Motivasi Lanjut Usia Dalam Melakukan Senam Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan Tahun 2013

(1)

MOTIVASI LANJUT USIA DALAM MELAKUKAN SENAM LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA DAN ANAK BALITA

WILAYAH BINJAI DAN MEDAN TAHUN 2013

SKRIPSI

Oleh

HennyAgustia

121121099

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

(3)

(4)

PRAKATA

Syukur alhamdulillah penulis persembahkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan berkah, rahmat, dan hidayat-Nya, serta shalawat dan salam kepada Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Motivasi Lanjut Usia Dalam Melakukan Senam Lansia di UPT pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan 2013’’.

Skripsi ini disusun dalam tujuan memenuhi syarat dalam menyelesaikan mata kuliah skripsi II. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan. Namun berkat adanya bantuan, bimbingan, dan arahandari berbagai pihak, sehingga proposal ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ismayadi, S.Kep.Ns, M.Kes CWCCA, CHtN selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.


(5)

4. Ibu Siti Zahara S.Kp MNS dan ibu Lutfiani S.Kep.Ns, M.Kes selaku penguji I dan II yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Teristimewa kepada Ayahanda H.Yusuf Dalimunte dan Ibunda Hj. Nilawati tercinta, dan keluarga tersayang yang selalu mendoakan serta memberikan segala bantuan baik dai segi moril maupun materi sehingga dengan restunya penulis dapat menyelesaikan Proposal penelitian ini.

6. Teman-teman sejawat dan seperjuangan angkatan 2012 yang selalu memberikan bantuan, motivasi, partisipasi, dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya kepada Allah SWT penulis berserah diri semoga kita selalu dalam lindungan serta limpahan rahmat-Nya dengan kerendahan hati penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis.

Medan, Januari 2014


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN... .. ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR SKEMA ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Konsep Motivasi ... 7

2.2 Konsep Lanjut Usia ... 20

2.3 Konsep Dasar Senam Lansia ... 23

BAB 3 KONSEP KERANGKA PENELITIAN ... 38

3.1 Kerangka Konsep ... 38


(7)

BAB 4 METODELOGI PENELITIAN ... 41

4.1 Desain Penelitian ... 41

4.2 Populasi dan Sampel. ... 41

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian ... 43

4.5 Instrumen Penelitian ... 44

4.5 Uji Validitas dan Reabilitas ... 45

4.6 Teknik Pengumpulan Data ... 46

4.7 Analisa Data ... 48

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 50

5.1 Hasil Penelitian ... 50

5.2 Pembahasan. ... 54

BAB 6 PENUTUP ... 61

6.1 Kesimpulan ... 62

6.2 Rekomendasi ... 62

PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR SKEMA

Halaman Kerangka Kerja Penelitian ... 38


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Intensitas Latihan Senam Lansia... 25

Tabel 3.1 Definisi Operasional... 39

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi... 51

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi t Motivasi Lansia... 52

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Motivasi Intrinsik ... 53


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 Lembar Kuisioner Penelitian

Lampiran 4 Tabel Master Lampiran 5 Tabel Uji Reabilitas Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Lampiran 7 Lembaran Konsul

Lampiran 8 Jadwal Kegiatan penelitian Lampiran 9 Biodata Penulis


(11)

Judul : Motivasi Lanjut Usia Dalam Melakukan Senam Lansia

Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan Tahun 2013

Nama : Henny Agustia NIM : 121121099

Jurusan : Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun : 2013

ABSTRAK

Motivasi merupakan dorongan dalam diri manusia untuk bertindak dan berprilaku untuk mencapai kebutuhan yang diinginkan. Senam lansia merupakan salah olah raga yang dapat dilakukan lansia agar tetap hidup sehat dan bugar sehingga diperlukan keinginan dari dalam diri dan lingkungan untuk melakukan senam. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi lansia dengan tujuan khusus yaitu motivasi intrinskc dan motivasi ekstrinsik dalam melakukan senam lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan populasi 180 lansia, pengambilan sample menggunakan teknik purposive sampling dan didapatkan sampel sebanyak 44 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Pengujian validitas dalam penelitian ini yaitu validitas rupa (face validity) dan uji reliabilitas ini menggunakan konsistensi internal kr-20 dan didapatkan hasil 0,7. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Motivasi lanjut usia dalam melakukan senam lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan berada dalam kategori rendah yaitu 56.8 % dan 43.2% berada dalam kategori tinggi. Motivasi instrinsik lanjut usia dalam melakukan senam lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan berada dalam kategori rendah yaitu 65.9%. Motivasi ekstrinsik lanjut usia dalam melakukan senam lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan berada dalam kategori rendah yaitu 63.6%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi lansia berada dalam katagori rendah. Disarankan untuk peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih mendalam tentang hubungan motivasi olahraga lansia terhadap penyakit rematik dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda.


(12)

Title : Motivation In Doing Gymnastics Elderly In UPT Elderly and Social Service Regional Early Childhood Binjai and Medan 2013

Name : Henny Agustia NIM : 121121099

Major : Nursing University of North Sumatra Year : 2013

ABSTRACT

Motivation is an impulse in human beings to act and behave in order to achieve the desired needs . Elderly Gymnastics is one sport that can be done the elderly in order to remain healthy and fit so that the necessary desires of the self and the environment to do gymnastics . The general objective of this study was to determine the motivation of the elderly with the specific purpose of intrinskc motivation and extrinsic motivation in doing gymnastics in the elderly Elderly Social Services Unit and Regional Early Childhood Binjai and Medan . This study used a descriptive method , with a population of 180 elderly , sampling using purposive sampling technique and obtained a sample of 44 respondents . The technique of collecting data using questionnaires . Testing the validity of this research is in such validity (face validity) and reliability testing using internal consistency kr - 20 and obtained results 0.7 . The results of this study indicate that : motivation in doing gymnastics elderly elderly Elderly Social Services Unit and Early Childhood Binjai and Medan areas are in the low category is 56.8 % , and 43.2 % are in the high category . Intrinsic motivation in doing gymnastics elderly elderly Elderly Social Services Unit and Early Childhood Binjai and Medan areas are in the low category is 65.9 % . Extrinsic motivation in doing gymnastics elderly elderly Elderly Social Services Unit and Early Childhood Binjai and Medan areas are in the low category is 63.6 % . It can be concluded that the motivation of the elderly are in the low category . It is recommended for further research to examine more deeply about the relationship of motivation to exercise elderly rheumatic diseases using different research methods. Keywords : motivation , gymnastics elderly , elderly


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan pemerintah dalam Pembangunan Nasional telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk, serta meningkatkan umur harapan hidup manusia, akibat jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung cepat (Nugroho, 2008).

Kemajuan yang terjadi diberbagai bidang, seperti kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang medis, meningkatkan usia harapan hidup lanjut usia di dunia. Menurut badan PBB (1973) dalam Ritongga menyebutkan bahwa angka usia harapan hidup penduduk global sebelum tahun 1850 adalah 20-40 tahun, periode tahun 1850-1950 usia harapan hidup mencapai 40-60 tahun dan tahun 1950 sampai sekarang usia harapan hidup 60 tahun atau lebih (Ritongga, 2007).

Peningkatan usia harapan hidup menimbulkan peningkatan jumlah lanjut usia (lansia) di dunia. Peningkatan ini dapat dilihat dari jumlah lanjut usia di dunia pada periode tahun 1950-1970 dengan periode 1970-2000. Pertambahan penduduk dunia tahun 1950-1970 sebesar 46,1% dengan usia 60


(14)

tahun mencapai 54,7 juta jiwa, sedangkan yang berusia 70 tahun sebesar 56,0 juta jiwa. Tahun 1970-2000 mengalami peningkatan pertambahan penduduk sebesar 78,8% dengan usia 60 tahun mencapai 101,1 juta jiwa sedangkan usia 70 tahun mencapai 118,7 juta jiwa. Jumlah lanjut usia dengan usia rata-rata 60 tahun pada tahun 2025 diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar jiwa (Nugroho, 2000).

Menurut laporan data demografi Penduduk Internasional yang dikeluarkan oleh Bureau of The Census USA (1993), dilaporkan bahwa Indonesia pada tahun 1990-2025 akan mempunyai kenaikan jumlah usia lanjut sebesar 41,4%, merupakan salah satu angka tertinggi didunia. Sebagai perbandingan Brazil memiliki 22,5%, Kenya 34,7%, India 24,2%, Jepang 12,9%, Jerman 66%, china 22%, dan Swedia 33%. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit degeneratif dan metabolik akan menjadi masalah yang memerlukan perhatian khusus, terutama di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia (Sudoyo, dkk, 2007).

Usia harapan hidup penduduk Indonesia juga mengalami peningkatan dari periode ke periode. Periode tahun 1980 usia harapan hidup mencapai 52,2 tahun, tahun 1990 mencapai 59,8 tahun, tahun 2000 mencapai 64,5 tahun, tahun 2006 mencapai 66,2 tahun, perkiraan tahun 2010 mencapai 67,4 tahun, dan perkiraan tahun 2020 mencapai 71,1 tahun (Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, 2009).


(15)

Tanda-tanda masa tua disertai dengan adanya kemunduran-kemunduran kemampuan kerja panca indra, gangguan fungsu alat-alat tubuh, perubahan psikologi serta adanya berbagai penyakit yang muncul. (Widianti, 2010). Upaya-upaya untuk mempertahankan kesehatan pada lansia dapat dilakukan dengan berbagai cara: preventif (pencegahan penyakit seperti pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu atau puskesmas), kuratif (pengobatan pada lansia yang mempunyai penyakit seperti stroke dan diabetes militus), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit atau cacat). Selain itu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara promotif, yaitu dengan cara peningkatan kesehatan pada lansia yang salah satunya dapat dilakukan dengan olahraga atau senam secara teratur (Ekasari, 2008).

Senam lansia merupakan salah satu alternatif yang positif untuk membina kesehatan jasmani dan memelihara kebugaran. senam lansia selain memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Senam lansia sendiri mempunyai banyak manfaat bagi lansia.. Manfaat dari aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang ada di dalam tubuh (Depkes 2008).

