Pengaruh komitmen profesional auditor terhadap intensi melakukan whistleblowing dengan retaliasi sebagai variabel moderating

PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP
INTENSI MELAKUKAN WHISTLEBLOWING DENGAN RETALIASI
SEBAGAI VARIABEL MODERATING

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
Rizqi Awaliya Nikmah
NIM: 1110082000123

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M

PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP
INTENSI MELAKUKAN WHISTLEBLOWING DENGAN RETALIASI
SEBAGAI VARIABEL MODERATING


SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
Rizqi Awaliya Nikmah
NIM: 1110082000123

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I.


IDENTITAS PRIBADI
1. Nama

: Rizqi Awaliya Nikmah

2. Tempat, Tanggal Lahir

: Kendal, 1 Februari 1992

3. Alamat

: Ds. Kalirejo Rt 03 Rw 03 Kec.
Kangkung, Kab. Kendal,
Semarang-Jateng 51353

II.

III.


4. Telepon

: 087871195980

5. Email

: rizqiawaliya@gmail.com

PENDIDIKAN
1.

SDN 02 Kalirejo

Tahun 1997-2003

2.

SMP N 1 Cepiring

Tahun 2003-2006


3.

SMA N 1 Kendal

Tahun 2006-2009

4.

S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2010-2014

LATAR BELAKANG KELUARGA
1.

Ayah

: Masduki


2.

Tempat, Tanggal Lahir

: Kendal, 25 Mei 1959

3.

Ibu

: Ninik Karyati

4.

Tempat, Tanggal Lahir

: Kendal, 28 Maret 1968

5.


Alamat

: Ds. Kalirejo Rt 03 Rw 03 Kec.
Kangkung, Kab. Kendal,
Semarang-Jateng 51353
vi

IV.

SEMINAR DAN WORKSHOP
1.

Seminar “Anti-Corruption Training Road to Campus” oleh KPK, Jakarta 21
Oktober 2010.

2.

Seminar Nasional “Menatap Masa Depan Demokrasi Indonesia” oleh BEM
FEB, Jakarta 28 Februari 2011.


3.

Stadium General IESP oleh Fakulta Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta, Jakarta
28 Maret 2012.

4.

Seminar di Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI, Jakarta 4
Mei 2012.

5.

Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi oleh HMJ Akuntansi, Jakarta 3
Oktober 2012.

6.

Workshop “Hidup Positif Bermakna untuk Sesama Tanpa Narkoba” oleh
Gerakan Nurani Nusantara, Jakarta 15 Desember 2012.


7.

Diskusi Interaktif “APEC di Mata Anak Muda” oleh Kompas, Jakarta 2
Oktober 2013.

vii

ABSTRACT
The Effect of Auditors Professional Commitment on Whistleblowing Intention
with Retaliation as Moderate Variable

The purpose this study to examine the effect of auditor’s professional
commitment on whistleblowing intention with retaliation as moderate variable.
Based on purposive sampling method, this study used a sample of 70 respondents
who work as internal auditors in General Inspectorate in some ministries in
Indonesia. This study used primary data with questionary. Data were analyzed
using simple regression analysis and Moderated Regression Analysis (MRA) with
SPSS 21 processing.
The result indicates that auditors professional commitment effect on
whistleblowing intention. While the effect auditors professional commitment on

whistleblowing intention can not be a moderated variable by retaliation.
Keyword: auditors professional commitment, retaliation, whistleblowing intention

viii

ABSTRAK
Pengaruh Komitmen Profesional Auditor terhadap Intensi Melakukan
Whistleblowing dengan Retaliasi Sebagai Variabel Moderating

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh komitmen
profesional auditor terhadap intensi melakukan whistleblowing dengan retaliasi
sebagai variabel moderating. berdasarkan metode purposive sampling, penelitian
ini menggunakan sampel sebanyak 70 responden yang berprofesi sebagai auditor
internal yang bekerja di Inspektorat Jenderal pada beberapa kementerian di
Indonesia. Penelitian ini menggunakan data primer dengan kuesioner. Data
dianalisis dengan menggunakan analisis regresi sederhana dan Moderate
Regression Analysis (MRA) yang pengolahannya melalui SPSS 21.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen profesional auditor
berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing. Sedangkan retaliasi
tidak memoderasi pengaruh komitmen profesional auditor terhadap intensi

melakukan whistleblowing.
Kata kunci: komitmen profesional auditor, retaliasi, intensi melakukan
whistleblowing

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman , yang telah membimbing umatnya
menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan,
bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung
dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1.


Bapak Masduki dan Ibu Ninik Karyati tercinta, terima kasih atas segala
dukungan, perhatian, doa, serta bantuan moril dan materiil. Tiada kata yang
mampu melukiskan rasa terima kasihku kepada kalian.

2.

Adikku M. Wahyu Adi Nugroho yang menjadi penyemangatku.

3.

Lutfil Khakim, Dini Indri Hapsari, keponakan-keponakan, dan seluruh
keluarga di Depok, terima kasih atas semua yang diberikan selama ini,
semangat, perhatian, kasih sayang.

4.

Bapak Prof. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah.

5.

Ibu Dr. Rini selaku Ketua Jurusan Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6.

Bapak Hepi Prayudiawan SE., MM., Ak.,CA selaku Sekertaris Jurusan
Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7.

Bapak Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan

x

dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu yang telah
Bapak berikan selama ini
8.

Bapak Abdul Hamid Cebba, MBA., CPA selaku dosen pembimbing II yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi nasihat,
memberikan semangat dan bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.
Terima kasih atas ilmu yang sudah Bapak berikan selama ini.

9.

Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama
menempuh masa studi.

