Implementasi Kebijakan Kurikulum 2013 Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Bandar Lampung

(1)

THE IMPLEMENTATION OF THE CURRICULUM POLICY 2013 AT VOCATIONAL SCHOOL ( SMK ) IN THE CITY OF BANDAR

LAMPUNG BY

EKKY RIZKY AMANDA

Indonesian ministry of education and culture namely curriculum spark new in lieu of KTSP (2006), curriculum 2013.Curricula 2013 was curriculum that emphasized the student competency by prioritising understanding, skills, education characterless and students are required to see the materials, active in discussed or presentations and has the manners or discipline is high.

The lampung is one of city that is not covered by the curriculum policy 2013.Only the application of the curriculum 2013 is still fraught with uncertainty, unpreparedness of teachers and facilities that do not support the government because of lack of preparation in applying the policy of the curriculum 2013 .

This study be emphasized on the problems of the curriculum policy 2013 the implementation of policies on Vocational School(SMK)in the city of Bandar Lampung.In exposing this problem, researchers used the theory of the implementation of public policy belonging to George C. Edward III.The type of research this is descriptive research with a qualitative approach .

In the research found that the implementation of policies on Vocational School curriculum 2013 (SMK) not run maximum because one of the basic substance of this policy, that the government commitment in implementing the policy of the curriculum 2013 not yet done so rise to confusion for the implementers at the school.In addition, there are few some obstacles in the implementation of the curriculum 2013 including the human resources and the non human resources have not support yet.For that requires the commitment and improvements to the curriculum 2013 is viable suitable and appropriate in order to achieve the goals and education needed.


(2)

MENENGAH KEJURUAN (SMK) DI KOTA BANDAR LAMPUNG OLEH

EKKY RIZKY AMANDA

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI mencetuskan kurikulum baru sebagai pengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 adalah Kurikulum yang menekankan pada kompetensi siswa dengan mengutamakan pemahaman, skill, pendidikan berkarakter, serta siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi atau presentasi dan memiliki sopan santun disiplin yang tinggi.

Kota Bandar Lampung merupakan salah satu kota yang tidak luput dari sasaran kebijakan Kurikulum 2013. Hanya saja penerapan kurikulum 2013 ini masih penuh dengan ketidakpastian, ketidaksiapan guru dan fasilitas yang belum mendukung karena minimnya persiapan Pemerintah dalam menerapkan kebijakan Kurikulum 2013.

Penelitian ini menitik beratkan pada permasalah implementasi kebijakan kurikulum 2013 pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di kota Bandar Lampung. Dalam mengungkap permasalahan ini, peneliti menggunakan teori implementasi kebijakan publik milik George C. Edward III. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Dalam penelitian ditemukan bahwa implementasi kebijakan kurikulum 2013 pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) belum berjalan maksimal karena salah satu substansi pokok dari kebijakan ini, yaitu komitmen pemerintah dalam penerapan kebijakan Kurikulum 2013 belum terlaksana sehingga menimbulkan kebingungan bagi para pelaksana. Selain itu masih ditemui beberapa hambatan dalam pelaksanaan kebijakan Kurikulum 2013 diantaranya yaitu sumber daya manusia dan sumber non manusia yang belum mendukung.Untuk itu perlu adanya komitmen dan perbaikan agar kebijakan Kurikulum 2013 ini dapat berjalan sesuai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan.

Kata kunci : Implementasi, Kebijakan Kurikulum 2013, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)


(3)

Oleh

Ekky Rizky Amanda Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

Penulis bernama lengkap Ekky Rizky Amanda lahir di Jakarta tanggal 17 Februari 1992. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Djoned Arnanda dan Ibu Surmalia. Penulis sangat beruntung dan bersyukur karena dilahirkan dalam keluarga harmonis dan kebahagiaan yang selalu tercurah, hal inilah yang mendasari penulis untuk selalu berbakti dan mengutamakan keluarga.

Penulis menempuh pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Pembangunan Serang pada tahun 1997-1998, lalu lanjut ke Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Sukabumi Indah Bandar lampung pada tahun 1998-2004, SMP Negeri 23 Bandar lampung pada tahun 2004-2007, dan dilanjutkan di SMA Al-Azhar 3 Bandar lampung pada tahun 2007-2010. Selanjutnya pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswi jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis pada tahun 2011 tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara (Himagara). Pada tahun 2014 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di desa Balairejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah.


(8)

Segala Puji hanya bagi ALLAH SWT

Dengan segala kerendahan hati kuucapkan syukur atas karunia Mu kepadaku

Kupersembahkan karya kecil ini untuk:

Papaku tercinta Djoned Arnanda

Mamaku tercinta Surmalia

Selalu menjadi sumber inspirsi didalam kehidapnku. Selalu mendoakan dan mendukung segala aktivitasku hingga sekarang. Semua curahan kasih sayang

yang kalian berikan tidak akan mampu aku gantikan dengan apapun.

Kakakku Edo Surya Cendara Putra

Adikku Sasha Putri Pertiwi dan Sapta Safira Arnanda

Kehadiran kalian menyempurnakan hidupku

Semoga kita berhasil dan tetap menjadi kebanggaan orang tua

Seluruh keluarga besarku, Sahabat dan Teman-temanku

Terimakasih atas semua dukungannya


(9)

Education Is Not Received, It Is Achieved

Pendidikan Bukan Apa Yang Diterima, Melainkan Apa

Yang Dicapai

(Albert Einstain)

Pendidikan Bukanlah Sesuatu Yang Diperoleh Seseorang,

Tapi Pendidikan Adalah Sebuah Proses Seumur Hidup

(Gloria Steinem)

Pendidikan Adalah Bekal Untuk Masa Depan, Pendidikan

Maju, Generasi Maju


(10)

Alhamdulillahirrabil’alamin segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Atas segala kehendak dan kuasa Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Implementasi Kebijakan Kurikulum 2013 Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Bandar Lampung” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Negara (SAN) pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang peneliti miliki. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini antara lain :

1. Ibu Dra. Dian Kagungan, M.H selaku dosen pembimbing utama. Terimakasih bu atas dukungan, arahan, saran, masukan, motivasi dan bimbingannya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Simon Sumanjoyo, S.A.N, M.PA. selaku dosen pembimbing kedua. Terimakasih bapak atas arahan, nasehat, saran, masukan, waktu, kesabaran dan bimbingannya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(11)

kritik, saran, arahan, waktu serta kesabaran yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Yulianto, M.S selaku dosen Pembimbing Akademik. Terimakasih Prof atas saran dan masukannya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

6. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara.

7. Ibu Nur selaku Staf Administrasi yang banyak membantu kelancaran adminstrasi skripsi ini.

8. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara, terimakasih atas segala ilmu yang telah peneliti peroleh selama proses perkuliahan semoga dapat menjadi bekal yang berharga dalam kehidupan peneliti ke depannya. 9. Pihak Dinas Pendidika Kota Bandar Lampung yang telah memberikan izin

melakukan penelitian dan meluangkan waktu kepada penulis untuk diwawancarai. Terimakasih kepada Bapak Riyuzen Praja Tuala, S.Pd, M.Pd dan Bapak H. Krisna Laksamana, S.Sos, M.M serta pihak yang terkait atas kerjasamanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

10.Pihak SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung dan SMK N 5 Kota Bandar Lampung yang telah memberikan izin dan meluangkan waktu kepada penulis untuk diwawancarai. Terimakasih kepada Bapak Hj. Djumadi S, S.Pd, Bapak E. Prapto R, S.Pd, Bapak Drs. Qomar Ranudipura, Bapak


(12)

11.Pihak LPMP Kota Bandar Lampung yang telah bersedia menjadi informan peneliti.

12.Keluargaku tercinta yang selalu mendoakan dan mendukungku. Papa dan Mama yang tak pernah lelah memberikan doa, semangat, motivasi dan selalu bekerja keras untuk membiayai anak-anaknya agar menjadi lebih baik. Terimakasih Papa dan Mama yang selalu jadi penyemangat dan inspirasi dalam hidupku dan selalu mengingatkan untuk selalu dekat dengan Allah SWT dengan rajin shalat, mengaji dan berdoa. Doakan slalu anakmu, insyaallah akan sukses dan dapat membanggakan keluarga. Serta kakak dan adik-adikku Edo Surya Cendana Putra, Sasha Putri Pertiwi dan Sapta Safira Arnanda kasih sayang, motivasi dan canda tawa kalian membuatku semakin semangat mencapai cita-cita dan membahagiakan orang tua.

