Pertumbuhan Indigofera zollingeriana Melalui Pemupukan Sluri Gas Bio yang Diperkaya Urin Kambing Fermentasi

(1)

LAMPIRAN I

Tabel 5. Analisis Ragam Berat Segar Indigofera zollingeriana Sumber

keragaman

DB JK KT F

Hitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan

5 3259836,208 651967,242 3,09* 2,77 4,25

Galat 18 3795015,750 210834,208

Total 23 7054851,958

Keterangan : “ *’’ merupakan tanda F hitung memiliki nilai lebih besar dari nilai F table 5%, artinya berbeda nyata.

Tabel 6. Analisis Ragam Bahan Kering Indigofera zollingeriana Sumber

keragaman

DB JK KT F

Hitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan

5 7,07180000 1,41436000 18,72** 2,77 4,25 Galat 18 1,35960000 0,07553333

Total 23 8,43140000

Keterangan : “ **’’ merupakan tanda F hitung memiliki nilai lebih besar dari nilai F table 1%, artinya berbeda sangat nyata.


(2)

LAMPIRAN II

Data Berat Segar Indigofera zollingeriana

The SAS System 16:01 Thursday, November 13, 2015 The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 5 3259836.208 651967.242 3.09 0.0346

Error 18 3795015.750 210834.208 Corrected Total 23 7054851.958

Duncan Grouping Mean N perlakuan

A 1765.0 4 R5 A

B A 1524.0 4 R3 B A

B A C 1091.5 4 R0 B C

B C 973.0 4 R2 B C

B C 953.0 4 R4 C


(3)

Data Bahan Kering Indigofera zollingeriana

The SAS System 13:45 Thursday, November 20, 2015 The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 5 7.07180000 1.41436000 18.72 <.0001

Error 18 1.35960000 0.07553333 Corrected Total 23 8.43140000

Duncan Grouping Mean N perlakuan A 18.6500 4 R1

B 17.7900 4 R5 B

B 17.6900 4 R4 B

C B 17.3900 4 R2 C

C D 17.2400 4 R3 D


(4)

LAMPIRAN III


(5)

(6)

DAFTAR PUSTAKA

AAK., 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja, dan Perah. Kanisius, Yogyakarta

AAK. 1992. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Yogyakarta Adams, C.A.2000. Enzim Komponen Penting Dalam Pakan Bebas Antibiotika.

Feed Mix Special.

Akbarillah TD, Kususiyah, Hidayat. 2010. Pengaruh Penggunaan Daun Indigofera Segar Sebagai Suplemen Pakan Terhadap Produksi Dan Warna Yolk Itik. Sains Peternakan Indonesia. 5:27-33.

Apdini TAP. 2011. Pemanfaatan Pellet Indigofera sp. Pada Kambing Perah Peranakan Etawah dan Saanen di Peternakan Bangun Karso Farm [Thesis]. [Bogor (Indonesia)]: Institut Pertanian Bogor.

Ayub, S. P. 2004. Organik Cair. Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia. Jakarta. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Kupang. 2013. Indigofera Sp. Hijauan

Bernutrisi Tinggi Untuk Ternak Kambing.

Dudung. 2013. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. ITB Press. Bandung

Hardjo, S.S., N.S. Indrasti, B. Tajuddin. 1989. Biokonveksi: Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB

Hasan, S. 2012. Hijauan Pakan Ternak. IPB Press, Bogor

Hassen A, Rethman NFG, Apostolides Z. 2006. Morphological and Agronomic Characterization of Indigofera species Using Multivariate Analysis. Trop Grassl. 40:45-59.

Hassen A, Rethman NFG, Van Niekerk WA, Tjelele TJ. 2007.Influence of season/year and species on chemical compositionand in vitro digestibilityof five Indigofera accession.J Animal Feed Science and Technology. 136: 312–322.

Haude. 1997. Indigofera Zollingeriana : Sebuah Pakan Menjanjikan dan Semak Legum Tanaman Indonesia

Herdiawan. 2013. Pertumbuhan Tanaman Pakan Ternak Legum Pohon Indigifera zolliengeriana Pada Berbagai Taraf Perlakuan Cekaman Kekeringan. Balai Penelitian Ternak Bogor


(7)

Herdiawan, I. Dan Krisnan R. 2014. Produktivitas dan Pemanfaatan Tanaman Leguminosa Pohon Indigofera zollingeriana pada Lahan Kering. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Hessami, Mir- Akbar, Sky Christensen and Rober Gani. 1996. Anaerobic Digestion on Household Organic Waste To Produce Gas Bio. Department of Mechanical Engineering, Monash University, Clayton, Victoria 3168, Australia.

Huda, K. M. 2013. Pembuatan pupuk organik cair dari urin sapi dengan aditif tetes tebu (Molases) metode fermentasi. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang

Ifradi., Peto, M. dan Elsifitriana. 2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Dan Mulsa Jerami Padi Terhadap Produksi Dan Nilai Gizi Rumput Raja (Pennisetum purpuphoides) Pada Tanah Podzolik Merah Kuning. Peternakan dan Lingkungan, Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang. 10: 31 – 40.

Lazcano, C., Gomez Brandon, M., Dominguez, J. 2008. Comparison of The Effectiveness of Composting for The Biological Stabilization of Cattle Manure. Chemosphere 72.

Lingga, P. 1989. Petunjuk Penggunaan Pupuk. CV. Yasaguna, Jakarta

Lingga. 1991. Nutrisi Organik dari Hasil Fermentasi. Yogyakarta: Pupuk Buatan Mengandung Nutrisi Tinggi

Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi. 2012. Kajian Kandungan Urin Ternak. Sulawesi

Loka Kambing Potong. 2015. Menyibak Pakan Murah di Loka Kambing Potong Sungai Putih, Sumatera Utara

Moenandir, J. 2004. Prinsip – prinsip Utama Cara Menyukseskan Produksi Pertanian. Bayumedia Publishing. Malang, Jawa Tengah

Munif. 2012. Pemanfaatan Urin Kambing Menjadi Pupuk Organik Cair. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Musnamar. 2005. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Yogyakarta

Ngo van Man, Nguyen van Hao, Vuong minh Tri. 1995. Biomass production of some leguminous shrubs and trees in Vietnam. Livesock Res Rural Dev. 7:1-5.


(8)

Risnandar. 2014. Cara Membuat Pupuk Organik Cair.

Rosmarkam, A dan Yuwono, N.A., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius

Sarief, S. 1986. Kesuburan Tanah dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.

Sembiring, I., Jacob, M dan Sitinjak, R., 2006. Pemanfaatan Hasil Sampingan Perkebunan Dalam Konsentrat Terhadap Persentase Bobot Non- Karkas dan Income Feed Cost Kambing Kacang Selama Penggemukan. Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol. 2, No. 2 Agustus.

Simanihuruk, K dan J. Sirait. 2009. Pemanfaatan Leguminosa Pohon Indigofera sp. Sebagai Pakan Basal Kambing Boerka Fase Pertumbuhan. Loka Penelitian Kambing Potong, Po Box 1, Sei Putih Galang 20585, Sumatera Utara

Sirait J, Simanihuruk K, Hutasoit R. 2009. The potency of Indigofera sp. as goat feed: production, nutritive value and palatability. In: Proceeding of International Seminar on Forage Based Feed Resources. Bandung, 3-7 Agustus 2009. Taipei (Taiwan): Food and Fertilizer Technology Centre (FFTC) ASPAC, Livestock Research Centre-COA, ROC and IRIAP. p. 4-7.

Sosrosoedirdjo,s., Rifai B dan Prawira I., 1990. Ilmu Memupuk. Yasaguna, Jakarta. 71 hal.

Sutedjo, M. M dan Kartasapoetra, S.R.T.G. 1995. Tumbuhan dan Organ – organ Pertumbuhannya. Bina Aksara. Jakarta

Suzuki, K, Takesi, W and Volum. 2001. “Concentration and Critalization of Phosphate, Ammonium, and Mineral in the Effluent of Biogas Digesters in the Mekong Delta. Jerean and Contho University Vietnam. Vietnam. Tjelele TJ. 2006. Dry Matter Production, Intake and Nutritivevalue of Certain

Indigofera species. Dissertation. Universityof Pretoria.

