BAHAN AJAR BERBASIS ENTREPRENEURSHIP

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS ENTERPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN MINAT KEWIRAUSAHAAN

RANCANGAN TESIS

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknik Penulisan Ilmiah

Oleh

MUKHSININ

NIM 0402512021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA S2


(2)

2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Saat ini masalah pengembangan jiwa kewirausahaan siswa melalui pendidikan formal menjadi aktual untuk dibahas karena berbagai alasan yang sangat rasional seperti meningkatnya lulusan pendidikan dasar yang tidak melanjutkan ke jenjang sekolah menengah, lulusan sekolah menengah yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, meningkatnya angkatan kerja terdidik lulusan perguruan tinggi yang jumlahnya semakin meningkat dalam setiap tahun, sementara kesempatan kerja yang tersedia tidak mampu menampung mereka, pada akhirnya menimbulkan residu angkatan kerja berupa pengangguran. Menurut data statistik yang dikeluarkan oleh BPS, pada Agustus 2013 angka pengangguran mencapai 6,25% dari jumlah angkatan kerja sebagai mana berikut:


(3)

(www.bps.go.id:2014)

Kenyataan seperti ini mengindikasikan bahwa sekolah baru sekedar mampu mempersiapkan peserta didik untuk mengisi lapangan kerja dan belum mampu mempersiapkan mereka menjadi manusia pencipta lapangan kerja. Pendidikan yang berbasis enterpreneurship adalah pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi ke arah internalisasi nilai-nilai kewirausahaan pada peserta didiknya melalui kurikulum yang terintegrasi dengan perkembangan yang terjadi baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakatnya serta penggunaan model dan bahan pembelajaran yang relevan dengan tujuan pembelajaran itu sendiri.

Berdasarkan hal di atas, pendidikan/ sekolah memiliki kepentingan untuk mengembangkan pembelajaran berbasis kewirausahaan/ enterpreneurship sehingga diharapkan mampu menumbuhkan semangat dan minat kewirausahaan kepada para siswa yang pada akhirnya pada saat memasuki kehidupan nyata mampu menciptakan lapangan kerja untuk dirinya sendiri dan juga orang lain.


(4)

Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh sekolah dan para guru adalah dengan mengembangkan bahan ajar yang berbasis enterpreneurship. Penggunaan bahan ajar yang berbasis enterpreneurship diharapkan mampu meningkatkan minat kewirausahaan kepada para siswa sehingga siswa lebih siap sejak dini untuk hidup mandiri di masyarakat.

1.2

Identifikasi Masalah

Beberapa masalah yang dapat teridentifikasi antara lain:

(1) Bahan ajar yang dipakai oleh guru belum menekankan pada tumbuhnya minat kewirausahaan siswa

(2) Guru belum memprogramkan pengembangan bahan ajar yang berbasis enterpreneurship

(3) Bagaimana merancang pengembangan bahan ajar yang berbasis enterpreneurship untuk meningkatkan minat kewirausahaan siswa

1.3

Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas maka masalah yang penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan bahan


(5)

ajar yang berbasis enterpreneurship untuk meningkatkan minat kewirausahaan siswa.

1.4

Batasan Masalah

Supaya terdapat kesamaan persepsi maka beberapa batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bahan Ajar yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah dalam bentuk modul pembelajaran

b. Bahan Ajar yang dikembangkan terbatas pada materi Kalor yang merupakan materi IPA Fisika Kelas VII Semester Genap

1.5

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bahan ajar yang dapat meningkatkan minat kewirausahaan siswa.

1.6

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberi manfaat bagi dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran IPA di SMP bahwa pembelajaran IPA dapat digunakan untuk meningkatkan minat kewirausahaan siswa sehingga mereka pada akhirnya lebih siap menghadapi dunia kerja yang penuh persaingan.

Selain itu diharapkan dapat membuka cakrawala baru bagi siswa, guru dan pelaku atau praktisi pendidikan untuk berinovasi dan mengembangkan bidang keilmuan yang dimilikinya lebih baik lagi.

