Kepemimpinan Dinas Kesehatan dalam Menigkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) di Kota Bandung

  

KEPEMIMPINAN DINAS KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN

KESEJAHTERAAN LANJUT USIA (LANSIA) DI KOTA BANDUNG

LAPORAN KKL

Diajukan Sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan di Dinas Kesehatan

  

Kota Bandung

Pada Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia

  

Disusun Oleh :

Devi Gunawan Kusnadi

41707839

PRODI ILMU PEMERINTAHAN

  

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

2012

  

SURAT KETERANGAN

PENYERAHAN HAK EKSKLUSIF

  Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini, penulis dan pihak perusahaan tempat penelitian, bersedia: ”bahwa hasil penelitian dapat dionlinekan sesuai dengan peraturan yang berlaku, untuk kepentingan riset dan pendidikan”.

  Bandung, 21 juni 2013 Penulis,

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  1. Identitas Diri

  a. Nama : Devi Gunawan Kusnadi

  b. Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 03 November 1988

  c. Alamat : Jl. Cipaku 1 No. 38 Rt 03/02 Kelurahan Ledeng Kecamatan Cidadap

  d. Status Perkawinan : Belum Kawin

  e. Nama Ayah : Dedih Kusnadi (Alm)

  f. Pekerjan Ayah : Pegawai Negeri Sipil

  g. Nama Ibu : Karmilah (Alm)

  h. Pekerjaan Ibu : Pegawai Negeri Sipil

  I. Alamat Orang Tua : Jl. Cipaku 1 No. 38 Rt 03/02 Kelurahan Ledeng Kecamatan Cidadap

  2. Pendidikan Formal

  a. SDN Panorama 1 : 1995-2001 Berijazah

  b. SMPN 12 Bandung : 2001-2004 Berijazah

  c. SMA Kartika Bandung : 2004-2007 Berijazah

3. Pendidikan Non Formal

  a. Elva Musik : 2008 Bandung, Oktober 2012

  Devi Gunawan Kusnadi NIM 41707839

  DAFTAR ISI

  2.1.3 Teknik-teknik Kepemimpinan ............................................ 14

  3.2.2 Kepemimpinan Dalam Mempengaruhi Pekerjaan Orang Lain ....................................................... 31

  3.2.1 Pemimpin Dalam Memberikan Perintah ............................ 29

  3.2 Pembahasan KKL ..................................................................... 28

  3.1 Hasil Kegiatan KKL ................................................................... 23

  BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN KKL

  2.4 Pengertian Kesejahteraan ......................................................... 21

  2.3 Pengertian Lanjut Usia (Lansia) ................................................ 18

  2.2 Pengertian Kesahatan ............................................................... 17

  2.1.4 Gaya Kepemimpinan ........................................................ 16

  2.1.2 Fungsi-fungsi Kepemimpinan ........................................... 12

  Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................... ii DAFTAR ISI ........................................................................................... iv DAFTAR TABEL .................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vii LAMPIRAN ........................................................................................... viii

  2.1.1 Syarat-syarat Kepemimpinan ............................................. 9

  2.1 Pengertian Kepemimpinan .......................................................... 8

  BAB II LANDASAN TEORI

  1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan KKL ........................................... 5

  1.3.2 Observasi ........................................................................... 5

  1.3.1 Studi Pustaka ..................................................................... 4

  1.3 Metode KKL ................................................................................ 4

  1.2 Kegunaan KKL ............................................................................ 3

  1.1 Latar Belakang KKL .................................................................... 1

  BAB I PENDAHULUAN

  3.2.3 Kepemimpinan Dalam Memberikan Bimbingan ................ 32

  BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

  4.1 Kesimpulan ............................................................................... 33

  4.2 Saran ........................................................................................ 35

  

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 36

  DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jadwal Kuliah Kerja Lapangan ................................................. 7Tabel 3.1 Jumlah Lansia Tahun 2009-2011 ........................................... 23Tabel 3.2 Kegiatan Bidang Bina Yankesus 2012 ................................... 26

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Perkembangan Jumlah Lansia di Kota Bandung ................... 24

  

LAMPIRAN

  Form Aktivitas Harian KKL ........................................................................ 38 Surat Berita Acara Bimbingan KKL ........................................................... 40 Surat Permohonan Pelaksanaan KKL ....................................................... 42 Surat Keterangan Kesatuan Bangsa (Kesbang)........................................ 43 Surat Telah Diterima Pelaksanaan KKL .................................................... 44 Surat Keterangan Telah Selesai Pelaksanaan KKL .................................. 45 Daftar Riwayat Hidup ................................................................................ 46

  

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

  Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kehidupan dan anugerah yang tak terhingga, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Lapotan Kuliah Kerja Lapangan yang berjudul

  

“Kepemipinan Dinas Kesehatan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan

Lanjut Usia (Lansia) Di Kota Bandung)

  Maksud dari Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini adalah sebagai syarat kelulusan pada mata Kuliah Kerja Lapangan program studi Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan selalu penulis harapkan sebagai masukan yang berguna bagi kesempurnaan karya selanjutnya.