Lansia tidak mempunyai kemampuan membaca dan menulis sebesar 35,87%, hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan pada lansia dan keaktifan dalam berolahraga (Martono, 2008). Dari hasil penelitian


(16)

Budiharjo (2005) mengatakan bahwa partisipasi lansia untuk melakukan senam kurang memuaskan, faktor penyebab kurangnya partisipasi adalah kurangnya pengetahuan dan motivasi dalam melakukan senam lansia. Dari hasil penelitian Jasmanto (2011) partisipasi lansia mengikuti senam lansia di Unit Rehabilitasi Wening Wardoyo Ungaran sebanyak 50-65%. Keaktifan lansia dalam mengikuti senam bervariasi, ada lansia yang dapat mengikuti gerakan secara maksimal, ada pula yang mengikuti senam dalam posisi duduk di kursi.

Pada penelitian Maulida (2010) gambaran pengetahuan lanjut usia untuk melakukan olahraga di panti jompo rumoh seujahtra geunaseh sayang dalam kategori rendah yaitu 28 orang (64 %) kategori rendah karena di panti jompo, tidak muncul kemauan dari lansia itu sendiri dan kurang sadarnya lansia tentang pentingnya olahraga untuk menjaga kebugaran tubuhnya, dimana faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya seperti pengasuh panti jompo yang kurang memperhatikan terhadap lansia, Sehingga dari faktor-faktor tersebut memberikan dampak besar pada lansia yang berefek lansia tidak mau melakukan olahraga.

Hasil survey awal yang didapat dari pengurus UPT Pelayan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita wilayan Binjai dan Medan mengatakan bahwa senam lansia dilakukan rutin seminggu sekali yang dilaksanakan pada hari selasa jam 08.00 WIB, jumlah lanjut usia yang tinggal di panti jompo sebanyak 180 orang yang terdiri 66 orang lanjut usia laki-laki dan 104 orang lanjut usia perempuan. Dari hasil observasi peneliti yang dilakukan selama 2 hari pada hari selasa pada tanggal 28 Mei 2013 dan 4 juni 2013 peneliti mendapatkan


(17)

dari 180 orang lansia yang tinggal di UPT pelayan sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan hanya 48 dan 52 lansia yang mengikuti kegiatan senam lansia. Peneliti juga melihat lansia yang mengikuti senam lansia kurang bersemangat serta kurangnya dorongan dari pengawas atau petugas yang ada. Maka dari data diatas peneliti berminat untuk mengambil judul ” Motivasi Lanjut usia Dalam Melakukan Senam Lansia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah dari penelitiannya adalah untuk mengetahui sejauh mana “motivasi lanjut usia dalam melakukan senam lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan Tahun 2013”

1.3 Pertanyaan Penelitian

1.3.1 Bagaimanakah motivasi intrinsik lanjut usia dalam melakukan senam lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan tahun 2013.

1.3.2 Bagaimanakah motivasi ekstrinsik lanjut usia dalam melakukan senam lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan Tahun 2013.

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui motivasi lanjut usia dalam melakukan senam lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan Tahun 2013.


(18)

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui motivasi intrinsik lanjut usia dalam melakukan senam lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan Tahun 2013.

b. Mengetahui motivasi ektrinsik lanjut usia dalam melakukan senam lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan Tahun 2013.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Pendidikan Keperawatan

Bagi pendidikan keperawatan sebagai tambahan sumber referensi tentang motivasi lanjut usia dalam melakukan senam lansia.

1.5.2 Peneliti

Bagi peneliti sebagai wahana untuk menerapkan ilmu yang di dapat dan memperluas wawasan pengetahuan di bidang penelitian.

1.5.3 Panti Jompo

Bagi panti jompo untuk mengetahui bagaimana motivasi lanjut usia sehingga memberikan dorongan dan informasi yang dibutuhkan agar lansia termotivasi melakukan senam lansia.

1.5.4 Lanjut Usia

Bagi lanjut usia agar mengetahui manfaat dari senam lansia dan termotivasi untuk melaksanakan senam lansia dengan baik dan teratur.mengetahui sejauh mana tingkat motivasi lanjut usia dalam melakukan.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Motivasi

2.1.1 Pengertian motivasi

Motif atau motivasi berasal dari kata latin “moreve” yang berarti dorongan dalam diri manusia untuk bertindak dan berperilaku. Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan. Kebutuhan adalah adalah suatu “potensi” dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau respon (Notoatmodjo, 2007).

Motivasi merupakan sebuah konsep psikologis yang “intangible” atau tidak kasat mata. Artinya, kita tidak dapat melihat motivasi secara langsung. Kita hanya dapat mengetahui motivasi seseorang dengan menyimpulkan perilaku, perasaan, dan perkataannya ketika mereka ingin mencapai tujuannya. Selain itu, motivasi adalah konsep yang kompleks karena manusia adalah makhluk yang kompleks (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Motivasi menurut Stoner dan Freeman adalah karakteristik psikologis manusia yang memberikan kontribusi pada tingkat komitmen seseorang termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan


(20)

mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Nursalam, 2001).

Motivasi merupakan segala upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh sesuatu yang dibutuhkan (Ngalim, 2000).

Motivasi tidak pernah terpisahkan dari tiga unsur yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan datang karena adanya sesuatu yang tidak terpenuhi, sementara dorongan merupakan suatu petunjuk untuk memenuhi kebutuhan, dan tujuan itu sendiri merupakan hasil akhir dari suatu motivasi (Nursalam, 2001).

Secara umum karena adanya kekuatan dorongan yang mengerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam mempelajari motivasi kita akan berhubungan dengan hasrat, keinginan, dorongan dan tujuan. Didalam konsep motivasi kita juga akan mempelajari sekelompok fenomena yang mempengaruhi sifat, kekuatan dan ketetapan dari tingkah laku manusia (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2 Teori Motivasi

Motivasi adalah dorongan psikologi yang mengarahkan seseorang menuju sebuah tujuan. Kata motivasi berasal dari bahasa latin yaitu

movere yang bermakna bergerak. Namun motivasi melibatkan lebih

sekedar gerakan fisik. Motivasi melibatkan gerakan fisik dan mental. Motivasi juga mempunyai dua sisi : gerakan dapat dilihat, akan tetapi motif harus disimpulkan (Simamora, 2004).


(21)

Landy dan Becker mengelompokkan banyak pendekatan modern pada teori dan praktik menjadi lima katagori : teori kebutuhan, teori penguatan, teori keadilan, teori harapan, dan teori penetapan sasaran (Nursalam, 2002).

1) Teori kebutuhan

Memfokuskan pada yang dibutuhkan orang untuk hidup berkecukupan. Dalam praktiknya, teori kebutuhan berhubungan bagian pekarjaan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya.

Menurut teori kebutuhan, seseorang mempunyai motivasi kalau dia belum mencapai tingkat kepuasan tertentu dengan kehidupannya. Kebutuhan yang telah terpuaskan bukan lagi menjadi motivator.

Yang termasuk dalam teori kebutuhan adalah : a. Teori Hirarki dalam kebutuhan menurut Maslow

Dikembangkan oleh Abraham Maslow, dimana dia memandang manusia sebagai hirarki lima macam kebutuhan, mulai dari kebutuhan fisiologis yang paling mendasar sampai kebutuhan tertinggi yaitu aktualisasi diri. Menurut Maslow, individu akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan yang paling menonjol atau paling kuat bagi mereka pada waktu tertentu.

b. Teori ERG

Teori motivasi yang menyatakan bahwa orang bekerja keras untuk memenuhi tentang eksistensi (kebutuhan dasar dari Maslow), kebutuhan keterkaitan (kebutuhan hubungan antar pribadi) dan


(22)

kebutuhan pertumbuhan (kebutuhan akan kreativitas pribadi, atau pengaruh produktif).

Teori ERG menyatakan bahwa, jika kebutuhan yang lebih tinggi mengalami kekecewaan, kebutuhan yang lebih rendah akan kembali, walaupun sudah terpuaskan.

c. Teori Tiga Macam Kebutuhan

Jhon W. Atkinson, mengusulkan ada tiga macam dorongan mendasar dalam diri orang yang termotivasi, kebutuhan untuk mencapai prestasi, kebutuhan kekuatan, dan kebutuhan untuk berafiliasi atau berhubungan dekat dengan orang lain.

d. Teori Motivasi Dua Faktor

Teori ini dikembangkan oleh Frederick Herzberg dimana dia menyakini bahwa karyawan dapat dimotivasi oleh pekarjaan sendiri dan di dalamnya terdapat kepentingan yang disesuaikan dengan tujuan organisasi. Dari penelitiannya, Harzberg menyimpulkan bahwa ketidakpuasan kerja dan kepuasan kerja dalam bekerja muncul dari dua faktor yang terpisah.

Faktor yang membuat ketidakpuasan adalah : kebijakan perusahaan, dan administrasi, supervisi, kondisi kerja, gaji, hubungan dengan rekan sejawat, kehidupan pribadi, hubungan dengan bawahan, status, dan keamanan. Faktor penyebab kepuasan (faktor yang memotivasi) termasuk prestasi, pengakuan, tanggung


(23)

jawab, dan kemajuan, semuanya berkaitan dengan isi pekarjaan dan imbalan prestasi kerja.

2) Teori Keadilan

Teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama dalam motivasi pekarjaan adalah evaluasi individu atau keadilan dari penghargaan yang diterima. Individu akan termotivasi jika hal yang meraka dapatkan seimbang dengan usaha yang mereka kerjakan.

3) Teori Harapan

Teori ini menyatakan cara memilih dan bertindak dari berbagai alternatif tingkah laku, berdasarkan harapannya apakah ada keuntungan yang diperoleh dari tiap tingkah laku. Ada tiga Teori harapan berpikir atas dasar :

a. Harapan Hasil Prestasi

Individu mengharapkan konsekuensi tertentu dari tingkah laku mereka. Harapan ini nantinya akan mempengaruhi keputusan tentang bagaimana cara mereka bertingkah laku.

b. Valensi

Hasil dari suatu tingkah laku tertentu mempunyai valensi atau kekuatan untuk memotivasi. Valensi ini bervariasi dari satu individu ke individu yang lain.

c. Harapan Prestasi Usaha

Harapan orang mengenai tingkat keberhasilan mereka dalam melaksanakan tugas yang sulit akan berpengaruh pada tingkah laku.