BAB II


(6)

I.1 Bahan Ajar

Bahan ajar atau bahan pembelajaran merupakan komponen isi pesan dalam kurikulum yang harus disampaikan kepada para siswa. Komponen ini memiliki bentuk pesan yang beragam, ada yang berbentuk fakkta, konsep, prinsip/ kaidah, prosedur, problema dan sebagainya. Komponen inin berperan sebagai isi atau materi yang harus dikuasai siswa dalam proses pembelajaran.

Sifat materi kurikulum yang tersusun dalam silabus hanya bersifat materi-materi pokok, maka untuk kelancaran proses pembelajaran, materi-materi pembelajaran perlu disusun dalem bentuk bahan ajar/ bahan pembelajaran secara utuh (M. Djauhar Shidiq et.al : 2008).

Menurut Iskandarwassid dalam Auliyah Naswa (2012) bahan ajar merupakan seperangkat substansi atau materi pelajaran yang disusun secara runtut dan sistematis serta menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara terpadu.

Pada proses pembelajaran bahan ajar berfungsi sebagai:

a. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.

b. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya.

c. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.(Depdiknas : 2007) Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:


(7)

a. Bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.

b. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.

c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film. d. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI

(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

Pada saat seorang guru mengembangkan sebuah bahan ajar maka terdapat beberapa prinsip yang tidak boleh ditinggalkan. Prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar menurut Direktorat Pembinaan SMA (2010) adalah:

c. Prinsip relevansi, settiap materi yang terdapat di dalam bahan yang dikembangkan harus memiliki keterkaitan dengan standar kompetensi/ kompetensi dasar.

d. Prinsip konsistensi atau keajegan. Artinya jumlah bahan ajar harus sama dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Apabila terdapat 5 kompetensi dasar yang hendak dicapai, maka harus dikembangkan bahan ajar sebanyak 5 buah.

e. Prinsip adekuasi atau kecukupan. Artinya cakupan materi yang terdapat di dalam bahan ajar yang dikembangkan haruslah cukup untuk mencapai kompetensi yang diinginkan.

Menurut Depdiknas (2007) bahwa prosedur pemilihan bahan ajar adalah :

1) Menentukan kriteria pokok pemilihan bahan ajar dengan mengidentifikasi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Sebab setiap aspek dalam SK dan KD terdapat jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran,

2) Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Materi pembelajaran dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip dan


(8)

prosedur), aspek afektif (pemberian respon, penerimaan, internalisasi, dan penilaian) serta aspek psikomotorik (gerakan awal, semi rutin, dan rutin), 3) Memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan SK-KD yang telah

teridentifikasi tadi,

4) Memilih sumber bahan ajar.

Bahan ajar yang dipilih di dalam penelitian ini adalah modul. Modul pembelajaran merupakan salah satu bahan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri. Modul yang baik harus disusun secara sistematis, menarik, dan jelas. Modul dapat digunakan kapanpun dan dimanapun sesuai dengan kebutuhan siswa.

Anwar (2010), menyatakan bahwa karakteristik modul pembelajaran sebagai berikut :

1. Self instructional, siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain.

2. Self contained, seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang dipelajari terdapat didalam satu modul utuh.

3. Stand alone, modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.

4. Adaptif, modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.


(9)

5. User friendly, modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab bersahabat/akrab dengan pemakainya.

6. Konsistensi, konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak.

I.2 Enterpreneurship atau Kewirausahaan

Kewirausahaan merupakan kemauan dan kemampuan seseorang dalam menghadapi berbagai resiko dengan mengambil inisiatif untuk menciptakan dan melakukan hal-hal baru melalui pemanfaatan kombinasi berbagai sumberdaya dengan tujuan untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) dan memperoleh keuntungan sebagai konsekuensinya (Rusli Muhammad Rukka: 2011).

Esensi wirausaha adalah menciptakan nilai tambah dengan ara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Wirausaha adalah orang yang memperoleh peluang dan menciptakan suatu organisiasi untuk mengejar “peluang”. Wirausaha merupakan sebuah pekerjaan yang bersifat fleksibel dan imajinatif, mampu merencanakan, mengambil resiko, mengambil keputusan dan tindakan untuk mencapai tujuan (Meredith dalam Suryana: 2001).

