2. Staphylococcus aureus
Klasifikasi Staphylococcus aureus menurut Alcamo 1984 : Domain :
Bacteria Kingdom :
Eubacteria Phylum :
Firmicutes Class :
Bacilli Ordo :
Bacillales Family :
Staphylococcaceae Genus :
Staphylococcus Species :
S. aureus Staphylococcus aureus
merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat dengan diameter 1 µm yang tersusun dalam bentuk kluster tidak teratur seperti
anggur dan aktif melakukan metabolisme, fermentasi karbohidrat dan menghasilkan berbagai macam pigmen dari warna putih sampai kuning gelap.
Bakteri ini relatif sering dijumpai pada manusia, dapat ditemukan di hidung pada 30-50 orang dewasa sehat dan di kulit sekitar 5-10 yang dapat menimbulkan
berbagai macam infeksi seperti jerawat, bisul, atau penanahan pada bagian tubuh manapun. Ciri khas infeksi lokal Staphylococcus aureus berupa abses, benjolan
merah dan mengeluarkan nanah pada kulit yang terinfeksi Jawetz et al., 2005. S. aureus
mampu memfermentasikan manitol, yang tidak bisa dilakukan oleh spesimen lain. Selain pembiakan, juga dilakukan test katalase dan test koagulase
yang akan memberikan hasil positif yang ditandai dengan adanya penggumpalan plasma sitrat dalam 1-4 jam. Test koagulase ini dilakukan untuk membedakan
spesimen patogen pada manusia Brooks et al., 2001.
3. Uji Antibakteri
Uji aktivitas antibakteri digunakan untuk mengukur potensi suatu senyawa yang dapat memberikan efek terhadap mikroorganisme. Metode difusi paling
sering digunakan untuk menentukan aktivitas antibakteri dengan menggunakan disk
atau sumuran yang dimasukkan antibakteri dan ditempatkan dalam media padat yang telah diinokulasikan dengan bakteri indikator. Setelah diinkubasi, akan
terjadi daerah jernih di sekitar sumuran atau disk dan diameter hambatan
merupakan ukuran kekuatan hambatan dari substansi antibakteri terhadap bakteri yang digunakan Pratiwi, 2008.
4. Sediaan Krim
Krim digunakan sebagai emolien atau pemakaian obat pada kulit. Vanishing cream
merupakan emulsi minyak dalam air, yang mengandung air dalam persentase besar dan asam stearat Ansel et al., 1989. Pembuatan krim
diperlukan emulgator sebagai senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan surface tension antar cairan-cairan yang terdapat dalam suatu sistem
karena mempunyai aktivitas permukaan surface active agent. Kemampuan menurunkan tegangan permukaan yang dimiliki emulgator terkait dengan struktur
kimianya yang mampu menyatukan dua senyawa dengan polaritas yang berbeda Ansel et al., 1989.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan krim meliputi asam stearat, trietanolamin, natrium tetraborat, gliserin, dan akuades. Asam stearat berbentuk
kristal padat atau bubuk putih atau kekuningan, agak mengkilap, memiliki sedikit bau. Asam stearat berfungsi sebagai emulgator, digunakan dengan konsentrasi
sebesar 1-20. Trietanolamin berbentuk cairan kental, berwarna kuning pucat, dan sedikit berbau amonia yang berfungsi sebagai zat pengalkali, digunakan
dengan konsentrasi 2-4vv. Ketika dicampur dengan asam stearat, akan membentuk sabun anionik dengan pH sekitar 8, dan membentuk emulsi tipe MA
yang stabil dan halus Goskonda, 2009. Natrium tetraborat berfungsi sebagai zat pengawet antimikroba dan juga mempunyai kemampuan yang baik sebagai
buffering agent . Buffering agent berfungsi untuk mengontrol pH sehingga
kestabilan pH krim bisa terjaga De Jong, 2009. Gliserin berfungsi sebagai emolien, penggunaannya dalam krim biasanya
≤ 30 Alvarez-Nu´nez Medina, 2009.
5. Metode Factorial Design