Pelayanan Informasi Iklim dan Cuaca Untu
Pelayanan Informasi Iklim dan Cuaca Untuk Membantu Adaptasi dan Mitigasi
Terhadap Perubahan Iklim Dalam Pariwisata
FX. Setiyo Wibowo
Abstrak
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar dan negara dengan jumlah penduduk terpadat ke-5 di dunia (sekitar 237
juta penduduk). Didukung sekitar 17.500 pulau yang memiliki 81.000 km² luas pantai, 33 propinsi dan 300 etnik.
Alam dan budaya sebagai atraksi wisata utama. Oleh karena itu, harus digarisbawahi bahwa kegiatan wisata yang
bergantung pada potensi alam dapat menjadi sangat rentan terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu, harus
digarisbawahi bahwa kegiatan wisata yang bergantung pada potensi alam dapat menjadi sangat rentan terhadap
perubahan iklim. Perubahan iklim menyebabkan berbagai gangguan iklim seperti el nino dan el nina. Salah satu
konsekuensi terhadap sektor agraris akan menjadi kebutuhan untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi iklim
yang akan datang dihubungkan dengan bencana alam oleh berbagai pihak yag membentuk pariwisata di Indonesia.
Tindakan yang harus diambil adalah peningkatan strategi adaptasi untuk mengurangi resiko bencana dan kegiatan
memperkuat kapasitas lokal.
Keywords : Informasi Cuaca, Adaptasi dan Mitigasi, Pariwisata
29
bahwa
Pariwisata Internasional
Pada tahun 2011, pariwisata internasional mencapai
US$ 1 trilyun untuk pertama kalinya, naik dari US$
928 milyar di tahun 2010. Diperkirakan, penerimaan
tumbuh
3,8%
atau
meningkat
4,6%
untuk
kedatanganan wisatawan internasional. (UNWTO,
2012).
Pariwisata
terus
meningkatkan
fungsi
pentingnya sebagai sebuah sektor ekonomi global dan
untuk negara-negara seperti Indonesia dapat menjadi
bagian
penting
nasional.
untuk
Kegiatan
kesejahteraan
pariwisata
ekonomi
dipertimbangkan
sebagai kemudi bagi kemajuan sosial ekonomi
melalui
penciptaan
perkembangan
pekerjaan
infrastruktur
dan
dan
usaha,
menghasilkan
pendapatan (UNWTO, 2012). Sesungguhnya bagi
banyak negara berkembang dapat menjadi sumber
pertukaran pendapatan luar negeri yang penting.
Melihat pada dekade yang sebelumnya, UNWTO
menekankan ekspansi dan diversifikasi pariwisata
internasional yang terus menerus dan evolusinya
menuju salah satu sektor pertumbuhan global yang
tercepat. Khususnya untuk negara berkembang,
dengan jumlah kedatangan wisatawan internasional
dari 31% di tahun 1990 menjadi 47% di tahun 2010.
Asia
Tenggara
adalah
yang
negara
sebagai
tuan
rumah
dengan
keanekaragaman ekosistem, menyimpan keaktualan
yang signifikan dan potensi yang tersembunyi untuk
wisata alam (dikenal sebagai ekowisata). Untuk
wilayah daratan, diperkirakan 59% terdiri dari hutan
tropis yang menjadi rumah bagi 16% reptil dan
amphibi dunia dan 35 spesies primata yang berbeda
(termasuk orang utan yang menjadi ikon). Kegiatan
yang aktif dilakukan meliputi jalan dan hiking di
daerah gunung berapi atau pegunungan. Pantai dan
situs menyelam juga menjadi destinasi wisata yag
penting. Pengunjung datang dari luar daerah,
terutama Eropa, sering mengunjungi pantai resort di
Bali. Indonesia juga memiliki lebih dari 50.000 km²
terumbu karang yang menjadi rumah bagi 950 spesies
terumbu karang, 8500 spesies ikan karang, 555
rumput laut dan 18 spesies lamun. Wilayah pantai
dan laut mewakili pentingnya wisata yang ditawarkan
(Oleh karena itu, harus digarisbawahi bahwa kegiatan
wisata yang bergantung pada potensi alam dapat
menjadi sangat rentan terhadap perubahan iklim.
Beberapa pengaruh potensial dibahas pada bagian
pengaruh iklim di bawah ini.
Pengaruh Iklim
menunjukkan
pertumbuhan tahunan terbesar (6,8%) dari tahun
2000-2010.
Di Indonesia, sekitar 20-30% spesies flora dan fauna
menghadapi kepunahan dengan temperature yang
meningkat 1,5° C. Resiko besar lainnya meliputi
Pariwisata Indonesia
Meringkas Laporan Kenegaraan DPR RI tahun 2011
tentang Perubahan Iklim dan Pariwisata, Indonesia
adalah negara kepulauan terbesar dan negara dengan
jumlah penduduk terpadat ke-5 di dunia (sekitar 237
juta penduduk). Didukung sekitar 17.500 pulau yang
memiliki 81.000 km² luas pantai, 33 propinsi dan 300
etnik. Alam dan budaya sebagai atraksi wisata utama.
Perpaduan geografi, topografi dan iklim mengartikan
naiknya intensitas dan frekuensi badai, kekeringan,
dan banjir (terlalu sedikit air dan terlalu banyak air),
perubahan siklus hidrologi dan variasi pengendapan .
(Kementrian Lingkungan Hidup, 2007). Perbedaan
geografis juga berpengaruh terhadap curah hujan
yang berkurang di wilayah selatan dan menaik di
wilayah utara. Perubahan lainnya adalah terhadap
hujan musiman dan terjadinya musim hujan. Hal ini
mempunyai pengaruh yang berarti terhadap sektor
30
pariwisata melalui perubahan musim ‘puncak’ untuk
(kondisi iklim setempat menjadi faktor 'penarik'
pariwisata internasional. Curah hujan menurun pada
penting
saat musim tanam yang akhirnya mempengaruhi
Namun, penting untuk disadari bahwa akan ada
produksi makanan dan pariwisata secara tidak
perbedaan tingkatan dari dampak (baik langsung dan
langsung. Tingginya peluang terhadap kejadian yang
tidak langsung) tergantung pada jenis tawaran wisata
ekstrim akan berimplikasi terhadap operator wisata
(matahari dan pasir, berbasis alam, warisan / budaya,
melalui
dll) atau kegiatan dan harapan pengunjung akan
permasalahan
keselamatan
personal,
kerusakan infrastruktur pendukung dan tingginya
dalam
proses
pengambilan
keputusan.
berbeda.
biaya operasi, seperti asuransi, evakuasi, dll, serta
gangguan bisnis. (UNWTO, 2009). Salah satu
konsekuensi terhadap sektor agraris akan menjadi
kebutuhan
untuk
meningkatkan
Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Sumber
Daya Alam Hayati Sebagai Atraksi Ekowisata
kesiapsiagaan
Terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim
menghadapi iklim yang akan datang dihubungkan
akan mempengaruhi sumber daya hayati. Perubahan
dengan bencana alam oleh berbagai pihak yag
iklim menyebabkan berbagai gangguan iklim seperti
membentuk pariwisata di Indonesia. Tindakan yang
el nino dan el nina. El nino menyebabkan musim
harus diambail adalah peningkatan strategi adaptasi
kemarau yang panjang yang mengganggu persediaan
untuk mengurangi resiko bencana dan kegiatan
air. Potensi terjadinya kebakaran hutan meningkat
memperkuat kapasitas lokal.
akibat rendahnya curah hujan, tingginya temperature
Hubungan Kompleksitas Antara Perubahan Iklim
Dengan Pariwisata
Sebuah perubahan iklim dunia kemungkinan akan
mengubah daya tarik dan daya saing destinasi wisata
tertentu di seluruh dunia. Contoh yang paling sering
dikutip adalah kemungkinan penurunan kenyamanan
penduduk di Mediterania pada saat musim panas
menjadi sulit untuk dipertahankan pada saat suhu
udara melebihi 31 derajat celcius. Hal ini juga
dikhawatirkan bahwa destinasi-destinasi wisata ini
mungkin akan lebih dipengaruhi oleh kekurangan air,
wabah kebakaran dan meningkatnya insiden hama
dan penyakit. Dalam kasus tersebut, tidak hanya
iklim menentukan panjang dari 'puncak' musim dan
waktu kunjungan, perubahan apapun pada 'norma'
iklim
mungkin
secara
fundamental
mengubah
keseimbangan yang kompetitif antara destinasi
wisatawan internasional, akhirnya mempengaruhi
pilihan destinasi wisata dan arus antar daerah
udara, dan rendahnya kelembaban. Kondisi ini
mengancam kehidupan satwa dan tumbuhan yang
mendiami hutan. El nina menyebabkan tingginya
intensitas curah hujan yang menyebabkab erosi dan
banjir. Ini akan menyebabkan bencana terhadap
manusia dan semua mahluk hidup yang mendiami
wilayah
tersebut.
