TA : Rancang Bangun Aplikasi Prototype Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season.

(1)

RANCANG BANGUN APLIKASI PROTOTYPE

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

AGRIBISNIS HORTIKULTURA ON-SEASON

TUGAS AKHIR

Program Studi S1 Sistem Informasi

Oleh:

FAIZAL NUR SEPTIAWAN 07.41010.0317

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2015


(2)

x

Halaman

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Batasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan ... 7

1.5 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

2.1 Agribisnis ... 10

2.2 Hortikultura ... 12

2.3 Studi Kelayakan Investasi ... 13

2.3.1 Pengertian Investasi ... 16

2.3.2 Investasi Pertanian ... 17

2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Pertanian ... 18

2.3.4 Peluang Investasi Pertanian ... 19


(3)

xi

2.4.2 Resiko Tanam ... 25

2.4.3 Modal... 26

2.5 Pengertian Aspek Keuangan... 27

2.6 Penyusutan ... 28

2.7 Aliran Kas ... 28

2.8 Break Event Point (BEP) ... 30

2.9 Return On Investment (ROI) ... 31

2.10 Metode Penilaian Investasi ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Analisis Sistem ... 37

3.1.1 Identifikasi Masalah ... 37

3.1.2 Analisis Kebutuhan ... 39

3.2 Perancangan Sistem ... 40

3.2.1 Rancangan Model ... 40

3.2.2 Model Pengembangan Sistem ... 42

3.2.3 Data Flow Diagram (DFD) ... 70

3.2.4 Struktur Basis Data ... 82

3.2.5 Perancangan Input dan Output (I/O) ... 94

3.2.6 Desain Uji Coba ... 105

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 114

4.1 Implementasi Sistem ... 114


(4)

xii

4.2.1 Contoh Kasus ... 126

4.2.2 Analisis Hasil Uji Coba ... 146

BAB V PENUTUP ... 147

5.1 Kesimpulan ... 147

5.2 Saran ... 147

DAFTAR PUSTAKA ... 148 LAMPIRAN ...


(5)

xiii

Tabel 3.1 Macam Jenis Komoditas Hortikultura Sayur dan Buah

Semusim di 3 Kabupaten ... 44

Tabel 3.2 Komoditas ... 82

Tabel 3.3 Kota ... 82

Tabel 3.4 Komoditas_Kota ... 83

Tabel 3.5 Harga ... 83

Tabel 3.6 Tahun ... 84

Tabel 3.7 Jarak Tanam ... 85

Tabel 3.8 Jarak Bedengan ... 85

Tabel 3.9 Satuan ... 86

Tabel 3.10 Benih ... 86

Tabel 3.11 Pupuk ... 87

Tabel 3.12 Pestisida ... 87

Tabel 3.13 Pekerjaan ... 88

Tabel 3.14 Estimasi Kebutuhan ... 89

Tabel 3.15 Peralatan ... 89

Tabel 3.16 Resiko ... 90

Tabel 3.17 Berat Buah ... 90

Tabel 3.18 Proyeksi ... 91

Tabel 3.19 Komoditas_Kota_Pilihan ... 91

Tabel 3.20 Perhitungan ... 92

Tabel 3.21 Desain Uji Coba Fungsi Rencana Pendapatan ... 106


(6)

xiv

Tabel 3.25 Desain Uji Coba Fungsi Perbandingan Kelayakan ... 109

Tabel 3.26 Desain Uji Coba Perhitungan Rencana Pendapatan ... 110

Tabel 3.27 Desain Uji Coba Fungsi Proyeksi Laba Rugi ... 110

Tabel 3.28 Desain Uji Coba Perhitungan Proyeksi Aliran Kas ... 111

Tabel 3.29 Desain Uji Coba Perhitungan Kelayakan ... 112

Tabel 3.30 Desain Uji Coba Perhitungan Perbandingan Kelayakan ... 112

Tabel 3.31 Desain Test Case Kompatibilitas Aplikasi ... 113

Tabel 4.1 Data Histori Harga ... 127

Tabel 4.2 Penyusutan Peralatan Komoditas Kubis ... 137

Tabel 4.3 Penyusutan Peralatan Komoditas Cabe Besar (Merah) ... 137

Tabel 4.4 Laba Rugi Komoditas Kubis ... 137

Tabel 4.5 Laba Rugi Komoditas Cabe Besar (Merah) ... 138

Tabel 4.6 Aliran Kas Komoditas Cabe Besar (Merah) ... 138

Tabel 4.7 Aliran Kas Komoditas Kubis ... 138

Tabel 4.8 BEP Komoditas Kubis ... 139

Tabel 4.9 BEP Komoditas Cabe Besar (Merah) ... 139

Tabel 4.10 ROI Komoditas Kubis... 140

Tabel 4.11 ROI Komoditas Cabe Besar (Merah) ... 140

Tabel 4.12 NPV dan IRR Komoditas Kubis ... 140

Tabel 4.13 NPV dan IRR Komoditas Cabe Besar (Merah) ... 140

Tabel 4.14 PI Komoditas Kubis ... 141


(7)

xv

Gambar 2.1 Skema tahapan dalam studi kelayakan investasi bisnis ... 15

Gambar 3.1 Gambaran Umum Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season ... 41

Gambar 3.2 Block Diagram Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season. ... 43

Gambar 3.3 Context Diagram Rancang Bangun Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season ... 70

Gambar 3.4 DFD Level 0 Rancang Bangun Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season ... 72

Gambar 3.5 DFD Level 1 Maintenance Data Master ... 73

Gambar 3.6 DFD Level 1 Menghitung Total Biaya Investasi ... 74

Gambar 3.7 DFD Level 1 Menghitung Anggaran Keuangan ... 75

Gambar 3.8 DFD Level 1 Menghitung Kelayakan Investasi ... 75

Gambar 3.9 DFD Level 1 Membandingkan Hasil Perhitungan Kelayakan ... 76

Gambar 3.10 DFD Level 1 Membuat Laporan ... 77

Gambar 3.11 DFD Level 2 Menghitung BEP ... 78

Gambar 3.12 CDM Rancang Bangun Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season ... 79

Gambar 3.13 PDM Rancang Bangun Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season ... 81

Gambar 3.14 Desain Input Master Kota ... 94

Gambar 3.15 Desain Input Master Komoditas... 95

Gambar 3.16 Desain Input Master Histori Harga ... 95

Gambar 3.17 Desain Input Master Jarak Tanam... 96


(8)

xvi

Gambar 3.21 Desain Input Master Pestisida ... 97

Gambar 3.22 Desain Input Master Pekerjaan ... 98

Gambar 3.23 Desain Input Master Estimasi Kebutuhan ... 98

Gambar 3.24 Desain Input Master Peralatan ... 99

Gambar 3.25 Desain Input Master Resiko ... 99

Gambar 3.26 Desain Input/Output Proyeksi Harga Jual ... 99

Gambar 3.27 Desain Output Biaya Investasi ... 100

Gambar 3.28 Desain Input Edit Jarak ... 101

Gambar 3.29 Desain Output Biaya Penyusutan ... 101

Gambar 3.30 Desain Output Rencana Pendapatan ... 102

Gambar 3.31 Desain Output Proyeksi Laba rugi ... 102

Gambar 3.32 Desain Output Proyeksi Aliran Kas Bersih ... 103

Gambar 3.33 Desain Output BEP ... 103

Gambar 3.34 Desain Output ROI ... 104

Gambar 3.35 Desain Output NPV ... 104

Gambar 3.36 Desain Output IRR ... 104

Gambar 3.37 Desain Output PI ... 105

Gambar 3.38 Desain Output Skoring dan Rekomendasi ... 105

Gambar 4.1 Form Login ... 116

Gambar 4.2 Halaman Menu Investor ... 117

Gambar 4.3 Halaman Tambah Perhitungan ... 118


(9)

xvii

Gambar 4.7 Halaman Master Tambah Peralatan ... 122

Gambar 4.8 Halaman Master Tambah Pupuk ... 123

Gambar 4.9 Halaman Master Tambah Pekerjaan ... 123

Gambar 4.10 Halaman Master Tambah Jarak Tanam... 124

Gambar 4.11 Halaman Master Tambah Komoditas Kota ... 125

Gambar 4.12 Halaman Master Tambah Benih... 125

Gambar 4.13 Hasil Perbandingan Antar Komoditas ... 142

Gambar 4.14 Laporan Laba Rugi Komoditas Kubis ... 143

Gambar 4.15 Laporan Aliran Kas Komoditas Kubis ... 143

Gambar 4.16 Laporan BEP Komoditas Kubis ... 144

Gambar 4.17 Laporan ROI Komoditas Kubis ... 144

Gambar 4.18 Laporan NPV dan IRR Komoditas Kubis ... 145


(10)

1

1.1 Latar Belakang.

Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. Salah satu bidang agribisnis yang saat ini menjadi fokus pengembangan di Indonesia adalah hortikultura.

Hortikultura dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun. Hortikultura merupakan produk pertanian yang mempunyai potensi yang sangat cerah karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi serta permintaan pasar yang semakin meningkat baik di dalam maupun luar negeri (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008). Berkembangnya hortikultura juga telah memberikan sumbangan yang berarti bagi sektor pertanian maupun perekonomian nasional yang dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB), jumlah rumah tangga yang mengandalkan sumber pendapatan dari sub sektor hortikultura, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga meningkatkan nilai dan volume perdagangan internasional atas produk hortikultura nasional dan ketersediaan sumber pangan masyarakat (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2011).


(11)

Ditinjau dari segi permintaan, data volume dan nilai ekspor hortikultura Tahun 2007 sebesar 128.426 ton meningkat menjadi 140.154 ton (9,13%) pada tahun 2008. Sedangkan nilai ekspor pada Tahun 2007 sebesar US$ 57 juta meningkat menjadi US$ 77 juta (34,97%) pada tahun 2008 (Ditjen Hortikultura, 2009). Data tersebut menunjukkan bahwa prospek hortikultura memang sangat baik untuk dikembangkan karena permintaannya yang semakin meningkat. Pemerintah sendiri menargetkan volume ekspor komoditas hortikultura nasional meningkat 30% pada tahun 2014. Potensi untuk meningkatkan ekspor Hortikultura sangat terbuka apalagi saat ini Indonesia baru mampu memasok kurang dari 10 % pasar Singapura. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor hortikultura Indonesia ke China tahun 2010 sebesar US$ 12,4 juta (investor.co.id). Tingginya peluang mengembangkan sektor hortikultura dilihat dari banyaknya permintaan masyarakat domestik dan nilai ekspor, membuat minat investor untuk mengembangkan hortikultura semakin tinggi pula.

