untuk menentukan gaji seorang karyawan yang diperlukan adalah total penjualan crepes.

2.6.2 Biaya Bahan Baku

Biaya ini sering disebut dengan istilah biaya utama (prime cost). Bahan baku merupakan bahan yang membantu bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku dapat diproduksi sendiri maupun diperoleh dari pembelian. Di dalam memperoleh bahan baku pengusaha tidak hanya mengeluarkan biaya sejumlah harga beli bahan baku saja, tetapi juga mengeluarkan ongkos transportasi

Menurut prinsip akuntansi yang lazim, semua biaya yang terjadi untuk memperoleh bahan baku dan untuk menempatkan dalam keadaan siap untuk diproduksi, merupakan unsur harga pokok bahan baku yang dibeli. Harga pokok bahan baku tersebut terdiri dari harga beli ditambah dengan biaya–biaya pembelian dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku sampai dalam keadaan siap untuk diolah (Mulyadi, 2002).

Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi yang terdiri dari dua macam, yaitu bahan baku langsung (direct material) dan bahan baku tidak langsung (indirect material). Bahan baku langsung adalah bahan baku yang secara langsung berperan dalam proses produksi dan mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah produk yang dihasilkan seperti adonan yang dibuat dari tepung, mentega, telor, air,


(34)

dan selai. Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang secara tidak langsung ikut berperan dalam proses produksi atau disebut sebagai biaya overhead.

2.6.3 Biaya Overhead

Menurut Mulyadi (2009) Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produksi jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relative kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut. Misalnya dalam waralaba Royal Crepes yang termasuk bahan penolong antara lain Tas kresek, kertas, tisu dan gas .

2.7 Arus Kas

Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Pengertian setara kas sendiri adalah investasi yang sifatnya sangat Liquid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan. PSAK No.2 (2009). Arus kas terbagi menjadi tiga yaitu aktivitas operasional yang merupakan aktivitas penghasil utama pendapatan entitas , aktivitas investasi merupakan perolehan dan pelepasan asset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas, aktivitas pendanaan merupakan aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas


(35)

Tabel 2.1 Proyeksi Arus kas Proyeksi Arus Kas per Bulan Kegiatan Operasional

- Penjualan - Net Profit

- Pembelian Bahan Baku

- Biaya Upah / gaji - Biaya overhead - Biaya operasional

Rp. XXXXX Rp. XXXXX Rp.(XXXXX) Rp.(XXXXX) Rp.(XXXXX) Rp.(XXXXX) + Jumlah arus kas keg operasional Rp. XXXXX

Kegiatan Investasi - Gerobak - Tabung gas - Kompor - Peralatan

Rp.(XXXXX) Rp.(XXXXX) Rp.(XXXXX) Rp.(XXXXX) + Jumlah arus kas Kegiatan investasi Rp. (XXXXX)

Kegiatan Pendanaan - Setoran modal - Prive

Rp. XXXXX Rp.(XXXXX) + Jumlah arus kas Kegiatan Pendanaan Rp. XXXXX +

Jumlah Arus Kas bersih Rp. XXXXX

2.8 Net Profit

Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut.

Pengertian laba adalah kelebihan penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi.(Harahap, 2005). Sementara pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah selisih pengukuran pendapatan dan biaya.


(36)

Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya.

Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara. yang pertama Laba dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan). Sementara itu, laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi. Perbedaan di antara keduanya adalah dalam hal pendefinisian biaya.

Laba merupakan angka yang paling penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan kepurusan, dasar dalam peralaman laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan (Harahap, 2005).

laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut: a. laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi,

b. laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu,

c. laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan,


(37)

d. laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu, dan

e. laba didasarkan pada prinsip perbandingan (matching) antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut. (Chariri dan Ghozali, 2003)

Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan laba rugi. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja perusahaan yang penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya.


(38)

Tabel 2.2 Proyeksi laba rugi Proyeksi Laba Rugi

Penjualan (Pendapatan) Rp xxx

Harga Pokok Penjualan (HPP)

Biaya bahan baku Rp xxx

Biaya tenaga kerja Rp xxx Biaya overhead langsung Rp xxx

Jumlah HPP Rp xxx

Laba Kotor Rp xxx

Biaya Operasional

Biaya Kebersihan Rp xxx

Biaya Sewa Tempat Rp xxx

Biaya Transportasi Rp xxx

Jumlah Biaya Operasional Rp xxx

Laba Bersih Rp xxx

Laba Sebelum Pajak Rp xxx

Pajak Rp xxx

laba setelah pajak (net profit) Rp xxx (Herlianto & Pujiastuti, 2009)


(39)

2.9 Break Event Point (BEP)

BEP (Break Even Point) adalah titik waktu dimana biaya operasional bulanan sama banyak dengan pendapatan total bulan tersebut. Break Event Point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya).

Dengan diketahuinya titik impas maka perusahaan dapat menentukan luas produksi minimal agar perusahaan dapat memperoleh keuntungan. Hal ini disebabkan jika market share atau kapasitas teknis tidak mampu memenuhi titik impas maka perusahaan akan mengalami kerugian (Suliyanto, 2010).

BEP sangatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur, diantara manfaat BEP adalah

1. Alat perencanaan untuk hasilkan laba.

2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan.

Setelah kita mengetahui betapa manfaatnya BEP dalam usaha yang di rintis, kompenen yang berperan disini yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini.


(40)

Dalam menyusun perhitungan BEP, kita perlu menentukan dulu tiga elemen dari rumus BEP yaitu :

1. Fixed Cost (Biaya tetap) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyewa tempat

usaha, perabotan, komputer dll. Biaya ini adalah biaya yang tetap kita harus keluarkan walaupun kita hanya menjual satu unit, dua unit, lima unit, seratus unit atau tidak menjual sama sekali.