Perubahan
iklim
dapat
menyebabkan punahnya spesies utama pada saat
mereka tidak dapat beradaptasi dengan perubahan.
Perubahan iklim ditentukan oleh pengaruh astronomi
dan kegiatan manusia. Manusia sebagai bagian dari
ekosistem dan sumber daya hayati yang memainkan
peranan penting dalam menentukan kondisi iklim.
Pengetahuan
tentang
pemanasan
global
dan
perubahan iklim akan menentukan strategi untuk
beradaptasi dan mitigasi binatang dan tumbuhan
terhadap perubahan iklim yang berkaitan terhadap
kegiatan ekowisata. Pada cuaca udara tertentu,
naiknya radiasi matahari dan temperature udara akan
31
meningkatkan tingkat pertumbuhan tanaman dan
biodiversitas,
mempercepat pembungaan. Akan tetapi naiknya
hamparan Savana di Nusa Tenggara, Sungai Koran di
temperature udara di atas batas toleransi akan
Taman
mengganggu
(Amorphopalus
tumbuhan
bahkan
menyebabkan
observasi lumut hutan Kalimantan,
Nasional
Sebangau,
titamin).
Bunga
Atraksi
Raksasa
binatang
liar
kematian. Perubahan iklim di atas batas toleransi
meliputi pengamatan Komodo di Taman Nasional
akan menyebabkan gangguan pada metabolism, diet,
Komodo, pengamatan Badak Jawa di Taman
reproduksi dan menyebabkan kematian. Badak adalah
Nasional Ujung Kulon, menonton Orang Utan di
salah satu populasi yang sangat dipengaruhi oleh
Taman Nasional Tanjung Puting, menonton burung,
perubahan temperature dan iklim, yang menyebabkan
beragam terumbu karang, Elang Jawa. Pengaruh
perubahan pada siklus memakan tumbuhan dan
perubahan iklim dalam sumber daya alam hayati
kebiasaannya. Pada saat musim kemarau yang
sebagai atraksi ekowisata menyimpulkan bahwa
panjang,
melakukan
pengetahuan tentang perubahan iklim sangat penting
kebiasaan berkubang. Wabah berbagai hama seperti
karena sumber daya hayati sebagai atraksi ekowisata
serangga, kutu, jamur) dan penyakit tanaman akan
sangat dipengaruhi oleh perubahan. Kekurangan
menyerang tanaman dan mengganggu persediaan
sumber air pada saat gangguan el nino, harus
makanan para binatang. Perubahan iklim juga akan
diperkirakan
menyebabkan perpindahan periode pembungaan. El
persaingan
nino, sebagai akibat perubahan iklim, menyebabkan
ketersediaan air. Pengetahuan tentang iklim dan
permasalahan persediaan air. Kondisi menimbulkan
tingkah
ancaman terhadap ketahanan binatang dan tumbuhan
menyediakan atraksi ekowisata yang maksimum.
untuk hidup. Persaingan untuk menggunakan air akan
Perubahan iklim menyebabkan perpindahan musim
timbul.
akan
kawin Burung Merak. Tarian Burung Merak pejantan
berpengaruh tidak hanya pada kehidupan tumbuhan
menciptakan atraksi ekowisata yang tinggi. Jika
dan hewan, tetapi juga seluruh ekosistem.
pengelola
badak
Musim
akan
sangat
kemarau
yang
sulit
panjang
dalam
laku
yang tidak terganggu dan terkontaminasi dengan
tujuan
khusus,
mengagumi
dan
menikmati
pemandangan dan tumbuhan serta binatang liar,
termasuk budaya yang tetap eksis baik di masa lalu
atau sekarang yang ditemukan di daerah tersebut.
Atraksi dan objek wisata alam yang menarik meliputi
keanekaragaman
jenis
ekosistem
hutan,
keanekaragaman tipe pemandangan, keanekaragaman
jenis kehidupan perairan dalam dan laut, binatang liar
dan tumbuhan alam. Atraksi tumbuhan alam seperti
menikmati keindahan Edelweiss di Puncak Gunung
memprediksi
penggunaan
binatang
ekowisata
perpindahan
Ekowisata terdiri dari kegiatan jalan-jalan ke daerah
untuk
musim
air
adalah
gagal
kawin,
timbulnya
dan
penting
lokasi
untuk
menyadari
adanya
peluang
tingkat
kekecewaan para turis untuk menyaksikan atraksi
tersebut akan menjadi tinggi. Momen paling atraktif
adalah ketika menonton Pesut (Lumba-lumba jenis
air
tawar)
melompat.
Terjadinya
perubahan
temperature air akan merubah periode waktu atraksi
tersebut.
Kupu-kupu
sangat
dipengaruhi
oleh
perubahan temperature (binatang poikilothermics/
temperature tubuh mereka mengikuti temperature
lingkungan). Mereka dapat hidup dalam temperature
antara 29-32° C. Turis dapat mengamati berbagai
jenis kupu-kupu (papilionidae, nymphalidae dan
pieridae) pada jam 08.00-09.00 pada pagi hari pada
Gede Pangrango, menyusuri hutan hujan tropis dalam
32
saat temperature udara hangat. Mereka sangat sulit
retak, terkelupas, miring, bengkak). Fenomena
ditemukan pada saat tingkat hujan tinggi dan angin
penurunan kualitas adalah bau, perubahan warna,
yang kencang. Mereka cenderung berganti bulu
rapuh. Hal ini tidak bisa dideteksi pada fase awal
ketika tubuh dan sayap menjadi rentan. Perubahan
deteriorasi. Faktor-faktor kerusakan dan deteriorasi
iklim yang menyebabkan temperature udara yang
internal seperti kualitas material, jenis material,
tinggi dan meningkatkan frekuensi gangguan iklim
struktur bangunan dan teknologi dan karakteristik
akan mempengaruhi keberadaan mereka. Salah satu
geografis. Eksternal adalah bencana, proses biologis.
cara beradaptasi terhadap perubahan iklim adalah
Tiga proses perusakan dan deteorisasi adalah proses
mempelajari
untuk
mekanis, proses kimiawi, proses biologis. Proses
menyesuaikan kegiatan atraksi ekowisata mereka
mekanis, fenomenanya adalah pecah, deformasi,
dengan perubahan iklim. Perubahan iklim adalah
retak, dan lain-lain. Hasilnya kerusakan bangunan
sebuah fenomena alami ketika ada ketidaksesuaian
secara structural. Perbaikannya adalah restorasi.
antara perubahan yang ekstrim. Adaptasi binatang
Proses
dan tumbuhan terhadap perubahan iklim alam adalah
dekomposisi, terkelupas, mengakibatkan penurunan
alami.
menyebabkan
kualitas bahan bangunan, tindakan yang harus
perkembangan adaptasi yang berbeda. Dibutuhkan
dilakukan adalah konservasi. Proses terbentuknya
penelitian tentang pengaruh perubahan iklim terhadap
endapan garam di Candi Borobudur dimulai dengan
binatang dan tumbuhan secara detail. Pengaruh yang
terjadinya hujan kemudian air meresap di sela-sela
lebih jauh terhadap tumbuhan dan binatang adalah
candi, kemudian karena proses evaporasi oleh snar
perubahan periode siklus hidup mereka yang
matahari terbentuklah endapan garam dan semensasi.
mempengaruhi ekowisata, periode untuk mengamati
Proses biologis adalah alveolus (struktur permukaan
spesies tertentu akan sulit diprediksi. Kita harus
berongga, pastule (endapan garam), porositas yang
mengikuti perkembangan perubahan iklim dan
menyebabkan penurunan kualitas bahan bangunan,
pengaruhnya terhadap sumber daya alam hayati agar
tindakan yang harus dilakukan adalah konserasi.
bisa menikmatinya sebagai atraksi ekowisata.
