Hubungan Antara Akne Vulgaris Dengan Tingkat Kualitas Hidup
HUBUNGAN ANTARA AKNE VULGARIS DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran YUANNISA PRATITA DEVI G0008040 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
ii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
Hubungan antara Akne Vulgaris dengan Tingkat Kualitas Hidup
Yuannisa Pratita Devi, G0008040, Tahun 2011
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari Kamis, Tanggal 15 Desember2011
Pembimbing Utama,
Nugrohoaji Dharmawan, dr., Sp.KK., M.Kes.
NIP:1975 1030 200812 1 001
Penguji Utama,
M. Eko Irawanto, dr., Sp.KK.
NIP:1975 1225 200812 1 003
Pembimbing Pendamping,
Hardjono, Drs., M.Si.
NIP:1959 0119 198903 1 002
Anggota Penguji,
Made Setiamika, dr., Sp.THT-KL
NIP : 1955 0727 198312 1 002
Tim Skripsi
Muthmainah, dr., M.Kes.
NIP : 1966 0702 199802 2 001 NIP : 1966 0702 199802 2 001
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 12 Desember 2011
Yuannisa Pratita Devi G0008040
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Yuannisa Pratita Devi, G0008040. 2011. Hubungan antara Akne Vulgaris
dengan Tingkat Kualitas Hidup. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan: Untuk mengetahui adanya hubungan antara akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi cross sectional. Subjek pada penelitian ini adalah siswa SMAN 1 Prambanan, Sleman. Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah fixed exposure sampling dengan jumlah sampel sebanyak 202 siswa. Seluruh sampel diperiksa secara klinis untuk menentukan tingkat keparahan akne vulgaris melalui skor Global Acne Grading System (GAGS), kemudian dilakukan pengisian kuesioner Cardiff Acne Disability Index (CADI) untuk menilai tingkat kualitas hidup. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan uji bivariat Chi-Square, Odds Ratio, dan uji multivariat regresi logistik berganda.
Hasil: Berdasarkan perhitungan bivariat, untuk variabel akne vulgaris didapatkan nilai p=0,000, menunjukkan secara keseluruhan akne vulgaris berhubungan secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup (p<0,05) dengan kekuatan hubungan orang yang tidak akne vulgaris memiliki kualitas hidup 26,2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki akne vulgaris (OR=26,259). Untuk variabel sosial ekonomi didapatkan nilai p=0,336, menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara sosial ekonomi dengan kualitas hidup (p>0,05).
Simpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat akne vulgaris memiliki hubungan secara signifikan dengan tingkat kualitas hidup. Semakin berat tingkat keparahan akne vulgaris menunjukkan semakin rendah kualitas hidup penderitanya.
Kata Kunci: kualitas hidup, akne vulgaris Kata Kunci: kualitas hidup, akne vulgaris
commit to user
ABSTRACT
Yuannisa Pratita Devi, G0008040. 2011. Correlation between Acne Vulgaris
with The Level of Quality of Life. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.
Objective: To determine correlation between akne vulgaris with the level of quality of life.
Method: This type of study was an observational analytic study with cross-
sectional study approach. The subjects in this study were students of SMAN 1 Prambanan, Sleman. The sampling technique that used was fixed exposure sampling with sample size of 202 students. All samples were examined clinically to determine the severity of acne vulgaris through Global Acne Grading System score (GAGS), then Cardiff Acne Disability Index (CADI) questionnaire form filled out was done to assess the level of quality of life. The data that obtained were analyzed by using Chi-Square bivariate test, Odds Ratio, and multiple logistic regression multivariate test.
Results: Based on bivariate calculations, there was p=0.000 on acne vulgaris variable, it showed that the overall acne vulgaris was significantly correlated affected the quality of life (p <0.05) with the strength of the relationships of people whose not acne vulgaris had the quality of life 26,2 higher than people whose acne vulgaris (OR=26,259). For socio-economic variables was p=0.336, it showed that correlated between socio-economic with quality of life was not significantly (p>0.05).
Conclusions: The research can be concluded that the acne vulgaris was
significantly correlated with the level of quality of life. The higher the level of
severity of acne vulgaris showed the lower the quality of life of sufferes.
Keywords: quality of life, acne vulgaris Keywords: quality of life, acne vulgaris
commit to user
vi
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kepada Allah swt, dengan segala rahmat dan anugerah-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Akne Vulgaris dengan Tingkat Kualitas Hidup” sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dari Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak lain adalah berkat peran serta banyak pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
2. Nugrohoaji Dharmawan, dr., Sp.KK., M.Kes., selaku Pembimbing Utama yang telah memberi bimbingan dan nasihat dalam penyusunan skripsi ini.
3. Hardjono, Drs., M.Si., selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberi bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini.
4. M. Eko Irawanto, dr.,Sp.KK., selaku Penguji Utama yang telah memberi kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
5. Made Setiamika, dr., Sp.THT-KL., selaku Anggota Penguji yang telah memberi kritik dan masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
6. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi beserta Staf Bagian Skripsi FK UNS Surakarta.
7. Prof. Dr. A. Guntur H., dr., Sp.PD-KPTI., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan dan pengarahannya selama menjalani perkuliahan.
8. Siswa SMAN 1, Prambanan, Sleman yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini.
9. Ibu tercinta, Dra. Susilowati dan Papa tercinta, Drs. Sutoto Jatmiko, M.M., juga adik-adikku tersayang Naufal Zaidan Muttaqin dan Rafif Zuhair Mua’fa atas doa, dukungan, dan kasih sayangnya yang tak terbatas.
10. Arya Anindia Widiatama yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam segala hal dan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat seperjuangan selama kuliah dan selama penyusunan skripsi, Avionita R., Noniek R., dan Wiji H.
12. Teman SMA, teman sejawat Pendidikan Dokter angkatan 2008, Kos Kepodang, Kos Fortuna atas semangat, bantuan, dan kebersamaannya.