Yurnaldi. 2006. Revolusi Pertanian Hijau di Sumbar. Kompas, 13 Februari 2006. Yuhaeni. 1989. Adaptasi Beberapa Jenis Leguminosa Sebagai Hijauan Pakan Di

Daerah Ciawi Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Deptan.

Widodo, Takesi W dan Volum. 2007. Konsentrasi Posfat, Amonium dan Mineral Hasil Fermentasi Biogas. Vietnam University


(9)

Wijaya, K.A. 2008. Nutrisi Tanaman sebagai Penentu Kualitas Hasil dan Resistensi Alami pada Tanaman. Jakarta: Prestasi Pustaka


(10)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Lahan Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih Sumatera Utara. Penelitian ini berlangsung selama 6 bulan dengan persiapan lahan 2 minggu dan telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Agustus 2015.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Bahan yang digunakan yaitu bibit leguminosa Indigofera zollingeriana yang berumur 2 bulan. Pupuk sluri gas bio dan urin kambing fermentasi sebagai perlakuan pupuk organik cair pada tanaman.

Alat

Alat yang digunakan adalah gembor untuk menyiram tanaman, penyaring untuk memisahkan bagian padat dan cair dari sluri, timbangan untuk menimbang berat basah dan berat kering legum, oven untuk mengeringkan hijauan, alat ukut untuk mengukur tinggi tanaman, gergaji untuk memotong legum, cangkul untuk membersihkan lahan dan membajak, alat tulis untuk mencatat data penelitian dan amplop sebagai tempat hijauan pada saat pemanenan selama penelitian.


(11)

MetodePenelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan petak terbagi (split plot design) dengan menggunakan dua faktor yaitu:

I. Faktor pertama yang dijadikan sebagai petak utama (main plot) adalah sumber pupuk.

P1 = Pupuk menggunakan kompos cair dari sluri

P2 = Pupuk menggunakan kompos cair dari sluri yang diperkaya fermentasi urin kambing

II.Faktor kedua sebagai anak petak (sub plot) yaitu dosis pemupukan yang berbeda setiap perlakuan antara lain :

R0 = pemberian pupuk dengan dosis 75 mL / plot (0,75 ton/ha)

R1 = pemberian pupuk dengan dosis 150 mL / plot (1,5 ton/ha)

R2 = pemberian pupuk dengan dosis 225 mL / plot (2,25 ton/ha)

Banyakulanganmenurutrumus : t (n – 1) ≥ 15

2.3 (n – 1) ≥ 15 6n – 6 ≥ 15 6n ≥21 n = 4

Dimana setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Maka kombinasi setiap perlakuan adalah:

P1 P2

R0U1 R1U3 R2U1 R2U1 R1U3 R0U1

R2U4R0U2 R1U2 R1U2 R0U2 R2U4

R2U3 R1U1 R0U3 R0U3 R1U1 R2U3


(12)

Model linear yang digunakan adalah rancangan petak terbagi (split plot design) dengan model rancangan sebagai berikut:

Y

i j k

=

μ

+

α

i

+

β

j

+ (

αβ

)

i j

+

δ

i k

+

ε

i j k Keterangan :

Y i j k = nilai pengamatan pada taraf ke-i faktor A, taraf ke-j faktor B, dan pada

Kelompok ke-k

µ

= nilai tengah umum

αi = pengaruh taraf ke-i dari faktor A

βj = pengaruh taraf ke-j dari faktor B

(αβ)i j = pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dengan taraf ke-j faktor B

δi k = pengaruh acak untuk petak utama

ε i j k = pengaruh acak untuk anak petak

Pelaksanaan Penelitian

1. Pembuatan Fermentasi Sluri dan Urin

Pembuatan fermentasi sluri dengan urin menggunakan bahan sluri sebanyak 1 liter, urin kambing 100 ml, air dan larutan molases. Sedangkan alat yang digunakan adalah jerigen sebagai tempat fermentasi.

Dimasukkan sluri sebanyak 1 liter ke dalam jerigen

Dimasukkan urin kambing sebanyak 100 ml

Dimasukkan molases sebanyak 100 ml

Diaduk secara merata

Ditutup dengan plastik dan dibiarkan selama 14 hari


(13)

1. PersiapanLahan

Persiapan lahan diawali dengan pembersihan lahan penelitian dari sisa tanaman sebelumnya dan gulma - gulma yang terdapat disekitar lahan penelitian. Kemudian dilakukan pembajakan lahan agar tanah menjadi gembur. Lalu, bagi lahan menjadi petak – petak kecil sebanyak 24 plot yang setiap plotnya berukuran 1 kali 1 meter.

2. Pemupukan

Setelah lahan gembur dan bersih dari gulma, maka dilakukan pemupukan dasar (perbandingan 1:1) dengan pemberian pupuk kompos padat dan pupuk cair dari sluri pada setiap plot kemudian didiamkan selama satu minggu. Selanjutnya penanaman dan pengulangan pemupukan selama 4 minggu sekali sampai minggu kedua puluh empat. Adapun alasan pemberian level dosis yang berbeda di setiap perlakuan adalah untuk mengetahui apakah dengan peningkatan penggunaan dosis 75 ml, 150 ml, dan 225 ml pupuk sluri diperkaya urin kambing fermentasi dapat memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian pupuk sluri dengan level dosis yang sama.

3. Penanaman

Bibit legum Indigofera zollingeriana ditanam di lahan yang sudah diolah dan dipupuk. Penanaman legum dilakukan dengan cara membuka plastik polybag dan memasukkan bibit ke dalam lobang yang sudah dicangkul dengan kedalaman 10 – 15 cm dengan jarak tanam 1m x 1m.


(14)

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi 1) penyiraman; penyiraman dilakukan setiap hari dua kali yaitu pada pagi dan sore atau sesuai kebutuhan. Jika musim hujan tidak perlu untuk penyiraman 2) Penyiangan; penyiangan dilakukan terhadap gulma - gulma liar yang ada di dalam dan sekitar petak penelitian dan dilakukan secara manual.

5. Panen (Pemotongan atau Defoliasi)

Trimming untuk keseluruhan legum dilakukan pada saat tanaman berumur 4 minggu setelah penanaman dengan menggunakan gergaji dengan tinggi pemotongan 30 cm dari permukaan tanah, dengan maksud menyeragamkan pertumbuhan. Interval pemotongan 60 hari. Tinggi pemotongan panen 1 m dari permukaan tanah.

Parameter Penelitian 1. Produksi Bahan Segar

Produksi bahan segar dihitung pada saat defoliasi. Berat segar Indigofera zollingeriana diperoleh dari hasil penimbangan daun dan batang per plot tanaman. Daun dan batang di potong per plot dan diikat rapi, kemudian ditimbang , dan hasil penimbangan dirata - ratakan , lalu dikonversikan dalam satuan ton/ha.

2. Produksi BahanKering

Produksi Bahan kering diperoleh dari produksi bahan segar legume setelah dilakukan penimbangan. Dari hasil penimbangan diambil sampel sebanyak 200 gram. Sebelum penimbangan terlebih dahulu dijemur dan dianginkan, selanjutnya sampel tersebut di oven pada suhu 105 0C selama 8 jam,


(15)

kemudian ditimbang berat kering rumput tersebut. Produksi berat segar dikonversikan ke dalam berat kering untuk mengetahui produksi berat kering. Untuk menentukan persentase bahan kering dapat digunakan rumus :

%BK = Berat setelah pengeringan Berat segar

x 100 %

Analisis Data

Data produksi bahan segar dan bahan kering, dianalisis dengan ANOVA menurut rancangan acak lengkap pola faktorial. Perlakuan yang menunjukkan signifikansi pada uji F selanjutnya diuji lanjut dengan Uji Duncan.


(16)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian diperoleh dari produksi berat segar dan bahan kering. Produksi berat segar hasil panen ditunjukkan pada Tabel 1.