  Dalam Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini, penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik berupa moril maupun berupa materil. Dengan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

  2. Nia Karniawati, S.IP.,M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan di Universitas Komputer Indonesia.

  3. Rino Adibowo, S.IP. selaku pembimbing Kuliah Kerja Lapangan penulis, yang telah memberikan bimbingan, saran serta motivasinya kepada Penulis.

  4. Tatik Rohmawati, S.IP.,M.Si, Selaku Dosen wali penulis pada Program Studi Ilmu Pemerinthan di Universitas Komputer Indonesia

  5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan di Universitas

  6. Seluruh aparatur di Dinas Kesehatan Kota Bandung.

  7. Kedua Orang Tua penulis, yang selalu menginspirasi penulis.

  8. Keluarga Besar Ibu Karmilah (Alm), semoga kesehatan dan kebahagian selalu menyertai kita.

  9. Keluarga ke dua penulis Human, terimakasih karena kalian penulis bertahan.

  10. Teman-teman penulis di Program Studi Ilmu Pemerintahan 2007-2009.

11. Seluruh teman-teman penulis. You ’ll Never Walk Alone.

  Akhir kata, semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya untuk membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu terselesaikan Kuliah Kerja Lapangan ini, dan semoga Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

  Bandung, Oktober 2012 Penulis

  

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

  Sukoco Heru Dwi. (1995). Introduction To Social Work Practice. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Efendi. (2009). Karakteristik Lansia. Jakarta : Pustaka setia. Handayaningrat, Soewarno. (1982). Administrasi Pemerintahan Dalam

Pembangunan Nasional. Jakarta : PT. Gunung Agung.

Kartono, Kartini. (1994). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : CV.

  Rajawali. Karyadi. (1991). Teknik Kepemimpinan. Jakarta : Bumi Aksara. Karyadi. (1984). Kepemimpinan (Leadership). Jakarta : Bumi Aksara. Mujiono, Imam. (2002). Kepemimpinan dan Keorganisasian. Yogyakarta : UII Press.

  Martono. (1997). Dalam Darmojo. (2004). Prosedur Pembinaan dan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia (Lansia). Jakarta : CV.

  Rajawali. Pamudji. S. (1995). Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia. Jakarta : Gunung Agung.

  Siagian. P. (1990). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta : Renika Cipta. Siagian. P. (1982). Organisasi, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi.

  Jakarta : Gunung Agung. Thoha, Miftah. (2003). Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta : Gunung Agung.

  Sani, Abdul. (1987). Manajemen Organisasi. Jakarta : PT. Pustaka Sinar Harapan.

  Dokumen-Dokumen

  Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang lanjut usia (lansia).

  Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Undang-Undang No.6 Tahun 1974 tentang Kesejahteraan Sosial.

  Peraturan Daerah Kota Bandung No. 10 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Kesejahteraan. Peraturan Daerah Kota Bandung No. 10 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

  Rujukan Elektronik diakses 19.30.WIB 23 September 2012. bandung.co.id diakses 17.00.WIB 13 Oktober 2012.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kuliah Kerja Lapangan (KKL)

  Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan manusia Indonesia seluruhnya berarti siapapun wajib ikut melaksanakan pembangunan dan berhak mendapatkan manfaatnya. Pemerintah Indonesia telah melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan, salah satunya adalah pembangunan di bidang kesehatan yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.

  Pembangunan kesehatan pada dasarnya meliputi semua segi kehidupan, baik fisik maupun mental. Sebagai ujung tombak pelaksanaan pembangunan di bidang kesehatan masyarakat adalah puskesmas atau pusat kesehatan masyarakat yang langsung berada di tengah-tengah masyarakat.

  Menurut Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia yang menyatakan bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia diarahkan agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia dan kondisi fisiknya, serta terselanggarakannya pemeliharaan tarap kesejahteraan sosial lanjut usia. Sedangkan menurut peraturan daerah Kota Bandung No. 10 Tahun 2009 bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.

  Agar manusia Indonesia mempunyai produktivitas kerja yang optimal diperlukan derajat kesehatan yang tinggi. Kegiatan program pembinaan dan peningkatan kesehatan lanjut usia merupakan kegiatan yang menyeluruh dan terpadu untuk meningkatkan kesehatan fisik, mental dan sosial para lanjut usia. Kegiatan ini dimulai di tingkat masyarakat dari, oleh dan untuk masyarakat, terutama yang tergabung dalam kelompok lanjut

  2 usia di posbindu (pos pembinaan terpadu) dan di panti wredha, dengan pembinaan puskesmas dan sistem rujukannya sampai dengan tingkat pelayanan spesialistis lanjut usia (Geriatri) yang sedang dikembangkan.

