Telahaan Terhadap Kebijakan Nasional

3.1. Telahaan Terhadap Kebijakan Nasional

Sejalan dengan arah kebijakan pembangunan jangka menengah 2010-2014 dan ralam rangka untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan tahun 2012, maka arah kebijakan pembangunan infrastruktur difokuskan pada: (1) Meningkatkan pelayanan infrastruktur sesuai dengan Standar

Pelayanan Minimal (SPM), (2)

Mendukung peningkatan daya saing sektor riil, dan (3) Meningkatkan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS).

Arah kebijakan dalam rangka meningkatkan pelayanan infrastruktur sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk tahun 2012 diprioritaskan pada penyediaan infrastruktur dasar untuk mendukung peningkatan kesejahteraan melalui peningkatan aksesibilitas terhadap infrastruktur, peningkatan pengelolaan pelayanan infrastrukur, dan peningkatan SDM dan Kelembagaan, yang akan dilakukan melalui:

1. Meningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas masyarakat

2. Penyediaan dan penambahan fasilitas keselamatan transportasi yang memenuhi standar keselamatan internasional, guna mendukung penurunan tingkat fatalitas kecelakaan sebesar 50 persen dari kondisi saat ini, yang didorong melalui pendanaan Dana Alokasi Khusus (DAK); serta peralatan pencarian dan penyelamatan (SAR) dalam operasi penanganan kecelakaan transportasi dan bantuan SAR dalam penanggulangan bencana dan musibah lainnya.

3. Mendukung pembangunan berkelanjutan dan rendah karbon, melalui pengembangan infrastruktur yang ramah lingkungan, mempertimbangkan daya dukung lingkungan, serta dalam rangka mitigasi dan adaptasi perubahan iklim maupun peningkatan keselamatan dan kualitas kondisi lingkungan;

4. Meningkatkan profesionalisme dan kinerja kelembagaan dan pengelolaan infrastruktur melalui : (1) pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, serta pembinaan teknis SDM

tentang pelayanan operasional frastruktur transportasi, ketenagalistrikan dan energi, dan sumber daya air, serta tentang pelayanan operasional frastruktur transportasi, ketenagalistrikan dan energi, dan sumber daya air, serta

5. Mendorong penyelesaian jual beli tanah dan bangunan warga di Peta Area Terdampak (PAT) lumpur Sidoarjo yang menjadi tanggung jawab Pemerintah; serta mempertahankan dan memelihara infrastruktur pengaman dan pengalir luapan lumpur untuk meminimalisasi potensi bahaya di area terdampak.

Arah kebijakan dalam rangka mendukung peningkatan daya saing sektor riil diprioritaskan pada penyediaan sarana dan prasarana yang mampu menjamin kelancaran distribusi barang, jasa, dan informasi untuk meningkatkan daya saing produk nasional, yang dilakukan melalui:

1. Percepatan pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang difokuskan pada 6 koridor utama pengembangan ekonomi serta yang mendukung pengembangan daerah pariwisata dan sentra-sentra produksi pangan dan pertanian, energi, dan industri;

2. Pengembangan transportasi umum massal di wilayah perkotaan yang dapat memberikan pelayanan yang aman, nyaman, efisien, lebih ramah lingkungan, dan harga terjangkau sesuai dengan cetak biru transportasi perkotaan;

3. Peningkatan keterpaduan sarana dan prasarana penghubung antar-pulau dan antarmoda yang terintegrasi sesuai dengan sistem transportasi nasional dan cetak biru transportasi multimoda;

4. Memenuhi tuntuan kompatibilitas global yang memperkuat daya saing nasional dengan menempatkan jaringan transportasi nasional sebagai subsistem dari jaringan global dan regional, sehingga standar sistem operasi, standar keselamatan, dan kualitas pelayanan dapat memenuhi standar internasional.

5. Mendorong efisiensi transportasi barang dan penumpang terutama dari aspek penegakan hukum, deregulasi pungutan dan retribusi di jalan, serta penataan jaringan dan ijin trayek yang terpadu serta akuntabel.