Tingginya minat investor untuk mengembangkan komoditas hortikultura umumnya terjadi pada saat On-Season (di musimnya). Sifat khas dari hasil hortikultura on-season yaitu tidak dapat disimpan lama karena mudah busuk, perlu tempat lapang (voluminous) menyebabkan ongkos angkut menjadi lebih mahal, perishable (mudah rusak) dalam pengangkutan, melimpah pada suatu musim dan langka pada musim lainnya, dan fluktuasi harga tajam (Notodimedjo, 1997). Kondisi on-season dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi investor. Dikatakan berdampak positif karena pada saat on-season umumya komoditas hortikultura akan dapat tumbuh dengan baik sehingga hasil panennya


(12)

melimpah. Kondisi tersebut juga dapat memberikan dampak negatif karena harga jual hasil panen di pasaran menurun.

Banyak investor yang tidak menyadari bahwa komoditas hortikultura

on-season juga dapat mendatangkan kerugian jika tidak cermat dalam berinvestasi.

Berdasarkan data produksi bawang merah dan cabai merah di Jawa Timur tahun 2011 menunjukkan ketidakseimbangan antara produksi dengan tingkat konsumsi masyarakat, yaitu jumlah produksi bawang merah sebesar 217.306 ton sedangkan tingkat konsumsi hanya 101.185 ton dan untuk jumlah produksi cabai merah sebesar 774.023 ton sedangkan tingkat konsumsinya hanya 22.486 ton. Berdasarkan hasil penelitian Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2009 harga cabai turun mencapai 3.000-4.000 per kilogram.

Investor di beberapa daerah di Jawa Timur juga ikut merasakan hal yang sama. Kota Batu merupakan salah satu daerah sentra pengembang komoditas kentang di Jawa Timur. Berdasarkan data histori produksi, pada tahun 2008 angka produktifitasnya meningkat dari 180,00 ku/ha menjadi 181,02 ku/ha pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 mengalami penurunan angka produktifitas hingga 166,33 ku/ha. Komoditas kentang tidak selalu dapat mendatangkan keuntungan bagi investor di Kota Batu tersebut. Harga kentang ditingkat petani di Kec.Poncokusumo Kab.Malang sempat menurun pada Oktober 2011 yang semula Rp 6.000,- s/d Rp 7.000,- per kg menjadi Rp 3.000,- per kg (bisnis-jatim.com). Penurunan harga juga terjadi di Kabupaten Kediri Jawa Timur. Harga komoditas bawang merah di tingkat petani pada tahun 2007 turun mencapai harga 1.500-2.000 per kilogram, penurunan tersebut dikarenakan jumlah pasokan yang


(13)

sangat melimpah baik pasokan yang berasal dari dalam kota maupun dari daerah lain.

Kondisi demikan sangat tidak kondusif bagi investor agribisnis hortikultura dikarenakan penurunan harga jual komoditas hortikultura on-season yang berkibat kerugian investor tidak mampu menutupi biaya produksi. Tingginya resiko kegagalan dalam berinvestasi di bidang agribisnis hortikultura ini menyebabkan kebingungan bagi investor dalam menentukan komoditas yang ingin dipilih untuk dikembangkan. Selain itu investor agribisnis hortikultura harus mampu membaca peluang dalam memilih komoditas yang akan dikembangkan, agar hasil produksinya dapat diterima oleh pasar dan pendapatan lebih menguntungkan.

Berdasarkan permasalahan diatas, adanya sebuah dukungan informasi hasil analisis komoditas hortikultura on-season sangat penting bagi investor. Oleh karena itu dibuatlah Rancang Bangun Aplikasi Prototype Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season. Aplikasi ini dapat membantu investor dalam menghitung rencana biaya produksi dari setiap komoditas hortikultura on-season. Sistem ini juga melakukan analisis perhitungan Break

Event Point (BEP) sebagai indikator tingkat penjualan bagi investor agar

diketahui jumlah hasil panen yang dibutuhkan, dan Return On Investment (ROI) untuk menunjukkan besar keuntungan dari setiap modal yang ditanam oleh investor, serta perhitungan analisis kelayakan investasi antara lain Net Present

Value (NPV) sebagai informasi proyeksi penerimaan bersih saat ini yang akan

didapatkan oleh investor terhadap modal yang di tanam pada saat awal investasi,

Internal Rate of Return (IRR) sebagai pembanding dan tolok ukur kemampuan


(14)

sebagai index tolok ukur kemampuan suatu investasi dalam menghasilkan keuntungan. Hasil perhitungan dan analisis dari tiap komoditas akan dibandingkan dengan komoditas on-season lainnya untuk mendapatkan satu komoditas yang layak untuk dikembangkan. Aplikasi ini dapat memberikan rekomendasi kepada investor agribisinis hortikultura dalam menentukan pilihan komoditas untuk dikembangkan.

1.2 Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimana merancang dan membangun aplikasi perhitungan analisis kelayakan investasi agribisnis hortikultura on-season yang ditinjau berdasarkan aspek keuangan.

1.3 Batasan Masalah.

Batasan masalah dari sistem yang dibahas adalah sebagai berikut:

1. Komoditas hortikultura yang dibahas dalam sistem ini hanya buah-buahan dan sayuran dengan kriteria tanaman hortikultura musiman (usia tanam kurang dari 6 bulan).

2. Contoh pengambilan data dilakukan di 3 (tiga) daerah di Jawa Timur, yaitu : a. Kabupaten Malang.

Sayuran : Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang Daun, Kentang, Kubis, Brokoli (Kol), Sawi, Wortel, Lobak, Kacang Merah, Kacang Panjang, Cabai Besar, Cabai Rawit, Tomat, Paprika, Jamur, Terong, Buncis, Ketimun, Kangkung, Bayam.


(15)

Buah : Semangka, Melon. b. Kabupaten Probolinggo.

Sayuran : Bawang Merah, Kentang, Kubis, Bawang Daun, Wortel. Buah : Melon, Semangka.

c. Kabupaten Jember.

Sayuran : Cabe Besar, Cabe Rawit, Kubis, Tomat, Brokoli (Kol). Buah : Semangka, Melon.

3. Sistem tidak membahas proses budidaya secara detail dan pemilihan variabel kebutuhan tanam seperti Saprodi (Sarana Produksi) diperoleh berdasarkan kebiasaan tanam di masing-masing daerah.

4. Sistem tidak membahas tentang penentuan wilayah/lokasi tanam secara detail.

5. Lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan siap tanam dan diasumsikan lahan yang digunakan adalah lahan sewa.

6. Tidak membahas secara detail tentang analisis resiko kegagalan tanam, hanya digambarkan secara umum berupa persentase tentang besarnya tingkat kegagalan.

7. Penelitian ini menggunakan sumber modal dana investasi pribadi.

8. Sistem ini bukan memberikan solusi agar tidak terjadi panen berlimpah (panen raya) atau fluktuasi harga, karena hal tersebut sudah merupakan karakteristik On-Season.

9. Sistem tidak membahas tentang penjualan, hanya memberikan data histori harga tingkat petani (harga produsen) setiap komoditas yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan proyeksi harga jual kedepan.


(16)

10. Sistem juga tidak membahas pengaruh adanya suatu event (hari besar agama, hari peringatan nasional, dan lainnya) terhadap proses perhitungan dan analisis.

11. Tidak membahas adanya penjadwalan ataupun evaluasi proyek.

12. Perangkat lunak ini berbasis web dan dikembangkan dengan menggunakan

PHP dan database MySQL, serta tidak membahas tentang keamanan data.

1.4 Tujuan.

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan sistem ini adalah dihasilkannya suatu sistem yang dapat melakukan perhitungan analisis kelayakan investasi agribisnis hortikultura on-season yang ditinjau berdasarkan aspek keuangan.

1.5 Sistematika Penulisan.

Laporan Tugas Akhir (TA) ini ditulis dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan.

Bab ini berisi tentang latar belakang diambilnya topik Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season, rumusan masalah bagaimana merancang dan membangun aplikasi

prototype analisis kelayakan investasi, batasan - batasan dari

aplikasi atau ruang lingkup dari sistem dan bertujuan untuk menghasilkan aplikasi yang dapat merekomendasikan 1 komoditas paling layak berdasarkan aspek keuangan bagi investor.


(17)

BAB II : Landasan Teori.

Bab ini menjelaskan tentang landasan teori dari beberapa metode analisis kelayakan yang digunakan, yaitu NPV, IRR, PI dan metode dari perhitungan BEP, ROI serta uraian singkat mengenai penjelasan agribisnis hortikultura dan juga skema tahapan dalam studi kelayakan bisnis.

BAB III : Analisis dan Perancangan Sistem.

Bab ini berisi penjelasan tentang tahap – tahap observasi pendahuluan berupa identifikasi masalah, analisis kebutuhan dan perancangan alur proses bisnis berupa diagram blok yang berisikan tahapan perhitungan investasi, laporan keuangan, dan analisis kelayakan investasi serta perbandingan dari hasil analisis untuk masing-masing komoditas. Alur sistem akan digambarkan dalam bentuk Data Flow Diagram (DFD), desain database berupa ERD, struktur basis data, desain antarmuka (I/O), serta desain uji coba.

BAB IV : Evaluasi dan Implementasi.

Bab ini berisi penjelasan tentang evaluasi dari sistem yang telah dibuat beserta hasil uji cobanya. Uji coba dilakukan terhadap proses perhitungan anggaran keuangan, proses perhitungan analisis kelayakan, dan proses perbandingan hasil analisis. Selanjutnya akan dilakukan uji kasus terhadap data komoditas sebagai contoh kasus, dan diharapkan dapat menghasilkan perhitungan kelayakan investasi yang benar.


(18)

BAB V : Penutup.

Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang dimaksud adalah kesimpulan terhadap hasil uji coba yang telah dilakukan sesuai bab 3 dan tertuang di bab 4 beserta uji datanya. Kesimpulan yang telah dibuat akan disesuaikan dengan tujuan awal penyusunan topik ini. Saran yang dimaksud adalah saran terhadap kekurangan dari aplikasi yang ada kepada pihak lain yang ingin meneruskan topik Tugas Akhir ini. Tujuannya adalah agar pihak lain tersebut dapat menyempurnakan aplikasi menjadi lebih baik.


(19)

10

2.1 Agribisnis.

Agribisnis merupakan salah satu bidang di sektor pertanian yang berperan penting dalam perkembangan perekonomian. Semakin bergemanya kata agribisnis ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering agribisnis diartikan sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari konsep semula yang dimaksud. Konsep agribisnis secara sederhana adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian.