2. Variable cost (biaya variable) yaitu biaya yang timbul dari setiap unit penjualan

contohnya setiap satu unit terjual, kita perlu membayar komisi salesman, biaya antar, biaya kantong plastik, biaya nota penjualan.

3. Harga penjualan yaitu harga yang kita tentukan dijual kepada pembeli.

Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi Break Even

Point yaitu:

Total Fixed Cost

= BEP

Harga jual per unit - variable cost per unit

2.10 Return on Investment (ROI)

Analisis rasio keuangan merupakan bagian dari analisis keuangan yaitu analisis yang dilakukan dengan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. “analisis rasio (ratio analysis)

dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari


(41)

Salah satu rasio yang harus dianalisis adalah ROI (Return On Invesment). ROI (Return On Investment) merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam dan menghasilkan keuntungan dengan keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan suatu perusahaan karena berarti penggunaan seluruh modal yang telah diinvestasikan pada seluruh aktiva semakin efisien (Rahayu, 1999).

Rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (Net Operating Income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (Net Operating Assets).

ROI di peroleh dengan cara membandingkan laba setelah pajak (net

operating after tax) terhadap total aktiva (assets). Secara sisitematis ROI dirumuskan

sebagai berikut :

Aktiva rata-rata Jumlah Bersih Laba ROI = Laba Bersih

X 100% Jumlah Total aktiva

ROI yang semakin tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan para investor akan memperoleh keuntungan dari deviden yang diterima semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya deviden yang akan diterima oleh para pemegang saham dapat menjadi daya tarik bagi investor maupun calon investor untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan tersebut. Dengan semakin besarnya daya tarik tersebut maka semakin banyak investor yang menginginkan saham perusahaan tersebut.


(42)

Kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan sehat tidaknya suatu perusahaan daerah adalah ROI (Return on Investment). (Bisma, 1999). Petentuan tersebut didasarkan pada Keputusan menteri Keuangan Republik Indonesia No: 740lKMK.001 1989 berdasarkan kriteria tersebut, maka perusahaan daerah diklasifikasikan sebagai berikut:

- Sehat sekali bila ROI > 12% - Sehat bila ROI 8% - 12%

- Kurang sebat bila ROI 5% - 4 % - Tidak sehat bila ROI < 5%

2.11 Analisis Kelayakan Investasi

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menilai kelayakan investasi, yaitu :

- Payback Period (PP)

- Net Present Value (NPV)

- Profitability Indeks (PI)

- Internal Rate of Return (IRR)

- Avarage Return (AR)

2.11.1 Payback Period (PP)

Payback Period merupakan metode yang digunakan untuk menghitung

periode waktu kembalinya dana yang diinvestasikan pada suatu proyek atau usaha tertentu. Perhitungan Payback Period dapat mudah dilakukan, karena


(43)

membandingkan antara nilai suatu investasi dengan arus kas yang diproyeksikan diterima setiap periode, dalam hal ini umumnya setiap tahun.

Rumus yang digunakan untuk menghitung Payback Period (PP) adalah sebagai berikut (danang & henry, 2009):

Total Investasi

Payback Period =

Arus Kas per tahun 2.11.2 Net Present Value (NPV)

Metode Net Present Value merupakan metode yang dilakukan dengan cara selisih dari nilai sekarang dari aliran kas masuk bersih atau laba bersih (Proceeds) dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi (Outlays). Oleh karena itu, untuk melakukan perhitungan kelayakan investasi dengan metode NPV diperlukan data aliran kas keluar awal atau modal, aliran kas masuk bersih atau laba bersih dimasa yang akan datang dan rate of return yang diinginkan. Apabila NPV > 0 maka investasi proyek diterima.

Rumus yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut : NPV = PVAKB - PVI

Dimana :

Keterangan :

PVAKB : Present value arus kas bersih AKB : Arus Kas Bersih


(44)

: Discount Factor I : Tingkat suku bunga n : Banyak periode (Bulan)

2.11.3 Profitability Index (PI)

Metode Profitability Index (PI) merupakan metode yang menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan kas bersih (PVAKB) dimasa yang akan datang dengan nilai sekarang investasi (Outlays). Apabila PI > 1 maka investasi pada suatu proyek akan menguntungkan (danang & henry, 2009).

Rumus yang digunakan untuk menghitung Profitability Index (PI) adalah sebagai berikut :

Profitability Index = PVAKB

PVI

2.11.4 Internal Rate of Return (IRR)

Metode Internal Rate of Return (IRR) adalah besarnya tingkat pengembalian modal sendiri yang dipergunakan untuk menjalankan usaha. Jadi IRR ini untuk mengukur kemanfaatan modal sendiri untuk menghasilkan laba. Jika IRR > bunga bank, dikatakan usaha tersebut dinilai layak untuk diberi kredit bank. Namun jika IRR < bunga bank berarti usahanya tidak layak untuk diberi kredit Bank.


(45)

Cara menghitung Internal Rate of Return adalah sebagai berikut :

IRR = Laba Usaha

X 100% Investasi

Atau

i1 = Tingkat bunga pertama i2 = Tingkat bunga kedua

2.11.5 Average Return (AR)

Metode Average Return (AR) merupakan metode yang digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh dari suatu investasi. Tingkat keuntungan yang digunakan dalam metode ini adalah rata-rata penerimaan pertahun dibandingkan dengan total atau rata-rata investasi. Metode ini tidak mendasarkan pada Proceeds atau Cash Flow.

Rumus yang digunakan untuk menghitung AR adalah sebagai berikut.

