1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manggis Garcinia mangostana Linn adalah pohon hijau di daerah tropis yang diyakini berasal dari Indonesia. Pohon manggis mampu tumbuh mencapai 7
hingga 25 meter. Bentuk buahnya khas dengan kulit berwarna merah hingga merah keunguan ketika matang. Manggis termasuk buah eksotik yang sangat
digemari konsumen, baik di dalam maupun luar negeri karena rasanya lezat, bentuk buah yang indah, dan tekstur daging buah yang putih halus, sehingga
mendapat julukan Queen of Tropical Fruits Indah Supriyanto, 2013. Kandungan kimia kulit buah manggis didominasi oleh xanthone. Xanthone
merupakan fenol-fenol tanaman yang aktif secara biologis dan struktural sama dengan flavonoid yang sudah ditemukan dan bermanfaat bagi kesehatan. Aktivitas
biologis dari kandungan kulit buah manggis antara lain sebagai antioksidan, antitumor, antibakteri, antivirus, antijamur, antikanker dan antiinflamasi Subagja,
2013. Ekstrak kulit buah manggis memiliki aktivitas antibakteri Priya et al.,
2010. Kandungan dari ekstrak kulit buah manggis adalah senyawa derivat xanthone
yaitu α-mangostin, -mangostin, -mangostin, dan methoxy- -
mangostin Geetha et al., 2011. Derivat xanthone yang memiliki aktivitas antibakteri adalah
α-mangostin Chomnawang et al., 2009. Geetha et al., 2011 ekstrak kulit buah manggis konsentrasi 200 µgmL memiliki zona hambat sebesar
24 mm dan kadar hambat minimum 1 mgmL terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus
. Penelitian ini, ekstrak etanol kulit buah manggis diformulasikan dalam
bentuk krim untuk meningkatkan kemudahan penggunaan dan efektivitasnya sebagai antibakteri. Pemilihan sediaan krim karena sifat umum dari krim mampu
melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu cukup lama dan mudah dicuci atau dihilangkan dengan air Lachman et al., 1994.
Pada sediaan krim, asam stearat emulgator dinetralkan dengan zat pengalkali trietanolamin akan membentuk basis yang dapat menyerap air 5-15
kali beratnya. Penampakan dan plastisasi krim bergantung pada proporsi alkali yang digunakan Allen, 2009. Trietanolamin dicampur dengan asam stearat akan
membentuk sabun anionik dengan pH sekitar 8 dan membentuk emulsi tipe MA yang stabil dan halus Goskonda, 2009. Semakin banyak asam stearat yang
digunakan maka sediaan akan tampak lebih kaku dan konsistensinya meningkat. Sebaliknya semakin banyak trietanolamin yang digunakan maka akan
menurunkan konsistensinya sehingga sediaan akan lebih encer dan mudah dituang. Penggunaan asam stearat sebagai emulgator pada sediaan topikal akan
membentuk basis yang kental dan tingkat kekentalannya ditentukan oleh jumlah trietanolamin yang digunakan Allen, 2009.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh formulasi krim ekstrak kulit buah manggis dengan
kombinasi asam stearat dan trietanolamin terhadap sifat fisik organoleptis, homogenitas, pH, viskositas, daya menyebar, dan daya melekat dan aktivitas
antibakterinya terhadap Staphylococcus aureus serta mendapatkan formula yang optimal dengan cara menganalisis data hasil uji sifat fisik dan uji antibakteri
dengan menggunakan metode desain faktorial. Metode desain faktorial digunakan untuk mengetahui efek dari dua faktor atau variabel yang berbeda Bolton, 1997
dari asam stearat dan trietanolamin, sehingga akan didapatkan perbandingan konsentrasi antara asam stearat dan trietanolamin yang menghasilkan krim ekstrak
kulit buah manggis yang optimum.
B. Rumusan Masalah