10. Bapak/Ibu sekertaris, kepala bagian kepegawaian, kasubag kepegawaian,
staff, dan auditor dari Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan RI,
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Kementerian Agama RI, yang
telah mengizinkan peneliti untuk menyebar kuesioner di sana.
11. Sahabat-sahabatku tersayang yang tergabung dalam Cossin Generation:
Lenny Anggraeni, Ririn Annisa Priliani, Rizqi Awaliya Nikmah, Diah
Anugraheni, dan Heva Nur Adri. Terima kasih atas segala bantuan, support,
doa dan keceriaan yang telah kalian berkan. Terima kasih sudah mau menjadi
sahabatku, yang mau menerima aku dengan segala kekuranganku. Semoga
persahabatan ini akan tetap terjaga.
12. Sahabat-sahabatku tersayang yang tergabung dalam My Limun. Yang terdiri
dari, Najibatul Labibah, Tika Zahara, Eka Novi Astria Beti, Rizka Dhiani,
Husnul Khotimah. Terima kasih banyak sudah mau berbagi tempat tinggal
denganku walaupun sempit-sempitan, berbagi kesedihan dan keceriaan. Pasti
aku bakal merindukan saat-saat dimana kita tidur bareng, makan bareng,
nonton tv bareng, becanda bareng. Semoga kebersamaan kita akan tetap ada
walaupun nanti kita akan berpisah.
13. Teman-teman Akun D “Daeng Tata”, terima kasih atas dukungan, doa,
keceriaan, dan kebersamaan yang telah kalian berikan. Pasti aku merindukan
suasana kelas yang sarat akan kehangatan dan kebersamaan. Aku berharap
suatu saat kita bisa jalan-jalan bareng sekelas.

xi

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 30 Juni 2014

(Rizqi Awaliya Nikmah)

xii

DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi ..................................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif .............................................. iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .......................................................... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ........................................... v
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................... vi
Abastract ..................................................................................................... viii
Abstrak ........................................................................................................ ix
Kata Pengantar ........................................................................................... x
Daftar Isi ...................................................................................................... xiii
Daftar Tabel ................................................................................................ xvii
Daftar Gambar ........................................................................................... xix
Daftar Lampiran ........................................................................................ xx
BAB I

PENDAHULUAN .............................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1

xiii

B. Perumusan Masalah ......................................................... 12
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 12
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA .................................................... 15
A. Tinjauan Literatur ............................................................ 15
1. Internal Audit ............................................................. 15
2. Aparat Pengawas Internal Pemerintah ........................ 18
3. Teori Perilaku Terencana ............................................ 19
4. Komitmen Profesional Auditor ................................... 22
5. Retaliasi ....................................................................... 25
6. Whistleblowing ............................................................ 27
B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ..................................... 30
C. Kerangka Pemikiran ........................................................ 39
D. Dasar Perumusan Hipotesis ............................................. 41
1. Komitmen Profesional Auditor dengan Intensi
Melakukan Whistleblowing ........................................ 41
2. Retaliasi Memoderasi Komitmen Profesional
Auditor terhadap Intensi Melakukan
Whistleblowing ........................................................... 43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN ...................................... 46
A. Ruang Lingkup Penelitian.............................................. 46
B. Metode Penentuan Sampel............................................. 46
C. Metode Pengumpulan Data ........................................... 47

xiv

1. Penelitian Pustaka (Library Research) ....................... 47
2. Penelitian Lapangan (Field Research) ........................ 47
D. Metode Analisis Data ..................................................... 48
1. Analisis Deskriptif ...................................................... 48
2. Uji Kualitas Data ........................................................ 48
3. Uji Asumsi Klasik ...................................................... 49
4. Uji Hipotesis ............................................................... 52
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................. 56
1. Komitmen Profesional Auditor .................................. 56
2. Retaliasi ...................................................................... 56
3. Intensi Melakukan Whistleblowing ............................ 57
BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN .............................. 60
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .................. 60
1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................. 60
2. Karakteristik Profil Responden ............................... 61
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ...................................... 65
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................... 65
2. Hasil Uji Kualitas Data ........................................... 66
3. Hasil Uji Asumsi Klasik .......................................... 69
4. Hasil Uji Hipotesis .................................................. 74
C. Pembahasan ................................................................... 78

BAB V

PENUTUP ......................................................................... 83

xv

A. Kesimpulan ................................................................... 83
B. Saran ............................................................................. 84
Daftar Pustaka ............................................................................................. 85
Lampiran-lampiran ...................................................................................... 90

xvi

Daftar Tabel

No.

Keterangan

Halaman

2.1

Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ..................................................

31

3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................. 58

4.1

Data Sampel Penelitian ................................................................... 61

4.2

Data Distribusi Sampel Penelitian .................................................. 61

4.3

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........... 62

4.4

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia .......................... 63

4.5

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir ......... 64

4.6

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan
Pendidikan Terakhir ........................................................................ 64

4.7

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan
Pengalaman Kerja ........................................................................... 65

4.8

Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................................... 66

4.9

Hasil Uji Validitas Komitmen Profesional ..................................... 67

4.10

Hasil Uji Validitas Retaliasi ............................................................ 68

xvii

No

Keterangan

Halaman

4.11

Hasil Uji Validitas Intensi Melakukan Whistleblowing ................. 68

4.12

Hasil Uji Reliabilitas ....................................................................... 69

4.13

Hasil Uji Multikolonieritas ............................................................. 70

4.14

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) ............................................. 71

4.15

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Variabel Y dan X1 ............... 74

4.16

Hasil Uji Statistik t Variabel Y dan X1 ............................................ 75

4.17

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Variabel Y, X1, dan X2 ......... 76

4.18

Hasil Uji Statistik t Variabel Y, X1, dan X2 ..................................... 77

xviii

Daftar Gambar

No.

Keterangan

Halaman

2.1

Skema Kerangka Pemikiran ........................................................... 39

4.1

Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ........................ 72

4.2

Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ................. 72

4.3

Grafik Scatterplot ........................................................................... 73

xix

Daftar Lampiran

No

Keterangan

Halaman

1.

Surat Penelitian Skripsi......................................................................

90

2.

Surat Keterangan dari Kementerian...................................................

93

3.

Kuesioner Penelitian ..........................................................................

97

4.

Jawaban Responden ...........................................................................

108

5.

Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ...............................................