Net Profit

AR = X 100% Investasi


(46)

2.12 Sistem Informasi

Sistem Informasi adalah suatu sistem dalam suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media, prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting dan menyediakan suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan yang cerdik. (Jogiyanto, 1999) Sistem Informasi adalah suatu sistem yang berisi himpunan yang terintegrasi dari komponen-komponen manual dan komponen-komponen terkomputerisasi yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan menghasilkan informasi untuk pemakai.

Dalam buku Jogiyanto (1990) Mengatakan bahwa kualitas sistem terdiri dari tiga hal yaitu :

1. Akurat

Informasi bebas dari kesalahan dan tidak menyesatkan. 2. Tepat pada waktunya

Informasi yang datang harus tepat waktu, karena informasi merupakan landasan didalam pengambilan keputusan.

3. Relevan

Informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakai.

Definisi lain dari sistem informasi adalah sekumpulan hardware, software,


(47)

data menjadi informasi yang bermanfaat guna memecahkan masalah dan pengambilan keputusan. Sistem Informasi adalah satu kesatuan data olahan yang terintegrasi dan saling melengkapi yang menghasilkan output baik dalam bentuk gambar, suara maupun tulisan. Syarat-syarat agar suatu sistem dianggap baik antara lain:

a. Ketepatan

Tepat dalam perhitungan maupun informasi. b. Kecepatan

Terutama dalam memenuhi laporan manajemen bagi manajer atau pimpinan.

2.13 Sistem Informasi Akuntansi

Sistem Informasi Akuntansi merupakan suatu kerangka pengkoordinasian sumber daya (daya, materials, equipment, supplier, personal, and founds) untuk mengkonversi input berupa data ekonomik menjadi keluaran berupa informasi keuangan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan suatu entitas dan menyediakan informasi akuntansi bagi pihak-pihak yang berkepentingan (wilkinson, 1991).

Sistem Informasi akuntansi terdiri dari unsur-unsur atau komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya dan membentuk satu-kesatuan dalam suatu struktur bangunan sistem informasi untuk mencapai sasarannya. Bangunan sistem informasi terdiri dari 6 blok yang disebut information system building block sebagai berikut :


(48)

1. Blok Masukan (Input Block)

Input merupakan data yang dimasukkan ke dalam sistem informasi. Masalah input mencakup metode-metode dan media (umumnya dokumen sumber, source

document) untuk menangkap data yang akan dimasukkan ke sistem.

2. Blok model proses (Process Block)

Blok model ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model matematik yang akan memanipulasi data. Data tersebut disimpan di bank-data dengan cara tertentu untuk menghasilkan suatu keluaran yang diinginkan.

3. Blok Keluaran (Output Block)

Hasil dari sistem informasi adalah keluaran atau output yang merupakan informasi yang berkualitas atau laporan-laporan yang berguna untuk tingkat manajemen dan semua pemakai infromasi.

4. Blok Teknologi (Technology Block)

Teknologi merupakan ”Kotak alat” (tool-box) di dalam sistem informasi.

Teknologi berguna untuk menerima inpur, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran (output) dan membantu pengendalian diri secara keseluruhan.


(49)

5. Blok Basis data (Database Block)

Kumpulan dari data yang terkait atau berhubungan secara terpadu satu sama lain, tersimpan diperangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya ini merupakan basis data. Data yang ada dalam basis data perlu disimpan untuk keperluan penyediaan informasi yang berkualitas. Organisasi basis data yang juga berguna untuk efisiensi kapasitas penyimpanannya. Basis data diakses atau dimanipulasi/diolah dengan menggunakan perangkat lunak paket yang disebut DBMS (database Management System).

6. Blok Kendali (Control Block)

Pengendalian-pengendalian perlu diterapkan di dalam sistem supaya sistem informasi dapat berjalan sesuai dengan yang seharusnya. Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti misalnya terjadi salah proses, salah formula, data input yang dimasukkan salah atau disalah gunakan, sistem yang belum teruji sudah dijalankan, sistem tidak sesuai kebutuhan, terjadinya kecurangan-kecurangan, kegagalan-kegagalan sistem itu sendiri, kesalahan-kesalahan, ketidakefisienan,

sabotase, bencana alam, kebakaran/api, air, temperatur dan sebagainya. Agar resiko

yang dapat merusak sistem dapat dicegah atau bila terlanjur terjadi dapat segera diatasi, perlu dirancang dan diterapkan beberapa pengendalian internal untuk meyakinkan bahwa segala sesuatunya sudah berjalan seperti yang seharusnya.


(50)

komponen Sistem Informasi Akuntansi terdiri dari : 1. Bussines Operations

Dalam suatu organisasi terdapat aktivitas seperti perekrutan karyawan, pembelian barang persediaan dan penerimaan kas dari pelanggan. Input Sistem Informasi Akuntansi disiapkan oleh bagian operasional dan Outputnya digunakan untuk mengatur kegiatan operasional.

2. Transaction Processing

Transaksi yang dilakukan perusahaan lazimnya ialah penjualan, produksi (bila perusahaan industri), dan pembelian. Para penyusunan (designer) Sistem Informasi harus paham apa dan bagaimana transaksi-transaksi itu diproses.

3. Management Decision Making

Pada umumnya informasi digunakan untuk bahan pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan pihak manajemen, oleh karena itu informasi menentukan proses pengambilan keputusan.

4. Reporting

Dalam menyusun laporan berdasarkan sistem informasi, penyusun sistem (System designer) harus mengetahui output apa yang dibutuhkan/diinginkan.

5. System development and Operation

Sistem Informasi harus dirancang, diimplementasikan dan dioperasikan secara efektif. Idealnya user terlibat penuh dalam implementasinya.