13. Pihak-pihak lain yang tak bisa penulis sebutkan satu per satu. Dalam penyusunan skripsi ini, tentu masih banyak terdapat kekurangan
sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan sebagai bahan pertimbangan untuk penyusunan yang lebih baik di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk banyak pihak.
Surakarta, 12 Desember 2011
Yuannisa Pratita Devi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
The Global Acne Grading Scale ................................................... 14
Tabel 2.
The Global Acne Grading Scale ................................................... 25
Tabel 3.
Uji Chi-Squre ................................................................................ 29
Tabel 4.
Distribusi Subjek Berdasarkan Umur ........................................... 33
Tabel 5.
Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin .............................. 34
Tabel 6.
Distribusi Subjek Berdasarkan Kejadian Akne Vulgaris .............. 35
Tabel 7.
Distribusi Subjek Berdasarkan Lama Menderita Akne Vulgaris ............................................................................... 36
Tabel 8.
Tabulasi Silang Variabel Bebas dengan Variabel Terikat ............ 37
Tabel 9.
Hasil Analisis Bivariat Akne Vulgaris dengan Tingkat Kualitas Hidup ................................................................. 40
Tabel 10. Karakteristik Data Uang Saku ....................................................... 41 Tabel 11. Hasil Analisis Bivariat Sosial Ekonomi dengan
Tingkat Kualitas Hidup ................................................................. 42
Tabel 12. Hasil Analisis Regresi Logistik Berganda .................................... 44 Tabel 13. Pengaruh Tiap Variabel terhadap Kualitas Hidup ........................ 45 Tabel 12. Hasil Analisis Regresi Logistik Berganda .................................... 44 Tabel 13. Pengaruh Tiap Variabel terhadap Kualitas Hidup ........................ 45
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Distribusi Subjek Berdasarkan Umur ......................................... 33 Gambar 2. Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 34 Gambar 3. Distribusi Subjek Berdasarkan Kejadian Akne Vulgaris ........... 35 Gambar 4. Distribusi Subjek Berdasarkan Lama Menderita
Akne Vulgaris ............................................................................. 36
Grafik 5.
Hasil Analisis Bivariat Akne Vulgaris dengan Tingkat Kualitas Hidup .............................................................. 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pernyataan Lampiran 2. Formulir Persetujuan (Informed Consent) Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Lampiran 4. Data Subjek Penelitian Lampiran 5. Perhitungan Statistik Lampiran 6. Foto Sampel Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Kedokteran Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian dari SMAN 1 Prambanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akne vulgaris adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh peradangan kelenjar sebasea yang ditandai dengan kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul, nodul, dan pseudokista. Penyakit kulit ini dialami 85% sampai 100% orang pada suatu waktu selama hidup mereka (Feldman, dkk., 2004). Telah dilaporkan bahwa usia remaja (12-24 tahun) merupakan kelompok yang paling sering menderita akne sebesar 85%, usia 25-34 tahun sebesar 8%, sedangkan usia 35-44 tahun sebesar 3% (Leyden, 2003). Tempat predeleksi akne paling sering adalah wajah (99%) dan di tempat lain seperti leher, bahu, dada, dan punggung sekitar 1% (Achyar dan Ashadi, 2001).
Di jaman modern ini faktor penampilan memegang peran penting dalam setiap kegiatan. Berbagai usaha dilakukan untuk memperoleh penampilan yang cantik dan menarik, sehingga adanya akne yang ringan sekalipun di wajah dirasakan sangat mengganggu penampilan (Cunliffe dan Simpson, 1998). Meskipun hanya masalah penampilan, dampaknya bisa jauh lebih dalam dari permukaan kulit yang terkena akne tersebut dimana dapat menjadi beban emosional dan psikologis pada pasien yang mungkin jauh lebih buruk daripada dampak fisiknya (Ayer dan Burrows, 2006). Perubahan penampilan kulit ini mungkin menimbulkan perubahan citra tubuh yang menghasilkan rasa Di jaman modern ini faktor penampilan memegang peran penting dalam setiap kegiatan. Berbagai usaha dilakukan untuk memperoleh penampilan yang cantik dan menarik, sehingga adanya akne yang ringan sekalipun di wajah dirasakan sangat mengganggu penampilan (Cunliffe dan Simpson, 1998). Meskipun hanya masalah penampilan, dampaknya bisa jauh lebih dalam dari permukaan kulit yang terkena akne tersebut dimana dapat menjadi beban emosional dan psikologis pada pasien yang mungkin jauh lebih buruk daripada dampak fisiknya (Ayer dan Burrows, 2006). Perubahan penampilan kulit ini mungkin menimbulkan perubahan citra tubuh yang menghasilkan rasa
commit to user
marah, takut, malu, kecemasan, depresi (Ayer dan Burrows, 2006), rendah diri, dan hambatan hubungan sosial dengan keluarga atau rekan kerja (Tan dkk., 2001). Akne memang tidak mengancam jiwa tetapi dapat berdampak pada kualitas hidup penderitanya. Penderita akne vulgaris dilaporkan juga terjadi penurunan skor kualitas hidup dalam segala aspek (Tan dkk., 2001).
Adanya akne terkadang sering dianggap remeh oleh komunitas medis dan masyarakat umum sebagai penyakit biasa yang terkait dengan pertumbuhan dewasa seseorang. Padahal, bukti-bukti ilmiah telah menggambarkan bahwa efek dari kondisi ini jauh lebih buruk dari kulit luarnya saja. Ini termasuk efek pada kesehatan psikiatris, psikologis kesejahteraan, dan kualitas hidup. Akne berperan dalam proses-proses kejiwaan dan psikologis lebih daripada kebanyakan kondisi dermatologis lainnya. Efek nondermatologikal ini terjadi oleh karena dampak dari distribusi lesi, dan tekanan yang kuat dari populasi tertentu yang ditujukan pada penampilan fisik mereka (Hanna, dkk., 2003).
