Analisis BEP Biaya Relevan

FE – “AKUNTANSI MANAJEMEN”

201
6

BAB III
TITIK PULANG POKOK & ANALISIS LANJUTAN
4.1 Analisis Pulang Pokok (Break Even Point Analysis)
Dalam bab sebelumnya telah dijelaskan tentang manfaat “direct costing method”. Salah
satunya adalah bisa digunakan untuk membuat perencanaan laba (profit planning). Bagi
manajemen perusahaan membuat perencanaan sebelum memulai operasi menjadi langkah yang
sangat penting. Manajemen perlu tahu berapa tingkat penjualan minimal yang harus dicapai
perusahaan agar perusahaan tetap memperoleh keuntungan. Berapa batas harga jual minimal
yang bisa ditolelir agar perusahaan tidak menderita kerugian.
Dalam bab 3 juga sudah disinggung serba sedikit tentang analisa pulang pokok, yaitu
suatu analisa yang memberi gambaran pada tingkat volume penjualan berapa unit keuntungan
sama dengan 0, tetapi juga tidak menderita kerugian. Dalam bab 4 (empat) ini akan dibahas
secara lebih mendalam tentang “analisa pulang pokok” tersebut.
Analisa break even point juga bisa dikatakan suatu keadaan dimana jumlah nilai
penjualan sama dengan jumlah biaya perusahaan. Pada dasarnya ada tiga cara untuk mengetahui
tingkat pulang pokok (break even point), yaitu:

(a) Metode persamaan biasa
(b) Metode kontribusi marjin
(c) Metode grafik.
(a) Metode Persamaan Biasa; break even point (BEP) bisa dicari dengan membuat persamaan,
dimana “laba” sama dengan 0 (nol), yaitu dengan formula
BEP = TOTAL BIAYA VARIABEL + TOTAL BIAYA TETAP
Contoh: seorang pengusaha akan menjual mainan anak-anak dalam acara pameran, dengan
harga jual Rp 2.500,-- per unit:, biaya variable pembuatan mainan tersebut adalah: Rp
1.500,-- per unit, sedangkan biaya tetap sebesar Rp 75.000,-- per hari, yaitu upah penjaga
stand di pameran. Berapa unitkah minimal mainan tersebut harus terjual dalam satu harinya.
Dengan menggunakan rumus persamaan tersebut diatas, BEP dalam satu hari bisa dicari
sebagai berikut: Umpama jumlah BEP unit adalah “X”, maka
2.500 X = 1.500 X + 75.000
2.500 X - 1.500 X = 75.000
1.000 X = 75.000
X
= 75.000 / 1.000 = 75 unit. Jadi BEP dalam satu hari adalah : 75 unit mainan harus
terjual.
Pembuktian: Nilai penjualan 75 unit x Rp 2.500,-= Rp 187.500,-Biaya variable: 75 unit x Rp 1.500,-- = Rp 112.500,-Rp 187.500,-Biaya tetap 1 hari
= Rp 75.000,-Laba

= Rp. 0 ,-By Karkono, SE. MM

Page 1

FE – “AKUNTANSI MANAJEMEN”

201
6

Apaabila perusahaan menghendaki adanya tingkat laba, maka formula persamaan tinggal
ditambahkan laba yang dikehendaki sebagai berikut:
Penjualan yang dikehendaki = TOTAL BIAYA VARIABEL + TOTAL BIAYA TETAP + LABA
Dengan demikian apabila pengusaha tadi menghendaki keuntungan dalam satu hari sebesar
Rp 50.000,-- maka dalam satu hari penjualan harus mencapai (umpama X unit), =:
2.500 X = 1.500 X + 75.000 + 50.000
2.500 X - 1.500 X = 125.000
1.000 X = 125.000
X = 125.000 : 1.000 = 125 unit.
(b) Metode kontribusi marjin (Contribution Margin Method); dalam bab tiga juga sudah
iejlaskan pengertian marjin kontribusi, yaitu kelebihan nilai jual terhadap variable cost yang