13.M. Adi Gunawan terimakasih sudah menjadi teman, sahabat, senior dari awal kuliah sampai sekarang. Terimakasih atas dukungan, saran, dan semangatnya yang membantu penulis menyelesaikan skripsi.

14.Terimakasih untuk Anis Septianan, Erna Ningsih dan Rahmad Dwi Prima yang selalu memberikan waktu, semangat serta bantuan kepada penulis agar cepat menyelesaikan skripsi.

15.Terimakasih Gengges, canda tawa dimasa berkuliah adalah hal yang terindah. Terimakasih bantuan, saran dan motivasinya selama ini Farah, Feby, Ludfiana, Novia, Pebie, Ratu, Silvia, Tami


(13)

Eridanita Yasa, Riza Armelia, Lisa Sagita, Sylvia, Okta, Octa , Ahmed, Akbar, Andi, Astri, Kartika, Hesty, Seza, Eka, Kristi, Tiwi, Ciko, Rinanda, Iid, Ade, Laras, Cindy, Lili, Leni, Watik, Raras, Farah Anisa, Ririn, Ninda, Wulan, Nisa, Tria, Iis, Bulan, Rio, Widi, David, Devin, Menceng, Frendy, Fredy, Kiyo, Leli, Juzna, Ayu, Tiwi, Mut, Fitri, Manda, Popo, Panggo, Rosyid, Wahyu, Sigit, Novi Nurkholis, Toto, Esa, Rano, Yori, Novilia, Jeny, Ellse, Intan, Yana makasih atas motivasi dan dukungannya.

17.Terimakasih untuk temen-temen 2009 bang Fahmi, bang Guruh, bang Rioga, bang Mamang, bang Agusetiawan, mba Wiwit, mba Fika.

18.Temen-temen 2010 mba Lica, mba Erisa, mba Sari, mba Rahma, bang Fadri, mba Yulia, mba Ratna, mba Bunga Janati, bang Woro, bang uyung, bang Ali, bang Satria, bang Aden, bang loy, bang Desmon, Tio, Pandu.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin


(14)

Halaman

DAFTAR ISI ……….

DAFTAR TABEL ……….

DAFTAR GAMBAR ...

I. PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang …………..………..…… 1

B. Rumusan Masalah ……… 9

C. Tujuan Penelitian ……… 9

D. Manfaat Penelitian ……… 10

II. TINJAUAN PUSTAKA……… 11

A. Tinjauan Tentang Kebijakan publik ………... 11

1. Pengertian Kebijakan Publik ……… 11

2. Tahap-Tahap Kebijakan Publik ………... 14

B. Implementasi Kebijakan Publik ……… 15

C. Model Implementasi Kebijakan Publik ………... 19

D. Pengertian Pendidikan ……… 27

E. Pengertian Kurikulum ……… 32

F. Tinjauan Tentang Kajian Penelitian Sebelumnya ………... 46

III. METODELOGI PENELITIAN ……….. 50

A. Tipe Penelitian ……… 50

B. Fokus Penelitian ……… 51

C. Lokasi Penelitian ……… 52

D. Informan Penelitian ……… 53

E. Sumber Data ……… 55

F. Teknik Pengumpulan Data ……… 56

G. Teknik Analisis Data ……… 58

H. Teknik Keabsahan Data ………. 59

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ……… 61


(15)

1. Sejarah Singkat Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung.. 63

2. Visi dan Misi Organisasi ……… 65

3. Tujuan Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung …… 68

C. Profil SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung ……… 68

1. Sejarah Singkat SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung …… 68

2. Visi dan Misi SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung …… 70

3. Tujuan SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung ……… 71

D. Profil SMK N 5 Kota Bandar Lampung ……… 71

1. Sejarah Singkat SMK N 5 Kota Bandar Lampung …… 71

2. Visi dan Misi SMK N 5 Kota Bandar Lampung …… 72

3. Tujuan SMK N 5 Kota Bandar Lampung ……… 73

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 74

A. Deskripsi Hasil Penelitian Implementasi Kebijakan Kurikulum 2013 Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Bandar Lampung ………....… 75

1. Komunikasi ……… 75

2. Sumber Daya ……… 88

3. Disposisi ……… 100

4. Struktur Birokrasi ……… 104

B. Pembahasan Hasil Penelitian Implementasi Kebijakan Kurikulum 2013Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Bandar Lampung ………. 110

1. Komunikasi ………...….. 110

2. Sumber Daya ………. 117

3. Disposisi ………. 120

4. Struktur Birokrasi ………. 123

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ………. 127

A. Kesimpulan ………. 127

B. Saran ………. 130 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Perbedaan KTSP dengan Kurikulum 2013 ……… 5 Tabel 2. Aplikasi Konseptual Model Edward III Perspektif Implementasi

Kebijakan ……… 23

Tabel 3. Daftar Nama Informan dan Jabatannya ……… 54 Tabel 4. Nama-Nama Walikota dan Wakil Walikota Bandar Lampung

dan Periode Jabatan …..……….… 63

Tabel 5. Perubahan-Perubahan Nama STM Yayasan 2 Mei Tanjung

Karang ……….….. 69

Tabel 6. Nama-Nama Kepala Sekolah SMK 2 Mei Bandar Lampung dan

Periode Jabatan ……… 70

Tabel 7. Daftar Sekolah Sasaran Implementasi Kurikulum 2013 Tahun

2013 LPMP Lampung .……… 82

Tabel 8. Daftar Sekolah Sasaran Implementasi Kurikulum 2013 Tahun

2014 LPMP Lampung ...………. 82

Tabel 9. Data Jumlah Guru SMK Kota Bandar Lampung ………..…. 90 Tabel 10. Data Guru SMK 2 Mei Bandar Lampung Dan SMK N 5

Bandar Lampung ……… 90

Tabel 11. Struktur Program Pelatihan Guru Sasaran Kurikulum 2013 .. 94 Tabel 12. Sarana Prasarana Yang Tersedia Di SMK 2 Mei Bandar

Lampung ……….... 96

Tabel 13. Sarana Prasarana Yang Tersedia Di SMK N 5 Bandar


(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Pelatihan Yang Diselenggarakan Oleh LPMP ………. 80 Gambar 2. Surat Edaran Dari Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Pada

Tanggal 5 Desember 2014 ……… 87 Gambar 3. Petunjuk Teknis Implementasi Kurikulum 2013 ……..…….. 106 Gambar 4. Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Kurikulum 2013 ……. 108 Gambar 5. Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Kurikulum 2013 ……. 109


(18)

1. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor utama bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang zaman. Pendidikan menjadi hal yang sangat fundamental bagi kehidupan seseorang, pendidikan yang baik terbentuk dari pola dan sistem pendidikan yang baik. Sistem dan pola yang baik terwujud dengan kurikulum yang baik. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan.

Pada dasarnya kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan ajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Bab 1, Pasal 1 Butir 9). Isi kurikulum merupakan susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan, dalam rangka upaya pencapaian tujuan


(19)

pendidikan nasional (Pasal 39).1 Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagai sentra kegiatan pendidikan, maka dalam penyusunannya memerlukan landasan atau fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara mendalam.

Pada uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa kurikulum merupakan alat yang penting dalam merealisasikan program pendidikan baik formal maupun nonformal, dimana gambaran sistem pendidikan dapat terlihat jelas dalam kurikulum tersebut. Sejalan dengan tuntutan zaman, perkembangan masyarakat, serta kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, dalam dunia pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum yang tujuannya untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Perubahan zaman yang terus melaju kencang akan menjadikan kurikulum lama tidak akan cocok diterapkan di tahun 2013 yang semua serba teknologi. Hal ini tentu dapat disimpulkan bahwa dunia pendidikan benar-benar butuh penyegaran.

Perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia merupakan rancangan pembelajaran yang memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran yang akan menentukan proses dan hasil suatu pendidikan yang dilakukan. Oleh karena itu, perubahan kurikulum harus disikapi secara positif dengan mengkaji dan memahami implementasinya di setiap satuan pendidikan. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengambil keputusan untuk mengubah kurikulum yang

1


(20)

diterapkan tahun 2006 secara resmi menjadi Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan membawa amanah harus mampu menumbuhkan nilai-nilai Pancasila dalam jiwa peserta didik. Tiga aspek yang menjadi landasan pengembangan Kurikulum 2013 adalah landasan filosofi, landasan yuridis dan empiris.

