Makalah Tentang Rasa Ingin tahu Adalah K

Makalah Tentang Rasa Ingin tahu Adalah Kodrat manusia

Disusun Oleh :
HARTONO
MPI 3

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PALU
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami
juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih

baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

PALU, November 2015
Penulis

Rasa Ingin Tahu adalah Kodrat Manusia
Salah satu kodrat manusia adalah untuk mencari tahu apa yang belum diketahui.
Disadari atau tidak, sebenarnya seseorang lebih banyak belajar dari pertanyaan daripada
jawaban. Anak kecil adalah penanya sejati, dia tanyakan semua apa yang di sekitarnya,
dia menganggap segala sesuatu itu luar biasa, dia selalu ingin tahu, makanya banyak
orang beranggapan bahwa anak kecil adala filosof sejati. Namun pada umumya setelah
dewasa, orang menganggap hal-hal yang ada disekitarnya biasa- biasa saja.. jadi tidak
perlu dipertanyakan. Memahami orang dan kodrat manusia hanyalah soal mangenali dan
mengakui seseorang sebagaimana mareka adanya, bukan apa yang orang pikirkan tentang
mereka, dan bukan orang menginginkan mereka menjadi apa. Tindakan manusia diatur
oleh pikirannya sendiri, sifat ini sangat kuat dalam diri manusia sehingga pikiran yang

menonjol dalam kasih sayang adalah kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh si
pemberi dengan memberi, bukan dengan menerima. kodrat manusia sejak awal memang
demikian dan akan tetap demikian sampai akhir zaman karena manusia ditempatkan di
bumi dengan kodrat itu. manusia sebagai animal rational dibekali hasrat ingin tahu.
Manusia selalu ingin tahu dalam hal apa sesungguhnya yang ada (know what),
bagaimana sesuatu terjadi (know how), dan mengapa demikian (know why) terhadap
segala hal. Orang tidak puas apabila yang ingin diketahui tidak terjawab.
Keingintahuan manusia tidak terbatas pada keadaan diri manusia sendiri atau
keadaan sekelilingnya, tetapi terhadap semua hal yang ada di alam fana ini bahkan
terhadap hal-hal yang ghaib. Manusia berusaha mencari jawaban atas berbagai

pertanyaan itu; dari dorongan ingin tahu manusia berusaha mendapatkan pengetahuan
mengenai hal yang dipertanyakannya. Ilmu Pengetahuan berawal pada kekaguman
manusia akan alam yang dihadapinya, baik alam besar (macro cosmos), maupun alam
kecil (micro-cosmos). Di dalam sejarah perkembangan pikir manusia ternyata yang
dikejar itu esensinya adalah pengetahuan yang benar, atau secara singkat disebut
kebenaran.

Hasrat ingin tahu manusia terpuaskan kalau dia memperoleh pengetahuan
mengenai hal yang dipertanyakannya. . Rasa keingintahuan manusia dimulai dari rasa

ingin mengenal dirinya sendiri yang kemudian berkembang kepada rasa keingintahuan
manusia pada alam sekitarnya.
Rasa ingin tahu hanya akan mendorong seseorang untuk mengkaji fenomena alam
semesta disaat hati nuraninya menyakini bahwa alam semesta ini telah diciptakan
berdasarkan hukum kausalitas dan aturan yang selaras, keyakinan seperti ini tidak akan
muncul kecuali dari keimanan terhadap Tuhan, dan ia tidak akan dimiliki oleh seorang
materialis sejati. Oleh karenanya seorang materialis yang menghabisi usianya di dalam
lab-lab dan pusat-pusat kajian guna mengkaji dan meneliti rahasia dan fenomena alam
semesta, pada dasarnya hati nuraninya menyakini akan keberadaan Tuhan, walaupun
secara zahir ia menampakkan dirinya sebagai seorang materialis.
Rasa keingintahuan tersebut terpuaskan dengan kemampuan bahasa manusia
untuk berkomunikasi dan bertukar pengalaman tentang segala hal yang ada di alam serta
kegunaannya bagi manusia. Meskipun demikian manusia masih mempunyai keterbatasan
misalnya keterbatasan manusia dalam melihat, mendengar, berpikir dan merasakan
tentang apa yang terjadi disekitarnya secara benar dan utuh.
Manusia adalah mahluk transenden yang tak pernah puas dengan pengetahuan
yang telah dimilikinya. Bahkan leluhur manusia, Adam yang telah diberi pengetahuan
langsung oleh Allah dan berpengetahuan lebih ketimbang mahluk lain masih saja ingin
tahu rahasia buah kuldi. Rasa ingin tahu manusia tak pernah terpuaskan, ia terus bertanya
dan bertanya.