Mengingat prevalensi akne vulgaris yang tinggi dan dampak psikologis yang menimpa penderitanya, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara akne vulgaris yang berdampak pada tingkat kualitas hidup penderitanya. Mengukur dampak akne terhadap kualitas hidup ini memungkinkan kita untuk memahami penyakit dari titik pandang pasien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis Diharapkan dapat memperluas wacana ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Kedokteran Kulit dan untuk memberikan data ilmiah mengenai hubungan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup.
2. Manfaat praktis Diharapkan dapat memberi masukan betapa pentingnya dilakukan pencegahan dan penatalaksanaan dini pada penderita akne vulgaris yang dilihat dari sudut pandang penderita dan juga dilihat dari aspek psikologis penderitanya mengingat secara estetika dan penampilan akne vulgaris berperan memberi dampak psikologis bagi penderitanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Akne Vulgaris
a. Definisi
Akne vulgaris adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan kronis yang mengenai unit pilosebasea, yang ditandai oleh pembentukan komedo, papul eritematosa, pustul, nodul, pseudokistik dan beberapa kasus dapat meninggalkan jaringan parut dan sikatriks pada tempat predileksinya (Wasitaatmadja, 2010).
b. Epidemiologi
Akne vulgaris adalah penyakit kulit yang paling sering ditemukan. Akne vulgaris umumnya terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Telah dilaporkan bahwa usia remaja (12-24 tahun) merupakan kelompok yang paling sering menderita akne sebesar 85%, usia 25-
34 tahun sebesar 8%, dan usia 35-44 tahun sebesar 3% (Leyden, 2003) dimana wanita lebih banyak mengalami daripada pria (Siregar, 2004). Sedangkan rentang usia untuk wanita berkisar antara 14-17 tahun dan 16-19 pada pria (Wasitaatmadja, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Etiologi
Etilogi akne vulgaris memang beragam. Salah satu faktor penting timbulnya akne vulgaris adalah sebum yang dihasilkan oleh kelenjar palit (Siregar, 2004).
Berbagai macam faktor yang diyakini mempengaruhi timbulnya akne, yaitu:
1) Sebum
Pada penderita akne terjadi produksi sebum yang berlebihan dari kelenjar sebasea. Penderita akne akan memproduksi sebum yang lebih banyak daripada orang yang tanpa akne, meskipun kualitas dari sebum yang dihasilkan tetap sama. Salah satu komponen sebum, yaitu trigliserida, memiliki peran dalam patogenesis akne. Trigliserida diubah menjadi asam lemak bebas oleh Propionibacterium acnes, flora normal unit pilosebasea. Asam lemak bebas ini akan mempromosikan penggumpalan bakteri lebih lanjut dan kolonisasi P.acnes, inflamasi, dan mungkin komedogenik. Hal-hal lain yang berpengaruh dalam peningkatan produksi sebum adalah aktifitas androgen (Wasitaatmadja, 2010). Hormon-hormon androgenik juga mempengaruhi produksi sebum, seperti testosteron yang mengakibatkan pembesaran kelenjar sebasea yang akhirnya meningkatkan produksi sebum (Murata, dkk., 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Bakteri
Mikroorganisme yang terlibat dalam patogenesis akne yaitu Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis , dan Pityorosporum ovale. Diantara mikroflora tersebut yang paling berperan adalah Propionibacterium acnes (Wasitaatmadja, 2010).
3) Herediter
Faktor herediter sangat berpengaruh pada aktivitas kelenjar palit (glandula sebasea). Pada 60% pasien, riwayat akne juga didapatkan pada satu atau kedua orang tuanya. Penderita akne yang berat umumnya mempunyai riwayat keluarga yang positif. Diduga faktor genetik berperan dalam gambaran klinik, penyebaran lesi, dan lamanya kemungkinan mendapat akne (Rzany dan Kahl, 2006).
Dilaporkan bahwa akne derajat berat sering ditemukan pada keluarga kembar homozigot dan heterozigot dengan presentase 54%. Genetik berhubungan dengan timbulnya akne, hal ini dipengaruhi oleh hormon androgen dan abnormal lipid. Dibuktikan pada akne neonatal ditemukan adanya kelainan familial hyperandrogenisme dan aktivitas steroid 21-hydroxylase yang tidak adekuat. Juga kejadian akne disebabkan oleh mutasi gen CYP21 (Zouboulis, dkk., 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Hormonal
Hormon androgen memegang peranan penting karena kelenjar sebasea sangat sensitif terhadap hormon ini. Seperti testosteron yang mengakibatkan pembesaran kelenjar sebasea yang akhirnya meningkatkan produksi sebum (Murata, dkk., 2006). Progesteron juga dapat berpengaruh dalam timbulnya akne pada wanita. Hal ini dipengaruhi siklus menstruasi dan kehamilan karena adanya perubahan kadar hormon progesteron menyebabkan kelenjar ovarium aktif yang nantinya akan meningkatkan hormon androgen sehingga produksi sebum meningkat (Cunliffe dan Gollnick, 2001). Hormon inilah yang biasanya dapat menyebabkan akne premenstrual (Wasitaatmaja, 2010).
5) Psikis
Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosional dapat menyebabkan eksaserbasi akne. Stres dapat menimbulkan peningkatan produksi sebum dan asam lemak bebas. Dalam keadaan anaerob, peningkatan sebum ini menyediakan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan Propionibacterium acnes yang dapat menimbulkan inflamasi, folikel pilosebasea dan berperan dalam pembentukkan komedo (Kery, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6) Kosmetik
Pemakaian kosmetik yang mengandung lanolin, petrolatum, minyak tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan kimia murni secara terus-menerus dalam waktu lama, dapat menyebabkan suatu bentuk akne ringan yang terutama terdiri dari komedo tertutup dengan beberapa lesi papulopustular pada pipi dan dagu (Wasitaatmaja, 2010).
7) Bahan-bahan kimia
Beberapa bahan kimia yang dapat menyebabkan erupsi yang mirip dengan akne, seperti iodida, antibiotik, kortikosteroid, INH, obat antikonvulsan, tetrasiklin, dan vitamin B12 (Widjaja, 2000).