118

xx

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan profesi internal auditing dalam era globalisasi saat
ini sangat pesat, bahkan internal auditor telah diakui keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi perusahaan (corporate governance) yang
dapat membantu manajemen dalam meningkatkan kinerja pemerintah
maupun perusahaan, terutama dalam aspek pengendalian. Dengan adanya
hal tersebut, diharapkan supaya auditor dapat meningkatkan sistem
pengendalian intern karena sistem pengendalian intern ini merupakan
prasyarat bagi penyelenggaraan pemerintah dan pengelolaan keuangan
negara yang baik.
Sistem pengendalian intern ini merupakan salah satu unsur fungsi
audit internal. Dengan demikian, fungsi audit internal yang berjalan
dengan baik akan menghasilkan keluaran yang baik yang akan menjadi
masukan bagi auditor eksternal, eksekutif, dan legislatif dalam
memperbaiki pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan pada waktu
yang akan datang. Oleh karena itu, sudah selayaknya fungsi pengawasan
internal lebih diberdayakan dan dilaksanakan secara baik demi tercapainya
tujuan berbangsa dan bernegara atau good governance pada sektor publik,
yaitu terwujudnya transparansi, akuntabilitas, kejujuran, keadilan, dan
kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut auditor internal

1

sebagai salah satu pengendali intern dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan pengelolaan laporan keuangan negara harus mengeluarkan pendapat
atau opini pada laporan keuangan yang akan diterbitkan.
Auditor internal pemerintah tergabung dalam APIP. Menurut
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 1 ayat 11 menerangkan
bahwa Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas intern pada
institusi lain yang selanjutnya disebut APIP adalah aparat yang melakukan
pengawasan melalui audit, review, evaluasi, pemantauan dan kegiatan
pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi.
Tugas, fungsi, dan kewenangan APIP dapat dilihat di pasal-pasal lain
dalam Perpres 54/2010, diantaranya yaitu Pasal 17, 32, 81, 99, dan 177.
Kalau melihat pasal-pasal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa APIP
sama dengan inspektorat di instansi pemerintah (Inspektorat Jenderal,
Inspektorat, Inspektorat Kabupaten, Inspektorat Provinsi) dengan jabatan
fungsional auditor sebagai SDM-nya.
Akhir-akhir ini kasus whistleblowing banyak diperbincangkan.
Whistleblowing dianggap sebagai sistem yang mempunyai manfaat
memperkuat sistem pengendalian internal. Manfaat tersebut, antara lain
tersedianya cara penyampaian informasi yang penting dan kritis,
tersedianya mekanisme deteksi dini atas kemungkinan terjadinya masalah
akibat suatu pelanggaran, adanya kesempatan untuk menangani masalah
pelanggaran secara internal sebelum meluas, dan mengurangi adanya
resiko dari dampak pelanggaran.

2

Di Amerika Serikat kasus whistleblowing yang paling terkenal
adalah kasus pengungkapan kecurangan yang dilakukan oleh Jeffrey
Wigand. Wigand merupakan direksi di bagian Riset dan Pengembangan
(1988-1993) perusahaan rokok Brown and Williamson Tobacoo
Corporation. Dia memberikan laporan mengungkap kesaksian adanya
praktik manipulasi kadar rokok nikotin rokok di perusahaan tempatnya
bekerja.
Tidak

dapat

dipungkiri,

keberadaan

whistleblower

sangat

membantu dalam pengungkapan kecurangan/fraud. Apalagi, telah
diketahui banyak kalangan, bahwasannya praktik kecurangan/fraud telah
marak terjadi. Dalam buku Memahami Whistleblower, dikatakan bahwa
whistleblower biasanya ditujukan kepada seseorang yang pertama kali
mengungkapkan atau melaporkan suatu tindak pidana atau tindakan yang
dianggap ilegal di tempatnya bekerja atau orang lain berada, kepada
otoritas internal organisasi atau kepada publik, seperti media massa atau
lembaga pemantau publik. Seorang whistleblower biasanya merupakan
orang dalam, yaitu orang yang mengungkap dugaan pelanggaran dan
kejahatan yang terjadi di tempatnya bekerja atau ia berada. Karena skandal
kejahatan selalu terorganisir, maka seorang whistleblower kadang
merupakan bagian dari pelaku kejahatan atau kelompok mafia itu sendiri.
Dia terlibat dalam skandal lalu mengungkapkan kejahatan yang terjadi.
Di dalam perusahaan, umumnya terdapat dua cara sistem
pelaporan, yaitu sistem pelaporan internal dan sistem pelaporan eksternal.

3

Sistem pelaporan internal umumnya dilakukan melalui saluran-saluran
komunikasi yang sudah baku dalam perusahaan. Sistem pelaporan internal
whistleblower perlu ditegaskan kepada seluruh karyawan. Dengan
demikian, karyawan dapat mengetahui otoritas yang dapat menerima
laporan. Melalui sistem pelaporan internal, para karyawan dapat
melaporkan adanya dugaan tindakan kecurangan kepada atasannya
langsung. Perusahaan di Indonesia yang sudah menerapkan sistem
pelaporan internal adalah Pertamina, United Tractors, Sinar Mas, dan
beberapa perusahaan lainnya. Sedangkan sistem pelaporan eksternal,
memerlukan lembaga di luar perusahaan yang memiliki wewenang dalam
menerima pelaporan kecurangan. Di Indonesia, lembaga di luar
perusahaan yang menangani laporan kecurangan belum berkembang.
Berbeda dengan luar negeri. Di Luar negeri, misalnya di Australia sudah
ada lembaga yang menangani laporan kecurangan yang dilakukan
whistleblower dari sektor swata. Misalnya, Mission Australia. Lembaga ini
memiliki komitmen tinggi terhadap perilaku yang mengedepankan standar
legal, beretika, dan bermoral pada perusahaan. Di Amerika Serikat (AS),
perusahaan-perusahaan swasta, khususnya perusahaan yang sudah go
public, diwajibkan membuat sistem pelaporan yang memungkinkan
seorang whistleblower melaporkan suatu pelanggaran. Kewajiban itu
diatur dalam Sarbanes-Oxley Act yang disahkan tahun 2002. SarbanesOxley Act merupakan undang-undang yang disahkan guna menghindari