Dalam manusia curiosity (rasa ingin tahu) pikiran manusia berkembang dari
waktu kewaktu rasa ingin tahunya atau pengetahuannya selalu bertambah sehingga terjadi
timbunan pengetahuan . Maka terjadilah perkembangan akal manusia sehingga justru
daya pikirnya lebih berperan dari pada fisiknya. Dengan akal tersebut manusia memenuhi
tujuan hidupnya disamping untuk melestarikan hidup untuk memenuhi kepuasan hidup
serta juga untuk mencapai cita-cita.
Manusia ingin mengetahui segala sesuatu. Segala sesuatu yang terjadi (situasi,
kondisi, keadaan, sifat, karakter, ciri-ciri, peristiwa, kejadian) maupun apa saja yang ada
(benda, hewan, tumbuhan, dll.) baik yang ada/terjadi di lingkungannya (environment)
maupun yang ada/terjadi di dalam dirinya sendiri (peredaran darah, degup jantung, rasa
senang, sedih, dll.)
Semua hal yang ingin diketahui manusia disebut realitas.
Hasilnya adalah Pengetahuan (Knowledge), dan setelah melalui 3 tahap tadi akan
berubah menjadi ilmu (Science).
Realitas tunggal (single reality) disebut Fakta (fact) yang kebenarannya tidak perlu
diperdebatkan lagi, misalnya "Tahun 1963 John F. Kennedy ditembak mati."
Realitas yang satu dirangkaikan dengan realitas lain menghasilkan Phenomenon
(Fenomena- fenomena)
Beberapa sifat realitas:

1.

bersifat statik sekaligus dinamik
Realitas bersifat statik sekaligus dinamik berarti dalam setiap realitas diasumsikan

terdapat hal-hal yang tetap (regular) dan hal-hal yang berubah-ubah. Ketegangan dalam
memahami apa yang berubah dan apa yang tetap itu menjadikan manusia selalu ingin
tahu tentang realitas
2.

bersifat denotatif dan konotatif
Relitas bersifat denotatif, artinya realitas "harfiah" menyangkut simbol-simbol

terhadap benda-benda konkrit atau peristiwa konkrit, sedangkan makna konotatif
menyangkut simbolisasi terhadap peristiwa yang imagined (terbayang) atau "abstrak."
3.

bersifat realitas yang disepakati (agreement reality) dan realitas yang dialami
(experiential reality).


Realitas bersifat disepakati, misalnya seorang anak diberitahu oleh orang tuanya
bahwa cacing adalah binatang menjijikkan, maka persepsi sang anak terhadap hewan itu
adalah hewan menjijikkan, sehingga dihindarinya, namun kalau sang anak mengalami
sendiri makan masakan yang bahan utamanya daging cacing yang ternyata bergizi, lezat,
dan bahkan menjadi makanan favoritnya, maka pengalamannya (experience) itu
bertentangan dengan kesepakatannya semula dengan orang tuanya (agreement).