tersedia untuk menutup biaya tetap. Marjin kontribusi biasa juga disebut sebagai marginal
income. Dengan menggunakan contoh sebelumnya, marjin kontribusi bisa dihitung dengan
formula,
Harga jual - biaya variabel
BEP dalam volume penjualan = Jumlah Biaya Tetap / marjin kontribusi per unit. Sehingga
dengan menggunakan contoh yang sama, Junlah penjualan satu hari dalam tingkat BEP =
75.000 : (2.500 – 1.500) = 75 unit.
Tingkat penjualan yang dikehendaki bisa dihitung dengan formula:
(Biaya Tetap Total + Laba) : Marjin Kontribusi per unit
(c) Pendekatan dengan metode “grafik”; break even point juga bisa dicari dengan pendekatan
grafik. Langkah-langkah penyelesaiannya, dengan pendekatan grafik atas contoh kasus yang
lalu adalah dengan membuat tiga grafik, yaitu grafik biaya variable, grafik biaya tetap dan
grafik penjualan. Kemudian ketiga grafik tersebut digabungkan dalam sebuah grafik,
sebagaimana gambar berikut:
Rp (B Var.)

0

Rp (BT)


Unit

Grafik biaya variable,
sumbu Y adalah total
biaya variabel; sumbu X
adalah jumlah unit yang
terjual. Grafik varcost
By Karkono,
SE. MM secara
Page 2
akan bergerak
linier sesuai jumlah unit

Rp (Penj.)

0

Unit
Grafik Biaya Tetap,
berupa garis lurus

sejajar dengan sumbu
X (jmlh unit terjual).
Berapapun jml terjual
biaya tetap jumlahnya
sama.

0

Unit

Grafik Penjualan,
perilakunya sama
dengan grafik biaya
variable, garisnya
linier tergantung jml
unit yang terjual.

FE – “AKUNTANSI MANAJEMEN”

201

6

Langkah selanjutnya adalah menggabungkan ketiga grafik tersebut (grafik varcost; grafik fixed
cost dan grafik penjualan) dalam satu grafik sebagai berikut:
Rp (biaya/penjualan)

Penjuala
n

Biaya Total

x

Daerah

187.50
Daerah
rugi

x

7500

Biaya tetap Rp
75.000

0
75 unit

Anggaran (tingkat) penjualan dalam nilai (Rp) bisa dicari dengan rumus:
(Biaya tetap total + laba yang diinginkan)/ % marjin kontribusi per unit
Contoh:
Perusahaan mainan elektrik anak-anak “Sajidan”, memiliki kapasitas produksi terpasang 210.000
unit per tahun. Kapasitas normal 180.000 unit per tahun. Standar biaya variable per unit adalah
Rp 11.000,-- BOP tetap Rp 540.000.000,-- per tahun; biaya variable pemasaran Rp 3.000,-- per
unit, sedangkan biaya penjualan tetap adalah: Rp 252.000.000,-- per tahun. Harga jual adalah: Rp
20.000,-- per unit.
Dari data tersebut, Anda diminta untuk:
(a) Break even point dalam rupiah dan dalam unit.
(b) Berapa unit mainan harus terjual dalam setahun untuk mendapatkan keuntungan Rp 60
juta.

(c) Berapa unit harus terjual untuk mendapatkan laba bersih 10% dari penjualan.
Jawab:
(a) Harga jual/unit …………….. : Rp 20.000,-Biaya Var Prod:
Rp 11.000,-Biaya var. Penj :
Rp 3.000,-Total biaya variable: ……………. Rp 14.000,-Marjin kontribusi per unit =
Rp 6.000,-- atau 30% dari penjualan.
Jadi BEP dalam rupiah adalah: (540.000.000 + 252.000.000)/30% = Rp 2.640.000.000,-BEP dalam unit: (540.000.000 + 252.000.000)/6.000 = 132.000 unit

By Karkono, SE. MM

Page 3

FE – “AKUNTANSI MANAJEMEN”