Proses terjadinya alveolus pada mulanya batu
tingkah
Perubahan
laku
ekstrim
kupu-kupu
akan
kimia
adalah
penumpukan
garam,
berongga kemudian rongga tersebut diisi oleh debu
Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Kerusakan
dan Penurunan Kualitas Material Bangunan
Warisan Budaya
dengan kelembaban tertentu, rongga ditumbuhi lumut
dan alga yang ditutup dengan endapan garam. Efek
dari perubahan iklim :
Kerusakan adalah karakteristik secara makanis
1.
berubahnya banguna warisa budaya pada saat
karakteristik
fisik
dan
kimianya
tetap
warisan budaya adalah adalah proses dekomposisi
dan
perubahan
karakteristik
fisik
dan
disebabkan perubahan permukaan tanah
sama
(Disintegrasi). Penurunan kualitas material bangunan
kimia
Meningkatkan kerusakan bangunan yang
akibat erosi, banjir, kapiler air
2.
Meningkatnya resiko kebakaran untuk bahan
bangunan warisan budaya yang terbuat dari
kayu
(Dekomposisi). Fenomena kerusakan biasanya, dapat
dengan mudah dilihat dengan mata telanjang (patah,
33
3.
yang
Kelembaban
disebabkan tingginya fluktuasi temperature
Angin
udara
Intensitas cahaya
Meningkatnya
kerusakan
fisik
3.
Pengaruh Perubahan Iklim Global
1.
2.
Cuaca
Meningkatnya kerusakan bangunan yang
Kelembaban
disebabkan
tanah
Aliran air
pendukung sebagai hasil dari erosi, banjir
Temperatur
dan aliran air
Intensitas cahaya
Meningkatnya resiko kebakaran terhadap
Angin
perubahan
pada
bangunan bersejarah yang terbuat dari kayu
3.
Meningkatnya
disebabkan
kerusakan
oleh
fisik
tingginya
yag
Konsep Pencegahan Kerusakan dan Penurunan
Kualitas Bangunan Bersejarah
fluktuasi
1.
temperature
4.
UU No 11 Th. 2010 tentang Bangunan
Sejarah Budaya
Meningkatnya penurunan kualitas bahan
kimiawi yang disebabkan oleh terurainya
2.
UU No. 28 Tahun 2002 Bangunan
bahan-bahan kimiawi dan juga penguapan
3.
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah
air
5.
Batu Bata
Meningkatnya
pertumbuhan
4.
Pembangunan Jangka Panjang
mikroorganisme khusunya di daerah yang
lembab
dan
meningkatnya
serangan
UU No.17 Tahun 2007 tentang Rencana
5.
UU No. 26 Tahun 2007 Pengaturan Ruang
serangga terhadap bangunan kayu seiring
meningkatnya kelembaban
Penyebab kerusakan da penurunan kualitas material
bangunan bersejarah.
1.
Kayu
Air hujan
Pengaruh
temperature
dan
kelembaban
2.
Intensitas cahaya
Mikroorganisme
Batu
Karbonat (���3 )
Oksidasi
Hidrasi atau hidrolisis
Temperatur
34
Gambar Proses Penumpukkan Garam di Candi Borobudur
PROCESS OF SALT DEPOSITE
ON BOROBUDUR STONES
Lackage lead sheet and layer B
Water soluble
salt in the
seepage water
Evaporation
Formation of salt deposite and cementation
Sumber : Makalah Aris Munandar, Mei 2012, Jakarta
35
6.
Peraturan Kerjasama Kementrian Dalam
Perubahan Iklim dan Destinasi Turis (Studi Kasus
Negeri dan Kementrian Kebudayaan dan
Kota Bandung)
Pariwisata Nomor 40 dan 42 Tahun 2009
7.
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993
8.
Peraturan lainnya yang berkaitan
Perubahan iklim dan elemen-elemen pariwisata
Iklim mempengaruhi kualitas musim dan
mempunyai pengaruh yang besar dalam
Kebijakan Umum 2010-2014 Direktorat Umum
memilih
Kebudayaan
destinasi,
lama
tinggal
dan
pengeluaran turis
Melakukan pelestarian Peninggalan Sejarah
Iklim
mempengaruhi
sumberdaya
Budaya yang dimiliki NKRI
lingkungan seperti atraksi wisata yang
Mendokumentasikan Peninggalan Sejarah
menarik, seperti salju, biodiversitas, cagar
Budaya dan mengklasifikasikannya daam
alam, kualitas air da lain-lain
tingkat
daerah,
provinsi, nasional
dan
Iklim juga mempunyai pengaruh yang
internasional
penting terhadap kondisi lingkungan yang
Memberdayakan masyarakat dalam usaha
dapat
pelestarian
mengamankan
peninggalan
bersejarah
dan
memaksa
para
diri
turis
seperti
untuk
berjagkitnya
kegunaan mereka
wabah penyakit, kebakaran hutan, serangan
Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber
hama, dan topan tropis yang ekstrim, dan
daya manusia dalam pelestarian peninggalan
lain-lain
bersejarah
Pariwisata tidak hanya sebuah korban
perubahan iklim, tetapi juga menghasilkan
Konsep Pencegahan Kerusakan dan Penurunan
gas polutan yang mempunyai kontribusi
Kualitas Bangunan Bersejarah
Memonitor
secara
terhadap perubahan iklim
periodic
bangunan
mempunyai kontribusi paling besar terhadap
peninggalan bersejarah
Merekrut
sumber
daya
Tiga elemen penting dalam pariwisata yang
manusia
perubahan
yang
iklim
adalah
transportasi,
akomodasi, dan kegiatan wisata
kompeten di bidang klimatologi
Pada tahun 2005, yang dihasilkan dari
Kantor klimatologi
Bahan anti bocor untuk mencegah resapan
elemen-elemen tersebut meningkat ke 4,95%
air
dengan
Menanam lebih lagi tanaman pelindung di
kontributor terbesar (UNWTO, 2007)
sekitar bangunan sejarah
Sistem drainase yang cukup
Melindungi instalasi listrik yang tidak stabil
transportasi
udara
sebagai
Pengaruh perubahan iklim terhadap tiga elemen
pariwisata
khususnya untuk bangunan yang terbuat dari
Pengaruh langsung dari iklim
kayu
Pengaruh
tidak
langsung
dari
alterasi
lingkungan
36
Pengaruh kebijakan mitigasi dari mobilitas
World
pariwisata
melaporkan bahwa pemanasan
Pengaruh tidak langsung dari transformasi
adalah salah satu faktor yang menyebabkan
sosial
kerusakan
Monuments
pada
Fund
pelestarian
(WMF)
global
monument
buatan manusia. Mereka mengumumkan
Penelitian
tentang
pengaruh
perubahan
iklim
bahwa 100 bangunan bersejarah di seluruh
terhadap tiga elemen pariwisata
dunia berada pada ambang kepunahan.
(Ferdinand, 2008).
Pengaruh perubahan iklim terhadap wilayah
wisata pantai
Biodiversitas khusus di wilayah pantai
kepulauan
terancam punah karena perubahan iklim.
Pulau-pulau kecil sangat rentan terhadap
pergerakan zona iklim akan menyebabkan
perubahan iklim, seperti naiknya permukaan
perubahan pada komposisi ekosistem dan
laut, meningkatnya temperature air laut,
distribusi geografis. Setiap spesies harus
meningkatnya frekuensi terjadinya badai.
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi,
Abrasi pantai terjadi di sebagian besar
sementara habitat mereka akan terdegradasi.
kepulauan
Kerusakan
yang
wilayah pulau, sejauh ini hal tersebut tidak
ditemukan dalam kasus pemutihan terumbu
berpengaruh terhadap jumlah kedatangan
karang
turis di Kepulauan Seribu. (Rosyidie, dkk.,
biodiversitas
berpengaruh
seperti
terhadap
tingkat
yang
dapat
mempengaruhi
2009).
ketertarikan para turis (Ferdinand, 2008).
