ANALISIS BANTUAN DANA PD. LAMPURA NIAGA TERHADAP USAHA MIKRO DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA
ANALISIS BANTUAN DANA PD. LAMPURA NIAGA
TERHADAP USAHA MIKRO DI KABUPATEN LAMPUNG
UTARA
Disusun Oleh
Arif Darma Kiti
Skripsi
Sebagai Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung 2013
(2)
ABSTRACT
HELP FUND ANALYSIS PD. LAMPURA COMMERCIAL DISTRICT OF MICRO IN NORTH LAMPUNG
By
ARIF DARMA KITI
Regional-Owned Enterprises is a company founded and owned by the local government. ROE target was based categories can be divided into two groups, namely the regional companies to, serve the interests of the public and local companies for the purpose of increasing local revenues in the PAD. Enterprises have an influence in promoting economic growth and participate in the
advancement of micro push one way to develop micro credit.
This study aims to Knowing where the most lucrative sector after obtaining credit from PD.Lampura Commerce in North Lampung . Determine whether there are differences in gains before and after obtaining credit from PD.Lampura
Commerce in North Lampung . Analyze the capital factors , product prices , sales volumes , increased raw materials , increasing efforts variants , additional staff , in cooperation with other parties , and whether the addition of working hours can affect business profits after obtaining micro credit loan from PD.Lampura Commerce in Lampung north .
These results indicate that the trade sector provide different advantages compared to the services sector , micro enterprises earn profits after the credit of PD . Lampura Commerce higher than after obtaining additional capital and variable capital , sales volume , a variant of effort, cooperation and working hours is positive and variable price product , raw materials , and the number of employees affected negatively .Keywords : trade and services sectors , enterprises and regression
(3)
ABSTRAK
ANALISIS BANTUAN DANA PD. LAMPURA NIAGA TERHADAP USAHA MIKRO DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA
Oleh
ARIF DARMA KITI
Badan Usaha Milik Daerah adalah perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah daerah . BUMD itu berdasarkan kategori sasarannya dapat dibedakan dua golongan, yaitu perusahaan daerah untuk, melayani kepentingan umum dan perusahaan daerah untuk tujuan peningkatan penerimaan daerah dalam PADnya. BUMD memiliki pengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan ikut serta dalam mendorong kemajuan usaha mikro salah satunya dengan cara pemberian kredit mengembangkan usaha mikro.
Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui sektor mana yang paling menguntungkan setelah memperoleh kredit dari PD.Lampura Niaga di Kabupaten Lampung Utara. Mengetahui apakah terdapat perbedaan keuntungan sebelum dan setelah memperoleh kredit dari PD.Lampura Niaga di Kabupaten Lampung Utara. Menganalisis faktor modal usaha, harga produk, volume penjualan,
bertambahnya bahan baku, bertambahnya varian usaha, penambahan pegawai, kerjasama dengan pihak lain, dan penambahan jam kerja apakah dapat
mempengaruhi keuntungan usaha mikro setelah memperoleh kredit pinjaman modal dari PD.Lampura Niaga di Kabupaten Lampung Utara.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sector perdagangan memberikan keuntungan berbeda dibandingkan sector jasa, keuntungan setelah usaha mikro mendapatkan kredit dari PD. Lampura Niaga lebih tinggi dibandingkan setelah mendapatkan tambahan modal, dan variabel modal, volume penjualan, varian usaha, kerjasama dan jam kerja bernilai positif dan variabel harga produk, bahan baku, dan jumlah pegawai berpengaruh negative.
(4)
(5)
(6)
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... i
DAFTAR GAMBAR...ii
DAFTAR LAMPIRAN...iii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah ...9
C. Tujuan penelitian ... ...10
D. Kerangka Pemikiran Teoritis... ... 11
E. Hipotesis...13
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Usaha Mikro...15
B .Teori Keuntungan...17
C. Peran Usaha Mikro dan Kecil... 18
D. Masalah yang Dihadapi Usaha Mikro dan Kecil...20
E. Perusahaan Daerah Lampura Niaga... 27
1. Tujuan dan pembiayaan PD.Lampura Niaga...27
2. Kendala dan Hambatan...29
(8)
A. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel ... 32
1 Variabel Penelitian ... 32
2 Definisi Operasional Variabel ... 33
3. Populasi dan Sampel... 34
B. Jenis dan Sumber Data ... 35
C. Metode Pengumpulan Data ... 36
D. Metode Analisis ...37
1. Uji validitas dan Reabilitas...37
2. Uji analisis varians ... 38
3. Uji beda Perbandingan Rata-rata... 40
4. Uji Analisis Regresi...41
E. Tahap penyelesaian masalah...46
IV. HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN A. Profil responden...48
B. Uji validitas dan Reabilitas...51
C. Uji analisis varians...54
D. Uji beda perbandingan rata-rata... 57
E. Uji analisis regresi...59
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan...86
(9)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah daerah. Kewenangan pemerintah daerah membentuk dan mengelola BUMD Sebagaimana yang diamanatkan dalam GBHN 1999 dan Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000 – 2004 adalah bahwa perwujudan otonomi daerah dalam pertumbuhan ekonomi dan pemerataan antar daerah dilaksanakan melalui
berbagai arah kebijakan, utamanya adalah mengembangkan otonomi daerah secara luas, nyata, dan bertanggung jawab dalam rangka pemberdayaan masyarakat, serta berbagai lembaga ekonomi dan masyarakat di daerah, melakukan pengkajian dan saran kebijakan lebih lanjut tentang berlakunya otonomi daerah bagi daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota serta daerah perdesaan dan mewujudkan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah secara adil dengan mengutamakan kepentingan daerah yang lebih luas melalui desentralisasi perizinan dan investasi serta pengelolaan sumber daya di daerah.
Dapat dikemukakan lebih lanjut bahwa BUMD itu berdasarkan kategori sasarannya dapat dibedakan dua golongan, yaitu perusahaan daerah untuk
(10)
melayani kepentingan umum dan perusahaan daerah untuk tujuan peningkatan penerimaan daerah dalam PADnya. Dan BUMD bergerak dalam berbagai bidang usaha, yaitu jasa keuangan dan perbankan (BPD dan Bank Pasar), jasa air bersih (PDAM) dan berbgai jasa dan usaha produktif lainnya pada industri, perdagangan dan perhotelan, pertanian-perkebunan, perparkiran, percetakan, dan lain-lain.
Pemberdayaan BUMD dalam Peningkatan Ekonomi Daerah Pemberdayaan masyarakat (beserta kelembagaannya, termasuk BUMD). Menurut Ginandjar
Kartasasmita (1996) adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan lapisan
masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Provinsi Lampung mempunyai potensi industri dan perdagangan yang cukup tinggi, sektor industri dan perdagangan mempunyai kontribusi besar setelah sektor pertanian dalam perolehan produk domestik regional bruto (PDRB). Dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah) di Provinsi Lampung, 2009-2011
No Lapangan Usaha 2009 2010 2011
1 Pertanian 34591074 39916660 46287631
2 Pertambangan dan Penggalian
`1860403 2161246 2477317 3 Industri dan pengolahan 12514338 17120714 20555157 4 Listrik, Gas,dan Air bersih 518964 595503 691203
5 Bangunan 3742874 3968970 4397009
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
11948935 16530762 20433382 7 Pengangkutan dan
Telekomunikasi
8800173 11011468 14732952 8 Keuangan Persewaan 5932710 6820469 7551682
9 Jasa-jasa 9025390 10252694 11282562
Jumlah 88934861 108378507 128408895
(11)
Dari tabel 1 dapat dilihat data industri dan pengolahan serta perdagangan, hotel dan restoran memiliki jumlah yang cukup besar setelah pertanian ini berarti untuk usaha industri dan pengolahan serta perdagangan, hotel dan restoran memiliki pengaruh yang besar dalam meningkatkan perekonomian daerah.
Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah Perusahaan Daerah Lampura Niaga (Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2006 Nomor 10),
Pemberian pembiayaan diharapkan dapat memajukan ekonomi pengusaha kecil. Pengusaha atau pedagang ekonomi lemah khususnya pengusaha kecil yang biasanya terdesak kebutuhan permodalan biasanya mengambil jalan pragmatis dengan mencari permodalan dari rentenir. Dengan berdirinya PD.Lampura Niaga akan memberikan kemudahan pelayanan jasa semi perbankan, terutama bagi pengusaha atau pedagang golongan ekonomi lemah sehingga akan mampu menggali potensi, meningkatkan produktivitas, meningkatkan pendapatan serta mengembangkan perekonomian di pedesaan. Dengan adanya bantuan
PD.Lampura Niaga saat ini diharapkan mempunyai efek yang sangat kuat dalam menjalankan misinya dan dapat mengurangi ketergantungan pengusaha kecil dari lembaga-lembaga keuangan informal yang bunganya relatif terlalu tinggi.
Pemberian pembiyaaan sedapat mungkin dapat memandirikan ekonomi pengusaha kecil. Keberadaan UMK hendaknya diharapkan dapat memberi konstribusi yang cukup baik terhadap upaya penanggulangan masalah-masalah yang sering dihadapi seperti tingginya tingkat kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan dan segala aspek yang tidak baik. Usaha Mikro Kecil Menengah (UKM) yang merupakan salah satu
(12)
komponen dari sektor industri pengolahan dan perdagangan, secara keseluruhan mempunyai andil yang sangat besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Jumlah Tenaga Kerja Di Kabupaten Lampung Utara Tahun 2011
Lapangan Pekerja
No Usaha Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Industri 1378 206 1584
2 Perdagangan 571 291 862
3 Bank 224 99 323
4 Jasa Sosial 72 45 117
Jumlah 2245 641 2886
Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lampung Utara
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa lapangan usaha industri menyerap jumlah pekerja yang paling besar dengan jumlah 1584 serta usaha perdaganan dengan total jumlah pekerja 862 orang. Disamping itu banyak potensi tersebut, banyak permasalahan yang dihadapi oleh UMK karena sifat usahanya yang kebanyakan masih bersifat transisi. Beberapa permasalahan utama yang sering dihadapi usaha ini antara lain masalah permodalan, pemasaran, penguasaan teknologi yang rendah, kekurangan modal, akses pasar yang terbatas, kelemahan dalam pengelolaan usaha dan lain sebagainya.