(24)

Tingkah laku seseorang sampai tingkat tertentu akan tergantung pada tipe hasil yang diharapkan.

4) Teori Penguatan

Teori ini menunjukkan bagaimana konsekuensi tingkah laku di masa lampau akan mempengaruhi tindakan di masa depan dalam proses belajar siklis. Proses ini dapat dinyatakan sebagai berikut : Rangsangan Respons Konsekuensi Respons masa depan.

Dalam pandangan ini, tingkah laku sukarela seseorang terhadap suatu situasi atau peristiwa merupakan penyebab dari konsekuensi tertentu. Teori penguatan menyangkut ingatan orang mengenai pengalaman rangsangan respons konsekuensi. Menurut teori penguatan, seseorang akan termotivasi jika dia memberikan respons pada rangsangan pada pola tingkah laku yang konsisten sepanjang waktu (Nursalam, 2002).

2.1.3 Jenis-jenis motivasi

Manusia memiliki sifat yang unik sehingga untuk memotivasi satu dengan yang lain tidak harus sama. Melalui pemahaman tentang hierarki kebutuhan Maslow, kita dapat mengetahui jenis-jenis motivasi. Setiap individu memiliki hierarki kebutuhan yang menentukan tindakannya. Sekali kebutuhan paling dasar dipuaskan, individu akan termotivasi untuk mencapai kebutuhan berikutnya (Sunaryo, 2006).


(25)

Menurut Abraham C dan Shanley F (1997), jenis motivasi secara umum adalah uang, penghormatan, tantangan, pujian, kepercayaan, lingkungan, pengakuan, penghargaan, kemandirian, bonus/hadiah, ucapan terima kasih dan keyakinan (Sunaryo, 2006).

Adapun motivasi itu dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu:

a. Motivasi Intristik

Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari rangsangan di dalam diri setiap individu, tidak perlu dirangsang dari luar. Misalnya orang yang gemar mengetahui, tidak perlu ada yang mendorong atau menyuruhnya, dia telah mencari sendiri sesuatu yang akan dikerjakan. Motivasi intrinsik ini juga diartikan sebagai motif pendorong dan ada kaitan langsung dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam objek atau pelaksana (individu) (Shvoong, 2011).

Motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, adapun yang termasuk pada faktor internal adalah, persepsi seseorang mengenai diri sendiri, harga diri, harapan pribadi, kebutuhan, kepuasan kerja, dan sesuatu yang dihasilkan (Wartawarga, 2009).

Motivasi, Kepercayaan, dan Action (MBA) adalah tiga faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. Adanya motivasi dimulai dengan mimpi atau keinginan dan biasanya disertai dengan antusiasme, apabila seseorang bersemangat terhadap tujuannya dan merasakan kepercayaan yang kuat dalam hati, maka sesorang tersebut akan berusaha untuk mencapainya. Dan tanpa kepercayaan, seseorang juga mungkin tidak


(26)

akan melakukan apa pun yang telah ditetapkan untuk dilakukan. Sedangkan aksi adalah sebagai mitra dari motivasi dan kepercayaan, tindakan akan menjadi akhir untuk mencapai sesuatu (Watawarga, 2009).

Apabila seorang memiliki kepercayaan bahwa di masa yang akan datang akan memiliki peluang/harapan maka akan menjadi energi yang menggerakkan semangat hal tersebut didasarkan pada teori harapan dimana teori ini mengatakan peluang subjektif seseorang yang usahanya akan dapat diwujudkan dan percaya bahwa usaha yang dilakukan akan berpengaruh terhadap perilaku kerjanya.

Menurut Vallend, dkk., secara garis besar membagi ada 3 tipe motivasi intrinsik.

1) Motivasi intrinsik untuk tahu

Dalam motivasi untuk tahu ini, seseorang melibatkan diri dalam sebuah aktivitas karena kesenangan untuk melakukan sebuah kegiatan.

2) Motivasi intrinsik yang berkaitan dengan pencapaian.

Manusia selalu mempunyai naluri untuk mencapai sesuatu. Bahkan secara ekstrem, orang yang sudah kaya raya pun tidak pernah berhenti untuk mengeruk harta. Ini membuktikan bahwa setiap manusia mempunyai keinginan untuk mencapai sesuatu. Motivasi intrinsik tipe ini dapat membuat seseorang melakukan aktivitas karena terdorong oleh kesenangan mencoba


(27)

untuk melampaui dirinya sendiri, artinya ada keinginan untuk lebih dan lebih.

3) Motivasi intrinsik untuk merasakan stimulasi

Motivasi ini mendorong seseorang untuk terlibat dalam sebuah aktivitas dalam rangka merasakan kenikmatan yang sensasional b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik juga dapat diartikan sebagai motivasi yang pendorongnya diwujudkan dalam bentuk rangsangan dari luar yang bertujuan menggerakkan individu untuk melakukan suatu aktivitas yang membawa manfaat kepada individu tersebut dan motivasi ini tidak ada hubungannya dengan niat yang terkandung di dalam objek atau pelaksana (individu) tersebut. Yang termasuk dalam motivasi ekstrinsik berupa :

1) Kebutuhan informasi

Kebutuhan informasi yaitu berupa nasehat, memberikan arahan secara langsung, saran yang berguna untuk mempermudah individu dalam menjalani hidupnya dan memberikan informasi yang dibutuhkan, informasi tersebut dapat diperoleh individu melalui konsultasi dengan tenaga professional (dokter, perawat dan sebagainya), sumber bacaan, ataupun bertanya kepada sumber lain yang mendukung guna meningkatkan harapan dan keyakinan dalam usaha untuk mencapai kesembuhan (Shvoong, 2011).


(28)

2) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yaitu motivasi yang disebabkan oleh adanya rangsangan atau dorongan dari luar. Rangsangan tersebut, bisa dimanifestasikan bermacam-macam, sesuai dengan karakter pendidikan, latar belakang orang yang bersangkutan dan kelemahan motivasi inii harus didukung oleh lingkungan yang kuat,fasilitas, orang yang mengawasi, dan penyebab kesadaran dari dalam diri individu yang belum tumbuh (Saefudin, 2009).

Meskipun berbeda, kedua jenis motivasi ini sesungguhnya saling berkaitan satu dengan yang lainnya dan bentuknya yang saling berubah-ubah, motivasi intrinsik bisa muncul akibat adanya penghargaan yang menjadi alasan, demikian juga sebaliknya, motivasi ekstrinsik adalah kelanjutan dari adanya motivasi intrinsik untuk mengawali seseorang melakukan aktivitas (Kusumah, 2007).

Dalam kenyataan teori di atas dapat disimpulkan bahwa setiap individu melakukan suatu tindakan karena didasari oleh adanya dorongan baik dari dalam diri individu (instrinsik) maupun dorongan dari orang-orang sekitar atau dari luar individu (ekstrinsik). Dalam kenyataannya motivasi instrinsik lebih sulit untuk ditimbulkan pada diri masyarakat jika pelayanan kesehatan, sarana, dan keramahan petugas dalam memberikan pelayanan kesehatan kurang memadai. Motivasi yang paling berhasil adalah pengarahan sendiri oleh individu yang bersangkutan. Keinginan atau dorongan tersebut harus datang dari


(29)

individu itu sendiri dan bukanlah dari orang lain dalam bentuk kekuatan dari luar (Kusumah, 2007).

2.1.4 Fungsi motivasi.

Setiawati (2008), menyebutkan beberapa fungsi motivasi yaitu : 1. Motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat

Funsi motivasi dipandang sebagai pendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Motivasi akan melepas individu untuk melepaskan energi dalam kegiatannya.

2. Motivasi sebagai penuntut arah

Motivasi akan menuntut seseorang untuk melakukan kegiatan yang benar-benar sesuai dengan arah dan tujuan yang ingin dicapai.

3. Motivasi sebagai proses seleksi kegiatan

Motivasi akan memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk memprritaskan kegiatan mana yang harus dilakukan.

4. Moyivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi

Prestasi dijadikan tujuan utama bagi seseorang dalam melakukan kegiatan.

2.1.5 Tujuan Motivasi

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu (Purwanto, 2008).


(30)

2.1.6 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Motivasi a. Faktor fisik

Motivasi yang ada didalam diri individu yang mendorong untuk bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan fisik seperti kebutuhan jasmani, raga, materi, benda atau berkaitan dengan alam. Faktor fisik merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi lingkungan dan kondisi seseorang, meliputi ; kondisi fisik lingkungan, keadaan atau kondisi kesehatan, umur dan sebagainya. b. Faktor hereditrer (lingkungan dan kematangan atau usia)

Motivasi yang didukung oleh lingkungan berdasarkan kematangan atau usia seseorang.

c. Faktor instrinsik seseorang

Motivasi yang berasal dari dalam dirinya sendiri biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga puas dengan apa yang sudah dilakukan.

d. Fasilitas (sarana dan prasarana)

Motivasi yang timbul karena adanya kenyamanan dan segala yang memudahkan dengan tersedianya sarana-sarana yang dibutuhkan untuk hal yang diinginkan.

e. Situasi dan kondisi

Motivasi yang timbul berdasarkan keadaan yang terjadi sehingga mendorong memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu.


(31)

f. Program dan aktifitas

Motivasi yang timbul atas dorongan dalam diri seseorang atau pihak lain yang didasari dengan adanya kegiatan (program) rutin dengan tujuan tertentu.

g. Audio visual (media)

Motivasi yang timbul dengan adanya informasi yang di dapat dari perantara sehingga mendorong atau menggugah hati seseorang untuk melakukan sesuatu.

h. Umur

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang berfikir logis dan bekerja sehingga motivasi seseorang kuat dalam melakukan sesuatu hal (Rusmi, 2008).

2.1.7 Cara Memotivasi

Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk memotivasi seseorang, yaitu:

a. Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force), yaitu dengan menggunakan ancaman hukuman atau kekerasan.

b. Memotivasi dengan bujukan (motivating by enticement), yaitu acra memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah.

c. Memotivasi dengan identifikasi (motivating by identification or ego- ivolvement), yaitu cara memotivasi dengan menanamkan kesadaran sehingga individu berbuat sesuatu karena adanya


(32)

keinginan yang timbul dari adalm dirinya sendiri dalam mencapai sesuatu (Sunaryo, 2004).