8) Iklim
Termasuk faktor sinar ultraviolet, kelembaban udara, temperatur, mungkin berpengaruh pada aktivitas kelenjar sebasea (Wasitaatmaja, 2010). Didapatkan 60% perbaikan akne di daerah tropis pada saat musim panas atau kemarau (Widjaja, 2000).
9) Diet/makanan
Makanan sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya akne masih diperdebatkan (Wasitaatmadja, 2010). Penyelidikan terakhir membuktikan bahwa diet atau sedikit atau tidak berpengaruh terhadap akne. Namun, begitu banyak pasien dengan akne percaya bahwa diet merupakan salah satu faktor Makanan sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya akne masih diperdebatkan (Wasitaatmadja, 2010). Penyelidikan terakhir membuktikan bahwa diet atau sedikit atau tidak berpengaruh terhadap akne. Namun, begitu banyak pasien dengan akne percaya bahwa diet merupakan salah satu faktor
commit to user
yang dapat memperburuk penyakitnya. Suatu studi menyebutkan bahwa 41% mahasiswa kedokteran tahap akhir Universitas Melbourne meyakini bahwa diet merupakan faktor yang dapat memperburuk kejadian akne (Smith dan Mann, 2007).
d. Klasifikasi Akne Vulgaris
Menurut keragamannya akne vulgaris dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe diantaranya (With, 2007):
1) Tipe 1: umumnya komedo, papula, atau pustula sedikit, tanpa skar
2) Tipe 2: komedo lebih banyak, umumnya papula dan pustula dengan
skar sedikit.
3) Tipe 3: banyak komedo, papula dan pustula menyebar ke punggung, dada dan bahu. Kadang ditemukan kista, nodul, skar sedang.
4) Tipe 4: lebih banyak kista pada wajah, leher, dan lengan dengan
beberapa skar.
Sedangkan menurut derajat inflamasinya akne dapat diklasifikasikan menjadi (Leyden, 1997):
1) Akne Komedonal
Gambaran klinik pertama dari akne selalu diawali dengan adanya komedo non inflamasi yang biasa ditemukan pada kening, dagu, hidung, pipi. Akne bentuk ini berkembang pada remaja atau awal dewasa oleh karena peningkatan produksi sebum dan Gambaran klinik pertama dari akne selalu diawali dengan adanya komedo non inflamasi yang biasa ditemukan pada kening, dagu, hidung, pipi. Akne bentuk ini berkembang pada remaja atau awal dewasa oleh karena peningkatan produksi sebum dan
commit to user
deskuamasi abnormal dari epitel. Kolonisasi oleh P. acnes belum terjadi sehingga belum ditemukan inflamasi.
2) Akne dengan inflamasi ringan
Banyak pasien remaja setelah fase akne komedonal tanpa inflamasi yang merupakan suatu bentuk ringan dari akne, berkembang menjadi bentuk papul atau pustul dengan komedo yang semakin sedikit. Tipe inflamasi ringan dari akne ini berkembang pada wanita dewasa. Lesi muncul dari mikro komedo dengan deskuamasi abnormal epitel folikel dan proliferasi dari P. acnes.
3) Akne inflamasi
Banyak gambaran komedo, papul dan pustul pada wajah dan badan. Stadium awal dari akne komedo tanpa inflamasi kemudian berkembang menjadi lesi inflamasi pada wajah, perkembangan dari tipe ini pada umumnya terbentuk erupsi di wajah diikuti badan. Sejumlah kecil pasien selanjutnya didapatkan menjadi destruktif. Tipe inflamasi berhubungan dengan luas dan dalam nodul inflamasi.
e. Patogenesis Akne Vulgaris
Empat faktor utama yang berperan dalam patogenesis akne vulgaris adalah:
1) Peningkatan produksi sebum
Menurut Kligman, sebum ibarat minyak lampu pada akne, ini diartikan bahwa tanpa sebum, akne tidak mungkin terjadi. Terdapat Menurut Kligman, sebum ibarat minyak lampu pada akne, ini diartikan bahwa tanpa sebum, akne tidak mungkin terjadi. Terdapat
commit to user
hubungan yang selaras antara peningkatan produksi sebum, permulaan akne pada masa pubertas, dan berat ringannya akne. Ternyata hormon androgen yang secara nyata akan meningkat produksinya saat pubertas disangka mempunyai peranan dalam proses keratinasi sel epidermis, komposisi sebum dan permeabilitas sel pilosebasea. Hormon ini dapat menyebabkan aktifitas kelenjar sebasea menjadi meningkat dan mengalami hipertrofi yang akhirnya meningkatkan produksi sebum (Wasitaatmaja, 2010).
2) Hiperkeratosis epitel folikular
Peningkatan kornifikasi saluran pilosebasea secara klinis tampak sebagai komedo (whitehead dan blackhead). Hal ini disebabkan oleh terjadinya akumulasi korneosit di saluran pilosebasea. Peningkatan kornifikasi ini bisa disebabkan oleh peningkatan poliferasi korneosit, kegagalan pemisahan korneosit atau kombinasi dari keduanya (Rahimah dan Zulkarnaen, 2002).
3) Proliferasi bakteri
Salah satu peranan dalam terjadinya akne adalah bakteri. Pada kulit penderita akne ditemukan tiga kelompok besar mikroorganisme, yaitu Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis , dan satu golongan fungus ialah Pityorosporum ovale. Diantara mikroflora tersebut yang paling penting adalah Propionibacterium acnes yang menghasilkan bahan-bahan aktif seperti lipase, protease, hialuronidase, fosfatase, dan smooth muscle Salah satu peranan dalam terjadinya akne adalah bakteri. Pada kulit penderita akne ditemukan tiga kelompok besar mikroorganisme, yaitu Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis , dan satu golongan fungus ialah Pityorosporum ovale. Diantara mikroflora tersebut yang paling penting adalah Propionibacterium acnes yang menghasilkan bahan-bahan aktif seperti lipase, protease, hialuronidase, fosfatase, dan smooth muscle
commit to user
contracting substance . Bahan-bahan ini akan meningkatkan lipolisis sehingga asam lemak bebas yang ada di permukaan kulit meningkat. Asam lemak bebas itu bersifat komedogenik (Hidayah, dkk., 2003).