Linkage dari sektor pada PDRB tersebut ternyata mampu berpengaruh yang cukup besar bagi pertumbuhan sektor usaha mikro dan kecil di Kabupaten Lampung Utara. Laju pertumbuhan sektor UMK tersebut dari tahun ke tahun cendrung mengalami peningkatan.
(13)
Tabel 3. Pertumbuhan Sektor UMK Di Kabupaten Lampung Utara Tahun 2010-2012 (Unit)
No Jenis Usaha 2010 2011 2012
1 Produksi 295 327 398
2 Konveksi 93 98 112
3 Elektronika 197 231 235
4 Tekstil 121 145 150
5 Beras/Bumbu 178 193 247
6 Barang Pecah Belah 38 42 45
7 Daging 98 83 102
8 Kelontong 368 383 491
9 Tanaman hias 4 6 13
10 Sayur Mayur 138 158 274
11 Buah 77 83 91
12 Warung Makan 58 79 83
13 Ikan 24 28 46
14 Roti/Makanan 67 85 92
15 Jamu/Obat 16 24 32
16 Kerajinan Tangan 198 225 239
17 Lainnya 3273 3577 4643
Jumlah 5243 5872 6294
Sumber : Dinas Perindustrian dan perdagangan Kabupaten Lampung Utara 2013
Dari Tabel 3 dapat dilihat beberapa jenis usaha mikro dan kecil diatas beberapa usaha mengalami tingkat penurunan jumlahnya dari beberapa tahun namun dapat dipulihkan dengan baik sehingga pertumbuhannya menunjukkan angka yang positif. Jenis usaha yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah sayur mayur pada tahun 2010 sebesar 2,6% mengalami kenaikan pada tahun 2012 sebesar 4,2%. Selain sayur mayur jenis usaha produksi juga mengalami kenaikan yang cukup pesat dari tahun 2010 sebesar 5,6% mengalami kenaikan pada tahun 2012 sebesar 6,3%. Jenis usaha daging dari tahun 2010 sebesar 1,8% mengalami penurunan di tahun 2012 sebesar 1,6%. Sedang jenis usaha lainnya mengalami peningkatan dari tiap tahunnya. Ada 16 jenis usaha yang mengalami pertumbuhan yang menunjukkan nilai positif. Hal ini mengindikasikan bahwa potensi Lampung utara akan usaha mikro dan kecil sangat potensial. Sebagian besar UKM hanya
(14)
mengandalkan modal pribadi yang sangat minim sedang pangsa pasar ke depan semakin bertambah seiring dengan pertambahan laju pertumbuhan penduduk kota. Permasalahan yang biasanya dihadapi oleh UMK adalah kredit macet. Sejak adanya PD. Lampura Niaga di Kabupaten Lampung Utara UMK yang menjadi anggotanya mendapatkan kemudahan untuk dapat mengembangkan usahanya. Berdirinya PD. Lampura Niaga ini mampu menggerakkan ekonomi di Kabupaten Lampung Utara. Sebelum adanya PD. Lampura Niaga jumlah UKM di Kabupaten Lampung Utara belum cukup banyak. Dengan adanya PD. Lampura Niaga dapat membantu UKM untuk menambah modal untuk usahanya. Peran dari PD.
Lampura Niaga mendapat sambutan yang baik dari masyarakat yang menjadi anggota PD. Lampura Niaga di Kabupaten Lampung Utara dilihat dari minat masyarakat pada setiap tahunnya terdapat usaha mikro yang meminjam dana pada PD. Lampura Niaga
Hal ini diungkapkan karena UMK yang merupakan anggota PD. Lampura Niaga mendapatkan dana bergulir untuk penambahan modal usaha UMK yang terdiri dari sektor perdagangan dan sektor jasa. Melihat fenomena tersebut, PD. Lampura Niaga menjadi salah satu lembaga keuangan alternatif yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan tersebut. Dengan adanya PD. Lampura Niaga dapat membantu UMK yang tidak memiliki modal usaha untuk dapat membuka usaha. PD. Lampura Niaga sejak pertama berdiri bertujuan untuk membantu masyarakat terutama untuk masyarakat ekonomi lemah supaya dapat tumbuh dan
(15)
Pembiayaan yang diberikan PD. Lampura Niaga kepada anggotanya menurut jenis dari usahanya dan tiap jenis tidak memperoleh pembiayaan yang sama karena pembiayaan yang diberikan menurut jenis usahanya masing-masing yang
dibedakan sektor perdagangan, jasa, perkebunan, pertanian dan peternakan dengan total berjumlah 87 usaha. Adapun dana yang diberikan PD. Lampura Niaga di Kabupaten Lampung Utara kepada UMK sektor perdagangan dan jasa dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4. Dana Bantuan Alokasi Pembiayaan Usaha Mikro dan Kecil PD. Lampura Niaga di Kabupaten Lampung Utara sektor perdagangan dan jasa Tahun 2009-2012 (Ribu Rupiah)
2009 2010 2011 2012
Jenis Usaha ∑ usa ha
∑
kredit usa∑ ha
∑ kredit ∑
usa ha
∑
kredit usa∑ ha
∑ kredit
Sektor Perdaganan
Wr.Makan 1 13.000 1 10.000 1 5.000 1 20.000
Pakaian 3 30.000 1 25.000 2 30.000 1 14.000
Var.motor 1 15.000 1 8.000 1 20.000 1 15.000
Manisan 2 12.000 1 15.000 1 15.000 2 22.000
Tk.komputer 1 15.000 1 10.000 1 15.000 1 8.000
Sembako 1 4.000 1 10.000 1 15.000 1 7.000
Jumlah 9 89.000 6 78.000 7 100.000 7 91.000
Sektor Jasa
Bengkel 1 10.000 1 5.000 1 15.000 1 5.000
Op.kacamata 1 4.000 2 20.000 1 8.000 1 10.000
Fotocopy 2 8.000 1 10.000 1 5.000 1 10.000
Transportasi 1 8.000 1 10.000 1 10.000 1 8.000
Percetakan 2 22.000 1 8.000 1 7.000 1 15.000
Warnet 1 15.000 1 10.000 1 15.000 1 20.000
Jumlah 8 77.000 7 63.000 6 60.000 6 68.000
(16)
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa dana alokasi yang diberikan kepada PD.
Lampura Niaga di Kabupaten Lampung Utara sektor sektor perdagangan dan jasa total berjumlah 56 unit usaha dan sektor perkebunan, pertanian dan peternakan berjumlah 31 unit usaha dapat dilihat pada lampiran 1 . Dari data diatas sektor perdagangan memperoleh pembiayaan rata-rata lebih besar dibandingkan sektor jasa karena pada sektor perdagangan dana yang diperoleh UMK lebih dapat dipastikan dibandingkan di sektor jasa. Pada sektor perdagangan khususnya pada jenis usaha pakaian yang memperoleh kredit paling besar dari PD. Lampura Niaga karna potensi penjualan pakaian cukup baik di Kabupaten Lampung Utara.
Tabel 5. Usaha Yang Berkembang Setelah Memperoleh Kredit Dari PD.Lampura Niaga Pada Sektor Perdagangan dan Jasa
Nama Peminjam
Jenis Usaha
Tahun Modal Bagi
hasil
Persentase Keuntungan Sektor
Perdadangan
Giyanto Pakaian 2010 25.000.000 1.320.000 22% 6.000.000 M. Alfian Pakaian 2009 20.000.000 1.000.000 20% 5.000.000 Aminah Pakaian 2011 16.000.000 1.665.000 37% 4.500.000 M. Salim Warung
Makan
2012 20.000.000 1.500.000 30% 5.000.000 Sektor Jasa
Rohwati Percetakan 2009 15.000.000 1.650.000 30% 5.500.000 Joni Fotocopy 2009 25.000.000 1.500.000 35% 5.000.000 Hartono Optik
Kacamata
2010 25.000.000 1.100.000 22% 5.000.000 H.Mawan Warnet 2012 30.000.000 1.240.000 31% 4.000.000
Sumber: PD. Lampura Niaga Kabupaten Lampung Utara, 2013
Jenis usaha pakaian milik bapak giyanto memiliki jumlah keuntungan tertinggi sebesar Rp. 6.000.000,00 dengan kredit usaha Rp.25.000.000,00 dan persentase bagi hasil sebesar 22% .Jenis usaha pakaian milik rohwati memiliki jumlah keuntungan tertinggi sebesar Rp.5.500.000,00 dengan kredit usaha
(17)
Rp.15.000.000,00 dan persentase bagi hasil sebesar 30% berdasarkan perjanjian persentase dari jumlah keuntungan yang didapatkan usaha mikro.
Melihat deskripsi perkembangan usaha mikro tersebut maka mendasari peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah dengan judul : “Analisis Bantuan Dana PD.Lampura Niaga Terhadap Usaha Mikro Di Kabupaten Lampung Utara ”.