201
6

(b) Untuk mendapatkan keuntungan Rp 60.000.000,-- dalam satu tahun, maka mainan yang
harus terjual adalah: (540.000.000 + 252.000.000 + 60.000.000)/6.000 = 142.000 unit
(c) Untuk mendapatkan laba bersih 10% dari penjualan, bisa dicari dengan persamaan,

dimana diumpamakan jumlah unit yang terjual = X, maka persamaannya adalah:
20.000 X = (11.000 X + 3.000 X + 540.000.000 + 252.000.000) + (10% x 20.000X)
20.000 X – 11.000 X – 3.000 X – 2.000 X = 792.000.000
4.000 X = 792.000.000
X = 792.000.000/4.000 = 198.000 unit.
4.2 Biaya Relevan Dalam Pengambilan Keputusan Jangka Pendek
Istilah relevan berhubungan dengan sesuatu hal. Suatu biaya disebut relevan artinya
adalah biaya yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pengambil keputusan.
Dalam konteks untuk pengambilan keputusan, “biaya relevan” adalah biaya yang layak
dipertimbangkan untuk memutuskan sesuatu. Sementara biaya yang tidak layak untuk
dipertimbangkan disebut “biaya tidak relevan”.
Cirri-ciri dari biaya relevan adalah:
 Jumlah biaya yang selalu berbeda untuk setiap alternative keputusan.
 Berhubungan dengan waktu yang akan datang (future cost).
Untuk lebih memahami tentang biaya relevan, coba perhatikan kasus berikut:
PT Segar adalah perusahaan air minum kemasan yang memiliki kapasitas terpasang
1.000.000 botol per tahun. Tahun 2011 menganggarkan produksi 800.000 botol.
Minuman botol tersebut dijual di pasar dengan harga Rp 1.500,--. Data biaya
produksi per botol dianggarkan sebagai berikut:


 bahan minuman
300
 botol
250
 upah langsung
200
 penyusutan *)
150
 gaji tetap *)
100
 hg pokok prod/ botol
1,000
*) berdasarkan tingkat produksi 1.000.000 (Biaya penyusutan 1 th: Rp 150.000.000,-- dan gaji
tetap Rp 100.000.000,-- per tahun.
Pada bulan Februari 2011 KONI cabang Banten sebagai tuan rumah PON memesan minuman
untuk penyelenggaraan event tersebut sebanyak 100.000 botol. Tetapi harga yang diminta adalah
Rp 900,--. Sebagai Manajer Akuntansi Saudara diminta membuat perhitungan apakah pesanan
dari KONI tersebut layak diterima atau ditolak!
Pada bab 3 sudah dijelaskan bahwa pesanan khusus akan diterima apabila memenuhi
criteria-kriteria sebagai berikut:

 kapasitas produksi masih tersedia.
 Harga pesanan lebih tinggi dari direct cost (masih ada marjin kontribusi).
 Pesanan tidak rutin sehingga tidak merusak harga umum.

By Karkono, SE. MM

Page 4

FE – “AKUNTANSI MANAJEMEN”

201
6

Dalam kaitan contoh kasus diatas, kita bisa melihat mana biaya relevan dan mana biaya yang
tidak relevan untuk mendukung keputusan yang akan diambil.
Dengan berpedoman kepada criteria yang dijelaskan sebelumnya, bahwa “biaya relevan” adalah
apabila:
 Jumlahnya selalu berbeda untuk setiap alternative keputusan.
 Berhubungan dengan waktu yang akan 5ltern (future cost).,
Dengan demikian semua jenis biaya produksi air minum kemasan tersebut perlu
diurai sebagai berikut:

No
1
2
3
4
5

Jenis Biaya
bahan minuman
botol
upah langsung
penyusutan
gaji tetap

Beda tiap
Alternatif
ya
ya
ya
tidak
tidak

Sudah Terjadi/
(future cost)
future cost
future cost
future cost
sudah terjadi
setiap waktu

Sifat biaya
relevan
relevan
relevan
tdk relevan
tdk relevan

Bahan minuman, botol dan upah langsung merupakan biaya relevan, karena jumlahnya berubahubah sesuai dengan alternative produksi yang akan dipilih, dan juga jenis biaya tersebut
merupakan future cost (belum terjadi). Sementara untuk biaya penyusutan dan gaji tetap
merupakan biaya yang tidak relevan untuk mengambil keputusan.
Kesimpulannya adalah bahwa untuk mengambil keputusan menerima atau menolak pesanan
tersebut hanya biaya relevan yang perlu diperhitungkan. Sehingga pesanan KONI tersebut
diterima atau tidak bisa dijelaskan sebagai berikut:





Kapasitas terpasang 1 juta botol, sementara baru terpakai 800 ribu botol, sehinga masih
tersedia sisa untuk produksi 200 ribu botol, sedangkan pesanan KONI hanya 100.000
botol kemungkinan masih bisa dipenuhi.
Harga pesanan Rp 900,-- sementara variable cost/botol hanya: Rp 750,-- (bahan + botol +
upah), sehingga masih ada kontribusi marjin: Rp 150,--/botol. Dengan demikian pesanan
tersebut masih memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Pesanan KONI tersebut hanya untuk event tertentu (hanya untuk event PON), sehingga
tidak akan merusak harga pasar existing (pasar yang sudah ada).
Tolong Saudara buat perhitungan konkritnya apakah pesanan tersebut memang layak bisa
diterima.

1.3 Latihan Kasus
1. Koperasi Mahasiswa Unsera mendapat tawaran untuk menyewa stand di Pusat Pembelanjaan
yang akan dibuka. Salah satu mahasiswa mempunyai ide untuk menjual kue donat yang akan
dijual dengan harga Rp 5.000,-- per buah. Biaya tetap selama satu tahun dianggarkan sebagai
berikut:
 Sewa stand per tahun :
Rp 5.500.000,- Gaji pengawas/tahun : Rp 17.600.000,- Biaya listrik
: Rp 2.100.000,-By Karkono, SE. MM

Page 5

FE – “AKUNTANSI MANAJEMEN”

201
6

 Biaya tetap lain
:
Rp 4.800.000,- Jumlah biaya tetap/th : Rp 30.000.000,- Biaya variable yang terdiri bahan kue: Rp 4.000,-- dan komisi penjualan : Rp 250,-Atas data tersebut Saudara diminta untuk:
(a) Mengitung break even point baik dalam unit (volume) maupun nilai rupiah.
(b) Bila terjual 35.000 kue, berapakah keuntungan (kerugian) yang dialami.
(c) Apabila komisi penjualan diganti dengan gaji tetap Rp 750.000,-- per bulan,
berapakah BEP yang baru dengan keputusan penghapusan komisi penjualan tersebut.
2. PT Segar adalah perusahaan air minum kemasan yang memiliki kapasitas
terpasang 1.000.000 botol per tahun. Tahun 2011 menganggarkan produksi
800.000 botol. Minuman botol tersebut dijual di pasar dengan harga Rp 1.500,--.
Data biaya produksi per botol dianggarkan sebagai berikut:

 bahan minuman
300
 botol
250
 upah langsung
200
 penyusutan *)
150
 gaji tetap *)
100
 hg pokok prod/ botol
1,000
*) berdasarkan tingkat produksi 1.000.000 (Biaya penyusutan 1 th: Rp 150.000.000,-- dan gaji
tetap Rp 100.000.000,-- per tahun.
Pada bulan Februari 2011 KONI cabang Banten sebagai tuan rumah PON memesan minuman
untuk penyelenggaraan event tersebut sebanyak 100.000 botol. Tetapi harga yang diminta adalah
Rp 900,--. Sebagai Manajer Akuntansi Saudara diminta membuat perhitungan apakah pesanan
dari KONI tersebut layak diterima atau ditolak!
3. PT SUBROTO, adalah perusahaan yang memproduksi T Shirt dengan merk
“Whisnu” yang memiliki fasilitas produksi dengan kapasitas 100.000 potong per
tahun. T Shirt “Whisnu” dijual dipasaran dengan harga Rp 20.000,-- per potong.
Sampai dengan saat ini kapasitas normal perusahaan baru mencapai 80.000
potong per tahun. Data biaya yang dibuat sebagai anggaran adalah sebagai
berikut:

No

KETERANGAN

1
2
3
4
5

Produksi
Bahan baku
Upah Langsung
BOP Variabel
BOP Tetap
Harga Pokok Prod
Biaya Opers Var
Biaya Opers Tetap

By Karkono, SE. MM

Page 6

TOTAL
80,000
400,000,000
240,000,000
160,000,000
200,000,000
1,000,000,000
80,000,000
100,000,000

TARIP
5,000
3,000
2,000
2,500
12,500
1,000
-

FE – “AKUNTANSI MANAJEMEN”