Pengaruh perubahan iklim terhadap wisata
Pengaruh perubahan iklim terhadap atraksi
Pengaruh
perubahan
iklim
terhadap
wisata sungai.
pergerakan pariwisata
Penelitian terhadap atraksi wisata sungai di
Mengacu
Sungai Citarik, Sukabumi menunjukkan
menunjukkan bahwa perubahan iklim dapat
bahwa hambatan yang akan timbul jika debit
menyebabkan penurunan 20% terhadap total
air berkurang adalah menurunnya jumlah
kunjungan
pengunjung.
air
dibandingkan tahun 2004. Pengaruh pada
dipengaruhi oleh musim, dan kenyataannya
temperature udara yang naik pada musm
banyak illegal logging terjadi di daerah hulu
kemarau akan membuat turis merasa tidak
Sungai Citarik, Sukabumi. Perubahan iklim
nyaman, dimana pada musim gugur dan
yang terjadi secara global jika dihubungkan
semi, jumlah kunjungan akan naik (Adriani,
dengan
2008).
batas
Penurunan
air
akan
debit
memberikan
pada
pada
Hein
(2007),
tahun
2008
model
jika
kerusakan serius, meskipun hal tersebut
akan terjadi dalam jangka waktu panjang
(Rosyidie, dkk, 2009).
Pengaruh perubahan iklim terhadap situs
Kontribusi perubahan iklim di Bandung
Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa
kosentrasi polusi udara di Banddung muncul
bersejarah
37
pada klaster wisata dengan kegiatan wisata
yang tinggi dan sangat tinggi
Ilustrasi
memberikan
Kesimpulan
bahwa
udara di Bandung,. Hal itu ditandai dengan
kegiatan pariwisata pada wilayah itu telah
tingginya kosentrasi polusi udara pada
menjadi
wilayah yang terkosentrasi dengan kegiatan
inisiator
perspektif
dalam
menghasilkan
kosentrasi polusi udara karena kegiatan
wisata yag tinggi
wisata yang sangat tinggi
Kegiatan wisata sebagai contributor polusi
Restoran, hotel, pusat perbelanjaan dan
Fasilitas hotel, restoran, pusat perbelanjaan
pusat hiburan adalah daya tarik utama yang
dan pusat hiburan menjadi faktor penarik
menggerakkan para turis berada pada waktu
mobilitas wisata ke wisata klaster yang
yang sama, mereka menjadi contributor
menghasilkan polusi udara dari kendaraan
utama pada kosentrasi polusi udara dan
yang digunakan
perubahan iklim
Polusi
udara
telah
berkontribusi
pada
Kemajuan kegiatan perbelanjaan dan yang
perubahan iklim di Kota Bandung, yaitu
lainnya cenderung meningkatkan tingkat
naiknya temperature dan perubahan musim
kedatangan di Kota Bandung. Hal ini akan
hujan
mempertajam tingkat polusi udara dan
Polusi udara dan tingkat kosentrasi pada
kontribusi yang besar pada perubahan iklim
kegiatan wisata
Tabel Konsentrasi Polusi Udara di Bandung
Kosentrasi Polusi
Udara di Bandung
Transportasi
599
ton CO per tahun
Sampah : 51,05 ton
CO per tahun
Industri : 48,37 ton
CO per tahun
Domestik 6,63 ton
CO per tahun
0,5-2 mikrogram Pb
per m³
Jumat dan Sabtu
menghaslkan 2500
Kg CO per tahun
278,25 Nox per
tahun
175
Kg
Hidrocarbon
per
hari
Lokasi
Kec.
Cicendo
Kec.
Sumur
Bandung
Kec.
Andir
Kec.
Astana
Anyar
Sekitar
gerbang
masuk
PasteurJembatan
Pasupati
Klaster
wisata
Ir.H
JuandaMerdekaRiau
Alun-alunSudirmanOtistaGardujatiPasirkaliki
Braga-Asia
AfrikaCikapundu
ng
Tk
Kosent
rasi
Keg
Wisata
Tinggi
Sangat
tinggi
Tinggi
Rekomendasi
Fasilitas
domina pada
Klaster
Wisata
Hotel
Restoran
Hiburan
Pusat
Perbelanjaan
Hotel
Restoran
Hiburan
Pusat
Perbelanjaan
Hotel
Restoran
Pusat
Perbelanjaan
Memberlakukan kebijakan fiskal bagi para
pengendara motor untuk lebih perduli
terhadap
biaya
sesungguhnya
berkendaraan
(seperti
yang
penggunaan
pembayaran tariff jalan elektronik pada
pusat kegiatan turis yang tinggi, tariff parkir
yang mahal baik di jalan atau di jalan kecil,
menggunakan
energy
yang
ramah
lingkungan)
Memanfaatkan pembatasan lalu lintas secara
fisik, yaitu pembatasan jumlh tempat parkir
(umumnya ditambah dengan biaya tinggi
SukajadiSarijadiSetrasariPasteur
Tinggi
Hotel
Restoran
Hiburan
Pusat
Perbelanjaan
dan dibedakan) pada wilayah diman turis
terkosentrasi dan pada saat yang sama
mengembangkan jalur pedestrian CBD dan
pengamanan lalu lintas dan pembagian jalur
khusus untuk sepeda
38
Mengembangkan makanisme kompoensasi
kapasistas jalan, fasilitas wisata, dll), aspek
karbon terhadap setiap turis yang datang ke
ekonomi, termasuk aspek sosial buadaya
Bandung seperti Program Penanaman Pohon
masyarakat setempat
Menyediakan
ramah
transporatsi
lingkungan
yang
publik
yang
Melakukan penelitian tentang dampak polusi
menghasilkan
udara terhadap perubahan iklim di Bandung,
sedikit karbondioksida, seperti bahan bakar
seperti pergantian musim dan terhadap
gas dan biodiesel
elemen pariwisata
Menyediakan Transportasi masal perkotaan
Melakukan penelitian tentang kontribusi
dengan jalur khusus (seperti bus, minibus,
elemen pariwisata lainnya seperti kegiatan
trem) dan jalur udara (mobil kabel, gondola
industry hotel, restoran dan atraksi wisata
udara).
terhadap perubahan iklim.
Transportasi masal publik seperti
mobil kabel dan gondola yang telah diajukan
untuk dibangun dan beroperasi di Kota
Bandung
adalah
pilihan
baik
dengan
mempertimbangkan karakteristik topografi
kota
yang
berbukit.
Jenis transportasi
lainnya juga harus dipertimbangkan
Mengintegrasikan perencanaan penggunaan
lahan dan transportasi, seperti mendesain
pemberhentian
transportasi
masal
yang
wilayah
dimana
turis
menghubungkan
terkosentrasi
(Sebuah
orientasi
Pengambangan Pemberhentian untuk area
wisata). Hal tersebut
penting juga untuk
mendistribusikan mobilitas turis dari area
kosentrasi tinggi ke rendah
Dikenal dengan Kebun Kota, adalah penting
untk mengembangkan lebih area hijau
terbuka
Adalah
penting
untuk
membangun
kesadaran hidup sehat di masyarakat melalui
brosur, internet dan jejaring sosial
Berkoordinasi dengan sektor swasta dan
masyarakat lokal dalam mengatur property
civic
Mempertimbagkan kapasitas daya tanpung
dari aspek fisik, (pasokan air bersih kota,
39
Gambar Klaster Pariwisata Kota Bandung
Sumber : Makalah Faisal Budi, Ritz Carlton, Mei 2012
40
DAFTAR PUSTAKA
McEvoy Darryn, Conference paper for “Climate and
weather
information
services
in
supporting adaptation and mitigation to
climate change in transportation and
tourism, Jakarta, May, 2012
Muntasib, E.K.S, Harini, Pengaruh Perubahan Iklim
Terhadap Ekowisata, Konferensi paper
untuk “Pelayanan informasi iklim dan
cuaca dalam mendukung adaptasi dan
mitigasi terhadap perubahan iklim dalam
transportasi dan pariwisata, Mei 2012,
Jakarta
Amperawan, Mananti, Pengaruh Perubahan Iklim
Terhadap
Bangunan
Peinggalan
Bersejarah,
disampaikan
dalam
konferensi “ Pelayanan informasi dan
cuaca dalam mendukung adaptasi dan
mitigasi terhadap perubahan iklim dalam
transportasi dan pariwisata, Mei 2012,
Jakarta
Faisal Budi, Perubahan Iklim dan Destinasi Turis,
Studi Kasus di Bandung, disampaikan
dalam konferensi “ Pelayanan informasi
dan cuaca dalam mendukung adaptasi
dan mitigasi terhadap perubahan iklim
dalam transportasi dan pariwisata, Mei
2012, Jakarta
FX. Setiyo Wibowo adalah Dosen Tetap Sekolah
Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta
41
Terhadap Perubahan Iklim Dalam Pariwisata
FX. Setiyo Wibowo
Abstrak
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar dan negara dengan jumlah penduduk terpadat ke-5 di dunia (sekitar 237
juta penduduk). Didukung sekitar 17.500 pulau yang memiliki 81.000 km² luas pantai, 33 propinsi dan 300 etnik.
