36
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Tahun 2010
No Pekerjaan Tahun 2010
No Pekerjaan Tahun 2010
1 Belum Bekerja
14.317 41 Imam Masjid
3 2
Mengurus RT 12.040 42
Pendeta 188
3 PelajarMahasiswa
41.414 43 Pastur
7 4
Pensiunan 4.029 44
Wartawan 19
5 PNS
4.681 45 UstadMubaligh
14 6
TNI 1.398 46
Juru masak 23
7 Polri
473 47 Promotor Acara
1 8
Perdagangan 753 48
Anggota BPK 5
9 Petani
2.921 49 Anggota MK
1 10
Peternak 41 50
Walikota 1
11 Nelayan Perikanan
8 51 Wakil Walikota
1 12
Industri 39 52
Anggota DPRD 1
13 Konstruksi
29 53 Anggota DPRD
17 14
Transportasi 98 54
Dosen 396
15 Karyawan swasta
23.116 55 Guru
4.797 16
karyawan BUMN 484 56
Pilot 5
17 Karyawan BUMD
142 57 Pengacara
23 18
Karyawan Honorer 330 58
Notaris 12
19 Buruh Harian
19.221 59 Arsitek
14 20
Buruh Tani 691 60
Akuntan 6
21 Buruh Nelayan
2 61 Konsultan
7 22
Buruh Peternakan 28 62
Dokter 112
23 Pembantu RT
231 63 Bidan
52 24
Tukang Cukur 13 64
Perawat 115
25 Tukang listrtik
15 65 Apoteker
12 26
Tukang Batu 252 66
Psikiater 4
27 Tukang kayu
78 67 Penyiar TV
1 28
Tukang sol 10 68
Penyiar Radio 1
29 Tukang jahit
270 70 Peneliti
13 30
Tukang Gigi 4 71
Sopir 825
31 Penata Rias
22 72 Pialang
3 32
Panata Busana 2 73
Paranormal 3
33 Penata Rambut
25 74 Pedagang
2.968 34
Mekanik 143 75
Perangkat Desa 12
35 Seniman
67 76 Kepala Desa
1 36
Tabib 8 77
Biarawati 23
37 Perancang Busana
3 79 Lainnya
40
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, 2010.
Diolah.
37
Tabel 4.3. Kepadatan Penduduk per Kecamatan, Tahun 2010
Kecamatan Penduduk
Laki-laki Perempuan
Laki-laki + Perempuan
Sexratio 1
2 3
4 5
Argomulyo 19.902
20.304 40.206
98,02 Tingkir
19.891 20.482
40.373 97,11
Sidomukti 18.839
19.925 38.764
94,55 Sidorejo
25.089 26.635
51.724 94,20
Kota Salatiga 83.721
87.346 171.067
95,85
Sumber: Salatiga Dalam Angka 2010,
diolah
.
4.1.2. Kondisi Sosial Budaya
Salatiga merupakan kota yang beragam baik dari segi kebudayaan maupun agama.Dalam konteks keragaman, yang membuat kota ini menjadi unik adalah
toleransi beragama yang sangat baik ditunjukan dalam kehidupan sehari-hari. Ada enam agama resmi yang diakui oleh Indonesia dalam Undang-undang yang hidup
berdampingan di kota Salatiga, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Meski terjadi keragaman kepercayaan, akan tetapi kehidupan beragama di
Salatiga sejauh ini belum pernah terdengar persoalan konflik antar agama. Masyarakatnya hidup berdampingan tanpa mempersoalkan kepercayaan masing-
masing. Pernyataan tersebut berdasarkan pada data-data yang dimiliki oleh pemerintah Kota Salatiga dan Kepolisian Salatiga yang menunjukan bahwa belum
pernah terjadi konflik antar agama di Kota Salatiga. Toleransi ini ditunjukan dengan berbaurnya masyarakat yang berlainan agama
dalam setiap kegiatan yang dilakukan baik oleh masyarakat Salatiga maupun melalui Pemerintah Daerah Kota Salatiga. Pada jumlah penganut, agama Islam menduduki
peringkat pertama dalam kategori jumlah penduduk berdasarkan agama selanjutnya diikuti oleh pemeluk Kristen Protestant, Kristen Katholik,Budha, Hindu dan Kong Hu
Cu.
38 Kondisi sosial budaya masyarakat Salatiga sangatlah beragam, selain
keragaman agama, juga terdapat keragaman suku, bahasa, dan budaya. Hal tersebut semakin jelas dengan keberadaan UKSW yang para mahasiswanya beragam dari
suku, ras, bahasa dan agama. Kondisi tersebut tentunya tidak tersebar diseluruh kota Salatiga, karena sebagian besar keragaman tersebut hanya berada di kecamatan
Sidorejo dimana lokasi UKSW berada. Seperti yang telah di paparkan dalam latar belakang, bahwa khusus di wilayah Sidorejo terdapat enam agama dan 19 etnis.
Berdasarkan pada tabel di atas, dengan kondisi sosial yang begitu beragam dan berdasarkan pada catatan kepolisian dan dari hasil penelitian lapangan, terdapat
beberapa konflik yang disebabkan oleh keragaman budaya tersebut. Melihat pada catatan pemerintah Kota Salatiga dan Kepolisian Kota Salatiga, konflik tersebut
terjadi bukanlah disebabkan oleh masyarakat asli Salatiga, melainkan konflik tersebut terjadi dilakukan oleh paguyuban etnis mahasiswa UKSW. Berdasarkan pada data
lapangan, konflik yang terjadi yang dilakukan oleh paguyuban etnis mahasiswa UKSW sebagian besar disebabkan oleh karena perbedaan latar belakang budaya,
suku, ras, karakter dan faktor yang lain. Meski pernah terjadi konflik antar paguyuban etnis mahasiswa UKSW, dibalik semua itu juga terdapat keakraban antara kelompok
satu dengan kelompok yang lain, sehingga kita dapat mempelajari keragaman budaya yang ada.
4.2 Sekilas Tentang Universitas Kristen Satya Wacana
Sebelum berganti nama pada tahun 1959, Universitas Kristen Satya Wacana UKSW bernama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Kristen Indonesia PTPGKI,
yang berdiri tahun 1956. “Satya Wacana” memiliki arti, “Setia Kepada Firman Tuhan”. Setelah tahun 1959, berada di bawah naungan Yayasan Perguruan Tinggi
Kristen SatyaWacana YPTKSW dan didukung oleh 18 Sinode Gereja di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, Bali, Nusa Tenggara Timur dan
Nusa Tenggara Barat, PTPGKI resmi berubah nama menjadi UKSW.
3
Saat ini UKSW telah menjadi besar, dan telah memiliki 14 Fakultas, program pasca sarjana