4) Inflamasi
Inflamasi yang terjadi bukan disebabkan oleh bakteri itu sendiri melainkan akibat mediator biologik aktif dalam folikel yang dihasilkan oleh P. acnes. Mediator tersebut nantinya dapat mencapai jaringan sekitar unit pilosebaseus secara difusi, yang kemudian terjadi proses inflamasi (Hidayah, dkk., 2003).
f. Gejala Klinis
Tempat predileksi akne adalah bagian tubuh dengan kelenjar sebasea terbanyak dan terbesar, yaitu: pada wajah, bahu, dada bagian atas, dan punggung bagian atas (Feldman, dkk., 2004). Lokasi kulit lainnya yang kadang-kadang terkena adalah leher, lengan bagian atas, dan glutea.
Lesi biasa berupa komedo, papul, pustul, dan nodul serta parut akibat proses aktif. Komedo merupakan lesi primer, ada yang blackhead dan ada yang whitehead. Gejala lokal dapat berupa nyeri, nyeri tekan, dan gatal (Wasitaatmadja, 2010). Selain itu kejadian akne vulgaris sering mempengaruhi kondisi psikologis pasien dan Lesi biasa berupa komedo, papul, pustul, dan nodul serta parut akibat proses aktif. Komedo merupakan lesi primer, ada yang blackhead dan ada yang whitehead. Gejala lokal dapat berupa nyeri, nyeri tekan, dan gatal (Wasitaatmadja, 2010). Selain itu kejadian akne vulgaris sering mempengaruhi kondisi psikologis pasien dan
commit to user
mempengaruhi kualitas hidup penderita sesuai dengan keparahan atau gradasi dari penyakit (Hafez, 2009).
g. Klasifikasi dan evaluasi derajat keparahan akne vulgaris
Manifestasi klinis akne dibedakan menjadi lesi non inflamatif dan inflamatif. Lesi non inflamatif terdiri dari komedo terbuka dan tertutup, sedangkan lesi inflamatif terdiri dari papul, pustul, dan nodul (Cunliffe dan Simpson, 1998). Penilaian keparahan akne terus menjadi tantangan para ahli dermatologi. Sampai saat ini belum ada sistem gradasi akne vulgaris yang diterima secara universal. Ada beberapa metode untuk mengklasifikasikan derajat akne vulgaris yaitu, berdasarkan Consensus
Conference on Acne Classification (1990), akne vulgaris diklasifikasikan menjadi: derajat ringan terdapat sedikit sampai beberapa papul atau pustul tanpa nodul; derajat sedang berupa beberapa sampai banyak papul atau pustul dan sedikit sampai beberapa nodul; derajat berat bila banyak sekali papul atau pustul dan sedikit atau beberapa nodul (Pochi dkk., 2001). Sedangkan klasifikasi derajat keparahan akne berdasarkan kombinasi antara lesi non inflamatif dengan inflamatif, yaitu: akne ringan bila lesi non inflamatif <20 atau lesi inflamatif <15 atau total lesi <30; akne sedang bila lesi non inflamatif 20-100 atau lesi inflamatif 15-50 atau total lesi 30-125; akne berat bila lesi non inflamatif >100 atau lesi inflamatif >50 atau total lesi >125 (Lechmann dkk, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
h. Metode Perhitungan Lesi
Metode perhitungan lesi didasarkan atas adanya lesi akne pada seluruh wajah. Selain kedua metode yang telah dipaparkan sebelumnya, klasifikasi derajat keparahan akne dapat menggunakan metode Global Acne Grading System (GAGS) yang ditemukan Doshi, Zaheer dan Stiller pada tahun 1997. Sistem ini membagi wajah, dada, dan punggung dalam enam area (dahi, pipi kiri, pipi kanan, hidung, dagu, dan dada dan punggung) dan menetapkan faktor dari tiap area sebagai dasar ukuran (Adityan, dkk., 2009).
Tabel 1. The Global Acne Grading System
Lokasi
Faktor
Dahi Pipi kanan Pipi kiri Hidung Dahi Dada dan punggung
Sumber: Adityan, dkk. (2009)
Catatan: Tiap lesi diberi nilai tergantung dari keparahannya. Tidak ada lesi=0, komedo= 1, papul= 2, pustul= 3 dan nodul= 4. Skor pada tiap area (local score) dihitung menggunakan formula: Local score = Faktor x grade (0-4). Global score adalah jumlah dari local score, dan keparahan akne diklasifikasi menurut global score. Skor 1-18= ringan, 19-30=sedang, dan >31= berat. Batas-batas pada wajah digambarkan oleh garis rahang, garis rambut dan telinga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan akne vulgaris meliputi usaha untuk mencegah terjadinya erupsi (preventif) dan usaha untuk menghilangkan jerawat yang terjadi (kuratif). Kedua usaha tersebut harus dilakukan bersamaan mengingat bahwa kelainan ini terjadi akibat pengaruh berbagai faktor (multifaktorial), baik faktor internal dari dalam tubuh sendiri (ras, familial, hormonal), maupun faktor eksternal (makanan, musim, stres) yang kadang-kadang tidak dapat dihindari oleh penderita (Wasitaatmadja, 2010).
2. Kualitas Hidup
a. Definisi
Kualitas hidup adalah derajat kenikmatan atau kepuasan yang dialami dalam kehidupan sehari-hari sedangkan World Health Organization (WHO) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap posisi mereka dalam budaya dan sistem nilai tempat mereka hidup dan dalam hubungannya dengan tujuan dan harapan mereka serta standar yang ingin dicapainya (WHO, 1995).
b. Dimensi Kualitas Hidup
Kualitas hidup terkait kesehatan mencakup dimensi sebagai berikut (Kubba, dkk., 2009):
1) Dimensi fisik
Dimensi merujuk pada gejala-gejala yang terkait penyakit Dimensi merujuk pada gejala-gejala yang terkait penyakit
commit to user
dan pengobatan yang dijalaninya.