Landasan filosofis yaitu: (1) Berakar pada budaya lokal dan bangsa, memiliki arti bahwa kurikulum harus memberikan kesempatan pada peserta didik untuk belajar dari budaya setempat dan nasional tentang berbagai nilai hidup (2) Pandangan filsafat eksperimentalisme, memiliki arti bahwa kurikulum harus dapat mendekatkan apa yg dipelajari disekolah dengan apa yang terjadi di masyarakat (3) Rekonstruksi sosial, memberi arah kepada kurikulum untuk menempatkan peserta didik sebagai subjek yang peduli pada lingkungan (4) Pandangan filsafat esensialisme dan parenialisme, memiliki arti bahwa kurikulum harus menempatkan kemampuan intelektual dan berpikir rasional sebagai aspek kurikulum untuk dikembangkan (5) Pandangan filsafat eksistensialisme dan romantic naturalism, memberi arah dalam pengembangan kurikulum sehingga kurikulum dapat mewujudkan peserta didik yang memiliki rasa kemanusiaan, bebas berinisiatif serta berkreasi.2

Landasan yuridis dan empiris kurikulum 2013 adalah Permendikbud Nomor 71 tahun 2013 tentang buku teks pelajaran sebagai buku siswa (Lampiran I) dan buku panduan guru sebagai buku guru (Lampiran II) yang layak digunakan dalam

2


(21)

pembelajaran. Setiap guru harus memahami baik buku siswa maupun buku guru dan mampu menggunakannya dalam pembelajaran. Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah menetapkan bahwa perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan otentik (authentic assessment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab IV, bagian kedua Pasal 7 ayat (1) dan (2). Menyatakan bahwa penyelenggara pendidikan yaitu guru dan orangtua siswa berkewajiban untuk memberikan informasi tentang perkembangan siswa. Hal ini dilakukan agar guru dapat merancang program pembelajaran yang tepat bagi perkembangan peserta didiknya.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah digagas dalam rintisan KBK 2004, tetapi belum terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan KTSP 2006. Perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan niatan untuk perbaikan sistem pendidikan. Kurikulum yang baik harus mampu menyeimbangkan aspek akademik dan karakter sehingga mampu mewujudkan lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan menyenangkan. Kurikulum apapun itu yang penting adalah proses mencerna kurikulum tersebut sehingga membantu siswa dalam mencerna matapelajaran untuk menumbuhkan sikap saling menghormati, toleransi, harmoni dalam kehidupan yang penuh kedamaian.


(22)

Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 juli 2013, dan kurikulum ini sudah dilaksanakan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada sekolah-sekolah tertentu saja yang berakreditasi A dan B. Perubahan kurikulum, tentu juga menghadirkan beberapa perbedaan dengan kurikulum sebelumnya, berikut adalah perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP:

Tabel 1. Perbedaan KTSP dengan Kurikulum 2013

No Kurikulum 2013 KTSP

1 SKL (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu, melalui Permendikbud No 54 tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan Standar Isi, yang berbentuk Kerangka Dasar Kurikulum yang dituangkan dalam Permendikbud No 67,68,69,dan 70 tahun 2013

Standar isi ditentukan terlebih dahulu melalui Permendiknas No 22 tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 tahun 2006

2 Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skills

yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan

Lebih menekankan pada aspek pengetahuan

3 Di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VI

Di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-III

4 Jumlah jam pelajaran per-minggu lebih banyak dan jumlah matapelajaran lebih sedikit dibanding KTSP

Jumlah jam pelajaran per-minggu lebih sedikit dan jumlah matapelajaran lebih banyak dibanding Kurikulum 2013

5 Proses pembelajaran di jenjang SD, SMP, SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah saintific approach yaitu, pembelajaran terdiri dari mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta

Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi

6 TIK (Tekhnologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai matapelajaran, melainkan sebagai media pembelajaran

TIK sebagai matapelajaran

7 Standar penilaian menggunakan penilaian otentik yaitu, mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil

Penilaiannya lebih dominan pada aspek pengetahuan

8 Pramuka menjadi ekstrakulikuler wajib Pramuka bukan ekstrakulikuler wajib

9 Penjurusan mulai kelas X untuk jenjang SMA/MA

Penjurusan mulai kelas XI

10 BK lebih menekankan mengembangkan potensi siswa

BK lebih menyelesaikan masalah siswa


(23)

Perubahan dari Kurikulum 2006 (KTSP) ke Kurikulum 2013 ini mengalami perubahan pada teknis yang berkaitan dengan perubahan struktur kurikulum yang menyebabkan adanya pelajaran yang hilang maupun bertambahnya jam. Pelaksanaan Kurikulum 2013 terkesan mendadak tanpa evaluasi kurikulum yang sedang berjalan. Sosialisasi tentang kurikulum 2013 itu sendiri minim, banyak para guru, kepala sekolah, pengurus yayasan sampai stakeholder pendidikanpun belum mengetahui bagaimana sebenarnya desain induk Kurikulum 2013.3 Sehingga perubahan kurikulum pendidikan pada tahun 2013 ini menimbulkan berbagai perdebatan dikalangan masyarakat.

Pelaksanaan Kurikulum 2013 di kota Bandar Lampung sudah diberlakukan hampir di semua sekolah di kota Bandar Lampung, mulai dari tingkat dasar hingga menengah. Menurut data dari Lampost.co Kurikulum 2013 khusus di kota Bandar Lampung sudah dilaksanakan di 36 sekolah, yaitu 17 SD, 6 SMP, 7 SMA, dan 6 SMK.4 Semua sekolah-sekolah tersebut adalah sekolah yang berakreditasi A dan B. Namun, bagi sekolah yang belum mendapatkan kesempatan menjadi sekolah sasaran ditahun pertama ini bisa mengajukan permohonan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Ketua Forum Martabat Guru Indonesia (FMGI) Lampung, Suprihatin mengungkapkan bahwa penerapan Kurikulum 2013 belum bisa maksimal. Hal ini disebabkan, belum didukung kesiapan sarana dan prasarana penunjang yang memadai, mulai dari teknologi maupun buku bahan ajar yang hingga kini belum

3

http://www.tempo.co/read/kolom/2013/07/10/762/Problematika-Implementasi-Kurikulum-2013 Rabu, 10 Juli http://www.tempo.co/read/kolom/2013/07/10/762/Problematika-Implementasi-Kurikulum-2013

4

http://lampost.co/berita/kemendikbud-resmi-implementasikan-kurikulum-2013-di-lampaung Senin, 15-07-2013


(24)

semuanya terdistribusi ke sekolah-sekolah. Seharusnya, Kemendikbud menyiapkan terlebih dahulu perangkat dan sarananya sebelum Kurikulum 2013 diterapkan.5

SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) sebagai salah satu jenjang tingkat satuan pendidikan tidak luput sebagai sasaran implementasi Kurikulum 2013 di Bandar Lampung. Pada awal implementasi kurikulum 2013, beberapa hal penting yang terjadi di lapangan terkait pelaksanaannya mulai banyak bermunculan. SMK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah yang terdapat banyak sekali Program Keahlian, sebab target sekolah kejuruan adalah dunia kerja. Maka matapelajaran praktek yang mengasah keterampilan dan keahlian siswa lebih utama dibandingkan matapelajaran umum lainnya. Kandungan materi merupakan faktor utama kesulitan guru-guru SMK dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 di kelas, karena untuk jurusan di SMK sangat banyak, sehingga untuk penyamaan persepsi di tiap-tiap jurusan tersebut bukanlah hal yang mudah, mereka juga dituntut untuk dapat mencapai target materi yang harus terpenuhi dengan minimnya alokasi waktu yang disediakan.