Alam dan budaya sebagai atraksi wisata utama. Oleh karena itu, harus digarisbawahi bahwa kegiatan wisata yang
bergantung pada potensi alam dapat menjadi sangat rentan terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu, harus
digarisbawahi bahwa kegiatan wisata yang bergantung pada potensi alam dapat menjadi sangat rentan terhadap
perubahan iklim. Perubahan iklim menyebabkan berbagai gangguan iklim seperti el nino dan el nina. Salah satu
konsekuensi terhadap sektor agraris akan menjadi kebutuhan untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi iklim
yang akan datang dihubungkan dengan bencana alam oleh berbagai pihak yag membentuk pariwisata di Indonesia.
Tindakan yang harus diambil adalah peningkatan strategi adaptasi untuk mengurangi resiko bencana dan kegiatan
memperkuat kapasitas lokal.
Keywords : Informasi Cuaca, Adaptasi dan Mitigasi, Pariwisata
29
bahwa
Pariwisata Internasional
Pada tahun 2011, pariwisata internasional mencapai
US$ 1 trilyun untuk pertama kalinya, naik dari US$
928 milyar di tahun 2010. Diperkirakan, penerimaan
tumbuh
3,8%
atau
meningkat
4,6%
untuk
kedatanganan wisatawan internasional. (UNWTO,
2012).
Pariwisata
terus
meningkatkan
fungsi
pentingnya sebagai sebuah sektor ekonomi global dan
untuk negara-negara seperti Indonesia dapat menjadi
bagian
penting
nasional.
untuk
Kegiatan
kesejahteraan
pariwisata
ekonomi
dipertimbangkan
sebagai kemudi bagi kemajuan sosial ekonomi
melalui
penciptaan
perkembangan
pekerjaan
infrastruktur
dan
dan
usaha,
menghasilkan
pendapatan (UNWTO, 2012). Sesungguhnya bagi
banyak negara berkembang dapat menjadi sumber
pertukaran pendapatan luar negeri yang penting.
Melihat pada dekade yang sebelumnya, UNWTO
menekankan ekspansi dan diversifikasi pariwisata
internasional yang terus menerus dan evolusinya
menuju salah satu sektor pertumbuhan global yang
tercepat. Khususnya untuk negara berkembang,
dengan jumlah kedatangan wisatawan internasional
dari 31% di tahun 1990 menjadi 47% di tahun 2010.
Asia
Tenggara
adalah
yang
negara
sebagai
tuan
rumah
dengan
keanekaragaman ekosistem, menyimpan keaktualan
yang signifikan dan potensi yang tersembunyi untuk
wisata alam (dikenal sebagai ekowisata). Untuk
wilayah daratan, diperkirakan 59% terdiri dari hutan
tropis yang menjadi rumah bagi 16% reptil dan
amphibi dunia dan 35 spesies primata yang berbeda
(termasuk orang utan yang menjadi ikon). Kegiatan
yang aktif dilakukan meliputi jalan dan hiking di
daerah gunung berapi atau pegunungan. Pantai dan
situs menyelam juga menjadi destinasi wisata yag
penting. Pengunjung datang dari luar daerah,
terutama Eropa, sering mengunjungi pantai resort di
Bali. Indonesia juga memiliki lebih dari 50.000 km²
terumbu karang yang menjadi rumah bagi 950 spesies
terumbu karang, 8500 spesies ikan karang, 555
rumput laut dan 18 spesies lamun. Wilayah pantai
dan laut mewakili pentingnya wisata yang ditawarkan
(Oleh karena itu, harus digarisbawahi bahwa kegiatan
wisata yang bergantung pada potensi alam dapat
menjadi sangat rentan terhadap perubahan iklim.
Beberapa pengaruh potensial dibahas pada bagian
pengaruh iklim di bawah ini.
Pengaruh Iklim
menunjukkan
pertumbuhan tahunan terbesar (6,8%) dari tahun
2000-2010.
Di Indonesia, sekitar 20-30% spesies flora dan fauna
menghadapi kepunahan dengan temperature yang
meningkat 1,5° C. Resiko besar lainnya meliputi
Pariwisata Indonesia
Meringkas Laporan Kenegaraan DPR RI tahun 2011
tentang Perubahan Iklim dan Pariwisata, Indonesia
adalah negara kepulauan terbesar dan negara dengan
jumlah penduduk terpadat ke-5 di dunia (sekitar 237
juta penduduk). Didukung sekitar 17.500 pulau yang
memiliki 81.000 km² luas pantai, 33 propinsi dan 300
etnik. Alam dan budaya sebagai atraksi wisata utama.
Perpaduan geografi, topografi dan iklim mengartikan
naiknya intensitas dan frekuensi badai, kekeringan,
dan banjir (terlalu sedikit air dan terlalu banyak air),
perubahan siklus hidrologi dan variasi pengendapan .
(Kementrian Lingkungan Hidup, 2007). Perbedaan
geografis juga berpengaruh terhadap curah hujan
yang berkurang di wilayah selatan dan menaik di
wilayah utara. Perubahan lainnya adalah terhadap
hujan musiman dan terjadinya musim hujan. Hal ini
mempunyai pengaruh yang berarti terhadap sektor
30
pariwisata melalui perubahan musim ‘puncak’ untuk
(kondisi iklim setempat menjadi faktor 'penarik'
pariwisata internasional. Curah hujan menurun pada
penting
saat musim tanam yang akhirnya mempengaruhi
Namun, penting untuk disadari bahwa akan ada
produksi makanan dan pariwisata secara tidak
perbedaan tingkatan dari dampak (baik langsung dan
langsung. Tingginya peluang terhadap kejadian yang
tidak langsung) tergantung pada jenis tawaran wisata
ekstrim akan berimplikasi terhadap operator wisata
(matahari dan pasir, berbasis alam, warisan / budaya,
melalui
dll) atau kegiatan dan harapan pengunjung akan
permasalahan
keselamatan
personal,
kerusakan infrastruktur pendukung dan tingginya
dalam
proses
pengambilan
keputusan.
berbeda.
biaya operasi, seperti asuransi, evakuasi, dll, serta
gangguan bisnis. (UNWTO, 2009). Salah satu
konsekuensi terhadap sektor agraris akan menjadi
kebutuhan
untuk
meningkatkan
Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Sumber
Daya Alam Hayati Sebagai Atraksi Ekowisata
kesiapsiagaan
Terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim
menghadapi iklim yang akan datang dihubungkan
akan mempengaruhi sumber daya hayati. Perubahan
dengan bencana alam oleh berbagai pihak yag
iklim menyebabkan berbagai gangguan iklim seperti
membentuk pariwisata di Indonesia. Tindakan yang
el nino dan el nina. El nino menyebabkan musim
harus diambail adalah peningkatan strategi adaptasi
kemarau yang panjang yang mengganggu persediaan
untuk mengurangi resiko bencana dan kegiatan
air. Potensi terjadinya kebakaran hutan meningkat
memperkuat kapasitas lokal.
akibat rendahnya curah hujan, tingginya temperature
Hubungan Kompleksitas Antara Perubahan Iklim
Dengan Pariwisata
Sebuah perubahan iklim dunia kemungkinan akan
mengubah daya tarik dan daya saing destinasi wisata
tertentu di seluruh dunia. Contoh yang paling sering
dikutip adalah kemungkinan penurunan kenyamanan
penduduk di Mediterania pada saat musim panas
menjadi sulit untuk dipertahankan pada saat suhu
udara melebihi 31 derajat celcius. Hal ini juga
dikhawatirkan bahwa destinasi-destinasi wisata ini
mungkin akan lebih dipengaruhi oleh kekurangan air,
wabah kebakaran dan meningkatnya insiden hama
dan penyakit. Dalam kasus tersebut, tidak hanya
iklim menentukan panjang dari 'puncak' musim dan
waktu kunjungan, perubahan apapun pada 'norma'
iklim
mungkin
secara
fundamental
mengubah
keseimbangan yang kompetitif antara destinasi
wisatawan internasional, akhirnya mempengaruhi
pilihan destinasi wisata dan arus antar daerah
udara, dan rendahnya kelembaban. Kondisi ini
mengancam kehidupan satwa dan tumbuhan yang
mendiami hutan. El nina menyebabkan tingginya
intensitas curah hujan yang menyebabkab erosi dan
banjir. Ini akan menyebabkan bencana terhadap
manusia dan semua mahluk hidup yang mendiami
wilayah
tersebut.