6. Pembangunan sarana dan prasarana pengendali banjir dan pengamanan pantai, terutama pada daerah perkotaan dan pusat-pusat perekonomian melalui: (1) percepatan pelaksanaan penanganan DAS Bengawan Solo secara terpadu; (2) rehabilitasi sarana dan prasarana pengendali banjir untuk pemulihan pasca bencana; (3) mengoptimalkan dan mengefektifkan 6. Pembangunan sarana dan prasarana pengendali banjir dan pengamanan pantai, terutama pada daerah perkotaan dan pusat-pusat perekonomian melalui: (1) percepatan pelaksanaan penanganan DAS Bengawan Solo secara terpadu; (2) rehabilitasi sarana dan prasarana pengendali banjir untuk pemulihan pasca bencana; (3) mengoptimalkan dan mengefektifkan

8. Pembangunan energi dan ketenagalistrikan yang diarahkan pada: (a) diversifikasi energi serta peningkatan efisiensi dan konservasi energi yang diarahkan guna penganekaragaman pemanfaatan energi, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan, sehingga dicapai optimasi penyediaan energi regional dan nasional termasuk upaya menjamin ketersediaan pasokan domestik dalam rangka mendukung pembangunan

berkelanjutan termasuk pembangunan rendah emisi dan ramah lingkungan; (b) kebijakan harga energi yang menitikberatkan pada nilai keekonomian agar tercipta efisiensi ekonomi dengan tetap memperhatikan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat: (c) kebijakan dan pelaksanaan listrik yang murah dan hemat serta

dalam rangka mengelaborasi master plan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia; (d) peningkatan kapasitas sarana dan prasarana energi dan ketenagalistrikan serta; (e) restrukturisasi kelembagaan termasuk penyempurnaan regulasi untuk mengakomodasikan perkembangan sektor energi dan ketenagalistrikan.

daerah Porong-Sidoarjo sebagai urat nadi perekonomian Provinsi Jawa Timur melalui percepatan penyelesaian pembangunan relokasi infrastuktur dan pengembangan pulau lumpur yang selain berfungsi sebagai pengendali tahap akhir alur sedimen ke Selat Madura juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan baik sosial, lingkungan maupun ekonomi.

9. Mempercepat

upaya pemulihan

Arah kebijakan dalam rangka meningkatkan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) di masing-masing sub bidang adalah: (a) melanjutkan reformasi strategis kelembagaan dan peraturan perundang- undangan pada sektor dan lintas sektor yang mendorong pelaksanaan KPS, (b) mempersiapkan proyek KPS yang terintegrasi agar dapat diimplementasikan oleh Kementerian/Lembaga dan Satuan Kerja Perangkat Daerah secara matang Arah kebijakan dalam rangka meningkatkan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) di masing-masing sub bidang adalah: (a) melanjutkan reformasi strategis kelembagaan dan peraturan perundang- undangan pada sektor dan lintas sektor yang mendorong pelaksanaan KPS, (b) mempersiapkan proyek KPS yang terintegrasi agar dapat diimplementasikan oleh Kementerian/Lembaga dan Satuan Kerja Perangkat Daerah secara matang

Mempertimbangkan ruang lingkup infrastruktur yang cukup luas, arah kebijakan dan strategi dalam meningkatkan KPS diuraikan sebagai berikut:

1. Pengembangan sumber daya air yang berkelanjutan, untuk mendorong peran swasta dan masyarakat dalam penyediaan saluran pembawa air baku yang didukung melalui penetapan hak guna air, peningkatan jaminan atas resiko oleh pemerintah, dan peningkatan

willingness to pay bagi penerima manfaat. Strategi pelaksanaan kebijakan tersebut adalah: (a) menyusun peraturan perundangan yang menjamin swasta untuk dapat berpartisipasi dalam penyediaan infrastruktur sumber daya air; (b) mengembangkan inovasi sumber pendanaan termasuk penyediaan dukungan pemerintah; (c) mengembangkan kegiatan yang terpadu antara sumber penyediaan air baku dengan sistem penyediaan air minum pada kawasan komersial ( termasuk water conveyance).