Penelitian ini untuk melihat sejauh mana PD. Lampura Niaga dapat berperan sebagai agent of development bagi Kabupaten lampung utara dalam menumbuh kembangkan sektor UMK dalam membantu penambahan PAD karna dengan adanya penambahan modal mampu mempengaruhi pertumbuhan usaha yang memungkinkan usaha kecil beroperasi dengan efektif Di Kabupaten Lampung Utara dan PD. Lampura Niaga dapat menjadi salah satu solusi alternatif dalam mengatasi masalah pembiayaan UMK agar UMK dapat semakin tumbuh dan berkembang, semakin kuat dan mandiri dalam menghadapi pangsa pasar yang lebih luas lagi.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas dapat diketahui bahwa usaha mikro merupakan bagian dari usaha ekonomi rakyat yang sedang berkembang di Kabupaten Lampung Utara yang memiliki potensi yang sangat besar. Meskipun memiliki potensi usaha yang sangat besar, sektor usaha mikro di Kabupaten Lampung Utara ternyata belum bisa berproduksi secara maksimal sehingga kontribusinya terhadap perekonomian masih relatif kecil dibanding dengan usaha perdagangan lainnya. Hal tersebut antara lain dikarenakan masalah faktor
(18)
kekurangan modal. Dengan hadirnya PD. Lampura Niaga, merupakan jalan alternatif untuk dapat memajukan sektor UMK ataupun pedagang golongan ekonomi lemah. UMK di Kabupaten Lampung Utara terdiri dari berbagai macam jenis usaha dan sebagian UMK tersebut pernah mendapat bantuan dana untuk modal dari PD. Lampura Niaga di Kabupaten Lampung Utara dengan tujuan agar UMK yang menjadi anggota dapat berkembang dan menyerap tenaga kerja di Kabupaten Lampung Utara. Padahal modal merupakan unsur pertama dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat itu sendiri, terlebih bagi pengusaha atau pedagang golongan ekonomi lemah khususnya pengusaha kecil. Hal ini akan menarik untuk dikaji sehingga timbul permasalahan :
1. Sektor apakah yang paling menguntungkan setelah mendapat bantuan pembiayaan modal dari PD. Lampura Niaga
2. Apakah terdapat perbedaan keuntungan sebelum dan setelah mendapatkan kredit dari PD.Lampura Niaga .
3. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi keuntungan pada UMK setelah mendapat bantuan pembiayaan modal dari PD. Lampura Niaga.
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui sektor mana yang paling menguntungkan setelah memperoleh kredit dari PD.Lampura Niaga di Kabupaten Lampung Utara.
2. Mengetahui apakah terdapat perbedaan keuntungan sebelum dan setelah memperoleh kredit dari PD.Lampura Niaga di Kabupaten Lampung Utara.
(19)
3. Menganalisis beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keuntungan setelah memperoleh kredit pinjaman modal dari PD.Lampura Niaga di Kabupaten Lampung Utara
D. Kerangka Pemikiran Teoritis
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manfaat bagi UKM setelah memperoleh kredit dari PD. Lampura Niaga, Karna dengan adanya modal usaha yang cukup, sangat penting bagi usaha kecil tersebut untuk meningkatkan keuntungan lebih seperti pada sektor perdagangan yang memiliki perputaran uang yang lebih cepat dibandingkan sektor jasa sehingga diduga pada sektor perdagangan memperoleh keuntungan berbeda dibandingkan sektor jasa.
Adanya modal usaha yang cukup memungkinkan usaha kecil beroperasi dengan efektif sehingga usaha tersebut mampu berkembang dibandingkan sebelum memperoleh kredit pada sektor perdagangan dan jasa yang memperoleh modal yang berbeda dari PD.Lampura Niaga. Menganalisis faktor-faktor penduga keuntungan usaha setelah memperoleh batuan dana terhadap usaha mikro dari PD.Lampura Niaga di Kabupaten Lampung Utara, Berikut adalah faktor-faktor penduga keuntungan :
a. Modal usaha, sebagai variabel independen 1 (X1).
Dengan bertambahnya modal usaha dapat mempengruhi keuntungan pada perusahaan
(20)
Dengan harga produk yang bervariasi untuk dipilih, produsen mempertahan kan penjualan dengan harga produk yang kompetitif, sehingga penentuan harga produk dapat mempengaruhi keuntungan c. Volume penjualan, sebagai variabel independen 3 (X3).
Dengan menentukan tingkat volume penjualan berguna untuk memperkirakan besarnya keuntungan yang diterima dengan menjual produk kepada konsumen serta biaya yang sudah dikeluarkan sehingga dapat mempengaruhi keuntungan usaha
d. Bertambah bahan baku, sebagai variabel independen 4 (X4).
Dengan bertambahnya bahan baku dapat membuat usaha menjadi lebih berkembang karna dapat merubah kualitas produk sehingga memiliki daya tarik lebih pada masyarakat sehingga mampu mempengaruhi
perkembangan usaha.
e. Bertambah varian usaha, sebagai variabel independen 5 (X5). Dengan bertambahnya varian usaha maka produsen miliki bermacam-macam pilihan aneka produk yang ditawarkan sehingga konsumen dapat memilih sesuai selera sehingga dapat mempengaruhi keuntungan usaha. f. Penambahan pegawai, sebagai variabel independen 6 (X6).
Dengan adanya penambahan pegawai akan berdampak pada kinerja pegawai yang lebih sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan g. Kerjasama dengan pihak lain, sebagai variabel independen 7 (X7). Dengan menjalin relasi dengan pihak yang berkaitan dengan produk yang ditawarkan sehingga dapat mempengaruhi keuntungan usaha.
(21)
h. Penambahan jam kerja, sebagai variabel independen 8 (X8).Dengan menambahkan waktu jam berkerja akan berdampak pada kebutuhan dan keinginan para konsumen yang waktunya tak menentu sehingga dapat meningkatkna keuntungan usaha.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis
E. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir, maka disusun hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Diduga sektor perdagangan memperoleh keuntungan berbeda dengan
sektor jasa setelah mendapatkan kredit dari PD.Lampura Niaga. 2. Diduga keuntungan usaha setelah memperoleh kredit berbeda
dibandingkan sebelum mendapatkan kredit dari PD.Lampura Niaga . 3. Diduga variabel modal usaha, harga produk, volume penjualan,
bertambahnya bahan baku, bertambahnya varian usaha, penambahan PD. Lampura Niaga
Pemberian pinjaman modal
Perkembangan usaha mikro dan kecil
Faktor penduga keuntungan
Keuntungan sebelum # sesudah Perdagangan > Jasa
-Variabel modal usaha berpengaruh (+) -Variabel harga produk berpengaruh (- ) -Variabel vol. penjualan berpengaruh (+) -Variabel bahan baku berpengaruh (-) -Variabel varian usaha berpengaruh (+) -Variabel pegawai berpengaruh (-) -Variabel kerjasama berpengaruh (+) -Variabel jam kerja berpengaruh (+)
(22)
pegawai, kerjasama dengan pihak lain, dan penambahan jam kerja berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan usaha.
4. a. Diduga variabel modal berpengaruh positif terhadap keuntungan usaha. b. Diduga variabel harga berpengaruh negatif terhadap keuntungan usaha. c. Diduga variabel volume penjualan berpengaruh positif terhadap
keuntungan usaha.
d. Diduga variabel bahan baku berpengaruh negatif terhadap keuntungan usaha.
e. Diduga variabel varian usaha berpengaruh positif terhadap keuntungan usaha.
f. Diduga variabel jumlah pegawai berpengaruh negatif terhadap keuntungan usaha.
g. Diduga variabel kerjasama berpengaruh positif terhadap keuntungan usaha.
h. Diduga variabel jam kerja berpengaruh positif terhadap keuntungan usaha.
(23)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Usaha Mikro
Salah satu dari agenda pembangunan Indonesia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat adalah melalui pemberdayaan usaha mikro kecil (UMK). Pengembangan UMK diharapkan dapat menyerap kesempatan kerja sekaligus meningkatkan pendapatan pelakunya .
Pengertian usaha mikro di indonesia sangat beraneka ragam. Bahkan beberapa lembaga dan undang-undang di indonesia memberikan definisi sendiri mengenai usaha mikro. Biasanya usaha mikro didefinisikan berdasarkan jumlah tenaga kerja dan omset penjualan.
Usaha mikro, kecil, dan menengah menurut UU No. 20 Tahun 2008 Pasal 1 ayat (1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Adapun kriteria usaha mikro dapat dilihat pada Pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa :
1. Usaha mikro memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
(24)
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
Sedangkan dalam Pasal 1 ayat (2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.
Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri
KeuanganNo.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun.
Ganewati (1997) menyatakan bahwa Usaha Mikro dan Kecil berdasarkan
perdagangan dan investasi dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu:
1. Usaha mikro dan kecil yang sudah go global, yaitu usaha mikro dan kecil yang telah menjalankan kegiatan internasional secara sangat luas, meliputi kawasan global seperti Asia, Eropa atau Amerika Utara.
2. Usaha mikro dan kecil yang sudah internationalized, yaitu usaha mikro dan kecil yang menjalankan satu kegiatan internasional, misalnya ekspor.
3. Usaha Mikro dan Kecil potensial, yaitu usaha mikro dan kecil yang memiliki potensi menjalankan kegiatan internasional.
(25)
4. Usaha Mikro dan Kecil yang beroriantasi domestik, yaitu usaha mikro dan kecil yang menjalankan usaha secara domestik.
B. Teori keuntungan
Kegiatan perusahaan berorientasi pada keuntungan atau laba, Menurut Soemarso
(2004:245) Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan
usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode tertentu. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan laba sejauh mana suatu perusahaan memperoleh pendapatan dari kegiatan penjualan sebagai selisih dari keseluruhan usaha yang didalam usaha itu terdapat biaya yang dikeluarkan untuk proses penjualan selama periode tertentu.
Umumnya peusahaan didirikan untuk mencapai tujuan tertentu yaitu memperoleh laba yang optimal dengan pengorbanan yang minimal untuk mencapai hal tertentu perlu adanya perencanaan dan pengendalian dalam setiap aktivitas usahanya agar perusahaan dapat membiayai seluruh kegiatan yang berlangsung secara terus menerus.