Perkembangan rasa keingintahuan.
- Mitos dan mitologi, mitos adalah cerita rakyat yang dibuat-buat atau dongeng
yang ada kaitanya dengan kejadian, gejala yang terdapat di alam, manusia pada alam
sekitarnya.
Mitos sebenarnya adalah manusia dengan imajinasinya berusaha secara sungguhsungguh menrangkan gejala alam yang ada, namun usahanya belum dapat tepat karena
kurang memiliki pengetahuan sehingga untuk bagian tersebut orang mengaitkannya
dengan seorang tokoh, dewa, atau dewi.
Tujuan manusia menciptakan MITOS,
karena pada saat itu penduduk masih dalam tingkat mistis peradabannya. Mereka percaya
akan adanya kekuatan-kekuatan gaib yang melebihi kekuatan manusia biasa. Dalam
zaman demikianlah, mitos dipercayai kebenarannya karena beberapa faktor.
PERTAMA, karena keterbatasan pengetahuan manusia
KEDUA, karena keterbatasan penalaran manusia

KETIGA, karena keingintahuan manusia untuk sementara telah terpenuhi. Telah
dikemukakan bahwa kebenaran memang harus dapat diterima oleh akal, tetapi sebagian
lagi dapat diterima secara intuisi, yaitu penerimaan atas dasar kata hati tentang sesuatu itu
benar. Kata hati yang irasional dalam kehidupan masyarakat awam sudah dapat diterima
sebagai suatu kebenaran (pseudo science), kebenaran dan hasaratnya ingin tahu sudah
terpenuhi,paling tidak untuk sementara waktu.
- Manusia berpikir rasional:

Rasional adalah menerima sesuatu atas dasar kebenaran pikiran atau rasio. Pham
tersebut bersumber pada akal manusia yang diolah dalam otak. Dengan berpikir rasional,
manusia dapat meletakkan hubungan dari apa yang telah diketahui dan yang sedang
dihadapi. Kemampuan manusia mempergunakan daya akalnya disebut inteligensi,
sehingga dapat disebutkan adanya manusia yang mempunyai intelegensinya rendah,,
normal dan tinggi. Dalam perkembangan sejarah manusia, terdapat kesan bahwa pada
mulanya perasaan manusialah yang lebih berperan dalam kehidupannya, sehingga timbul
kepercaayaan atau agama dan rasa sosial. Dengan makin banyaknya persoalan yang harus
dihadapi, manusia makin banyak mempergunakan akalnya dan kurang mementingkan
perasaan.
Logika dan pengetahuan
Logika adalah pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir dengan lurus, tepat dan

sehat. Dalam mempergunakan logika manusia mengenal logika kodratih dan logka
ilmiah. Logika kodratiah merupakan cara berpikir secara spontan dalam menanggapi atau
memecahkan suatu persoalan. Logika ilmiah dapat memperhalus dan mempertajam
pikiran dan akal budi, sehingga hasil pemikirannya dapat benar-benar lurus, tepat, dan
sehat sehingga terhindar dari kesesatan.
Beruntunglah manusia yang

telah dianugerahi akal (rasio) yang memiliki

kemampuan luar biasa, sehingga manusia dapat memiliki kemampuan belajar untuk
memperoleh pengetahuannya. Dari hal-hal yang semula tidak diketahuinya, kemudian
menjadi tahu dan bahkan dari pengetahuan yang telah diketahuinya itu kemudian
dikembangkan sedemikian rupa, dari mulai pengetahuan atau ilmu yang berguna bagi
sesamanya sampai yang dapat menghancurkan atau membinasakan sesamanya (bom
hydrogen).

Jika hasil-hasil penemuan yang ada saat ini, bila diceritakan pada zaman

dulu, niscaya akan dianggap sebagai omong kosong atau juga bisa dianggap sebagai hal
yang tidak masuk akal (irrasional).

Kemampuan belajar manusia bisa jadi mulanya diawali dari rasa keingin
tahuannya saja. Menurut teori Curiosity Berlyne, seperti yang dikemukakan oleh Susan
Edelman (1997) dari California State University, Northridge; “Curiosity is defined as a
need, thirst or desire for knowledge. The concept of curiosity is control to motivation.
The terms can be used as both a description of specific behavior as well as a hypothetical

construct to explain the same behavior. Berlyne (1960) believes that curiosity is a
motivational prerequisite for exploratory behavior”.
Menurut Berlyne, ketidak pastian muncul ketika kita mengalami sesuatu yang
baru, mengejutkan, tidak layak, atau kompleks. Hal ini akan menimbulkan rangsangan
yang tinggi dalam sistim saraf kita. Respon manusia ketika menghadapi suatu ketidak
pastian inilah yang disebut dengan curiosity atau rasa ingin tahu.