Pengertian fungsional agribisnis adalah rangkaian fungsi–fungsi kegiatan untuk memenuhi kegiatan manusia. Sedangkan pengertian struktural agribisnis adalah kumpulan unit usaha atau basis yang melaksanakan fungsi dari masing– masing sub-sistem, tidak hanya mencakup bisnis pertanian yang besar, tetapi skala kecil dan lemah juga (pertanian rakyat). Bentuk usaha dalam agribisnis dapat berupa PT, CV, Perum, Koperasi, dan lain–lain. Sifat usahanya adalah homogen/heterogen, berteknologi tinggi atau tradisional, komersial, padat modal atau padat tenaga kerja.

Sistem agribisnis adalah rangkaian kegiatan dari beberapa subsistem yg saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Sub-sistem agribisnis meliputi :

a. Sub-sistem faktor input pertanian (input factor sub-system) merupakan


(20)

b. Sub-sistem produksi pertanian (production sub-system) merupakan budidaya

pertanian/usaha tani.

c. Sub-sistem pengolahan hasil pertanian (processing sub-system) merupakan

agroindustri hasil pertanian.

d. Sub-sistem pemasaran (marketing sub-system) merupakan faktor produksi,

hasil produksi dan hasil olahan.

e. Sub-sistem kelembagaan penunjang (supporting institution sub-system)

merupakan sub-sistem jasa (service sub-system).

Sistem agribisnis mencakup 3 aspek utama, diantaranya adalah:

1. Aspek pengolahan usaha (produksi) pertanian: pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan.

2. Aspek produk penunjang kegiatan pra-pasca panen: industri penghasil pupuk, bibit unggul, dan lain–lain.

3. Aspek sarana penunjang: perbankan, pemasaran, penyuluhan, penelitian. Menurut Firdaus (2008), ada lima alasan agribisnis Indonesia berkembang dan berprospek cerah, antara lain:

i. Lokasinya di garis khatulistiwa yang menyebabkan adanya sinar matahari yang cukup bagi perkembangan sektor budi daya pertanian.

ii. Kondisi lahan yang relatif subur.

iii. Lokasi Indonesia berada di luar zona angin taufan.

iv. Keadaan sarana dan prasarana seperti daerah aliran sungai, tersedianya bendungan irigasi, jalan di pedesaan yang relatif baik, mendukung berkembangnya agribisnis.


(21)

v. Adanya kemauan politik pemerintah yang masih menempatkan sektor pertanian menjadi sektor andalan.

Hambatan pengembangan agribisnis di Indonesia menurut Firdaus (2008) terletak pada beberapa aspek, antara lain:

a) Pola produksi beberapa komoditas tertentu berada dilokasi yang terpencar, sehingga menyulitkan pembinaan dan tercapainya efisiensi usaha skala tertentu.

b) Sarana dan prasarana khususnya di luar pulau jawa belum memadai, sehingga menyulitkan tercapainya efisiensi usaha pertanian.

c) Akibat poin (b) dan kondisi negara yang terdiri dari banyak pulau, sehingga biaya transportasi menjadi semakin tinggi.

d) Adanya pemusatan agroindustri di kota besar, sehingga nilai bahan baku menjadi lebih mahal untuk mencapai lokasi tersebut.

Sistem kelembagaan khususnya dipedesaan yang masih lemah, sehingga kurang mendukung berkembangnya agribisnis. Lemahnya kelembagaan tersebut dapat dilihat dari berfluktuasinya produksi dan harga komoditas pertanian.

2.2 Hortikultura.

Secara harfiah, hortikultura berarti ilmu yang mempelajari pembudidayaan hasil kebun (Zulkarnain, 2009:1). Namun pada umumnya pakar mendefinisikan bahwa hortikultura merupakan ilmu yang mempelajari tentang sayur-sayuran, buah-buahan, bunga-bungaan, dan tanaman hias. Hortikultura merupakan sumber berbagai vitamin dan mineral yang saat ini mendapatkan perhatian dan penanganan yang sejajar dengan komoditas lain dan lebih intensif. Indonesia sekarang juga telah fokus pada pengembangan hortikultura. Bahkan telah diyakini


(22)

bahwa hortikultura mempunyai prospek yang baik karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi serta permintaan pasar yang semakin meningkat baik di dalam maupun luar negeri.

Menurut Zulkarnain (2009) meningkatnya perkembangan dan apresiasi terhadap komoditas hortikultura menyebabkan fungsi hotikultura bukan hanya sebagai bahan pangan, namun fungsi hortikultura dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:

1) Fungsi penyediaan pangan, yakni terutama sekali dalam kaitannya dengan penyediaan vitamin, mineral, serat, dan senyawa lain untuk pemenuhan gizi. 2) Fungsi ekonomi, dimana pada umumnya komoditas hortikultura mempunyai

nilai ekonomi yang tinggi, menjadi sumber pendapatan bagi petani, pedagang, kalangan industri, dan lain-lain.

3) Fungsi kesehatan, ditunjukkan oleh komoditas biofarmaka untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit tidak menular.

4) Fungsi sosial budaya, yang ditunjukkan oleh peran komoditas hortikultura sebagai salah satu unsur keindahan atau kenyamanan lingkungan, serta peranannya dalam berbagai upacara, kepariwisataan, dan lain-lain.

2.3 Studi Kelayakan Investasi.

Menurut Murdifing Haming dan Salim Basalamah dalam Wadji (2006:7) bahwa analisis kelayakan investasi merupakan sebuah siklus hipotesis yaitu tahapan atau prosedur yang harus dipenuhi oleh sebuah kelayakan, mulai dari penciptaan ide sampai diperoleh keputusan yang rasional dan objektif untuk menolak atau menerima usulan yang diajukan.


(23)

Pihak yang berkepentingan terhadap Studi Kelayakan Investasi Bisnis yaitu : a) Pelaku Bisnis dan Investor.

Berorientasi profit dan menambah kekayaan pemilik modal. b) Kreditur.

Adanya keamanan dari dana yang disalurkan. c) Pemerintah.

Perluasan lapangan pekerjaan dan penghematan devisa. d) Masyarakat.

Dampak positif bagi masyarakat yaitu adanya kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan masayarakat itu sendiri.

Untuk mempermudah Studi Kelayakan Investasi Bisnis dan menjamin keakuratan penilaian, maka dalam pelaksanaan hendaknya melalui tahapan : 1) Pengumpulan data dan informasi.

2) Melakukan pengolahan data. 3) Analisis data.

4) Mengambil keputusan. 5) Memberikan rekomendasi.

Untuk lebih jelasnya, tahapan Studi Kelayakan Investasi Bisnis akan digambarkan sebagai berikut :


(24)

PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI

PENGOLAHAN DATA

ANALISIS DATA

MENGAMBIL KEPUTUSAN

LAYAK / TIDAK ? BATAL

DIREKOMENDASIKAN

DIJALANKAN

T

Y

Gambar 2.1. Skema Tahapan Dalam Studi Kelayakan Investasi Bisnis.

Studi kelayakan akan lebih komprehensif dan lengkap jika dilakukan dengan keseluruhan aspek yang terkait dengan investasi, seperti pemasaran, produksi, sumber daya manusia, keuangan, dan analisis dampak lingkungan.

Manfaat studi kelayakan terkait dengan aspek keuangan adalah:

a) Memandu pemilik dana untuk mengoptimalkan dana yang dimilikinya.

b) Memperkecil resiko kegagalan investasi dan memperbesar keberhasilan investasi.

c) Memberikan masukan kepada pengusaha itu sendiri atau penyandang dana dalam pengambilan keputusan layak atau tidak suatu investasi direalisasikan.


(25)

2.3.1 Pengertian Investasi.

Menurut Martono dan Harjito dalam Irawan (2006:8) menerangkan bahwa investasi merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan kedalam suatu aset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan dimasa yang akan datang.

Sedangkan menurut Prihadi (2010:3) Investasi adalah salah satu keputusan utama keuangan. Keputusan dalam berinvestasi umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang, untuk itu diperlukan waktu dan proses cukup lama sebelum investasi dijalankan. Salah satu sifat dasar dari investasi adalah adanya ketidakpastian terhadap hasil diwaktu yang akan datang.

Investasi dapat dilakukan dalam berbagai bidang usaha, oleh karena itu investasi pun dibagi dalam beberapa jenis. Menurut Kasmir dalam Wadji (2006) bahwa dalam prakteknya investasi dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu:

1) Investasi Nyata (Real Investment).

Investasi nyata merupakan investasi yang dibuat dalam harta tetap (fixet

asset) seperti tanah, bangunan, peralatan atau mesin-mesin.

2) Investasi Finansial (Financial Investment).

Investasi finansial merupakan investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham, obligasi, atau surat berharga lainnya seperti sertifikat deposito.

Ditinjau dari segi waktu, investasi dapat terjadi dalam waku yang relatif sedang maupun yang relatif lama. Setiap jenis investasi memerlukan analisis yang lebih dalam untuk meyakinkan pengambil keputusan bahwa hasil yang akan


(26)

dicapai dari investasi harus sepadan dengan resiko yang akan dialami. Menurut Prihadi (2010) secara umum invetasi dapat diklasifikasikan menjadi:

a) Penggantian untuk bisnis yang sudah berjalan (replacement for maintenance

of business).

b) Penggantian untuk penghematan biaya (replacement for cost reduction). c) Ekspansi pada produk atau pasar saat ini (expansion of existing products or

markets).

d) Ekspansi ke dalam produk atau pasar baru (expantion into new products or markets).

e) Kontak jangka panjang (long-term contacts).

f) Riset dan pengembangan (research and development).

g) Proyek keselamatan dan/atau lingkungan (safety and/or environmental

project).

2.3.2 Investasi Pertanian.

Investasi merupakan salah satu indikator penting dalam menilai laju pembangunan. Sejak krisis ekonomi berlangsung tahun 1997 terjadi kekhawatiran bahwa laju investasi di Indonesia akan mengalami penurunan. Akan tetapi pada kondisi ekonomi yang secara umum mengalami keterpurukan sejak tahun 1997 tersebut, indikator pembangunan sektor pertanian justru menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Pada tahun 1998 kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian menunjukkan peningkatan yang menggembirakan, pada saat sebagian besar sektor perekonomian lainnya justru mengalami penurunan. Kontribusi PDB sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif dari 16,09 % tahun 1997 menjadi 18,08 % tahun 1998 (Salim, 2006).


(27)

Kegiatan pertanian adalah proses transformasi input menjadi output pertanian atau kegiatan budidaya yang bertujuan untuk menghasilkan produk primer pertanian. Sedangkan yang dimaksud dengan produk primer pertanian adalah produk yang belum mengalami proses transformasi fisik yaitu produk segar atau produk yang hanya mengalami perlakuan pasca panen (Hadi, 2010).

