3 Fasilitas pelayanan kesehatan yang akan menggunakan TK-WNA harus
memiliki RPTKA dan IMTA. 4
Dalam rangka penerbitan rekomendasi RPTKA, Kepala Dinas melakukan :
a. pengkajian RPTKA berdasarkan kebutuhan daerah; b. peninjauan lapangan dan menilai kelayakan sarana pelayanan
kesehatan milik pemerintah kota dan swasta; c. menyampaikan hasil pengkajian dan peninjauan lapangan kepada
pemerintah Provinsi. 5
Penyelenggara pelatihan yang dapat menggunakan TK-WNA pemberi pelatihan meliputi :
a. Institusi pendidikan tenaga kesehatan yang terakreditasi; b. Rumah Sakit pendidikan;
c. Organisasi profesi; d. Rumah Sakit non pendidikan;
BAB IV PENCABUTAN SURAT IZIN TENAGA KESEHATAN
Pasal 22
1 Tenaga Kesehatan yang akan menghentikan kegiatan izin praktik atau
izin kerja disuatu tempat, wajib memberitahukan kepada Kepala Dinas. 2
Untuk melakukan pencabutan Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja, tenaga kesehatan yang bersangkutan harus mengajukan permohonan
ke Dinas dengan melampirkan : a. surat pernyataan pencabutan bermaterai;
b. surat pernyataan penghentian tenaga kesehatan bila bekerja pada sarana pelayanan kesehatan bermaterai;
c. SIP SIK SIPA SIKA asli yang akan dicabut.
BAB V …
BAB V DELEGASI TINDAKAN
Pasal 23
1 Dalam melakukan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dapat
menerima pendelegasian tindakan medis dari tenaga medis. 2
Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 antara lain perawat, bidan, perawat gigi, perawat anestesi, tenaga keterapian fisik
dan keteknisian medis. 3
Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian, tenaga teknis kefarmasian dapat menerima pendelegasian pekerjaan kefarmasin dari tenaga
apoteker. 4
Pendelegasian tindakan sebagaimana dimasksud pada ayat 1 dan ayat 3 dilakukan dengan ketentuan :
a. tindakan yang didelegasikan termasuk dalam kemampuan dan keterampilan yang telah dimiliki oleh penerima delegasi;
b. pelaksanaan tindakan
yang didelegasikan
tetap dibawah
pengawasan pemberi delegasi; c. pemberi delegasi tetap bertanggung jawab atas tindakan yang
didelegasikan sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai dengan delegasi yang diberikan;
d. tindakan yang didelegasikan tidak termasuk mengambil keputusan klinis sebagai dasar pelaksanaan tindakan.
BAB VI KEWENANGAN TENAGA KESEHATAN
Paragraf 1 Kewenangan Tenaga Medis
Pasal 24
1 Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi
mempunyai wewenang
melakukan praktik
kedokteran sesuai
pendidikan dan kompetensi yang dimiliki, yang terdiri atas :
a. me wawancarai …
a. mewawancarai pasien; b. memeriksa fisik dan mental pasien;
c. menentukan pemeriksaan penunjang; d. menegakkan diagnosis;
e. menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien; f. melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi;
g. menulis resep obat dan alat kesehatan; h. menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi;
i. menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan; j. selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
kewenangan lainnya diatur dengan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia.
Paragraf 2 Kewenangan Perawat
Pasal 25
1 Praktik keperawatan dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama, tingkat kedua, dan tingkat ketiga. 2
Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
3 Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dilaksanakan melalui kegiatan : a. Pelaksanaan asuhan keperawatan;
b. Pelaksanaan upaya
promotif, preventif,
pemulihan dan
pemberdayaan masyarakat; c. Pelaksanaan tindakan komplementer;
4 Asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 huruf a,
meliputi pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan.
5 Implementas i …
5 Implementasi keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat 4,
meliputi penerapan
perencanaan dan
pelaksanaan tindakan
keperawatan. 6
Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat 5 meliputi pelaksanaan
prosedur keperawatan,
observasi keperawatan,
pendidikan dan konseling keperawatan. 7
Perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud Pada ayat 3 huruf a, dapat memberikan obat bebas
danatau obat bebas terbatas.