Perubahan
iklim
dapat
menyebabkan punahnya spesies utama pada saat
mereka tidak dapat beradaptasi dengan perubahan.
Perubahan iklim ditentukan oleh pengaruh astronomi
dan kegiatan manusia. Manusia sebagai bagian dari
ekosistem dan sumber daya hayati yang memainkan
peranan penting dalam menentukan kondisi iklim.
Pengetahuan
tentang
pemanasan
global
dan
perubahan iklim akan menentukan strategi untuk
beradaptasi dan mitigasi binatang dan tumbuhan
terhadap perubahan iklim yang berkaitan terhadap
kegiatan ekowisata. Pada cuaca udara tertentu,
naiknya radiasi matahari dan temperature udara akan
31
meningkatkan tingkat pertumbuhan tanaman dan
biodiversitas,
mempercepat pembungaan. Akan tetapi naiknya
hamparan Savana di Nusa Tenggara, Sungai Koran di
temperature udara di atas batas toleransi akan
Taman
mengganggu
(Amorphopalus
tumbuhan
bahkan
menyebabkan
observasi lumut hutan Kalimantan,
Nasional
Sebangau,
titamin).
Bunga
Atraksi
Raksasa
binatang
liar
kematian. Perubahan iklim di atas batas toleransi
meliputi pengamatan Komodo di Taman Nasional
akan menyebabkan gangguan pada metabolism, diet,
Komodo, pengamatan Badak Jawa di Taman
reproduksi dan menyebabkan kematian. Badak adalah
Nasional Ujung Kulon, menonton Orang Utan di
salah satu populasi yang sangat dipengaruhi oleh
Taman Nasional Tanjung Puting, menonton burung,
perubahan temperature dan iklim, yang menyebabkan
beragam terumbu karang, Elang Jawa. Pengaruh
perubahan pada siklus memakan tumbuhan dan
perubahan iklim dalam sumber daya alam hayati
kebiasaannya. Pada saat musim kemarau yang
sebagai atraksi ekowisata menyimpulkan bahwa
panjang,
melakukan
pengetahuan tentang perubahan iklim sangat penting
kebiasaan berkubang. Wabah berbagai hama seperti
karena sumber daya hayati sebagai atraksi ekowisata
serangga, kutu, jamur) dan penyakit tanaman akan
sangat dipengaruhi oleh perubahan. Kekurangan
menyerang tanaman dan mengganggu persediaan
sumber air pada saat gangguan el nino, harus
makanan para binatang. Perubahan iklim juga akan
diperkirakan
menyebabkan perpindahan periode pembungaan. El
persaingan
nino, sebagai akibat perubahan iklim, menyebabkan
ketersediaan air. Pengetahuan tentang iklim dan
permasalahan persediaan air. Kondisi menimbulkan
tingkah
ancaman terhadap ketahanan binatang dan tumbuhan
menyediakan atraksi ekowisata yang maksimum.
untuk hidup. Persaingan untuk menggunakan air akan
Perubahan iklim menyebabkan perpindahan musim
timbul.
akan
kawin Burung Merak. Tarian Burung Merak pejantan
berpengaruh tidak hanya pada kehidupan tumbuhan
menciptakan atraksi ekowisata yang tinggi. Jika
dan hewan, tetapi juga seluruh ekosistem.
pengelola
badak
Musim
akan
sangat
kemarau
yang
sulit
panjang
dalam
laku
yang tidak terganggu dan terkontaminasi dengan
tujuan
khusus,
mengagumi
dan
menikmati
pemandangan dan tumbuhan serta binatang liar,
termasuk budaya yang tetap eksis baik di masa lalu
atau sekarang yang ditemukan di daerah tersebut.
Atraksi dan objek wisata alam yang menarik meliputi
keanekaragaman
jenis
ekosistem
hutan,
keanekaragaman tipe pemandangan, keanekaragaman
jenis kehidupan perairan dalam dan laut, binatang liar
dan tumbuhan alam. Atraksi tumbuhan alam seperti
menikmati keindahan Edelweiss di Puncak Gunung
memprediksi
penggunaan
binatang
ekowisata
perpindahan
Ekowisata terdiri dari kegiatan jalan-jalan ke daerah
untuk
musim
air
adalah
gagal
kawin,
timbulnya
dan
penting
lokasi
untuk
menyadari
adanya
peluang
tingkat
kekecewaan para turis untuk menyaksikan atraksi
tersebut akan menjadi tinggi. Momen paling atraktif
adalah ketika menonton Pesut (Lumba-lumba jenis
air
tawar)
melompat.
Terjadinya
perubahan
temperature air akan merubah periode waktu atraksi
tersebut.
Kupu-kupu
sangat
dipengaruhi
oleh
perubahan temperature (binatang poikilothermics/
temperature tubuh mereka mengikuti temperature
lingkungan). Mereka dapat hidup dalam temperature
antara 29-32° C. Turis dapat mengamati berbagai
jenis kupu-kupu (papilionidae, nymphalidae dan
pieridae) pada jam 08.00-09.00 pada pagi hari pada
Gede Pangrango, menyusuri hutan hujan tropis dalam
32
saat temperature udara hangat. Mereka sangat sulit
retak, terkelupas, miring, bengkak). Fenomena
ditemukan pada saat tingkat hujan tinggi dan angin
penurunan kualitas adalah bau, perubahan warna,
yang kencang. Mereka cenderung berganti bulu
rapuh. Hal ini tidak bisa dideteksi pada fase awal
ketika tubuh dan sayap menjadi rentan. Perubahan
deteriorasi. Faktor-faktor kerusakan dan deteriorasi
iklim yang menyebabkan temperature udara yang
internal seperti kualitas material, jenis material,
tinggi dan meningkatkan frekuensi gangguan iklim
struktur bangunan dan teknologi dan karakteristik
akan mempengaruhi keberadaan mereka. Salah satu
geografis. Eksternal adalah bencana, proses biologis.
cara beradaptasi terhadap perubahan iklim adalah
Tiga proses perusakan dan deteorisasi adalah proses
mempelajari
untuk
mekanis, proses kimiawi, proses biologis. Proses
menyesuaikan kegiatan atraksi ekowisata mereka
mekanis, fenomenanya adalah pecah, deformasi,
dengan perubahan iklim. Perubahan iklim adalah
retak, dan lain-lain. Hasilnya kerusakan bangunan
sebuah fenomena alami ketika ada ketidaksesuaian
secara structural. Perbaikannya adalah restorasi.
antara perubahan yang ekstrim. Adaptasi binatang
Proses
dan tumbuhan terhadap perubahan iklim alam adalah
dekomposisi, terkelupas, mengakibatkan penurunan
alami.
menyebabkan
kualitas bahan bangunan, tindakan yang harus
perkembangan adaptasi yang berbeda. Dibutuhkan
dilakukan adalah konservasi. Proses terbentuknya
penelitian tentang pengaruh perubahan iklim terhadap
endapan garam di Candi Borobudur dimulai dengan
binatang dan tumbuhan secara detail. Pengaruh yang
terjadinya hujan kemudian air meresap di sela-sela
lebih jauh terhadap tumbuhan dan binatang adalah
candi, kemudian karena proses evaporasi oleh snar
perubahan periode siklus hidup mereka yang
matahari terbentuklah endapan garam dan semensasi.
mempengaruhi ekowisata, periode untuk mengamati
Proses biologis adalah alveolus (struktur permukaan
spesies tertentu akan sulit diprediksi. Kita harus
berongga, pastule (endapan garam), porositas yang
mengikuti perkembangan perubahan iklim dan
menyebabkan penurunan kualitas bahan bangunan,
pengaruhnya terhadap sumber daya alam hayati agar
tindakan yang harus dilakukan adalah konserasi.
bisa menikmatinya sebagai atraksi ekowisata.