Investasi dapat dibagi menjadi dua yaitu investasi publik dan usaha. Investasi publik menjadi tanggung jawab pemerintah, artinya semua infrastruktur yang mendukung dengan investasi pertanian termasuk pembangunan jaringan pengairan, jalan pertanian, dan bangunan pasar hasil pertanian menjadi tanggung jawab pemerintah. Sedangkan investasi usaha dilakukan oleh pelaku usaha, baik perusahaan berbadan hukum, perorangan, maupun bantuan pemerintah (Hadi, 2010). Bentuk investasi usaha pertanian menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2007 dan Van Der Eng 2009 dalam Hadi (2010:8) adalah modal yang mempunyai masa pakai (umur ekonomi) lebih dari satu tahun.

2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Pertanian.

Faktor pemerintah yang terdiri dari kebijakan investasi, regulasi, dan birokasi, serta pemerintahan dan politik yang dapat berpengaruh langsung terhadap investasi. Yang dimaksud dengan kebijakan investasi antara lain menyangkut bidang usaha yang diperbolehkan, negara yang diijinkan, insentif pajak bagi investor, jangka Hak Guna Usaha (HGU) tanah, depresiasi, dan amortisasi. Sedangkan regulasi dan birokrasi pemerintah menyangkut prosedur dan biaya perijinan.

Faktor sumber daya alam berupa lahan yang cukup (jumlah dan mutu), pasokan air, dan kondisi iklim. Dukungan infrastruktur yang cukup (jumlah dan


(28)

mutu), yaitu jaringan pengairan, jalan pertanian, dan bangunan pasar guna peningkatan mutu penjualan hasil pertanian akan berdampak positif pada investasi. Sumber daya manusia yang jumlahnya cukup, memiliki keterampilan tinggi, upah yang tidak terlalu tinggi, dan dukungan SPI (Serikat Pekerja Indonesia) yang kondusif. Selain itu, kondisi keamanan umum yang baik dan tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi akan mempunyai daya tarik investasi. Tersedianya dana investasi, kondisi ekonomi makro, harga input dan

output pertanian, permintaan output pertanian, dan persaingan usaha merupakan

faktor ekonomi penting yang berpengaruh terhadap investasi. Dana investasi yang cukup baik yang bersumber dari tabungan domestik rumah tangga, perusahaan, maupun tabungan pemerintah akan mendorong investasi. Kondisi makro ekonomi yang menyangkut pasar modal yang maju, kondisi sistem perbankan yang efisien dan aman, nilai tukar mata uang yang stabil, dan suku bunga bank yang rendah juga akan berdampak positif pada investasi. Demikian pula dengan harga input yang cukup rendah dan output yang tinggi dan stabil, permintaan akan hasil pertanian yang meningkat baik dalam negeri maupun luar negeri akan mendorong investasi. Sedangkan persaingan usaha yang sehat yang diawasi oleh KKPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) akan menambah daya minat investasi (Hadi, 2010).

2.3.4 Peluang Investasi Pertanian.

Peluang investasi sektor pertanian khususnya di Indonesia masih cukup besar. Beberapa indikatornya adalah ketersediaan sumber daya alam (lahan air dan iklim) dan sumber daya manusia yang besar. Permintaan domestik terhadap produk pertanian karena jumlah penduduk yang semakin meningkat dan tingginya


(29)

pendapatan masyarakat. Naiknya harga pangan dunia akhir-akhir ini yang dapat menambah peluang besar bagi pelaku usaha untuk memperolah keuntungan yang lebih tinggi dan berkelanjutan. Dukungan pemerintah Indonesia untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui berbagai kebijakan dan peraturan (Hadi, 2010).

2.3.5 Perencanaan Investasi Proyek.

Di dalam merencanakan suatu investasi biasanya manajemen bersama-sama dengan staf yang lain mengadakan identifikasi dalam menentukan jenis investasi yang akan dilakukan guna meningkatkan kinerja perusahaan. Identifikasi yang dimaksud adalah dengan merencanakan kapan waktu untuk memulai dan dalam jangka waktu berapa lama investasi ini akan dikembangkan, serta data histori yang dimiliki perusahaan atau data dari luar perusahaan yang relevan, maka dapat ditentukan investasi mana yang memungkinkan untuk dikembangkan.

Setelah tahap identifikasi selesai dilakukan, hasilnya kemudian dituangkan dalam rencana kegiatan yang akan dilakukan masing-masing bagian untuk mendukung pencapaian target. Kegiatan dilaksanakan bersamaan dengan penilaian atas masing-masing unit kegiatan beserta pengelompokkan atas variabel biaya yang diperlukan untuk tiap unit kegiatannya.

Setelah rencana ditetapkan, selanjutnya akan dibuat suatu rencana kerja dan proyeksi atas hasil kerja yang diharapkan akan dicapai. Proyeksi yang dimaksudkan disini adalah proyeksi laba rugi, neraca, rencana arus kas, dan lain sebagainya.

Selain membuat rencana kerja dan proyeksi, manajemen juga perlu membuat kajian atau penilaian atas rencana investasi tersebut, terutama yang


(30)

bersifat kuantitatif. Kajian yang dimaksud sering disebut dengan istilah studi kelayakan bisnis atau studi kelayakan proyek.

2.4 Variabel-Variabel Tanam.

2.4.1 Faktor Produksi dan Biaya Produksi.

Aspek penting dalam proses produksi adalah tersedianya sumber daya atau bahan baku yang bisa juga disebut sebagai faktor produksi. Sebagaimana halnya dalam ekonomi pertanian maka faktor produksi dapat diklasifikasikan kedalam tiga bagian, yaitu tanah, tenaga kerja dan modal. Menurut Abdurrahman (1982: 421) bahwa faktor produksi adalah faktor-faktor yang dalam suatu kombinasi dipakai untuk menghasilkan suatu barang ekonomi. Faktor produksi yang utama ialah tanah, modal, tenaga kerja dan skill.

Pengertian–pengertian tentang faktor produksi tersebut dapat disimpulkan sebagai sumber daya atau input yang terdiri atas tanah, tenaga kerja, modal dan

skill yang dibutuhkan atau digunakan sedemikian rupa untuk menghasilkan suatu

komoditas yang bernilai ekonomi. Kombinasi atas sumber daya tersebut harus menunjukkan suatu proses produksi yang efisien, sehingga akan meminimalkan pengeluaran dalam biaya produksi.

Seorang investor dalam melaksanakan setiap produksinya tidak akan terlepas dari kewajiban melakukan pengeluaran terhadap berbagai input yang akan digunakan untuk menghasilkan sejumlah produksi, misalnya pada penggunaan tenaga kerja, pembelian pupuk dan obat-obatan, pembayaran sewa dan lain-lain. Keseluruhan biaya ini telah dikeluarkan dengan maksud untuk memperlancar kegiatan proses produksi. Pengeluaran inilah yang disebut biaya produksi.


(31)

Dalam proses produksi usaha tani dibutuhkan berbagai macam faktor produksi tersebut, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat dikombinasikan dalam penggunaannya. Faktor produksi yang digunakan ini ada yang bersifat tetap dan ada yang bersifat variabel. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh petani untuk mampu menciptakan hasil produksi dan kemudian meraih pendapatan yang memuaskan adalah memiliki dan menguasai faktor produksi yang diperlukan dengan jumlah yang semaksimal mungkin dengan kombinasi yang setepat mungkin.

Jadi biaya dalam hal ini merupakan pengeluaran, akan tetapi semua pengeluaran belum tentu dikatakan sebagai biaya produksi. Biaya produksi dalam hal ini adalah jumlah yang dikeluarkan dan diukur dalam satuan uang termasuk pengeluaran dalam bentuk pemindahan atas kekayaan dan aset, jasa yang dipergunakan untuk memperoleh barang yang dibutuhkan. Sehubungan adanya biaya dalam proses produksi, maka dikenal pula istilah lain yaitu biaya langsung (Direct Cost) dan biaya tidak langsung (Indirect Cost). Biaya langsung adalah harga bahan baku dan tenaga kerja yang secara langsung dibelanjakan atau dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk atau jasa. Sedangkan biaya tidak langsung adalah pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi seperti biaya sewa, penerangan, pemeliharaan, dan sebagainya.

Dalam menganalisis pembiayaan petani dapat dilakukan dengan pendekatan prinsip-prinsip ekonomi dalam mengambil keputusan penggunaan biaya dalam produksi pertanian. Dalam proses produksi jangka pendek , biaya produksi terdiri dari dua komponen yaitu biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya


(32)

Variabel (Variable Cost). Biaya tetap tidak langsung berkaitan dengan output sedangkan biaya variabel berubah dengan berubahnya output (Hyman, 1986).

Dalam hubungannya dengan pembiayaan jangka pendek (satu musim tanam) biaya tetap tidak langsung berkaitan dengan jumlah tanaman yang dihasilkan diatas lahan. Biaya ini harus dibayar apakah menghasilkan sesuatu atau tidak, misalnya pajak lahan. Biaya variabel secara langsung berhubungan dengan jumlah tanaman yang diusahakan dan input variabel yang dipakai, misalnya pupuk, bibit, biaya penyiangan dan lain-lain. Biaya total petani adalah biaya tetap total ditambah dengan biaya variabel total.

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan faktor-faktor produksi tetap. Semakin banyak output yang dihasilkan, semakin rendah biaya tetap untuk menghasilkan setiap satuan output (Makehan dan Malcolm, 1991). Jadi, biaya tetap rata-rata dalam suatu proses produksi cenderung menurun begitu kuantitas output bertambah.

Biaya variabel adalah biaya yang digunakan untuk faktor-faktor produksi variabel. Semakin banyak pemakaian input variabel akan menyumbang output yang semakin sedikit. Hubungan antara input variabel dengan hasil produksi didasarkan pada prinsip pertambahan hasil yang semakin menurun (the law of

deminishing return).

Hukum pertambahan hasil yang semakin menurun sangat penting, terutama pada sektor pertanian dalam menerangkan beberapa pertambahan hasil produksi apabila satu kesatuan biaya variabel ditambahkan kepada suatu jumlah biaya tetap yang sudah ada. Jumlah kenaikan hasil pada mulanya akan terus bertambah sampai pada suatu saat penambahan satu unit biaya variabel tertentu


(33)

menghasilkan penambahan hasil yang lebih kecil dari jumlah kenaikan hasil sebelumnya dan bila terus ditambahkan kesatuan biaya variabel, maka jumlah kenaikan hasil akan semakin berkurang. Analisis ini sangat penting bagi seorang petani dalam mempertimbangkan sejauh mana menaikkan hasil produksi persatu bidang tanah per kesatuan biaya variabel.

Makeham dan Malcolm (1991) mengatakan biaya variabel proporsional terhadap tingkat intensitas setiap kegiatan, namun juga menentukan hasil per hektar, yakni jumlah dan jenis pupuk, bibit, pengolahan dan penyiangan sebagian besar menentukan hasil tanaman perhektar. Selanjutnya dikatakan biaya tetap hanya memiliki pengaruh kecil terhadap tingkat hasil perhektar, karena biaya tetap tidak berkaitan dengan suatu kegiatan khusus.