Paragraf 3 Kewenangan Perawat Gigi
Pasal 26
1 Perawat gigi dalam menjalankan pekerjaan sebagai perawat gigi harus
sesuai dengan : a. pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut;
b. melaksanakan tindakan medik terbatas dalam bidang kedokteran gigi sesuai permintaan tertulis dari dokter gigi.
2 Pelayanan asuhan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
huruf a, dilakukan dalam rangka upaya promotif dan preventif. 3
Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut meliputi : a. upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut;
b. upaya pencegahan penyakit gigi pemeriksaan plak, teknik sikat gigi yang baik, skaling supra gingival, pencegahan karies gigi, pengisian
fit dan fissure gigi dengan bahan fissure sealant dan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pasien rawat inap;
c. tindakan penyembuhan gigi pengobatan darurat sesuai dengan standar pelayanan, pencabutan gigi sulung dengan atau tanpa
topikal anestesi, penambalan gigi sulung dan gigi tetap satu bidang dengan glass ionomer dan bahan amalgam, perawatan pasca
tindakan;
d. pelayanan …
d. pelayanan hygiene kesehatan gigi sterilisasi alat-alat kesehatan gigi, pemeliharaan alat-alat kesehatan gigi dan lingkungan kerja.
Paragraf 4 Kewenangan Bidan
Pasal 27
1 Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi : a. pelayanan kesehatan ibu pada masa pra hamil, kehamilan normal,
persalinan normal, masa nifas normal, meyusui dan konseling antara dua kehamilan;
b. pelayanan kesehatan anak bayi baru lahir, bayi, balita dan anak prasekolah;
c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana konseling dan memberikan alat kontrasepsi oral dan
hormon. 2
Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a, berwenang untuk :
a. episiotomi; b. penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;
c. penanganan kegawat darurat dilanjutkan dengan perujukan; d. pemberian tablet Fe pada ibu hamil;
e. pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas; f. bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi asi eksklusif;
g. pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan postpartum;
h. penyuluhan dan konseling; i.
bimbingan pada kelompok ibu hamil; j.
pemberian surat keterangan kematian; k. pemberian surat keterangan cuti bersalin.
3 Bidan …
3 Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 huruf b, berwenang untuk : a. asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan
hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal 0-28 hari dan perawatan tali pusat;
b. penganan hipotermi dan kegawatdaruratan dilanjtkan dengan segera merujuk;
c. pemberian imunisassi; d. pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak
prasekolah; e. konseling dan penyuluhan;
f. pemberian surat ketarangan kematian; g. pemberian surat keterangan kelahiran.
4 Selain kewenangan diatas bidan yang terlatih dan bersertifikat dapat
melakukan kewenangan untuk melakukan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak
balita sakit, pelaksanaan deteksi dini, merujuk, penyuluhan terhadap infeksi menular seksual, pencegahan penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika dan zat adiktif lainnya NAPZA dalam rangka menjalankan program pemerintah.
Paragraf 5 Kewenangan Fisioterapi
Pasal 28
1 fisioterapi dalam melaksanakan praktik fisioterapi berwenang untuk melakukan :
a. asesmen fisioterapi yang meliputi pemeriksaan dan evaluasi; b. diagnosis fisioterapi;
c. perencaan fisioterapi;
d. intervensi …
d. intervensi fisioterapi; e. evaluasire-evaluasire-asesmen.
2 Fisioterapi dalam menjalankan praktik fisioterapi dapat menerima pasien klien dengan rujukan danatau tanpa rujukan.
3 Kewenangan untuk menerima pasien tanpa rujukan hanya dilakukan bila pelayanan yang diberikan berupa :
a. pelayanan bersifat promotif dan preventif; b. pelayanan untuk pemeliharaan kebugaran, memperbaiki postur,
pemeliharaan sikap tubuh dan melatih irama pernafasan normal; c. pelayanan dengan keadaan aktualisasi rendah dan bertujuan untuk
pemeliharaan.
