Bagian awal buku 'Riau Berpikir'.

i

RIAU BERPIKIR;
Diskursus Pemikiran Pemuda Melayu Riau dalam Perspektif
Filsafat, Budaya, Pendidikan, Hukum, Lingkungan, Sosial
dan Politik
Editor:
Yuli Isnadi, Abdurrahman, dan Hengki Firmanda. S

Diterbitkan oleh
Himpunan Mahasiswa
(HMPRY)
Yogyakarta

Pascasarjana

Riau-Yogyakarta

Tata Layout : Tim HMPRY
Design Cover : Juhansar Andi Latif
Cetakan Ke - I : April 2014

xxiii + 396 hlm. 14,8 x 21 cm

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya,
dalam bentuk dan dengan cara apapun juga, baik secara mekanis
maupun elektronis, termasuk fotokopi, rekaman, dan lain-lain
tanpa izin tertulis dari penerbit.

ISBN : 000-0000-00-0

ii

KATA PENGANTAR EDITOR

Terbangkan ingatan ke abad 19, ada kisah eksotis pembuatan
Masjid Raya Sultan Riau. Pada tahun 1832 (1249 H), Raja
Abdurahman Yang Dipertuan Muda Riau VII memutuskan untuk
memperluas masjid terbesar di wilayah kerajaannya. Semua
rakyat lalu terbersit hati turut membantu. Bagi yang punya
tenaga disumbangkan tenaga, bagi yang punya beras adalah

beras, demikian pula dengan lauk-pauk, sagu, dan telur. Singkat
kisah, masjid berhasil dibangun dan bertahan hingga kini.
Bahkan itu menjadi salah satu pusat peradaban melayu dunia.
Pembuatan buku ini tak ubahnya kisah perluasan Masjid
Raya Sultan Riau. Sedemikian bergairahnya angin, sampaisampai kabar pembuatan buku ini menggelinding hebat ditelinga
aktivis melayu Riau yang sedang memperdalam ilmu di
Yogyakarta. Melalui Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Riau
Yogyakarta

(HMPRY),

dipersembahkan.

Bagi

beragam
yang

punya


sumbangan
paper

ilmiah,

terbaik
maka

disumbangkan paper ilmiah itu, lengkap dengan tradisi
penulisan yang sangat ketat. Akan tetapi, bagi yang punya artikel
opini, maka juga disumbangkan, lengkap dengan gaya penulisan

iii

yang lebih longgar. Boleh di kata, buku ini tak ubahnya masjid,
tempat di mana aktivis-akademisi HMPRY beribadah.
Bukannya tanpa musabab, ide menghimpun pemikiran
terbaik untuk dipersembahkan kepada Riau merambat tumbuh
di atas puing-puing marwah diri yang hancur dilumat beragam
permasalahan. Pada tahun 2013, kita menyaksikan bagaimana

data statistik yang dirilis oleh BPS menunjukkan betapa
kesejahteraan masih jauh dari kenyataan (BPS, 2013).
Di tahun yang sama, Riau juga diluluhlantakan oleh kasus
korupsi yang berimbas kepada jatuhnya harga diri di tingkat
nasional dan internasional. Kiranya tidak ada yang lebih
memalukan dari pada dipindahtempatkannya pergelaran Islamic
Solidarity Games ke Palembang, karena itu merupakan pertanda
bahwa pemerintah nasional dan internasional menilai Riau tak
lagi credible. Bukan hanya itu, bencana banjir dan kabut asap
telah pula meliuk-liuk di tanah dan udara Riau. Sedemikian
parahnya, sampai-sampai bencana ini membuat hubungan
diplomatik

Indonesia

dan

Singapura-Malaysia

memanas.