Apabila seorang petani terus manambah biaya variabel dengan jumlah dan komposisi biaya tetap sama, mengingat adanya hukum penambahan hasil yang semakin berkurang, maka pendapatan maksimal akan diperoleh pada saat biaya marginal sama dengan hasil marginal. Pada tingkat volume produksi ini, jumlah total pendapatan kotor lebih besar dari jumlah biaya total. Sebaliknya, apabila jumlah pendapatan total lebih besar daripada jumlah biaya total, tetapi selama jumlah pendapatan total lebih besar daripada jumlah total biaya variabel, produsen masih dapat menghasilkan karena selisih pendapatan total dan biaya variabel tersebut masih dapat dipakai untuk menutupi sebagian biaya tetap yang didalam keadaan apapun harus dibayar. Dengan demikian petani berusaha menekan kerugian serendah mungkin.

Jadi dapat disimpulkan bahwa biaya adalah jumlah pengeluaran baik langsung maupun tidak langsung yang dinilai dengan satuan uang dalam


(34)

mencapai suatu tujuan yaitu menghasilkan suatu output dan pendapatan. Pengeluaran dalam biaya tersebut harus diminimalkan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh sejumlah output atau jumlah produksi yang maksimal.

2.4.2 Resiko Tanam.

Pelaku hortikultura hendaknya mengetahui keadaan lingkungan setempat dimana mereka mengusahakan tanaman hortikultura. Dalam hal ini petani harus mengetahui tentang hama/penyakit penting yang dapat menyerang, gulma, kondisi tanah maupun iklim yang dapat membatasi pencapaian produksi maksimum dari tanaman yang diusahakan. Beberapa komponen faktor lingkungan yang penting dalam menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman di antaranya yaitu radiasi matahari, suhu, tanah, air.

Selain faktor lingkungan, kerusakan pada tanaman juga dapat disebabkan oleh faktor hama dan penyakit. Contoh hama antara lain bekicot, ulat, kutu, serangga, tikus, dan lain sebagainya. Cara perusakan biasanya dengan menggigit (memakan) ataupun menghisap cairan tanaman. Sementara penyakit yang menyerang tanaman biasanya disebabkan oleh mikro organisme seperti jamur, virus, ataupun bakteri. Penyakit pada tanaman yang diakibatkan terjangkitnya virus biasanya disebabkan oleh serangga, gesekkan, atau perairan (Tim penulis PS, 2008).

Secara umum, penyebab kerusakan pasca panen produk hortikultura adalah terjadinya kehilangan air (penyusutan) sebelum sampai ke konsumen tersebut. Kalau kehilangan air dari dalam produk yang telah dipanen jumlahnya relatif masih kecil mungkin tidak akan menyebabkan kerugian, tetapi apabila kehilangan air tersebut jumlahnya banyak akan menyebabkan hasil panen yang


(35)

diperoleh menjadi layu dan bahkan dapat menyebabkan produk hortikultura menjadi menyusut.

2.4.3 Modal.

Modal adalah salah satu faktor produksi yang menyumbang pada hasil produksi, hasil produksi dapat naik karena digunakannya alat-alat mesin produksi yang efisien. Dalam proses produksi tidak ada perbedaan antara modal sendiri dengan modal pinjaman, yang masing-masing menyumbang langsung pada produksi.

Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan di tabung dan di investasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku meningkatkan stock modal secara fisik (yakni nilai riil atas seluruh barang modal produktif secara fisik) dan hal ini jelas memungkinkan akan terjadinya peningkatan output di masa mendatang (Todaro,1998).

Menurut Mubyarto (1973) modal adalah barang atau uang yang secara bersama-sama faktor produksi, tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang yang baru. Pentingnya peranan modal karena dapat membantu menghasilkan produktivitas, bertambahnya keterampilan dan kecakapan pekerja juga menaikkan produktivitas produksi.

Modal mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya suatu usaha produksi yang didirikan. Modal dapat dibagi menjadi 2 yaitu modal tetap dan modal lancar. Modal tetap adalah modal yang memberikan jasa untuk proses produksi dalam jangka waktu yang relatif lama dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah produksi. Modal lancar adalah modal memberikan jasa


(36)

hanya sekali dalam proses produksi, baik dalam bentuk bahan baku ataupun kebutuhan lain sebagai penunjang usaha tersebut. Dapat dikemukakan pengertian secara klasik, dimana modal mengandung pengertian sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut.

Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi untuk menambah output (Irawan dan Suparmoko,1981). Dalam pengertian ekonomi, modal yaitu barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa baru.

Modal merupakan unsur pokok usaha tani yang penting. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang bersama-sama dengan faktor produksi lainnya dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan barang-barang baru. Pada usaha produksi, yang dimaksud dengan modal adalah lahan/tanah, bangunan-bangunan pertanian, alat-alat pertanian. Bahan-bahan pertanian dan uang tunai.

2.5 Pengertian Aspek Keuangan.

Menurut Suratman dalam Irawan (2006:9) bahwa aspek keuangan berkaitan dengan dari mana sumber dana yang akan diperoleh dari proyeksi pengembaliannya dengan tingkat biaya modal dari sumber dana yang bersangkutan.

Menurut Sutojo (2000:9) mengatakan bahwa evaluasi aspek keuangan mencakup perhitungan anggaran investasi yang dibutuhkan untuk membangun dan mengoperasikan proyek, struktur dan sumber pembiayaan investasi yang sehat, serta prospek kemajuan proyek menghasilkan keuntungan.


(37)

Selain itu menurut Husein dalam Irawan (2006:9) yang menambahkan bahwa studi aspek keuangan ini bertujuan untuk mengetahui perkiraan pendanaan dan aliran kas proyek bisnis sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya rencana bisnis tersebut.

Oleh karena itu, studi aspek keuangan adalah salah satu bagian yang mempunyai kekuatan dalam pengambilan keputusan investasi. Karena menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus.

2.6 Penyusutan.

Perhitungan Penyusutan menggunakan Metode Garis Lurus (Straight Line

Method), karena beban penyusutan sama setiap tahun, nilai aktivanya tetap

mengalami penurunan nilai dengan berlalunya waktu dan pola biaya pemeliharaan relatif konstan setiap tahunnya.

...(2.1)

2.7 Aliran Kas.

Setiap orang atau perusahaan yang bergerak dalam bisnis tertentu sudah pasti berharap mendapatkan laba atau keuntungan yang memadai dari keputusan investasi. Pada umunya aliran kas yang berhubungan dengan suatu proyek bisa dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

100 % Umur

X ( Harga perolehan – Nilai Residu) Rumus :


(38)

1) Aliran Kas Awal (Initial Cash Flow)

Aliran kas awal adalah aliran kas yang keluar dalam rangka untuk keperluan aktiva tetap dan penentuan besarnya modal kerja. Sifat arus kas ini adalah outflow atau arus kas keluar. Aliran kas awal ini tidak hanya terjadi pada awal periode, tetapi terjadi beberapa kali, pada tahun ke-1, 2, dan seterusnya.

2) Aliran Kas Operasional (Operational Cash Flow)

Menurut Martono dan Harijanto dalam Irawan (2006:12) mengatakan bahwa operational cash flow merupakan aliran kas yang terjadi selama umur investasi. Cara yang sering digunakan untuk menaksir operational

cash flow setiap tahunnya adalah dengan menyesuaikan taksiran rugi/laba

yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi dan menambahkannya dengan biaya-biaya yang sifatnya bukan tunai (Husnan, 1997:186). Menurut Husnan (1997:189) cara menaksir kas operasional adalah:

Aliran Kas Masuk = Laba Setelah Pajak + Penyusutan + Bunga...(2.2) Untuk menaksir aliran kas operasional perlu ditentukan periode yang diperkirakan. Umumnya periode yang digunakan dalam menaksir aliran kas operasional ini disesuaikan dengan umur ekonomis investasi tersebut.

3) Aliran Kas Terminal (Terminal Cash Flow)

Terminal cash flow merupakan kas masuk yang akan diterima oleh

perusahaan akibat dari habisnya umur ekonomis suatu proyek investasi.

Terminal cash flow akan diperoleh pada akhir umur ekonomis suatu

investasi. Menurut Husnan (1997:190) terminal cash flow pada umumnya terdiri dari cash flow nilai sisa (residu) investasi tersebut dan pengembalian


(39)

modal kerja. Beberapa proyek masih mempunyai nilai sisa meskipun aktiva-aktiva tetapnya sudah tidak mempunyai nilai ekonomis lagi. Gabungan dari aliran kas akhir yang berasal dari modal kerja dan penjualan aktiva tetap yang sudah habis umur ekonominya dengan aliran kas operasionalnya ini, digunakan dalam rangka penentuan kelayakan investasi. Berdasarkan jenis aliran kas tersebut selanjutnya dilakukan estimasi aliran kas proyek secara keseluruhan. Tujuannya adalah sebagai dasar pemberian kelayakan proyek investasi sesuai dengan model penilaian investasi.

2.8 Break Event Point (BEP).

BEP merupakan suatu ukuran untuk mengetahui berapa jumlah produksi minimum dan harga jual minimum agar investasi tidak mengalami kerugian tetapi juga tidak menerima keuntungan. Menurut Atmaja (2008:231) analisis Break

Event Point digunakan untuk menentukan jumlah penjualan (dalam Rp atau unit)

yang menghasilkan EBIT (Earnings Before Interest And Tax atau laba bersih setelah bunga dan pajak) sebesar 0.

BEP adalah suatu keadaan dimana hasil usaha yang diperoleh sama dengan modal yang dikeluarkan, dengan kata lain BEP merupakan titik impas yang menunjukkan usaha tidak untung dan tidak rugi. Dalam menentukan tingkat BEP, perhitungan dilakukan pada setiap satuan unit produksi atau dalam rupiah. BEP dapat dihitung jika telah diketahui biaya tetap, biaya produksi, dan hasil penjualan (Rahardi, 2008). Menurut Atmaja (2008:231) rumus untuk menghitung break


(40)

...(2.3)

...(2.4)

Dimana:

F = Total Fix Cost (Biaya Tetap). P = Harga Jual Per Unit.

V = Variable Cost (Biaya Variabel) Per Unit.