201
6

Sebuah perusahaan makanan “LEZAT”, mengajukan penawaran untuk pembuatan 15.000
potong kaos, dengan harga Rp 12.000,-- dengan tidak perlu dikemas secara khusus (dengan
demikian biaya operasi variable sebesar Rp 1.000,-- bisa dihilangkan). Tetapi perusahaan
makanan tersebut menginginkan sablon khusus dengan merk “Lezat”, sehingga diperlukan
tambahan biaya Rp 1.500,-- per potong.
Berdasarkan data tersebut, coba Saudara member pertimbangan kepada Manajemen PT
Subroto, apakah pesanan dari perusahaan makanan tersebut bisa diterima atau harus ditolak,
berdasarkan perhitungan ekonomisnya.
Sebagai tambahan informasi, harga pesanan tersebut tidak akan merusak pasaran karena
dengan sablon khusus “Enak” dan pesanan tersebut tidak kontinyu.
BAB V
ANALISIS BIAYA LAIN UNTUK
KEPUTUSAN JANGKA PENDEK (LANJUTAN)
1.1 Pilihan Keputusan Membeli Atau Membuat Sendiri (Make or Buy Decision)
Kadang-kadang manajemen perusahaan mendapatkan alternative membeli atau membuat
sendiri untuk mendapatkan suatu produk. Akuntan Manajemen harus bisa memberikan
alternative yang paling menguntungkan bagi perusahaan atas keputusan yang akan dipilih.
Contoh kasus:
Perusahaan buku tulis “RAPI”, membuat buku tulis bergaris isi 100 halaman (50
lembar). Mesin-mesin yang dipakai antara lain adalah: mesin potong, mesin
pemberi garis, dan mesin jilid. Mesin pemberi garis juga bisa digunakan untuk
membuat cover buku. Kapasitas mesin pemberi garis adalah 100.000 unit buku,
apabila digunakan secdara full untuk membuat buku. Tetapi saat ini kapasitas baru
digunakan 60% (60.000 unit buku) sementara sisanya 40.000 untuk mencetak
cover buku. Rincian biaya untuk mencetak cover (sampul) buku tersebut adalah
sebagai berikut:

Keterangan
Produk sampul
Bahan sampul
Upah Langsung
BOP Variabel
BOP Tetap *)
Jumlah :

Jumlah
40,000
2,000,000
1,600,000
2,400,000
2,000,000
8,200,000

Per Unit
50.00
40.00
60.00
50.00
200.00

Catatan: BOP tetap total sebesar: Rp 5.000.000,-- terdiri dari: penyusutan mesin, penyusutan
gedung dan assuransi kebakaran, yang dialokasikan secara proporsional antara produk buku garis
dengan sampul dengan perbandingan 60 : 40.
Kekurangan sampul yang 20.000 lembar dipesan dari percetakan luar, seharga Rp 175,00 per
lembar. Dengan adanya informasi biaya (perhitungan harga pokok produksi) tersebut, maka
Manajer Produksi akan memutuskan semua sampul untuk dipesan dari luar. (menurut manajer
tersebut harga pesan diluar lebih rendah Rp 25,00 per lembar).
By Karkono, SE. MM

Page 7

FE – “AKUNTANSI MANAJEMEN”

201
6

Marilah kita telaah lebih lanjut kasus tersebut. Perhitungan untuk pengadaan
60.000 lembar sampul selama ini adalah sebagai berikut:

Keterangan
Jumlah
Per Unit
Produk sampul
40,000
Bahan sampul
2,000,000
50.00
Upah Langsung
1,600,000
40.00
BOP Variabel
2,400,000
60.00
BOP Tetap
2,000,000
50.00
Jumlah :
8,000,000
200.00
Harga beli kekurangan
3,500,000
175.00
Total biaya + Pembelian *)
11,500,000
191.67
*) harga pokok per lembar jadinya adalah: (Rp 8.000.000 + Rp 3.500.000) : 60.000 lembar.
Sementara perbandingan alternative apakah mau membeli semua atau tetap dalam
kondisi seperti saat ini (existing) adalah sebagai berikut:

Keterangan
kebutuhan sampul
Bahan sampul
Upah Langsung
BOP Variabel
BOP Tetap
Harga beli kekurangan
Total biaya

saat ini
60,000
2,000,000
1,600,000
2,400,000
2,000,000
3,500,000
11,500,000

membeli semua
60,000
2,000,000.00
10,500,000.00
12,500,000

selisih
0
(2,000,000.00)
(1,600,000.00)
(2,400,000.00)
7,000,000.00
1,000,000.00

Dari table tersebut terlihat bahwa ternyata dengan memfaatkan fasilitas produksi sendiri masih
bisa menghemat Rp 1.000.000,--. Selisih tersebut merupakan biaya tetap, sehingga walaupun
perusahaan memesan produk dari luar (membeli) biaya tersebut tetap harus ditanggung. Dari
konsep biaya relevan, maka yang termasuk biaya relevan adalah : bahan baku, upah langsung
dan BOP variable, serta biaya pembelian. Sementara BOP tetap, merupakan biaya yang tidak
relevan untuk pengambilan keputusan, karena biaya penyusutan dan biaya assuransi adalah biaya
yang dibebankan karena periode waktu. Kedua jenis biaya tersebut adalah biaya yang sudah
terjadi dimasa lalu, sehingga apapun keputusan manajemen terhadap pilihan produksi atau pesan
keluar tidak akan berpengaruh terhadap biaya tersebut.
1.2 Konsep Biaya Kesempatan (Oportunity Cost)
“Biaya kesempatan” atau “opportunity cost”, adalah suatu konsep yang diartikan sebagai
beban yang harus dipertimbangkan untuk mengambil keputusan dari beberapa alternative, atau
sebagai pendapatan yang tidak jadi diperoleh karena suatu keputusan yang sudah diambil.
Biaya kesempatan bukan merupakan biaya seperti layaknya pengeluaran aktiva untuk
tujuan, seperti halnya pengeluaran kas untuk membiayai sesuatu. Biaya kesempatan juga bukan
merupakan biaya masa lalu (“sunk cost”) seperti halnya biaya penyusutan. Biaya kesempatan
hanya digunakan untuk kepentingan pengambilan keputusan khusus.
Contoh kasus 1:
By Karkono, SE. MM

Page 8

FE – “AKUNTANSI MANAJEMEN”

201
6

Seorang akuntan, bekerja pada kantor akuntan public (KAP), yang menerima gaji sebesar Rp
10.0000.000,00 per bulan. Karena merasa bahwa dia telah memiliki relasi yang cukup luas, maka
Akuntan tersebut ingin berhenti bekerja dan ingin mendirikan Kantor Akuntan sendiri yang akan
dikelola bersama-sama temannya. Dengan membuka kantor sendiri, dia yakin bahwa dalam satu
bulan akan bisa menghasilkan jasa pemeriksaan minimal Rp 50.000.000,-- sementara biaya
operasional satu bulan: Rp 35.000.000,-- (sewa kantor, listrik, telepon ATK dan gaji pegawai).
Sisa penghasilan bersih sebesar Rp 15.000.000,-- menjadi penghasilan Akuntan sebagai pemilik.
Pemecahan kasus tersebut adalah sebagai berikut:
 Pendapatan kantor akuntan (usaha sendiri):
Rp 50.000.000,- Biaya Operasi ……………: Rp 35.000.000,- Biaya kesempatan (gaji)…. Rp 10.000.000,- Total biaya relevan:
Rp 45.000.000,- Laba (rugi) relevan (sbg bahan pertimbangan): Rp 5.000.000,-Dengan membuka kantor sendiri ternyata akuntan tersebut mendapatkan keuntungan relevan
sebesar Rp 5.000.000,--, maka keputusan untuk keluar bekerja dengan membuka kantor sendiri
ternyata lebih menguntungkan.
Contoh kasus 2:
Tuan Whisnu memiliki ruko yang disewakan kepada orang lain untuk toko roti, dengan
pendapatan sewa Rp 800.000,-- per bulan. Setelah berjalan satu tahun, Tn Whisnu memiliki ide
untuk mengelola sendiri ruko tersebut, dengan alternative untuk “video rental” atau toko buku .
Taksiran penerimaan dan pengeluaran kas adalah sebagai berikut:

KETERANGAN
Pendapatan/bulan
Biaya Operasi
Biaya Kesempatan
Jumlah biaya relevan
Laba bersih (relevan):

toko buku
vidio rental
14,000,000.00
7,500,000.00
(10,000,000.00)
(5,000,000.00)
(800,000.00)
(800,000.00)
(10,800,000.00)
(5,800,000.00)
3,200,000.00
1,700,000.00

Dari contoh tersebut terlihat, bahwa dari ketiga alternative: disewakan, mengelola toko buku dan
mengelola video rental, ternyata usaha toko bku memberikan laba bersih relevan paling tinggi,
yaitu: Rp 3.200.000,-- (disewakan hanya Rp 800.000,-- sementara video rental Rp 1.700.000,--)
5.3 Latihan
1. PT Kartikasari, memiliki pabrik tenun yang memproduksi kain mori dengan kapasitas normal
adalah 1.000.000 meter. Perusahaan bisa memilih alternative sebagai berikut:
 Menjual seluruh produk mori dengan harga Rp 3.500,-- per meter.
 Menjual 80% mori kasar dan sisanya 20% diproses lebih lanjut menjadi mori halus
dengan harga dua kali lipat (Rp 7.000,-- per meter. Untuk proses menjadi mori halus
diperlukan tambahan biaya Rp 1.500,-- per meter. Dalam proses lanjutan 75%
menjadi mori halus, 15% tetap menjadi mori kasar dan sisanya 10% rusak dan tidak
bisa dijual sama sekali.
By Karkono, SE. MM

Page 9

FE – “AKUNTANSI MANAJEMEN”



201
6

Alternative manakah yang paling menguntungkan bagi PT Kartikasari, apakah tetap
menjual seluruhnya sebagai mori kasar, atau menjual 80% dan sisanya diproses lebih
lanjut menjadi mori halus.

2. PT Sajidan memiliki fasilitas produksi yang bisa membuat dua jenis produk, yaitu
“Produk A” dan Produk B”/ Data dari kedua jenis produk tersebut adalah sebagai
berikut:

KETERANGAN
Produk A
Produk B
Harga jual/unit
500
400
Biaya Var./unit
250
300
Marjin Kontribusi/unit
250
100
*) Kapasitas jam operasi
400,000
400,000
waktu proses/unit (jam)
20
4
*) jam operasi tidak bisa bersamaan.
PT Sajidan hanya bisa memilih jenis produk “A” atau “B”, untuk itu tentukan alternative
mana dari kedua produk tersebut yang bisa memberikan keuntungan maksimal.
3. PT Whisnu Murti memiliki tiga cabang, yang berlokasi di kota-kota: Tangerang, Cilegon dan
Serang. Sebagai bahan evaluasi kinerja ketiga cabang tersebut selama tahun 2010,
Departemen Akuntansi Keuangan telah mengeluarkan laporan tahunan sebagai berikut:
KETERANGAN
CILEGON
SERANG
TANGERANG
Penjualan
300,000
200,000
400,000
Biaya Langsung:
Harga Pokok Penj.
(180,000)
(114,000)
(265,000)
Gaji Bag. Penjualan
(34,000)
(26,000)
(38,000)
Biaya Administrasi
(400)
(300)
(450)
Suplies
(1,100)
(900)
(1,200)
Biaya Pengiriman
(5,000)
(3,800)
(6,200)
Sewa Kantor Cabang
(20,000)
(19,200)
(22,500)
Kontribusi laba:
59,500
35,800
66,650
Biaya alokasi:
Advertensi bersama
(12,000)
(8,000)
(16,000)
Administrasi Pusat
(32,000)
(32,000)
(32,000)
Kontribusi Bersih:
15,500
(4,200)
18,650
Catatan: Angka-angka tersebut dalam ribuan rupiah (x Rp).
Pimpinan perusahaan memerintahkan kepada Manajer Akuntansi untuk membuat evaluasi
apakah selayaknya cabang di Serang ditutup atau diteruskan usahanya.

By Karkono, SE. MM

Page 10