Persoalan energi juga tidak boleh terlupa.
Demonstrasi terkait penyediaan listrik dan pengelolaan
sejumlah blok migas di Siak tampaknya hingga kini belum
berhasil memuaskan masyarakat, karena masih ada kerikil
mungil namun tajam yang menusuk perasaan nurani. Terakhir
dan terhangat, seorang anak menjadi sasaran kekerasan dalam

iv

rumah tangga oleh seorang perempuan. Sejumlah permasalahan
yang tak terkelola dengan baik menjelma menjadi beban
psikologis berat bagi masyarakat kecil untuk kemudian berubah
menjadi kekerasan terhadap anak.
Ada banyak lagi permasalahan yang membekap Riau
hingga kini. Permasalahan-permasalahan itu sejatinya adalah
sebuah symptom, gejala yang menunjukkan adanya suatu
kekeliruan dalam pengelolaan negeri Riau. Maka sedari itu,
walaupun memiliki style dan tema penulisan yang beragam, ada
sebuah narasi pesan yang hendak disampaikan kepada

Pemerintahan Provinsi Riau, Pemerintahan Kabupaten/Kota,
masyarakat luas, akademisi, aktivis, dan semua elemen yang ada
di Riau. Melalui buku ini, para aktivis HMPRY berkisah mengenai
sebuah perbaikan.
Oleh karena terlampau rumitnya permasalahan yang ada,
maka perlu diurai permasalahan-permasalahan itu dari akar,
begitu kira-kira yang ada di benak aktivis HMPRY. Ada konsep
dasar mengenai pembangunan yang hendaknya diperhatikan.
Pembangunan tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam 3
aspek penting, yaitu pembangunan kepemudaan, budaya, dan
lingkungan. Lalu semua ini dikunci dengan aspek politik dan
kebijakan. Narasi ini pula yang membuat buku ini dipilah
menjadi 5 bagian, yaitu pembangunan, pemuda, budaya,
lingkungan, serta politik dan kebijakan. Kendati belum secara

v

langsung menyinggung beragam permasalahan yang sedang
membekap Riau, akan tetapi uraian-uraian pemikiran yang
disajikan cukup menghentak pikiran untuk segera berbuat

sesuatu, yang mana sesuatu itu sedikit banyak akan membantu
mengurai

sejumlah

permasalahan

dan

lalu

perlahan

terselesaikan.
Nugroho Noto Susanto, Abdurahman, dan Dedek Adrian
membuka narasi buku ini dengan berwacana mengenai
pembangunan. Melihat perkembangan globalisasi yang semakin
tak terhindari, Nugroho menyajikan ide Fukuyama, seorang
pemikir besar dunia, mengenai posisi terbaik sebuah negara.
Perubahan-perubahan


konstelasi

dunia

pada

akhirnya

mengharuskan sebuah negara –tidak tertutup kemungkinan

sebuah wilayah provinsi—untuk mengambil sejumlah pilihan
perubahan. Agar tidak mengambil pilihan keliru, maka baiklah
mencermati ide Fukuyama. Hampir sama dengan hal tersebut,

Abdurrahman menyajikan ide pembangunan sosial budaya. Di
sini, pendidikan merupakan hal terpenting dalam menentukan
sukses-gagalnya sebuah pembangunan sosial. Bahkan, dengan
lugas Dedek mencoba menghubungkan sebab-akaibatkan antara
kondisi faktual pola pendidikan nir karakter yang sedang terus

berkembang dengan kondisi faktual Riau yang tak kunjung
tersentuh kesejahteraan. Dengan kata lain, ketiganya berpesan,
pembangunan yang ideal adalah pembangunan yang sesuai

vi

dengan perubahan semangat zaman tanpa melupakan penguatan
sosial budaya yang sudah dimiliki.
Sementara itu, Andree, Hengki Firmanda. S, dan Hamdan
Jamil mentransformasi wacana pembangunan ke dalam aspek
kepemudaan. Andree seolah ingin menyebutkan, sejarah dunia

pada dasarnya adalah sejarah pemuda karena turun-naiknya
pembangunan sebuah negara tergantung pada baik-buruknya
kontribusi pemuda. Indonesia yang saat ini semakin tertinggal
tingkat