  Kepedulian dan serta peran aktif dari keluarga dan para lanjut usia, pihak pemerintah, swasta dan masyarakat pada umumnya merupakan pendukung utama sehingga dapat terwujud lanjut usia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, mandiri dan produktif, yang merupakan potensi pembangunan yang handal mengingat lanjut usia kaya dengan pengalaman, wawasan kearifannya. Bila lanjut usia tidak sehat, selain tidak produktif juga akan menjadi beban bagi diri, keluarga, masyarakat dan pemerintah.

  Keberhasilan suatu pembangunan di bidang kesehatan khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan lanjut usia (lansia) tak lepas dari peran kepemimpinan pemerintah yang yang cerdas dan pemikiran kreatif mencakup kebijakan yang telah ditetapkan dan untuk menggerakkan, mempengaruhi orang lain dan bekerjasama dengan masyarakat untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan dalam meningkatkan kesejahteraan lanjut usia (lansia). Memahami peningkatan kesejahteraan lanjut usia adalah interaksi antara konsumen dan provider. Konsumen di sini adalah masyarakat, keluarga atau juga individu-individu sebagai sasaran dari pelayanan kesehatan. Sementara provider adalah para tenaga kesehatan yang langsung bekerja melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan akan kesehatan. Interaksi ini bukan hanya faktor konsumen dan provider yang harus diketahui tetapi juga faktor sosial budaya dan pengorganisasian dari interaksi tersebut. Hasil akhir dari interaksi ini adalah adanya pemahaman bersama (konsumen dan provider) akan kebutuhan kesehatan, hal ini penting karena fakta di lapangan pada umumnya interaksi yang terjadi hanya merupakan suatu keinginan belum dianggap sebagai suatu kebutuhan.

  Sebagai hasil pembangunan terlihat adanya peningkatan usia harapan hidup waktu lahir yang membawa dampak peningkatan jumlah lanjut usia dengan berbagai masalah dan kebutuhan bagi lanjut usia di

  3 bidang kesehatan. Untuk dapat melakukan pekerjaan dalam rangka penanganan masalah lanjut usia harus disusun suatu rencana dengan baik, penilaian dan kriteria keberhasilan, maka disusunlah suatu target. Dalam penyusunan atau penetapan target pada Dinas Kesehatan Kota Bandung khususnya bagi program lanjut usia didasarkan pada berat ringannya masalah, kemampuan yang dimiliki dan jumlah penduduk.

  1. Permasalahan yang dihadapi kurangnya pelayanan kesehatan dari pemerintah kepada para lanjut usia.

  2. Jumlah para lanjut usia (lansia) semakin lama semakin banyak.

  3. Kurangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan bagi para lanjut usia.

  Berdasarkan ketiga masalah di atas mengenai para lanjut usia (lansia), penyusun ingin mengetahui bagaimana kepemimpinan Kepala

  • – Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam mengatasi permasalah permasalahan di atas, maka penyusun tertarik untuk menyusun laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dengan judul

  “Kepemimpinan Dinas

Kesehatan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) di

Kota Bandung “.

1.2 Kegunaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)

  Sesuatu yang dikerjakan tentunya mempunyai maksud, tujuan dan juga diharapkan membawa manfaat baik khususnya bagi diri penyusun sendiri maupun bagi orang lain. Berkaitan dengan hal tersebut maka Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini diharapkan berguna bagi pihak- pihak lain. Adapun kegunaan KKL ini antara lain:

  1. Bagi penyusun KKL ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun mengenai Kepemimpinan Dinas Kesehatan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) di Kota Bandung

  2. Secara teoritis penyusun megharapkan Laporan Kerja Lapangan (KKL) ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan Ilmu Pemerintahan, serta dapat dijadikan bahan acuan untuk masa yang akan datang bagi teman-teman penyusun di Ilmu

  4 Pemerintahan yang akan melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Mengenai Kepemimpinan Dinas Kesehatan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) di Kota Bandung.

  3. Secara praktis Penyusun Mengharapkan Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun mengenai bagaimana Kepemimpinan Dinas Kesehatan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) di Kota Bandung. Serta diharapkan Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini, dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam menyelesaikan permasalahan sosial khususnya lanjut usia (lansia) di Kota Bandung.

1.3 Metode Kuliah Kerja Lapangan (KKL)

  Sesuai dengan masalah yang ditulis pada usulan Kuliah Kerja lapangan (KKL) khususnya yang berhubungan dengan yang terjadi sekarang maka dasar-dasar yang digunakan adalah dengan mencari kebenaran dalam penulisan berdasarkan suatu metode, maka metode tersebut dapat lebih mengarahkan penulis dalam melakukan penulisan ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

  Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan Kepemimpinan Dinas Kesehatan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) di Kota Bandung, untuk mengkaji bagaimana Kepemimpinan Dinas Kesehatan Kota Bandung dan demi sebuah keseimbangan suatu laporan yang penulis buat, maka penulis tidak hanya akan mengumpulkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bandung mengenai bagaimana kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan dalam meningkatkan kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) di Kota Bandung.