6. Database

Untuk memperoleh database yang baik, perlu dipahami sungguh-sungguh proses pengumpulan dan penyimpanan data, dan jenis database software.


(51)

7. Technology

Kemampuan dalam perencanaan dan pengelolaan operasi bisnis tergantung dari pengetahuan teknologi untuk melengkapi pengetahuan mengenai sistem informasi akuntansi. Pada waktu itu dukungan teknologi komputerisasi dan komunikasi sudah pada tigkat yang sedemikian rupa sehingga prosedur operasional yang lazim dikenal secara tradisional sudah berubah secara total, misalnya mengenai otorisasi, pembagian tugas, hubungan antar organisasi secara elektronis (E-Bussines), dan aspek-aspek keamanan (karena dengan menggunakan internet berarti kita makin terbuka terhadap akses publik).

8. Controls

Dalam menyusun sistem pengendalian internal harus dipertimbangkan tingkat kompleksitas Sistem Informasi serta perkembangan teknologinya.

9. Interpersonal/Communication Skill

Untuk mempresentasikan hasil kerja secara efektif, system designer harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik secara lisan maupun tulisan.

10. Accounting and Auditing Principles

Untuk menyusun dan mengoperasikan sistem informasi akuntansi, seorang akuntan harus mengetahui prosedur akuntansi dan memahami audit terhadapa sistem informasi.


(52)

2.14 Website

Website atau situs dapat diartikan sebagai kumpulan halaman yang menampilkan informasi data teks, data gambar diam atau gerak, data animasi, suara, video atau gabungan dari semuanya, baik bersifat statis maupun dinamis yang membentuk suatu rangkaian bangunan yang saling terkait dimana masing-masing dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman (hyperlink). Bersifat statis apabila isi informasi website tetap, jarang berubah, dan isi informasinya searah hanya dari pemilik website. Bersifat dinamis apabila isi informasi website selalu berubah-ubah, dan isi informasinya interaktif dua arah berasal dari pemilik serta pengguna website. Contoh website statis adalah berisi profil perusahaan, sedangkan website dinamis adalah seperti, Friendster, Facebook, Twitter, Myspace dan lain sebagainya.


(53)

39

BAB III

PERANCANGAN SISTEM

Untuk memperoleh model aplikasi yang diharapkan maka perlu dibuat suatu metode penelitian dalam membuat aplikasi penilaian kelayakan investasi bisnis ini. Metode penelitian ini berupa langkah-langkah atau tahapan yang harus dilalui untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

3.1 Model Pengembangan

Sistem yang akan digunakan nantinya dapat membantu franchisor dan

franchisee dalam menentukan laba/Net Profit, BEP (Break Event Point), ROI (Return on Investment) dan layak atau tidaknya suatu investasi yang akan ditanamkan.

Pencarian data dan pengolahan data yang akan dilakukan dengan cara merancang

database dan membuat sistem. Data-data yang dapat memberikan masukan ke dalam

sistem antara lain :

1. Biaya bahan baku, Biaya tenaga kerja, Biaya overhead langsung. 2. Penjualan, HPP dan Biaya operasional.

3. Total biaya operasional, harga jual/unit, biaya variable/unit.

4. Rata-Rata Penerimaan, Investasi,Laba Usaha, Modal sendiri, PVAKB, PVI, faktor Diskonto, total investasi, arus kas per bulan.


(54)

Data-data tersebut dapat memberikan informasi yang nantinya dapat disajikan dalam bentuk laporan. Model pengembangan yang akan digunakan berupa blok diagram, yang meliputi proses sebagai berikut :

Proses perhitungan total harga pokok produksi merupakan proses untuk menghitung total harga pokok barang yang telah diproduksi, yang didapat dari biaya bahan baku ditambah biaya tenaga kerja ditambah biaya overhead langsung dan tidak langsung sehingga dapat diketahui harga pokok dari suatu produksi.

Proses perhitungan Net Profit adalah proses yang dihitung dari total penjualan dikurangi dengan biaya tetap atau operasional dan harga pokok produksi sehingga menghasilkan Net Profit atau laba bersih. Proses perhitungan Break Event

Point adalah pencapaian titik nol, franchisee tidak mendapatkan keuntungan ataupun

kerugian. Proses perhitungan dimana biaya operasional bulanan sama banyak dengan pendapatan total bulan dengan menginputkan biaya tetap dibagi dengan harga jual perunit dikurangi biaya tetap atau biaya operasional per unit.

Proses perhitungan Analisa Kelayakan Investasi adalah proses untuk menentukan kelayakan dari suatu investasi yang akan ditanamkan sehingga mempermudah franchisee yang ingin berinvestasi dengan mengetahui perhitungan

Payback Period, Average Return, Internal Rate of Return, Net Present Value dan profitablity index. Proses perhitungan Analisis Rasio ROI (Return on Investment)

diperoleh dengan cara membandingkan laba setelah pajak (net operating after tax) terhadap total aktiva (assets) sehingga menghasilkan aktiva rata-rata jumlah bersih laba ROI.


(55)

Model pengembangan yang akan digunakan berupa diagram blok, yang menjelaskan perhitungan Harga Produksi, proses menghitung laba bersih/netprofit, perhitungan Analisa Kelayakan Investasi, proses perhitungan BEP dan Proses perhitungan analisis rasio ROI. Sehingga hasil dari proses tersebut adalah harga pokok produksi, Netprofit atau laba bersih, Laporan Analisa Kelayakan Investasi, laporan BEP (Break Event point) dan Laporan ROI (Return on Invesment).