4

penyimpangan keuangan di perusahaan-perusahaan terbuka, termasuk
penyimpangan laporan keuangan yang dibuat oleh kantor akuntan publik.
Walaupun di Indonesia sudah terdapat Lembaga Perlindungan
Saksi dan Korban (LPSK) yang mempunyai tugas memberikan
perlindungan bagi saksi dan korban, namun lingkup LPSK belum
menjangkau whistleblower. UU No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan
Saksi dan Korban tidak mencantumkan bahwa pelapor atau whistleblower
adalah pihak yang diberikan perlindungan. Oleh sebab itu, banyak kasus
buram yang menimpa whistleblower. Seperti kasus Endin Wahyudin,
pelapor kasus penyuapan tiga hakim agung, dipenjarakan karena dianggap
mencemarkan nama baik. Khairiansyah Salman, mantan auditor Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), yang melaporkan kasus korupsi di Komisi
Pemilihan Umum (KPU), dijadikan tersangka dengan tuduhan korupsi atas
Dana Abadi Umat Rp 10 juta. Dan lebih ironis lagi nasib Vincentius Amin
Sutanto, yaitu pelapor dugaan mega skandal pajak Asian Agri Group milik
taipan Sukanto Tanoto senilai Rp 1,3 triliun ini justru dijerat dengan
dakwaan pencucian uang. Ia divonis 11 tahun penjara dan tidak ada
pengurangan keringanan hukuman seperti yang dijanjikan dalam UndangUndang (Widayati, 2012).
Munculnya kasus-kasus kecurangan keuangan harus diatasi secara
cepat supaya tidak semakin membudidaya di Indonesia. Whistleblowing
adalah suatu tindakan yang diharapkan dapat mengurangi tindakan
kecurangan. Whistleblowing itu sendiri merupakan pelaporan oleh anggota

5

dari suatu organisasi (sekarang atau terdahulu) mengenai praktek ilegal,
imoral, dan haram yang dilakukan oleh orang atau organisasi yang
mungkin dapat mengakibatkan suatu tindakan (Elias, 2008). Atau suatu
tindakan yang melaporkan adanya tindakan kecurangan atau perilaku tidak
etis di dalam organisasi kepada pihak internal organisasi atau kepada pihak
eksternal organisasi, yaitu media massa. Disini, profesi akuntansi yang
memiliki peran yang penting dalam kasus kecurangan, seharusnya menjadi
orang pertama yang dapat mendukung whistleblowing.
Karir merupakan hal besar dalam kehidupan seseorang dan
komitmen profesional memiliki implikasi yang penting terhadap hal
tersebut. Selain memiliki implikasi bagi individu, komitmen profesi
berimplikasi pula bagi organisasi (Mardikawati, 2012). Komitmen
profesional dikaitkan dengan meningkatnya kinerja, turunnya niat untuk
pindah kerja, serta kepuasan kerja yang lebih besar (Meixner dan Bline,
1989 dikutip oleh Elias, 2008). Whistleblowing sering dikaitkan dengan
komitmen profesional. Menurut James (1995) dalam Jalil (2013),
Whistleblowing merupakan usaha yang dilakukan seorang pekerja atau
mantan pekerja suatu organisasi untuk mengungkap sesuatu yang dia
yakini

merupakan

kesalahan

yang

terjadi

dalam

organisasinya.

Whistleblowing adalah fenomena yang komplek. Sebagai karyawan akan
menghadapi dilema etika, dimana dia harus mengambil pilihan yang
sangat sulit antara kesetiaan mereka terhadap organisasi atau moral dan
sosial yang menekankan pada pelaporan tindak kecurangan.

6

Tidak semua karyawan atau pekerja yang mengetahui tindakan
kecurangan akan melaporkan tindak kecurangan tersebut kepada pimpinan
perusahaan atau publik. Whistleblower harus mempunyai motivasi pilihan
etis yang kuat untuk berani mengungkapkan skandal kejahatan terhadap
pimpinan perusahaan atau publik. Dengan berani mengungkapkan
kebenaran dan kesalahan, diharapkan pelanggaran atau kejahatan dapat
terungkap. Penekanan pada aspek moralitas itu sangat penting pada saat
nilai-nilai yang dapat menjadi acuan hidup bersama menjadi kendur.
Penekanan pada aspek moralitas itu sangat penting karena moralitas
adalah sebuah aspek dari kehidupan sosial, dan hanya dengan demikian
moralitas dapat digerakkan dan dihubungkan dengan praktik-praktik sosial
yang ada.
Selain itu, yang ditekankan dari seorang whistleblower dalam
muatan informasi yang sangat penting bagi kehidupan publik, misalnya
dalam skala yang besar tentu dapat menggoyahkan kondisi sebuah
perusahaan, bahkan perekonomian sebuah negara. Penyalahgunaan
keuangan akan membuat investor tidak mempercayai kinerja perusahaan,
dan pada akhirnya mereka tidak akan mau menanamkan investasi pada
perusahaan tersebut. Efek yang ditimbulkan dari adanya skandal keuangan
akan panjang. Mulai dari keluarnya para investor, bangkrutnya perusahaan
dan pemutusan hubungan kerja bagi karyawan atau pemecatan. Sehingga
whistleblower memegang posisi yang penting guna menjaga kesehatan
perusahaan dan perekonomian negara.

7

Seorang auditor

harus

memiliki

etika

dan moral

dalam

melaksanakan pekerjaannya. Sehingga apabila dia dihadapkan pada
pilihan yang sulit, dia mampu memberikan keputusan yang tepat, yang
sesuai dengan kode etik profesi akuntan. Taylor dan Curtis (2010) dalam
Jalil (2013) mengatakan bahwa komitmen profesional merupakan salah
satu faktor penentu dalam keputusan seseorang untuk melaporkan perilaku
tidak etis yang mereka temukan. Auditor yang profesional diharapkan
memiliki komitmen profesional yang tinggi sehingga lebih mengutamakan
profesionalisme dan etika profesi yang mereka miliki.
Menurut Tjiptohadi dalam Sagara (2013), profesionalisme bisa
mempunyai beberapa makna. Pertama, profesionalisme berarti suatu
keahlian, mempunyai kualitas tertentu, berpengalaman sesuai bidang
keahliannya, atau memperoleh imbalan karena keahliannya. Seseorang
bisa dikatakan profesional apabila telah mengikuti pendidikan tertentu
yang menyebabkan mempunyai keahlian atau kualifikasi tertentu. Kedua,
profesionalisme merujuk pada suatu standar pekerjaan, yaitu prinsipprinsip moral dan etika profesi. Prinsip-prinsip moral, seperti halnya
norma umum masyarakat, mengarahkan auditor agar berperilaku sesuai
dengan tatanan kehidupan seorang profesional. Ketiga, profesional berarti
moral. Kadar moral seseorang yang membedakan antara auditor satu
dengan auditor lainnya. Moral seseorang dan sikap menjunjung tinggi
etika profesi bersifat sangat individual.