2.2 Konsep Lanjut Usia

2.2.1 Pengertian Lanjut Usia

Lanjut usia (lansia) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, 2004).

WHO dan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesehteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, dan merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008).

Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagaimana diketahui, jika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki fase selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapapun orangnya tentulah telah siap


(33)

untuk menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya (Al-Isawi, 2002).

Lanjut usia merupakan masa manusia menapaki kehidupan menjelang akhir hayat. Keadaan ini identik dengan perubahan-perubahan yang mencolok pada fisik maupun psikis manusia tersebut. Secara kronologis lanjut usia merupakan orang yang telah berumur 60 tahun ke atas (Wahyuni, 2003).

Menua adalah proses yang mengubah seseorang dewasa sehat menjadi seseorang yang “frail” dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dengan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian seseorang dengan bertambahnya usia, terjadi berbagai perubahan fisiologis yang tidak hanya berpengaruh terhadap penampilan fisik. Namun harus dicermati bahwa setiap individu mengalami perubahan-perubahan tersebut secara berbeda. Pada beberapa individ laju penurunannya mungkin cepat dan dramatis, sementara pada individu lainnya perubahannya tidak bermakna (Setiati, dkk, 2006).

Menurut Depkes RI (2001), penuaan adalah sutau proses yang tidak dapat dihindari berjalan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh, sehingga akan


(34)

mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Maryam, 2008).

2.2.2 Pembagian lanjut usia

a. Menurut Organisasi Keshatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi: 1) Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun.

2) Usia lanjut (elderly) : 60-74 tahun. 3) Usia tua (old) : 75-90 tahun.

4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

b. Menurut Departemen Kesehatan RI membagi lanjut usia sebagai berikut:

1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas.

2) Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai masa presenium. 3) Kelompok usia lanjut (65 th >) sebagai masa senium.

c. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikologi dari Universitas Indonesia), lanjut usia merupakan kelanjutan usia usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu :

1) Fase iuventus, antara usia 25-40 tahun. 2) Fase verilitas, antara usia 40-50 tahun. 3) Fase praesenium, antara usia 55-65 tahun.


(35)

2.3 Konsep Dasar Senam Lansia 2.3.1 Pengertian Senam Lansia

Senam lansia adalah olah raga ringan yang mudah dilakukan dan tidak memberatkan, yang dapat diterapkan pada lansia. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh lansia agar tetap bugar dan tetap segar, karena senam lansia ini mamu melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja secara optimal dan membantu menghilangkan radical bebas yang berkeliaran dalam tubuh

2.3.2 Manfaat Senam Lansia

Senam lansia sangat bermanfaat bagi lanjut usia yaitu dapat meringankan biaya pemeliharaan kesehatan, meningkatkan produktivitas serta mengankat derajat dan martabat manusia. Selain itu manfaat senam lansia dapat diarasakan secara :

a. Fisiologis

Manfaat fisiologi yang berdampak langsung dapat membantu mengatur kadar gula darah, merangsang adrenalin dan noradnenalin, meningkatkan kualitas tidur. Sedangkan jangka panjang dapat meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kekuatan otot rangka, kelenturan, keseimbangan dan koordinasi gerak, kelincahan dan meningkatkan daya tahan tubuh.

b. Psikososial

Manfaat psikologis dapat membantu memberi perasaan santai, mengurangi ketegangan dan kecemasan dan meningkatkan


(36)

perasaan senang serta dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan rohani, kesehatan jiwa, fungsi kognitif, penampilan dan fungsi motorik serta keterampilan.

c. Sosial

Manfaat secara sosial yaitu memperdaayakan usia lanjut, meningkatkan integritas sosial dan kultur, hubungan kesetiakawanan sosial, pertahanan peranan dan membantu peran baru dan kegiatan antar generasi.

2.3.3 Dosis Latihan

Secara umum dosis latihan dijabarkan sebagai berikut : a. Frekuensi

untuk memperbaiki dan mempertahankan kesegaran jasmani, maka latihan harus dilakukan paling sedikittiga hari atau sebanyak-banyaknya lima hari dalam satu minggu. Misalnya hari senin, rabu, dan jumat. Jadwal tergantung pada kita. Bila latihan di luar gedung sebaiknya pagi hari sebelum pukul 10.00atau sore hari setelah pukul 15.00.

b. Durasi

untuk mendapatkan hasil yang bersemangat bagi kebugaran jantung dan paru, harus berlatih pada zona latihan 15-30 menit dengan pemanasan sebelumnya dan 5-10 menit diakhiri dengan pendinginaan.


(37)

c. Intensitas

intensitas yang dilakukan dapat dipantau melalui perhitungan denyut nadi dengan cara meraba pergelangan tangan menggunakan tiga jari tengah tangan yang lain. Untuk mengetahui intensitas latihan yang tepat dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.1

Intensitas Latihan Senam Bagi Lanjut Usia

No Umur Zona latihan (denyut nadi per-menit) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 55 tahun 56 tahun 57 tahun 58 tahun 59 tahun 60 tahun 115-140 115-139 115-138 113-138 113-137 112-136 2.3.4 Jenis – Jenis Senam Lansia

a. Senam Otak (Brain Gym)

Senam otak merupakan sejumlah gerakan sederhana yang dapat menyeimbangkan setiap bagian-bagian otak, dapat menarik keluar tingkat kosentrasi otak dan juga memaksimalkan fungsi otak.

Senam otak juga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dan daya ingat. Pada lansia, penurunan kemampuan otak dan tubuh membuat tubuh mudah jatuh sakit, pikun, dan frustasi. Meski demikian, penurunan ini bisa diperbaiki dengan melakukan senam


(38)

oksigen ke otak, tetapi juga merangsang kerja otak. Senam otak dapat meningkatkan daya ingat dan pengulangan kembali terhadap huruf dan angka, meningkatkan ketajaman pendengaran dan penglihatan dan kemampuan komprehensif pada kelompok dengan gangguan bahasa, hingga mampu meningkatkan respons terhadap rangsangan visual. Adapun manfaat senam otak adalah :

1) Memungkinkan belajar dan bekerja tanpa stress

2) Dapat dipakai dalam waktu singkat (kurang dari 5 menit) 3) Tidak memerlukan bahan atau tempat khusus

4) Dapat dipakai dalam semua situasi termasuk saat belajar/bekerja

5) Meningkatkan kepercayaan diri 6) Menunjukkan hasil dengan segera

Senam otak adalah rangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Dapat dilakukan dimana saja. Sebelum melakukan rangkaian gerakan senam otak dianjurkan terlebih dahulu minum air karena air adalah unsur pembawa energi lisrik. Air mengandung mineral, dan membantu memperlancar peredaran darah dan oksigen keseluruh tubuh.Berikut ini adalah beberapa gerakan dasar senam otak yang perlu dilatih:


(39)

1) Gerakan silang Cara:

Kaki dan tangan digerakkan secara berlawanan, kedepan, samping, atau belakang. Agar lebih ceria dapat diselaraskan dengan irama musik

Manfaat :

Merangsang bagian otak yang yang menerima informasi (receptive0 dan bagian yang menggunakan informasi (expressive), sehingga memudahkan proses mempelajari hal-hal baru yang meningkatkan daya ingat,.

2) Olengan Pinggul Cara:

Duduk dilantai. Posisi tangan kebelakang, menumpu kebelakang dengan siku ditekuk. Angkat kaki sedikit lalu pinggul dioleng-olengkan ke kiri dan ke kanan secara rileks. Manfaat:

Mengaktifkan otak untuk kemampuan belajar, melihat kekiri dan kekakan, kemampuan memperhatikan dan memahami. 3) Pengisi Energi

Cara :

Duduk nyaman dikursi, kedua lengan bawah dan dahi diletakkan diatas meja. Tangan ditempatkan didepan bahu dengan jari jari menghadap sedikit kedalam. Ketika menarik


(40)

nafas, rasakan nafas mengalir ke garis tengah seperti pancuran energi, angkat dahi, kemudian tekuk, dan terakhir punggung keatas. Diagfagma dan dada tetap terbuka dan bahu tetap rileks.

Manfaat:

Mengembalikan vitalitas otak setelah serangkaian aktivitas yang melelahkan, mengusir stres, meningkatkan konsentrasi dan perhatian serta meningkatkan kemampuan memahami dan berpikir rasional.

4) Menguap Berenergi Cara:

Bukalah mulut seperti hendak menguap, kemudian pijat otot-otot disekitar persendian rahang. Dan dilanjutkan dengan menguap dengan bersuara untuk melemaskan otot-otot tersebut.

Manfaat:

Meningkatkan oksigen agar otak berfungsi secara efisien dan rileks, meningkatkan perhatian dan daya penglihatan, memperbaiki komunikasi lisan dan ekspresif serta meningkatkan kemampuan untuk memilah informasi.


(41)

5) Luncuran gravitasi Cara:

Duduk dikursi dan silangkan kaki. Tundukkan badan dengan lengan kedepan bawah. Buang nafas ketika turun dan ambil nafas ketika naik. Lakukan dengan posisi kaki berganti-ganti Manfaat:

Mengaktifkan rasa keseimbangan dan koordinasi, meningkatkan kemampuan mengoordinasi dan meningkakan energi.

6) Tombol Imbang Cara :

Sentuhkan dua jari kebelakang telinga, pada lekukan dibelakang telinga sementara tangan satunya lagi menyentuh selama kurang lebih 30 detik.

7) Tombol Bumi Cara:

Ujung salah satu tangan menyentuh bawah bibir, ujung jari lainnya dipinggir atas tulang kemaluan. Disentuh selama 30 detik atau 4-6 kali tarikan nafas penuh.

Manfaat :

Meningkatkan koordinasi dan konsentrasi ( melihat secara vertikal dan horizontal sekaligus tanpa keliru, seperti saat membaca kolom dalam tabel).