1.3.1 Studi Pustaka

  Studi Pustaka yang penyusun lakukan dalam Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini yakni dengan cara membaca buku-buku yang memiliki muatan

  5 mengenai kepemimpinan, dan untuk menambah data yang penyusun perlukan, penyusun mencari dan mengkaji website-website kedua hal tersebut dari internet, dan beberapa data yang penyusun dapatkan dari hasil Kuliah Kerja Lapangan di Dinas Kesehatan Kota Bandung.

1.3.2 Observasi

  Observasi yang dilakukan penyusun yakni dengan cara mengamati para aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung dan mempelajari program kerja Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung selama penyusun melakukan Kuliah Kerja Lapangan di Dinas Kesehatan Kota Bandung, dan penyusunpun mengamati para lanjut usia (lansia) yang berada di beberapa panti werdha di Kota Bandung.

1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan

  Lokasi Kuliah Kerja Lapangan yang diambil penyusun yakni di Dinas Kesehatan Kota Bandung yang beralamat di jalan Supratman Nomor 73, Kota Bandung. Adapun penjadwalan yang penyusun lalui untuk Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini melewati beberapa tahapan yang harus dilaksanakan oleh penyusun, tahapan tersebut dibuat dan telah ditentukan sebelumnya, oleh Proram Studi Ilmu pemerintahan, Universitas Komputer Indonesia. Seperti melakukan observasi tempat Kuliah Kerja Lapangan (KKL), Pengajuan Judul, mengurus surat ijin dan lain sebagainya, yakni sebagai berikut: Waktu Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) : 1. Sosialisasi Kuliah Kerja Lapangan pada bulan Mei 2012.

  2. Observasi Kuliah Kerja Lapangan pada bulan Mei - Juli 2012.

  3. Pengajuan Judul dan Lokasi Kuliah Kerja Lapangan pada bulan Juni 2012.

  4. Pengajuan surat ke tempat Kuliah Kerja Lapangan pada bulan Juni 2012.

  5. Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan pada bulan Juli - Agustus 2012.

  6

  • – 6. Penyusunan Laporan Kuliah Kerja Lapangan pada bulan September November 2012.

  7. Pengumpulan Laporan Kuliah Kerja Lapangan pada bulan November 2012.

  8. Persiapan Seminar Kuliah Kerja Lapangan pada bulan Desember - Januari 2012.

  9. Seminar Hasil Kuliah Kerja Lapangan pada bulan Februari 2012

  7

  Tabel 1.1

Jadwal KKL

Waktu Tahun 2012 Tahun 2013

  Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb

  Kegiatan

  Sosialisai KKL Observasi lokasi KKL Pengajuan Judul dan Lokasi KKL Pengajuan surat ke tempat KKL Pelaksanaan KKL Penyusunan Laporan KKL Pengumpulan Laporan KKL Persiapan Seminar Laporan KKL Seminar Hasil KKL

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Kepemimpinan

  Tugas seorang pemimpin pada dasarnya adalah menggerakkan, membimbing dan mengawasi jalannya pekerjaan yang dilakukan oleh para pegawai pada masing-masing bagian atau unit kerja, agar hasil pelaksanaan kerja yang dilakukan pegawainya mencapai hasil yang optimal dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

  Soewarno Handayaningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Administrasi dan Manajemen, mengemukakan pengertian kepemimpinan sebagai berikut :

  “Kepemimpinan adalah sebagai suatu proses dimana pimpinan digambarkan memberikan perintah atau pengarahan, bimbingan atau mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditentukan atau ditetapkan

  ” (Handayaningrat, 1984 :64). Menurut penulis kepemimpinan dapat diartikan sebagai dasar kemampuan, bakat, serta kelebihan dari seorang pemimpin diharapkan dapat mempengaruhi dan mengendalikan pengikutnya untuk mencapai tujuan bersama. Adapun istilah “pemimpin” berasal dari kata Leader yang artinya orang yang memimpin dan “kepemimpinan” dari kata leadership yaitu kemampuan seseorang pemimpin untuk mempengaruhi orang lain. Sedangkan menurut M. Karyadi dalam bukunya Kepemimpinan (Leadership), mengatakan pengertian kepemimpinan sebagai berikut :

  Kepemimpinan adalah sebagai suatu seni kemampuan untuk mempengaruhi perilaku manusia dan kemampuan untuk mengendalikan orang-orang dalam organisasi agar supaya mereka sesuai dengan perilaku yang dinginkan oleh pimpinan oeganisasi. (Karyadi, 1984 : 64).