Jumadi Kepala SMK 2 Mei yang juga sebagai Ketua MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) SMK di kota Bandar Lampung ikut serta menanggapi bahwa alokasi jam belajar untuk setiap matapelajaran SMK yang diberlakukan Kurikulum 2013 perlu dikaji ulang, karena menurutnya untuk beberapa matapelajaran praktek, alokasi yang disediakan hanya dua jam, padahal

5

http://lampung.tribunnews.com/2014/08/28/kurikulum-2013-di-bandar-lampung-belum-didukung-sarana-memadai Kamis, 28 Agustus 2014


(25)

matapelajaran praktek di SMK membutuhkan alokasi waktu lebih banyak. Secara teknis dalam proses pembelajaran menghadapi beberapa permasalahan, terkait dengan pengembangan materi pelajaran yang kontekstual, penerapan strategi atau metode pembelajaran yang berbasis scientific dan penerapan teknik penilaian authentic.6

Berdasarkan argumen-argumen diatas, kurikulum merupakan salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik, maka kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik. Oleh karena itu, adanya penyempurnaan kurikulum perlu dilakukan guna mewujudkan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, juga sebagai respon terhadap tuntutan perkembangan informasi, ilmu, teknologi, seni, tuntutan desentralisasi dan hak asasi manusia.

Kurikulum 2013 ini merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, pendidikan berkarakter, dimana siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Namun, dalam implementasi kebijakan Kurikulum 2013 masih banyak menghadapi masalah. Masalah utama terletak pada kesiapan guru, karena masih banyak guru yang belum memahami esensi perubahan kurikulum tersebut. Adapun masalah lainnya yaitu penerapan Kurikulum 2013 ini pun penuh dengan ketidakpastian, semuanya tampak dari minimnya persiapan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI dalam menerapkan kurikulum tersebut, seperti

6

http://lampost.co/berita/penerapakan-kurikulum-2013-di-smk-perlu-dikaji-ulang Jumat, 29-08-2014


(26)

kurangnya sosialisasi tentang kurikulum 2013, pembagian buku teks tematik integraif yang tidak merata terhadap tiap satuan pendidikan, dan masalah operasional dalam implementasi kebijakan Kurikulum 2013 terkait proses penyusunan yang meliputi konten, struktur dan teknis.

Sehingga, peneliti melihat bahwa kebijakan Kurikulum 2013 ini perlu dikaji lebih lanjut. Adapun penelitian ini akan difokuskan pada pelaksanaan di SMK, karena SMK merupakan sekolah kejuruan yang terdapat banyak sekali program keahlian. Maka mata pelajaran praktek yang mengasah keterampilan dan keahlian siswa lebih utama dibandingkan mata pelajaran umum lainnya. Terkait hal tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang Implementasi Kebijakan Kurikulum 2013 Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Di Kota Bandar Lampung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang akan diungkapkan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pelaksanaan kebijakan Kurikulum 2013 pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di kota Bandar Lampung ?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah “Untuk mengetahui pelaksanaan kebijakan Kurikulum 2013 pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Bandar Lampung”.


(27)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan menambah wawasan dalam pengembangan Ilmu Administrasi Negara khusunya Kebijakan Publik.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi sebagai acuan bahan masukan dan referensi bagi Pemerintah Daerah dan Pendidikan Kota Bandar Lampung dalam hal pelaksanaan kebijakan Kurikulum 2013 pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di kota Bandar Lampung.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik 1. Pengertian Kebijakan Publik

Pemerintah sebagai penyelenggara negara mempunyai tanggung jawab kepada rakyatnya. Kewenangan yang diberikan kepada pemerintah merupakan dasar bagi pembuatan sampai penetapan kebijakan. Peran pemerintah sangat menentukan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dalam masyarakat. Permasalahan yang terjadi dimasyarakat akan terselesaikan dengan baik melalui kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Pemerintah sebagai penentu dari penyelesaian masalah yang terjadi dimasyarakat dapat dilihat dari hasil kebijakan yang ditetapkannya. Perencanaan, penyusunan sampai penetapan kebijakan akan sangat menentukan efektifitas kebijakan itu sendiri. Kebijakan harus mempunyai output yang signifikan dalam penyelsaian masalah yang sedang terjadi.

Kebijakan publik harus diturunkan dalam serangkaian petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang berlaku internal dalam birokrasi, sedangkan dari sisi masyarakat, yang penting adalah adanya suatu standar pelayanan publik yang menjabarkan pada masyarakat pelayanan apa yang menjadi haknya, siapa yang


(29)

bisa mendapatkannya, apa persyaratannnya, juga bagaimana bentuk layanan itu. Hal ini akan mengikat pemerintah (negara) sebagai pemberi layanan dan masyarakat sebagai penerima layanan.

Kebijakan publik menurut Anderson, yaitu serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang pelaku atau kelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.1 Istilah kebijakan publik lebih sering dipergunakan dalam kaitannya dengan tindakan-tindakan atau kegiatan pemerintah. Pendapat Edwards III yang menyatakan bahwa “Kebijakan

Negara adalah suatu tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan pemerintah”,

sehingga suatu kebijakan tidak hanya suatu tindakan yang diusulkan tetapi juga yang tidak dilaksanakan.2 Demikian pula pendapat Thomas Dye yang mengatakan kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan, definisi tersebut mengandung makna bahwa (1) kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta; (2) kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah.3 Selain itu, kebijakan publik menurut Friedrich bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.4

1

M. Irfan Islamy, 2001, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara, Bumi Aksara, Jakarta. 2001,

hlm 17

2

Ibid, hlm. 18

3

Subarsono, A.G. 2011. Analisis Kebijakan Publik. Pustaka Pelajar. Jakarta. 2005, hlm. 2

4


(30)

Berdasarkan pengertian-pengertian kebijakan publik di atas, maka disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan pemerintah yang bersifat mengatur dalam rangka merespon permasalahan yang dihadapi masyarakat dan mempunyai tujuan tertentu, berorientasi kepada kepentingan publik (masyarakat) dan bertujuan untuk mengatasi masalah, memenuhi keinginan dan tuntutan seluruh anggota masyarakat. Kebijakan juga memuat semua tindakan pemerintah baik yang dilakukan maupun tidak dilakukan oleh pemerintah yang dalam pelaksanaanya terdapat unsur pemaksaan kepada pelaksana atau pengguna kebijakan agar dipatuhi, hal ini sejalan dengan pendapat Easton bahwa kebijakan mengandung nilai paksaan yang secara sah dapat dilakukan pemerintah sebagai pembuat kebijakan.5

Mengidentifikasi dari tujuan yang ingin dicapai haruslah memahami isu atau masalah publik, dimana masalahnya bersifat mendasar, strategis, menyangkut banyak orang, berjangka panjang dan tidak bisa diselesaikan secara perorangan, dengan taktik dan startegi maupun berbagai input untuk pelaksanaan yang dituangkan dalam rumusan kebijakan publik dalam rangka menyelesaikan masalah yang ada, rumusan kebijakan merupakan bentuk perundang-undangan, setelah dirumuskan kemudian kebijakan publik di implementasikan baik oleh pemerintah, masyarakat maupun pemerintah bersama-sama masyarakat.

5


(31)

2. Tahap – Tahap Kebijakan Publik

Menurut Winarno mengemukakan bahwa proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Proses-proses penyusunan kebijakan publik tersebut dibagi kedalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan kebijakan publik adalah sebagai berikut:6

a) Tahap Penyusunan Agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan- alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.

b) Tahap Formulasi Kebijakan

Masalah telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives / policy options) yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.

6


(32)

c) Tahap Adopsi Kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

d) Tahap Implementasi Kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksana- kan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya finansial dan manusia.

e) Tahap Evaluasi Kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan.

B. Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan merupakan tahap dari proses kebijakan setelah penetapan UU. Implementasi mempunyai makna pelaksanaan UU di mana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-program. Disisi lain, implementasi merupakan fenomena yang kompleks yang


(33)

mungkin dapat dipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran (output) maupun sebagai suatu dampak (outcome). Pelaksanaan kebijakan merupakan suatu kegiatan untuk menimbulkan hasil (output), dampak (outcomes), dan manfaat (benefit), serta dampak (impacts) yang dapat dinikmati oleh kelompok sasaran (target groups).

Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus Webster yang dikutip oleh Wahab adalah implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement. Kamus besar webster, to implement (mengimplementasikan) berati to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu).7 Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.