(42)

8) Kait Rileks Cara :

Tumpangkan kaki kiri diatas kaki kanan, dan tangan kiri diatas tangan kanan dengan posisi jempol kebawah, jemari kedua tangan saling menggemgam, kemudian tarik tangan kearah pusar dan terus kedepan dada. Pejamkan mata dan aat menrik nafas, lidah ditempel kelangit-langit mulut dan lepaskan saat menghembuskan nafas. Berikutkan buka silangan kaki, dan ujung ujung jari tangan saling bersentuhan didada atau di pangkuan, sambil mengambil nafas dalam selama 1menit. Manfaat:

Meningkatkan koordinasi motorik halus dan pemikiran logis, dan pemusatan emosional, mendengar aktif, berbicara, pengendalian diri dan keseimbangan.

b. Senam Osteoporosis

Dalam mencegah osteoporosis, selain dari faktor gizi juga harus dibarengi dengan latihan fisik. Untuk itu ada senan osteoporosis yang bermanfaat untuk mencegah dan mengobati terjadinya pengeroposan tulang. Daerah yang rawan osteoporosis adalah area yang tulang punggung, pangkal paha, dan pergelangan tangan.

Prinsip latihan fisik untuk kesehatan tulang adalah latihan pembebanan gerakan dinamis dan ritmis serta latihan daya tahan


(43)

dalam bentuk aerobic low impact. Semua jenis latihan ini telah dikemas dalam bentuk senam pencegahan dan terapi osteoporosis. Senam ini berbeda karena diperuntukkan bagi kelompok yang berbeda pula, dengan sangat memperhatikan faktor dan manfaat serta keamanan bagi para pesertanya. Sebnam ini dikhususkan bagi para peserta usia dewasa dan lanjut baik pria maupun wanita.

Senam osteoporosis terdiri dari: 1) Pemanasan dan peregangan

2) Latihan inti: aerobik, latihan beban, latihan keseimbangan. 3) Pendinginan dan peregangan

Gerakan senam bagi penderita osteoporosis lebih banyak mengandalkan posisi duduk di kursi, menggukan tongkat atau beban serta matras.posisi duduk yang digunakan dalam senam osteoporosis ini oleh karena pada penderita osteoporosis , ada tiga lokasi yang rentan patah dan mudah rapuh yaitu tulang belakang, pergelangan tangan, dan tulang paha atas. Sebelum melakukan senam. Penderita harus melakukan pemeriksaan tekanan darah dan nadi. Bila ada penderita yang memiliki takanan darah tinggi atau memiliki keluhan sakit dibagian tertentu disarankan untuk tidak mengikuti beberapa gerakan.

Gerakan-gerakan yang ada pada senam osteoporosis ini berupa double low impact, dan senam ini hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Pada gerakan inti, terbagi menjadi 5


(44)

gerakan yaitu sedikit aerobik yang terdiri dari lima gerakan dengan hitungan satu gerakan 4 x 8, pembebanan terbagi lagi menjadi delapan gerakan dan masing-masing gerakan hitungan 2x8, latihan keseimbangan terbagi empat gerakan dengan hitungan masing-masing 4 x 8, dan yang terakhir matras yang terdiri dari tujuh gerakan yang setiap gerakannya dengan hitungan 4 x 8.

c. Senam Diabetes (Senam Kaki)

Senam kaki adalah kegiatan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, oto paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi. Adapun manfaat senam kaki adalah

1) Menurunkan kadar glukosa darah dan mencegah kegemukan. Pada keadaan istirahat, metabolisme otot hanya sedikit membutuhkan glukosa sebagai sumber energi. Tetapi saat berolah raga, glukosa dan lemak akan merupakan sumber utamanya. Setelah berolahraga selama 10 menit, dibutuhkan glukosa 15 kalinya dibanding pada saat istirahat.

2) Membantu mengatasi terjadinya komplikasi ( gangguan lipid darah atau pengendapan lemak didalam dara, peningkatan


(45)

tekanan darah, hiper koagulasi darah atau penggumpalan darah).

Gerakan senam kaki terdiri dari : 1) Pemanasan 1

Berdiri di tempat. Angkat kedua tangan keatas selurus bahu. Keduan tangan bertautan. Lakukan bergantian dengan posisi kedua tangan didepan tubuh.

2) Pemanasan 2

Berdiri ditempat. Angkat kedua tangan kedepan tubuh hingga lurus bahu. Kemudian, gerakkan kedua jari tangan seperti hendak meremas. Lalu, buka lebar. Lakukan secara bergantian, namun tangan diangkat kekanan- kekiri tubuh hingga lurus bahu.

3) Inti 1

Posisi berdiri tegap. Kaki kanan maju selangkah kedepan. Kaki kiri tetap ditempat. Tangan kanan diangkat kekanan tubuh selurus bahu. Sedangkan tangan kiri ditekuk hingga telapak tangan mendekati dada. Lakukan secara bergantian. 4) Inti 2

Posisi berdiri tegap. Kaki kanan diangkat hingga paha dan betis bentuk sudut 90 derajat. Kaki kiri tepat di tempat. Tangan kanan diangkat kekanan tubuh selurus bahu.


(46)

Sedangkan tangan kiri ditekuk hingga telapak tangan mendekati dada. Lakukan secara bergantian.

5) Pendinginan 1

Kaki kanan agak menekuk, kaki kiri lurus. Tangaan kiri lurus kedepan selurus bahu. Tangan kanan ditekuk kedalam. Lakukan secara bergantian.

6) Pendinginan 2

Posisi kaki bentuk huruf V terbalik. Kedua taangan direntangkan ke atas dengan membentuk huruf V.

d. Senam Kegel

Senam kegel adalah latihan kontraksi otot dasar panggul secara aktif yang berguna untuk meningkatkan kekuatan otot dasar panggul. Pada senam kegel lansia harus mengikuti petunjuk sebagai berikut

1) Posisi duduk tegak pada kursi dengan panggul dan lutut tersokong dengan rileks

2) Badan sedikit membungkuk dan lengan menyangga paha 3) Konsentrasikan kontraksi pada vagina, uretra dan rektum 4) Kontraksikan otot dasar panggul seperti menahan defekasi

dan berkemih.

5) Rasakan kontraksi otot dasar panggul

6) Pertahankan kontraksi sebatas kemampuan, kurang lebih 10 detik


(47)

7) Selaanjutnya, rileks dan rasakan oto dasar panggul yang rileks.

8) Kontraksikan otot dasar panggul lagi, pastikan otot berkontraksi dengan benar tanpa adanya konraksi otot abdominal, contohnya jangan menahan nafas. Kontrol kontraksi abdominal dengan meletakkan tangan pada perut. 9) Rileks, coba rasakan perbedaan saat kontraksi dan rileks. 10) Sesekali kontraksi dipercepat.

11) Pada latihan awal, lakukan tiga kali pengulangan karena otot yang lemah akan mudah lelah.

12) Target latihan ini adalah sepuluh kali kontraksi lambat dan sepuluh kali kontraksi cepat. Tiap kontraksi dipertahankan selama sepuluh hitungan. Lakukan enam sampai delapan kali dalam sehari.

e. Olahraga Jalan Kaki

Olahraga jalan kaki merupakan oalhraga wajib jantung sehat yang semakin banyak diminati. Orang tua maupun muda, pria maupun wanita tiap pagi kalu tidak hujan, bisa kita lihat bersama menyelusuri jalan jalan sekitarnya.adapun keuntungan dan manfaat dari olahraga jalan kaki adalah:

1) Setelah kita berlatih olah raga jalan kaki ini secara bertahap, teratur, dan cukup lama, maka jumlah dan besarnya pembuluh-pembuluh darah kita menjadi lebih efien.


(48)

2) Olahraga ini akan menaikkan elastisitas pembuluh-pembuluh darah, hingga dapat mengurangi kemungkinan pecahnya pembuluh-pembuluh jika tekanan darah naik.

3) Dengan melakukan olah raga ini secara teratur, otot-otot dan peredaran darah kita akan lebih semurna mengambil, mengedarkan dan menggunakan oksigen.

4) Jantung kita akan mendapat keuntungan karena juga bekerja secara efisien, yaitu memompa darah dengan denyutan lebih jarang, serta akan lebih tahan terhadap kemungkinan serangan penyakit jantung.

5) Bertambah kuatnya ketahanan kita terhadap stress.

6) Gerak jalan dapat menurunkan kadar lemak dalam darah, sehingga pengendapan lemak pada dinding pembuluh darah dapat dikurangi.

7) Gerak jalan dapat mengurangi kegemukan dan tekanan darah tinggi.

Permasalahan yang biasanya terjadi yang merupakan hambatan dalam melakukan senam lansia adalah perasaan bosan. Perasaan ini sebenarnya wajar dan kemunculannya mungkin disebaabkan oleh karena tidak adanya veriasi senam. Untuk itu macam atau jenis senam yang dilakukan sebaiknya selalu bervariasi. Misalnya, pada minggu pertama melakukan senam osteoporosis, dan minggu selanjutnya sena diabetes (Senam Kaki) dan seterusnya dilakukan secara bergiliran. Musik juga


(49)

dapat mempengaruhi sehingga peserta senam lansia menyukai musik tertentu yang memungkinkan menembuhkan motivasi dan tumbuhnya rasa semangat para lansia ketika melakukan senam lansia. 9widianti & Proverawati, 2010)


(50)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti dan digunakan untuk menjelaskan secara panjang lebar tentang suatau topik yang akan dibahas sesuai variabel yang diteliti (Setiadi, 2007).

Kerangka konsep dikembangkan berdasarkan konsep motivasi yang di kembangkan oleh Nursalam (2007), dan konsep lanjut usia menurut Nugroho (2008), konsep olahraga Maryam (2008).

Adapun secara skematis kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :

Skema 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Motivasi lansia dalam melakukan senam lansia :

1. Motivasi Intrinsik

a) Motivasi intrinsik untuk tahu

b)Motivasi intrinsik yang berkaitan dengan pencapaian

c) Motivasi intrinsik untuk merasakan stimulasi 2. Motivasi Ekstrinsik

a) Kebutuhan Informasi b)Faktor Lingkungan Lanjut usia di

panti jompo Tinggi


(51)

3.2 Definisi Operasional

Untuk lebih mudah memahami pengertian dari variabel yang akan diteliti, maka dapat diperhatikan pada tabel 3.1 Defenisi Operasional berikut ini:

Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Skala ukur Hasil ukur Motivasi lanjut usia dalam melakukan senam lasia

Suatu keinginan atau dorongan yang dimiliki oleh lanjut usia untuk melakukan olahraga baik motivasi

secara intrinsik maupun motivasi ekstrinsik di UPT Pelayanan sosial lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai dan Medan.