Sekolah tentu menghendaki memiliki outcomes berupa siswa yang mandiri, bisa mengahadapi tantangan dunia yang begitu cepat berubah, memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupannya dengan baik. Jiwa kewirausahaan yang merupakan bagian dari ranah afektif perlu ditanamkan pada siswa.

Orang yang memiliki jiwa kewirausahaan adalah orang yang memiliki perilaku inovatif, kreatif, menyukai perubahan, kemajuan dan tantangan. Rahasianya terletak pada kreatifitas dan keinovasian. Secara ringkas ciri dan


(10)

watak kewirausahaan menurut Geoffrey G. Meredith dalam Suryana (2001) dapat dilihat pada tabel berikut.

No Ciri-ciri Watak

1. Percaya diri

Keyakinan, ketergantungan, individualis dan optimisme

2. Berorientasi pada tugas dan hasil

Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai doroangan kuat, energetik, dan inisiatif 3. Pengambilan resiko

Kemampuan untuk memgambil resiko yang wajar dan suka tantangan

4. Kepemimpinan

Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran dan kritik

5. Keorisinalan

Inovatif dan kreatif serta fleksibel 6. Berorientasi ke

masa depan

Pandangan ke depan, prespektif

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN I.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pati yang beralamat di Jalan Pemuda 287 Pati mulai bulan Maret sampai Mei 2014.

I.4 Prosedur Penelitian

Rancangan pengembangan bahan ajar pada penelitian ini dapat dijelaskan dengan gambar berikut:

Identifikasi Masalah Pengumpulan Data Desain Awal (Draft I) Validasi


(11)

a. Identifikasi Masalah

Identifikasi diperoleh dari angket yang diberikan kepada sepuluh orang siswa untuk menganalisis bahan ajar apa saja yang telah digunakan oleh guru dan dimanfaatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran IPA Fisika. Selain itu juga menggunakan wawancara dengan beberapa guru IPA

b. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh pada tahap ini berupa hasil observasi dan angket ketersediaan bahan ajar IPA Fisika. Pada tahap ini juga dilakukan pengkajian terhadap materi IPA Fisika yang akan dikembangkan bahan ajarnya. Pengkajian ini meliputi analisis terhadap SK, KD dan indikator pencapaian kompetensi.

c. Pembuatan Desain Awal (Draft I)

Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dikembangkan desain pengembangan bahan ajar berbasis enterpreneurship

d. Validasi

Bahan ajar yang telah dikembangkan selanjtnya divalidasi oleh para pakar, meliputi pakar bahasa, pakar materi dan pakar pendiikan kewirausahaan. Aspek-aspek yang dinilai oleh para validator adalah: 1. Aspek kelayakan isi;

2. Aspek kelayakan penyajian; 3. Aspek kelayakan bahasa; 4. Aspek kelayakan kegrafikan; 5. Aspek kewirausahaan.

e. Revisi desain (Draft II)

Uji Coba


(12)

Berdasarkan hasil validasi dan saran para validator, dilakukan revisi bahan ajar yang telah dikembangkan, agar diperoleh bahan ajar yang lebih baik.

f. Uji keterbacaan

Uji keterbacaan bahan ajar dilakukan oleh 10 siswa yang dipilih. Kesepuluh siswa yang dipilih diberi kesempatan untuk menelaah bahan ajar yang telah dikembangkan kemudian mengisi angket tingkat keterbacaan.

g. Revisi Desain (Draft III)

Hasil angket tingkat keterbacaan bahan ajar dijadikan dasar untuk memperbaiki bahan ajar yang dikembangkan.

h. Ujicoba Pemakaian Bahan Ajar

Bahan ajar yang telah direvisi sebanyak dua kali kemudian diujicobakan pada proses pembelajaran sebenarnya. Kelas yang diberi bahan ajar yang telah dikembangkan ini kemudian diberi angket untuk menentukan minat kewirausahaan mereka. Hasilnya dibandingkan dengan minat kewirausaahan dari kelas lain yang tidak menggunakan bahan ajar ini (kelas kontrol)

i. Finalisasi Produk

Hasil ujicoba digunakan untuk menyempurnakan bahan ajar yang dkembangkan sehingga akhirnya didapatkan bahan ajar yang benar-benar sempurna.