  Dari pengertian kepemimpinan menurut Karyadi kemukakan di atas, penyusun menyimpulkan kepemimpinan harus memiliki dasar kemampuan, bakat, serta kelebihan dari seorang pemimpin diharapkan

  9 dapat mempengaruhi dan mengendalikan pengikutnya untuk mencapai tujuan bersama. Sementara itu kepemimpinan menurut Miftah Thoha dalam bukunya Kepemimpinan Dalam Manajemen mengemukakan pengertian kepemimpinan sebagai berikut :

2.1.1 Syarat-syarat Kepemimpinan

  Dalam kepemimpinan ada syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seseorang apabila ia ingin mejadi pemimpin, syarat-syarat tersebut merupakan hal yang pokok yang harus dimiliki seorang pemimpin agar dalam memimpin ia mempunyai kekuasaan dan wibawa sebagai seorang pemimpin.

  Menurut Stogdill dalam bukunya Personal Factor Associated with

  

Leadership yang dikutip oleh Kartini Kartono dalam bukunya Pemimpin dan

Kepemimpinan mengatakan bahwa pemimpin itu harus mempunyai

  kelebihan, yaitu:

  1. Kapasitas meliputi: kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara dan kemampuan menilai.

  2. Ilmu pengetahuan yang luas

  3. Tanggungjawab, mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif, dan punya hasrat untuk unggul.

  4. Partisipasif aktif, memiliki sosialbilitas tinggi, mampu bergaul, kooperatif, atau suka bekerja sama, mudah menyesuaikan diri, punya rasa humor.

  5. Status meliputi kedudukan sosial-ekonomi yang cukup tinggi, populer, tenar. (Kartono, 1994:31).

  Dari uraian di atas bahwa untuk menjadi seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan, tanggungjawab serta memiliki kedudukan sosial yang tinggi di dalam suatu masyarakat. Sedangkan menurut John D. Millet dalam bukunya Management In The Public Services, yang dikutip oleh Inu Kencana dalam bukunya Manajemen Pemerintahan mengatakan bahwa seorang pemimpin harus mempunyai sifat kepemimpinan, sifat tersebut sebagai berikut :

  10

  1. Kemampuan untuk melihat organisasi secara keseluruhan

  2. Kemampuan untuk mendelegasikan wewenang

  3. Kemampuan untuk memerintahkan kesetiaan

  4. Kemampuan untuk membuat keputusan (Kencana, 1998:75).

  Berdasarkan pendapat di atas menurut penulis bahwa untuk menjadi seorang pemimpin diperlukan kemampuan untuk melihat organisasi secara keseluruhan, bisa mendelegasikan wewenang, bisa membuat pengikutnya setia serta dapat membuat keputusan. Selanjutnya menurut Abdul Sani dalam bukunya Manajemen Organisasi mengemukakan adanya beberapa syarat yang harus dimiliki oleh seorang pemimipin suapaya dalam memimpinnya bawahannya lebih efektif yaitu: 1.

  “Kemampuan pengawasan dalam kedudukan atau pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen, terutama pengarahan dan pengawasan pekerjaan orang lain (para bawahan).

  2. Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggungjawab dan keinginan untuk sukses.

  3. Kecerdasan, mencakup kebijaksanaan, pemikiran, kreatif dan daya pikir.

  4. Ketegasan atau kemampuan untuk membuat keputusan- keputusan dan memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat.

  5. Kepercayaan diri atau pandanngan terhadap dirinya sebagai kemampuan untuk menghadapi masalah-masalah.

  6. Inisiatif atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung mengembangkan serangkaian aktivitas dan menemukan cara- cara baru atau inovasi

  ” (Sani, 1987:250). Dari uraian di atas syarat menjadi seorang pemimpin adalah mampu melaksanakan fungsi manajemen, mampu memberikan penghargaan kepada para bawahan, cerdas, tegas dalam membuat suatu keputusan, percaya diri serta mempunyai pemikiran yang inovatif. Selanjutnya lebih rinci lagi Ordway Tead yang dikutip oleh Kartini Kartono dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan mengemukakan bahwa syarat seorang pemimpin harus mempunyai 10 (sepuluh) sifat, yaitu:

  11

  1.

  “Energi jasmani dan mental dalam artian pemimpin memiliki tenaga jasmani dan rohani yang luar biasa: yaitu mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga yang istimewa yang tampaknya tidak pernah akan habis.

  2. Kesadaran akan tujuan dan arah yaitu ia memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran dan kegunaan dari semua perilaku yang dikerjakan; dia tahu kemana arah yang akan ditujunya, serta memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun kelompok yang dipimpinnya.

  3. Antusiasme dalam melakukan pekerjaan dan tujuan yang akan dicapai itu harus sehat, berarti, bernilai, memberikan harapan- harapan yang menyenangkan, memberikan sukses, dan menimbulkan semangat serta spirit de corps.

  4. Keramahan dan kecintaan ialah pemimpin harus mempunyai rasa kasih sayang, cinta, simpati yang tulus, disertai kesediaan berkorban bagi pribadi-pribadi yang disayangi.

  5. Integritas ialah pemimpin harus mempunyai sifat terbuka, kejujuran, ketulusan hati serta sejiwa dan seperasaan dengan anak buahnya.