Produksi Berat Segar

Tabel 1. Produksi Bahan Segar Indigofera zollingeriana ( Kg ) Pupuk Sluri

U1 U2 U3 U4 Rata2

R0 1,665 1,190 0,797 0,714 1,0097a

R1 0,405 0,585 0,892 0,823 0,6762ba

R2 1,278 0,615 1,119 0,880 0,8899bac

Pupuk Sluri Diperkaya Dengan Urin Kambing Fermentasi

R0 2,328 0,835 1, 974 0,959 1,4047bc

R1 1,270 0,820 0,449 1,273 0,9529bc

R2 2,012 1,279 2,322 1,447 1,765c

Produksi bahan segar /pohon pada penelitian yng tertinggi yaitu melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya dengan urin kambing fermentasi dengan dosis 225 ml/pohon menghasilkan 1,765 kg lebih rendah dibandingkan dengan produksi Indigofera yang ditanam di Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih yaitu produksi bahan segar per pohon adalah 2,595 kg (Loka Penelitian Kambing Potong, 2015). Pemupukan standar di Loka Kambing dilakukan dengan pupuk kimia dimana cara kerja pupuk kimia berbeda dengan pupuk organik sebagaimana yang dilakukan pada penelitian ini. Oleh (Newsroom, 2007) dikatakan bahwa pemupukan dengan pupuk organik bekerja lambat namun pupuk organik memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Produksi tanaman yang


(17)

dipupuk dengan pupuk organik tidak akan optimal di awal namun sejalan dengan terjadinya perbaikan pada sifat fisik dan biologi tanah maka akan terjadi perbaikan sifat kimia tanah sehingga unsur-unsur hara yang terdapat di tanah dimana sebelumnya belum dapat dimanfaatkan oleh akar tanaman menjadi tersedia sehingga produksi tanaman akan meningkat lebih baik dari pada pemupukan dengan pupuk kimia.

Pada penelitian ini, hasil pemupukan dengan sluri yang diperkaya dengan urin kambing fermentasi menunjukkan perbedaan yang sangat siknifikan dibanding dengan pemupukan memakai sluri. Meskipun demikian, dosis yang dipakai pada penelitian ini yaitu 2,25 ton/ha jauh dari dosis yang dipakai pada penelitian Purbajanti (2013) misalnya, yaitu 20 ton/ha sehingga hasil produksi bahan segar masih jauh di bawah produksi bahan segar yang dilakukan di Loka Penelitian Kambing Sei Putih.


(18)

Produksi Bahan Kering

Produksi bahan kering hasil panen ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi Bahan Kering Indigofera zollingeriana (%) PUPUK SLURI

U1 U2 U3 U4 Rata2

R0 17,20 16,95 16,79 16,78 16,93a

R1 18,42 18,75 18,88 18,55 18,65b

R2 17,22 17,05 17,56 17,73 17,14b

PUPUK SLURI DIPERKAYA URIN KAMBING FERMENTASI

U1 U2 U3 U4 Rata2

R0 17,50 16,80 17,61 17,05 17,24bc

R1 17,80 17,23 17,78 17,95 17,69cd

R2 17,89 17,62 17,66 17,99 17,79d

Bahan kering dari tanaman terdiri atas bahan organik yaitu selisih antara bahan kering dan mineral. Hasil penelitian Purbayanti (2013) bahwa unsur hara yang terdapat pada pupuk berfungsi meningkatkan pertumbuhan daun dan batang sekaligus meningkatkan hasil bahan kering. Hasil penelitian Purbayanti sejalan dengan penelitian ini dimana pemupukan dengan sluri yang diperkaya urin kambing fermentasi menghasilkan bahan kering yang lebih baik. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh intensitas cahaya, iklim, temperatur, kesuburan tanah, jenis tanaman, bagian tanaman, tahapan pertumbuhan , dan stress air. kandungan bahan kering hijauan dipengaruhi oleh kesuburan tanah karena dosis yang berbeda – beda.

Lingga (1989) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah kesuburan tanah. Untuk mempertahankan kesuburan tanah dapat diusahakan pemupukan. Salah satu pupuk yang sangat dibutuhkan tanaman adalah pupuk nitrogen. Pupuk nitrogen pada penelitian didapat dengan pemupukan menggunakan sluri


(19)

dimana menurut Sosrosoedirdjo (1990) dalam Ifradi et al. (2003) bahwa N dalam pupuk kandang cair mudah diabsorbsi oleh tanaman, sedangkan N dalam pupuk kandang padat hanya sebagian kecil yang dapat diabsorbsi karena pada pupuk padat, N harus mengalami berbagai perubahan terlebih dahulu. Pada perubahan-perubahan yang dilakukan oleh berbagai bakteri biasanya terjadi kehilangan N diantaranya digunakan untuk hidup bakteri dan ada juga yang menguap. Meningkatnya kandungan N dalam pemupukan dapat meningkatkan berat bahan kering karena kandungan nitrogen dapat meningkatkan berat bahan kering daun. Peningkatan ini diduga karena dengan pemberian nitrogen dapat meningkatkan kandungan unsur hara nitrogen di dalam tanah. Hal ini memungkinkan tanaman juga lebih banyak menyerap nitrogen, yang merupakan komponen di dalam pembentukan klorofil. Sehingga memperlancar proses fotosintesis. Keadaan ini yang menyebabkan terjadinya peningkatan berat bahan kering daun. Nitrogen merupakan komponen pembentukan klorofil dan penyusun asam amino atau senyawa organik lainnya.


(20)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi berpengaruh nyata meningkatkan produksi berat segar dan bahan kering Legum Indigofera zollingeriana, sehingga layak untuk diproduksi dan digunakan guna memaksimalkan produksi hijauan untuk memenuhi kebutuhan pakan hijauan ternak.

Saran

Pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi akan lebih maksimal jika dosisnya ditingkatkan untuk pemupukan tanaman tersebut.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Sluri Gas bio

Pemanfaatan limbah peternakan antara lain dengan mengolah limbah menjadi gas bio yang merupakan campuran gas metana (CH4), karbon dioksida

(CO2) dan gas lainnya yang didapat dari hasil penguraian bahan organik seperti

kotoran ternak, manusia, dan tumbuhan oleh bakteri metanogenik. Untuk menghasilkan gas bio, bahan organik yang dibutuhkan ditampung dalam biodigester. Proses penguraian bahan organik terjadi secara anaerob. Dari reaktor gas bio dihasilkan limbah cair yang mengandung nitrogen dan senyawa organik lain yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk yang disebut sluri gas bio

( Lingga, 1991)

Sluri gas bio adalah sisa hasil pengolahan kotoran ternak pada gas bio yang telah hilang gasnya. Bahan dari sisa proses pembuatan gas bio bentuknya berupa cairan kental (sluri) yang telah mengalami fermentasi anaerob sehingga dapat dijadikan pupuk organik dan secara langsung digunakan untuk memupuk tanaman. Sluri sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman (Hessami et al.,1996).

Pemanfaatan sluri sebagai pupuk dapat memberikan keuntungan yang hampir sama dengan penggunaan kompos. Ayub (2004) menyatakan bahwa kualitas sluri sisa proses pembuatan gas bio lebih baik daripada kotoran ternak yang langsung dari kandang. Hal ini disebabkan proses fermentasi di dalam biodigester terjadi perombakan anaerobik bahan organik menjadi gas bio dan asam organik yang mempunyai berat molekul rendah sepeti asam asetat, asam butirat dan asam laktat. Peningkatan asam organik akan meningkatkan konsentrasi


(22)

unsur N, P dan K. Dengan keadaan seperti ini, sluri gas bio sudah menjadi pupuk organik cair.

Sluri dapat ditingkatkan nilai ekonomisnya dengan diolah menjadi pupuk organik cair. Menurut Oman (2003), sluri yang berasal dari gas bio sangat baik untuk dijadikan pupuk karena mengandung berbagai macam unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan seperti P, Mg, Ca, K, Cu dan Zn. Kandungan unsur hara dalam limbah (sluri) hasil pembuatan gas bio terbilang lengkap tetapi jumlahnya sedikit sehingga perlu ditingkatkan kualitasnya dengan penambahan bahan lain yang mengandung unsur hara makro dan penambahan mikroorganisme yang menguntungkan seperti mikroba penambat nitrogen. Sluri mengalami penurunan COD sebesar 90% dari kondisi bahan awal dan perbandingan BOD/COD sluri sebesar 0,37. Nilai ini lebih kecil dari perbandingan BOD/COD limbah cair sebesar 0,5. Sluri juga mengandung lebih sedikit bakteri pathogen sehingga aman untuk digunakan sebagai pupuk (Widodo et al, 2007).

Urin Ternak

Urin kambing merupakan salah satu pupuk organik cair yang belum banyak dimanfaatkan oleh petani. Sementara urin kambing ini mempunyai kandungan unsur N yang tingggi. Potensinya yakni satu ekor kambing dewasa itu menghasilkan 2,5 liter urin/ekor/hari, sedangkan kotoran yang dihasilkan adalah 1 karung/ekor/2 bulan. Urin atau kencing ternak mempunyai kandungan nitrogen, fosfor, kalium dan air lebih banyak jika dibandingkan dengan kotoran sapi padat. Mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh( Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi, 2012 ).


(23)

ini karena kandungan kimiawi yang terdapat dalam urin kambing telah diketahui lebih banyak , seperti kandungan Nitrogen (N), Phospat (P) dan kalium (K). Berdasarkan hasil penelitian Universitas Andalas Padang fakultas pertanian, telah diketahui Phospat (P) 16,5 - 16,8 ppm dan kalium (K) 0,67 - 1,27 % . Jumlah ini ternyata lebih dari cukup untuk mengembalikan kesuburan tanah dan tanaman secara organik, tentu dengan pengolahan serta proses fermentasi yang baik urin kambing menjadi pupuk organik cair karena alasan tersebut pertanian yang mengaplikasikan sistem organik akan mendapat manfaat yang besar dari penggunaa (Risnandar, 2014)

Dewasa ini urin ternak dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk tanaman bersamaan dengan kotoran ternak seperti tembakau, nimba, teprosia – bahan pestisi dan abati lainnya. Cara pemberian pada system budidaya organik biasanya dikocorkan atau disiramkan ketanaman. Penggunaan urin dengan pukan kambing sebagai pupuk telah dilakukan di lahan pertanian organik Kecamatan Koto, Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat (Yunaldi, 2006).

Table 1 Hasil Analisis Proksimat Kompos Cair No. Lab No. Lapangan

Parameter C- organic % N- total % C/N

1 Sluri 0,42 0,08 5,00

2 Po 0,37 0,06 6,17

3 P1 0,35 0,04 8,75

4 P2 0,29 0,05 5,80

5 P3 0,33 0,05 6,60


(24)

Keterangan:

Po = Sluri dicampur dengan molases

P1 = Sluri kambing dicampur dengan molases dan urin kambing P2 = Sluri kambing dicampur dengan molasses dan urin sapi P3 = Sluri kambing dicampur dengan molasses dan urin kelinci

Tetes tebu (molasses)

Tetes Tebu (molasses) adalah sejenis sirup yang merupakan sisa dari proses pengkristalan gula pasir. Molase tidak dapat dikristalkan karena mengandung glukosa dan fruktosa yang sulit untuk dikristalkan. Komposisi tetes tebu (molasses) mempunyai rentangan batas yang luas dan sulit untuk menentukan mengenai nilai atau jumlah persentasenya. Berikut adalah tabel data yang diambil berdasarkan jumlah rata-rata produksi tetes tebu (molasses) yang diproduksi dari berbagai daerah.

Tabel 2 Komposisi Tetes Tebu (molasses) (Academic Press Inc, 1953)

Komponen Interval Nilai

Persentase

Air 17-25 20

Sukrosa 30-40 35

Dextrosa (Glukosa) Levulosa (Fruktosa) Other reducing substance Other carbohydrates

4-9 7

Ash 5-12 9

Nitrogen coumpound 1-5 3

Asam non nitrogen 2-5 4

Wax, Sterol, and phospholipids 7-15 12

Pigments 2-6 4.5

Vitamin-vitamin 2-6 5

Sumber: Academic Press Inc (1953)

Tetes tebu merupakan sumber karbon dan nitrogen bagi ragi. Prosesnya merupakan proses fermentasi. Prinsip fermentasi adalah proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana yang melibatkan mikrorganisme. Mikroorganisme ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan karbon (C) dan Nitrogen (N) yang merupakan faktor penentu keberhasilan dalam proses fermentasi. Tetes tebu berfungsi untuk fermentasi urin kambing dan menyuburkan


(25)

mikroba yang ada di dalam tanah, karena dalam tetes tebu (molasses) terdapat nutrisi bagi bakteri Sacharomyces cereviceae. Sacharomyces cereviceae bertugas untuk menghancurkan material organik yang ada di dalam urin dan tentunya mereka juga membutuhkan nitrogen (N) dalam jumlah yang tidak sedikit untuk nutrisi mereka. Nitrogen (N) akan bersatu dengan mikroba selama penghancuran material organik. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan material tetes tebu yang mengandung komponen nitrogen sangat diperlukan untuk menambah kandungan unsur hara agar proses fermentasi urin berlangsung dengan sempurna. Selain itu, berdasarkan kenyataan bahwa tetes tebu tersebut mengandung karbohidrat dalam bentuk gula yang tinggi (64%) disertai berbagai nutrien yang diperlukan jasad renik juga dapat meningkatkan kecepatan proses produksi pengolahan urin kambing menjadi pupuk dalam waktu yang relatif singkat (Wijaya,2008). Kualitas Pupuk Cair

Pupuk organik cair memberikan beberapa keuntungan, misalnya dapat disiramkan atau disemprotkan ke daerah akar dan keseluruh bagian tanaman. Sehingga proses penyiraman atau penyemprotan dapat menjaga kelembaban tanah. Penggunaan pupuk organik cair dalam pemupukan jelas lebih merata, dimana tidak akan terjadi penumpukan konsentrasi pupuk pada satu tempat. Hal ini disebabkan karena pupuk organik cair 100 persen akan larut, sehingga secara cepat dapat mengatasi defisiensi hara dan tidak bermasalah dalam pencucian hara dan juga mampu menyediakan hara bagi tanaman secara cepat( Musnamar, 2005 )

Standar kualitas unsur makro pupuk organik berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.28/SNI/Permentan/OT.140/2/2009 dapat di lihat pada tabel di bawah ini:


(26)

Tabel 3 Standar mutu pupuk organik cair (POC) Parameter Satuan Persyaratan

teknis

keterangan

C-Organik % >=4 kandungan c-organik

N,P,K % <2 jika > 2% diduga sudah mengandung kimia anorganik

Patogen cfu/g <102 slamonella harus negatif karena tingkat bahayanya

Mikroba Fungsional

cfu/g - tingkat keaktifan bakteri

pH - 4-8 pH yang terlalu asam/basa tidak baik untuk tanah

Sumber: Peraturan Menteri Pertanian No.28/SNI/Permentan/OT.140/2/2009

Pupuk organik bisa memacu dan meningkatkan populasi mikroba dalam tanah, jauh lebih besar daripada hanya memberikan pupuk kimia. Pupuk organik juga mampu membenahi struktur dan kesuburan tanah. Tidak heran jka pupuk organik mampu mencegah terjadinya erosi tanah. Sebab kandungan nitrogen dan kandungan unsur hara yang dilepaskan oleh bahan organik pelan-pelan akan mengalami proses mineralisasi. Jika diberikan secara berkesinambungan, dapat membantu membangun kesuburan tanah. Memang, pupuk organik mengandung unsur hara nitrogen (N), phosphor (P), dan kalium (K) yang rendah, tetapi mengandung hara mikro yang berlimpah serta diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan bioaktivator untuk pengayaan unsur hara dalam tanah. Pupuk organik bisa berasal dari kotoran - kotoran ternak seperti sapi, kerbau, kambing, ayam, itik dan limbah- limbah pertanian seperti dedaunan, jerami, batang jagung, sekam padi. Jadi, biaya pembuatan relatif murah, bahkan tersedia di pedesaan dalam jumlah cukup. Pada dasarnya, pembuatan pupuk organik cair juga dimaksudkan untuk pengayaan unsur hara dalam pupuk tersebut. Kita bisa menggunakan urin ternak, dalam hal ini dapat digunakan urin kambing, atau biasa disebut sebagai biourin. Bisa juga


(27)

menggunakan kotoran- kotoran ternak yang padat (feses) atau disebut sebagai biokultur ( Dudung, 2013).

Fermentasi

Fermentasi adalah segala macam proses metabolisme dengan bantuan dari enzim mikrobia ( jasad renik ) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa, dan reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk tertantu. Fermentasi merupakan proses biokimia yang menyebabkan perubahan sifat bahan pangan sebagai akibat dari pemecahan kandungan bahan tersebut (Hardjo et al., 1989).

Fermentasi juga sering didefinisikan sebagai pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerob yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi terutama adalah karbohidrat, sedangkan asam amino dapat difermentasikan oleh beberapa janis bakteri tertentu (Adams, 2000).

Fermentasi Urin dan sluri

Urin yang sudah dicampur bahan organik ditutup dengan rapat dan dibiarkan mengendap selama 7 hari, supaya mendapatkan hasil fermentasi yang baik. Urin fermentasi akan berwarna cokelat dan masih berbau. "Untuk menghilangkan bau amoniak, maka cairan urin fermentasi mendapatkan perlakuan aerasi dengan menggunakan pompa. Jadi baunya tidak menyengat lagi,” papar Munif, dosen peneliti FKH UGM Sarmin mengungkapkan, Purinowa telah diuji di laboratorium. Diketahui, kandungan Nitrogen (N), Phospat (P) dan kalium (K) dari urin Etawa lebih tinggi dibanding dari urin sapi dan kelinci sehingga sangat baik untuk dimanfaatkan untuk pupuk organik (Munif, 2012).


(28)

Akan tetapi fermentasi urin sebagai pupuk organik cair yang dilakukan oleh bakteri ternyata juga terdapat beberapa kelemahan, diantaranya tidak semua N diubah menjadi bentuk yang mudah dihisap akan tetapi dipergunakan oleh bakteri-bakteri itu sendiri untuk keperluan hidupnya. Kemudian dampak lain yang adalah terjadi perubahan-perubahan yang merugikan dimana N menguap. Di dalam pupuk cair N terdapat sebagai ureum CO(NH2)2, NH4, NO3 dan asam urin

C3H4N4O3. Yang terpenting dan mempunyai nilai pemupukan tertinggi adalah

ureum karena N yang sangat tinggi (48 %).banyak terdapat dalam air kencing sangat mudah dan cepat dirubah oleh bakteri-bakteri menjadi amonium karbonat. CO(NH2)2 + 2 H2O = (NH4)2CO3 (ureum + air = amonium karbonat)

(Huda, 2013).

Upaya untuk mengatasi kelemahan tersebut adalah dengan mengolahnya menjadi pupuk cair dan agar lebih meningkatkan kandungan haranya, maka perlu ditambahkan tetes tebu yang memiliki kandungan bahan organik yang dapat meningkatkan kualitas pupuk yang dihasilkan. Jika kita hanya memanfaatkan fermentasi urin saja, maka urin yang dijadikan sebagai pupuk cair tidak begitu maksimal hasilnya pada tanaman. Maka dari itu, proses ini memerlukan material tambahan dalam pembuatan pupuk tersebut. Material tersebut dapat diperoleh dari tetes tebu (molasses) (Huda, 2013).

Pada pembuatan biourin kambing, kandungan unsur K melonjak menjadi 1.770 ppm dibanding 759 tanpa perlakuan. C-organik naik menjadi 3.773 ppm dibanding 3.390 ppm, dan N 0,89% dibanding 0,34%. Tetapi unsur P turun menjadi 89 ppm dibanding 94 ppm. Penurunan unsur P pada biourine disebabkan


(29)

inokulan yang ada kurang mampu melarutkan P. Sehingga perlu dicarikan mikroba yang cocok untuk melarutkan lebih banyak P dalam proses fermentasi biourine (Ricobain, 2011)

Selama proses fermentasi terjadi, bermacam – macam perubahan komposisi kimia. Kandungan asam amino, karbohidrat, pH, kelembaban, aroma serta perubahan nilai gizi yang mencakup terjadinya peningkatan protein dan penurunan serat kasar. Semuanya mengalami perubahan akibat aktivitas dan perkembangbiakan mikrooraganisme selama fermentasi. Melalui fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh enzim – enzim tertentu terhadap bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya selulosa dan hemiselulosa menjadi gula sederhana

( Sembiring et al, 2006 )

Indigofera zollingeriana. Hijauan

Makanan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun – daunan. Termasuk kelompok makanan hijauan ini ialah bangsa rumput (graminae), leguminosa dan hijauan dari tumbuh – tumbuhan lainseperti daun nangka, aur, daun waru, dan lain sebagainya. Kelompok makanan hijauan ini biasanya disebut makanan kasar. Hijauan sebagai bahan makanan ternak bisa diberikan dalam dua bentuk, yaitu hijauan segar dan hijauan kering.

- Hijauan segar ialah makanan yang berasal dari hijauan yang diberikan dalam bentuk segar. Termasuk hijauan segar ialah rumput segar, lguminosa segar dan silase.

- Hijauan kering ialah makanan yang berasal dari hijauan yang sengaja dikeringkan ( hay ) ataupun jerami kering.


(30)

- Sebagai makanan ternak, hijauan memegang peranan penting, sebab hijauan mengandung hampir semua zat yang diperlukan hewan.

- Khususnya di Indonesia, bahan makanan hijauan memegang peranan istimewa karena bahan tersebut diberikan dalam jumlah besar.

( AAK, 1983 ).

Legum merupakan jenis hijauan yang bijinya berkeping dua. Pada umumnya legum mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan graminae. Pemanfaatan legum sebagai hijauan pakan tidak boleh diremehkan karena ia mampu menyuplai kebutuhan protein ternak. Selain itu, tanaman legum juga banyak memeiliki manfaat lain diantaranya a) sebagai penyubur tanah,

b) sebagai penyuplai nitrogen bagi rumput, dan c) sebagai tanaman vegetasi pencegah erosi ( Hasan , 2012 )

Deskripsi Tanaman Indigofera

Indigofera Sp adalah hijauan pakan jenis leguminosa pohon yang memiliki

kualitas nutrisi yang tinggi dan tahan terhadap kekeringan, sehingga dapat menjadi sumber pakan pada musim kemarau. Jenis rumput ini sangat cocok untuk dikembangkan di propinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki curah hujan yang sangat rendah yaitu 3 (tiga) bulan basah, selebihnya adalah musim kering.

Indigofera Sp merupakan tanaman dari kelompok kacangan (family : Fabaceae)

dengan genus Indigofera dan memiliki 700 spesies yang tersebar di Benua Afrika, Asia dan Amerika Utara. Sekitar tahun 1900 Indigofera sp dibawa ke Indonesia, oleh kolonial Eropa serta terus berkembang secara luas (Tjelele, 2006). Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang kaya akan nitrogen, fosfor dan kalsium. Indigofera Sp mengandung pigmen indigo, yang sangat penting untuk


(31)

pertanian komersial pada daerah tropik dan sub tropik, selanjutnya dapat digunakan sebagai hijauan pakan ternak dan suplemen kualitas tinggi untuk ternak ruminansia (Haude, 1997).

Indigofera sp. sangat baik dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak dan

mengandung protein kasar 27,9%, serat kasar 15,25%, kalsium 0,22% dan fosfor 0,18%. Legum Indigofera Sp. memiliki kandungan protein yang tinggi, toleran terhadap musim kering, genangan air dan tahan terhadap salinitas (Hassen et al., 2007). Dengan kandungan protein yang tinggi (26% – 31%) disertai kandungan serat yang relatif rendah dan tingkat kecernaan yang tinggi (77%) tanaman ini sangat baik sebagai sumber hijauan baik sebagai pakan dasar maupun sebagai pakan suplemen sumber protein dan energi, terlebih untuk ternak dalam status produksi tinggi (laktasi). Karena toleran terhadap kekeringan, maka Indigofera

Sp. dapat dikembangkan di wilayah dengan iklim kering untuk mengatasi

terbatasnya ketersediaan hijauan terutama selama musim kemarau. Keunggulan lain tanaman ini adalah kandungan tanninnya sangat rendah berkisar antara 0,6 – 1,4 ppm (jauh di bawah taraf yang dapat menimbulkan sifat anti nutrisi). Rendahnya kandungan tannin ini juga berdampak positif terhadap palatabilitasnya (disukai ternak) ( Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Kupang, 2013 ).

Indigofera zollingeriana dapat tumbuh pada ketinggian antara 0-2200 m dpl, dengan curah hujan antara 600-3000 mm/tahun dan laju pertumbuhan, produksi biomasa dan kandungan nutrisinya lebih besar dibandingkan dengan jenis leguminosa pohon lain pada kondisi tanah dan iklim yang sama. I. zollingeriana sangat mudah dibudidayakan karena menghasilkan biji sebagai sumber benih sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Sangat toleran terhadap


(32)

cekaman kekeringan, salin, alkalin dan tanah masam, disamping tahan terhadap pemangkasan oleh karena itu tanaman ini sangat potensial sebagai tanaman pakan berkualitas yang dapat dijadikan sebagai solusi terhadap keterbatasan pasokan hijauan pakan ternak terutama bagi daerah kering beriklim kering.

(Herdiwaan dan Krisnan, 2014)

Indigofera sangat baik untuk dikembangkan sebagai hijauan pakan ternak untuk daerah yang memiliki potensi cekaman biotik dan abiotik tinggi, seperti halnya pada agroekosistem lahan kering atau lahan marjinal. Herdiawan (2013) menyatakan bahwa I. zollingeriana masih dapat bertahan hidup dan berproduksi pada taraf cekaman kekeringan berat (25% kapasitas lapang), sekalipun mengalami penurunan produktivitasnya. Kandungan PK I. zollingeriana mengalami sedikit penurunan pada cekaman kekeringan berat, sebaliknya kandungan SK dan energi meningkat cukup tajam.

Menurut Sirait et al. (2009) I. zollingeriana merupakan leguminosa pohon yang memiliki pertumbuhan yang cepat dengan tinggi rata-rata 418 cm pada umur tujuh bulan. Bagian bawah dan tengah batang tanaman berwarna hijau keabuan, sedangkan bagian atas batang berwarna hijau muda. Diameter batang atas, tengah dan bawah rata-rata berturut-turut 3,47; 9,26 dan 13,85 cm.

Pertumbuhan I. zollingeriana pada tanah latosol coklat pH 6,8 (netral) dengan kondisi kapasitas lapang (kontrol) dan cekaman kekeringan sedang (moderate drought stress) tidak ada perbedaan. Laju pertumbuhan mengalami sedikit penurunan selama cekaman kekeringan berat (severe drought stress) pada umur tanaman enam bulan, sehingga dikategorikan tanaman toleran terhadap


(33)

cekaman kekeringan (Herdiawan 2013). Indigofera sp. memiliki toleransi yang luas terhadap tanah masam, salin, genangan dan cekaman kekeringan

(Hassen et al. 2006).

Tanaman Indigofera zollingeriana termasuk tanaman yang responsif terhadap perlakuan nutrisi. Perlakuan pemberian pupuk cair organik yang dibuat sendiri dapat memperbaiki pertumbuhan (Budie 2010; Suharlina 2010) dan memperbaiki komposisi nutrisi dan kecernaan hijauan Indigofera zollingeriana (Suharlina 2010; Abdullah 2011) serta fermantabilitasnya dalam rumen kambing (Jovintry 2011). Pengolahan hijauan Indigofera zollingeriana menghasilkan produk pelet daun murni (100%) bernama Indigofeed (Abdullah 2010), yang telah diuji daya simpan, daya kemudahan penanganan dan pabrikasinya (Izzah 2011). Penggunaan Indigofeed dalam ransum kambing menunjukkan terjadi peningkatan produksi susu hingga 26% dan terjadi peningkatan efisiensi pakan 15-23% dan efisiensi nutrisi 5-9% (Apdini 2011).

Klasifikasi Indigofera

Klasifikasi tanaman Indigofera sp. (Hassen et al., 2006) sebagai berikut: Divisi: Spermatophyta, Subdivisio :Angiospermae, Class :Dicotyledonae, Family: Rosales, Subfamily : Leguminosainosae, Genus: Indigofera, Spesies: Indigofera zollingeriana. Menurut Ngo van Man et al. (1995) laju pertumbuhan Indigofera sp. pada tanah masam dengan pH 4,5-5,0, lebih cepat sebesar 9,8 cm per dua minggu, dari pada Leucaena sp. sebesar 7,8 cm per dua minggu. Sedangkan laju pertumbuhan tanaman paling lambat adalah, Desmodium dan Flemingia congesta berturut-turut Sebesar 4,8 dan 4,5 cm per dua minggu. Pertumbuhan I. zollingeriana pada tanah latosol coklat pH 6,8 (netral) dengan kondisi kapasitas


(34)

lapang (kontrol) dan cekaman kekeringan sedang (moderate drought stress) tidak ada perbedaan. Laju pertumbuhan mengalami sedikit penurunan selama cekaman kekeringan berat (severe drought stress) pada umur tanaman enam bulan, sehingga dikategorikan tanaman toleran terhadap cekaman kekeringan (Herdiawan, 2013). Indigofera sp. memiliki toleransi yang luas terhadap tanah masam, salin, genangan dan cekaman kekeringan (Yuhaeni, 1989).

Kandungan Nutrisi Indigofera zollingeriana.

Leguminosa pohon Indigofera sp. dapat digunakan sebagai pakan basal ternak kambing pengganti rumput. Taraf penggunaan Indigofera sp. sebagai pakan basal berkisar antara 25-75% dari total BK pakan (Simanihuruk & Sirait 2009). Pemanfaatan pelet Indigofera sp. Sebagai pengganti konsentrat pada taraf 40% dari total ransum yang diberikan pada kambing Saanen dan PE dapat memperbaiki efisiensi pemanfaatan nutrien menjadi produk susu. Hal ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi pakan harian, peningkatan nilai kecernaan pakan, serta peningkatan produksi susu harian kambing PE laktasi ke-2 dan kambing Saanen laktasi ke-3 (Apdini, 2011). Akbarillah et al. (2010) melaporkan bahwa penggunaan daun Indigofera segar 15% menurunkan konsumsi pakan,produksi telur, berat telur dan menaikkan konversi pakan. Penggunaan Indigofera segar 10% masih baik pengaruhnya terhadap produksi telur, berat telur dan perbaikan warna yolk. Hassen et al. (2007) menyatakan bahwa Indigofera memiliki palatabilitas yang rendah pada musim hujan, tetapi akan meningkat setelah akhir musim kering ketika tajuk kedua siap untuk dipanen.


(35)

Table 4 Komposisi Nutrisi Indigofera Sp :

Nutrisi Komposisi

Bahan Kering 21,97%

Abu 6,41%

Protein Kasar 24,17%

NDF 54,24%

ADF 44,69%

Energi Kasar 4,038Kkal/Kg Sumber : Hassen et al ( 2007)

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kapasitas produksi tanah. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organik, pupuk anorganik, ataupun campuran keduanya. Menurut Sutedjo (1995), penggunaan pupuk organik biasanya ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah. Walaupun kandungan unsur hara dalam pupuk organik relatif lebih kecil dibanding pupuk anorganik namun bila sifat fisik menjadi baik maka sifat kimia tanah pun akan berubah.

Tujuan pemupukan ialah meningkatkan pertumbuhan dan mutu hasil. Oleh karena itu, pupuk diberikan pada saat tanaman membutuhkan pupuk agar diperoleh keuntungan yang maksimal (Moenandir, 2004)

Pupuk Organik

Pupuk organik dapat menambah kandungan bahan organik tanah dan memperbaiki sifat fisik maupun biologi tanah. Terhadap tanah, bahan organik dapat meningkatkaan kemantapan agregat, infiltrasi, daya menahan air, meningkatkan jumlah pori makro dan mikro serta merupakan sumber energi bagi kegiatan biologis tanah (Sarief, 1986). Lebih lanjut, pengaruh pupuk tersebut akan


(36)

lebih berhasil bagi tanaman apabila memperhatikan dosis, macam, dan waktu pemberian.

Tiap jenis tanaman mempunyai kebutuhan unsur hara yang berrbeda. Tanaman keras (tahunan) lebih banyak mengambil unsur hara yang berbeda. Tanaman keras lebih banyak mengambil unsur hara dibanding tanaman semusim (legum maupun rumputan). Tanaman legum dapat memfiksasi N melalui simbiosis dengan bakteri Rhizobium, sedangkan rerumputan menyerap N dari dalam tanah. Unsur utama yang dibutuhkan tanaman adalah N, P, dan K. Tanaman yang kekurangan ke -3 unsur ini akan mengalami gejala defisiensi yang terlihat pada organ tanaman ( Rosmarkam dan Yuwono, 2002 ).