2) Dimensi fungsional
Dimensi ini terdiri atas perawatan diri, mobilitas serta level aktivitas fisik seperti kapasitas untuk dapat berperan dalam kehidupan keluarga maupun pekerjaan.
3) Dimensi psikologis
Meliputi fungsi kognitif, status emosi, serta persepsi terhadap kesehatan, kepuasan hidup, serta kebahagiaan.
4) Dimensi sosial
Meliputi penilaian aspek kontak dan interaksi sosial secara kualitatif maupun kuantitatif.
c. Pengukuran
Beberapa penelitian menggunakan instrumen yang telah divalidasi baik yang umum atau untuk penyakit spesifik, yang dapat mengevaluasi kualitas hidup pasien. Instrumen umum bermanfaat karena memungkinkan perbandingan langsung kepada populasi lain, tapi instrumen ini dibatasi oleh kurangnya kekhususan penyakit dan terlalu luas. Instrumen penyakit spesifik lebih relevan dalam mengukur variabel untuk orang dengan kondisi kulit yanglebih sensitif, tetapi instrumen ini tidak memungkinkan perbandingan dengan populasi non dermatologikal (Hanna, dkk., 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengukuran kualitas hidup dilakukan menggunakan kuesioner yang telah divalidasi. Terdapat berbagai jenis pengukuran kualitas hidup. Kuesioner spesifik untuk dermatologi yaitu Dermatology Life Quality Index (DLQI), Skindex, and Dermatology Quality of Life Scales (DQOLS). Sedangkan kuesioner spesifik untuk akne meliputi Cardiff Acne Disability Index (CADI) dan Assessment of the Psychological and Social Effects of Acne (APSEA) (Kubba, dkk., 2009).
3. Hubungan antara Akne Vulgaris dengan Tingkat Kualitas Hidup
Penyakit kulit bisa berdampak besar pada kualitas hidup seseorang. Secara keseluruhan kualitas hidup merupakan semua konsep termasuk menggabungkan semua faktor yang berdampak pada kehidupan individu. Konsep ini dapat dibagi menjadi beberapa komponen, termasuk psikologis, sosial dan fisik. Di jaman seperti ini, faktor penampilan memegang peran penting dalam setiap kegiatan (Cunliffe dan Simpson, 1998). Ditemukan bahwa baik perempuan dan laki-laki menganggap efek timbulnya akne menjadi aspek penampilan yang paling mengganggu dari penyakit mereka dan efek negatif dari akne terjadi pada kedua pasien baik tua dan muda. Bahkan akne ringan sekalipun dirasakan sangat mengganggu penampilan yang dapat menimbulkan masalah yang signifikan bagi beberapa pasien yaitu mengurangi kualitas hidup mereka dan dalam beberapa kasus dapat mengurangi fungsi sosial mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam sebuah literatur penelitian dilaporkan bahwa banyak mahasiswa merasa agresif, frustrasi atau malu sebagai akibat memiliki akne. Ada hubungan cukup kuat antara tingkat keparahan akne dengan kualitas hidup penderitanya. Penelitian ini menunjukkan korelasi yang cukup kuat antara total skor penilaian kualitas hidup dan keparahan akne vulgaris. Dampak buruk terhadap kualitas hidup meningkat dengan tingkat keparahan akne vulgaris, yaitu semakin parah akne yang dialami penderita, semakin rendah kualitas hidupnya. Hal ini menunjukkan bahwa dampak dari jerawat terhadap kualitas hidup harus diperhatikan dalam pengelolaan jerawat wajah (Hanisah, dkk., 2009).
4. Kuesioner Kualitas Hidup Penderita Akne Vulgaris
Cardiff Acne Disability Index (CADI) adalah kuesioner yang dilaporkan telah divalidasi dengan baik. Kuesioner ini terdiri atas lima pertanyaan dengan skala Likert, yang dikategorikan menjadi empat respon (0-3). Total skor akhir 0-15. Cardiff Acne Disability Index (CADI) ini dirancang untuk digunakan pada remaja dan dewasa muda dengan akne vulgaris. Kuesioner ini berisi lima pertanyaan berhubungan dengan perasaan agresi, frustrasi, interferensi dengan kehidupan sosial, menghindari fasilitas publik, mengubah penampilan kulit (selama 1 bulan), dan seberapa buruk jerawat sekarang. Skor CADI dihitung dengan menjumlahkan skor setiap pertanyaan dan menghasilkan kemungkinan skor maksimum yang dicapai adalah 15 dan skor Cardiff Acne Disability Index (CADI) adalah kuesioner yang dilaporkan telah divalidasi dengan baik. Kuesioner ini terdiri atas lima pertanyaan dengan skala Likert, yang dikategorikan menjadi empat respon (0-3). Total skor akhir 0-15. Cardiff Acne Disability Index (CADI) ini dirancang untuk digunakan pada remaja dan dewasa muda dengan akne vulgaris. Kuesioner ini berisi lima pertanyaan berhubungan dengan perasaan agresi, frustrasi, interferensi dengan kehidupan sosial, menghindari fasilitas publik, mengubah penampilan kulit (selama 1 bulan), dan seberapa buruk jerawat sekarang. Skor CADI dihitung dengan menjumlahkan skor setiap pertanyaan dan menghasilkan kemungkinan skor maksimum yang dicapai adalah 15 dan skor
commit to user
19
minimum adalah 0. Skor CADI yang dikatakan rendah jika memiliki skor (0-4), menengah dengan skor (5-9) dan tinggi dengan skor (10-15). Semakin rendah nilai kumulatif skor CADI, semakin rendah tingkat kecacatan yang dialami oleh siswa (kualitas hidup semakin tinggi) sementara semakin tinggi nilai kumulatif skor menunjukkan kecacatan yang lebih tinggi pula (kualitas hidup semakin rendah) (Hanisah, dkk., 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
B. Kerangka Pemikiran
Keterangan: ( ) variabel yang diteliti
( ) variabel tidak terkendali ( ) variabel terkendali
C. Hipotesis
Terdapat hubungan antara akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup, yaitu semakin berat tingkat keparahan akne vulgaris, semakin rendah kualitas hidup penderitanya.