Kuisioner Wawancara Ordinal Tinggi X: > 9.3 Rendah X:< 9.3

Motivasi intrinsik.

Keinginan yang berasal dari dalam diri lanjut usia untuk melakukan olahraga di UPT Pelayanan sosial lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai dan Medan , seperti : 1. Motivasi intrinsik

untuk tahu dimana seseorang

melibatkan diri dalam aktivitas karena kesenangan 2. Motivasi intrinsik

yang berkaitan dengan pencapai dimana manusia mempunyai naluri

Kuisioner Wawancara Ordinal Tinggi X: > 4.25 Rendah X: < 4.25


(52)

sesuatu untuk melakukan lebih

3. Motivasi intriksi untuk merasakan stimulasi, motivasi ini mendorong seseorang untuk terlibat dalam sebuah aktivitas untuk merasakan kenikmatan yang berbeda atau sensasional Motivasi ekstrinsik. Keinginan yang berasal dari luar diri lanjut usia untuk melakukan senam lansia di UPT Pelayanan sosial lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai dan Medan , seperti ;

1. Kebutuhan

informasi berupa nasehat atau saran dan nasehat

2. Faktor lingkungan

yang bisa dimanifestasikan bermacam macam seperti faktor pendidikan, faktor penghargaan dan fasilitas yang baik.

Kuisioner dengan 12 pertanyaan dalam bentuk skala likert

Wawancara Ordinal Tinggi X:> 5.11 Rendah X:< 5.11


(53)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Pada penelitian ini bersifat deskriptif yaitu peneliti ingin mengetahui motivasi lanjut usia dalam melakukan senam lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan Tahun 2013.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi merupakan setiap subjek penelitian yang telah memenuhi kriteria yang ditetapkan, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga lanjut usia yang tinggal di UPT Pelayan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan Tahun 2013 dengan jumlah 180 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi dimana pemilihannya menggunakan sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili suatu populasi tertentu. Teknik pengambilan sampel dengan non probability yaitu purposive sampling suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi (Nursalam, 2008) adapun kriteria yang ditetapkan peneliti adalah :


(54)

a. Lanjut usia yang tinggal di UPT Pelayan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan Tahun 2013

b. Lanjut usia yang dapat mengikuti senam lansia c. Lanjut usia yang bersedia menjadi responden

Perhitungan sampel pada penelitian ini dilakukan berdasarkan rumus Slovin yang dikutip dari Nursalam (2008), yaitu :

Keterangan : N :Besar populasi n :Besar sampel

d :Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan

Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel dalam penelitian ini adalah :

n = 44,2 dibulatkan menjadi 44 orang

2

15 , 0 180 1 180   n 072 , 4 180  n

 

2

1 N d

N n

 

 

2

1 N d

N n

 


(55)

4.3 Waktu dan Tempat

Tempat penelitian dilaksanakan di UPT Pelayan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan Tahun 2013 dan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan November 2013.

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dan ethical clearance dari komisi etik penelitian fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat izin dalam pengumpulan data, maka dilakukan pendekatan kepada responden dan menjelaskan maksud dan tujuan peneliti. Menurut nursalam (2008), ada beberapa pertimbangan etik yang harus dipertimbangkan peneliti yaitu :

a) Self determination

Peneliti membri kebebasan kepada responden untuk menentukan apakan bersedia atau tidak untuk engitu kegiatan peneliti

b) Informed concent

Responden menyatakan ketersediaan setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta peneliti maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan.

c) Anonimity

Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing masing lembar persetujuan tersebut


(56)

d) Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil peneliti.

4.5 Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang disusun sendiri oleh penulis dalam bentuk pernyataan untuk mengetahui Motivasi Lanjut Usia Dalam Melakukan Olah Raga Di UPT Pelayan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan Tahun 2013 yang terdiri atas :

1. Bagian A merupakan data demografi berupa identitas dari responden yang meliputi: nomor responden, tanggal pengisian, umur, jenis kelamin, suku, pendidikan dan pekerjaan terakhir.

2. Bagian II merupakan kuesioner yang disusun oleh penulis, kuesioner ini untuk mengetahui tingkat motivasi dalam melakukan senam lansia yang terdiri dari 15 item. Diantaranya terdiri dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Aspek-aspek tersebut disusun menjadi item-item yang berupa pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negative (unfavorable).

Adapun uraian dari tiap pernyataan adalah sebagai berikut:

a. Pernyataan 1 s/d 7 : tentang tingkat motivasi intrinsik dalam melakukan senam lansia di panti UPT Pelayan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.


(57)

b. Pernyataan 8 s/d 15 : tentang tingkat motivasi ekstrinsik lansia dalam melakukan olahraga di UPT Pelayan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

Pilihan jawaban menggunakan skala gutmant dengan alternative jawaban yaitu : Setiap item pertanyaan menyediakan 2 alternatif jawaban yang akan diberi tanda silang oleh responden yaitu ya dan tidak. Apabila responden menjawab pernyataan positif (favorable) dengan jawaban “ya” maka diberi nilai 1 dan apabila menjawab “tidak” maka diberi nilai 0, dan untuk pernyataan negatif (favorable) apabila respondent menjawab dengan jawaban “ya” maka diberi nilai 0 dan apabila menjawab “tidak” maka diberi nilai 1. Hasil kuesioner dikatakan tinggi apabila responden dapat menjawab pertanyaan dengan nilai skor nilai 7-15 dan rendah dengan skor nilai 0-6 . Untuk pernyataan nomor 1 sampai 7 tentang motivasi intrinsik, pernyataan positif yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5,6 dan nomor 7 pernyataan negatif. Untuk pernyataan nomor 8 sampai 14 tentang motivasi ekstrinsik, pernyataan positif yaitu nomor 9, 10, 11, 12, 14, 15, dan nomor 8, 13 pernyataan negatif.

4.6 Uji Validitas dan Reabilitas 4.6.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan keshahihan suatu instrumen. Instrumen dalam penelitiann ini telah melalui uji validitas rupa (face validity) oleh dosen yang dianggap ahli dalam bidangnya. Dalam pengukuran validitas tersebut dari 16 kuesioner


(58)

yang tersedia menjadi 15 kuesioner dikarenakan 1 kuesioner yang dibuang tersebut mempunyai arti pertanyaan yang sama dengan kuesioner soal no 4 dan ada perbaikan kata-kata pada soal no 6, 9 dan 14. Dengan demikian instrument ini telah memalui uji valid dan diharapkan mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara tepat.

4.6.2 Reabilitas

Peneliti telah melakukan uji reliabilitas konsistensi internal, yaitu dengan percobaan uji satu kali saja dengan menggunakan teknik Kr-20 uji reabilitas ini dilakukan dipanti werdha Harapan Rantauprapat dan mendapatkan hasil yaitu 0,7036 dimana suatu instrumen penilaian dikatakan reliabel jika koefisien korelasinya ≥ 0,6 (Arikunto, 2010) maka instrument dalam penelitiaan ini telah menunjuk instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data.

4.7 Teknik Pengumpulan Data

Adapun langkah-langkah yang dilalui dalam pengumpulan data ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan pengumpulan data awal

Tahap persiapan pengumpulan data dilakukan melalui prosedur administrasi dengan cara mendapatkan izin dari Ketua Program Pendidikan Keperawan Universitas Sumatera Utara dan izin dari pimpinan UPT Pelayanan Sosial Lanjut usia dan Anak Balita Wilayan Binjai dan Medan 2013.


(59)

2. Data Melakukan pengumpulan data

Setelah mendapatkan izin dari pimpinan UPT Pelayan Sosial Lanjut usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan untuk proses pengumpulan data kemudian penulis menemui calon responden yang dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a. Peneliti mengadakan kontrak waktu selama 10-20 menit dengan calon responden.

b. Peneliti menjelaskan tujuan dari kedatangan peneliti kepada calon responden selama 5 menit.

c. Bila calon responden setuju menjadi responden, maka peneliti menganjurkan responden untuk menandatangani informed consent yang telah disediakan, kemudian peneliti melakukan wawancara untuk pengisian kuesioner yang dijawab oleh responden dan diisi oleh peneliti.

d. Setelah semuanya selesai, kemudian penulis terminasi dengan mengucapakan terima kasih secara lisan atas kesediaannya berpartisispasi atas penelitian ini. Setelah data terkumpul peneliti melapor kembali kepada pimpinan UPT Pelayan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan untuk berpamitan dan mengucapkan terima kasih secara lisan. Kemudian penulis mendapat surat keterangan telah selesai melakukan penelitian di UPT Pelayan Sosial Lanjut Usia dan


(60)

Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan untuk diserahkan kepada Ketua Program Pendidikan Keperawan Universitas Sumatera Utara sebagai surat keterangan telah selesai melakukan pengambilan data di UPT Pelayan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan 2013.

4.6 Analisa Data

Setelah data di dapatkan maka peneliti melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut

1. Editing

Setelah pengumpulan data, dilakukan pemeriksaan kembali terhadap istrumen pengumpulan data (kuesioner), mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam pengisian atau pengambilan data apakah peneliti telah mengambil atau mewawancarai responden dengan lengkap sesuai dengan data yang diperlukan dalam penelitian .

2. Coding

Peneliti memberikan kode berupa angka yang telah dikumpulkan guna mempermudah pengenalan serta pengolahan data. Peneliti memberikan kode berupa nomor pada setiap kuesioner yang telah diisi dengan diawali 01 untuk responden pertama sampai 44 untuk responden terakhir.

3. Transferring

Data yang telah diberi kode akan disusun secara berurutan dari responden pertama sampai dengan responden terakhir (01-44) untuk


(61)

dimasukkan ke dalam master tabel dan data tersebut diolah sesuai dengan subvariabel yang diteliti.