(56)

3.2 Prosedur Pengembangan

Perancangan sistem informasi Analisa Kelayakan Investasi ini menggunakan beberapa metode yang meliputi Payback Period, Net Present Value, Average Return,

Internal Rate of Return, Profitability Index, serta BEP dan ROI. Pada sub bab ini,

prosedur yang dilakukan yaitu melakukan analisa dan merancang sistem. Menganalisa terhadap permasalahan yang terjadi, merancang sistem serta basis data yang akan digunakan. Perancangan sistem basis data dilakukan dengan menggunakan

Data Flow Diagram (DFD) yang berfungsi untuk menggambarkan aliran data yang

terjadi pada sistem dimulai dari tingkat yang terendah hingga level yang tertinggi. Dengan DFD memungkinkan pengembang sistem untuk membagi sistem menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana.

Dilanjutkan dengan membuat Entity Relational Diagram (ERD) terdiri dari

Conceptual Data Model (CDM) dan Phisical Data Mode (PDM) yang memberikan

gambaran mengenai struktur logical dari basis data melalui hubungan/relasi antar entitas yang satu dengan yang lain. Proses selanjutnya adalah membuat tabel yang berisi struktur tabel yang telah dibuat pada ERD pada database lokal MySQL. Terakhir adalah perancangan antar muka yang nantinya menjadi konsep untuk diterjemahkan kedalam aplikasi berbasis web dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP yang akan menjadi form-form yang terintegrasi pada sistem informasi ini.


(57)

3.2.1 Wawancara / Interview

Langkah ini dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai bisnis Royal Crepes cabang Surabaya, mengenai proses, jumlah owner unit maupun permasalahan yang biasa terjadi dalam bisnis waralaba Royal Crepes. Narasumber dari wawancara ini adalah Saudari Novi selaku penanggung jawab Royal Crepes cabang Surabaya.

3.2.2 Kuesioner

Langkah ini dilakukan untuk membuktikan permasalahan yang biasa terjadi dalam bisnis waralaba Royal Crepes dengan menyebar kuesioner sebanyak 20 lembar kepada franchisee secara acak, dan juga untuk membuktikan bahwa aplikasi yang telah dibuat dapat diterima, dengan menyebar kuesioner 15 lembar secara acak.

3.2.3 Studi literatur

Langkah ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih dalam mengenai Perhitungan BEP (Break Event Point), ROI (Return on

Invesment) dan Analisa Kelayakan Investasi dimana analisis ini digunakan untuk

menentukan kapan modal franchisee akan kembali.

3.3 Diagram Berjenjang

Pada gambar diagram berjenjang 3.2, terdapat proses utama yaitu sistem Aplikasi Prototype perhitungan kelayakan Investasi. Dilakukan proses breakdown selanjutnya menghasilkan tiga sub proses, antara lain maintenance, Transaksi perhitungan investasi dan Laporan.


(58)

2.2 perhitungan Laba Rugi 2.5 Perhitungan Analisa Kelayakan Investasi 0 Aplikasi Prototype Perhitungan Kelayakan Investasi 2.3 Perhitungan BEP 2.4 Perhitungan ROI 2.5.1 Perhitungan Payback Periode 2.5.2 Perhitungan Avarage return 2,5.3 Perhitungan NPV 2.5.4 Perhitungan Profitablity Index 1. Maintenance 2. Perhitungan Investasi 3. Laporan 2.1 perhitungan Harga pokok produksi 2.5.5 Perhitungan IRR 1.1 Maintenance Bahan baku 1.2 Maintenance Investasi 1.3 Maintenance Biaya 1.4 Maintenance harga 1.5 Maintenance Suku bunga 3.1 Laporan Harga pokok produksi 3.2 Laporan Net Profit

3.3 Laporan BEP 3.4 Laporan ROI 3.5 Laporan Kelayakan Investasi

Gambar 3.2 Diagram Berjenjang

3.4 Desain Sistem

Desain sistem berisi tentang analisa sistem seperti penggambaran sistem flow, diagram berjenjang, penggambaran DFD dan ERD, struktur tabel dan perancangan antar muka.

3.4.1 Sistem Flow

Sistem perhitungan Analisa Kelayakan Investasi bisnis ini dijelaskan dalam dua bagan yang pertama sistem flow perhitungan harga pokok produksi untuk bagan yang kedua sistem flow perhitungan Net Profit, perhitungan BEP serta Perhitungan


(59)

ROI. Sedangkan untuk bagan yang ketiga melakukan perhitungan Analisa Kelayakan Investasi antara lain Payback Period, Average Return, Internal Rate of Return, Net

Present Value dan Profitablity Index, yang akan menghasilkan suatu Laporan.

A. Sistem Flow perhitungan Harga Pokok Produksi

Sistem Flow perhitungan HPP melibatkan tiga entitas antara lain bagian

franchisee, server site dan franchisor. Dimulai dari bagian franchisor yang

memberikan inputan berupa jenis investasi kepada bagian Server site dan franchisee memberikan inputan berupa investasi yang akan digunakan kemudian dilakukan proses perhitungan investasi yang kemudian outputnya akan disimpan kedalam tabel investasi dan ditampilkan kepada franchisee. Kemudian untuk melakukan proses perhitungan biaya, franchisee menginputkan biaya tenaga kerja dan biaya operasional sedangkan franchisor menginputkan biaya bahan baku dan biaya overhead yang kemudian diproses perhitungan biaya yang outputnya akan disimpan pada tabel biaya tenaga kerja, biaya bahan baku, biaya overhead dan biaya operasional. Kemudian dilakukan proses perhitungan harga pokok produksi yang mendapatkan inputan dari tabel biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead yang nantinya akan di berikan pada franchisee dan disimpan pada tabel HP Produksi. Proses selanjutnya adalah proses perhitungan laba rugi yang mendapatkan inputan dari franchisee berupa penjualan dan tabel HP Produksi yang hasilnya berupa laporan laba rugi dan laporan