kesejahteraannya

harus


mendapatkan

kontribusi

pemuda. Nasionalisme dan kepemimpinan yang kuat merupakan
dua hal penting yang harus mampu diberikan pemuda kepada
Indonesia. Bahkan, Hengki kemudian mempertegas peran
kepemudaan tersebut. Salah satu permasalahan yang membuat
pembangunan di Indonesia terasa hambar adalah hukum. Maka
dari itu, pemuda wajib turut membenahi permasalahan hukum,
terlebih hal ini sudah diamanatkan oleh perundang-undangan.
Terakhir, Hamdan Jamil membuat wacana kepemudaan menjadi
lengkap. Agar bisa memainkan peran seperti yang dilukiskan
sebelumnya, maka semangat kepemudaan harus mampu
dibangkitkan. Dengan kata lain, secara keseluruhan, ketiga
penulis ini hendak menyampaikan sebuah pesan, khususnya
kepada pemuda. Di saat Riau menghadapi begitu banyak
permasalahan, maka kontribusi pemuda terhadap pembangunan
merupakan sekoci terbaik untuk keluar dari bekapan beragam

permasalahan-permasalahan itu.

vii

Wacana pembangunan yang diejahwantahkan ke dalam
aspek budaya menghasilkan rangkaian ide yang menarik untuk
dipikir dan dipertimbangkan. Disampaikan dengan gaya bahasa
filosofis, Irwandra mencoba memberi pantikan kepada pembaca
mengenai eksistensi diri. Menjadi Manusia , demikian judul
yang cukup menghasut ditawarkan Irwandra guna mendorong

pembaca mengenali kodrat diri sebagai manusia, yang hal ini
dilakukan dengan menggali kembali hasil karya Raja Ali Haji
yang termasyhur, Gurindam Dua Belas. Mengambil contoh karya
budayawan Riau, Teenas Efendi, Hamdan Jamil membangkitkan
kesadaran akan betapa tingginya nilai budaya yang dikandung
karya-karya pujangga yang ada. Ini penting untuk dijaga dan
diamalkan agar keeksistensian melayu terjaga.
Dalam pada itu, Yushadeni berhasil mengeksplorasi
kekayaan budaya yang dimiliki Riau, tepatnya di Kecamatan
Pangean, Kuantan Singigi. Esensi budaya pertanian yang dimiliki
masyarakat tersebut dapat dikembangkan untuk menjadi salah
satu acuan pengembangan pertanian di Riau. Lalu pemikiran
yang cukup progresif datang dari Ahmad Nawawi. Budaya
melayu yang dimiliki oleh Riau coba dibaca dari aspek ekonomi.
Ini menghasilkan ide pariwisata berbasis komunitas. Kekayaan
budaya yang masih kuat mengakar di masyarakat dapat dikelola
dengan menjadikan masyarakat sebagai aktor utama, sehingga
mampu memberikan kesejahteraan. Hamdan Jamil seterusnya
mengingatkan bahwa beragam karya sastra pujangga Riau masih

viii

belum seluruhnya digali. Nabella Puspa Rani telah pula
menyumbangkan

gagasan

penting

terkait

budaya

dan

perempuan. Secara jelas, Nabella menyampaikan bahwa peranan
perempuan dalam pengelolaan urusan hukum dan politik di Riau
sangat penting, karena memadukan kelebihan dan kekurangan
laki-laki dan perempuan akan menuntun pada kondisi Riau yang
lebih

baik.

menyadarkan

Terakhir,
sifat

si

kolumnis,

kebijaksanaan

Supriyadi

seorang

pria

berusaha
melayu.