4. Tabulating

Pengelompokkan jawaban responden berdasarkan kategori yang telah dibuat untuk tiap-tiap subvariabel yang diukur dan selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk memudahkan membaca dan menginterpretasikan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Analisa data ini dilakukan dengan analisa univariat, untuk masing-masing variabel penelitian dengan menggunakan frekuensi distribusi berdasarkan persentase dari masing-masing variabel. Pengategorian masing-masing variabel dan sub variabel dilakukan dengan menentukan mean/rata-rata (x) Selanjutnya setiap variabel yang telah dikelompokkan kedalam kategori masing-masing, disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan teknik komputerisasi.


(62)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil Penelitian

Pengambilan data penelitian dilakukan selama 14 hari yaitu dari tanggal 2 sampai dengan 16 Desember 2013 di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan, terdapat Sembilan belas wisma tempat tinggal lansia. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebanyak 44 orang. Teknik pengumpulan data yang dilakukan terhadap responden dengan kuesioner dalam bentuk wawancara yang terdiri dari data demografi dan 15 item pernyataan untuk mengetahui motivasi lanjut usia dalam melakukan senam lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

Berdasarkan analisa data yang peneliti lakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

5.1.1 Data Demografi Responden

Data demografi dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, suku, pendidikan terakhir, dan pekerjaan terakhir.

Hasil penelitian didapatkan data yaitu umur responden terbanyak 60-74 tahun (usia lanjut (elderly)) sebanyak 37 orang (84.1%), jenis kelamin laki-laki 18 orang (40.9%) dan perempuan 26 orang (59.1%), suku terbanyak yaitu suku jawa dan melayu dengan hasil 15 orang (34.1%),


(63)

terbanyak dari responden adalah ibu rumah tangga yaitu 20 orang (45.5%). Data demografi secara lengkap dapat dilihat pada tabel 5.1 sebagai berikut: Tabel 5.1. Fresentasi Berdasarkan Data Demografi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan Tahun 2013

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase 1. Usia

a. 60-74 Tahun (Lanjut Usia)

b. 75-90 Tahun (Lanjut Usia Tua)

37 7

84.1 15.9

Jumlah 44 100%

2. Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 18 26 40.9 59.1

Jumlah 44 100%

3. Suku a. Jawa b. Mandailing c. Batak d. Melayu e. Aceh 15 7 5 15 2 34.1 11.4 15.9 34.1 4.5

Jumlah 44 100%

4. Pendidikan terakhir a. Tidak Sekolah b. SD c. SMP d. SMA 5 20 16 3 11.4 45.5 36.4 6.8

Jumlah 44 100%

5. Pekerjaan Terakhir a. IRT

b. Wiraswasta c. Petani

d. Pegawai Swasta e. PNS 20 13 7 3 1 45.5 29.5 15.9 6.8 2.3


(64)

Hasil pengolahan data didapatkan total nilai motivasi lansia dalam melakukan senam lansia yaitu sebanyak 412 (

x), sehingga di dapatkan nilai rata-rata (x) = 9.3. Selanjutnya dibuat pengkategorian tinggi dan rendah. Kategori tinggi apabila X ≥ 9.3 dan rendah apabila X < 9.3 maka diperoleh motivasi lansia dalam melakukan senam lanisa di UPT Pelayanan Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan sebanyak 19 (43.2%) lansia berada pada kategori tinggi dan 25 lansia (56.8%) berada pada kategori rendah. Dapat disimpulkan bahwa tingkat motivasi lansia dalam melakukan senam lansia yang distribusinya paling banyak adalah berada pada kategori rendah. Sebagaimana terlihat pada tabel 5.2 dibawah ini:

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Motivasi Lansia Dalam Melakukan Senam Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan Tahun 2013

No Kategori Frekuensi (f) Persentase (%) 1.

2.

Tinggi Rendah

19 25

43.2 56.8

Jumlah 44 100%

5.1.3Motivasi Instrinsik Lansia Dalam Melakukan Senam Lansia

Motivasi instrinsik lansia dalam melakukan senam lansia diperoleh hasil yaitu sebanyak 187 (

x), sehingga di dapatkan nilai rata-rata (x) = 4.25. Selanjutnya dibuat pengkategorian tinggi dan rendah. Kategori baik apabila X ≥ 4.25 dan kurang apabila X < 4.25, maka diperoleh Motivasi Intrinsik Lansia Dalam Melakukan senam lansia di UPT Pelayanan Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan distribusi paling banyak


(65)

adalah berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 29 orang (65.9%). Pengkategoriannya sebagaimana terlihat pada tabel 5.3 dibawah ini :

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Motivasi Intrinsik Lansia Dalam Melakukan Senam Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan Tahun 2013

5.1.4 Motivasi Ekstrinsik Lansia Dalam Melakukan Senam Lansia Pengolahan data yang dilakukan peneliti didapatkan total nilai motivasi ekstrinsik lansia dalam melakukan senam lansia yaitu sebanyak 225 (

x), sehingga di dapatkan nilai rata-rata (x) = 5.11. Selanjutnya dibuat pengkategorian tinggi dan rendah. Kategori tinggi apabila X ≥ 5.11 dan kurang apabila X < 5.11 didapatkan hasil motivasi ekstrinsik lansia dalam melakukan senam lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan distribusi paling banyak adalah berada pada kategori rendah sebanyak 28 orang (63.6%). responden Sebagaimana terlihat pada tabel 5.4 dibawah ini :

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Motivasi Ekstrinsik Lansia Dalam Melakukan Senam Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan

No Kategori Frekuensi (f) Persentase (%) 1.

2.

Tinggi Rendah

15 29

34.1 65.9


(66)

5.2 Pembahasan

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan motivasi lansia dalam melakukan senam lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan meliputi motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik lansia dalam melakukan senam lansia.

5.2.1 Motivasi Lanjut Usia Dalam Melakukan Senam Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan Tahun 2013

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 44 lansia yaitu motivasi lansia dalam melakukan senam lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan yang distribusinya paling banyak berada pada kategori rendah sebanyak 25 orang (56.8%).

Motivasi adalah dorongan psikologi yang mengarahkan seseorang menuju sebuah tujuan. Motivasi dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik, keinginan yang berasal dari diri sendiri berhubungan dengan pengetahuan, kepuasaan dan keinginan dan motivasi ekstrinsik yaitu keinginan yang berasal dari lingkungan dan orang sekitarnya seperti tempat tinggal, organisasi, pendidikan, dan pekerjaan (Saefudin, 2009). Dari hasil penelitian Jasmanto (2011) partisipasi lansia mengikuti senam lansia di Unit Rehabilitasi Wening Wardoyo Ungaran sebanyak 50-65%. Keaktifan lansia dalam mengikuti senam bervariasi, ada lansia yang dapat No Kategori Frekuensi (f) Persentase (%)

1. 2.

Tinggi Rendah

16 28

36.4 63.6


(67)

mengikuti gerakan secara maksimal, ada pula yang mengikuti senam dalam posisi duduk di kursi.

Banyak lansia yang mengeluh malas melakukan senam lansia karena faktor umur, lemas, dan sering sakitnya lutut mereka serta dengan alasan senam lansia tidak membuat mereka lebih baik. Dari data demografi didapatkan hasil yang paling banyak melakukan senam lansia berada pada umur 60-74 tahun (usia lanjut), sehingga peneliti beranggapan banyaknya lansia yang tidak mengikuti senam lansia karena faktor umur yang semakin tua dan menyebabkan keterbatasan dan penurunan aktivitas fisik.

Faktor fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang. Dalam penilitian ini didapatkan bahwa dari 44 responden 20 (45.5%) responden berpendidikan SD dan ada 5 (11,4%) responden yang tidak bersekolah. Sedangkan pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 20 (45,5%) responden dan wiraswasta sebanyak 13 (29,5%) responden. Dari data diatas peneliti beranggapan bahwa motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik mempunyai keterikatan yang mempengaruhi satu dengan yang lainnya seperti semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin banyak pengetahuan yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan (Kusumah, 2007) yang menyatakan bahwa motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik mempunyai hubungan timbal balik yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, motivasi intrinsik bisa timbul dengan adanya penghargaan yang menjadi alasan


(68)

begitu juga sebaliknya , motivasi ekstrinsik adalah kelanjutan dari adanya motivasi intrinsik untuk mengawali seseorang melakukan aktivitas.

Peneliti menyimpulkan bahwa lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan mempunyai motivasi yang rendah dalam melakukan senam lansia, peneliti melihat banyaknya lansia malas melakukan olahraga yang disebabkan berbagai alasan seperti rendahnya pengetahuan sehingga lansia beranggapan senam lansia akan membuat keadaan fisik mereka akan lebih memburuk, kurangnya minat dan keinginan yang berdampak pada motivasi intrinsik untuk melakukan senam lansia dengan kesadaran dari dalam diri lansia sendiri. Perhatian dari petugas kesehatan, teman dan lingkungan seperti ajakan dan rasa kepedulian yang tinggi juga mempunyai dampak yang sangat besar untuk mempengaruhi minat dan keinginan lansia yang disebut motivasi ekstrinsik. Semakin besar motivasi lansia yang didapat maka semakin besar keinginan untuk melakukan senam lansia, sebaliknya motivasi yang rendah akan memyebabkan rendahnya keiinginan lanjut usia dalam melakukan aktivitas fisik termasuk senam lansia.

5.2.2 Motivasi Instrinsik Lanjut Usia Dalam Melakukan Senam Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan Tahun 2013

Hasil penelitian didapatkan secara umum bahwa motivasi instrinsik lanjut usia dalam melakukan senam lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan berada dalam kategori rendah dengan jumlah responden 29 lansia (65.9%).


(69)

Motivasi, Kepercayaan, dan Action (MBA) adalah tiga faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. Adanya motivasi dimulai dengan mimpi atau keinginan dan biasanya disertai dengan antusiasme, apabila seseorang bersemangat terhadap tujuannya dan merasakan kepercayaan yang kuat dalam hati, maka sesorang tersebut akan berusaha untuk mencapainya. (Watawarga, 2009). Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Budiharjo (2005) mengatakan bahwa partisipasi lansia untuk melakukan senam kurang memuaskan, faktor penyebab kurangnya partisipasi adalah kurangnya pengetahuan dan motivasi dalam melakukan senam lansia.