8

Penelitian mengenai komitmen profesional, pernah dilakukan oleh
beberapa peneliti. Sagara (2013) meneliti mengenai profesionalisme
internal auditor terhadap intensi melakukan whistleblowing. Sagara (2013)
menilai profesionalisme dengan menggunakan konsep dari Kalbers dan
Forgathy (1995). Menurut mereka, terdapat empat dimensi untuk menilai
profesionalisme, yaitu (1) afiliasi dengan komunitas; (2) tuntutan untuk
mandiri; (3) keyakinan terhadap peraturan sendiri atau profesi; dan (4)
kepentingan sosial. Dari hasil penelitian, hanya profesionalisme auditor
internal dimensi tuntutan untuk mandiri yang berpengaruh positif terhadap
intensi melakukan whistleblowing.
Jalil (2013) juga melakukan penelitian mengenai pengaruh
komitmen

profesionalisme

auditor

terhadap

intensi

melakukan

whistleblowing dengan locus of control sebagai variabel moderating. Hasil
dari penelitian tersebut menyatakan bahwa komitmen profesional tidak
berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing. Hasil tersebut
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gani (2010). Dalam
penelitian yang dilakukan Gani (2010) berhasil membuktikan bahwa
komitmen profesional mahasiswa akuntansi (PPA dan Non-PPA)
berpengaruh

positif

terhadap

persepsi

mereka

akan

pentingnya

whistleblowing dan intensi melakukan whistleblowing.
Menurut Liyanarachchi dan Newdick (2009), terdapat dua faktor
yang paling penting dan relevan untuk memahami kecenderungan
seseorang melakukan whistleblowing adalah tingkatan moral reasoning

9

dan adanya retaliasi dalam whistleblowing. Mereka meneliti mengenai
dampak moral reasoning dan retaliasi mahasiswa akuntansi tingkat akhir
terhadap whistleblowing. Penelitian tersebut dilakukan di Selandia Baru.
Liyanarachchi dan Newdick (2009) membagi moral reasoning menjadi
dua tingkatan yaitu rendah dan tinggi. Sedangkan retaliasi dibagi juga
menjadi dua tingkatan, yaitu kuat (penalti) dan lemah (afiliasi). Penelitian
berhasil membuktikan bahwa dua tingkatan moral reasoning (rendah dan
tinggi) dan retaliasi (kuat dan lemah) berpengaruh positif terhadap intensi
melakukan whistleblowing. Jadi, pada saat individu berada dalam
tingkatan moral reasoning yang tinggi lebih cenderung melakukan
whistleblowing daripada individu dalam tingkatan moral reasoning yang
rendah. Individu yang menghadapi retaliasi yang lemah akan lebih
cenderung melakukan whistleblowing daripada individu yang mengalami
retaliasi yang tinggi. Sedangkan

kekuatan retaliasi tidak signifikan

mempengaruhi hubungan antara penalaran moral dan kecenderungan
individu untuk melakukan whistleblowing.
Dalam Pedoman Pelaporan Sistem Pelanggaran yang diterbitkan
oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) menjelaskan
bahwa penelitian yang dilakukan oleh Institute of Business Ethics (2007)
diantara 4 karyawan yang mengetahui adanya pelanggaran, kurang dari
52% yang melaporkan adanya tindakan kecurangan. Dan sisanya hanya
diam dan tidak berbuat apa-apa. Tindakan diam tersebut, bertentangan
dengan profesionalisme auditor. Seorang auditor yang profesional haruslah

10

mengungkapkan kecurangan yang mereka temukan, walaupun mereka
berpotensi mendapatkan retaliasi. Retaliasi dapat berupa pengucilan,
pemberian tugas kerja yang berlebihan, mutasi kerja, dan bahkan yang
lebih parah yaitu pemecatan kerja. Dengan adanya retaliasi tersebut,
profesionalisme auditor diuji.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti termotivasi untuk
melakukan penelitian ini karena pertama, seorang akuntan profesional
diharapkan memiliki komitmen profesional yang tinggi dimana mereka
lebih mengutamakan profesionalisme terhadap pekerjaannya. Seorang
internal auditor yang memiliki komitmen profesional yang tinggi
cenderung akan melakukan tindakan whistleblowing. Tetapi, apabila
auditor internal dihadapkan dengan retaliasi, akankah mereka tetap untuk
melakukan tindakan whistleblowing tersebut. Sehingga, diharapkan
penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai interaksi antara
retaliasi dengan komitmen profesional terhadap intensi melakukan
whistleblowing. Kedua, karena dalam penelitian sebelumnya variabel
locus of control (Jalil, 2013) tidak memoderasi hubungan antara komitmen
profesional auditor dengan intensi melakukan whistleblowing. Dan Jalil
(2013) menyarankan untuk meneliti mengenai retaliasi. Ternyata,
penelitian mengenai retaliasi terhadap intensi melakukan whistleblowing
masih sangat jarang dilakukan di Indonesia. Dan dalam penelitian
sebelumnya mengenai whistleblowing, Jalil (2013), Sagara (2013), dan
Elias (2008), menggunakan responden auditor KAP dan mahasiswa

11

akuntansi. Dan dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengambil
responden auditor internal pemerintah yang bekerja di Inspektorat Jenderal
Kementerian RI.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Komitmen Profesional Auditor
terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing dengan Retaliasi Sebagai
Variabel Moderating”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah
yang selanjutnya akan diteliti adalah:
1. Apakah komitmen profesional auditor berpengaruh terhadap intensitas
untuk melakukan whistleblowing?
2. Apakah retaliasi dapat memoderasi hubungan antara komitmen
profesional auditor terhadap intensi melakukan whistleblowing?