Proses terjadinya alveolus pada mulanya batu
tingkah
Perubahan
laku
ekstrim
kupu-kupu
akan
kimia
adalah
penumpukan
garam,
berongga kemudian rongga tersebut diisi oleh debu
Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Kerusakan
dan Penurunan Kualitas Material Bangunan
Warisan Budaya
dengan kelembaban tertentu, rongga ditumbuhi lumut
dan alga yang ditutup dengan endapan garam. Efek
dari perubahan iklim :
Kerusakan adalah karakteristik secara makanis
1.
berubahnya banguna warisa budaya pada saat
karakteristik
fisik
dan
kimianya
tetap
warisan budaya adalah adalah proses dekomposisi
dan
perubahan
karakteristik
fisik
dan
disebabkan perubahan permukaan tanah
sama
(Disintegrasi). Penurunan kualitas material bangunan
kimia
Meningkatkan kerusakan bangunan yang
akibat erosi, banjir, kapiler air
2.
Meningkatnya resiko kebakaran untuk bahan
bangunan warisan budaya yang terbuat dari
kayu
(Dekomposisi). Fenomena kerusakan biasanya, dapat
dengan mudah dilihat dengan mata telanjang (patah,
33
3.
yang
Kelembaban
disebabkan tingginya fluktuasi temperature
Angin
udara
Intensitas cahaya
Meningkatnya
kerusakan
fisik
3.
Pengaruh Perubahan Iklim Global
1.
2.
Cuaca
Meningkatnya kerusakan bangunan yang
Kelembaban
disebabkan
tanah
Aliran air
pendukung sebagai hasil dari erosi, banjir
Temperatur
dan aliran air
Intensitas cahaya
Meningkatnya resiko kebakaran terhadap
Angin
perubahan
pada
bangunan bersejarah yang terbuat dari kayu
3.
Meningkatnya
disebabkan
kerusakan
oleh
fisik
tingginya
yag
Konsep Pencegahan Kerusakan dan Penurunan
Kualitas Bangunan Bersejarah
fluktuasi
1.
temperature
4.
UU No 11 Th. 2010 tentang Bangunan
Sejarah Budaya
Meningkatnya penurunan kualitas bahan
kimiawi yang disebabkan oleh terurainya
2.
UU No. 28 Tahun 2002 Bangunan
bahan-bahan kimiawi dan juga penguapan
3.
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah
air
5.
Batu Bata
Meningkatnya
pertumbuhan
4.
Pembangunan Jangka Panjang
mikroorganisme khusunya di daerah yang
lembab
dan
meningkatnya
serangan
UU No.17 Tahun 2007 tentang Rencana
5.
UU No. 26 Tahun 2007 Pengaturan Ruang
serangga terhadap bangunan kayu seiring
meningkatnya kelembaban
Penyebab kerusakan da penurunan kualitas material
bangunan bersejarah.
1.
Kayu
Air hujan
Pengaruh
temperature
dan
kelembaban
2.
Intensitas cahaya
Mikroorganisme
Batu
Karbonat (���3 )
Oksidasi
Hidrasi atau hidrolisis
Temperatur
34
Gambar Proses Penumpukkan Garam di Candi Borobudur
PROCESS OF SALT DEPOSITE
ON BOROBUDUR STONES
Lackage lead sheet and layer B
Water soluble
salt in the
seepage water
Evaporation
Formation of salt deposite and cementation
Sumber : Makalah Aris Munandar, Mei 2012, Jakarta
35
6.
Peraturan Kerjasama Kementrian Dalam
Perubahan Iklim dan Destinasi Turis (Studi Kasus
Negeri dan Kementrian Kebudayaan dan
Kota Bandung)
Pariwisata Nomor 40 dan 42 Tahun 2009
7.
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993
8.
Peraturan lainnya yang berkaitan
Perubahan iklim dan elemen-elemen pariwisata
Iklim mempengaruhi kualitas musim dan
mempunyai pengaruh yang besar dalam
Kebijakan Umum 2010-2014 Direktorat Umum
memilih
Kebudayaan
destinasi,
lama
tinggal
dan
pengeluaran turis
Melakukan pelestarian Peninggalan Sejarah
Iklim
mempengaruhi
sumberdaya
Budaya yang dimiliki NKRI
lingkungan seperti atraksi wisata yang
Mendokumentasikan Peninggalan Sejarah
menarik, seperti salju, biodiversitas, cagar
Budaya dan mengklasifikasikannya daam
alam, kualitas air da lain-lain
tingkat
daerah,
provinsi, nasional
dan
Iklim juga mempunyai pengaruh yang
internasional
penting terhadap kondisi lingkungan yang
Memberdayakan masyarakat dalam usaha
dapat
pelestarian
mengamankan
peninggalan
bersejarah
dan
memaksa
para
diri
turis
seperti
untuk
berjagkitnya
kegunaan mereka
wabah penyakit, kebakaran hutan, serangan
Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber
hama, dan topan tropis yang ekstrim, dan
daya manusia dalam pelestarian peninggalan
lain-lain
bersejarah
Pariwisata tidak hanya sebuah korban
perubahan iklim, tetapi juga menghasilkan
Konsep Pencegahan Kerusakan dan Penurunan
gas polutan yang mempunyai kontribusi
Kualitas Bangunan Bersejarah
Memonitor
secara
terhadap perubahan iklim
periodic
bangunan
mempunyai kontribusi paling besar terhadap
peninggalan bersejarah
Merekrut
sumber
daya
Tiga elemen penting dalam pariwisata yang
manusia
perubahan
yang
iklim
adalah
transportasi,
akomodasi, dan kegiatan wisata
kompeten di bidang klimatologi
Pada tahun 2005, yang dihasilkan dari
Kantor klimatologi
Bahan anti bocor untuk mencegah resapan
elemen-elemen tersebut meningkat ke 4,95%
air
dengan
Menanam lebih lagi tanaman pelindung di
kontributor terbesar (UNWTO, 2007)
sekitar bangunan sejarah
Sistem drainase yang cukup
Melindungi instalasi listrik yang tidak stabil
transportasi
udara
sebagai
Pengaruh perubahan iklim terhadap tiga elemen
pariwisata
khususnya untuk bangunan yang terbuat dari
Pengaruh langsung dari iklim
kayu
Pengaruh
tidak
langsung
dari
alterasi
lingkungan
36
Pengaruh kebijakan mitigasi dari mobilitas
World
pariwisata
melaporkan bahwa pemanasan
Pengaruh tidak langsung dari transformasi
adalah salah satu faktor yang menyebabkan
sosial
kerusakan
Monuments
pada
Fund
pelestarian
(WMF)
global
monument
buatan manusia. Mereka mengumumkan
Penelitian
tentang
pengaruh
perubahan
iklim
bahwa 100 bangunan bersejarah di seluruh
terhadap tiga elemen pariwisata
dunia berada pada ambang kepunahan.
(Ferdinand, 2008).
Pengaruh perubahan iklim terhadap wilayah
wisata pantai
Biodiversitas khusus di wilayah pantai
kepulauan
terancam punah karena perubahan iklim.
Pulau-pulau kecil sangat rentan terhadap
pergerakan zona iklim akan menyebabkan
perubahan iklim, seperti naiknya permukaan
perubahan pada komposisi ekosistem dan
laut, meningkatnya temperature air laut,
distribusi geografis. Setiap spesies harus
meningkatnya frekuensi terjadinya badai.
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi,
Abrasi pantai terjadi di sebagian besar
sementara habitat mereka akan terdegradasi.
kepulauan
Kerusakan
yang
wilayah pulau, sejauh ini hal tersebut tidak
ditemukan dalam kasus pemutihan terumbu
berpengaruh terhadap jumlah kedatangan
karang
turis di Kepulauan Seribu. (Rosyidie, dkk.,
biodiversitas
berpengaruh
seperti
terhadap
tingkat
yang
dapat
mempengaruhi
2009).
ketertarikan para turis (Ferdinand, 2008).