Implementasi menurut Mazmanian dan Sebastier merupakan pelaksanaan kebijakan dasar berbentuk undang-undang juga berbentuk perintah atau keputusan-keputusan yang penting atau seperti keputusan badan peradilan.8 Proses implementasi ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu seperti tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output kebijakan dalam bentuk pelaksanaan keputusan dan seterusnya sampai perbaikan kebijakan yang bersangkutan. Menurut Ripley dan Franklin juga berpendapat bahwa

7

S. Wahab, Analisis Kebijakasanaan: Dari formulasi ke Implementasi. Kebijaksanaan Negara.

Bumi aksara. Jakarta. 2005, hlm 64

8

Joko Widodo, Good Governance Telaah Dari Dimensi Akuntabilitas, Kontrol Birokrasi Pada Era


(34)

implementasi adalah apa yang terjadi setelah UU ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit) atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output).9 Implementasi menunjuk pada sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan-tujuan program dan hasil-hasil yang diinginkan oleh para pejabat pemerintah yang mencakup tindakan-tindakan (tanpa tindakan-tindakan) oleh berbagai aktor, khususnya para birokrat, yang dimaksudkan untuk membuat program berjalan.

Sementara itu, menurut Grindle bahwa tugas implementasi adalah memebentuk suatu kaitan (linkage) yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintah.10 Sedangkan pengertian implementasi dijelaskan menurut Van Meter dan Van Horn bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.11Badan-badan tersebut melaksanakan pekerjaan–pekerjaan pemerintah yang membawa dampak pada warga negaranya. Namun dalam praktinya badan-badan pemerintah sering menghadapi pekerjaan-pekerjaan di bawah mandat dari UU, sehingga membuat mereka menjadi tidak jelas untuk memutuskan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.

Sejalan dengan kutipan di atas maka menurut Lester dan Stewart dimana mereka mengatakan bahwa implementasi sebagai suatu proses dan suatu hasil (output).12

9

Budi Winarno, Kebijakan Publik Teori & Prsoses, Buku Kita, Jakarta. 2002, hlm 148-149

10

Budi Winarno, loc. Cit.

11

Ibid.

12


(35)

Implementasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang baik atau buruk bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat. Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas mengenai implementasi, peneliti menginterpretasikan bahwa implementasi biasanya menunjukkan seluruh upaya untuk melakukan perubahan melalui sistem baru dalam pemerintahan untuk mencapai tujuan yang telah diharapkan dalam suatu kebijakan atau program. Dengan membuat kebijakan tersebut pemerintah harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak terhadap suatu kebijakan atau program yang akan dirasakan oleh masyarakatnya. Karena implementasi merupakan tahapan yang sangat penting dalam keseluruhan struktur kebijakan, sebab melalui prosedur ini proses kebijakan secara keseluruhan dapat dipengaruhi tingkat keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan. Implementasipun akan menghasilkan suatu akibat dan memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap suatu keputusan kebijakan yang akan dicapai dalam tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.


(36)

C. Model Implementasi Kebijakan

Dimensi paling inti dari kebijakan publik adalah proses kebijakan. Kebijakan publik dilihat sebagai sebuah proses kegiatan atau sebagai satu kesatuan sistem yang bergerak dari satu bagian ke bagian lain secara sinambung, saling menentukan dan saling membentuk. Implementasi merupakan suatu proses mengubah gagasan atau program menjadi tindakan dan bagaimana kemungkinan cara menjalankan perubahan tersebut. Dalam analisis kebijakan pubik telah banyak dikembangkan model-model yang membahas tentang implementasi kebijakan, untuk menganalisis bagaimana proses tersebut berlangsung secara efektif, maka dapat dilihat dari berbagai model implementasi kebijakan.

Pada sejarah perkembangan implementasi kebijakan, dijelaskan tentang adanya dua pendekatan guna memahami implementasi kebijakan, yakni: pendekatan Top Down dan Bottom Up. Masing-masing pendekatan mengajukan model-model kerangka kerja dalam membentuk keterkaitan antara kebijakan dan hasilnya. Sekalipun banyak scholar yang menganut aliran top down, namun dalam hal ini hanya akan menguraikan beberapa model implementasi kebijakan yang relatif baru dan banyak mempengaruhi berbagai pemikiran maupun tulisan para ahli. Berikut beberapa model-model implementasi kebijakan dari berbagai ahli :13

1. Model yang dikembangkan oleh Van Meter dan Van Horn

Model pendekatan top down yang dirumuskan oleh Van Metter dan Van Horn disebut dengan A Model of The Policy Implementation. Proses implementasi ini

13


(37)

merupakan sebuah abstraksi atau performansi suatu implementasi kebijakan pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan publik yang tinggi dan berlangsung dalam hubungan berbagai variabel. Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari keputusan politik yang tersedia, pelaksana dan kinerj kebijakan publik. Ada enam variabel, menurut Van Metter dan Van Horn yang mempengaruhi kebijakan publik tersebut, adalah:

1.1 Ukuran dan tujuan kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realitas engan sosio-ukur yang ada dilevel pelaksana kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk dilaksanakan dilevel warga, maka agak sulit merealisasikan kebijakan publik hingga titik yang dapat dikatakan berhasil.

1.2 Sumberdaya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia merupakan sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi. Tetapi diluar sumberdaya manusia, sumberdaya financial dan sumberdaya waktu.

1.3 Karakteristik agen pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Cakupan atau luas wilayah implementasi perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukan agen


(38)

pelaksana. Semakin luas cakupan imlementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan.

1.4 Sikap/kecendrungan (disposition) para pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul persoalan dan permasaalahan yang mereka raakan. Tetapi kebijakan yang akan implementor pelaksanaan adalah kebijakan top down yang sangat mungkin para pengambil keputusannya tidak pernah mengetahui (bahkan tidak mampu menyentuh) kebutuhan, keinginan atau permasalahan yang warga ingin selesaikan.

1.5 Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi, begitu pula sebaliknya.

1.6 Lingkungan ekonomi, sosial dan politik

Sejauh mana lingkungan eksternal urut mendorong keberhasilan kebijakan publikyang telh ditetapkan. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak kondusif dapat dapat menjadi penyebab dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.


(39)

2. Model yang dikembangkan oleh George C. Edward III

Pada model ini menanamkan model implementasi kebijakan publiknya dengan Direct and Indirect Impact on Implementation. Dalam pendekatan ini terdapat empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan, yaitu:14

2.1 Komunikasi

Berkenaan dengan bagaimana kebijakan dikominukasikan pada organisasi atau publik, ketersediaan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan, sikap dan tanggapan dari pihak yang terlibat dan struktur organisasi pelaksana kebijakan. Komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang harus mereka kerjakan. Hal tersebut dapat berjalan apabila komuniksi berjalan dengan baik . Secara umum tiga hal yang penting dalam indikator ini yaitu: transmisi, konsisten, dan kejelasan.

2.2 Sumber daya

Berkenaan dengan sumber daya pendukung, khususnya sumber daya manusia. Hal ini berkenaan dengan kecakapan pelaksana kebijakan publik untuk carry out kebijakan secara efektif. Sumber daya manusia sebagai implementor harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan disaat mereka diberi untuk melakukan tindakan dan berkompeten dibidangnya. Secara umum empat hal yang penting dalam indikator ini yaitu: staf, informasi, wewenang dan fasilitas.

14


(40)

2.3 Disposisi

Berkenaan dengan kesediaan dari para implementor untuk carry out kebijakan publik tersebut. Kecakapan saja tidak mencukupi, tanpa adanya kesediaan dan komitmen untuk melaksanakan kebijakan. Jika pelakasanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka implementor kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi juga harus memiliki kemapuan untuk melaksanakannya. Secara umum dua hal yang penting dalam indikator ini yaitu: pengangkatan birokrat dan insentif.

2.4 Struktur Organisasi

Berkenaan dengan kesesuaian organisasi birokrasi yang menjadi penyelenggara implentasi kebijakan publik. Tantangannya adalah bagaimana agar tidak terjadi bureaucratic fragmentation karena struktur ini menjadikan proses implementasi menjadi jauh dari efektif. Di Indonesia sering terjadi inefektivitas implementasi kebijakan karena kurangnya koordinasi dan kerjasama diantara lembaga-lembaga Negara dan pemerintah. Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak organisai, birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan dengan melakukan koordinasi yang baik.