  6. Penguasaan teknis, pemimpin harus mempunyai kemahiran teknis tertentu, agar ia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya.

  7. Ketegasan dalam pengambilan keputusan, adalah pemimpin harus harus dapat mengambil keputusan secara tepat, tegas dan tepat, sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya

  8. Kecerdasan adalah kemampuan pemimpin untuk melihat dan memahami dengan, mengerti sebab dan akibat kejadian, menemukan hal-hal yang krusial dan cepat menemukan cara penyelesaiannya dalam waktu singkat. Kecerdasan dan originalitas yang disertai dengan imajinasi tinggi dan rasa humor, dapat dengan cepat mengurangi ketegangan dan kepedihan-kepedihan tertentu yang disebabkan oleh masalah- masalah sosial yanmg gawat dan konflik-konflik ditengah masyarakat.

  9. Keterampilan mengajar ialah pemimpin harus mampu menuntun, mendidik, mengarahkan, mendorong dan menggerakan anak buahnya untuk berbuat sesuatu yang baik.

  10. Kepercayaan (faith) adalah pemimpin harus memiliki k eprcayaan terhadap anak buahnya”

  (Kartono, 1994:37) Dari pendapat di atas bahwa untuk menjadi seorang pemimpin diperlukan sifat-sifat kepemimpinan di mana seorang pemimpin harus mempunyai energi dan jasmani yang sehat serta mampu melihat organisasi secara keseluruhan sehingga apa yang dibutuhkan oleh organisasi dapat

  12

2.1.2 Fungsi-fungsi Kepemimpinan

  kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing- masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam intraksi antar individu di dalam situasi sosial suatu kelompok atau organisasi karena fungsi kepemimpinan sangat mempengaruhi maju mundurnya suatu organisasi, tanpa ada penjabaran yang jelas tentang fungsi pemimpin mustahil pembagian kerja dalam organisasi dapat dapat berjalan dengan baik. Menurut Sondang P. Siagian dalam bukunya Teori dan Praktek Kepemimpinan mengatakan beberapa fungsi kepemimpinan sebagai berikut:

  1. Pimpinan sebagai penentu arah dalam usaha pencapaian tujuan

  2. Pemimpin sebagai wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar organisasi

  3. Pemimpin sebagai komunikator yang efektif

  4. Pemimpin sebagai mediator, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam menangani situasi konflik

  5. Pemimpin sebagai integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral. (Siagian, 1999:47) Berdasarkan uraian di atas mengenai fingsi-fungsi kepemimpinan menurut Siagian fungsi kepemimpinan inti dari pencapaian suatu tujuan kelompok atau organisasi. Sedangkan menurut Hamdani Nawawi dalam bukunya Kepemimpinan yang Efektif menyebutkan ada lima fungsi kepemimpinan. Kelima fungsi kepemimpinan itu adalah:

  1. Fungsi Instruktif

  2. Fungsi Konsultatif

  3. Fungsi Partisipatif

  4. Fungsi Delegasi

  5. Fungsi Pengendalian (Nawawi, 2001 : 195).

  13 1) Fungsi instruktif

  Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah, pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaannya pada orang-orang yang dipimpin. Pemimpin sebaga komunikator merupakan pihak yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah. Inisiatif tentang segala sesuatu yang ada kaitannya dengan perintah itu, sepenuhnya merupakan fungsi pemimpin. 2) Fungsi konsultatif

  Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, fungsi pemimpin sebagai konsultan untuk mendengarkan pendapat, saran serta pertanyaan dari bawahannya, mengenai keputusan yang akan diambil oleh pemimpin. 3) Fungsi partisipasi

  Dalam fungsi ini pemimpin menjalankan serta mengaktifkan orang- orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompoknya memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi atau jabatan masing-masing. Pemimpin juga tidak hanya ikut dalam proses pembuatan keputusan dalam fungsi ini pemimpin ikut serta dalam proses pelaksanaannya.

  Fungsi partisipasi ini bukan berarti pemimpin memberikan kebebasan semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerja sama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain.

  14 4) Fungsi delegasi

  Fungsi ini pemimpin sebagai pemegang wewenang tertinggi harus bersedia dan dapat mempercayai oran-orang lain, sesuai dengan posisi atau jabatannya, apabila diberi atau mendapat pelimpahan wewenang. 5) Fungsi pengendalian

  Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses dan efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Sehubungan dengan itu bahwa fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan.

  Dengan bimbingan dan pengarahan, koordiansi dan pengawasan, pemimpin berusaha mencegah terjadinya kekeliruan atau kesalahan setiap unit atau perseorangan dalam melaksanakan volume dan beban kerjanya atau perintah dari pimpinannya. Pengendalian dilakukan dengan cara mencegah anggota berfikir dan berbuat sesuatu yang cenderung merugikan kepentingan bersama.