Pengertian laba menurut Zaky Baridwan (2004 : 29) yaitu kenaikan modal (aktiva
bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari badan usaha dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama satu periode kecuali yang termasuk dari pendapatan (revenue)
(26)
Sedangkan menurut Henry Simamora (2002 : 45) Laba adalah perbandingan
antara pendapatan dengan beban jikalau pendapatan melebihi beban maka hasilnya adalah laba bersih.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa laba berasal dari semua transaksi atau kejadian yang terjadi pada badan usaha dan akan mempengaruhi kegiatan perusahaan pada periode tertentu dan laba di dapat dari selisih antara pendapatan dengan beban, apabila pendapatan lebih besar dari pada beban maka perusahaan akan mendapatkan laba apabila terjadi sebaliknya maka perusahaan mendapatkan rugi.
C. Peran Usaha Mikro dan Kecil
Usaha mikro kecil menengah (UMKM) merupakan kegiatan usaha yang dapat memperluas lapangan kerja, memberikan pelayanan ekonomi kepada masyarakat, berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas perekonomian nasional .
Mengingat besarnya peran UMKM tersebut, maka pemerintah melalui instansi terkait terutama Kementerian Koperasi dan UKM telah meluncurkan berbagai program bantuan. Kebijakan pemerintah untuk mendorong usaha kecil dan menengah cukup serius. Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menegaskan bahwa, usaha ini perlu diselenggarakan secara menyeluruh, optimal, dan berkesinambungan melalui pengembangan iklim
(27)
yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan, dan pengembangan usaha seluas-luasnya (Haryadi, 2010).
Menurut Rudjito (2003: 40) setidaknya ada lima aspek utama yang menjadi alasan
mengapa UMK memiliki peran strategis, yaitu:
1. Aspek manajerial, yaitu meliputi: peningkatan produktivitas/omzet/tingkat utilisasi/tingkat hunian, meningkatkan kemampuan pemasaran dan
pengembangan sumber daya manusia.
2. Aspek permodalan, yaitu meliputi: bantuan modal (penyisihan 1-5% keuntungan BUMN dan kewajiban untuk menyalurkan kredit bagi usaha kecil minimum 20%) dari portofolio kredit bank dan kemudahan kredit. 3. Pengembangan program kemitraan dengan usaha besar baik lewat sistem.
Bapak-Anak Angkat, PIR, keterkaitan hulu-hilir (forward linkage),
keterkaitan hilir-hulu (backward linkage), modal ventura, atau subkontrak.
4. Pengembangan sistem sentra industri kecil dalam suatu kawasan apakah berbentuk PIK (Permukiman Industri Kecil), LIK (Lingkungan Industri Kecil), SUIK (Sarana Usaha Industri Kecil) yang didukung UPT (Unit Pelayanan Teknis) dan TPI (Tenaga Penyuluh Industri).
5. Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB (Kelompok Usaha Bersama), Kopinkra (Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan).
Menurut Lestari (2007) untuk memenuhi kebutuhan permodalan tersebut, UMK
(28)
1. Masih rendahnya atau terbatasnya akses UMK terhadap berbagai informasi, layanan, fasilitas keuangan yang disediakan oleh keuangan formal, baik bank, maupun non bank misalnya dana BUMN, ventura.
2. Prosedur dan persyaratan perbankan yang terlalu rumit sehingga pinjaman yang diperoleh tidak sesuai kebutuhan baik dalam hal jumlah maupun waktu,
kebanyakan perbankan masih menempatkan agunan material sebagai salah satu persyaratan dan cenderung mengesampingkan kelayakan usaha.
3. Tingkat bunga yang dibebankan dirasakan masih tinggi.
4. Kurangnya pembinaan, khususnya dalam manajemen keuangan, seperti perencanaan keuangan, penyusunan proposal dan lain sebagainya. UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pasal disebutkan bahwa usaha mikro dan kecil bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.
D. Masalah yang Dihadapi Usaha Mikro dan Kecil
Perkembangan usaha mikro dan kecil di Indonesia tidak lepas dari berbagai macam masalah. Tingkat intensitas dan sifat dari masalah-masalah tersebut tidak bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani, tetapi juga berbeda antar wilayah atau lokasi, antar sentra, antar sektor atau subsektor atau jenis kegiatan, dan antar unit usaha dalam kegiatan atau sektor yang sama
(Tambunan, 2002). Meski demikian masalah yang sering dihadapi oleh usaha
(29)
1. Kesulitan pemasaran
Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi perkembangan usaha mikro dan kecil. Salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan persaingan, baik pasar domestic dari produk serupa buatan usaha besar dan impor, maupun di pasar ekspor.
2. Keterbatasan Financial
Usaha mikro dan kecil, khususnya di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek financial : mobilitas modal awal dan akses ke modal kerja, financial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang.
3. Keterbatasan SDM
Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala serius bagi banyak usaha mikro dan kecil di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek enterpreunership, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, engineering design, quality
control, organisasi bisnis, akuntansi, data processing, teknik pemasaran, dan
penelitian pasar. Keterbatasan ini menghambat usaha mikro dan kecil Indonesia untuk dapat bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional.
4. Masalah bahan baku
Keterbatasan bahan baku (dan input-input lainnya) juga sering menjadi salah satu kendala serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi banyak usaha mikro dan kecil di Indonesia. Keterbatasan ini dikarenakan harga baku yang terlampau tinggi sehingga tidak terjangkau atau jumlahnya terbatas.
(30)
5. Keterbatasan teknologi
Usaha mikro dan kecil di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi lama atau tradisional dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya total factor productivity dan efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat.
Ganewati (1997) menyebutkan bahwa permasalahan yang sering dihadapi oleh
usaha mikro dan kecil dapat bersifat internal maupun eksternal. Secara internal kendala usaha mikro dan kecil adalah modal, teknologi, akses pasar, keterbatasan manajemen dan SDM serta informasi yang terbatas. Sedangkan faktor eksternal adalah kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak mendukung usaha mikro dan kecil seperti praktek monopoli dan proteksi terhadap beberapa industri besar.
1. Aspek Pemasaran
Pengusaha mikro tidak memiliki perencanaan dan strategi pemasaran yang baik. Usahanya hanya dimulai dari coba-coba, bahkan tidak sedikit yang karena
terpaksa. Jangkauan pemasarannya sangat terbatas, sehingga informasi produknya tidak sampai kepada calon pembeli potensial. Mereka hampir tidak
memperhitungkan tentang calon pembeli dan tidak mengerti bagaimana harus memasarkannya.
2. Aspek Manajemen
Pengusaha mikro biasanya tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang sistem manajemen pengelolaan usaha. Sehingga sulit dibedakan antar aset keluarga dan
(31)
usaha. Bahkan karena banyak di antara mereka yang memanfaatkan ruang keluarga untuk berproduksi. Perencanaan usaha tidak dilakukan, sehingga tidak jelas arah dan target usaha yang akan dijalankan dalam periode waktu tertentu.
3. Aspek Teknis
Berbagai aspek teknis yang masih sering menjadi problem meliputi : cara
berproduksi, sistem penjualan sampai pada tidaknya badan hukum serta perizinan usaha yang lain.
4. Aspek Keuangan
Kendala yang sering mengemukakan setiap perbincangan usaha kecil adalah lemahnya bidang keuangan. Pengusaha mikro hampir tidak memiliki akses yang luas kepada sumber permodalan. Kendala ini sesungguhnya dipengaruhi oleh tiga kendala diatas. Kebutuhan akan permodalan tidak dapat dipenuhi oleh lembaga keuangan modern, karena pengusaha kecil tidak dapat memenuhi prosedur yang ditetapkan.
Lembaga keuangan mikro menurut Budiantoro berfungsi memberikan dukungan modal bagi pengusaha mikro (micro enterprises) untuk meningkatkan usahanya.
terdapat beberapa alternatif yang bisa dilakukan :
1. Banking of the poor. Bentuk ini mendasarkan diri ketika mobilisasi keuangan
mendasarkan diri pada kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat miskin. Bentuk ini juga mendasarkan pula atas membership base, keanggotaan dan partisipasinya terhadap kelembagaan mempunyai makna yang penting. Bentuk-bentuk yang telah terlembaga di masyarakat, antara lain Kelompok Swadaya Masyarakat
(32)
(KSM), Kelompok Usaha Bersama (KUB), Credit Union (CU), Koperasi Simpan
Pinjam (KSP), dan lain-lain.
2. Banking with the poor. Bentuk ini mendasarkan diri dari memanfaatkan
kelembagaan yang telah ada, baik kelembagaan (organisasi) sosial masyarakat yang mayoritas bersifat informal atau yang sering disebut Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), serta lembaga keuangan formal (bank). Kedua lembaga yang nature-nya berbeda itu, diupayakan untuk diorganisasikan dan dihubungkan atas dasar semangat simbiosis mutualisme. Pihak bank akan mendapat nasabah yang makin banyak (outreaching), sementara masyarakat miskin akan mendapat akses untuk mendapatkan financial support. Di Indonesia, hal ini dikenal dengan pola
yang sering disebut Pola Hubungan Bank dan Kelompok Swadaya Masyarakat (PHBKSM).
3. Banking for the poor. Bentuk ini mendasarkan diri pada sumber financial
support (terutama) bukan diperoleh dari mobilisasi tabungan masyarakat miskin, namun memperoleh dari sumber lain yang memang ditujukan untuk masyarakat miskin. Dengan demikian tersedia dana cukup besar yang memang ditujukan kepada masyarakat miskin melalui kredit.
Lembaga keuangan mikro merupakan lembaga yang melakukan kegiatan kegiatan penyedia jasa keuangan kepada pengusaha kecil dan mikro serta masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak terlayani oleh lembaga keuangan formal dan yang telah berorientasi pasar untuk tujuan bisnis (Rudjito, 2003).
Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia menurut Bank Indonesia diklasifikasikan seperti pada gambar di bawah ini :
(33)
(Sumber : Wiloejo Wirjo Wijono,2005)
Gambar 2. Klasifikasi Pembagian Lembaga Keuangan Mikro
BRI Unit Desa dan BPR merupakan lembaga keuangan mikro, yang persyaratan peminjaman menggunakan metode bank konvensional, pengusaha mikro
kebanyakan masih kesulitan mengaksesnya. Lembaga keuangan mikro dengan sendirinya menuntut pelakunya menjalankan manajemen secara professional, melakukan pendekatan dengan pengelolaan stakeholder, dikelola dengan prinsip
LKM
Non Bank BANK
BRI Unit Desa
BPR (Badan Pengkreditan) Rakyat)
KSP (Koperasi Simpan Pinjam)
USP (Unit Simpan Pinjam)
LDKP (Lembaga Dana Kredit Rakyat) BMT (Baitul Mal Wattamwil)
LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) Arisan
Pola Pembiayaan Grameen Pola Pembiayaan ASA
KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat)
(34)
usaha modern, dan mengacu pada prioritas pembangunan di daerah masing-masing, baik dari sisi wilayah, sektor maupun manusianya. Dengan prinsip utama, dari, oleh dan untuk masyarakat itu sendiri. Kelemahan keuangan mikro menurut
(A. Luluk Widyawan, 2010) yaitu:
a. Kurang mampu menjalankan usaha b. Lemah dalam pengelolaan
c. Cara hidup yang konsumtif
d. Cepat merasa puas dengan hasil yang dicapai e. Sangat tergantung kepada fasilitas
f. Rendahnya profesionalisme
g. Kesadaran akan kualitas produksi masih rendah h. Masih percaya pada hal-hal yang bersifat tahayul
Usaha kecil dan mikro membutuhkan dukungan banyak pihak. Dukungan tersebut sangat diharapkan berasal dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat,
lembaga keuangan, lembaga akademi maupun lembaga donor. Lembaga keuangan mikro dapat menjadi tempat penampung dan penyalur dana dan modal, membawa efek penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapat, mempercepat
pembangunan tingkat desa, penggerak bisnis dan menyelamatkan usaha/ kegiatan yang dilanda krisis.
Namun di Kabupaten Lampung Utara terdapat salah satu perusahaan daerah yang dapat membantu masyarakat untuk mendapatkan pinjaman dana usaha selain dari lembaga keuangan tersebut, yaitu PD.Lampura Niaga.
(35)
E. Perusahaan Daerah Lampura Niaga
PD.Lampura Niaga didirikan berdasarkan peraturan daerah Nomor 10 tahun 2006 tentang pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PD.Lampura Niaga dan peraturan bupati lampung utara Nomor 13 tahun 2006 tentang struktur organisasi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PD.Lampura Niaga.
PD.Lampura Niaga sampai saat ini sudah memiliki 4 bidang usaha diantaranya :
a. Usaha kemitraan dan pemberian pinjaman untuk usaha kecil yang meliputi jenis usaha perkebunan, industri kecil dan perdagangan, pertanian,
perikanan dan peternakan b. Pabrik etanol
c. Pabrik Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) d. Kolam renang dan water boom
1. Tujuan dan pembiayaan PD.Lampura Niaga
Maksud dan tujuan pendirian PD.Lampura Niaga sebagaimana diatur dalam peraturan daerah nomor 10 tahun 2006 pasal 4 adalah :
a. Menggali dan memberdayakan suumber-sumber potensi daerah agar lebih produtif dan bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat
b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
c. Memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja
Pembiayaan yang diberikan PD.Lampura Niaga kepada pengusaha mikro dan kecil diberikan dalam rangka untuk :
(36)
a. Upaya memaksimalkan laba
Artinya setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha menginginkan mampu mencapai laba maksimal. Untuk dapat menghasilkan laba maksimal maka mereka perlundukungan dana yang cukup.
b. Upaya meminimalkan resiko
Artinya usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus mampu meminimalkan resiko yang mungkin timbul. Resiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan.
c. Pendayagunaan sumber ekonomi
Artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan sumber daya manusianya ada, dan sumber modal tidak ada. Maka dipastikan diperlukan pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber- sumber daya ekonomi.
d. Penyaluran kelebihan dana
Artinya dalam kehidupan masyarakat ini ada pihak yang memiliki kelebihan sementara ada pihak yang kekurangan. Dalam kaitannya dengan masalah dana, maka mekanisme pembiayaan dapat menjadi jembatan dalam penyeimbangan dan penyaluran kelebihan (surplus) kepada pihak yang kekurangan (minus) dana.
(37)
Pendekatan analisis pembiayaan yang diterapkan oleh para pengelola PD.Lampura Niaga yaitu:
a. Pendekatan jaminan, artinya pihak PD.Lampura Niaga dalam memberikan pembiayaan selalu memperhatikan kuantitas dan kualitas jaminan yang dimiliki oleh peminjam.
b. Pendekatan karakter, artinya pihak PD.Lampura Niaga mencermati secara sungguh-sungguh terkait dengan karakter anggota.
c. Pendekatan kemampuan pelunasan, artinya pihak PD.Lampura Niaga
menganalisis kemampuan anggota untuk melunasi jumlah pembiayaan yang telah diambil.
d. Pendekatan dengan studi kelayakan, artinya pihak PD.Lampura Niaga memperhatikan kelayakan usaha yang dijalankan oleh anggota peminjam.
2. Kendala dan Hambatan yang dihadapi oleh PD.Lampura Niaga
Sebagai salah satu perusahaan daerah yang mempunyai keperpihakan pada masyarakat golongan ekonomi lemah, banyak tantangan dan permasalahan yang timbul dan dihadapi dalam perkembangan PD.Lampura Niaga baik yang bersifat intern maupun ekstern PD.Lampura Niaga. Kendala yang bersifat intern antara lain :
a. Sebagai lembaga yang baru maka masyarakat belum begitu mengetahui prinsip bagi hasil yang diterapkan, masyarakat terutama nasabah penyimpan masih lebih percaya pada bank konvensional yang memberikan bunga atau pendapatan atas modal mereka secara lebih pasti.
(38)
b. Likuiditas. Dengan modal yang terbatas dan sebagian besar ditanamkan pada pembiayaan maka likuiditas PD.Lampura Niaga menjadi sangat rentan. Sementara kendala dan hambatan yang berasal dari faktor ekstern PD.Lampura Niaga yang muncul antara lain :
i. Masih adanya anggapan dari sebagian masyarakat bahwa sebenarnya sistem bagi hasil tidak ada bedanya dengan sistem bank bunga
konvensional. Kedua hal ini mengakibatkan PD.Lampura Niaga masih belum bisa diterima secara luas oleh masyarakat di Indonesia.
ii. Ketidakmampuan nasabah untuk menjalankan kewajiban-kewajiban kaitannya dengan pembiayaan.
3. Adanya pembiayaan yang bermasalah. Sebab utama pembiayaan yang bermasalah yaitu :
Faktor internal yang adalah dalam usah tersebut, penanganan awal yang dilakukan oleh PD.Lampura Niaga adalah ikut membantu dalam manajemen, karena usah kecil biasanya sangat lemah dalam manajerial.
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar usaha misalnya bencana alam, krisis ekonomi secara nasional maupun perubahan kebijakan pemerintah yang merugikan usaha dan lain-lain.
F. Penelitian Terdahulu
Pelaksanaan penelitian terdahulu ini dimaksudkan untuk menggali informasi tentang ruang penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian terdahulu yang berhasil dipilih untuk dikedepankan dapat dilihat pada Tabel 6.
(39)
Tabel 6. Penelitian Terdahulu No Judul Penelitian Judul
Penelitian/ Peneliti/ Tahun Metode Penelitian dan Alat Analisis Hasil
1 Analisis Usaha Mikro MonelYang Memperoleh Kredit Dari Dinas UMKM
Kabupaten Jepara (Studi Kasus : Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara Indah Yuliana Putri,
2010
Analisis Pangkat Tanda Wilcoxon
Hasil penelitian adalah ada perbedaan modal, produksi, omset penjualan, jumlah tenaga kerja, keuntungan sebelum dan sesudah mendapatkan kredit dari
Dinas UMKM.
2 Analisis Bantuan Kredit dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati terhadap Perkembangan UMK Binaan KUB Rukun Mina Barokah di
Kecamatan Juwana, Priyo Harsono, 2010
Uji Statistik Pangkat
Tanda Wilcoxon
Ada peningkatan secara signifikan pada variabel modal usaha, tenaga
kerja, jumlah pembeli, total penjualan, dan keuntungan sesudah mendapatkan bantuan kredit dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati.
3 Analisis Perkembangan Usaha Mikro dan Kecil Setelah Memperoleh Pembiayaan Mudharabah dari BMT At-Taqwa Halmahera di Kota Semarang, Fitra Ananda, 2011
Uji Pangkat Tanda Wilcoxon
Ada beda variabel modal, omzet penjualan, dan keuntungan sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari BMT At Taqwa Halmahera Kota Semarang.
Perbedaan dengan rencana penelitian ini adalah dengan judul Analisis Bantuan Dana PD Lampura Niaga Terhadap Usaha Mikro di Kabupaten Lampung Utara. Metode penelitian dan uji analisis dengan uji beda perbandingan rata-rata, uji analisis varians, dan uji analisis regresi.
(40)
III. METODE PENELITIAN
A.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007).