(60)

Franchisee Server site Franchisor Maintenance Biaya HPP Laporan HPP Finish

Sistem Flow Perhitungan Harga pokok produksi

Laporan HPP input investasi Pemilihan Tipe investasi Investasi Biaya tenaga kerja Jenis Investasi Perhitungan Harga Pokok Produksi 1 Mulai Perhitungan Net Profit Biaya bahan baku Biaya overhead Total Investasi Input penjualan Biaya Operasional 3 3 Net Profit Net Profit Input biaya Biaya tenaga kerja Biaya bahan Baku Biaya Overhead 2 2 Biaya Operasional Input biaya Input Produk Laporan Net profit


(61)

B. Sistem Flow Perhitungan BEP dan ROI

Proses perhitungan BEP diperlukan inputan dari tabel biaya operasional serta inputan dari franchisor yang berupa biaya variabel per unit dan harga jual per unit dan nantinya akan menghasilkan laporan BEP untuk diberikan ke franchisee.

Franchisee juga dapat menginputkan penjualan yang nantinya dapat menghitung

berapa penjualan yang dibutuhkan agar mencapai BEP yang maksimal.

Pada Proses perhitungan ROI proses perhitungan ini dapat membutuhkan inputan dari tabel Net Profit dan tabel investasi yang kemudian diproses dan akan menghasilkan output ROI yang akan diberikan kepada franchisee berupa laporan. ROI merupakan suatu ukuran dari perhitungan investasi dimana apabila hasil dari ROI lebih besar maka investasi tersebut dianggap layak dapat dilihat pada gambar 3.4. .


(62)

Franchisee Server site Franchisor Sistem Flow BEP dan ROI

Start

Perhitungan BEP

Harga jual/unit

Laporan BEP BEP

Perhitungan ROI

Investasi Laporan ROI

ROI

Finish Penjualan

Biaya variable / unit Biaya

Operasional

Net profit

BEP

ROI

Gambar 3.4 Sistem Flow Perhitungan Net Profit, BEP, ROI.

C. Sistem Flow Perhitungan Analisa Kelayakan Investasi

Pada sistem flow perhitungan Analisa Kelayakan Investasi ini merupakan perhitungan suatu investasi yang nantinya akan menghasilkan output berupa laporan dari beberapa perhitungan metode kelayakan investasi yang meliputi laporan Payback


(63)

Period, laporan Average Return, laporan Net Present Value, laporan Profitability Index dan laporan Internal Rate of Return pada proses perhitungan Payback Period

yang menjadi inputan untuk proses perhitungan Payback Period adalah inputan dari tabel investasi dan tabel Net Profit yang nantinya akan menghasilkan laporan

Payback Period serta disimpan pada tabel.

Kemudian untuk proses perhitungan Average Return perhitungan yang dilakukan sama dengan perhitungan Payback Period mendapat inputan dari tabel investasi dan tabel Net Profit yang nantinya akan menghasilkan menghasilkan laporan Average Return untuk franchisee serta disimpan pada tabel. Sedangkan untuk proses perhitungan NPV membutuhkan inputan suku bunga yang berasal dari entitas Bank dan inputan dari tabel Net Profit kemudian dihitung sehingga menghasilkan total Present Value Arus Kas Bersih (PVAKB). Total PVAKB akan menjadi inputan pada perhitungan Net Present Value dan inputan laporan keuangan untuk proses perhitungan Net Present Value yang menghasilkan laporan Net Present Value dan akan disimpan juga pada tabel NPV.

Proses perhitungan Profitability Index hanya membutuhkan inputan dari tabel npv dan tabel investasi yang kemudian menghasilkan output laporan

Profitability Index serta disimpan pada tabel. Untuk Proses Internal Rate of Return

membutuhkan Inputan dari tabel Net Present Value dengan memberikan suku bunga dan total npv yang diperoleh yang nantinya menghasilkan output laporan IRR serta disimpan pada tabel.


(64)

Franchisee Server site BANK Sistem Flow Analisa kelayakan Investasi

investasi Hitung payback periode Net Profit Laporan payback periode Hitung Avarage return 5 5 Laporan Avarage Return NPV Net profit Hitung NPV NPV Hitung Profitability index PI 8 8 Hitung IRR IRR 6 Laporan Analisa kelayakan investasi Suku bunga Input suku bunga Finish Start Payback periode Avarage Return Profitabity index Profitabity index


(65)

3.4.2 Definisi Proses pada sistem flow A. Proses Pemilihan Tipe Investasi

Jenis investasi merupakan pembagian tipe investasi yang ditentukan oleh

franchisor Royal Crepes, tipe investasi yang disediakan oleh franchisor ada tiga jenis

yaitu :

- Paket Gerobak dengan Harga Investasi Sebesar Rp. 6.500.000 - Paket Gerobak Becak dengan Harga Investasi sebesar Rp. 8.500.000 - Paket Display dengan harga investasi sebesar Rp. 12.500.000

Dimana franchisee memilih salah satu tipe dari investasi yang telah disediakan oleh

franchisor, sesuai dengan keinginan atau pilihan franchisee.

B. Proses Maintenance Biaya

Pada Proses maintenance biaya terdapat empat biaya yang disimpan ke dalam database yang diinputkan oleh franchisor dan franchisee.

- Biaya bahan baku yang diinputkan oleh franchisor berupa bahan baku tepung adonan untuk membuat crepes, Air, telor, mentega, selai, meses coklat, keju.