I.5 Jenis, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Jenis data yang diambil adalah sebagai berikut

No Data yang Jenis data Instrumen Teknik Analisis Dikumpulkan

1. Jenis bahan Nominal Angket keter- Deskriptif

kua-ajar yang sudah sediaan bahan litatif

digunakan ajar

2. Validitas bahan Interval Instrumen peni- Deskriptif


(13)

Keterbacaan sentase

4. Uji keterterapan Interval Angket tingkat Deskriptif per-Keterterapan sentase

5. Efektifitas Nominal Angket minat Deskriptif kua-Kewirausahaan litatif.

I.6 Metode Analisis Data

a. Data mengenai jenis-jenis bahan ajar materi Kalor dalam pembelajaran IPA Fisika Kelas VII dari angket ketersediaan bahan ajar IPA Fisika dianalis secara deskriptif kualitatif.

b. Data dari instrumen penilaian pakar terhadap modul materi Kalor berbasis kewirausahaan dihitung dengan Rumus Analisis Deskriptif Persentase ( Ali 1992).

Keterangan :

% = skor yang diharapkan n = jumlah skor yang diperoleh N = jumlah skor maksimum

c. Persentase data dari instrumen penilaian pakar terhadap modul materi Kalor berbasis kewirausahaa kemudian dikonversikan menggunakan Tabel 7 (Ali 1992, Sudjana 2009).


(14)

Tabel 7 Kriteria deskriptif persentase

d. Data mengenai tingkat keterbacaan dan tingkat keterterapan modul dalam pembelajaran dianalisis dengan teknik deskriptif persentase.

Keterangan :

% = skor yang diharapkan n = jumlah skor yang diperoleh N = jumlah skor maksimum

e. Persentase data dari angket keterbacaan dan angket keterterapan modul dalam pembelajaran bagi siswa dikonversikan dengan Tabel 8 (Ali 1992, Sudjana 2009).


(15)

Tabel 8 Tabel kriteria tingkat keterbacaan dan tingkat keterterapan modul

f. Data mengenai minat kewirausahaan yang diperoleh dari angket minat kewirausahaan dianalisis secara deskriptif kualitatif


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Ali M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa

Anwar, Ilham. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bahan Kuliah Online. Direktori UPI. Bandung.

Auliyah Niswa. 2012. Pengembangan Bahan Ajar Mendengarkan Berbasis Video Interaktif Bermedia Flash Kelas VIID SMP Negeri 1 Kedamean. Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia. Volume 01 (01).

Biro Pusat Statistik. 2013. Keadaan Ketanagakerjaan Agustus 2013. Diunduh di http://www.bps.go.id pada tanggal 3 Januari 2014.

Depdiknas, 2007. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas Rusli Muhammad Rukka. 2011. Bahan Ajar Kewirausahaan. LKPP UNHAS:

Makassar.

Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suryana. 2001. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.


(1)

a. Identifikasi Masalah

Identifikasi diperoleh dari angket yang diberikan kepada sepuluh orang siswa untuk menganalisis bahan ajar apa saja yang telah digunakan oleh guru dan dimanfaatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran IPA Fisika. Selain itu juga menggunakan wawancara dengan beberapa guru IPA

b. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh pada tahap ini berupa hasil observasi dan angket ketersediaan bahan ajar IPA Fisika. Pada tahap ini juga dilakukan pengkajian terhadap materi IPA Fisika yang akan dikembangkan bahan ajarnya. Pengkajian ini meliputi analisis terhadap SK, KD dan indikator pencapaian kompetensi.

c. Pembuatan Desain Awal (Draft I)

Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dikembangkan desain pengembangan bahan ajar berbasis enterpreneurship

d. Validasi

Bahan ajar yang telah dikembangkan selanjtnya divalidasi oleh para pakar, meliputi pakar bahasa, pakar materi dan pakar pendiikan kewirausahaan. Aspek-aspek yang dinilai oleh para validator adalah: 1. Aspek kelayakan isi;

2. Aspek kelayakan penyajian; 3. Aspek kelayakan bahasa; 4. Aspek kelayakan kegrafikan; 5. Aspek kewirausahaan.

e. Revisi desain (Draft II)

Uji Coba


(2)