Dalam penelitian ini Penelitian ini variabel yang digunakan yaitu modal usaha, harga produk, volume penjualan, keterampilan, pengalaman kerja, bertambahnya bahan baku, bertambahnya varian usaha, penambahan pegawai, tempat yang strategis, kerjasama dengan pihak lain, dan penambahan jam kerja setelah memperoleh keuntungan dari kredit yang diberikan oleh PD. Lampura Niaga.
Variabel penelitian Selanjutnya adalah para pengusaha mikro yang memiliki laba minim sehingga para pengusaha mikro memilih untuk menambahkan modal dengan meminjam dana PD. Lampura Niaga dengan tujuan memaksimalkan laba. Sektor perdagangan memperoleh pembiayaan rata-rata lebih besar dibandingkan sektor jasa karena pada sektor perdagangan dana yang diperoleh UMK lebih dapat dipastikan dibandingkan di sektor jasa karna perputaran uang yang lebih cepat dibandingkan di sektor jasa.
(41)
2. Definisi Operasional Variabel
Untuk menjelaskan permasalahan yang diteliti, maka akan diterangakan definisi operasinal dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitin ini :
a. Modal usaha, sebagai variabel independen 1 (X1).
Modal usaha merupakan bantuan dalam bentuk pinjaman tunai dari PD. Lampura Niaga. Satuan ukur yang digunakan adalah nominal rupiah. b. Harga produk, sebagai variabel independen 2 (X2).
Harga produk merupakan penetapan harga yang ditentukan oleh usaha mikro dalam menjual produk, dihitung dengan jumlah harga tiap satuan produk.
c. Volume penjualan, sebagai variabel independen 3 (X3).
Volume penjualan merupakan untuk penambahan kapasitas penjualan produk, dihitung dengan jumlah penambahan volume tiap satuan produk. d. Bertambah bahan baku, sebagai variabel independen 4 (X4).
merupakan penambahan bahan baku pada produk, dihitung dengan jumlah penambahan tiap satuan produk.
e. Bertambah varian usaha, sebagai variabel independen 5 (X5).
bertambahnya varian usaha merupakan penambahan aneka macam produk yang ditawarkan, dihitung dengan jumlah penambahan aneka macam tiap satuan produk.
f. Penambahan pegawai, sebagai variabel independen 6 (X6).
penambahan pegawai dalam penelitian ini adalah penambahan karyawan, dihitung dengan jumlah penambahan pegawai per tahun
(42)
bekerja sama dengan pihak lain merupakan relasi dengan pihak yang berkaitan, dihitung dengan jumlah per satuan produk yang dijual. h. Penambahan jam kerja, sebagai variabel independen 8 (X8).
Penambahan jam kerja merupakan penambahan waktu usaha per hari, Dihitung dengan jumlah waktu bekerja tiap harinya.
Penelitian ini akan menganalisis pengaruh variabel di atas terhadap keuntungan setelah memperoleh kredit dari PD Lampura Niaga di Kabupaten Lampung Utara.
3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Populasi terbatas yaitu mempunyai sunber data yang jelas batasnya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya, Yaitu seluruh kelompok usaha mikro, kecil dan menengah yang memperoleh kredit mikro dari PD. Lampura Niaga di Lampung Utara. Dipilihnya perusahaan ini karena banyak terdapat usaha mikro yang telah berhasil menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat banyak. Penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan menetapkan secara sengaja lokasi penelitian dan responden yang diteliti yaitu sektor perdagangn dan jasa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Menurut Umar (2005 : 146) mengatakan bahwa dalam menentukan
besaran ukuran sampel dalam penelitian dapat menggunakan metode Solvin, dengan rumus sebagai berikut :
(43)
n = ukuran sampel N = Ukuran populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir, dalam hal ini ukuran sampel menggunakan batas kesalahan 8 %.
Dalam penelitian ini diketahui N sebesar 87 usaha mikro, e ditetapkan sebesar 8% jadi jumlah minimal sampel yang diambil oleh peneliti adalah sebesar.
= 55,88
=56 Responden
B. Jenis Sumber data
Penelitian ini merupakan studi kasus di PD. Lampura Niaga dikabupaten Lampung Utara. Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan- bahan yang relevan dan akurat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Untuk mendukung penelitian diperlukan data yang aktual. Berdasarkan sumbernya, data-data yang diperoleh dibedakan menjadi :
1. Data Primer
Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung dengan memberikan kuesioner atau daftar pertanyaan kepada pelaku usaha mikro yang memperoleh kredit mikro dari PD. Lampura Niaga.
(44)
Kuesioner atau daftar pertanyaan yang diajukan disusun berdasarkan variabel yang diteliti dengan menyediakan jawaban alternatif yang dipilih oleh responden sesuai dengan tujuan penelitian ini.
2. Data Sekunder
Data ini dapat diperoleh dari dokumen seperti PDRB dan data dari dinas atau instansi terkait penelitian dan laporan tahunan (RAT) yang diperlukan dalam penelitian ini di PD. Lampura Niaga Kabupaten Lampung Utara, sumber literatur, internet, dokumentasi dan data pendukung lainnya.
C. Metode Pengumpulan Data
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam sebuah penelitian. Metode pengumpulan data pada prinsipnya berfungsi untuk
mengungkapkan variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Kuesioner
Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden (Hasan Iqbal, 2002:
83). Daftar pertanyaan tersebut disusun berdasarkan acuan indikator-indikator
yang telah ditetapkan.
2. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya (Arikunto,
(45)
2002). Metode ini bertujuan untuk mendapatkan data terkait dengan variabel
penelitian yaitu keuntungan yang diperoleh langsung dari Usaha Mikro di Kabupaten Lampung Utara.
D. Metode Analisis
Metode analisis dalam penelitian ini Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian dan metode analisis sesuai dengan hipotesis yang akan digunakan yaitu : (1) uji analisis varians menguji hipotesis pertama; (2) uji beda perbandingan rata-rata untuk menguji hipotesis kedua; (3) analisis regresi untuk menguji hipotesis ketiga.
1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas
Validitas didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Pengertian valid tidaknya suatu alat ukur tergantung kemampuan alat tersebut untuk mengukur objek yang diukur dengan cermat dan tepat ( Suliyanto, 2005 )
Suatu kuesioner dikatakan valid jika memiliki muatan faktor lebih besar dari 0,32 (muatan faktor > 0,32) dan memiliki pearson correlation kurang dari 0,05
(pearson correlation < 0,05).
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas pada dasarnya adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Jika hasil pengukuran yang dilakukan berulang menghasilkan hasil
(46)
yang relatif sama, pengukuran tersebut dianggap memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi ( Suliyanto, 2005 ).
Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
i. Repeated measure/ pengukuran berulang Disini pengukuran dilakukan berulang-ulang pada waktu berbeda, dengan kuesioner yang sama atau pertanyaan yang sama.
ii. One Shot. Pada teknik ini pengukuran dilakukan pada satu waktu, kemudian dilakukan perbandingan dengan pertanyaan yang lain/ dengan pengukuran korelasi antar jawaban. Pada program spss, metode ini dilakukan dengan metode cronbach alpha, dimana suatu kuesioner dikatakan reliabel jika cronbach alpha ≥0,60.
2. Uji analisis varians
Pada hipotesis 1 menggunakan uji analisis varians untuk menghitung
perbandingan pada sektor perdagangan dan jasa sebelum dan setelah mendapatkan kredit dari PD. Lampura Niaga. Analisis varians adalah sautu uji perhitungan yang deterapkan untuk data yang dihasilkan oleh eksperimen yang dirancang atau pada kasus dimana data dikumpul pada variabel yang terkontrol, Tujuan analisis varians adalah untuk melokalisasi variabel-variabel bebas yang penting dalam suatu penelitian dan menentukan bagaimana mereka berinteraksi dan
mempengaruhi respons. Uji analisis varians merupakan metode statistik untuk (secara simultan) membandingkan mean dari 3 (tiga) kelompok atau lebih.
Analysis of Variance (ANOVA) digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan
(47)
Prosedur uji analisis varians mengikuti prosedur uji hipotesis yang terdiri dari 6 (enam) langkah:
a.Pernyataan Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif
Hipotesis nol-nya adalah sampel-sampel yang diambil dari populasi-populasi saling independen yang memiliki mean yang sama. Dan Hipotesis alternatifnya tidak seluruh mean populasi-nya sama. Jika hipotesis alternatif diterima maka dapat disimpulkan bahwa sekurangnya terdapat satu mean populasi yang berbeda dari populasi yang lainnya. Namun analisis varians tidak dapat mengungkapkan dengan pasti berapa banyak populasi yang mean-nya berbeda, dan juga tidak bisa menjelaskan mean dari populasi mana yang berbeda.
b. Pemilihan Tingkat Kepercayaan (Level of Significance), α = 0,05. c. Penentuan Distribusi Pengujian yang Digunakan
Dalam uji analisis varians yang digunakan adalah distribusi F. Nilai-nilai dari
distribusi F telah disajikan dalam bentuk tabel yang dapat ditentukan dengan mengetahui tiga hal sebagai berikut:
i. Tingkat kepentingan
ii. Derajat kebebasan/degree of freedom (dfnum) yang digunakan sebagai
pembilang dalam rasio uji adalah dfnum = k-1, dengan k = jumlah populasi /sampel.
iii. Derajat kebebasan/degree of freedom (dfden) yang digunakan sebagai
penyebut dalam rasio uji adalah dfden = T - k, dengan T = jumlah total anggota sampel di seluruh populasi yang diuji dan k = jumlah populasi /sampel.
(48)
d. Pendefinisian Daerah-daerah Penolakan atau Kritis
Daerah penerimaan dan penolakan dibatasi oleh nilai kritis Fct e. Pernyataan Aturan Keputusan (Decisin Rule)
Tolak H0 dan terima Ha jika RUF > Fct Jika tidak demikian, terima H0.
