pembahasan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain teori unsur-unsur novel, teori stilistika dan teori citraan.
a. Novel dan Unsur-Unsur
Nurgiyantoro 2007: 4 berpendapat bahwa novel merupakan karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia, yang berisi model kehidupan yang
diidealkan, dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa plot, latar, sudut pandang, dan lain-lain
yang kesemuanya, tentu saja bersifat imajinatif. Unsur intrinsik mampu menimbulkan cerita model kehidupan imajinatif yang saling mendukung
sehingga cerita tersebut memberikan gambaran terhadap pembaca akan kehidupan. Kehidupan dalam cerita novel sesuai dengan apa yang ingin
diinginkan oleh pengarang. Melalui cerita dalam novel pengarang berusaha menyampaikan beberapa gagasan-gagasan imajinatif sehingga
pembaca dapat melihat model kehidupan dalam segi cerita yang lain. Stanton 2007: 22-36 membagi unsur-unsur yang membangun
novel menjaditiga yakni fakta cerita, tema, dan sarana sastra. 1
Fakta Cerita Fakta cerita terdiri dari karakter, alur, dan latar. Ketiga unsur
tersebut berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Jika dirangkum menjadi satu, maka ketiga unsur tersebut
dinamakan stuktur faktual cerita. Berikut teori dari karakter, alur dan latar.
a Karakter dan Penokohan
Menurut Stanton 2007: 33 yang dimaksud penokohan dalam suatu fiksi biasanya dipandang dari dua segi. Pertama,
mengacu kepada orang atau tokoh yang bermain dalam cerita. Kedua, adalah mengacu kepada pembauran dari minat, keinginan,
emosi, dan moral yang membentuk individu yang bermain dalam suatu cerita. Karakter dapat berarti pelaku dan dapat pula berarti
perwatakan. Keterkaitan antara seorang tokoh dan perwatakan yang dimiliki memang merupakan suatu kesatuan yang utuh dapat
dikatakan bahwa tokoh dalam cerita diciptakan bersama dengan perwatakan yang dimilikinya.
Menurut Nurgiyantoro 2007: 176 dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, tokoh dibagi
menjadi 2 yaitu tokoh utama central character dan tokoh tambahan peripheral character. Tokoh utama adalah tokoh yang
diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai
pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh tambahan merupakan tokoh yang pemunculannya dalam cerita lebih sedikit,
tidak dipentingkan
dan kehadirannnya
hanya jika
ada keterkaitannya dengan tokoh utama.
Lubis dalam Al Ma’ruf, 2010: 83 menyatakan bahwa penokohan secara wajar dapat dipertanggung jawabkan dari
psikologis, fisiologis, dan sosiologis. Berikut penjabarannya. 1.
Dimensi fisiologis adalah hal yang berkaitan dengan fisik seseorang, misalnya usia, tingkat kedewasaan, jenis kelamin,
keadaan tubuh, ciri-ciri muka, ciri-ciri badan yang lain. 2.
Dimensi psikologis, dimensi ini berkaitan denganmasalah kejiwaan seseorang, misalnya ambisi, cita-cita, temperamen.
3. Dimensi sosiologis adalah ciri-ciri kehidupan masyarakat,
misalnya status sosial,pekerjaan, jabatan, tingkat pendidikan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan
hidup, agama, hobi, keturunan. b
Alur Stanton 2007: 26 mengemukakan bahwa yang dimaksud
dengan alur adalah rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Forster dalam Nurgiyantoro, 2007: 113 menyebutkan plot
adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada hubungan kausalitas. Jadi, alur adalah peristiwa-peristiwa yang
saling berkaitan satu sama lain dengan adanya hubungan saling melengkapi. Istilah alur terbatas pada peristiwa-peristiwa yang
terhubung secara kausal. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang menyebabkan menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain
dan tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya.
Tahapan plot atau alur oleh Tasrif dalam Nurgiyantoro, 2007: 149-150 dapat dibagi dalam lima tahapan. Tahapan-tahapan
plot tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1.
Tahap Penyituasian situation Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi watak
atau tokoh-tokoh. Berfungsi untuk pedoman cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.
2. Tahap Pemmunculan Konflik generating circumstance
Tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, konfllik itu sendiri akan berkembang dan dikembangkan
menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya. 3.
Tahap Peningkatan Konflik rising action Tahap ini merupakan tahap dimana peristiwa-peristiwa
dramatik yang menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan. Konflik-konfllik yang terjadi internal, eksternal,
maupun keduanya,
pertentangan-pertenntangan, benturan-
benturan antar kepentingan, masalah dan tokoh yang mengarah ke klimaks dapat terhindar.