Pemupukan dengan pupuk organik hendaknya dilakukan bersamaan pada saat pengolahan tanah itu dikerjakan, yakni satu minggu sebelum tanaman ditanam. Pupuk organik sangat bermanfaat dalam perbaikan tekstur tanah, dan memperbaiki kemampuan menahan air. Pada umumnya, leguminosa memerlukan unsur P, sedang rumput tropis lebih peka terhadap pemupukan unsur N. Untuk bisa memperoleh pemupukan yang optimal perlu diketahui : unsur hara dalam tanah, keasaman, tekstur tanah, sifat tanah ( AAK, 1992 ).


(37)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemanfaatan sluri gas bio sebagai pupuk dapat memberikan keuntungan yang hampir sama dengan penggunaan kompos. Sisa keluaran gas bio ini telah mengalami fermentasi anaerob sehingga bisa langsung digunakan untuk memupuk tanaman. Pupuk organik termasuk pupuk majemuk lengkap karena kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur dan mengandung unsur makro dan mikro. Suzuki et al, (2001) menunjukkan bahwa sluri gas bio kaya akan unsur makro yaitu N, P , dan K serta unsur mikro seperti Ca, Mg, Fe, Mn, Cu dan Zn.

Pupuk hasil keluaran gas bio (sluri) adalah pupuk organik karena bahan dasarnya merupakan limbah organik. Limbah hasil keluaran gas bio tersebut berbentuk padatan dan cairan. Limbah tersebut dapat diolah menjadi pupuk organik padat dan cair. Pupuk organik cair sendiri memiliki beberapa keuntungan daripada pupuk organik padat karena pengaplikasiannya lebih mudah dan unsur hara yang terkandung di dalamnya lebih mudah diserap tanaman. Pengolahan hasil keluaran gas bio ini diharapkan dapat mengurangi limbah dari hasil keluaran gas bio sehingga menurunkan kadar pencemaran terhadap lingkungan.

Menurut Lazcano et al., (2008), kotoran ternak merupakan sumber daya alam yang bernilai yang dapat digunakan sebagai pupuk, karena mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman. Bahan dari sisa proses gas bio yang berupa cairan kental (sluri) dapat dijadikan sebagai pupuk organik.


(38)

Beberapa jenis pupuk organik asal limbah antara lain adalah pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau. Urin ternak merupakan salah satu limbah organik cair yang belum banyak dimanfaatkan oleh petani. Urin ternak seperti urin kambing yang berasal dari kandang peternak dan petani dengan jumlah yang tidak sedikit dibuang begitu saja tanpa ada pemanfaatan terhadap tanaman. Padahal, petani – petani sekarang mengalami kesulitan dalam mendapatkan pupuk an-organik apalagi harganya yang cukup tinggi. Bila petani dan peternak berusaha untuk memanfaatkan kotoran dan urin ternak kambing, petani akan mudah mendapatkan pupuk yang aman bagi lahan tanam dan lingkungan. Kualitas hara pupuk tersebut juga dapat ditingkatkan dengan proses fermentasi, agar mudah dan cepat diserap oleh tanaman.

Hijauan leguminosa indigofera zollingeriana memerlukan pupuk organik sebagaimana tanaman lainnya. Hijauan ini merupakan tanaman legum berbatang kayu dan memiliki masa produktif yang panjang. Hal ini sesuai dengan data penelitian dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Kupang (2013) yang menjelaskan, bahwa tanaman ini sangat bagus digunakan sebagai pakan ternak karena mengandung kandungan nutrisi yang cukup lengkap untuk pertumbuhan dan produksi ternak serta masa produktif yang panjang. Agar produksinya tetap tinggi, harus dipupuk dengan bahan pupuk yang mudah diserap tanaman dan aman bagi lingkungan. Salah satu alternatif sumber pupuk yang mudah diserap dan aman bagi lingkungan adalah pupuk organik yaitu menggunakan kotoran kambing.


(39)

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi.

Tujuan Penelitian

Mengetahui pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi.

Hipotesis Penelitian

Pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi akan meningkatkan produksi berat segar dan bahan kering Indigofera zollingeriana.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat bagi kalangan akademis, peneliti, praktisi peternakan, dan masyarakat tentang pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi.


(40)

ABSTRAK

FENRIS SANDRO SINAGA, 2015 : Pertumbuhan Indigofera Zollingeriana Melalui Pemupukan Sluri Gas Bio Yang Diperkaya Urin Kambing Fermentasi Terhadap Produksi Bahan Segar Dan Kering Indigofera zollingeriana”. Dibimbing oleh NURZAINAH GINTING dan ISKANDAR SEMBIRING.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi terhadap produksi bahan segar dan kering Indigofera zollingeriana. Penelitian dilaksanakan di Lahan Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Kecamatan Galang Lubuk Pakam Sumatera Utara, pada bulan Maret sampai dengan Agustus 2015 menggunakan 24 buah bibit tanaman Indigofera zollingeriana. Rancangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah rancangan split plot design ( petak terbagi ) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Selanjutnya dianalisis dengan ANNOVA RAL. Parameter yang diteliti adalah berat segar dan bahan kering.

Hasil penelitian menunjukkan rataan produksi bahan segar (Kg) memakai pupuk sluri R0: 1,0097, R1: 0,6762, R2: 0,8899, memakai pupuk sluri diperkaya urin kambing fermentasi R0: 1,4047, R1: 0,9529, R2: 1,765. Rataan produksi bahan kering (%) memakai pupuk sluri R0: 16,93, R1: 18,65, R2: 17,14, memakai pupuk sluri diperkaya urin kambing fermentasi R0: 17,24, R1: 17,69, R2: 17,79. Hasil analisis statistik menunjukkan pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi berpengaruh nyata meningkatkan produksi bahan segar dan bahan kering. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi dapat menggantikan penggunaan pupuk an-organik.


(41)

PERTUMBUHAN INDIGOFERA ZOLLINGERIANA

MELALUI PEMUPUKAN SLURI GAS BIO YANG

DIPERKAYA URIN KAMBING FERMENTASI

SKRIPSI

Oleh :

Fenris Sandro Sinaga 110306046

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(42)

PERTUMBUHAN INDIGOFERA ZOLLINGERIANA

MELALUI PEMUPUKAN SLURI GAS BIO YANG

DIPERKAYA URIN KAMBING FERMENTASI

SKRIPSI

Oleh :

FENRIS SANDRO SINAGA 110306046/PETERNAKAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(43)

Judul Skripsi :Pertumbuhan Indigofera zollingeriana Melalui Pemupukan Sluri Gas Bio yang Diperkaya Urin Kambing Fermentasi

Nama : Fenris Sandro Sinaga

NIM : 110306046

Program Studi : Peternakan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M. Sc Ir. Iskandar Sembiring, MM Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M. Si Ketua Program Studi Peternakan


(44)

ABSTRAK

FENRIS SANDRO SINAGA, 2015 : Pertumbuhan Indigofera Zollingeriana Melalui Pemupukan Sluri Gas Bio Yang Diperkaya Urin Kambing Fermentasi Terhadap Produksi Bahan Segar Dan Kering Indigofera zollingeriana”. Dibimbing oleh NURZAINAH GINTING dan ISKANDAR SEMBIRING.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi terhadap produksi bahan segar dan kering Indigofera zollingeriana. Penelitian dilaksanakan di Lahan Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Kecamatan Galang Lubuk Pakam Sumatera Utara, pada bulan Maret sampai dengan Agustus 2015 menggunakan 24 buah bibit tanaman Indigofera zollingeriana. Rancangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah rancangan split plot design ( petak terbagi ) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Selanjutnya dianalisis dengan ANNOVA RAL. Parameter yang diteliti adalah berat segar dan bahan kering.

Hasil penelitian menunjukkan rataan produksi bahan segar (Kg) memakai pupuk sluri R0: 1,0097, R1: 0,6762, R2: 0,8899, memakai pupuk sluri diperkaya urin kambing fermentasi R0: 1,4047, R1: 0,9529, R2: 1,765. Rataan produksi bahan kering (%) memakai pupuk sluri R0: 16,93, R1: 18,65, R2: 17,14, memakai pupuk sluri diperkaya urin kambing fermentasi R0: 17,24, R1: 17,69, R2: 17,79. Hasil analisis statistik menunjukkan pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi berpengaruh nyata meningkatkan produksi bahan segar dan bahan kering. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pertumbuhan Indigofera zollingeriana melalui pemupukan sluri gas bio yang diperkaya urin kambing fermentasi dapat menggantikan penggunaan pupuk an-organik.