Curiosity akan

mengarahkan manusia kepada perilaku yang berusaha mengurangi ketidak pastian. Rasa
ingin tahu yang tinggi dapat juga dikaitkan dengan teori Maslow, yang menyatakan
bahwa manusia memiliki kebutuhan yang salah satunya adalah kebutuhan untuk
memahami.
Rasa ingin tahu (curiosity) akan sesuatu hal, apakah itu rasa heran, takjub, bahkan

keinginan menyingkap Kebenaran akan sesuatu yang menarik hatinya, sebenarnya
dimiliki oleh setiap orang, namun hasrat besar atau kecilnya rasa keingintahuan pada
setiap orang itu bisa jadi berbeda-beda antara yang satu dengan lainnya, akan tetapi rasa
keingintahuan itu tetap ada dan merupakan sifat alami yang positif yang dimiliki oleh
setiap orang. Ambil contoh, seorang anak yang akal-nya mulai berkembang sering
menanyakan hal-hal yang masih belum dipahaminya, dan apapun yang ada
disekelilingnya maupun dihadapannya yang belum diketahuinya, misalnya seorang anak
kecil tidak tahu bahaya daripada air yang baru dimasak oleh ibunya, sebelum ia berhasil
menjangkau benda panas tersebut. Rasa keingintahuannya mendorong untuk menjangkau
benda panas tersebut, dan setelah ia merasakan panasnya benda itu, barulah ia menyadari
bahaya dari air yang baru dimasak itu
Namun sayangnya, perkembangan curiosity ini sering terjebak oleh lingkungan
kehidupan yang serba rutin dan mekanis dalam keseharian, apalagi dimasa-masa sulit
seperti sekarang ini yang untuk mendapatkan kebutuhan pokok saja kita harus berpacu
agar tidak kehabisan diambil orang lain. Misalnya, pagi bangun, mandi, sarapan pagi,
berangkat kerja atau sekolah, nonton TV, tidur, bangun, terus berulang seperti itu, yang
tidak ada bedanya dengan robot atau program komputer, termasuk makan yang harus tiga
kali sehari, baik ia dalam kondisi lapar atau tidak tidak lapar, dan kalau ada yang
menanyakan mengapa harus makan? (padahal habis nyemil). jawabannya kurang lebih ”
Ya … karena sudah jam makan” (walaupun tidak lapar).


Karena pengkondisian seperti inilah, maka rasa ingin tahu (curiosity) itupun mulai
tersingkirkan dengan diawali rasa tidak mau tahu yang disebabkan oleh adanya hal-hal
lain yang menurutnya lebih penting untuk dipikirkan dan didahulukan untuk dikerjakan.
Ironisnya, hal lain yang lebih penting itu adalah program rutinitas dan mekanisasi hidup,
dan segala sesuatu yang berlangsung disekelilingnya dipandang memang harus berjalan
seperti itu, tanpa berusaha mencari kejelasan apa sebenarnya yang berkeliaran dan terjadi
disekelilingnya itu.

PERKEMBANGAN ALAM PIKIRAN MANUSIA
Manusia sebagai HOMO SAPIENS :
Homo SAPIENS adalah mahluk yang berpikir sehingga merupakan mahluk yang
cerdas dan bijaksana. Dengan daya pikirnya manusia dapat berpikir apakah yang
sebaiknya dilakukan pada masa sekarang atau masa yang akan datang berdasar kan
pertimbangan masa lalu yang merupakan pengalaman. Pemikiran yang sifatnya abstrak
merupakan salah satu wujud budaya manusia yang kemudian diikuti wujud budaya lain,
berupa tindakan atau perilaku, ataupun kemampuan mengerjakan suatu tindakan.
Manusia sebagai HOMO FABER:
Homo Faber : artinya manusia dapat membuat alat-alat dan mempergunakannya
atau disebut sebagai manusia kerja dengan salah satu tindakan atau wujud budayanya
berupa barang buatan manusia (artifact). Manusia menciptakan alat-alat karena
menyadari kemampuan inderanya terbatas, sehingga diupayakan membuat peralatan
sebagai sarana pembantu untuk mencapai tujuan. Misalnya, karena indera matanya tidak
mampu melihat angkasa luar atau mahluk kecil-kecil maka diciptakan teropong bintang
dan mikroskop, karena terbatasnya kekuatan fisik maka diciptakannya roda sebagai
sarana utama keretauntuk mengangkut barang-barang berat.
Manusia sebagai HOMO LANGUENS:
Homo Languens: adalah manusia dapat berbicara sehingga apa yang menjadi
pemikiran dalam otaknya dapat disampaikan melalui bahasa kepada manusia lain. Bahasa
sebagai ekspresi dalam tingkat biasa adalah bahasa lisan. Antara suku bangsa dengan