Peneliti melihat bahwa kurangnya keinginan dan antusiasme yang menyebabkan lansia merasa tidak perlu melakukan senam lansia karena kurangnya pengetahuan bahwa senam lansia merupakan aktivitas yang dapat menjaga kebugaran dan meningkatkan kesehatan. Hal ini sejalan dengan penelitian Maulida (2010), Gambaran Pengetahuan Lanjut Usia Dalam Melakukan Olah Raga Dipanti Jompo Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang dalam katagori rendah yaitu 28 orang (64%) peneliti beranggapan bahwa rendahnya pengetahuan lansia disebabkan kurangnya informasi yang didadapat dan tidak adanya keinginan untuk mendapatkan informasi.

Berdasarkan pernyataan penelitian no.6 yaitu ”saya melakukan senam lansia untuk hidup sehat dan bahagia saat ini dan seterusnya” dari 44 responden hanya 15 responden yang menjawab pertanyaan dengan benar. Menurut Vallend dkk, (2009) Motivasi intrinsik dapat dilihat dari


(70)

secara 3 garis besar yaitu: motivasi intrinsik untuk tahu, motivasi intrinsik yang berkaitan dengan pencapaian dan motivasi untuk merasakan stimulus. Dari pernyataan penelitian diatas sehingga dapat dilihat bahwa rendahnya keinginan lanjut usia untuk mencapai sesuatu atau yang disebut motivasi untuk merasakan stimulus yang mendorong seseorang untuk terlibat dalam sebuah aktivitas untuk merasakan manfaat dari senam lansia.

Observasi yang didapat peneliti bahwa sebagian lansia mengatakan malas melakukan senam lansia karena susah untuk berjalan, terlalu tua dan lemah untuk melakukan senam lansia dan tidak merasakan manfaat dari senam lansia tersebut. Hal ini sependapat dengan penelitian Rahmat (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi lansia dalam melakukan aktivitas fisik di panti jompo rumoh seujahtera geunaseh sayang Banda Aceh didapatkan hasil yaitu faktor fisik (41%) yang di sebabkan penurunan kekuatan otot, faktor umur (35%) karena penurunan fungsi kognitif dan koordinasi , dan faktor situasi dan kondisi (23%).

Melihat hasil penelitian diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa tingkat motivasi intrinsik berada dalam kategori rendah berkaitan dengan tingkat kepuasan lansia yang beranggapan tanpa melakukan senam lansia mereka dapat hidup dengan sehat. Hal lain yang mengakibatkan rendahnya motivasi intrinsik adalah tidak muncul kemauan dari lansia itu sendiri untuk merasakan stimulasi, manfaat, keinginan, rendahnya pengetahuan dan informasi untuk melibatkan diri agar lansia dapat merasakan pentingnya olahraga untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuhnya.


(71)

5.2.3 Motivasi Ekstrinsik Lanjut Usia Dalam Melakukan Senam Lansia di diUPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan Tahun 2013

Hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan secara umum bahwa motivasi ekstrinsik lanjut usia dalam melakukan olahraga dipanti berada dalam kategori rendah dengan jumlah responden 28 lansia (63.6%). Motivasi ekstrinsik juga dapat diartikan sebagai motivasi yang pendorongnya diwujudkan dalam bentuk rangsangan dari luar yang bertujuan menggerakkan individu untuk melakukan suatu aktivitas yang membawa manfaat kepada individu tersebut (Shvoong, 2011).

Alasan lansia tidak melakukan olahrga di panti jompo karena kurangnya perhatian dari para pengasuh untuk membujuk dan mengajak lansia, kurangnya ajakan dari sesama lansia dan kurang pengetahuan tentang manfaat melakukan senam lansia. Responden dengan suku terbanyak adalah jawa dan melayu masing-masing 15 lansia (34,1%). Suku merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai latar belakang yang sama mendiami daerah tertentu yang berbagai macam kesamaan dan mempunyai keterikatan pada seseorang seperti gaya hidup, budaya dan bahasa sehingga tingginya keinginan untuk berada dilingkungan dengan satu suku (Saefudin, 2009) sehingga peneliti beranggapan bahwa apabila semakin banyak seseorang tinggal dengan satu suku yang sama maka adanya semangat dan dorongan untuk melakukan kegiatan termasuk senam lansia secara bersama-sama.


(72)

Pertanyaan pada kuesioner no.8 yaitu “saya melakukan senam lansia karena pengasuh panti jompo” hanya 12 dari 44 responden yang menyatakan melakukan senam lansia karena pengasuh sehingga dapat disimpulkan kurangnya ajakan dan perhatian dari pengasuh kepada lansia dalam melakukan senam lansia. Hal ini searah dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida Suryani (2011) yaitu tingkat kemandirian lansia terhadap fungsi aktivitas sehari-hari di Panti Werdha Abdi dharma asih binjai didapatkan hasil (31.20%) lansia berada dalam katagori ketergantungan yaitu lansia tidak mau melakukan aktivitas tanpa adanya ajakan baik dari pengasuh panti dan teman.

Menurut Wildan (2009), bahwa motivasi yang ada pada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Namun dorongan tersebut datang dari luar individu yang bersangkutan, jadi orang itu dirangsang dari luar. Yang termasuk dalam motivasi ekstrinsik berupa kebutuhan informasi, lingkungan, keuangan atau sumber dana, jaminan kerja dan pendidikan. Kebutuhan informasi yaitu berupa nasehat, memberikan arahan secara langsung, saran yang berguna untuk mempermudah individu dalam menjalani hidupnya dan memberikan informasi yang dibutuhkan, informasi tersebut dapat diperoleh individu melalui konsultasi dengan tenaga professional (dokter, perawat dan sebagainya), sumber bacaan, ataupun bertanya kepada sumber lain yang mendukung guna meningkatkan harapan dan keyakinan dalam usaha untuk mencapai kesembuhan.


(73)

Motivasi berdasarkan faktor lingkungan ini tergantung dimana tempat seseorang berada dengan berbagai kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang, dirangsang, diawali, dan kemudian diarahkan. Perilaku atau aktivitas yang ada pada setiap individu tidak timbul dengan sendirinya tetapi sebagai akibat dari stimulus atau rangsangan dari luar, dan motivasi yang menstimulus seseorang paling besar biasanya adalah dari faktor eksternal yaitu lingkungan .

Peneliti berasumsi bahwa tingkat motivasi ekstrinsik dalam melakukan senam lansia berada dalam katagori rendah karena faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya seperti pengasuh panti jompo yang kurang memberikan informasi dan stimulus berupa ajakan, kepedulian dan pemberian penghargaan kepada para lansia. Peneliti melihat kuranggnya kepedulian para perawat panti seperti tidak adanya pengabsenan sebelum senam lansia dilakukan sehingga senam lansia yang diikuti hanya sebatas kegiatan rutinitas tanpa melakukan timbal balik pada lansia yang melakukan ataupun yang tidak melakukan senam lansia.

5.3Keterbatasan Penelitian

1) Sulit pada saat melakukan wawancara dengan lansia, sebagian lansia kurang koperatif.


(74)

BAB 6 PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan pada BAB V maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Motivasi lanjut usia untuk melakukan senam lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan dalam kategori rendah yaitu 25 orang (56.8 %).

2. Motivasi Intrinsik lanjut usia untuk melakukan senam lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan berada dalam kategori rendah yaitu 29 orang (65.9 %).

3. Motivasi ekstrinsik lanjut usia untuk melakukan olahraga di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan berada dalam kategori rendah yaitu 28 orang (63.4 %).

6.2 Rekomendasi

1. Bagi Lansia yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan supaya lebih giat lagi dalam melakukan aktivitas senam lansia yang bermanfaat untuk membantu tubuh lansia akan lebih bugar dan tetap sehat .

2. Bagi pengasuh Panti di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan untuk lebih berperan aktif dalam


(75)

3. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat meneliti lebih mendalam tentang hubungan motivasi olahraga lansia terhadap penyakit rematik dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda.


(76)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, dkk. (2009). Jangan Berhenti Berolahraga. Sumber: http://www.jawa pos.co.id. (dikutip pada tanggal 06 April 2013)

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Renika Cipta

Budiharjo, dkk. (2005). Pengaruh senam aerobik low impact intensitas sedang terhadap kelenturan badan pada wanita lanjut usia tidak terlatih. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada

Chandra, B. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC

Darmojo, B. (2004) : Menghadapi Masa Lanjut Usia, Jakarta: Karya Cipta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2001). Pengertian Olah Raga.

Depkes RI: Jakarta

Ekasari, M.F (2008) Keperawatan Komunitas. Trans info media. Jakarta Giriwijoyo, S, dkk. (2007). Ilmu Faal Olahraga. Jakarta: Fakultas Pendidikan

Olahraga dan Kesehatan UPI.

Hidayat, A.A. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika Iwan, (2008). Ilmu Gerontik. Yogyakarta: Salemba Medikal

Jasmanto. (2011). Hubungan Antara Olahraga Senam Dengan Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Panti Wredha Wening Wardoyo Ungaran. Telogorejo Skripsi. STIKES Semarang. Skripsi.

Kusumah. (2007). Motivasi ekstrinsik. Sumber:http//Indra-Kusumah.blogspot.com. (dikutip pada tanggal 14 Mei 2013)

Koentjaraningrat (2009) Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta Maryam. (2008). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba

Medikal

Maulida (2010) Gambaran Pengetahuan Lanjut Usia Dalam Melakukan Olahraga Di Panti Jompo Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang Banda Aceh. DEPKES Banda Aceh. Skripsi.


(1)

89  

   

Menghitung Vt :

ΣX 2 – (ΣX) 2 Vt = N

N

2258 – (204) 2 Vt = 20

20

2258 – 2080.8 Vt = 20

Vt = 8.86

Menghitung reliabilitas dengan KR20:

k Vt - Σpq r KR20 =( ---) ( --- ) k – 1 vt

15 8.86 – 3.04 r KR20 =( ---) ( --- ) 15 – 1 8.86 r KR20 =( 1.0714) ( 0.6568) r KR20 = 0.7036

ket :

r KR20 = Koefisien korelasi dengan KR20 k = jumlah butir soal

Vt = Varians total

p = proporsi jawaban benar pada butir tertentu q = 1- p


(2)

90  

   


(3)

91  

   


(4)

92  

   


(5)

93  

   


(6)

94