(45)

ABSTRACT

FENRIS SANDRO SINAGA, 2015: Growth Through Fertilization Indigofera zollingeriana Gas Bio enriched slurry Goat Urine Fermentation Production Of Fresh And Dry Indigofera

zollingeriana ". Guided by NURZAINAH GINTING and ISKANDAR SEMBIRING.

This study aims to determine the growth Indigofera zollingeriana through fertilizing biogas slurry enriched goat urine fermentation of fresh and dry matter production Indigofera zollingeriana. Research conducted at the Goat Farm Research Station Sei Putih, District Galang Lubuk pakam North Sumatra, in March until August 2015 using 24 pieces of plant seeds Indigofera zollingeriana. The design used in this research is the design of split plot design (split plot) with 3 treatments and 4 replications. Annova then analyzed by RAL. Parameters studied were fresh weight and dry matter.

The results showed the average production of fresh material (Kg) uses slurry fertilizer R0: 1.0097, R1: 0.6762, R2: 0.8899, using manure slurry enriched fermented goat urine R0: 1.4047, R1: 0.9529, R2: 1.765. The average production of dry matter (%) taking manure slurry R0: 16.93, R1: 18.65, R2: 17.14, wearing goat urine fertilizer enriched slurry fermentation R0: 17.24, R1: 17.69, R2: 17 , 79. Statistical analysis showed growth Indigofera zollingeriana through fertilizing biogas slurry enriched fermented goat urine significantly increase the production of fresh and dried ingredients. The conclusion from this study is that growth Indigofera zollingeriana through fertilizing biogas slurry enriched fermented goat urine can replace the use of inorganic fertilizers.


(46)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Kandang Kerbau pada tanggal 27 September 1992 dari Ayah S. Sinaga dan Ibu L. Nainggolan. Penulis merupakan putra pertama dari tujuh bersaudara.

Tahun 2011, penulis lulus dari SMA Sultan Iskandar Muda dan pada tahun yang sama masuk ke Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk Bersama (UMB).

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP), anggota Ikatan Mahasiswa Katolik (IMK) St. Fransiskus Xaverius Fakultas Pertanian. Penulis juga aktif sebagai asisten Laboratorium Ilmu Reproduksi dan Inseminasi Buatan.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di desa Si Aro, desa Silangit, dan desa Bahal Batu Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, dari bulan Juli sampai Agustus 2014.


(47)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pertumbuhan Indigofera zollingeriana Melalui Pemupukan Sluri Gas Bio yang Diperkaya Urin Kambing Fermentasi’’.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua penulis yaitu Bapak S. Sinaga dan Ibu L. Nainggolan yang telah mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M. Sc dan Bapak Ir. Iskandar Sembiring, MM selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Simon Ginting, M. Sc selaku dosen pembimbing di lapangan, juga kepada Ir. Edhy Mirwandhono, MSi dan Prof. Dr. Ir. Sayed Umar MSi selaku dosen undangan yang telah memberikan berbagai masukan kepada penulis.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Misro selaku rekan kerja di lapangan dan semua civitas akademika di Program Studi Peternakan serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini ke depannya. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.


(48)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR. ... iv

DAFTAR ISI.. ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN. ... viii

PENDAHULUAN LatarBelakang. ... 1

Tujuan. ... 3

Hipotesis Penelitian. ... 3

Kegunaan Penelitian. ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Sludge Biogas. ... 4

Urin Kambing. ... 5

Tetes Tebu (Molases). ... 7

Kualitas Pupuk Cair... ... 8

Fermentasi . ... 10

Fermentasi Urin dan Sludge. ... 10

Indigofera. ... 12

Hijauan . ... 12

Deskripsi Tanaman Indigofera. ... 13

Klasifikasi Indigofera. ... 16

Kandungan Nutrisi Indigofera. ... 17

Pemupukan. ... 18

Pupuk Organik. ... 18

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian. ... 20

Bahan dan Alat Penelitian Bahan . ... 20

Alat . ... 20

Metode Penelitian . ... 21

Pelaksanaan Penelitian. ... 22

Parameter Penelitian. ... 24

Analisis Data. ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Berat Segar. ... 26

Produksi Bahan kering. ... 28

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. ... 30


(49)

DAFTAR PUSTAKA. ... .... 31 LAMPIRAN. ... .... 35


(50)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Hasil Analisis Proksimat Kompos Cair... 6

2. Kompisisi Tetes Tebu (Molases). ... 7

3. Standar Mutu Pupuk Organik Cair (POC). ... 9

4. Komposisi Nutrisi Indigofera sp. ... 18

5. Produksi Berat Segar Indigofera zollingeriana. ... 26


(51)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Tabel Analisis Ragam Berat Segar dan Bahan Kering Indigofera

zollingeriana...35 2. Data Berat Segar dan Bahan Kering Indigofera zollingeriana Program

SAS... ..36 3. Gambar Indigofera... 38


(1)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Kandang Kerbau pada tanggal 27 September 1992 dari Ayah S. Sinaga dan Ibu L. Nainggolan. Penulis merupakan putra pertama dari tujuh bersaudara.

Tahun 2011, penulis lulus dari SMA Sultan Iskandar Muda dan pada tahun yang sama masuk ke Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk Bersama (UMB).

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP), anggota Ikatan Mahasiswa Katolik (IMK) St. Fransiskus Xaverius Fakultas Pertanian. Penulis juga aktif sebagai asisten Laboratorium Ilmu Reproduksi dan Inseminasi Buatan.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di desa Si Aro, desa Silangit, dan desa Bahal Batu Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, dari bulan Juli sampai Agustus 2014.


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pertumbuhan Indigofera zollingeriana Melalui Pemupukan Sluri Gas Bio yang Diperkaya Urin Kambing Fermentasi’’.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua penulis yaitu Bapak S. Sinaga dan Ibu L. Nainggolan yang telah mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M. Sc dan Bapak Ir. Iskandar Sembiring, MM selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Simon Ginting, M. Sc selaku dosen pembimbing di lapangan, juga kepada Ir. Edhy Mirwandhono, MSi dan Prof. Dr. Ir. Sayed Umar MSi selaku dosen undangan yang telah memberikan berbagai masukan kepada penulis.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Misro selaku rekan kerja di lapangan dan semua civitas akademika di Program Studi Peternakan serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini ke depannya. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.


(3)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR. ... iv

DAFTAR ISI.. ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN. ... viii

PENDAHULUAN LatarBelakang. ... 1

Tujuan. ... 3

Hipotesis Penelitian. ... 3

Kegunaan Penelitian. ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Sludge Biogas. ... 4

Urin Kambing. ... 5

Tetes Tebu (Molases). ... 7

Kualitas Pupuk Cair... ... 8

Fermentasi . ... 10

Fermentasi Urin dan Sludge. ... 10

Indigofera. ... 12

Hijauan . ... 12

Deskripsi Tanaman Indigofera. ... 13

Klasifikasi Indigofera. ... 16

Kandungan Nutrisi Indigofera. ... 17

Pemupukan. ... 18

Pupuk Organik. ... 18

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian. ... 20

Bahan dan Alat Penelitian Bahan . ... 20

Alat . ... 20

Metode Penelitian . ... 21

Pelaksanaan Penelitian. ... 22

Parameter Penelitian. ... 24

Analisis Data. ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Berat Segar. ... 26

Produksi Bahan kering. ... 28

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. ... 30


(4)

DAFTAR PUSTAKA. ... .... 31 LAMPIRAN. ... .... 35


(5)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Hasil Analisis Proksimat Kompos Cair... 6

2. Kompisisi Tetes Tebu (Molases). ... 7

3. Standar Mutu Pupuk Organik Cair (POC). ... 9

4. Komposisi Nutrisi Indigofera sp. ... 18

5. Produksi Berat Segar Indigofera zollingeriana. ... 26


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Tabel Analisis Ragam Berat Segar dan Bahan Kering Indigofera

zollingeriana...35 2. Data Berat Segar dan Bahan Kering Indigofera zollingeriana Program

SAS... ..36 3. Gambar Indigofera... 38