Tabel 2 Aplikasi Konseptual Model Edward III Perspektif Implementasi Kebijakan

Aspek Ruang Lingkup

Komunikasi a.Implementor dan kelompok sasaran dari program/kebijakan b.Sosialisasi program/kebijakan efektif dijalankan


(41)

- Intensitas Komunikasi Sumber Daya a.Kemampuan Implementor

- Tingkat pendidikan

- Tingkat pemahaman terhadap tujuan dan sasaran serta aplikasi detail program

- Kemampuan menyampaikan program dan mengarahkan b.Ketersediaan Dana

- Dana yang dialokasikan

- Prediksi kekuatan dana dan besaran biaya untuk implementasi program/kebijakan

Disposisi Karakter Pelaksana

a. Tingkat komitmen dan kejujuran dapat diukur dengan tingkat konsistensi antara pelaksanaan kegiatan dengan standar yang telah ditetapkan.Semakin sesuai dengan standar semakin tinggi komitmennya.

b. Tingkat demokratis dapat dengan intensitas pelaksana melakukan proses sharing dengan kelompok sasaran, mencari solusi dan masalah yang dihadapi dan melakukan diskresi yang berbeda dengan standar guna mencapai tujuan dan sasaran program.

Struktur Birokrasi a. Ketersediaan SOP yang mudah dipahami

b. Struktur organisasi, rentang kendali antara pucuk pimpinan dan bawahan dalam struktur organisasi pelaksana. Semakin jauh berarti semakin rumit , birokratis dan lambat untuk merespon perkembangan program.

Sumber: Indiahono (2009,34)

3. Model yang dikembangkan oleh Merilee S, Grindle

Model ini dikenal dengan Implementation as A Political and Administrative Process. Menurut Grindle ada dua variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik. Keberhasilan implementasi suatu kebijakan publik dapat diukurdari proses pencapaian hasil akhir (outcomes), yaitu tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin ingin diraih yang tediri atas Content of Policy dan Context of Policy.15

15


(42)

3.1 Content of Policy

a Kepentingan yang mempengaruhi

Indicktor ini beragumen bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan banyak kepentingan dan sejumlah kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap implementasinya, hal inilah yang ingin diketahui lebih lanjut.

b Tipe manfaat

Pada poin ini berupaya untuk menunjukkan atau menjelaksan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa jenis manfaat yang menunjukkan dampak positif yang dihasilkan oleh pengimplementasia kebijakan yang hendak dilaksanakan.

c Derajat perubahan yang ingin dicapai

Pada poin ini berupaya seberapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu implementasi kebijakan harus mempunyai skala yang jelas.

d Letak pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan dalam suatu suatu kebijakan memegang peranan penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada poin ini harus dijelaskan dimana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang akan diimplementasikan.

e Pelaksanaan program

Dalam menjalankan suatu program atau kebijakan harus didukung dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demi keberhasilan suatu kebijakan.


(43)

f Sumber daya yang digunakan

Pelaksanaan kebijakan juga harus didukung oleh sumberdaya-sumberdaya yang mendukung agar pelaksanaannya berjalan dengan baik.

3.2 Context of Policy

a Kekuasaan, kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat

Dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula kekuatan atau kekuasaan, kepentingan, serta strategi ang digunakan oleh para aktor yang terlibat guna memperlancar jalannya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan. Bila hal ini tidak diperhitungkan dengan matang sangat besar kemungkinan program yang hendak diimplementasikan akan gagal.

b Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa

Lingkungan diaman suatu kebijakan tersebut dilaksanakan juga berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin dijelaskan karakteristik dari suatu lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan.

c Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana

Hal lain yang diarasa penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan adalah kepatuhan dan respon dari para pelaksana, maka yang hendak dijelaskan pada poin ini adalah sejauh mana kepatuhan dan respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan.

Melalui pemaparan model-model implementasi diatas, peneliti mengadopsi model implementasi kebijakan yang telah dikembangkan oleh Edward III. Model


(44)

implementasi inilah yang akan digunakan penulis di lapangan untuk menganalisis implementasi kebijakan Kurikulum 2013 pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Bandar Lampung. Alasan penulis menggunakan model ini karena variabel ataupun indikator yang dikemukakan oleh Edward III merupakan variabel yang bisa menjelaskan secara kongkret dalam menjelaskan proses implementasi kebijakan yang sebenarnya.

D. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan berbarengan. Suatu rumusan nasioanal, istilah pendidikan menurut UU RI Nomor 2 Tahun 1989, Bab 1 Pasal 1: Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pada rumusan ini perlu digarisbawahi dengan usaha sadar dimaksudkan bahwa pendidikan diselenggarakan berdasarkan rencana yang rasional-objektif. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan ini untuk menjalankan keseharian manusia. Pendidikan juga


(45)

bertujuan agar rmanusia dapat memahami segala hal yang terjadi dalam proses berlangsungnya hidup manusia.16

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka memepengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi dalam kehidupan bermasyarakat. Pengajaran bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran dari perubahan itu dapat tercapai sebagaimana yang diinginkan. Pada dasarnya pertumbuhan peserta didik bergantung pada dua unsur yang saling mempengaruhi, yakni bakat yang dimiliki oleh peserta didik sejak lahir dan lingkungan yang mempengaruhi hingga bakat itu tumbuh dan berkembang. Sekola sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan berbagai kesempatan belajar itu, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan dan didorong kepencapaian tujuan yang dicita-citakan. Lingkungan tersebut disusun dan ditata dalam suatu kurikulum, yang pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran.17

Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia, baik itu secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Secara terstruktur, pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Di Indonesia, semua penduduk wajib mengikuti

16

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta. 2005 hlm 2

17


(46)

program wajib belajar pendidikan dasar selama sembilan tahun, enam tahun di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah dan tiga tahun di sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah. Saat ini, pendidikan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal, nonformal, dan informal. Pendidikan juga dibagi ke dalam empat jenjang, yaitu anak usia dini, dasar, menengah, dan tinggi.

1. Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi :

1.1 Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan ini diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.

1.2 Pendidikan menengah yang terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan ini diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki


(47)

kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Fungsi pendidikan menengah umum mempersiapkan untuk mengikuti pendidikan tinggi. Sedangkan fungsi pendidikan menengah kejuruan adalah mempersiapkan untuk memasuki lapangan kerja sesuai dengan pendidikan kejuruan yang diikutinya atau mengikuti pendidikan keprofesian pada tingkat pendidikan tinggi.

1.3 Pendidikan tinggi, merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi adalah lanjutan pendidikan menengah yang dipersiapkan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. Pendidikan formal terdiri dari pendidikan formal berstatus negeri dan pendidikan

formal berstatus swasta. Pendidikan jalur formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat dimulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya termasuk didalamnya adalah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan profesional yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus.

2. Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui


(48)

proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dimaksud dengan pengertian pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Jenis pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggar serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

3. Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Jadi Pendidikan merupakan suatu proses yang kontinyu. Ia merupakan pengulangan yang perlahan tetapi pasti dan terus-menerus sehingga sampai pada bentuk yang diinginkan. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan manusia untuk berupaya mengembangkan pola pikir dan usaha mengetahui hal yang berkaitan dengan kehidapan demi kemajuan hidup


(49)

manusia itu sendiri, serta pentingnya pendidikan dalam kehidupan yang dapat dimulai dari lingkungan keluarga dalam bertingkah laku dan di luar lingkungan keluarga.

Tujuan dari pendidikan merupakan hal yang pasti diinginkan oleh setiap masyarakat dalam pengembangan daya pikir dan menambah wawasan masyarakat dalam menjalankan kehidupan sehari hari. Dengan berbagai kesempatan itu, maka pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan dan didorong kepencapaian tujuan yang dicita-citakan. Lingkungan tersebut disusun dan ditata dalam suatu kurikulum, yang pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran.

E. Pengertian Kurikulum

Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni Curriculei, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada zaman dahulu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijzah pada hakikatnya merupakan suatu bukti bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ke tempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.


(50)

Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka didalam penyusunannya memerlukan landasan atau fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara mendalam. Kurikulum merupakan sub sistem dari sistem pendidikan nasional yang otomatis diimplementasikan tidak akan efektif dengan sendirinya meskipun rumusannya telah diimplementasikan optimal. Kurikulum memerlukan perangkat sub sistem lainnya untuk dapat bergerak di dalam rangkaian kegiatan mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.

Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah matapelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar dan halaman sekolah yang memungkinkan dpat belajar lebih efektif. Suatu pendapat sehubungan dengan pngertia diatas, sebagai berikut:

Curriculum is interpreted to mean all of the organized course, activities and experiences which pupils have under direction of the school, whether in the


(51)

matapelajaran yang diselenggarakan, kegiatan dan pengalaman yang siswa miliki di bawah arahan sekolah, baik di kelas atau tidak) Romine (1945:14)18

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pada dasarnya kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan ajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Bab 1, Pasal 1 Butir 9). Isi kurikulum merupakan susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan, dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional (Pasal 39).19

Kurikulum sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yakni:20

1. Tujuan Kurikulum

Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu kearah peencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana telah ditetapkan dalam UU Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam skala yang lebih luas, kurikulum merupakan suatu alat pendidikan dalam rangka pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas. Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai target tujuan pendidikan nasional khususnya dan sumberdaya manusia

18

Oemar Hamalik, Kurikulum dan pembelajaran, Bumi Aksara,Jakarta. 2005, Cet ke 5, hlm 17

19

Ibid. hlm 18

20


(52)

yang berkualitas. Matapelajaran dikelompokkan menjadi beberapa bidang studi, yakni:

a Bidang studi Bahasa dan Seni

b Bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial c Bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam

d Bidang studi Pendidikan jasmani dan Kesehatan

Setiap matapelajaran mempunyai tujuan sendiri dan berbeda dengan tujuan yang hendak dicapai oleh matapelajaran lainnya. Tujuan matapelajaran merupakan penjabaran dari tujuan kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasioanal. Berdasarkan tujuan umum maupun tujuan khusus, selanjutnya dapat ditetapkan/direncanakan materi peajaran.

2. Materi Kurikulum

Materi kurikulum pada hakikatnya adalah isi kurikulum. Dalam UU Pendidikan tentang Sistem Pendidikan Nasional telah ditetapkan bahwa, isi kurikulum merupakan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Sesuai dengan rumusan tersebut, isi kurikulum dikembangkan dan disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topiktopik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran.

b Materi kurikulum mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satuan pendidikan.


(53)

c Materi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

3. Metode

Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Suatu metode mengandung pengertian terlaksannya kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran menempati fungsi yang penting dalam kurikulum, karena memuat tugas-tugas yang perlu dikerjakan oleh siswa dan guru. Maka dari itu, penyusunan hendaknya berdasarkan analisa tugas yang mengacu pada tujuan kurikulum dan berdasarkan perilaku awal siswa. Dalam hubungan ini, ada tiga alternative pendekatan yang dapat digunakan, yakni:

a Pendekatan yang berpusat pada matapelajaran, dimana materi pembelajaran terutama bersumber dari matapelajaran. Penyampaiannya dilakukan melalui komunikasi antar guru dan siswa. Guru sebagai penyampai pesan atau komunikator, siswa sebagai penerima pesan.

b Pendekatan yang berpusat pada siswa. Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan kebutuhan, minat dan kemampuan siswa.

c Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat. Pendekatan ini bertujaun mengintegrasikan sekolah dan masyarakat dan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat.

4. Organisasi Kurikulum

Organisasi kurikulum terdiri dari beberapa bentuk, yang masing-masing memiliki cirri-cirinya sendiri.


(54)

a Matapelajaran terpisah-pisah

Kurikulum terdiri dari sejumlah matapelajaran yang terpisah-pisah, seperti: Sejarah, Ilmu Pasti, Bahasa Indonesia dan sebagainya. Tiap matapelajaran disampaikan sendiri-sendiri tanpa ada hubungannya dengan matapelajaran lainnya.

b Matapelajaran berkorelasi

Korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan matapelajaran. Prosedur yang ditempuh ialah menyampaikan pokok-pokok yang saling berkorelasi guan memudahkan siswa memahami pelajaran tersebut.

c Bidang studi

Beberapa matapelajaran yang sejenis dan memiliki cirri-ciri yang sama dikorelasikan/difungsikan dalam satu bidang pengajaran.

d Program yang berpusat pada anak

Program ini adalah berorientasi baru dimana kurikulum dititikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik, bukan pada matapelajaran.

e core programe

core programe adalah suatu program inti berupa unit atau masalah. Beberapa matapelajaran diberikan melalui kegiatan-kegiatan belajar dalam upaya memecahkan masalah tersebut.


(55)

f Electric Program

Electric program adalah suatu program yang mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum yang berpusat pada peserta didik. Program ini sesuai dengan minat, kebutuhan dan kematangan peserta didik.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu komponen kurikulum, karena kurikulum adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Aspek-aspek yang perlu dinilai bertitik tolak dari aspek-aspek tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan kurikulum, tujuan pembelajaran dan tujuan belajar siswa. Setiap aspek yang dinilai berpangkal pada kemampuan-kemampuan apa yang hendak dikembangkan, penetapan aspek yang dinilai mengacu pada kriteria keberhasilan yang telah ditentuka dalam kurikulum tersebut. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh instrume penilaian, ialah: validitas, reliabilitas, objektivitas, kepraktisan, pembedaan, syarat-syarat ini dijelaskan lebih lanjut pada evalusi belajar dan pembelajaran. Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.


(56)

Menurut E. Mulyasa dalam Immas Kurniasih dan Berlin Sani (2004:13) mengungkapkan bahwa keberhasilan sebuah kurikulum yang baik haruslah melalui tahap berikut ini:21

a. Adanya sosialisasi yang menyeluruh, sosialisasi yang terstruktur dan sistematis akan sangat menunjang kemudahan dalam memahami kurikulum yang ditawarkan agar implementasi kurikulum yang baru dapat terlaksana dengan baik dan maksimal.

b. Selalu menghadirkan lingkungan yang kondusif, sekolah sebagai sarana pendidikan haruslah menjadi tempat yang kondusif, aman, nyaman dan tertib serta optimis yang selalu diiringi oleh harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah.

c. Selalu mengembangkan fasilitas dan sumber belajar, fasilitas dan sumber belajar tentu saja akan membantu mempercepat proses tercapainya tujuan dari kurikulum tersebut seperti, laboratorium, pusat sumber belajar dan perpustakaan. Pendayaguanaan fasilitas dan sumber belajar dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas belajar siswa.

d. Memupuk dan selalu mengembangkan kemandirian sekolah, hal ini lebih identik dengan mengembangkan kemandirian kepala sekolah, terutama dalam mengkoordinasikan, menggerakkan dalam menyelaraskan semua sumberdaya pendidikan yang tersedia serta memberikan arahan dalam mengimplementasikan kurikulum yang baru.

e. Meluruskan paradigm (pola pikir) guru, untuk hal ini semua guru perlu diberikan sebuah pelatihan serta penataran khusus mengenai bagaimana

21

Immas kurniasih&berlin sani, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan, Kata Pena,


(57)

pelaksanaan kurikulum baru tersebut. Sehingga, guru sebagai pihak yang paling banyak menghabiskan waktu di kelas selama proses pembelajaran lebih mengerti dan paham dengan kurikulum.

f. Memberdayakan semua tenaga kependidikan, dalam hal ini manajemen tenaga kependidikan adalah pihak yang paling bertanggung jawab untuk menciptakan tenaga-tenaga kependidikan dapat membaca perubahan tersebut, sehingga semua bisa berjalan secara efektif dan efisien demi mencapai hasil yang optimal

Jadi kurikulum merupakan sebuah rancangan dalam dunia pendidikan sebagai komponen utama dalam pembelajaran dan proses pengembangan sistem belajar yang ada pada institusi pendidikan yang bertujuan memberikan dukungan terhadap sistem pembelajaran terhadap siswa atau peserta didik. Selain itu juga, kurikulum sebagai pedoman dalam pelaksanaan atau pengawasan bagi tenaga pendidik. Sedangkan untuk orang tua, digunakan sebagai pedoman dalam memberikan bimbingan pembelajaran anak di rumah Oleh karena itu, sebagai acuan kegiatan pendidikan, dibutuhkan landasan yang kuat dan dilakukan penelitian yang intensif. Kurikulum sangat fundamental dan menggambarkan posisi sesungguhnya kurikulum dalam suatu proses pendidikan. Dalam sejarah kurikulum Indonesia telah berulang kali melakukan penggantian kurikulum seperti :22

22

Suparlan, Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum dan Materi Pembelajaran, Bumi Aksara.