Banyaknya kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di Riau
sebetulnya berlawanan dengan budaya melayu. Maka dari itu,
melalui tulisannya tersebut Supriyadi beretorika, sudahkah pria-

pria melayu berperilaku bijak dalam memimpin istri? Jika boleh

disimplifikasi, aspek budaya ini hendak mengirimkan pesan,
budaya yang dimiliki Riau sejatinya merupakan modal penting
untuk memajukan Riau, andaikata dilestarikan dan dikelola
dengan baik.
Pembangunan di bidang lingkungan tidak luput dari
perhatian aktivis-aktivis HMPRY. Ada kejanggalan yang akhirakhir ini terjadi di sejumlah sungai di Riau, seumpama Sungai
Siak. Jika dulu sungai merupakan sumber keberkahan, maka
akhir-akhir ini sungai cenderung menjadi sumber bencana, entah
banjir, entah pula pencemaran dan sejenisnya. Maka dari itu,
Hengki Firmanda. S mencoba mengkonstruksi pemaknaan
terhadap eksistensi sungai. Bagaimana cara tepat memposisikan
dan memperlakukan sungai, merupakan dua hal yang menjadi

ix

fokus utama Hengki Firmanda. S. Lalu, Roby Hambali mencoba
menawarkan cara pencegahan banjir yang dewasa ini kerap
melanda Riau. Upaya-upaya preventif dan responsif menjadi
perhatian utama Roby. Dengan kata lain, pada aspek ini kedua
penulis hendak berkirim pesan, permasalahan yang kini sedang
dihadapi Riau salah satunya disebabkan oleh pemaknaan dan
pengelolaan lingkungan yang keliru. Ada baiknya merenungkan
pesan tersirat dari kedua penulis ini.
Terakhir,

wacana

pembangunan

yang

kemudian

diturunkan ke aspek pembangunan pemuda, budaya, dan
lingkungan

hanya

akan

menemui

wujudnya

bilamana

pemerintahan berhasil mengambil opsi politik dan kebijakan
yang tepat. Karena itu, Muhammad Yusuf kemudian mencoba
mengkaji fisibilitas dimekarkannya Kabupaten Indragiri Hilir
Selatan. Asumsinya, jika dimekarkan, maka pembangunan yang
menjanjikan kesejahteraan boleh jadi terwujud. Dalam pada itu,
Yuli Isnadi dan Asmarawati Handoyo mengkaji keadaan yang
kurang nyaman, di mana Riau sebagai negeri yang kaya akan SDA
ternyata berangka kemiskinan cukup besar. Kutukan Sumber

Daya Alam merupakan konsep inti yang dikembangkan dua
penulis ini dalam mengkaji kekurangnyamanan keadaan Riau.

Ada kekeliruan pengelolaan SDA dan anggaran yang sedang
terjadi sehingga Riau tak kunjung sejahterah sepenuhnya. Sedari
itu, ada semacam mantra penyembuh yang coba ditawarkan
kedua penulis. Indra Gunawan kemudian menggiring perhatian

x

kepada isu energi

listrik. Melalui

persamaan-persamaan

ekonometri yang serius , Indra berhasil membuktikan bahwa
faktor jumlah penduduk dan jumlah pendapatan merupakan

determinan terpenting dalam menentukan jumlah permintaan
energi listrik di Riau. Terakhir, Roberta Zulfhi Surya (dkk)
kemudian coba mengurai permasalahan energi listrik, khususnya
di Kabupaten Indragilir Hilir. Dengan berbasis riset ketat,
Roberta (dkk) berkesimpulan, sebetulnya ada peluang besar
untuk mencukupi kebutuhan akan listrik di kabupaten tersebut.
Bagaimana strateginya, semua dijelaskan pada tulisan Roberta
(dkk).
Tidak ada satu niat burukpun, semua yang ada pada buku
ini pada akhirnya harus dimaknai baik. Bagi aktivis HMPRY, buku
ini merupakan upaya yang sesuai dengan identitasnya sebagai
akademisi dan intelektual dalam membantu Riau bangkit. Bagi
aktivis, akademisi, dan pihak manapun di Riau, buku ini dapat
menjadi semacam pelengkap referensi guna menambah energi
semangat

membantu

Riau

berubah

menjadi

baik.

