KERANGKA PEMIKIRAN Tidak berkeberatan untuk dipublikasikan oleh Universitas

hibah dapat menimbulkan ketidakadilan bagi penerima hibah yang kemudian dibatalkan. 2. Manfaat Praktis a Guna mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis, sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh. b Untuk memberi jawaban atas permasalahan yang diteliti Hasil penulisan ini diharapkan dapat membantu dan memberi masukan serta tambahan pengetahuan bagi para pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti sehingga tidak ada keraguan lagi mengenai aspek hukumnya, terutama hukum positif Indonesia dan berguna bagi para pihak yang berminat pada masalah yang sama.

E. KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan dengan skema kerangka pemikiran sebagai berikut: Hukum waris Indonesia Hukum waris Adat Hukum waris Perdata Hukum waris Islam Ketentuan Hibah Ketentuan Hibah Ketentuan Hibah Pembatalan Hibah Pembatalan Hibah Pembatalan Hibah Yurisprudensi KUH Perdata Al-Qur’an Hadits Inpres No.11991 bagan 1. Kerangka Pemikiran Keterangan gambar: Hukum waris Indonesia masih bersifat pluralistik, yaitu masih berlaku 3 tiga hukum yang berbeda-beda pelaksanaanya. Hukum waris ini adalah hukum waris adat, hukum waris perdata dan hukum waris Islam. Hukum waris adat didasarkan pada hukum adat masing- masing daerah, sehingga pelaksanaan hukum waris adat ini berbeda antara hukum adat yang satu dengan hukum adat yang lainnya. Pengaturan hukum waris terlihat jelas dalam yurisprudensi putusan – putusan lembaga peradilan yang telah ada sebelumnya. Hukum waris perdata pelaksaannya didasarkan pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Burgerlijk Wetboek dimana pelaksanaan hukum ini didasarkan pada pembagian golongan penduduk pada masa kependudukan pemerintahan Hindia-Belanda, namun pada masa sekarang ini beberapa ketentuan dalam hukum perdata ini masih berlaku karena belum adanya hukum perdata yang bersifat nasional. Sedangkan hukum waris Islam didasarkan pada hukum Islam yang dianut oleh seluruh umat Islam di seluruh dunia yaitu yang didasarkan pada Al-Qur’an , hadits dan Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Indonesia. Ketiga hukum waris ini semuanya mengatur pula mengenai ketentuan hibah. Diantara ketiganya pada dasarnya dalam pengaturan ketentuan hibah memiliki unsur – unsur kesamaan, meskipun dalam beberapa hal satu sama lain mengandung pula perbedaan. Unsur kesamaan dan perbedaan ini terdapat pula dalam pengaturan pembatalan hibah. Pada dasarnya semua ketentuan hibah dalam ketiga hukum tersebut mengatur bahwa suatu hibah tidak dapat dibatalkan atau ditarik kembali. Namun dengan syarat – syarat dan ketentuan – ketentuan tertentu dalam hukum waris adat dan hukum waris perdata dapat mengadakan penarikan kembali atas suatu hibah. Oleh karena semua ketentuan hukum waris tersebut mengatur tentang ketentuan penarikan kembali atau pembatalan atas hibah, maka penulis berkeinginan untuk meneliti ketentuan hukum waris mana yang digunakan oleh Pengadilan Negeri untuk memutuskan perkara pembatalan hibah sehingga dapat diketahui ketentuan hukum waris mana yang lebih menjamin rasa keadilan dan kesejahteraan bagi penerima hibah dimana hibah yang telah diterima tersebut dibatalkan oleh pemberi hibah.

F. METODE PENELITIAN