(Ghozali, 2001)
3. Uji beda Perbandingan Rata-rata (Independent Sample t-test)
Uji beda digunakan untuk menghitung perbandingan keuntungan pada sektor perdagangan dan jasa setelah mendapatkan kredit dari PD. Lampura Niaga. Uji beda rata dikenal juga dengan nama uji-t (t-test ). Konsep dari uji beda rata-rata adalah membandingkan nilai rata-rata-rata-rata beserta selang kepercayaan tertentu (confidenceinterval) dari dua populasi. Prinsip pengujian dua rata-rata adalah melihat perbedaan variasikedua kelompok data. Oleh karena itu dalam pengujian ini diperlukan informasi apakah varian kedua kelompok yang diuji sama atau tidak. Varian kedua kelompok data akan berpengaruh pada nilai standar error yang akhirnya akan membedakan rumus pengujiannya.Dalam menggunakan uji-t ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Syarat/asumsi utama yang harus
dipenuhi dalam menggunakan uji-t adalah data harus berdistribusi normal.Jika data tidak berdistribusi normal, maka harus dilakukan transformasi data terlebih dahulu untuk menormalkan distribusinya. (Ghozali, 2001). Uji hipotesis yang berupa uji beda dua rata-rata dengan ketentuan sebagai berikut:
2.1Jika F hitung dengan Equal Variance Assumed (diasumsi kedua varians sama)
(49)
sama. Bila kedua varians sama, maka sebaiknya menggunakan dasar Equal
Variance Assumed (diasumsi kedua varians sama) untuk t hitung.
a. Jika t hitung signifikansi < 0,05, dikatakan keuntungan setelah
mendapatkan kredit berbeda dibandingkan sebelum mendapatkan kredit b. jika t hitung > 0,05 dinyatakan keuntungan sebelum mendapatkan kredit
tidak terdapat perbedaan dibandingkan setelah mendapatkan kredit
2.2Jika F hitung dengan Equal Variance Assumed (diasumsi kedua varians sama)
memiliki nilai signifikansi < 0,05 maka dinyatakan bahwa kedua varians berbeda. Bila kedua varians berbeda, maka untuk membandingkan kedua bank menggunakan dasar Equal Variance not Assumed (diasumsi kedua varians
tidak sama) untuk t hitung.
a. Jika t hitung Equal Variance not Assumed < 0,05 keuntungan setelah
mendapatkan kredit berbeda dibandingkan sebelum mendapatkan kredit.
b. jika t hitung > 0,05 dinyatakan keuntungan sebelum mendapatkan kredit tidak terdapat perbedaan dibandingkan setelah mendapatkan kredit
4. Model Analisis Regresi
Analisis regresi digunakan dengan uji asumsi klasik yaitu untuk menghitung beberapa faktor penduga keuntungan setelah mendapatkan kredit dari PD. Lampura Niaga. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data, untuk memperkirakan secara kuantitatif pengaruh dari beberapa variabel Independen secara bersama-sama maupun secara sendiri sendiri terhadap variabel dependen. Hubungan fungsional antara satu variabel dependen dengan variabel
(50)
independen dapat dilakukan dengan regresi berganda dan menggunakan data time
series. (Ghozali, 2001)
Perhitungan analisis dilakukan dengan menggunakan alat hitung Minitab16 yang dapat digunakan sebagai alat menganalisa guna membuktikan hipotesis.
a. Uji Multikolinearitas
Gejala multikolinieritas adalah gejala korelasi antar variabel independen yang ditandai dengan adanya korelasi yang signifikan antar variabel. Padahal
interpretasi dan persamaan regresi ganda secara implisit bergantung pada asumsi bahwa variabel-variabel bebas dalaam persamaan tersebut tidak saling berkorelasi. Koefisien-koefisien regresi biasanya diinterpretasikan sebagai ukuran perubahan variabel terikat jika salah satu variabel bebasnya naik sebesar satu unit dan seluruh variabel bebas lainnya deanggap tetap. Namun, interpretasi ini menjadi tidak benar apabila terdapat hubungan linier antar variabel bebas. (Nahrowi dan
Hardius Utsman,2002, Chatterjee and Price, 1997).
Uji multikolinieritas yang akan digunakan adalah uji formal, dengan melihat hasil output Minitab, Dalam tabel jika VIF mendekati 1 maka bisa disimpulkan bahwa kolinieritas tidak ada. Pengujian multikolinieritas dilakukan dengan
memperhatikan besarnya variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF > 10 maka
persamaan regresi terjadi multikolinieritas, sebaliknya jika nilai VIF < 10 maka persamaan regresi terbebas dari multikolinieritas.
(51)
Salah satu asumsi dalam regresi berganda adalah uji heteroskedastisitas. Asumsi heteroskedastisitas ialah asumsi dalam regresi dimana varian dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam regresi, salah satu aslumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tidak memiliki pola tertentu. Pola yang tidak sama ini ditunjukan dengan nilai yang tidak sama antar satu varian dari residual. Gejala varian yang tidak sama ini desebut dengan gejala
heteroskedastisitas, sedangkan adanya gejala vairian residual yang sama dari satu pengamatan ke pengamatan lain disebut homoskedastisitas. Salah satu uji untuk menguji heteroskedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varian residual. (Purbayu dan Ashari, 2005) Bisa juga hal ini diketahui dengan uji Park
maupun uji Goldfeld-Quandt (Nachrowi dan Hardius, 2002).
c. Uji Autokorelasi
Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Dalam kaitannya dengan asumsi OLS autokorelasi merupakan korelasi antara satu variabel gangguan dengan variabel gangguan yang lain. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode Lagrange Multiplier (LM). Uji Autokorelasi menggunakan
metode LM dengan memperhatikan nilai chi-square hitung dan chi square tabel. Jika chi square hitung lebih besar dari chi square tabel dengan tingkat kepercayaan tertentu dan df adalah panjang variabel kelembagaan residual maka terjadi autokorelasi. Dan jika chi square hitung lebih besar dari chi square tabel maka tidak terjadi autokorelasi. (Ghozali, 2001)
(52)
Dengan demikian kita dapat membuat Ho dan Ha sebagai berikut : Ho : ρ1 = ρ2 = …. = ρp = 0 Artinya tidak terjadi autokorelasi Ha : ρ1 ≠ ρ2 ≠ …. ≠ ρp≠ 0 Artinya terjadi autokorelasi
d. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya apakah mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik harus mempunyai distribusi normal atau mendekati normal (Ghozali 2001). Pengujian dilakukan dengan analisis grafik (scatterplot)
yakni dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dengan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
e. R-Square (R2)
Nilai R2 menunjukan besarnya variabel-variabel independent dalam mempengaruhi variabel dependent. Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 ( 0 ≤ R2≤ 1 ). Semakin besar nila R2, maka semakin besar variasi variabel dependent yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independent. Sebaliknya, makin kecil nilai R2, maka semakin kecil variasi variabel dependent yang dapat di jelaskan oleh variasi variabel independent.
Sifat dari koefisien determinasi adalah :
(53)
- Batasnya adalah ( 0 ≤ R2≤ 1 ).
Apabila R2 bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel-variabel independent dengan variabel dependent. Semakin besar nilai R2 maka semakin tepat garis regresi dalam menggambarkan nilai-nilai observasi.
f. Analisis Deskripsi
Untuk menggambarkan kondisi UKM berdasarkan pertanyaan kuisiner romawi II dan III . yaitu aspek bantuan modal dan aspek keuntungan. Dengan pertanyaan Berapa bantuan modal yang diberikan PD. Lampura Niaga kepada jenis usaha, Berapa pendapatan usaha anda sebelum menjadi mitra PD. Lampura Niaga, Berapa pendapatan usaha anda setelah menjadi mitra PD. Lampura Niaga, Apakah pemberian modal yang diberikan sesuai dengan kebutuhan modal usaha, Apakah waktu pemberian modal oleh PD. Lampura Niaga sudah tepat dengan kebutuhan, Apakah jangka waktu pengembalian dana sesuai dengan kemampuan usaha, Apakah bantuan modal yang diberikan bermanfaat bagi usaha, Apakah usaha anda berkembang setelah menerima bantuan modal oleh PD. Lampura Niaga, Apakah faktor perubahan modal usaha berpengaruh terhadap keuntungan usaha, Apakah faktor penentuan harga produk berpengaruh terhadap keuntungan usaha, Apakah faktor penambahan volume penjualan berpengaruh terhadap keuntungan usaha, Apakah faktor penambahan bahan baku berpengaruh terhadap keuntungan usaha, Apakah faktor penambahan varian usaha berpengaruh terhadap keuntungan usaha, Apakah faktor Penambahan pegawai berpengaruh terhadap keuntungan usaha, Apakah faktor Kerjasama dengan pihak lain berpengaruh terhadap keuntungan usaha, Apakah faktor Penambahan jam kerja berpengaruh terhadap keuntungan usaha.
(54)
E. Tahap penyelesaian masalah
Untuk menyelesaikan masalah yang sedang diteliti maka akan dilakukan langkah-langkah berikut ini :
1. Penyusunan alat ukur berupa kuisioner 2. Pre-test kuisioner
3. Uji validitas dan reabilitas 4. Survey
5. Input data ke dalam komputer
6. Analisis uji varians alat bantu program Minitab 16
7. Analisis uji beda perbandingan rata-rata alat bantu program Minitab 16 8. Uji multikolinieritas, Uji heteroskedastisitas, Uji autokorelassi, Uji
normalitas
9. Analisis regresi alat bantu program Minitab 16 10.Pemilihan model
11.Pengujian Hipotesis
12.Interpretasi terhadap model 13.Kesimpulan
(55)
Gambar 3. Flow Chart Tahap Penyelesaian Masalah Analisis regresi Analisis uji beda rata-rata Analisis of varian
Input data ke dalam komputer Pilih model tepat Uji multikolinie ritas, Uji heterosked astisitas Kesimpu lan Interpretasi terhadap model Pengujian hipotesis Selesai Selesai Selesai Selesai Pemba hasan Pemba hasan Pemba hasan Mulai Penyusunan Kuisioner Variabel valid dan reliabel
Uji Validitas dan Reabilitas Pre-test kuisioner
(56)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan analisis uji analisis aarians membuktikan bahwa sector perdagangan memberikan keuntungan berbeda dibandingkan sector jasa dikarenakan usaha dalam bidang perdagangan memiliki perputaran uang yang lebih cepat dari sektor jasa.