Bagi

masyarakat luas, buku ini serupa kelas, tempat di mana
mendapatkan informasi dan pengetahuan baru dan penting
terkait Riau. Terakhir, bagi pemerintahan, barang kali buku ini
terasa agak pahit, tetapi, bukankah sebagian besar obat
penyembuh memang terasa agak pahit? Ketika pahit mulai
terasa, maka hendaklah segera alihkan ingatan bahwa esensi

xi

penulisan buku ini bukanlah rasa pahit itu, namun perbaikan
Riau ke depan.***

Ketika Lereng Merapi Mulai Dibasuh Hujan
Yogyakarta, Januari 2014

Tim Editor

xii

KATA PENGANTAR KETUA HMPRY

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang Maha dari
sekalian Maha. Berkat izin-Nya buku ini hadir ditengah-tengah
kita semua, setelah ide-ide pembuatan buku ini diperjuangkan
agak lama oleh para pejuang-pejuang Himpunan Mahasiswa
Pascasarjana Riau Yogyakarta (HMPRY).
Shalawat serta salam tak lupa kita hantarkan kepada
Baginda Besar Nabi Muhammad SAW, sebagai sebuah tauladan
bagi kita semua dalam berfikir keuniversalan dan partikular.
Pencerahan yang Beliau bawa memberikan efek domino sampai
ke Tanah Melayu, karena hampir dapat dikatakan bahwa melayu
identik dengan Islam. Buah Melayu berasal dari biji-biji Islam
yang Rasulullah SAW-lah sebagai cahaya dan motornya. Agaknya
ide tentang melayu telah tergariskan dalam suratan takdir
sebagai bagian dari Islam. Namun, walaupun melayu berasal dari
benih-benih ke-Islaman, sifat-sifat keuniversalan melayu dapat
menyentuh segala manusia, baik manusia yang terkotakkan
dalam wujud agama, ras, suku, bangsa dan lainnya.
Buku ini ditulis oleh Anggota Himpunan Mahasiswa
Pascasarjana Riau Yogyakarta (HMPRY) baik itu Anggota Aktif

xiii

maupun yang dulunya pernah menjadi Anggota dan Pengurus,
yang mengangkat judul-judul tentang Riau pada khususnya.
Semua tulisan adalah secercah harapan dari pemikir-pemikir
muda yang peduli akan negerinya, pemuda yang selalu gelisah
walaupun negerinya saat ini ditinggal pergi untuk memperoleh
ilmu yang lebih dalam lagi, semuanya hanya untuk negerinya,
untuk kemajuan negerinya.
Tentunya pembuatan buku ini bukanlah tanpa sebab dan
tanpa arang yang melintang. Ide pembuatan buku telah lama
didengung-dengungkan, namun melihat kesibukan dan aktivitas
SDM-nya yang padat, maka itu hanyalah menjadi sebuah ide
besar saja. Ide besar hanyalah menjadi sebuah ide di dalam
realitas ide itu sendiri. Ide besar harus mendapatkan
perwujudan menjadi aplikasi konkrit, peluang inilah yang coba
dibaca

oleh

kepengurusan

saat

ini,

yaitu

berusaha

mengkonkritkan ide besar itu sebagai sebuah eksistensi dari
keilmuan itu sendiri dan eksistensi dari organisasi ke-Riau-an.
Sumber daya manusia (SDM) sangat penting dalam
sebuah pergerakan keilmuan. Tentunya SDM mestilah dibangun,
dipupuk, dan disirami, agar menjadi SDM yang berkualitas.
Melihat Indeks Pembangunan Manusia (IPM), tahun 2013
Indonesia menempati urutan ke-121, yang naik 3 (tiga) tingkat
dari 124 pada tahun 2012.

