Teori Legitimasi Landasan Teori .1

2.1.2 Teori Legitimasi

Menurut Ghozali dan Chariri 2007, yang melandasi teori legitimasi adalah kontrak sosial yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi. Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Definisi legitimasi oleh Lindbolm 1994, hal 2 dalam Deegan 2002 adalah sebagai berikut: “... sebuah kondisi atau status yang ada ketika sistem nilai entitas kongruen dengan sistem nilai masyarakat yang lebih luas dimana masyarakat menjadi bagiannya. Ketika suatu perbedaan, baik yang nyata atau potensial ada di antara kedua sistem nilai tersebut, maka akan muncul ancaman terhadap legitimasi perusahaan.” Postulat dari teori legitimasi adalah organisasi bukan hanya harus terlihat memperhatikan hak-hak investor namun secara umum juga harus memperhatikan hak-hak publik Deegan dan Rankin, 1996. Apabila perusahaan melakukan pengungkapan sosial, maka perusahaan merasa keberadaan dan aktivitasnya akan mendapat “status” dari masyarakat atau lingkungan dimana perusahaan tersebut beroperasi atau dapat dikatakan terlegitimasi. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Cormier dan Gordon 2001 dalam Inawesnia 2008 yang menyatakan bahwa, teori legitimasi berdasar pada konsep bahwa organisasi memiliki kontrak dengan masyarakat dan memenuhi kontrak tersebut dapat melegitimasi organisasi dan aktivitasnya. Secara jelas, konsep tersebut menganggap bahwa kelangsungan organisasi akan terancam jika masyarakat menganggap kontrak sosial organisasi dengan masyarakat telah dilanggar. Ketika manajer merasa bahwa operasi perusahaan tidak sesuai lagi dengan kontrak sosial, maka upaya perbaikan perlu dilakukan agar perusahaan tetap memilik i “kontrak” tersebut, dengan cara mengubah persepsi dan pandangan dari masyarakat. Pengungkapan merupakan cara yang tepat untuk mengubah persepsi dan pandangan-pandangan tersebut. Dengan melakukan pengungkapan sosial, perusahaan merasa keberadaan dan aktivitasnya terlegitimasi Mahdiyah, 2008.

2.1.3 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Corporate Social Responsibility