2. Berdasarkan analisis uji beda rata-rata karena nilai T hitung < α
(0,000<0,005) maka tolak H0 atau dengan kata lain rata-rata (mean) kedua gugus data tidak sama atau memiliki perbedaan.
3. Berdasarkan analisis uji analisis regresi membuktikan bahwa variabel modal, volume penjualan, varian usaha, kerjasama dan jam kerja bernilai positif. Hal ini mengindikasikan untuk setiap peningkatan Modal,
volume penjualan, varian usaha, kerjasama dan jam kerja akan cenderung meningkatkan keuntungan. Sedangkan koefisien harga produk, bahan baku, dan jumlah pegawai berpengaruh negative.
(57)
B. Saran
Dari hasil penelitian ini, maka berikut beberapa hal yang dapat diajukan sebagai saran. Hal-hal yang diperlukan dalam pengembangan usaha mikro di daerah Kabupaten Lampung Utara, yaitu sebagai berikut:
1. Disarankan kepada pelaku usaha mikro dalam sektor perdagangan untuk dapat mempertahankan perkembangan usaha mikro dan pada sektor jasa untuk dapat lebih meningkatkan usaha guna membantu perrtumbuhan ekonomi di
Kabupaten Lampung Utara.
2. Pemberian pembiayaan kredit sudah memberikan pengaruh yang baik terhadap perkembangan usaha mikro kecil dan menengah. Oleh sebab itu kreditor disarankan untuk melanjutkan pembiayaan dan jika perlu menambah jumlah pembiayaan untuk mencapai perkembangan usaha yang maksimal.
3. Sesuai dengan hasil penelitian bahwa pembiayaan kredit terbukti mampu meningkatkan pendapatan usaha mikro dengan beberapa faktor yang
mendorong peningkatan keuntungan. Maka para pengusaha mikro diharapkan untuk menambah modal, volume penjualan, varian usaha, kerjasama dan jam kerja untuk mengembangkan usahanya.
(58)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Azwar, Saifuddin. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bank Indonesia. 2003. Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003
Budi Purbayu Santosa Dr, Ms dan Ashari, SE, Akt. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel & SPSS, Andi Offset, Yogyakarta.
Ganewati Wuryandari. 2001. Indonesia dalam Kebijakan Luar Negri dan Pertahanan Australia 1996-2001. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ginandjar Kartasasmita, 1996. Pembangunan untuk rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta .Cides.
Henry Simamora, ”Akuntansi Manajemen”, edisi 2, UPP AMP YKPN, Jakarta:
2002.
Kunarjo, 1993. Perencanaan dan Pembiayaan Pembangunan. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Lestari, Maharani Ika dan Toto Sugiharto. 2007. Kinerja Bank Devisa Dan Bank Non Devisa Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil). 21-22 Agustus, Vol.2. Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma.
Nachrowi. D, Usman Hardius, 2006, Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Rudjito. 2003. Peran Lembaga Keuangan Mikro dalam Otonomi Daerah Guna Menggerakkan Ekonomi Rakyat dan Menanggulangi Kemiskinan. Jurnal Ekonomi Rakyat.
(59)
Sarjono, Haryadi. 2010. Aplikasi Riset Operasi. Salemba Empat, Jakarta.
Suhardjono, 2003. Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta: UPP AMP YKPN Ikut Mencerdaskan Bangsa.
Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta.
Sutrisno Hadi. 1990. Analisi Regresi. Yogyakarta: Andi Offset.
Suliyanto 2005, Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran, Bogor: Ghalia Indonesia.
Tulus Tambunan, T.H. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa Isu Penting. Jakarta: Salemba Empat.
Umar, Husein. 2003. Metode Riset Perilaku Organisasi. Jakarta : Gramedia.
UU Nomor 20 Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Zaki Baridwan, 2004, Intermediate Accounting, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
(1)
E. Tahap penyelesaian masalah
Untuk menyelesaikan masalah yang sedang diteliti maka akan dilakukan langkah-langkah berikut ini :
1. Penyusunan alat ukur berupa kuisioner 2. Pre-test kuisioner
3. Uji validitas dan reabilitas 4. Survey
5. Input data ke dalam komputer
6. Analisis uji varians alat bantu program Minitab 16
7. Analisis uji beda perbandingan rata-rata alat bantu program Minitab 16 8. Uji multikolinieritas, Uji heteroskedastisitas, Uji autokorelassi, Uji
normalitas
9. Analisis regresi alat bantu program Minitab 16 10.Pemilihan model
11.Pengujian Hipotesis
12.Interpretasi terhadap model 13.Kesimpulan
(2)
47
Gambar 3. Flow Chart Tahap Penyelesaian Masalah Analisis regresi Analisis uji beda rata-rata Analisis of varian
Input data ke dalam komputer Pilih model tepat Uji multikolinie ritas, Uji heterosked astisitas Kesimpu lan Interpretasi terhadap model Pengujian hipotesis Selesai Selesai Selesai Selesai Pemba hasan Pemba hasan Pemba hasan Mulai Penyusunan Kuisioner Variabel valid dan reliabel
Uji Validitas dan Reabilitas Pre-test kuisioner
(3)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan analisis uji analisis aarians membuktikan bahwa sector perdagangan memberikan keuntungan berbeda dibandingkan sector jasa dikarenakan usaha dalam bidang perdagangan memiliki perputaran uang yang lebih cepat dari sektor jasa.
2. Berdasarkan analisis uji beda rata-rata karena nilai T hitung < α
(0,000<0,005) maka tolak H0 atau dengan kata lain rata-rata (mean) kedua gugus data tidak sama atau memiliki perbedaan.
3. Berdasarkan analisis uji analisis regresi membuktikan bahwa variabel modal, volume penjualan, varian usaha, kerjasama dan jam kerja bernilai positif. Hal ini mengindikasikan untuk setiap peningkatan Modal,
volume penjualan, varian usaha, kerjasama dan jam kerja akan cenderung meningkatkan keuntungan. Sedangkan koefisien harga produk, bahan baku, dan jumlah pegawai berpengaruh negative.
(4)
87
B. Saran
Dari hasil penelitian ini, maka berikut beberapa hal yang dapat diajukan sebagai saran. Hal-hal yang diperlukan dalam pengembangan usaha mikro di daerah Kabupaten Lampung Utara, yaitu sebagai berikut:
1. Disarankan kepada pelaku usaha mikro dalam sektor perdagangan untuk dapat mempertahankan perkembangan usaha mikro dan pada sektor jasa untuk dapat lebih meningkatkan usaha guna membantu perrtumbuhan ekonomi di
Kabupaten Lampung Utara.
2. Pemberian pembiayaan kredit sudah memberikan pengaruh yang baik terhadap perkembangan usaha mikro kecil dan menengah. Oleh sebab itu kreditor disarankan untuk melanjutkan pembiayaan dan jika perlu menambah jumlah pembiayaan untuk mencapai perkembangan usaha yang maksimal.
3. Sesuai dengan hasil penelitian bahwa pembiayaan kredit terbukti mampu meningkatkan pendapatan usaha mikro dengan beberapa faktor yang
mendorong peningkatan keuntungan. Maka para pengusaha mikro diharapkan untuk menambah modal, volume penjualan, varian usaha, kerjasama dan jam kerja untuk mengembangkan usahanya.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Azwar, Saifuddin. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bank Indonesia. 2003. Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003
Budi Purbayu Santosa Dr, Ms dan Ashari, SE, Akt. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel & SPSS, Andi Offset, Yogyakarta.
Ganewati Wuryandari. 2001. Indonesia dalam Kebijakan Luar Negri dan Pertahanan Australia 1996-2001. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ginandjar Kartasasmita, 1996. Pembangunan untuk rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta .Cides.
Henry Simamora, ”Akuntansi Manajemen”, edisi 2, UPP AMP YKPN, Jakarta: 2002.
Kunarjo, 1993. Perencanaan dan Pembiayaan Pembangunan. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Lestari, Maharani Ika dan Toto Sugiharto. 2007. Kinerja Bank Devisa Dan Bank
Non Devisa Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Proceeding
PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil). 21-22 Agustus, Vol.2. Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma.
Nachrowi. D, Usman Hardius, 2006, Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Rudjito. 2003. Peran Lembaga Keuangan Mikro dalam Otonomi Daerah Guna Menggerakkan Ekonomi Rakyat dan Menanggulangi Kemiskinan. Jurnal Ekonomi Rakyat.
(6)
Soemarso S. R. 2004. “Akuntansi Suatu Pengantar”. Buku satu. Edisi lima. Jakata: Salemba Empat.
Sarjono, Haryadi. 2010. Aplikasi Riset Operasi. Salemba Empat, Jakarta. Suhardjono, 2003. Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta: UPP AMP YKPN Ikut Mencerdaskan Bangsa.
Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta.
Sutrisno Hadi. 1990. Analisi Regresi. Yogyakarta: Andi Offset.
Suliyanto 2005, Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran, Bogor: Ghalia Indonesia.
Tulus Tambunan, T.H. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa Isu Penting. Jakarta: Salemba Empat.
Umar, Husein. 2003. Metode Riset Perilaku Organisasi. Jakarta : Gramedia. UU Nomor 20 Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Zaki Baridwan, 2004, Intermediate Accounting, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.