2.1.3 Teknik-teknik Kepemimpinan

  Untuk mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka seorang pemimpin perlu menggunakan teknik-teknik kepemimpinan. Karyadi dalam bukunya yang berjudul Teknik- teknik Kepemimpinan mengemukakan teknik-teknik kepemimpinan sebagai berikut : 1. Teknik menyiapkan orang-orang supaya mau menjadi pengikut.

  2. Teknik memperlakukan orang-orang sebagai manusia, bukan sebagai alat.

  3. Teknik untuk menjadi tauladan bagi pengikut (Karyadi, 1991 : 70). Dari pendapat Karyadi di atas tentang teknik kepemimpinan penulis berpendapat dari ketiga teknik tersebut menggambarkan bagaimana cara seorang pemimpin dapat mengkontrol orang lain. Selanjutnya Kartono mengemukakan teknik kepemimpinan sebagai berikut :

  15 “Teknik kepemimpinan adalah kemampuan atau keterampilan tehnik memimpin dalam menerapkan teori-teori kepemimpinan dalam organisasi tertentu meliputi konsep-konsep pemikirannya, perilaku serta peralatan yang digunakan” (Kartono, 2001 : 3).

  Dari pendapat Kartono tentang teknik kepemimpinan, penulis dapat menyimpulkan dalam teknik kepemimpinan seorang pemimpin harus memiliki konsep dalam memimpin organisasi dalam memimpin organisasi serta dapat memanfaatkan berbagai jenis peralatan yang ada pada lingkungan kerjanya. Menurut Kartini Kartono dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan mengartikan teknik kepemimpinan sebagai berikut :

  “Teknik kepemimpinan sebagai keterampilan teknis serta sosial pemimpin dalam menerapkan teori-teori kepemimpinan pada praktek kehidupan serta organisasi tertentu dan melingkupi konsep-konsep pemikiran, perilaku sehari-hari dan semua peralatan yang dipakainya” ( Kartono, 1985:62).

  Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa teknik kepemimpinan sangat perlu untuk di mengerti oleh seorang pemimpin, karena dengan teknik kepemimpinan, pemimpin dapat mengerti posisi dan peranannya di dalam organisasi. Lebih jelas lagi S. Pamuji dalam bukunya Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia, merinci teknik-teknik kepemimpinan sebagai berikut:

  1. Teknik pematangan dan penyiapan pengikut

  2. Teknik human relation

  3. Teknik menjadi teladan

  4. Teknik persuasi dan pemberian perintah

  5. Teknik penggunaan sistem komunikasi yang cocok

  6. Teknik penyediaan fasilitas (Pamuji, 1995:114) Berdasarkan uraian tersebut di atas, menurut penulis bahwa untuk menjadi seorang pemimpin haruslah memiliki teknik-teknik kepemimpinan untuk mencapai tujuan organisasi.

  16

2.1.4 Gaya Kepemipinan

  Gaya kepemimpinan merupakan cara pemimpin menjalankan tugas kepemimpinannya, baik berupa perencanaan, perumusan, ajakan, himbauan, maupun perintah-perintah lainnya. Pamudji memberikan gambaran tentang gaya kepemimpinan pemerintah Indonesia, yaitu :

  “Gaya kepemimpinan adalah bicara tentang bagaimana seorang pemimpin menjalankan tugas kepemimpinannya, misalnya gaya apa yang dipakai dalam merencanakan, merumuskan, dan menyampaikan perintah-perintah atau ajakan kepada yang diperintah. Gaya kepemimpinan pemerintahan angat dipengaruhi oleh paham-paham yang dianut mengenai kekuasaan dan wewenang sikap mana yang harus diambil terhadap hak dan martabat manusia. Gaya kepemimpinan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pemimpin dan situasi yang dihadapinya. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin dalam situasi tertentu dapat berbeda dengan gaya kepemimpinannya yang diterapkan dalam situasi yang lain” (Pamudji, 1995 : 22).

  Dari pendapat Pamudji di atas menurut penulis seorang pemimpin harus memiliki gaya kepemimpinan yang dapat mempengaruhi orang lain dengan gaya kepemimpinannya. Selanjutnya Pamudji membagi 3 (tiga) dalam kepemimpinan di Indonesia sebagai berikut :

  1.

  “Gaya motivasi yaitu pemimpin dalam menggerakkan orang- orang dengan mempergunakan motivasi baik yang berupa imbalan ekonomis dengan memberikan hadiah-hadiah (Reward), baik yang bersifat positif maupun yang berupa ancaman hukuman atau bersifat negatif.

  2. Gaya kekuasaan yaitu pemimpin yang cenderng menggunakan kekuasaan untuk menggerakkan orang-orang. Cara bagaimana ia menggunakan kekuasaan akan menentukan gaya kepemimpinannya.