Lama menderita akne
Sosial ekonomi Riwayat penyakit kronik
Akne Vulgaris
Penampilan dan estetika menurun
Perubahan kehidupan pribadi dan sosial
Persepsi Kualitas hidup Rendah
Dampak psikologis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi cross sectional, yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan pendekatan sekaligus pada suatu saat (Taufiqurrahman, 2008).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Prambanan, Sleman.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang menjadi batasan populasi adalah siswa SMAN 1 Prambanan, Sleman yang memiliki kriteria di bawah ini :
1. Kriteria inklusi :
a. Usia 14-20 tahun,
b. Kondisi kesehatan umum baik,
c. Bersedia menandatangani formulir persetujuan penelitian.
2. Kriteria eksklusi :
a. Menderita penyakit kronis,
b. Menstruasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah fixed exposure sampling, yaitu skema pencuplikan yang dimulai dengan memilih sampel berdasarkan status paparan subjek yang sudah fixed (Murti, 2006). Sampel akne vulgaris sebagai kasus, sedangkan sampel tidak berakne vulgaris sebagai kontrol. Semua kasus akne vulgaris yang ditemukan digunakan sedangkan sisanya sebagai kasus tidak berakne dijadikan kontrol.
Penentuan besar sampel pada penelitian ini dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
= besar sampel
= nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat kemaknaan (untuk α 0,05 nilainya 1,96) P
= nilai proporsi terhadap populasi yang besarnya 0,85
d = presisi yang diinginkan adalah 0,05 (Murti, 2006)
Ukuran sampel minimum yang dihitung adalah 195,92 dibulatkan menjadi 196.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
E. Rancangan Penelitian
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
: Akne vulgaris
2. Variabel terikat
: Tingkat kualitas hidup
Kriteria inklusi dan eksklusi
Pemeriksaan subjektif dan obyektif
Fixed Exposure Sampling
Populasi penelitian
Akne ringan
Dianalisis dengan Chi-square
Sampel penelitian
Akne sedang
Akne berat
Skor Kualitas
Hidup
Skor Kualitas
Hidup
Skor Kualitas Hidup
Tidak akne
CADI
Skor Kualitas Hidup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Variabel terkendali
a. Usia
b. Menstruasi
c. Sosial ekonomi
d. Riwayat penyakit kronis
4. Variabel luar tidak terkendali
a. Lama menderita akne
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Akne Vulgaris Akne vulgaris adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan kronis yang mengenai unit pilosebasea. Diagnosis akne vulgaris ditegakkan dengan melihat ujud kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul, dan nodul di daerah wajah. Jumlah lesi dan tipe akne dapat dilihat dengan kaca pembesar dan dihitung dari foto wajah. Pemeriksaan jumlah lesi dan derajat keparahannya dilakukan dengan metode Global Acne Grading System (GAGS) yang ditemukan Doshi, Zaheer dan Stillerpada tahun 1997. Sistem ini membagi wajah, dada, dan punggung dalam enam area (dahi, pipi kiri, pipi kanan, hidung, dagu, serta dada dan punggung) dan menetapkan faktor dari tiap area sebagai dasar ukuran (Adityan, dkk., 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 2. The Global Acne Grading System
Lokasi
Faktor
Dahi Pipi kanan Pipi kiri Hidung Dahi Dada dan punggung
Sumber: Adityan, dkk. (2009)
Catatan: Tiap lesi diberi nilai tergantung dari keparahannya. Tidak ada lesi=0, komedo= 1, papul= 2, pustul= 3 dan nodul= 4. Skor pada tiap area (local score) dihitung menggunakan formula: Local score = Faktor x grade (0-4). Global score adalah jumlah dari local score, dan keparahan akne diklasifikasi menurut global score . Skor 1-18= ringan, 19-30=sedang, dan 31-38= berat. Batas-batas pada wajah digambarkan oleh garis rahang, garis rambut dan telinga (Adityan, dkk., 2009). Alat bantu yang digunakan adalah kamera digital dengan merk Sony Cybershoot 7,2 megapixel.
Dari pemeriksaan klinis ini akan diperoleh sampel penderita akne berdasarkan derajat keparahannya dan sampel bukan penderita akne. Variabel ini memakai skala kategorikal ordinal.
2. Variabel terikat : Kualitas hidup Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kualitas hidup. Kualitas hidup adalah derajat kenikmatan atau kepuasan yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Pengukuran kualitas hidup dilakukan dengan menggunakan kuesioner Cardiff Acne Disability Index 2. Variabel terikat : Kualitas hidup Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kualitas hidup. Kualitas hidup adalah derajat kenikmatan atau kepuasan yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Pengukuran kualitas hidup dilakukan dengan menggunakan kuesioner Cardiff Acne Disability Index
commit to user
(CADI). Skor CADI dihitung dengan menjumlahkan skor setiap pertanyaan dan menghasilkan kemungkinan maksimum 15 dan minimum
0. Skor CADI yang dinilai rendah (0-4), menengah (5-9) dan tinggi (10- 15). Variabel ini memakai skala kategorikal ordinal.
3. Variabel perancu
a. Usia
1) Definisi
Usia adalah jumlah tahun hidup subjek sejak lahir sampai dengan penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini subjek yang dipakai adalah siswa SMAN 1 Prambanan, Sleman yang berusia 14-20 tahun.
2) Alat bantu
: Kuesioner
3) Skala pengukuran : Rasio
b. Menstruasi
1) Definisi
Menstruasi adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai menopause.