xiv

Posisi Indonesia masih jauh di bawah Singapura yang
berada pada peringkat 18, Brunei pada peringkat 30, Malaysia
pada peringkat 64, dan Filiphina pada peringkat 114. Indonesia
berada di atas Vietnam yang berada pada peringkat 127,
Kamboja dan Laos pada peringkat 138, serta Myanmar pada
peringkat 149 (Lihat Kompas Tanggal 7 Januari 2014).
Hal ini menandakan masih banyak PR (Pekerjaan
Rumah) bangsa Indonesia, dan ini tidak hanya dibebankan oleh
Negara saja, melainkan mestilah ada derivasi ke tingkat Provinsi,
Kota atau Kabupaten se Indonesia. Bukan pula beban oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah saja, melainkan semua
stakeholder, yang termasuk di dalamnya adalah mahasiswa baik
itu sarjana, maupun pascasarjana.
Sekurang-kurangnya kehadiran buku ini dapat memberikan

ruang

bahwa

kami

(HMPRY)

peduli

terhadap

peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia.
Sekurang-kurangnya pula bahwa kami yang dipandang secara
regional mampu menunjukkan eksistensi kami, bahkan dengan
itu kami (HMPRY) juga memberikan kontribusi besar terhadap
eksistensi Negara ini.
Akhir kata, ucapan terima kasih yang kami ucapkan
terhadap kontribusi penulis dalam penulisan buku ini. Selain itu,
ucapan terima kasih pula kami hanturkan yang sebesar-besarnya

xv

kepada seluruh stakeholder yang ikut membantu dalam proses
pra pembuatan, pembuatan dan pasca pembuatan pada buku ini.

Yogyakarta, Februari 2014

Drs. Mulyadi. MA
Ketua HMPRY 2012-2014

xvi

KATA PENGANTAR GUBERNUR RIAU*

Dalam abad seperti sekarang ini, ketersediaan SDM yang baik
merupakan syarat penting berhasilnya sebuah pembangunan.
Berkaca pada negara-negara maju Asia, Jepang dan Korea Selatan
adalah dua negara yang tepat untuk dijadikan contoh. Kedua
negara ini sebetulnya tidak memiliki potensi alam yang besar
untuk dapat maju. Jepang memiliki lahan yang cenderung
terbatas, terpecah oleh banyak pulau, dan setengah abad lalu
luluh lantak di bom atom Amerika. Bahkan, Korea Selatan hingga
kini

masih berstatus

perang. Akan

tetapi, kekurangan-

kekurangan tersebut tertutupi oleh kualitas SDM yang sangat
baik. Dapat dikatakan, kedua negara ini merupakan kiblat
teknologi dunia. Kesejahteraan yang dirasakan oleh masyarakat
keduanya sangat besar.
Dalam konteks betapa pentingnya memiliki SDM
bermutu itu, saya sebagai Gubernur Riau menyambut baik upaya
putra-putra daerah yang tergabung di dalam Himpunan
Mahasiswa Pascasarjana Riau Yogyakarta (HMPRY) dalam
menyusun dan menerbitkan buku ini. Pertama, itu karena buku

xvii

ini mencerminkan bahwa kualitas SDM yang dimiliki Riau
sebetulnya sangat baik yang tercermin dari berbagai ide yang
diutarakan melalui tulisan. Hanya saja, selama ini Pemerintah
Riau belum maksimal mengelola SDM bermutu baik ini.
Kedua, buku ini adalah semacam tanggung jawab moral
HMPRY dalam membantu menyukseskan pembangunan di Riau.
Untuk dapat berhasil, pembangunan di Riau memang harus
melibatkan semua pihak, tanpa terkecuali, termasuk putra-putri
daerah yang sedang menempuh pendidikan di Yogyakarta.
Ketiga, buku ini dapat diibaratkan cermin yang
menggambarkan bagaimana pembangunan Riau yang sudah
berhasil dicapai hingga saat ini dari sudut pandang aktivis dan
akademisi. Tentunya, penilaian dan pandangan lain selain dari
Pemerintah Provinsi Riau penting untuk dijadikan bahan
perbandingan.
Keempat, bagi saya pribadi, Gubernur Riau yang baru
terpilih, tentunya buku ini memiliki manfaat tersendiri. Buku ini
menjadi salah satu sumber informasi dalam menerjemahkan visi
dan misi yang saya miliki ke dalam kebijakan. Informasi yang
semakin kaya akan mampu membuat kebijakan yang diambil
semakin berkualitas.
Akhir kata, saya sebagai Gubernur Riau bahagia atas
diterbitkannya buku ini. Ada harapan, semua penulis yang

xviii

terlibat terus konsisten mengirimkan pesan dan informasi
kepada Pemerintah Riau dan masyarakat luas. Untuk penerbitan
buku ini, saya ucapkan selamat!