Paragraf 6 Kewenangan Radiografer
Pasal 29
1 Dalam memberikan pelayanan radiologi dan imeging dengan menggunakan energi radiasi pengion dan non pengion dibwah
pengawasan dokter spesialis radiologi, radiografer berwenang : a. melakukan teknik pemeriksaan radiologi non kontraspemeriksaan
rutin : tulang belakang, thorakcostae, tulang muka dan tulang kepala, tulang ektremitas, gigigeligi dengan panoramic, BNOabdomen dan
abdomen tiga posisi, panggulpelvimetri, radiografi dengan teknik soft tissue, bone agebone survey, tomografi, radiografi di ruang rawat
inap, kamar bedah termasuk di poliklinik. b. melakukan tindakan teknik pemeriksaan radiologi dengan bahan
kontras : penyiapan bahan-bahan kontras radiografi, radiografi traktus urinarius, traktus digestivus, cholecystografibiliari sistem, HSG,
pemeriksaan USG, radiografi pada tindakan pemasangan pace makerkaterisasi jantung, radiogrfai pembuluh darah secara digital
angiografi substraction DSA.
c. melakukan …
c. melakukan pemeriksaan radiologi dengan alat canggih : tindakan pemeriksaan dengan alat CT scanCT helical, pemeriksaan dengan
alat SPECT Gamma Camera, MRI. d. melakukan treatment planning system pada teknik penyinaran
radioterapi: terapi tumor, kurva isodose tumor, menghitung dosis radiaso tumor, menetapkan waktu terapi radiasi tumor, membuat
dokumentasi perencanaan terapi dengan oto terapi simulator. e. melakukan tindakan penyinaran pada terapi radiasi : internal maupun
external. f. melakukan pekerjaan di mould room : membuat masker untuk
radioterapi, membuat countour organ untuk terapi radiasi, membuat sistem blokradiasi untuk penyinaran terapi, membuat alat bantu
penyinaran terapi radiasi. g. melakukan teknik pemeriksaan kedokteran nuklir : statik, dinamik, RIA
radioimonoassy, extraksiilusi radiofarmaka, labeling radiofarmaka, memesanmenerimamemeriksa
kiriman dan
mempersiapkan radiofarmaka, melakukan processing data dari pemeriksaan scintidrafi
thallium radio nuklide ventriculografi RNV, tindakan pengelolaan limbah radioaktif dan persiapan pelaksanaan terapi isotop.
2 Dalam memberikan pelayanan radiologi dan imeging dengan menggunakan energi radiasi pengion dan non pengion tanpa
pengawasan dokter spesialis radiologi, radiografer berwenang : a. melakukan pemeriksaan rutin;
b. melakukan tindakan processing film; c. melakukan tindakan proteksi radiasi;
d. merencanakan penyelenggaraan pelayanan radiologi dan imejing.
Paragraf 7 Kewenangan Refraksionis Optisien
Pasal 30
1 Refraksionis optisien dalam melaksanakan pekerjaan berwenang untuk :
a. melakukan pemeriksaan mata dasar;
b. melakukan …
b. melakukan pemeriksaan refraksi; c. menetapkan, menyiapkan dan membuat kacamata berdasarkan
ukuran lensa kacamatalensa kontak sesuai dengan kebutuhan; d. menerima dan melayani resep kacamata dari dokter spesialis;
e. mengepas fitting kacamata lensa kontak pada pemakaipasien untuk kenyamanan dan keserasian
Paragraf 8 Kewenangan Okupasi Terapi
Pasal 31
1 Okupasi terapi dalam melaksankan praktik okupasi terapi berwenang
untuk melakukan
pelayanan okupasi
terapi yang
meliputi pengembangan, pemeliharaan dan pemulihan aktivitas kegiatan sehari-
hari, produktivitas, pemanfaatan waktu luag, memfungsikan peralatan adaptif dan alat bantu tertentu.