suku bangsa lain terdapat perbedaan bahasa. Di tingkat bangsa, perbedaan bahasa
tersebut akan semakin jauh. Perbedaan lebih tinggi diwujudkan dalam tulisan sehingga
sebuah pemikiran dapat diterima oleh bangsa atau generasi bangsa lain (bila tahu
mengartikannya).
Manusia sebagiai HOMO SOCIUS:
Manusia sebagai HOMO SOCIUS artinya manusia dapat hidup bermasyarakat,
bukan bergerombol seperti binatang yang hanya mengenal hukum rimba, yaitu yang kuat
yang berkuasa. Manusia bermasyarakat diatur dengan tata tertib demi kepentingan
bersama. Dalam masyarakat manusia terjadi tindakan tolong-menolong. Dengan tindakan
itu, walaupun fisiknya relatif lemah, tetapi dengan kemampuan nalar yang panjang
tujuan-tujuan bermasyarakat dapat dicapai.
Manusia sebahai HOMO ECCONOMICUS
Artinya manusia dapat mangadakan usaha atas dasar perhitungan ekonomi (homo
economicus). Salah satu prinsip dalam hukum ekonomi adalah, bahwa semua kegiatan
harus atas dasar untung-rugi, untung apabila input lebih besar daripada output, rugi
sebaliknya. Dalam tingkat sederhana manusia mencukupi kebutuhannya sendiri,
kemudian atas dasar jasa maka dikembangkan sistem pasar sehingga hasil produksinya
dijual di pasaran. Makin luas pemasaran barang makin banyak diperoleh keuntungan.
Salah satu usaha meningkatkan produktivitas kerja dapat dijalankan dengan
mempergunakan teknologi modern sehingga dapat ditingkatkan produktivitas kerja
manusia.
Manusia sebagai HOMO RELIGIUS
Artinya manusia menyadari adanya kekauatan ghaib yang memiliki kemampuan
lebih hebat daripada kemampuan manusia, sehingga menjadikan manusia berkepercayaan
atau beragama. Dalam tahap awal lahir animisme, dinamisme, dan totenisme yang
sekarang dikategorikan sebagai kepercayaan, kadang-kadang dikatakan sebagai agama
alami. Kemusian lahirlah kepercayaan yang disebut sebagai agama samawi yang percaya
kepada Tuhan Yang Maha Esa, percaya kepada nabiNya, dan kitab suciNya yang
dipergunakan sebagai pedoman.
Manusia sebagai HOMO HUMANUS dan HOMO AESTETICUS:

Artinya manusia berbudaya, sedangkan homo aesteticus artinya manusia yang
tahu akan keindahan. Dari perbedaan-perbedaan yang sedemikian banyak makin nyata
bahwa manusia memang memilki sifat-sifat yang unik yang jauh berbeda dari pada
hewan apalagi tumbuhan. Sehingga manusia tidak dapat disamakan dengan binatang atau
tumbuhan

Daftar Pustaka
Aisyah.2008.Memahami Kodrat manusia.www.aisyah_sweet.com.19 Desember 2008.
Harico.2008. Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. www.ricows.wordpress.com.19
Desember 2008
SMA N1 Bangil Pasuruan Jawa Timur.2008. Forum Diskusi.
http://www.sman1bangil.sch.id.19 Desember 2008.
http://www.hmi_akakom.dikti.net