Pekanbaru, Februari 2014

Anas Ma’mun
Gubernur Riau Periode 2014-2018

xix

xx

DAFTAR PUSTAKA

Kata Pengantar Editor
Kata Pengantar Ketua HMPRY
Kata Pengantar Gubernur Riau
Bagian I: PEMBANGUNAN–
Negara dan Globalisasi dalam Perspektif Fukuyama–
Nugroho Noto Susanto ……………………………………………………… 3

Pengintegrasian Sistem Pendidikan Demi Keberlanjutan
Pembangunan Sosial-Budaya Riau–
Abdurrahman ……...…………………………………………………………… 39

Menyoal Kembali Pendidikan Karakter–
Dedek Andrian …………………………………………………………………... 53

Bagian II: PEMUDA–
Membangun Kepemimpinan Pemuda Dengan Spirit
Nasionalisme–
Andree ……………………………………………………………………………… 71

Penguatan Karakter Pemuda: Antara Sorotan, Tantangan, dan
Harapan–
Hamdan Jamil …………………………………………………………………… 95

xxi

Peran Pemuda Dalam Mengatasi Permasalahan Hukum–
Hengki Firmanda. S …………………………………………………………… 119

Bagian III: BUDAYA–
Menjadi Manusia: Belajar Dari Raja Ali Haji–
Irwandra ………………………………………………………………………….. 137
Tinjauan Filsafat Bahasa Terhadap Buku Tunjuk Ajar Melayu –
Hamdan Jamil …………………………………………………………..………. 173

Kerjasama Pengelolaan Lumbung Padi/Rangkiang Masyarakat
Padang Kunik Pangean–
Yushadeni ………………………………..………………………………………. 205
Merancang Pariwisata Berbasis Komunitas–
Ahmad Nawawi …………………………………………..…………………… 217

Budaya, Perempuan, Dan Permasalahan Hukum-Politik Di Riau–
Nabella Puspa Rani ………………………………………………..…………. 227
Kekerasan Dalam Rumah Tangga: Menyoal Pemukulan Suami
Terhadap Istri–
Supriyadi …………………..……………………………………………………… 241

Bagian IV: LINGKUNGAN–
Memahami Sungai Siak dalam Perspektif Filosofis: Antara
Sumber Kehidupan Atau Sumber Bencana –
Hengki Firmanda. S ……………………………………………………..……. 257

xxii

Flood Warning System Vs Human Warning System: Bencana
Banjir, Buah Dari Kerusakan Hutan–
Roby Hambali ……………………..……………………………………………. 273

Bagian V: POLITIK DAN KEBIJAKAN–
Tantangan Pemekaran Daerah: Membangun Optimisme,
Merangkak Menuju Indragiri Hilir Selatan (Insel)–
Muhammad Yusuf …………………………………………………………..…. 293

Resource Curse: Kutukan Sumber Daya Alam Riau–
Yuli Isnadi dan Asmarawati Handoyo ……………………….……….. 323

Estimasi Permintaan Energi Listrik Penduduk Provinsi Riau:
Studi Kasus Pelanggan Rumah Tangga PLN Riau–
Indra Gunawan dan Faried Wijaya Mansoer ……………………… 345

Menakar Kebutuhan Listrik Inhil 2025–
Roberta Zulfhi Surya, Masykur H.Z, Kasmaruddin, Akbar Alfa,
Hikmatul Hasanah …………………………………………..………………... 369
PROFIL PENULIS–

xxiii