Pengaruh perubahan iklim terhadap wisata
Pengaruh perubahan iklim terhadap atraksi
Pengaruh
perubahan
iklim
terhadap
wisata sungai.
pergerakan pariwisata
Penelitian terhadap atraksi wisata sungai di
Mengacu
Sungai Citarik, Sukabumi menunjukkan
menunjukkan bahwa perubahan iklim dapat
bahwa hambatan yang akan timbul jika debit
menyebabkan penurunan 20% terhadap total
air berkurang adalah menurunnya jumlah
kunjungan
pengunjung.
air
dibandingkan tahun 2004. Pengaruh pada
dipengaruhi oleh musim, dan kenyataannya
temperature udara yang naik pada musm
banyak illegal logging terjadi di daerah hulu
kemarau akan membuat turis merasa tidak
Sungai Citarik, Sukabumi. Perubahan iklim
nyaman, dimana pada musim gugur dan
yang terjadi secara global jika dihubungkan
semi, jumlah kunjungan akan naik (Adriani,
dengan
2008).
batas
Penurunan
air
akan
debit
memberikan
pada
pada
Hein
(2007),
tahun
2008
model
jika
kerusakan serius, meskipun hal tersebut
akan terjadi dalam jangka waktu panjang
(Rosyidie, dkk, 2009).
Pengaruh perubahan iklim terhadap situs
Kontribusi perubahan iklim di Bandung
Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa
kosentrasi polusi udara di Banddung muncul
bersejarah
37
pada klaster wisata dengan kegiatan wisata
yang tinggi dan sangat tinggi
Ilustrasi
memberikan
Kesimpulan
bahwa
udara di Bandung,. Hal itu ditandai dengan
kegiatan pariwisata pada wilayah itu telah
tingginya kosentrasi polusi udara pada
menjadi
wilayah yang terkosentrasi dengan kegiatan
inisiator
perspektif
dalam
menghasilkan
kosentrasi polusi udara karena kegiatan
wisata yag tinggi
wisata yang sangat tinggi
Kegiatan wisata sebagai contributor polusi
Restoran, hotel, pusat perbelanjaan dan
Fasilitas hotel, restoran, pusat perbelanjaan
pusat hiburan adalah daya tarik utama yang
dan pusat hiburan menjadi faktor penarik
menggerakkan para turis berada pada waktu
mobilitas wisata ke wisata klaster yang
yang sama, mereka menjadi contributor
menghasilkan polusi udara dari kendaraan
utama pada kosentrasi polusi udara dan
yang digunakan
perubahan iklim
Polusi
udara
telah
berkontribusi
pada
Kemajuan kegiatan perbelanjaan dan yang
perubahan iklim di Kota Bandung, yaitu
lainnya cenderung meningkatkan tingkat
naiknya temperature dan perubahan musim
kedatangan di Kota Bandung. Hal ini akan
hujan
mempertajam tingkat polusi udara dan
Polusi udara dan tingkat kosentrasi pada
kontribusi yang besar pada perubahan iklim
kegiatan wisata
Tabel Konsentrasi Polusi Udara di Bandung
Kosentrasi Polusi
Udara di Bandung
Transportasi
599
ton CO per tahun
Sampah : 51,05 ton
CO per tahun
Industri : 48,37 ton
CO per tahun
Domestik 6,63 ton
CO per tahun
0,5-2 mikrogram Pb
per m³
Jumat dan Sabtu
menghaslkan 2500
Kg CO per tahun
278,25 Nox per
tahun
175
Kg
Hidrocarbon
per
hari
Lokasi
Kec.
Cicendo
Kec.
Sumur
Bandung
Kec.
Andir
Kec.
Astana
Anyar
Sekitar
gerbang
masuk
PasteurJembatan
Pasupati
Klaster
wisata
Ir.H
JuandaMerdekaRiau
Alun-alunSudirmanOtistaGardujatiPasirkaliki
Braga-Asia
AfrikaCikapundu
ng
Tk
Kosent
rasi
Keg
Wisata
Tinggi
Sangat
tinggi
Tinggi
Rekomendasi
Fasilitas
domina pada
Klaster
Wisata
Hotel
Restoran
Hiburan
Pusat
Perbelanjaan
Hotel
Restoran
Hiburan
Pusat
Perbelanjaan
Hotel
Restoran
Pusat
Perbelanjaan
Memberlakukan kebijakan fiskal bagi para
pengendara motor untuk lebih perduli
terhadap
biaya
sesungguhnya
berkendaraan
(seperti
yang
penggunaan
pembayaran tariff jalan elektronik pada
pusat kegiatan turis yang tinggi, tariff parkir
yang mahal baik di jalan atau di jalan kecil,
menggunakan
energy
yang
ramah
lingkungan)
Memanfaatkan pembatasan lalu lintas secara
fisik, yaitu pembatasan jumlh tempat parkir
(umumnya ditambah dengan biaya tinggi
SukajadiSarijadiSetrasariPasteur
Tinggi
Hotel
Restoran
Hiburan
Pusat
Perbelanjaan
dan dibedakan) pada wilayah diman turis
terkosentrasi dan pada saat yang sama
mengembangkan jalur pedestrian CBD dan
pengamanan lalu lintas dan pembagian jalur
khusus untuk sepeda
38
Mengembangkan makanisme kompoensasi
kapasistas jalan, fasilitas wisata, dll), aspek
karbon terhadap setiap turis yang datang ke
ekonomi, termasuk aspek sosial buadaya
Bandung seperti Program Penanaman Pohon
masyarakat setempat
Menyediakan
ramah
transporatsi
lingkungan
yang
publik
yang
Melakukan penelitian tentang dampak polusi
menghasilkan
udara terhadap perubahan iklim di Bandung,
sedikit karbondioksida, seperti bahan bakar
seperti pergantian musim dan terhadap
gas dan biodiesel
elemen pariwisata
Menyediakan Transportasi masal perkotaan
Melakukan penelitian tentang kontribusi
dengan jalur khusus (seperti bus, minibus,
elemen pariwisata lainnya seperti kegiatan
trem) dan jalur udara (mobil kabel, gondola
industry hotel, restoran dan atraksi wisata
udara).
terhadap perubahan iklim.
Transportasi masal publik seperti
mobil kabel dan gondola yang telah diajukan
untuk dibangun dan beroperasi di Kota
Bandung
adalah
pilihan
baik
dengan
mempertimbangkan karakteristik topografi
kota
yang
berbukit.
Jenis transportasi
lainnya juga harus dipertimbangkan
Mengintegrasikan perencanaan penggunaan
lahan dan transportasi, seperti mendesain
pemberhentian
transportasi
masal
yang
wilayah
dimana
turis
menghubungkan
terkosentrasi
(Sebuah
orientasi
Pengambangan Pemberhentian untuk area
wisata). Hal tersebut
penting juga untuk
mendistribusikan mobilitas turis dari area
kosentrasi tinggi ke rendah
Dikenal dengan Kebun Kota, adalah penting
untk mengembangkan lebih area hijau
terbuka
Adalah
penting
untuk
membangun
kesadaran hidup sehat di masyarakat melalui
brosur, internet dan jejaring sosial
Berkoordinasi dengan sektor swasta dan
masyarakat lokal dalam mengatur property
civic
Mempertimbagkan kapasitas daya tanpung
dari aspek fisik, (pasokan air bersih kota,
39
Gambar Klaster Pariwisata Kota Bandung
Sumber : Makalah Faisal Budi, Ritz Carlton, Mei 2012
40
DAFTAR PUSTAKA
McEvoy Darryn, Conference paper for “Climate and
weather
information
services
in
supporting adaptation and mitigation to
climate change in transportation and
tourism, Jakarta, May, 2012
Muntasib, E.K.S, Harini, Pengaruh Perubahan Iklim
Terhadap Ekowisata, Konferensi paper
untuk “Pelayanan informasi iklim dan
cuaca dalam mendukung adaptasi dan
mitigasi terhadap perubahan iklim dalam
transportasi dan pariwisata, Mei 2012,
Jakarta
Amperawan, Mananti, Pengaruh Perubahan Iklim
Terhadap
Bangunan
Peinggalan
Bersejarah,
disampaikan
dalam
konferensi “ Pelayanan informasi dan
cuaca dalam mendukung adaptasi dan
mitigasi terhadap perubahan iklim dalam
transportasi dan pariwisata, Mei 2012,
Jakarta
Faisal Budi, Perubahan Iklim dan Destinasi Turis,
Studi Kasus di Bandung, disampaikan
dalam konferensi “ Pelayanan informasi
dan cuaca dalam mendukung adaptasi
dan mitigasi terhadap perubahan iklim
dalam transportasi dan pariwisata, Mei
2012, Jakarta
FX. Setiyo Wibowo adalah Dosen Tetap Sekolah
Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta
41