4. Tahap Klimaks climax
Konfllik atau pertentangan-pertentangan terjadi, yang diakui atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik
intensitas puncak. 5.
Tahap Penyelesaian denouement Konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian
ketegangan dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, sub-sub konflik, atau konflik-konflik tambahan, jika ada diberi jalan
keluar, cerita diakhiri. Nurgiyantoro 2007: 153-155 membedakan alur berdasarkan
urutan waktu menjadi tiga jenis sebagai berikut. 1.
Plot Lurus, Maju atau Progresif Plot sebuah novel dikatakan lurus, maju atau progresif jika
peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa-
peristiwa yang kemudian. 2.
Plot Mundur, Sorot Balik atau Flasback, Regresif Plot mundur adalah cerita yang langsung menyuguhkan
adegan-adegan konflik, bahkan barangkali konflik yang meruncing.
Pembaca belum
mengetahui situasi
dan permasalahan yang menyebabkan terjadinya konflik dan
pertentangan dalam cerita tersebut.
3. Plot Campuran
Plot campuran merupakan cerita yang didalamnya tidak hanya mengandung plot progresif saja, tetapi juga sering
terdapat adegan-adegan sorot balik. c
Latar Latar merupakan pijakan cerita yang konkret untuk
memberikan kesan realistis pada pembaca. Latar juga dapat mempermudah pembaca untuk membayangkan dan ikut merasakan
setiap peristiwa yang diceritakan. Stanton 2007: 35 menjelaskan latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam
cerita, semua hal yang dapat berinteraksi dengan peristiwa- peristiwa yang sedang berlangsung. Latar dapat berwujud dekor
waktu-waktu tertentu hari, bulan, dan tahun, cuaca, periode, dan sejarah.
Menurut Nurgiyantoro 2007: 227-233 latar ada tiga macam yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat adalah
yang menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu adalah latar yang
berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial
adalah latar yang menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang
diceritakan dalam karya fiksi.
2 Tema
Tema merupakan ide utama cerita, tema dibagi menjadi dua bagian yaitu tema sentral atau tema mayor dan tema bawahan atau
tema minor. Tema sentral menjadikan cerita berfokus dan saling memiliki keterkaitan antara satu unsur dengan unsur yang lain untuk
membentuk cerita yang utuh. Tema bawahan atau tema minor merupakan makna yang terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita
atau makna tambahan. 3
Sarana Sastra Sarana sastra merupakan cara atau metode pengarang memilih
dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna Stanton, 2007: 46. Melalui sarana sastra, pembaca dapat melihat
berbagai fakta melalui kacamata pengarang. Memahami apa maksud fakta-fakta tersebut sehingga pengalaman pun dapat dibagi. Menurut
Stanton 2007: 47 sarana sastra terdiri atas sudut pandang, gaya bahasa, simbol-simbol, imajinasi dan juga cara pemilihan judul
didalam karya sastra. a.
Sudut Pandang
sudut pandang adalah pusat kesadaran tempat kita dapat memahami setiap peristiwa dalam cerita Stanton, 2007: 53.
b. Gaya Bahasa
Gaya adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa. Satu elemen yang terkait dengan gaya yaitu tone. Tone adalah
sikap emosional pengarang yang ditampilkan dalam cerita Stanton, 2007: 61.
c. Simbolisme
Menurut Stanton 2007: 64 gagasan dan emosi terkadang tampak nyata bagaikan fakta fisis padahal sejatinya, kedua hal
tersebut tidak dapat dilihat dan sulit dilukiskan. Salah satu cara untuk menampilkan kedua hal tersebut agar tampak nyata adalah
melalui simbol. Simbol berwujud detail, konkret dan faktual serta memiliki kemampuan untuk memunculkan gagasan dan emosi
dalam pikiran pembaca. Menurut Nurgiyantoro 2007: 37, dalam memaparkan, menunjukkan,
dan mendeskripsikan unsur-unsur yang membangun karya sastra, serta menjelaskan interaksi unsur-unsur dalam membentuk makna utuh harus ada
interaksi dan keterkaitan, maka dari itu adapun langkah-langkah untuk menerapkan toeri struktur sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra
secara lengkap dan jelas meliputi tema, tokoh, latar dan alur. 2.
Mengkaji unsur-unsur yang telah diidentifikasi sehingga diketahui bagaimana tema, tokoh, latar dan alur darisebuah karya sastra.
3. Mendeskripsikan fungsi masing-masing unsur sehingga diketahui tema,
tokoh, latar dan alur dalam sebuah karya sastra.
b. Stilistika