Berdasarkan hasil validasi dan saran para validator, dilakukan revisi bahan ajar yang telah dikembangkan, agar diperoleh bahan ajar yang lebih baik.

f. Uji keterbacaan

Uji keterbacaan bahan ajar dilakukan oleh 10 siswa yang dipilih. Kesepuluh siswa yang dipilih diberi kesempatan untuk menelaah bahan ajar yang telah dikembangkan kemudian mengisi angket tingkat keterbacaan.

g. Revisi Desain (Draft III)

Hasil angket tingkat keterbacaan bahan ajar dijadikan dasar untuk memperbaiki bahan ajar yang dikembangkan.

h. Ujicoba Pemakaian Bahan Ajar

Bahan ajar yang telah direvisi sebanyak dua kali kemudian diujicobakan pada proses pembelajaran sebenarnya. Kelas yang diberi bahan ajar yang telah dikembangkan ini kemudian diberi angket untuk menentukan minat kewirausahaan mereka. Hasilnya dibandingkan dengan minat kewirausaahan dari kelas lain yang tidak menggunakan bahan ajar ini (kelas kontrol)

i. Finalisasi Produk

Hasil ujicoba digunakan untuk menyempurnakan bahan ajar yang dkembangkan sehingga akhirnya didapatkan bahan ajar yang benar-benar sempurna.

I.5 Jenis, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Jenis data yang diambil adalah sebagai berikut

No Data yang Jenis data Instrumen Teknik Analisis Dikumpulkan

1. Jenis bahan Nominal Angket keter- Deskriptif kua-ajar yang sudah sediaan bahan litatif

digunakan ajar

2. Validitas bahan Interval Instrumen peni- Deskriptif


(3)

Keterbacaan sentase

4. Uji keterterapan Interval Angket tingkat Deskriptif per-Keterterapan sentase

5. Efektifitas Nominal Angket minat Deskriptif kua-Kewirausahaan litatif.

I.6 Metode Analisis Data

a. Data mengenai jenis-jenis bahan ajar materi Kalor dalam pembelajaran IPA Fisika Kelas VII dari angket ketersediaan bahan ajar IPA Fisika dianalis secara deskriptif kualitatif.

b. Data dari instrumen penilaian pakar terhadap modul materi Kalor berbasis kewirausahaan dihitung dengan Rumus Analisis Deskriptif Persentase ( Ali 1992).

Keterangan :

% = skor yang diharapkan n = jumlah skor yang diperoleh N = jumlah skor maksimum

c. Persentase data dari instrumen penilaian pakar terhadap modul materi Kalor berbasis kewirausahaa kemudian dikonversikan menggunakan Tabel 7 (Ali 1992, Sudjana 2009).


(4)

Tabel 7 Kriteria deskriptif persentase

d. Data mengenai tingkat keterbacaan dan tingkat keterterapan modul dalam pembelajaran dianalisis dengan teknik deskriptif persentase.

Keterangan :

% = skor yang diharapkan n = jumlah skor yang diperoleh N = jumlah skor maksimum

e. Persentase data dari angket keterbacaan dan angket keterterapan modul dalam pembelajaran bagi siswa dikonversikan dengan Tabel 8 (Ali 1992, Sudjana 2009).


(5)

Tabel 8 Tabel kriteria tingkat keterbacaan dan tingkat keterterapan modul

f. Data mengenai minat kewirausahaan yang diperoleh dari angket minat kewirausahaan dianalisis secara deskriptif kualitatif


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ali M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa

Anwar, Ilham. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bahan Kuliah Online. Direktori UPI. Bandung.

Auliyah Niswa. 2012. Pengembangan Bahan Ajar Mendengarkan Berbasis Video Interaktif Bermedia Flash Kelas VIID SMP Negeri 1 Kedamean. Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia. Volume 01 (01).

Biro Pusat Statistik. 2013. Keadaan Ketanagakerjaan Agustus 2013. Diunduh di http://www.bps.go.id pada tanggal 3 Januari 2014.

Depdiknas, 2007. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas Rusli Muhammad Rukka. 2011. Bahan Ajar Kewirausahaan. LKPP UNHAS:

Makassar.

Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suryana. 2001. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.