2) Alat bantu
: Kuesioner
3) Skala pengukuran : Nominal 3) Skala pengukuran : Nominal
commit to user
c. Penyakit kronik
1) Definisi
Penyakit kronik adalah penyakit yang berlangsung sangat lama seperti kanker, serangan jantung, gagal ginjal kronik, diabetes mellitus, dan sebagainya. Dalam penelitian ini subjek yang dipakai adalah siswa yang tidak menderita penyakit kronik selain akne vulgaris.
2) Alat bantu
: Kuesioner
3) Skala pengukuran : Nominal
d. Tingkat sosial ekonomi
1) Definisi Tingkat sosial ekonomi adalah stratifikasi sosial menurut ekonomi. Ekonomi dalam hal ini cukup luas yaitu meliputi juga sisi pendidikan dan pekerjaan karena pendidikan dan pekerjaan seseorang pada jaman sekarang sangat mempengaruhi kekayaan atau perekonomian individu. Dalam penelitian ini, tingkat sosial ekonomi subjek dinilai berdasarkan uang saku siswa tiap hari kemudian digolongkan menjadi kelompok tingkat sosial ekonomi rendah dan kelompok tingkat sosial ekonomi tinggi.
2) Alat bantu
: Kuesioner
3) Skala pengukuran : Nominal 3) Skala pengukuran : Nominal
commit to user
H. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan:
1. Lembar persetujuan keikutsertaan dalam penelitian, kuesioner pendahuluan, kuesioner CADI,
2. Set alat tulis dan lembar pemeriksaan,
3. Kaca pembesar dengan penerangan cukup,
4. Kamera digital dengan merk Sony Cybershoot 7,2 megapiksel.
I. Cara Kerja
1. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, diminta menandatangani lembaran surat persetujuan, mengisi formulir penelitian, dan kuesioner pendahuluan.
2. Dilakukan anamnesis dan penghitungan jumlah lesi baik lesi akne non- inflamasi maupun inflamasi setiap pengamatan dengan metode Global Acne Grading System (GAGS) pada lima bagian wajah (dahi, pipi kiri, pipi kanan, hidung, dagu) dengan kaca pembesar dan pencahayaan yang cukup dan didokumentasikan menggunakan kamera digital Sony Cybershoot 7,2 megapixel.
3. Pengisian kuesioner kualitas hidup.
4. Pengumpulan data didapat dari hasil pengisian kuesioner yang diberikan kepada keempat kelompok sampel. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan program SPSS versi 17.0.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Membandingan tingkat kualitas hidup.
J. Teknik Analisis Data
Analisis statistik dilakukan pada data penelitian hasil pengukuran dengan menggunakan program Statistical Package for Social Sciences (SPSS). Data skor kualitas hidup yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisa bivariat uji Chi-square menggunakan bentuk tabel 2 x k dengan derajat kemaknaan 5% (p<0,05) atau dengan tabel interval kepercayaan 95%.
Tabel 3. Uji Chi-square
Kualitas Hidup
Derajat Akne
Ringan Sedang Berat Tanpa Akne Total Baris
Rendah a b c d a+b+c+d Sedang
e f g h e+f+g+h Tinggi
i+j+k+l Total kolom
a+e+i
b+f+j c+g+k
d+h+l
a) Nilai expected sel =
b) Nilai X 2 hitung =
c) Degree of freedom (df) = (r-1).(c-1)
= (3-1).(4-1) =6
d) Nilai X 2 tabel untuk α = 0,05 dan df = 6 adalah 12,592 (terlampir).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e) Kesimpulan:
Jika X 2 hitung > 12,592 (p<0,05), Ho ditolak dan Hi diterima Jika X 2 hitung <12,592 (p>0,05), Ho diterima dan Hi ditolak
Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup menggunakan metode ukuran asosiasi dengan Odds Ratio. Sedangkan, untuk mengendalikan faktor luar lainnya yang mempengaruhi variabel penelitian menggunakan teknik analisis regresi logistik ganda. Teknik ini digunakan bila variabel tergantungnya berskala kategorikal. Variabel yang akan dimasukkan dalam analisis regresi logistik berganda adalah variabel yang pada analisis bivariat menunjukkan hubungan yang bermakna dan mempunyai nilai p<0,25 (Dahlan, 2008).
Ln
= a+ b1x1 + b2x2
= probabilitas untuk kualitas hidup rendah 1-p = probabilitas untuk kualitas hidup tinggi x1
= akne vulgaris (0= tidak akne, 1= akne)
x2 = tingkat sosial ekonomi (0= tingkat sosial ekonomi rendah, 1=
tingkat sosial ekonomi tinggi) a = konstanta yang disebut intersep
b = koefisien regresi variabel independen yang biasa disebut slope (Dahlan, 2008) b = koefisien regresi variabel independen yang biasa disebut slope (Dahlan, 2008)
commit to user
31
Dengan menggunakan analisis regresi logistik berganda diharapkan penelitian akan lebih valid karena telah mengendalikan variabel luar/perancu (Murti, 2010). Jika hasil data tidak terdistribusi normal maka akan digunakan uji alternatifnya (non parametrik) yaitu uji Kolmogorov Smirnovy menggunakan program SPSS dengan batasan kemaknaan 5% (p<0,05) (Dahlan, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV HASIL PENELITIAN
Penelitian mengenai hubungan antara akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup telah dilaksanakan pada bulan Mei 2011. Subjek penelitian berusia antara
14 tahun sampai 20 tahun di SMAN 1 Prambanan, Sleman yang memenuhi persyaratan diikutsertakan dalam penelitian ini adalah 202 siswa, yang sesuai dengan rancangan penelitian dengan minimal sampel adalah 196 siswa.
A. Keadaan Umum Subjek
Berikut ini adalah distribusi subjek yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar berdasarkan umur, jenis kelamin, dan kejadian akne vulgaris.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa subjek penelitian paling banyak adalah siswa yang berumur 17 tahun sebesar 53%. Sedangkan yang paling sedikit adalah siswa yang berumur 15 tahun sebesar 0,9% (tabel 4 dan gambar 1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Tabel 4. Distribusi Subjek BerdasarkanUmur
Gambar 1. Persentase Subjek Berdasarkan Umur