C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan latar belakang dan perumusan masalah
penelitian diatas, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris
atau hal-hal sebagai berikut:
1. Menguji pengaruh komitmen profesional auditor terhadap intensi
melakukan whistleblowing.

12

2. Menguji pengaruh retaliasi yang memoderasi pengaruh komitmen
profesional auditor terhadap intensi melakukan whistleblowing.

D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini
diharapkan dapat berguna bagi:
a. Kontribusi Praktis
1) Auditor Internal Pemerintah, sebagai tinjauan yang diharapkan
dapat

dijadikan

informasi

profesional sebagai

untuk

meningkatkan

komitmen

auditor supaya berani untuk melakukan

whistleblowing. Dan dapat mengambil sikap bila terjadi tindakan
pembalasan, baik itu dari atasan, rekan kerja, maupun klien.
2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang intensi melakukan
whistleblowing dan aspek keperilakuan yang dimiliki auditor
dengan memberikan bukti yang empiris mengenai pengaruh
interaksi antara retaliasi dengan komitmen profesional auditor
terhadap intensi melakukan whistleblowing inspektorat jenderal
beberapa kementerian di Indonesia.
b. Kontribusi Teoritis
1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan
pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan.

13

2) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang
akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
3) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta
menambah referensi mengenai auditing, terutama mengenai intensi
melakukan whistleblowing.

14

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur
1. Internal Audit
a. Pengertian Internal Audit
Sukrisno Agoes (2012:2004) mendefinisikan internal audit
sebagai berikut:
“Internal audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang
dilakukan oleh bagian internal perusahaan, terhadap laporan
keuangan dan catatan akuntansi perusahaan maupun ketaatan
terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan
ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan
dari ikatan profesi yang berlaku.”
American

Accounting

Association

(Sawyer,

2005:8)

mendefinisikan audit internal sebagai:
“proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan
mengevaluasi asersi mengenai tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomis untuk meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi ini
dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikannya ke
pengguna yang berkepentingan.”
Guidance Task Force (GTF) (Sawyer, 2005:9) pada musim
semi tahun 1999 menyerahkan definisi berikut untuk ditanggapi
oleh para anggota IIA:
“Audit internal adalah sebuah akivitas konsultasi dan keyakinan
objektif yang dikelola secara independen di dalam organisasi dan
diarahkan oleh filosofi penambahan nilai meningkatkan
operasional perusahaan. Audit tersebut membantu organisasi dalam
mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang
sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan

15

efektivitas proses pengelolaan risiko, kecukupan kontrol, dan
pengelolaan organisasi.”
“Audit internal merupakan profesi yang dinamis dan terus
berkembang yang mengantisipasi perubahan dalam lingkungan
operasinya dan beradaptasi terhadap perubahan dalam struktur
organisasi, proses, dan teknologi. Profesionalisme dan komitmen
yang tinggi difasilitasi dengan bekerja dalam kerangka praktik
profesional yang dikembangkan oleh Institute of Internal
Auditors.”
Pada pemerintahan, auditor internal merupakan unit
pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi.
Auditor internal terdiri dari Inspektorat Jenderal Kementerian,
Satuan Pengawas Intern (SPI) di lingkungan lembaga negara dan
BUMN/BUMD,

Inspektorat

Wilayah

Kabupaten/Kota

(Itwilkab/Itwilkot),

dan

Pengawas

Keuangan

Badan

dan

Pembangunan (BPKP) yang merupakan lembaga pemeriksa
independen.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
audit internal adalah suatu fungsi atau kegiatan yang bebas dalam
suatu organisasi dan sebagai pelayanan jasa dalam organisasi
tersebut.
b. Fungsi Internal Audit
Sawyer (2005) mengemukakan bahwa fungsi audit internal
adalah suatu fungsi penilaian yang bebas dalam suatu organisasi,
guna menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan
perusahaan untuk memberikan saran-saran kepada manajemen.

16

Tujuannya adalah membantu tingkatan manajemen, agar tanggung
jawabnya dilaksanakan secara efektif.
Adapun fungsi audit internal secara menyeluruh mengenai
pelaksanaan kerja audit internal dalam mencapai tujuannya:
1) Membahas, menilai kebaikan dan ketepatan pelaksanaan
pengendalian akuntansi, keuangan, serta operasi.
2) Meyakinkan apakah pelaksanaan sesuai dengan kebijaksanaan,
rencana, dan prosedur yang ditetapkan.
3) Meyakinkan

apakah

kekayaan

perusahaan/organisasi

dipertanggungjawabkan dengan baik dan dijaga dengan aman
terhadap segala kemungkinan risiko kerugian.
4) Meyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi dan cara lainnya
yang dikembangkan dalam organisasi.
5) Menilai kualitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang
telah dibebankan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan fungsi audit
internal adalah untuk membantu manajemen dalam menilai kinerja,
prosedur, dan kebijakan yang ditetapkan dalam organisasi agar
dapat meyakinkan dan memperbaiki pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab manajemen untuk mengurangi risiko-risiko yang
terdapat dalam organisasi sehingga dalam organisasi dapat berjalan
efektif.

17

2. Aparat Pengawas Internal Pemerintah
Auditor internal pemerintah merupakan auditor yang bekerja
untuk melayani kebutuhan-kebutuhan pemerintah. Selanjutnya, auditor
internal pemerintah disebut sebagai Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP). Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 Pasal 47 ayat 2 (a), Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
merupakan

aparat

yang

melakukan

pengawasan

intern

atas

penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah termasuk
akuntabilitas keuangan negara.
Menurut Pasal 48 ayat 2, Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah melakukan pengawasan intern melalui audit, review,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya. Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah terdiri atas:
a. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
b. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional
melaksanakan pengawasan intern.
c. Inspektorat Provinsi.
d. Inspektorat Kabupaten/Kota.
Adapun masing-masing wewenang dan komponen Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah yaitu:


BPKP melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas
keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi:
a. kegiatan yang bersifat lintas sektoral;

18

b. kegiatan

kebendaharaan

umum

negara

berdasarkan

penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara; dan
c. kegiatan lain berdasarkan penugasan dari presiden.


Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional
melaksanakan pengawasan intern melakukan pengawasan
terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas
dan fungsi kementerian negara/lembaga yang didanai dengan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.



Inspektorat Provinsi melakukan pengawasan terhadap seluruh
kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi
satuan kerja perangkat daerah provinsi yang didanai dengan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi.



Inspektorat Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap
seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan
fungsi satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota yang
didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota.

3. Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behaviour)
Manusia adalah makhluk yang unik. Antara manusia satu
dengan manusia yang lain memiliki perbedaan. Salah satu perbedaan
yang dapat dilihat adalah dari tindakan yang mereka lakukan yaitu
tindakan yang baik dan buruk. Setiap tindakan yang dilakukan

19

seseorang pasti memiliki latar belakang dan tujuan serta dampak bagi
individu yang melakukan. Teori perilaku terencana (theory of planned
behaviour) merupakan perluasan dari teori tindakan beralasan (theory
of reasoned action) yang dikembangkan oleh Ajzen dan Martin
Fishbein (1980).
Dalam teori perilaku terencana (theory of planned behaviour)
menambah satu komponen teori yang sebelumnya tidak ada di teori
tindakan beralasan (theory of reasoned action), yaitu aspek perilaku
kontrol yang dihayati (perceived behavioral control) yang sebelumnya
tidak ada dalam teori tindakan beralasan. Teori perilaku terencana
(theory of planned behaviour) bertujuan untuk memprediksi dan
memahami dampak niat berperilaku, mengidentifikasi strategi untuk
merubah perilaku serta menjelaskan perilaku nyata manusia. Faktor
utama dari suatu perilaku yang ditampilkan individu adalah niat
individu tersebut untuk menampilkan perilaku tertentu. Park dan
Blenkinsopp (2009), mengatakan bahwa niat diasumsikan sebagai
faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku. Niat merupakan
indikasi seberapa keras seseorang berusaha atau seberapa banyak
usaha yang dilakukan untuk menampilkan suatu perilaku. Jadi,
semakin keras niat seseorang untuk terlibat dalam suatu perilaku,
semakin besar kecenderungan orang tersebut untuk melakukan
perilaku tersebut (Buchan, 2005). Niat untuk berperilaku dapat

20

menjadi perilaku sebenarnya apabila perilaku tersebut berada di bawah
kontrol orang tersebut.
Menurut Park dan Blenkinsopp (2009), teori perilaku terencana
menjelaskan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi niat individu
untuk berperilaku, yaitu:
1. Sikap terhadap perilaku (Attitude Toward The Behavior)
Merujuk pada tingkatan yang dimiliki oleh seseorang dalam
membuat evaluasi yang sifatnya baik dan tidak baik terhadap suatu
perilaku. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mendekat
atau menghindar, merespon positif atau negatif terhadap berbagai
keadaan sosial. Sikap terhadap perilaku yang dianggap positif yang
nantinya akan dijadikan pilihan seseorang untuk membimbingnya
dalam berperilaku di dalam kehidupan .
2. Norma Subjektif (Subjective Norm)
Merujuk pada tekanan sosial yang dihadapi seseorang untuk dapat
menampilkan perilaku tertentu atau tidak menampilkannya (Ajzen,
1991 dalam Park dan Blenkinsopp, 2009). Hal ini didasarkan oleh
keyakinan normatif, yang merupakan pikiran seseorang tentang
kemungkinan orang yang penting baginya akan mendukung atau
tidak mendukung perilaku tersebut.
3. Persepsi kontrol perilaku (Perceived Behavioral Control)
Merujuk pada faktor-faktor yang dapat berfungsi sebagai hambatan
atau peluang untuk mencapai hasil yang diinginkan (Buchan,

21

2005). Ajzen (1991) dalam Park dan Blenkinsopp (2009)
mengemukakan

bahwa

hambatan

dan

peluang

tersebut

diasumsikan bahwa keyakinan di dalamnya dipengaruhi oleh
pengalaman masa lalu. Kontrol perilaku menjadi faktor penentu
intensi yang sangat penting ketika seseorang telah memilki
pengalaman sebelumnya akan perilaku yang akan ditampilkan
merupakan perilaku yang asing atau baru bagi seseorang.
4. Komitmen Profesional Auditor
Smith dan Hall (2008) dalam Jalil (2013) mendefinisikan
komitmen profesional sebagai suatu kecintaan yang dibentuk oleh
seorang individu pada profesinya. Komitmen profesional dapat
didefinisikan sebagai: (1) sebuah kepercayaan pada dan penerimaan
terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai dari profesi, (2) sebuah kemauan
untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan
profesi, dan (3) sebuah keinginan keanggotaan dalam profesi (Aranya
et al. , 1981, dalam Restuningdiah, 2009). Komitmen profesional
merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam
penelitian maupun praktik akuntansi yang ada saat ini. Tranggono dan
Kartika (2008) mendefinisikan komitmen profesional sebagai tingkat
loyalitas individu pada profesinya seperti yang telah dipersepsikan
oleh individu tersebut. Agar seseorang dapat berperilaku dengan baik
maka, dia harus memperhatikan etika profesional yang diatur dalam
kode etik. Etika profesional yaitu standard perilaku seseorang

22

profesional yang dirancang untuk tujuan praktis dan idealistik sehingga
mendorong perilaku seseorang yang ideal, bersifat realistis, dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Dalam suatu asosiasi profesi
ditekankan akan adanya tingkat komitmen yang setinggi-tingginya
yang diwujudkan dengan kerja berkualitas sekaligus sebagai jaminan
keberhasilan atas tugas yang dihadapinya. Komitmen profesional
merupakan kepercayaan dan penerimaan tujuan profesi dan bersedia
untuk mengerahkan upaya yang keras atas namanya (Elias, 2008). Lee
et al. (2000) Elias (2008) menekankan pentingnya kajian mengenai
komitmen profesional karena karir seseorang merupakan bagian utama
dalam hidup mereka dan komitmen profesional memiliki implikasi
penting pada level individual maupun organisasional.
Hall et al. (2005) mendefinisikan model tiga komponen dari
komitmen

profesional.