- Biaya tenaga kerja merupakan biaya gaji untuk pegawai yang diinputkan oleh

franchisor yang kemudian dapat di ubah sesuai ketentuan franchisee dalam


(66)

- Biaya overhead merupakan biaya bahan-bahan pendukung yang terkait langsung dengan proses produksi seperti gas elpiji, kertas pembungkus, tas kresek. Biaya overhead diinputkan oleh franchisor.

- Biaya Operasional merupakan biaya yang tambahan (per bulan) yang diinputkan oleh franchisee seperti biaya sewa tempat, biaya transportasi, Biaya perawatan gerobak, biaya kebersihan, biaya listrik.

C. Proses perhitungan Harga Pokok Produksi

Proses perhitungan Harga Pokok Produksi merupakan proses perhitungan yang melibatkan tiga biaya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead yang dilakukan oleh sistem. Rumus yang digunakan untuk menghitung Harga Pokok Produksi :

HPP = Biaya bahan baku + Biaya tenaga kerja + Biaya Overhead

Dengan menggunakan Formula penjumlahan ketiga biaya tersebut nantinya akan menghasilkan Harga Pokok Produksi suatu produk yang juga merupakan dasar penentuan harga jual suatu produk.


(67)

Dengan Estimasi Angka sebagai berikut : Harga Biaya Bahan Baku :

Biaya Bahan Baku = Harga Adonan + Harga Toping Tabel 3.1 Harga bahan baku

Rincian biaya

Bahan baku Harga dalam rupiah Harga adonan per piece Rp. 450

Harga Toping 1 Rp. 275

Harga Toping 2 Rp. 550

Harga Toping 3 Rp. 750

Harga Toping 4 Rp.1.000

Biaya tenaga kerja :

Di asumsikan komisi pegawai Rp. 450,-/pcs Biaya Overhead :

Kresek Rp.100 Kertas Rp. 20 Gas Rp.50

- HPP paket Display

HPP = Biaya bahan baku + Biaya Overhead

Tabel 3.2 Tabel perhitungan hpp stand mall

HPP Biaya Bahan

baku

Biaya Overhead

Jumlah HPP

HPP Produk 1 Rp. 725 Rp. 170 Rp. 895

HPP produk 2 Rp. 1.000 Rp. 170 Rp. 1.170 HPP produk 3 Rp. 1.200 Rp. 170 Rp. 1.370 HPP produk 4 Rp. 1.450 Rp. 170 Rp. 1.620


(1)

151

nilai sekarang investasi sehingga apabila nilai sekarang investasi lebih tinggi dari nilai sekarang arus kas bersih maka investasi ini dikatakan tidak layak.

Untuk perhitungan AR layak atau tidaknya kelayakan investasi dinilai oleh kebijakan pemilik perusahaan. Dikatakan layak apabila hasil dari perhitungan AR lebih besar dari nilai minimum yang telah ditentukan oleh pemilik perusahaan. Pemilik usaha waralaba Royal crepes menentukan AR minimum nya adalah 10% maka apabila hasil dari perhitungan AR diatas 13% maka metode AR ini dianggap layak, jika kurang dari 13% dianggap tidak layak.

Hasil perbandingan dari beberapa analisa:

Penjelasan dibawah merupakan perbandingan dari beberapa analisa yang dipengaruhi oleh hasil penjualan dengan untung besar, untung sedikit, dan Tidak untung. Untuk perhitungan dengan menggunakan bunga bank digunakan suku bunga bank besar dan suku bunga bank kecil.

Perbandingan Analisa 1 :

Payback period bagus yang dikarenakan penjualan yang bagus dengan menggunakan bunga yang besar maka dalam perhitungan NPV dapat dikatakan layak. Dan apabila NPV layak maka perhitungan IRR dan PI akan Layak terbukti dalam perhitungan yang dilakukan. Dan juga untuk perhitungan AR layak dikarenakan laba usaha atau net profit yg besar. Maka sebaiknya keputusan ini dapat diambil.

Perbandingan Analisa 2 :

Analisa yang kedua sama dengan analisa yang pertama karena penjualan yang bagus dan juga menggunakan suku bunga kecil sehingga dalam perhitungan


(2)

152

NPV dapat dikatakan layak. Dan apabila NPV layak maka perhitungan IRR dan PI akan Layak terbukti dalam perhitungan yang dilakukan. Dan juga untuk perhitungan AR layak dikarenakan laba usaha atau net profit yg besar. Maka sebaiknya keputusan ini dapat diambil.

Perbandingan Analisa 3 :

Untuk perbandingan analisa yang ketiga tidak sama dengan yang pertama dan kedua dikarenakan penjualan tidak begitu banyak, dalam arti Franchisee hanya mendapatkan untung sedikit serta menggunakan perhitungan suku bunga besar. Hasil yang diperoleh adalah hasil dari NPV dinyatakan tidak layak dikarenakan suku bunga terlalu tinggi dan apabila NPV tidak layak, maka analisa IRR dan PI pun juga tidak layak terbukti dalam perhitungan yang telah dilakukan. Analisa AR juga tidak layak karena hanya 5,36% yang didapat. Maka sebaiknya keputusan ini tidak dapat diambil. Perbandingan analisa 4 :

Perbandingan yang keempat sama dengan penjualan pada perbandingan ketiga hanya saja perbandingan keempat menggunakan bunga bank kecil atau disetarakan dengan bunga bank Indonesia. Hasil yang didapat dari analisa NPV adalah layak, maka hasil analisa IRR dan PI juga layak. Namun untuk perhitungan analisa AR tidak layak karena hanya menghasilkan 5,36% Maka sebaiknya keputusan ini dapat diambil.

Perbandingan Analisa 5 :

Perbandingan Analisa kelima menghasilkan tidak layak semua dikarenakan penjualan yang sangat sedikit atau keuntungan yang sangat kecil. Sehingga arus kas juga kecil dan juga dipengaruhi suku bunga yang besar maka dari analisa yang


(3)

153

Payback periode, NPV, IRR, PI dan AR akan meghasilkan analisa yang tidak layak semua, maka sebaiknya keputusan tersebut tidak diambil.

Perbandingan Analisa 6 :

Perbandingan pada analisa keenam sama hasilnya dengan perbandingan yang kelima yang menghasilkan analisa tidak layak semua. Dari semua analisa Sehingga keputusan ini tidak diambil.


(4)

154

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil implementasi dan Evaluasi pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut:

a. Sistem Infomasi aplikasi prototype perhitungan analisa kelayakan investasi dapat membantu para franchisee dengan berbagai kalangan dan latar belakang untuk menghitung dan menganalisa kelayakan investasi sebelum membuka usaha waralaba.

b. Penerapan Sistem Infomasi aplikasi prototype perhitungan analisa kelayakan investasi dapat memberikan informasi laporan analisa kelayakan investasi kepada franchisee dari segi BEP, ROI dan Analisa Kelayakan Investasi, sehingga franchisee dapat menganalisa layak atau tidak suatu investasi pada usaha waralaba.

5.2 Saran

Dalam pengembangannya perancangan sistem prototype aplikasi perhitungan dengan analisa kelayakan investasi ini dapat diajukan beberapa saran, yaitu :

a. Didalam sistem ini bisa dikembangkan lebih lanjut dengan menggunakan tekhnologi-tekhnologi baru, sehingga hasil yang didapatkan benar-benar mampu membantu franchisee dalam memilih suatu waralaba dengan modal yang dimiliki, dan tentu saja dapat meningkatkan keuntungan yang didapat dari sebuah franchise.

b. Sistem ini bisa dikembangkan lagi untuk menyimpan beberapa usaha waralaba yang lain sehingga franchisee dapat melihat waralaba yang ada saat ini pada website.


(5)

156

DAFTAR PUSTAKA

Aurino, (2011). Definisi dan perhitungan payback periode pada perusahaan. (online) . (http://excel.aurino.com/?p=899 diakses tanggal 18 Januari 2012).

Chariri, anis dan Gozali, imam, (2003). Teori Akuntans, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Danang Sunyoto dan Henry Sarnowo, (2009). Ekonomi manajerial dan bisnis, Esia Media, Bogor.

Dewan Standart Akuntansi Keuangan, (2009).Pernyataan standart akuntansi keuangan laporan arus kas.(online). (http://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/PSAK-2-Laporan-Arus-Kas1.pdf diakses tanggal 26 Agustus 2011).

Didit Herlianto dan Triani Pujiastuti, (2009). Studi Kelayakan Bisnis, Graha Ilmu, Yogyakarta. Hakim, Lukmanul, (2010). Bikin Website Super Keren dengan PHP dan Jquery, Lokomedia,

Yogyakarta.

Hansen, Don R dan Mowen, Maryanne M, (2009). Akuntansi Manajerial edisi 8, Salemba empat, Jakarta.

Harahap, Sofyan Safri, (2005), Teori Akuntansi, Rajawali Pers, Jakarta.

Harddian (2009). Pengertian Website, Web Hosting dan Domain Name. (online) .(http://harddian.com/2009/03/18/pengertian-website-web-hosting-dan-domain-name/ diakses tanggal 28 Februari 2011).

Hartono, Jogiyanto, 1990, Analisis dan Desain Sistem Informasi, Andi Offset, Yogyakarta. Hartono, Jogiyanto, 1999, Analisis & Disain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori

dan Praktek Aplikasi Bisnis, Andi Offset, Yogyakarta.

Kontan (2009). Pertumbuhan Omzet Franchise Indonesia. (online) . (http:// www. Franchisewaralaba.com/pertumbuhan-omzet-franchise-indonesia.html diakses tanggal 29 Februari 2011).


(6)

156

Kontan (2009). Mengapa Tingkat Kegagalan Bisnis Franchise Tinggi?(online). http://www .franchisewaralaba.com/mengapa-tingkat-kegagalan-bisnis-franchise-tinggi.html diakses tanggal 24 Februari 2011).

Kompasiana (2011). Tips praktis berbisnis waralaba.(online) http://ekonomi.kompasiana .com/wirausaha/2011/01/28/tips-praktis-berbisnis-waralaba/ diakses tanggal 24 Februari 2011).

Mulyadi, (2002), Akuntansi Biaya, Aditya Media, Yogyakarta. Mulyadi, (2009), Akuntansi Biaya, UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Mursyidi, (2010), Akuntansi Biaya, PT Refika Aditama, Bandung.

Santoso, Budi dkk, (2003). http://ppsub.ub.ac.id/perpustakaan/abstraksi/tesis/Budi-Santoso-

faktor-faktor-yang-mempengaruhi-return-of-investment-(roi)-dalam-rangka-Pengembangan-usaha.pdf diakses tanggal 30 Juni 2011

Suliyanto. (2010), Studi Kelayakan Bisnis: Pendekatan Praktis, Andi Offset, Yogyakarta. Sumarsono, Sonny. (2009). Manajemen Bisnis Waralaba, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Wilikinson, Joseph W. (1991). Sistem Informasi dan Akuntansi edisi ke-3, Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Wild, John J. Dan Robert F. Halsey. (2005). Analisis Laporan Keuangan. Edisi ke-8, alih bahasa Yanivis Bachtiar dan S. Nurwahyu Harahap, Salemba Empat, Jakarta.