2.9 Return On Investment (ROI).

Menurut Rahardi (2007:69) ROI merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal atau untuk mengukur keuntungan usaha dalam kaitannya dengan investasi yang digunakan. Tujuan analisis ROI adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Besar dan kecilnya ROI ditentukan oleh tingkat perputaran modal yang digunakan dalam berproduksi dan keuntungan bersih yang didapatkan. Metode ROI dapat dihitung dengan rumus berikut:

...(2.5)

Keterangan Rumus :

ROI = Nilai yang dicari. Np = Keuntungan bersih. I = Jumlah investasi. BEP =

F P – V

BEP =

F 1 – V / P


(41)

Keuntungan ROI:

a) Mudah di pahami dan tidak sulit menghitungnya.

b) Tidak seperti periode pengembalian, lingkup pengkajian kriteria ini menjangkau seluruh umur investasi.

Kekurangan ROI:

1) Terdapat berbagai macam variasi untuk menghitung ROI sehingga sering kali sulit dalam menentukan besar angka ROI yang akan dipakai sebagai patokan menerima atau menolak usulan investasi.

2) Tidak menunjukkan profit laba terhadap waktu. Hal ini menyebabkan pengambilan keputusan yang kurang tepat.

2.10 Metode Penilaian Investasi.

Setiap usulan investasi perlu dilakukan penilaian terlebih dahulu. Aspek yang digunakan dalam penilaian suatu investasi umumnya meliputi beberapa aspek, diantaranya aspek lingkungan, hukum, pasar, teknis, dan keuangan. Aspek keuangan sangat berkaitan dengan pengelolaan keuangan perusahaan. Maka dari itu, dari aspek keuangan suatu usulan investasi akan dinilai kelayakannya untuk dapat dilaksanakan atau tidak. Menurut Suratman dalam Irawan (2006:15) bahwa penilaian investasi harus mempertimbangkan konsep nilai waktu uang (Time

Value of Money).

Pada bagian ini akan dibahas beberapa metode yang akan digunakan dalam penilaian suatu investasi. Adapun metode yang akan digunakan adalah:

1. Net Present Value (NPV)

2. Internal Rate of Return (IRR)


(42)

A. Net Present Value (NPV).

Net Present Value atau nilai bersih saat ini merupakan cara lain untuk

menentukan tingat keuntungan sebuah investasi. Menurut Husein dalam Irawan (2006:16) metode ini menghitung selisih antara Present Value (PV) dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional dan aliran kas terminal) dimasa yang akan datang. NPV dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:

NPV = PVAKB - PV ...(2.6) Dimana :

...(2.7)

Keterangan :

PVAKB : Present Value arus kas bersih. AKB : Arus Kas Bersih.

: Discount Factor . I : Tingkat suku bunga. N : Banyak periode (bulan). Dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

a) Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima. b) Jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak.

c) Jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap walaupun diterima atau ditolak. Kelebihan metode NPV adalah:

1) Memperhitungkan Time Value of Money.

2) Memperhitungkan kas yang masuk sepanjang umur investasi.


(43)

4) Memenuhi prinsip pertambahan nilai.

Kekurangan metode NPV adalah manajemen harus dapat menaksir tingkat biaya modal yang relevan selama usia ekonomis proyek.

B. Internal Rate of Return (IRR).

Menurut Husnan (1997:210) metode Internal Rate of Return digunakan untuk menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa mendatang. Jadi investasi dikatakan menguntungkan jika tingkat bunga ini lebih besar dibandingkan dengan tingkat bunga relevan (tingkat keuntungan yang diisyaratkan). Namun jika lebih kecil maka dikatakan merugikan.

Sedangkan menurut Martono dan Harjito dalam Irawan (2006:17), metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga (Discount Rate) yang menyamakan nilai sekarang dari aliran kas (Present Value of Proceed) dan investasi (Initial Outlays). Pada saat nilai IRR sudah tercapai, maka nilai NPV sama dengan nol. Untuk mencari besarnya IRR dapat dilakukan dengan cara berikut ini:

1) Mencari arus pengembalian diskonto dengan langkah sebagai berikut:

...(2.8)

Keterangan Rumus:

(C)t = Aliran kas masuk pada tahun ke t (CF) = Biaya pertama

I = Arus pengendalian (diskonto)


(44)

2) Mencari arus pengembalian diskonto yang menghasilkan NPV aliran kas masuk sama dengan aliran kas keluar dengan metode trial and error.

IRR dapat dicari dengan cara coba-coba (trial and error). Langkah yang harus dilakukan adalah menghitung nilai sekarang dari arus kas masuk dari suatu investasi dengan menggunakan suku bunga tertentu, lalu dibandingkan dengan nilai sekarang (Present Value) biaya investasi.

Jika Present Value dari Cash Inflow lebih besar dari investasi maka dicoba lagi dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Begitu juga sebaliknya jika

Present Value dari Cash Inflow lebih kecil maka dicoba lagi dengan tingkat

suku bunga yang lebih rendah.

3) Melakukan interpolasi untuk memperoleh angka yang lebih akurat.

Setelah diperoleh dua suku bunga yang mengakibatkan NPV positif dan NPV negatif, maka IRR yang tepat dapat dicari dengan cara melakukan interpolasi (analisis selisih), yaitu:

...(2.9) Keterangan Rumus:

P1 = Tingkat bunga ke 1. P2 = Tingkat bunga ke 2. C1 = Nilai NPV Positif. C2 = Nilai NPV Negatif.

C. Profitability Index (PI).

Menurut Husnan (1997:211) metode PI digunakan untuk menghitung perbandingan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa datang dengan nilai sekarang investasi.


(45)

Sedangkan menurut Deanta (2006:32) PI merupakan perbandingan nilai sekarang aliran kas masuk pada masa yang akan datang dengan nilai investasi.

Adapun rumus untuk menghitung PI adalah:

Profitability Index = PVAKB ...(2.10)

Modal Investasi

Jika PI lebih besar dari satu, maka proyek dikatakan menguntungkan, namun jika kurang maka dikatakan tidak menguntungkan.


(46)

37

Dalam pembuatan aplikasi ini menerapkan konsep Siklus Hidup Pengembangan Sistem (Systems Development Life Cycle) yang berfungsi untuk menggambarkan tahapan-tahapan utama sekaligus langkah-langkah dari setiap tahapan. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pembuatan Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season adalah sebagai berikut :

3.1 Analisis Sistem.

3.1.1 Identifikasi Masalah.

Pada saat ini investor hortikultura masih mengandalkan kebiasaan dalam memilah prioritas tanaman yang ingin dikembangkan tanpa memperhitungkan kondisi harga pasar. Ketika investor telah memilih tanaman yang akan dikembangkan dan berharap harga pasca panen akan tinggi, namun kenyataannya justru harga jual menurun. Kebiasaan seperti ini masih dilakukan oleh investor di daerah Propinsi Jawa Timur yang merupakan salah satu sentra potensial bagi produksi tanaman hortikultura di Indonesia.

Berbagai komoditas dapat dikembangkan di Kabupaten Malang. Beberapa contoh komoditas yang terdapat di kabupaten Malang antara lain kentang, bawang merah, dan cabe besar. Harga kentang tingkat petani di Kec. Poncokusumo Kab. Malang menurun pada Oktober 2011 yang semula Rp 6.000,- s/d Rp 7.000,- per kg menjadi Rp 3.000,-. Komoditas bawang merah juga mengalami penurunan


(47)

harga jual yang semula Rp 7.500,- menjadi Rp 6.500,- per kg pada Bulan Mei 2012, sedangkan cabe besar pada Bulan Agustus 2012 turun menjadi Rp 5.500,- per kg dari harga Rp 7.000,- per kg.

Bawang daun dan kubis merupakan beberapa contoh komoditas yang terdapat di Kabupaten Probolinggo. Kedua komoditas ini pun juga mengalami penurunan harga. Harga kubis di Desa Ledokombo Kabupaten Probolinggo yang semula harganya Rp 8.000,- turun hingga Rp 5.000,- pada bulan Agustus 2011 dan untuk bawang daun turun menjadi Rp 2.000,- dari harga semula Rp 2.500,-.

Penurunan harga jual juga terjadi pada komoditas di Kabupaten Jember, beberapa komoditas tersebut contohnya adalah tomat, kubis, dan semangka. Harga tomat buah yang semula Rp 10.000,- per kg turun menjadi Rp 7.000,- per kg dan untuk harga kubis yang semula Rp 4.000,- menjadi Rp 3.000,-, sedangkan semangka turun harga menjadi Rp 4.000,- dari harga semula Rp 5.000,-

Penurunan harga merupakan salah satu sifat khas dari hasil komoditas

on-season akibat adanya panen raya, namun hasilnya sangatlah dibutuhkan oleh

masyarakat karena merupakan kebutuhan pokok sehari-hari. Kondisi demikian mengakibatkan sebagian investor di tiga daerah tersebut mengalami kerugian karena keputusan yang diambil tidak disertai dengan analisis sehingga investor tersebut tidak mampu menutupi biaya produksi dari hasil penjualannya, dan ada pula beberapa investor lain yang hanya sekedar balik modal saja. Permasalahan seperti ini menuntut investor agribisnis hortikultura untuk dapat membaca peluang dalam memilih komoditas yang akan dikembangkan kedepannya.


(48)

3.1.2 Analisis Kebutuhan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dibutuhkanlah beberapa informasi yang akan menjadi input dari penentuan komoditas yang paling layak untuk dikembangkan. Informasi tersebut antara lain adalah informasi proyeksi harga jual, informasi perhitungan total biaya investasi, informasi perhitungan anggaran keuangan, dan perhitungan kelayakan investasi setiap komoditas.

Informasi proyeksi harga jual yang akan dihasilkan membutuhkan data mengenai histori harga jual komoditas untuk setiap kota dan data inisial proyek yang terdiri dari lokasi (kota) investasi beserta macam jenis komoditasnya, penentuan waktu (bulan) penilaian investasinya dan luas lahan yang akan ditanami. Informasi perhitungan total biaya investasi yang akan dihasilkan membutuhkan data berupa detail kebutuhan investasi dari luas lahan yang telah ditentukan dan biaya penyusutan dari komponen biaya tetapnya. Informasi perhitungan anggaran keuangan terdiri dari proyeksi rencana pendapatan, proyeksi laba rugi, dan proyeksi aliran kas bersih. Perhitungan proyeksi rencana pendapatan membutuhkan data resiko kegagalan tanam dan proyeksi harga jual serta detail kebutuhan investasi berupa data total volume benih. Perhitungan proyeksi laba rugi membutuhkan data total biaya investasi, biaya penyusutan, proyeksi rencana pendapatan, dan pajak. Perhitungan proyeksi aliran kas bersih membutuhkan biaya penyusutan dan data proyeksi laba rugi berupa data laba bersih setelah pajak. Informasi perhitungan kelayakan investasi setiap komoditas terdiri dari perhitungan BEP, ROI, NPV, IRR, dan PI. Informasi perhitungan kelayakan investasi yang akan dihasilkan membutuhkan data berupa proyeksi harga jual, total biaya investasi, proyeksi rencana pendapatan, proyeksi laba rugi,


(49)

dan proyeksi aliran kas bersih serta informasi mengenai besarnya discount factor (DF).

Pengolahan data yang telah dihitung secara keseluruhan, maka hasilnya akan dibandingkan antar komoditas dan didapatkan output akhir berupa rekomendasi satu komoditas yang paling layak untuk dikembangkan. Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season ini diharapkan dapat membantu investor dalam menentukan pilihan investasinya.

3.2 Perancangan Sistem.

Perancangan sistem dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang berkenaan dengan aplikasi yang akan dibangun serta untuk memudahkan pemahaman terhadap sistem. Pemodelan yang digunakan dalam perancangan sistem adalah Data Flow Diagram (DFD) dan membuat Entity Relational

Diagram (ERD) terdiri dari Conceptual Data Model (CDM) dan Phisical Data Model (PDM).

3.2.1 Rancangan Model.

Berdasarkan analisis kebutuhan di atas, maka dikembangkanlah suatu Rancang Bangun Aplikasi Prototype Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season.

Penginputan data dan pengolahan data dilakukan dengan cara merancang

database dan membuat sistem. Data-data tersebut nantinya akan ditampung dan

diolah oleh aplikasi sehingga dapat memberikan informasi dengan lebih terstruktur dan bermanfaat bagi para pengguna. Secara garis besar, gambaran


(50)

umum Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Gambaran Umum Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura

On-Season.

Pada Gambar 3.1 terlihat jelas gambaran umum dari Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season ini. Dalam proses menghitung total biaya investasi, pertama kali investor akan diminta untuk menentukan inisial proyek investasi berupa penentuan lokasi (kota) dan komoditas yang diinginkan investor (user) beserta waktu penilaian investasi. Waktu penilaian investasi digunakan untuk menghitung proyeksi harga jual kedepan dengan menentukan waktu (bulan) yang diharapkan investor untuk dapat melakukan panen, kemudian dicari rata-rata harga jual dengan merata-rata harga jual pada bulan tersebut yang diambil dari histori harga jual 3 tahun sebelumnya. Selanjutnya investor akan diminta untuk menentukan luas lahan berupa panjang dan lebar lahan yang akan digunakan sebagai acuan dalam menghitung detail kebutuhan investasi. Admin akan memberikan support data berupa perhitungan kebutuhan investasi beserta besarnya biaya sesuai dengan ketentuan yang telah dimasukkan oleh investor, maka dengan ini akan diketahui total biaya investasi


(51)

yang dibutuhkan untuk satu kali masa tanam beserta perhitungan biaya penyusutannya.

Setelah diketahui total biaya investasi untuk satu kali masa tanam, maka selanjutnya akan dihitung proyeksi rencana pendapatan yang akan diterima investor. Besarnya proyeksi pendapatan dapat diketahui dengan cara menghitung banyaknya buah dari jumlah benih yang dapat dipanen dan telah dikurangi dengan data besarnya resiko kegagalan tanam, lalu dikalikan dengan proyeksi harga jualnya. Setelah diketahui besarnya proyeksi rencana pendapatan yang akan diterima, dibuatlah laporan anggaran keuangan berupa laporan laba rugi dan laporan aliran kas bersih.

Berdasarkan hasil dari proses perhitungan total kebutuhan biaya investasi, proyeksi rencana pendapatan, dan pembuatan anggaran keuangan, selanjutnya akan dilakukan perhitungan BEP dan ROI serta perhitungan kelayakan investasi berupa NPV, IRR, dan PI. Hasil yang didapat setelah melakukan perhitungan kelayakan untuk setiap komoditas, selanjutnya akan dibandingkan dan dilakukan penilaian (skoring) dengan komoditas lainnya. Setelah dilakukan penilaian maka akan didapatkan rekomendasi satu komoditas yang paling layak untuk dikembangkan beserta hasil analisisnya.

3.2.2 Model Pengembangan Sistem.

Model yang akan digunakan dalam pembuatan aplikasi ini adalah dengan melakukan perhitungan biaya investasi atas beberapa komponen biaya, membuat laporan keuangan dan melakukan perhitungan kelayakan investasi serta membandingkan dengan memberikan penilaian sekaligus analisis hasil akhirnya.


(52)

INPUT PROSES OUTPUT PROYEKSI HARGA JUAL HISTORI HARGA JUAL KEBUTUHAN INVESTASI HITUNG BIAYA INVESTASI (Tiap Komoditas) PROYEKSI BIAYA INVESTASI RESIKO SUSUT BUAH RESIKO RUSAK TANAMAN RENCANA PENDAPATAN PROYEKSI RUGI / LABA

LAPORAN HASIL ANALISIS REKOMENDASI KOMODITAS INISIAL PROYEK HITUNG ANGGARAN KEUANGAN (Tiap Komoditas) PROYEKSI BIAYA PENYUSUTAN HITUNG KELAYAKAN INVESTASI (Tiap Komoditas) Discount Factor (DF) PERBANDINGAN KELAYAKAN INVESTASI & ANALISIS (Antar Komoditas) LAPORAN HASIL ANALISIS PROYEKSI ALIRAN KAS (CashFlow) PROYEKSI HARGA JUAL PROYEKSI BIAYA INVESTASI PROYEKSI BIAYA PENYUSUTAN PAJAK PROYEKSI HARGA JUAL PROYEKSI BIAYA INVESTASI RENCANA PENDAPATAN PROYEKSI RUGI / LABA

PROYEKSI ALIRAN KAS

(CashFlow)

Gambar 3.2 Block Diagram Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura


(53)

A. Input.

Secara umum investasi dalam bidang pertanian mempunyai komponen input yang sama. Namun secara khusus setiap investor memiliki keinginan yang berbeda-beda dalam investasinya. Komponen input yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain :

1. Data inisial proyek investasi : a) Jenis Investasi.

Jenis investasi yang dimaksudkan adalah letak lokasi (kota) yang diinginkan investor untuk mengimplementasikan investasinya dan jenis komoditas yang diinginkan investor untuk diinvestasikan. Berikut macam jenis komoditas hortikultura sayur dan buah semusim yang berkembang di daerah Jawa Timur, dalam penelitian ini dikhususkan untuk daerah di Kabupaten Jember, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Malang yang dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Macam Jenis Komoditas Hortikultura Sayur dan Buah Semusim di 3 Kabupaten.

No. Komoditas Kabupaten

Jember Probolinggo Malang Buah

1. Semangka V V V

2. Melon V V V

Sayuran

3. Bawang Merah - V V

4. Bawang Putih - - V

5. Bawang Daun - V -

6. Kentang - V V


(54)

No. Komoditas Kabupaten

Jember Probolinggo Malang

8. Cabe Merah V V V

9. Cabe Rawit V - V

10. Wortel - V V

11. Tomat V V V

12. Ketimun - - V

13. Terung - - V

14. Jamur - - -

15. Kembang Kol - - V

b) Waktu Penilaian Investasi.

Waktu yang dimaksudkan adalah bulan yang diharapkan investor untuk dapat dinilai kelayakannya atau dimaksudkan bulan pada saat panen dan dilakukan penjualan. Waktu yang digunakan adalah bulan-bulan yang masuk dalam kategori on-season, dalam hal ini adalah musim kemarau yaitu antara Bulan April hingga Bulan September.

2. Histori Harga Jual.

Histori harga jual komoditas digunakan sebagai acuan dasar dalam menentukan proyeksi atau prediksi harga jual di tahun yang akan datang. Histori harga jual akan dibedakan berdasarkan kota dan masing-masing komoditas yang ada didalamnya, mulai dari tahun 2010-2012 dan harga jual yang digunakan adalah harga jual tingkat petani (Harga TK.1/harga produsen). 3. Kebutuhan Investasi.

Dalam penelitian ini, kebutuhan akan dibedakan menjadi tiga, yaitu kebutuhan operasional, kebutuhan overhead, dan kebutuhan tetap.


(55)

a) Kebutuhan Operasional.

Kebutuhan operasional merupakan kebutuhan yang dapat berubah sesuai dengan besar kecilnya hasil panen yang diinginkan selama proses investasi berjalan. Adapun yang termasuk dalam kebutuhan operasional antara lain :

a.1 Benih Komoditas.

Benih merupakan cikal bakal tumbuhan yang berupa biji. Dalam membudidayakan sebuah tanaman, biji harus dikecambahkan dulu melalui proses pembenihan, sebelum akhirnya siap ditanam dilahan pertanian. Benih yang telah berkecambah biasa disebut dengan bibit. Bibit merupakan perkecambahan dari benih yang berupa tumbuhan kecil yang memiliki minimal 3 tangkai dengan daun di setiap tangkainya dan juga memiliki ujung tunas serta akar.

a.2 Pupuk.

Pemupukan merupakan proses penambahan unsur hara yang diberikan ke dalam tanah atau disemprotkan pada tanaman dengan maksud memperbaiki pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Secara umum, pupuk yang dibutuhkan tanaman dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pupuk organik dan an-organik. Pupuk organik bersifat memperbaiki struktur/kondisi tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, dan menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah. Jenis pupuk organik antara lain pupuk kandang, pupuk kompos, dan pupuk hijau. Sedangkan pupuk an-organik adalah pupuk buatan manusia (pabrikan).


(56)

a.3 Pestisida.

Pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk

memberantas Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Pestisida diperlukan saat penanaman karena hampir semua jenis tanaman sayuran dan buah-buahan disukai oleh organisme pengganggu. Menurut fungsinya, pestisida dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu

insektisida, akarisida, fungisida, nematisida, helisida, rodentisida, dan bakterisida.

a.4 Perekat.

Sudah menjadi kebiasaan petani dalam satu kali proses penyemprotan untuk mengendalikan hama penyakit tanaman, digunakan beberapa jenis pestisida. Suatu produk yang tidak pernah ketinggalan oleh petani setiap kali melakukan penyemprotan adalah produk perekat (Sticker). Produk ini bukan termasuk dari jenis pestisida yang dimaksudkan untuk mengendalikan hama atau penyakit tertentu pada tanaman, tapi keberadaan produk ini selalu menyertai dalam setiap aplikasi penyemprotan. Sticker berfungsi untuk merekatkan larutan semprot pestisida pada permukaan daun atau bagian tanaman. Sticker bekerja dengan cara meningkatkan adesi partikel ke bidang sasaran, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya butiran semprot pestisida luruh (roll off) atau tercuci akibat guyuran air hujan. Beberapa diantara produk Sticker juga berfungsi mengurangi penguapan. Kebanyakan produk perekat yang dijual di pasaran juga merupakan bahan perata (surfaktan).


(57)

b) Kebutuhan Overhead.

Kebutuhan overhead merupakan kebutuhan produksi selain kebutuhan bahan baku.

b.1 Tenaga Kerja (Buruh Tani).

Tenaga kerja yang digunakan sebagai salah satu faktor produksi dapat berupa tenaga kerja manusia, hewan, ataupun mesin. Pengaruh paling besar terhadap keberhasilan proses produksi yaitu faktor tenaga kerja manusia. Kebutuhan tenaga kerja bersifat musiman, artinya suatu saat investasi memerlukan banyak tenaga kerja sedangkan di lain waktu hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja, kondisi ini juga dilihat dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Macam jenis pekerjaan secara umum yang dilakukan saat proses produksi berlangsung antara lain:

b.1.1 Pembersihan lahan dan olah lahan (bajak/traktor). b.1.2 Pembuatan bedengan.

b.1.3 Pembibitan.

b.1.4 Pemasangan mulsa. b.1.5 Pembuatan lubang tanam. b.1.6 Pemasangan ajir.

b.1.7 Penanaman. b.1.8 Pengairan. b.1.9 Pemupukan.

b.1.10 Penyiangan dan pembumbunan. b.1.11 Penyemprotan pestisida.


(58)

b.2 Transportasi.

Transportasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya biaya kebutuhan investasi. Biaya transportasi merupakan biaya akomodasi yang digunakan selama masa tanam, dan biasanya baru tampak ketika pasca panen yang digunakan untuk mengangkut hasil panen ke pasar. Besarnya biaya transportasi dipengaruhi oleh faktor kemampuan daya angkut suatu kendaraan dibandingkan dengan total berat dari hasil panen yang nantinya akan mempengaruhi intensitas kendaraan tersebut digunakan, serta jauhnya jarak lokasi usaha ke pasar ataupun pusat kota juga terkadang ikut mempengaruhi besarnya biaya transportasi.

b.3 Pengairan.

Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha mendatangkan air dengan membuat bangunan dan saluran untuk ke sawah atau ladang dengan cara teratur dan membuang air yang tidak diperlukan lagi, setelah air itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Dapat juga pengairan mengandung arti memanfaatkan dan menambah sumber pasokan air bagi kehidupan tanaman. Apabila air yang terdapat dalam tanah berlebihan maka perlu dilakukan pembuangan (drainase) agar tidak mengganggu kehidupan tanaman. Apabila air yang terdapat dalam tanah sedikit atau bahkan kekurangan, pemasangan pompa air dapat menjadi solusi yang tepat.


(59)

b.4 Lahan.

Lahan merupakan sarana yang penting untuk mendirikan sebuah usaha tani. Bila kita menghubungkan faktor-faktor ekologi dengan jenis tanaman buah dan sayuran yang ada disuatu daerah, akan tampak jelas adanya syarat tertentu untuk tumbuhnya tanaman tersebut. Secara tidak langsung dapat diartikan bahwa lahan pada setiap daerah memiliki kondisi yang berbeda-beda. Hal ini dapat menyebabkan biaya produksi yang ditimbulkan untuk tiap daerah berbeda pula, walaupun dengan komoditas yang sama. Sebagai contoh faktor kelembapan tanah yang berbeda antar daerah yang dipengaruhi oleh ketinggian daerah tersebut. Apabila tanah memiliki kelembapan yang tidak sesuai dengan standart yang dibutuhkan oleh tiap komoditas, maka petani perlu memberikan pupuk tambahan hingga tingkat keasaman tanah sesuai. Penggunaan pupuk tambahan ini nantinya akan berpengaruh pula terhadap besarnya biaya investasi. Selain faktor topografi dari lahan itu sendiri, faktor kepemilikan lahan juga merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya biaya investasi. Biaya investasi yang timbul akibat kepemilikan lahan pribadi lebih sedikit daripada investor yang harus menyewa lahan milik orang lain. Biaya sewa lahan juga berbeda-beda untuk tiap daerah. b.5 Lain-lain.

Biaya ini dialokasikan guna menutupi pengeluaran tak terduga selama proses produksi berlangsung. Hal-hal kecil yang tidak bisa didefinisikan secara jelas ataupun hal yang bersifat tips dan trik berdasarkan uji coba petani, juga termasuk dalam kategori biaya


(60)

lain-lain. Sebagai contoh pemanfaatan lampu oleh petani bawang merah di Kabupaten Probolinggo yang bertujuan untuk menarik perhatian serangga dimalam hari agar tidak mengganggu tanaman bawang. Dalam penerapannya, tidak semua petani ditiap daerah menggunakan trik lampu ini untuk menanggulangi serangan hama serangga, dimana pada umumnya para petani lebih sering menggunakan insektisida untuk memberantas hama serangga. Maka dari itu, biaya lain-lain ini akan diasumsikan sebesar 15% dari total kebutuhan investasi.

c) Kebutuhan Tetap.

Kebutuhan tetap merupakan kebutuhan yang tidak dapat berubah selama proses investasi berjalan. Adapun yang termasuk dalam biaya tetap antara lain :

c.1 Polybag.

Polybag adalah plastik yang digunakan sebagai pengganti pot pada

saat proses pembenihan. Pembenihan merupakan proses pengubahan benih menjadi bibit. Dipilihnya polybag sebagai media taman karena media ini memiliki keunggulan diantaranya murah, tahan karat, dan mudah diperoleh. Selain itu sistem aerasi, drainase, dan porous (penyerapan air) wadah ini sangat baik sehingga tanaman dapat tumbuh subur. Menanam dalam media polybag dapat menghindari penyakit tular tanah.

c.2 Plastik Hitam Perak (Mulsa).

Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya, yang dimaksudkan untuk menjaga kelembapan tanah serta menekan


(1)

144

Gambar 4.16 Laporan BEP Komoditas Kubis.

...(2.3)

...(2.4)

Gambar 4.17 Laporan ROI Komoditas Kubis.

...(2.5) BEP =

F P – V

BEP =

F 1 – V / P


(2)

145

Gambar 4.18 Laporan NPV dan IRR Komoditas Kubis.

NPV = PVAKB - PV ...(2.6)

...(2.7)

IRR = ...(2.9)

...(2.8)

Gambar 4.19 Laporan PI Komoditas Kubis.

Profitability Index = PVAKB ...(2.10) Modal Investasi


(3)

146

4.2.2 Analisis Hasil Uji Coba

Analisis hasil uji coba dari keseluruhan uji yang telah dilakukan akan digunakan untuk menentukan kelayakan fungsi aplikasi berdasarkan desain yang telah ditetapkan. Analisis hasil uji coba berisi kesimpulan untuk setiap uji coba yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan uji kasus yang telah dilakukan, maka dapat di ambil kesimpulan pada hasil uji kasus sebagai berikut :

1. Sistem mampu melakukan perhitungan rencana pendapatan serta menghasilkan output laporan rencana pendapatan dengan baik dan benar.

2. Sistem mampu melakukan perhitungan proyeksi laba rugi serta menghasilkan output laporan proyeksi laba rugi dengan baik dan benar.

3. Sistem mampu melakukan perhitungan proyeksi aliran kas serta menghasilkan output laporan proyeksi aliran kas dengan baik dan benar.

4. Sistem mampu melakukan perhitungan kelayakan investasi serta menghasilkan output laporan kelayakan investasi dengan baik dan benar.

5. Sistem mampu melakukan perhitungan perbandingan komoditas serta menghasilkan output laporan rekomendasi komoditas dengan baik dan benar.


(4)

147 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan.

Setelah dilakukan uji coba dan evaluasi terhadap aplikasi prototype analisis kelayakan investasi agribisnis hortikultura on-season ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa aplikasi ini dapat menghasilkan output berupa rekomendasi 1 komoditas paling layak melalui perhitungan analisis kelayakan investasi yang ditinjau berdasarkan aspek keuangan.

5.2 Saran.

Adapun saran yang dapat diberikan kepada peneliti berikutnya apabila ingin mengembangkan perangkat lunak yang telah dibuat ini agar menjadi yang lebih baik adalah:

1. Sistem dibuat lebih dinasmis dengan memperhatikan event yang terjadi setiap bulan, karena adanya event akan berpengaruh terhadap proses perhitungan khususnya terhadap biaya.

2. Analisis resiko kegagalan tanam perlu dibuat lebih mendetail dan lebih terperinci.

Aplikasi web ini dikembangkan menjadi aplikasi mobile berbasis android agar dapat diakses dimanapun dan kapanpun oleh investor, mengingat bahwa semakin berkembangnya teknologi mobile dengan perangkat yang low-end prise sehingga mudah dijangkau oleh seluruh kalangan investor


(5)

148

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen Hortikultura. 2009. Gambaran Kinerja Makro Hortikultura 2008. Firdaus, Muhammad. 2008. Manajemen Agribisnis. PT Bumi Aksara. Jakarta. Irawan, Bambang. 2007. Fluktuasi Harga, Transmisi Harga dan Marjin Pemasaran

Sayuran dan Buah.

Notodimedjo, Soewarno. 1997. Strategi Pengembangan Hortikultura Khususnya Buah-buahan dalam menyongsong Era Pasar Bebas. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Hortikultura, Fak.Pertanian Unibraw, Malang. 74 pp.

Tim Penulis PS. 2008. Agribisnis Tanaman Sayur dan Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Zulkarnain. 2009. Dasar-Dasar Hortikultura. Bumi Aksara. Jakarta. Husnan, Suad. 1996. Manajemen Keuangan. BPFE. Yogyakarta. Husnan, Suad. 1984. Studi Kelayakan Proyek. BPFE. Yogyakarta. Setia Atmaja, Lukas. 2008. Manajemen Keuangan. ANDI. Yogyakarta.

Deanta, A. 2006. Perencanaan Investasi dan Studi Kelayakan Proyek Dengan Microsoft Excel. Andi Offset. Yogyakarta.

Prihadi, Toto. 2010. Analisis investasi. PPM. Jakarta Pusat.

Saparinto, cahyo. 2011. Panen sayur secara rutin di lahan sempit. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sunarjono, hendro. 2013. Berkebun 26 jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.

PS, Tim Penulis. 2008. Agribisnis Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. PS, Tim Penulis. 2007. Agribisnis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta. Darsono. 2005. Laporan keuangan.ANDI.yogyakarta


(6)

149

http://hortikultura.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=218& Itemid=2(diakses 28 Mei 2012).

http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/ART5-4c.pdf (diakses 19 Maret Mei 2012).

http://distanhut-kotabatu.org/data-statistik/#.UDoF98Hia8A(diakses 26 Agustus 2012 )

http://www.medanbisnisdaily.net/news/read/2012/12/19/2666/lalat_buah_mengga nas_petani_jeruk_gagal_panen/#.UNKZQeQ3v58(diakses 20 Desember 2012)

http://www.investor.co.id/agribusiness/ekspor-hortikultura-ditargetkan-naik-30-2014/14052(diakses 9 September 2012).