  3. Gaya Autokratik Yaitu pemimpin yang menggantungkan pada kekuasaan formalnya, organisasi di pandang sebagai milik pribadi, mengidentifikasikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.

  b. Gaya Partisipatif Kadang-kadang juga disebut gaya demokratif yaitu pemimpin yang memandang manusia adalah yang bermartabat dan harus dihormati hak-haknya. Dalam menggerakan pengikut lebih banyak menggunakan persuasi dan memberikan contoh- contoh.

  17 c. Gaya Bebas

  Yaitu kepemimpinan yang hanya pengikutnya menghindari diri dari penggunaan paksaan atau tekanan.

  3. Gaya Pengawasan, yaitu kepemimpinan yang dilandaskan kepada perhatian seorang pemi mpin terhadap perilaku kelompok”

  (Pamudji, 1995 : 123).

2.2 Pengertian Kesehatan

  Sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.

  Kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1992 Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan kesehatan menurut peraturan daerah Kota Bandung Nomor : 10 Tahun 2009 Kesehatan adalah merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan dari badan, jiwa dan sosial yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Sehat menurut Paune

  “Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care Resouces) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri ( self care actions) secara adekuat. Self care Resouces : mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Self care Actions merupakan perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual” (Paune, 1983).

  Dari pendapat Paune di atas tentang pengertian sehat penyusun dapat menyimpulkan fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri tidak dapat dipisahkan dari kesehatan yang mempunyai keterikatan dan sehat sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan prilaku manusia. Selanjutnya sehat menurut Pender sebagai berikut :

  “Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Prilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten

  18 sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas struktural” (Pender, 1982).

  Berdasarkan pengertian kesehatan yang dikemukakan Pender menurut penulis kesehatan individu dapat diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan denga orang lain.

2.3 Pengertian Lanjut Usia (Lansia)

  Lanjut Usia (lansia) adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, baik secara fisik berkemampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari maupun yang karena masalah kesehatannya tidak lagi mampu melakukan aktifitas sehari-hari, sehingga tidak lagi berperan dalam pembangunan pada umumnya. Lanjut Usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Pengertian dan pengelolaan lanjut usia (lansia).

  Secara umum kesehatan pada seorang lanjut usia diawali dengan terjadinya masalah pada usia 45 tahun atau lebih dan bertambahnya resiko masalah kesehatan lanjut usia sering terjadi pada usia lebih 60 tahun, maka sesuai kebijakan dalam pelayanan kesehatan, pelayanan kepada lanjut usia diutamakan kepada sasaran sebagai berikut :

  a. Usia 45-59 tahun sebagai kelompok pra lanjut usia, agar dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

  b. Usia 60-69 tahun sebagai kelompok lanjut usia, agar dapat mempertahankan kesehatan dan mencegah bertambahnya resiko kesehatan yang ada.

  c. Usia 70 tahun keatas dan 60 tahun dengan masalah kesehatan sebagai kelompok lanjut usia beresiko tinggi, agar dapat mempertahankan kesehatan, tidak menambah resiko kesehatan yang ada dan dapat memperpanjang usia.

  19

  1. Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia (Lansia) Suatu proses yang tidak dapat dihindari yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang selanjutnya yang menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokemis. Pada jaringan tubuh dan akhirnya mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan (Depkes RI, 1998). Menurut Setiabudhi (1999), perubahan yang terjadi pada lansia yaitu :

  Perubahan yang terjadi pada sel seseorang menjadi lansia yaitu adanya perubahan genetika yang mengakibatkan terganggunya metabolism protein, gangguan metabolism Nucleic acid dan deoxyribonucleic (DNA), terjadi ikatan DNA dengan protein stabil yang mengakibatkan gangguan genetika, gangguan kegiatan enzim dan sistem pembuatan enzim, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati, terjadinya pengurangan parenkim serta adanya penambahan lipofisim.

  1. Perubahan yang terjadi di sel otak dan saraf berupa jumlah sel menurun dan fungsi digantikan sel yang tersisa, terganggunya mekanisme perbaikan sel, control inti sel terhadap sitoplasma menurun, terjadinya perubahan jumlah dan struktur mitokondria, degenerasi lisosom yang mengakibatkan hoidrolisa sel, berkurangnya butir nissil, pengumpulan kromatin dan penambahan lipofisin.

  2. Perubahan yang terjadi di otak lansia adalah terjadi trofi yang berkurang 5 sampai 10% yang ukurannya kecil terutama di bagian prasagital, frontal, pariental, jumlah neuron berkurang dan tidak dapat diganti dengan yang baru, terjadi pengurangan neurotransmitter, terbentuknya struktur abnormal di otak dan akumulasi pigmen organic mineral.

  3. Perubahan jaringan yaitu terjadinya penurunan sitoplasma protein, peningkatan metaplastik protein seperti kolagen dan elastin.

  2. Tipe Lanjut Usia (Lansia) Beberapa tipe dari Lanjut Usia (Lansia) bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik,mental, social dan ekonominya

  20 (Nugroho, 2000 dalam Maryam dkk, 2008). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut :

  1. Tipe arif bijaksana Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.

  2. Tipe mandiri Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.