Model

tersebut

terdiri

dari

affective

professional commitment (APC) yang mencakup keinginan individu
untuk

tetap

berada

dalam

sebuah

profesi

karena

mereka

mengidentifikasi tujuan dari suatu profesi dan ingin membantu profesi
tersebut meraih tujuan itu. Yang kedua adalah continuance
professional commitment (CPC) yang menjelaskan sejauh mana
individu “harus tetap berada” dalam suatu profesi karena akumulasi
dari investasi dan keterbatasan perbandingan alternative. Yang terakhir
adalah normative professional commitment (NPC) yang menjelaskan

23

sejauh mana individu wajib tetap berada dalam suatu profesi karena
memang itu suatu keharusan.
Komitmen profesional mengacu pada kekuatan identifikasi
individual dengan profesi. Individual dengan komitmen profesi yang
tinggi dikarakterkan memiliki kepercayaan dan penerimaan yang
tinggi dalam tujuan profesi, keinginan untuk berusaha sekuatnya atas
nama profesi dan keinginan yang kuat untuk mempertahankan
keanggotaannya dalam profesi (Mowday et al., 1979) dalam Faisal
(2007). Seorang internal auditor yang memiliki komitmen profesional
yang tinggi, diharapkan dapat bertindak untuk kepentingan publik,
bukan

malah

bertindak

sesuatu

yang

dapat

menjatuhkan

profesionalisme yang mereka miliki. Berbeda dengan internal auditor
dengan komitmen profesional yang rendah. Mereka mungkin saja
bertindak disfungsional (memihak kepentingan klien).
Komitmen

profesi

dikaitkan

dengan

etika

dan

niat

whistleblowing. Penelitian Jeffrey (2006) dalam Elias (2008)
mengungkap bahwa level komitmen profesi mempengaruhi level
landasan etis seseorang. Lebih lanjut, Kaplan dan Whitecotton (2001)
menemukan hubungan positif antara komitmen profesi auditor dan niat
whistleblowing.

24

5. Retaliasi
Retaliasi atau tindakan balas dendam adalah sebuah perilaku
yang ditujukan untuk mengembalikan tindakan yang pernah dilakukan
seseorang. Menurut Regh (1998) dalam Regh et al. (2008) retaliasi
merupakan hasil dari konflik antara organisasi dan karyawannya,
dimana anggota organisasi berupaya untuk mengontrol karyawan
dengan mengancam untuk mengambil atau benar-benar mengambil
suatu tindakan yang merugikan kesejahteraan dari karyawannya,
menanggapi laporan karyawan yang dianggap merupakan tindakan
yang salah. Jadi secara sederhana, retaliasi dapat didefinisikan sebagai
tindakan yang tidak diinginkan terhadap

whistleblower yang

melaporkan kesalahan organisasi kepada pihak dalam maupun luar
organisasi. Retaliasi dapat berupa pemberian pekerjaan yang lebih
banyak, pengancaman, pengucilan, pemutusan hubungan kerja, dan
lain-lain. Retaliasi tidak hanya dapat dilakukan kepada diri
whistleblower itu sendiri, tetapi bisa menimpa keluarga dari
whistleblower tersebut.
Retaliasi mungkin didorong oleh keinginan organisasi untuk
membuat whistleblower diam, mencegah pihak luar mengetahui,
mendiskreditkan

whistleblower,

dan

mencegah

whistleblower

melakukan tindakan yang lain. Menurut Near dan Miceli (1996) dalam
Liyanarachchi dan Newdick (2009) ketika seseorang memutuskan
untuk melakukan whistleblowing dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadian

25

individu, lingkungan yang mengelilingi individu, dan takut akan
pembalasan (retaliasi). Retaliasi mengambil peranan yang penting
dalam memutuskan untuk melakukan tindakan whistleblowing.
Menurut Mesmer-Magnus dan Viswesvaran (2005), prediktor
antara retaliasi dengan whistleblower terdiri dari empat kategori, yaitu
(a) karakteristik whitleblower, (b) tindakan yang diambil oleh
whistleblower dalam pelaporan kesalahan organisasi, (c) variabel
situasional atau lingkungan yang berkaitan dengan organisasi, dan (d)
kar

Dokumen yang terkait

Pengaruh tekanan klien dan tekanan peran terhadap independensi auditor dengan kecerdasan spiritual sebagai variabel moderating

2 40 72

Pengaruh Penalaran Moral, Retaliasi, Komitmen Profesional dan Locus Of Control Terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing (Studi Empiris Pada Lembaga-Lembaga Muhammadiyah di Yogyakarta)

9 54 7

PENGARUH KOMITMEN TERHADAP KEPUASAN KERJA AUDITOR DENGAN MOTIVASI SEBAGAI Pengaruh Komitmen Terhadap Kepuasan Kerja Auditor Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik di Kota Surakarta).

0 0 12

PENGARUH INDEPENDENSI DAN KEAHLIAN PROFESIONAL AUDITOR INTERNAL TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN PENGALAMAN KERJA SEBAGAI VARIABEL MODERATING.

0 0 9

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASIONAL DAN PROFESIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA AUDITOR DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING ipi7630

0 0 11

PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR DAN ORIENTASI ETIKA TERHADAP KEPUTUSAN ETIS AUDITOR NEGARA DENGAN KOMITMEN PROFESIONAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 0 19

DETERMINAN INTENSI AUDITOR MELAKUKAN TINDAKAN WHISTLE-BLOWING DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM SEBAGAI VARIABEL MODERASI

0 0 23

PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT DENGAN VARIABEL INTERVENING KOMITMEN ORGANISASI (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Surakarta dan Yogyakarta)

0 1 103

Skripsi Pengaruh Iklim Etis Terhadap Konflik Organisasional- Profesional dan Komitmen Organisasional Dengan Komitmen Profesional Sebagai Variabel Moderating

0 1 17

PENGARUH KOMITMEN TERHADAP KINERJA AUDITOR; MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING

0 0 29