Akne Vulgaris Grade IV

Laporan Kasus
AKNE VULGARIS GRADE IV
dr. Riana Miranda Sinaga, SpKK
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI DAFTAR ISI ...................................................................................................................i PENDAHULUAN .........................................................................................................1 LAPORAN KASUS .......................................................................................................2 DISKUSI ........................................................................................................................3 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................6
Universitas Sumatera Utara

AKNE VULGARIS GRADE IV
PENDAHULUAN
Akne vulgaris adalah suatu peradangan kronis folikel pilosebasea yang ditandai dengan komedo, papula, pustula, kista, nodul, dan parut pada daerah predileksi yaitu pada muka, leher, dada, punggung, dan lengan bagian atas.1,2
Umumnya insiden terjadi sekitar umur 14-17 tahun pada wanita dan 16-19 tahun pada pria. Terjadinya akne merupakan pengaruh dari berbagai faktor (multifaktorial), antara lain adalah keratinisasi yang abnormal dalam infundibulum dari folikel, produksi sebum yang berlebihan, proliferasi Propioneibacterium acnes dan inflamasi.1-4
Lesi patognomonik atau karakteristik untuk akne adalah komedo. Lesi akne polimorfik terdiri dari komedo, papul, pustul, nodul, kista, dan parut.1,2
Pillsbury membagi berat ringannya akne berdasarkan ada tidaknya radang dan membaginya atas 4 tingkat, yaitu: Tingkat I : Lesi terdiri dari komedo tanpa ada peradangan, Tingkat II : Lesi terdiri dari komedo, pustul kecil, dan lesi meradang superfisial, Tingkat III : Lesi yang terdiri dari komedo, pustul kecil, dan ada kecendrungan yang terjadi peradangan yang lebih dalam, Tingkat IV : Akne konglobata dengan lesi utama nodul, kista dan parut.2
Pengobatan akne dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obat topikal (asam salisil, retinoid, preparat sulfur, asam azelaik, benzoil peroksida, antibiotik topikal, antiperadangan topikal ringan atau sedang atau suntikan intralesi kortikosteroid potensi poten (triamsinolon asetonide 2,5-10 mg/ml) pada lesi nodulo kistik, obat sistemik (antibiotik oral, obat hormonal, Vitamin A retinoid oral) bedah kulit (dermabrasi, bedah skalpel, bedah listrik, bedah kimia ) atau kombinasi caracara tersebut.1-7
Universitas Sumatera Utara

LAPORAN KASUS
Seorang pria berusia 18 tahun, suku jawa, pelajar, datang ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS.H. Adam Malik Medan, Agustus 2008, dengan keluhan utama benjolan-benjolan merah di wajah yang terasa nyeri disertai rasa gatal sejak ± 2 tahun yang lalu. Awalnya hanya berupa bintil-bintil kecil berwarna merah yang tidak terlalu banyak tetapi semakin lama semakin meluas dan setelah pecah meninggalkan bekas berupa keropeng hitam dan parut. Pasien sebelumnya sudah pernah mencoba mengobatinya dengan obat-obat jerawat yang dibeli secara bebas, tetapi penyakit pasien semakin berat.

Pada status dermatologis dijumpai komedo (hitam dan putih), eritema, pustul, nodul eritem, erosi, ekskoriasi, kista, krusta, skar atropi pada regio fasialis.
Diagnosis banding untuk kasus ini adalah akne vulgaris, erupsi akneiformis, dan dermatitis kontak kosmetik dengan diagnosis kerja adalah akne vulgaris grade IV.
Pada pasien diberi pengobatan dengan doksisiklin 100 mg tab 1 x sehari, mebhydroline napadysilate 3 x 50 mg, klindamisin phospate 1,2 % gel diberikan pada pagi hari, klindamisin phospate 1,2% gel ditambah dengan tretinoin 0,025 % krim diberikan pada malam hari. Sebelumnya dilakukan kompres dengan NaCl fisiologis (sebelum pengobatan topikal) 10-15 menit selama 1-2 hari (untuk mengangkat krusta). Kontrol 3 minggu setelah pengobatan keluhan belum berkurang, sehingga diperlukan pemberian injeksi triamsinolon asetonide 10 mg/ml hanya pada lesi nodula kistik. Kontrol 5 minggu setelah pengobatan benjolan sudah berkurang, rasa gatal masih dijumpai, bercak merah dan bercak hitam serta jaringan parut masih dijumpai, status dermatologi makula eritem, makula hiperpigmentasi, skar atropi. Pengobatan masih diteruskan doksisiklin 100 mg tab 1 x sehari, mebhydroline napadysilate 3 x 50 mg, klindamisin phosphate 1,2 % gel diberikan pada pagi hari, klindamisin phosphate 1,2 % gel ditambah dengan tretinoin 0,025 % krim diberikan pada malam hari.
Prognosis quo ad vitam ad bonam, quo ad functionam ad bonam, quo ad sanationam dubia.
Universitas Sumatera Utara

DISKUSI
Pada kasus ini diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan dermatologis. Berdasarkan anamnesis pasien berusia 18 tahun, hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa umumnya insiden terjadi sekitar umur 14-17 tahun pada wanita dan 16-19 tahun pada pria.1,2,3 Keluhan penderita berupa benjolan-benjolan merah di wajah yang terasa nyeri disertai rasa gatal. Dari pemeriksaan dermatologis dijumpai komedo (hitam dan putih), eritema, pustul, nodul eritem, erosi, ekskoriasi, kista, krusta, skar atropi pada regio fasialis. Hal ini sesuai dengan keputakaan lesi patognomonik atau karakteristik untuk akne adalah komedo. Lesi akne polimorfik terdiri dari komedo, papula, pustula, nodul, kista, dan parut.1,2
Dari pembagian grade menurut Pillsbury, maka kasus ini termasuk kedalam akne vulgaris grade IV, karena dijumpai lesi berupa komedo (hitam dan putih), eritema, pustul, nodul eritem, erosi, ekskoriasi, kista, krusta, skar atropi.2
Diangnosis banding dengan erupsi akneiformis dapat disingkirkan oleh karena berdasarkan kepustakaan erupsi akneiformis merupakan kelainan kulit yang menyerupai akne berupa reaksi peradangan folikular dengan manifestasi klinis berupa erupsi papulopustular mendadak tanpa adanya komedo dan dapat terjadi hampir diseluruh bagian tubuh. Sedangkan dermatitis kontak kosmetik dapat disingkirkan karena tidak dijumpai riwayat pemakaian kosmetik maupun produk-produk pembersih lainnya.1,2
Pada pasien ini diberikan penatalaksanaan berupa pengobatan topikal dan sistemik. Pemberian antibiotik secara sitemik diindikasikan pada kasus akne sedang sampai berat dan dinilai dari jenis lesi yaitu papulopustular. Pengobatan topikal pada pasien ini berupa klindamisin fosfat 1,2% yang mempunyai daya antibakterial dengan jalan mengikat ribosom yang dapat menyebabkan hambatan transfer RNA ke kompleks ribosom, sehingga mikroorganisme tidak mampu membentuk protein esensial. Klindamisin dapat mengurangi koloni p.acnes dan menurunkan asam lemak bebas pada permukaan kulit dalam 6 minggu pengobatan. Sedangkan Tretinoin 0,025% merupakan bahan komedolitik yang sangat efektif. Tretinoin dapat menormalkan keratinisasi dari folikel dan meningkatkan pelepasan komedo-komedo
Universitas Sumatera Utara

yang telah ada serta menghambat pembentukan komedo-komedo baru. Pemakaian suatu retinoid yag dikombinasi dengan antibiotika, memaksimalkan hasil-hasil serta mempercepat penyembuhan. Pada pasien ini diberikan antibiotik sistemik, berupa doksisiklin 100 mg tab 1 x sehari karena dapat mengurangi konsentrasi asam lemak bebas dimana kadar asam lemak ini menunjukkan adanya aktifitas metabolisme p.acnes. Pada pasien ini juga diberikan injeksi triamsinolon asetonide 2,5-10 mg/ml pada lesi nodulo kistik yang digunakan untuk mengurangi inflamasi dengan cepat. Kontrol setelah injeksi menunjukkan lesi-lesi pada pasien jauh membaik.1-7
Secara keseluruhan prognosis dari akne vulgaris adalah baik. Apabila Pengobatan diberikan sedini mungkin sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan yang menetap Pasien datang :
Universitas Sumatera Utara

Kontrol I (3 mgg stlh pengobatan) : Kontrol II (5 mgg stlh pengobatan):
Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA 1. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM, Strauss JS. Acne Vulgaris and
Acneiform Eruptions. In: Wolf K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Ed. Fitzpatrick Dermatology in General Medicine. 7th. New York : McGraw Hill Inc. 2008 : 690-703. 2. Wasitaatmaja SM. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima. Dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, Editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 4, Jakarta, FK-UI, 2005: 253-63 3. Arnold HL, Odom RB, James WD. Acne. In : Andrew’s Diseases of The Skin Clincal Dermatology. 9th ed. Philadelphia : WB Sounders Company. 2000: 28492. 4. Fu LW, Vender RB. Newer Approaches in Topical Combination Therapy for Acne Department of Medicine, McMaster University, Hamilton, Canada.2005. Di Unduh dari: http://www.skintherapyletter.com/2011/16.9/2.html 5. Harper JC. Acne Vulgaris Available at www.emedicine.com 2008 6. Zouboulis CC, Martin JP. Update and Future of Systemic Acne Treatment. Department of Dermatology.2003;206.p.37-53. 7. Pirouzi P. Acne Vulgaris. 2011 Di Unduh dari : http://www.parmida.ca/Acne_Vulgaris.php
Universitas Sumatera Utara