2. Pembangunan transportasi berkelanjutan melalui: (a) reformasi kelembagaan dan peraturan perundang-undangan, (b) melakukan bundling dan unbundling proyek KPS sektor transportasi dan menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung kelayakan proyek untuk lebih menarik untuk swasta dalam KPS. Strategi untuk pelaksanaan arah kebijakan tersebut adalah: (a) melibatkan berbagai sumber pendanaan dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur transportasi termasuk dana pembiayaan infrastruktur, perbankan, pasar modal, dana pensiun, asuransi, dan obligasi, baik domestik maupun internasional; (b) penerapan tarif yang bersifat pemulihan biaya dan kepastian penerapan tarif berkala, dengan mempertimbangkan aspek sosio- ekonomi dan kemampuan daya beli masyarakat, dan penerapan manajemen resiko yang tepat; (c) pemberdayaan Simpul KPS ( s) dan peningkatan kapasitas fungsi regulator ekonomi dan penanggung jawab 2. Pembangunan transportasi berkelanjutan melalui: (a) reformasi kelembagaan dan peraturan perundang-undangan, (b) melakukan bundling dan unbundling proyek KPS sektor transportasi dan menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung kelayakan proyek untuk lebih menarik untuk swasta dalam KPS. Strategi untuk pelaksanaan arah kebijakan tersebut adalah: (a) melibatkan berbagai sumber pendanaan dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur transportasi termasuk dana pembiayaan infrastruktur, perbankan, pasar modal, dana pensiun, asuransi, dan obligasi, baik domestik maupun internasional; (b) penerapan tarif yang bersifat pemulihan biaya dan kepastian penerapan tarif berkala, dengan mempertimbangkan aspek sosio- ekonomi dan kemampuan daya beli masyarakat, dan penerapan manajemen resiko yang tepat; (c) pemberdayaan Simpul KPS ( s) dan peningkatan kapasitas fungsi regulator ekonomi dan penanggung jawab

Strategi pelaksanaan kebijakan tersebut adalah mengembangkan bundling untuk sistem penyediaan air minum, seperti instalasi pengolahan air (IPA), transmisi, dan distribusi khususnya dalam skala kawasan komersial, dan

proyek.

unbundling untuk

penyediaan air minum yang paling komersial, seperti water meter.

4. Pembangunan persampahan yang berkelanjutan dengan meningkatkan peran aktif masyarakat dan dunia usaha sebagai mitra pengelolaan. Strategi yang ditempuh antara lain: (a) pengurangan timbulan sampah melalui penerapan prinsip 3R ( reuse, reduce and recycle), dan mendorong pengunaan kemasan pembungkus yang ramah lingkungan; (b) pengelolaan persampahan secara profesional, melalui pemasaran bisnis persampahan pada masyarakat dan swasta;

lembaga pengelolaan sampah untuk peningkatan pelayanan persampahan dalam satu wilayah; (d) pemberian jaminan kepastian hukum kerjasama pengelolaan sampah antarpemda dalam pengelolaan akhir sampah bersama dan antara pemda dengan swasta; (e) mengembangkan sistem tarif ( tipping fee) yang mempertimbangkan pemulihan biaya dan kemampuan APBD dan masyarakat di daerah; serta (f) mengembangkan bundling untuk sistem pengelolaan sampah, seperti pengumpulan, pengangkutan, dan pengolahan akhir sampah, khususnya dalam skala kawasan komersial, serta pentahapan ( unbundling) untuk sistem pengelolaan persampahan yang paling komersial, sehingga menarik bagi masyarakat dan swasta.

(c)

perkuatan

5. Pembangunan komunikasi dan informatika melalui: (a) pembukaan peluang usaha bagi badan usaha secara kompetitif, tidak diskriminatif, dan transparan dalam penyediaan sarana dan prasarana dan layanan komunikasi dan informatika termasuk di wilayah nonkomersial; (b) penyederhanaan perizinan, antara lain melalui penerapan

unified access licensing; (c) pengembangan

dalam penyelenggaraan komunikasi dan informatika selain skema perizinan ( licensing) dengan memperhatikan pengelolaan risiko antara pemerintah dan badan usaha berdasarkan prinsip pengalokasian risiko kepada pihak yang paling mampu mengendalikan risiko; serta (d) pemberian insentif/stimulus bagi penyelenggara untuk pembangunan di wilayah nonkomersial.

skema KPS

6. Pembangunan prasarana ketenagalistrikan nasional dengan meningkatkan diversifikasi dalam pemanfaatan energi non-minyak khususnya untuk 6. Pembangunan prasarana ketenagalistrikan nasional dengan meningkatkan diversifikasi dalam pemanfaatan energi non-minyak khususnya untuk

dalan RPJM periode 2010-2014 yang sekaligus mendukung pengembangan pada 6 koridor utama ekonomi dan program kluster-4 meliputi program : rumah sangat murah, kendaraan angkutan umum murah, air bersih untuk rakyat, serta listrik murah dan hemat, maka pada RKP 2012 diupayakan beberapa inisiatif baru yaitu percepatan pembangunan beberapa pelabuhan di 6 (enam) koridor utama ekonomi dan percepatan penyelesaian pembangunan jalan tol Trans Jawa.