(58)

a Tahun 1947-Leer Plan (Rencana Pelajaran)

Menteri pendidikan , Pengajaran dan Kebudayaan, Mr. Suwandi membentuk panitia penyelidik pengajaran yang antara lain melahirkan Rencana Pelajaran 1947. Pada tahun ini Istilah kurikulum belum digunakan, istilah yang digunakan adalah Rencana Pelajaran. Rencana Pelajaran 1947 merupakan kurikulum pertama di Indonesia. Rencana Pelajaran ini disusun harus memerhatikan; (1) mengurangi pendidikan pikiran, (2) menghubungkan isi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, (3) memberikan perhatian kepada kesenian, (4) meningkatkan pendidikan watak, (5) meningkatkan pendidikan jasmani dan (6) meningkatkan kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Unsur pokok kurikulum pada Rencana Pelajaran 1947 adalah daftar jam pelajaran atau struktur program dan garis-garis besar program pengajaran. Struktur program dibagi menjadi (1) struktur program yang menggunakan bahasa pengantar yaitu Bahasa Daerah (2) struktur programyang menggunakan bahasa pengantar yaitu Bahasa Indonesia. Kurikulum tersebut termasuk kurikulum dengan matapelajaran terpisah-pisah.

b Tahun 1950-Rencana Pelajaran Terurai

Kurikulum ini lahir karena tuntutan kelahiran UU Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah. Kurikulum ini masih relatif sama dengan Rencana Pelajaran 1947. Istilah kurikulum juga masih belum digunakan, istilah yang dipakai Rencana Pelajaran Terurai. Kurikulum ini merupakan kurikulum dengan matapelajaran terpisah-pisah.


(1)

129

3. Disposisi dalam implementasi kebijakan Kurikulum 2013 pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di kota Bandar Lampung cukup baik. Pelaksana kebijakan dalam hal ini selalu siap dan bertanggungjawab untuk melaksanakan kebijakan Kurikulum 2013 seperti yang diharapkan sesuai dengan intruksi dari pusat demi membangun pendidikan lebih baik di kota Bandar Lampung. Sikap pelaksana kegiatan dituntut dapat bekerjasama secara baik antar instansi terkait, hal ini dikarenakan untuk sistem yang telah ada dapat berjalan dengan sistematis atau sesuai dengan aturan Kurkulum 2013.

4. Struktur birokrasi dalam implementasi kebijakan Kurikulum 2013 pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di kota Bandar Lampung dapat dilihat pada indikator-indikator yang ada, sebagai berikut:

a. Pada indikator Standar Operating Procedure (SOP) dalam implementasi kebijakan Kurikulum 2013 pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di kota Bandar Lampung ini sudah berjalan baik dilihat dari aspek SOP dalam bentuk juknis yang telah dipahami dan dijalankan secara detail tugas dan tanggung jawab oleh Dinas Penidikan dan guru sebagai pelaksana kebijakan Kurikulum 2013 di kota Bandar Lampung.

b. Pada indikator Fragmantasi dalam implementasi kebijakan Kurikulum 2013 pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di kota Bandar Lampung ini sudah berjalan baik dilihat dari telah terjalinnya koordinasi antar pelaksana Kebijakan Kurikulum 2013 di Kota Bandar Lampung yaitu melalui kerjasama antara Dinas Pendidikan, LPMP dan sekolah di Kota Bandar Lampung.


(2)

130

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk menunda pelaksanaan Kurikulum 2013 bagi sekolah-sekolah yang belum siap untuk melaksanakan Kurikulum 2013 harus dapat dijadikan kesempatan oleh sekolah-sekolah tersebut untuk mulai mempersiapkan dan memperbaiki semua sistem baik dari guru, murid maupun fasilitas agar pada tahun 2018 seluruh sekolah di Indonesia benar-benar siap untuk melaksanakan Kurikulum 2013.

2. Pemerintah harus lebih memperhatikan pendistribusian bahan ajar seperti buku belajar siswa, mengingat sudah lima semester Kurikulum 2013 dilaksanakan tetapi buku belajar belum tersedia khususnya mata pelajaran produktif.

3. Dinas Pendidkan dan LPMP seharusnya tidak hanya berperan sebagai fasilitator dan menyelenggarakan pelatihan saja tetapi juga harus melakukan pengawasan dengan langsung mendatangi sekolah-sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 untuk mengevaluasi apakah kebijakan Kurikulum 2013 ini sudah berjalan baik atau belum dan mengetahui secara langsung masalah-masalah apa saja yang dihadapi pihak sekolah terkait pelaksanaan Kurikulum 2013.

4. Mengingat pelatihan dan sosialisasi mengenai Kurikulum 2013 selama ini jarang dilakukan, maka seharusnya pemerintah menyediakan sebuah


(3)

131

layanan komunikasi antar pelaksana kebijakan dalam hal ini Dinas Pendidikan dan LPMP dengan kelompok sasaran, yaitu guru, siswa dan wali siswa. Layanan komunikasi tersebut dapat dilakukan melalui email, sms maupun media sosial, dengan adanya layanan komunikasi tersebut maka seluruh masyarakat khususnya kelompok sasaran dapat bertanya, memberikan kritik serta saran terkait pelaksanaan Kurikulum 2013.

5. Untuk mengatasi permasalahan terkait sulitnya mengubah pola pikir dan cara mengajar guru dari motode ceramah ke metode yang lebih menarik dan interaktif dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti mengikutsertakan guru untuk melakukan studi banding kesekolah-sekolah yang telah berhasil menerapkan Kurikulum 2013 serta menambahkan waktu pelaksanaan pelatihan agar meningkatkan pemahaman guru yang mampu memberikan pembelajaran kontekstual untuk mengembangkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, afektif (mampu menerapkan kurikulum 2013) dan memberikan reward kepada guru yang dapat menciptakan pola belajar mengajar yang efektif sehingga guru-guru lain dapat bermotivasi untuk melakukan hal yang serupa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku

Agustino Leo, 2008. Dasar-dasar kebijakan publik, Bandung: Alfabeta Hamalik Oemar, 2005. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara Ihsan Fuad, 2004. Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta

Indiahono, Dwiyanto, 2009. Kebijakan Publik., Yogyakarta: Gava Media

Islamy, Irfan M, 2001. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara, Jakarta: Bumi Aksara

Kurniasih Immas. Berlin Sani, 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan, Surabaya: Kata Pena

Moleong, Lexy J. 2011. MetodelogiPenelitianKualitatif. Bandung: Remaja Rosdak arya

Nugroho, Riant, 2011, Public Policy; Dinamika Kebijakan, Analisis Kebijakan, Manajemen Kebijakan, Elekmedia Komputindo, Jakarta.

S. Wahab, 2005. Analisis Kebijakasanaan: Dari formulasi ke Implementasi. Kebijaksanaan Negara, Jakarta: Bumi aksara

Subarsono, M.Si.,MA. 2006. Analisis Kebijakan Publik:konsep, teori dan aplikasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta

Suparlan, 2011. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum dan Materi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara

Widodo Joko, 2001. Good Governance Telaah Dari Dimensi Akuntabilitas, Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi Dan Otonomi Daerah, Surabaya: Insan Cendekia


(5)

Referensi Undang-Undang

Permendikbud Nomor 71 tahun 2013 tentang buku teks pelajaran sebagai buku siswa dan buku panduan guru yang layak digunakan dalam pembelajaran.

Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Referensi website

http://www.tempo.co/read/news/2014/08/28/079602955/Kurikulum-2013-Berpotensi-Gagal/1/1 (05-10-2014)

http://www.tempo.co/read/kolom/2013/07/10/762/Problematika-Implementasi-Kurikulum-2013 (Rabu, 10 Juli 2013)

http://www.tempo.co/topik/masalah/1502/Kurikulum-2013 (Senin, 03 Juni 2013) http://haluanlampung.com/index.php/pendidikan1/2846-penerapan-kurikulum-2013 (28-01-2014)

http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/Paparan/Paparan%20Mendikbud%2 0pada%20Workshop%20Pers.pdf

http://lampost.co/berita/kemendikbud-resmi-implementasikan-kurikulum-2013-di-lampaung (15-07-2013)

http://lampost.co/berita/penerapakan-kurikulum-2013-di-smk-perlu-dikaji-ulang (29-08-2014)

http://www.pengertianahli.com/2013/09/pengertian-kurikulum-menurut-para-ahli.html diakses pada tanggal (17-09-2013)

http://www.radarbanten.com/read/berita/150/11045/Menggagas-Impian-Besar-Kurikulum-2013.html (Sabtu, 11-05-2013)

http://www.radarlampung.co.id/read/pendidikan/60438-160-sekolah-lampung-pilot-project (Selasa, 16-06-2013)


(6)