2 Pelayanan okupasi terapi sebagaimana dimaksud pada ayat 1,
meliputi : a. melakukan tindakan terapi pada problem kinerja okupasional untuk
kelompok kasus musculoskeletal, neuromuskuler, kardiopulmonal, anak dengan gangguan mental, gangguna jiwapsikososial, kasus
terminal, kasus ketergantungan NAPZA, dan kasus geriatri; b. melakukan tindakan stimulasi kinerja okupasional untuk kelompok
kasus tumbuh kembang anak; c. melakukan tindakan terapi pada problem komponen kinerja
okupasinal dengan menggunakan : sensori integrasi dan snoezelen; d. melakukan tindakan terapi pada problem keterampilan pra akademik
pada kasus tumbuh kembang; e. mendesain dan memfungsikan alat bantu fungsional;
f. mendesain modifikasi lingkungan.
3 Okupasi …
3 Okupasi terapi dalam melakukan praktik okupasi terapi dapat menerima
pasienklien dengan rujukan danatau tanpa rujukan. 4
Kewenangan untuk menerima pasienklien tanpa rujukan hanya dapat dilakukan untuk pelayanan okupasi terapi yang meliputi pelayanan
promotif, preventif, deteksi dini, penyembuhan dan pemulihan dalam intervensi okupasi terapis pada gangguan area kinerja okupasional dan
gangguan komponen kinerja okupasional.
Paragraf 9 Kewenangan Terapis Wicara
Pasal 32
1 Terapi wicara dalam melaksanakan praktik terapis wicara berwenang
untuk melakukan assesmen, diagnostik, prognostik, perencanaan, terapi, evluasi, rujukan dan advis dalam permasalahan terapi wicara.
2 Terapi wicara dalam melakukan praktik terapis wicara dapat menerima
pasienklien dengan rujukan danatau tanpa rujukan. 3
Kewenangan untuk menerima pasienklien tanpa rujukan hanya dilakuakn bila pelayanan yang diberikan berupa pelayanan yang
bersifat promotif dan preventif, pelayanan pada pasien dengan aktualisasi rendah dan bertujuan untuk pemeliharaan, serta pelayanan
pada apsien dengan gangguan komunikasi ringan.
Paragraf 10 Kewenangan Profesi Gizi
Pasal 33
1 Kewenangan Profesi gizi meliputi tiga bidang yaitu :
a. asuhan gizi; b. manajemen sistem penyelenggaraan makanan masal;
c. pelayanan gizi masyarakat.
2 Kewenangan …
2 Kewenangan ahli gizi RD :
a. melakukan tata laksanaasuhanpelayanan gizi klinik dan dietetik; b. mengelola pelayanan gizi masyarakat;
c. melaksanakan penelitian gizi; d. melakukan pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausaha;
e. melaksanakan partisipasi bersama tim kesehatan dan tim lintas sektoral;
f. melakukan praktik dalambidang gizi yang bekerja secara profesional dan etis.
3 Kewenangan ahli madya gizi DTR :
a. melakukan tata laksana pelayanan gizi klinik dan dietetik; b. melaksanakan pelayanan gizi masyarakat;
c. menyelia sistem penyelenggaraan makanan masal; d. mendidikmenyuluh dan memberikan konseling gizidiet;
e. melakukan pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausaha; f. melakukan praktik dalam bidang gizi yang bekerja secara
profesional dan etis.
Paragraf 11 Kewenangan Tenaga Kefarmasian
Pasal 34
1 Untuk apoteker yang bekerja pada instalasi farmasi di Apotik,
Puskesmas dan Rumah Sakit memiliki kewenangan : a. melayani resep dokter;
b. mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan
dokter danatau pasien;
c. peny erahan …
c. menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada masyarakat atas resep dari dokter;
d. penyiapan obat peracikan, memasang etiket, mengemas dan penyerahan obat;
e. memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat; f. konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan
kesehatan; g. monitoring penggunaan obat pasien tertentu;
h. memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat yang sesuai hanya
terbatas pada obat bebas dan obat bebas terbatas; i. pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah;
2 untuk apoteker yang bekerja instalasi farmasi diluar apotik, puskesmas
dan rumah sakit memiliki kewenanangan : pengelolaan, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran perbekalan farmasi serta menjamin
kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi pedagang besar farmasi. 3
Untuk tenaga kefarmasian yang memiliki SIK memiliki kewenangan : pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan,
penyimpanan dan distribusi obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN