Strategi Lanjut Usia (Lansia) Miskin dalam Pemenuhan Kebutuhan Keluarga di Kelurahan Sempakata, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan

STRATEGI LANJUT USIA (LANSIA) MISKIN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KELUARGA DI KELURAHAN SEMPAKATA KECAMATAN MEDAN
SELAYANG KOTA MEDAN
SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Sosial Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Sumatera Utara
Oleh : LOLING DAMANIK
110902045
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama

: Loling Damanik

Nim : 110902045


Judul : Strategi Lanjut Usia (Lansia) Miskin dalam Pemenuhan Kebutuhan

Keluarga di Kelurahan Sempakata, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan.

Medan,

Agustus 2015

PEMBIMBING

(Husni Thamrin, S.Sos, M.Sp) NIP. 196720308 2005011 001
KETUA DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

(Hairani Siregar, S.Sos, M.S.P) NIP. 19710927 1998012 001
DEKAN FISIP USU

(Prof. Dr. Badaruddin, M.Si) NIP. 19680525 1992031 002

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE
DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

NAME

: LOLING DAMANIK

NIM

: 110902045

ABSTRACT

Strategy Elderly Poor Families In Need Fulfillment Sempakata In the village

district of Medan Selayang Medan

(Thesis consist of 6 chapters, 87pages, 13 tables, 24 libraries and appendix)


This study is intended to determine how the strategy in meeting the needs of

the elderly poor families. The target group in this study were elderly people aged 60

years and over who worked as a night guard at the complex, farming, artisan buzz, a

janitor who cleans the yard area residents, farming. The elderly chosen because they

see their efforts to keep working at age no longer young and old that no longer work,

but they should still work.

The location of this research is Sempakata village, subdistrict of Medan

Selayang, Medan. Besides using secondary data monograph village or profile Village

also using primary data obtained through the help Interview Guide (interview guide)

to six elderly people working as officers on night duty in the complex, farming,


artisan buzz, a janitor who cleans the area of the yard homes, farming. Analysis of

the results of research using descriptive method which is based on qualitative data.

These results indicate the general condition of the elderly poor in Sub

Sempakata subdistrict of Medan Kota Medan Selayang have financial conditions do

not support the elderly. therefore they have to keep working. They work as required

to meet the needs of their families with financial limitations of weak physical

condition they still have to work so that their needs can be met. There are several

strategies to meet the needs of the elderly poor their families following the strategy

used by the elderly: Active Strategies conducted the elderly poor is to look for a

second job, family members go to work and optimize available resources. Passive


strategy carried the elderly poor is by adopting a frugal life. Network strategy that

made the elderly poor are asked for help from their social networks, both formal and

informal networks of networks.

Key Word : Strategy Active, Passive Strategy, Network Strategy

3
Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

NAMA

: LOLING DAMANIK

NIM

: 110902045


ABSTRAK

STRATEGI LANSIA MISKIN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN

KELUARGA DI KELURAHAN SEMPAKATA KECAMATAN MEDAN

SELAYANG KOTA MEDAN

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 87 halaman, 13 tabel, 24 kepustakaan)

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana strategi lansia

miskin dalam pemenuhan kebutuhan keluarganya. Kelompok sasaran pada penelitian

ini adalah lansia yang berusia 60 tahun keatas yang bekerja sebagai petugas jaga

malam di komplek, berladang, tukang kusuk, petugas kebersihan yang

membersihkan area pekarangan rumah warga, bertani. Dipilihnya lansia ini karena


melihat usaha mereka tetap bekerja di usianya yang tidak lagi muda dan usia yang

tidak seharusnya lagi bekerja namun mereka tetap bekerja.

Lokasi penelitian ini adalah Kelurahan Sempakata, Kecamatan Medan

Selayang, Kota Medan. Disamping menggunakan data sekunder yaitu monografi

Kelurahan atau profil Kelurahan juga menggunakan data primer yang diperoleh

melalui bantuan Interview Guide (pedoman wawancara) kepada enam orang lansia

bekerja sebagai petugas jaga malam di komplek, berladang, tukang kusuk, petugas

kebersihan yang membersihkan area pekarangan rumah warga, bertani. . Analisis

hasil penelitian dengan menggunakan metode deskriptif yang didasarkan pada data

kualitatif.


Hasil penelitian ini menunjukkan Kondisi umum lansia miskin yang ada di

Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang Kota Medan mempunyai kondisi

finansial yang tidak mendukung para lansia. maka dari itu mereka harus tetap

bekerja. Mereka bekerja karena dituntut untuk memenuhi kebutuhan keluarga

mereka dengan keterbatasan finansial kondisi fisik yang lemah mereka tetap harus

bekerja agar kebutuhan mereka bisa terpenuhi. Ada beberapa strategi lansia miskin

untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka berikut strategi yang digunakan oleh

para lansia: Strategi aktif yang dilakukan lansia miskin yaitu dengan mencari

pekerjaan sampingan, anggota keluarga ikut bekerja dan mengoptimalkan sumber

daya yang dimiliki. Strategi pasif yang dilakukan lansia miskin yaitu dengan


menerapkan pola hidup hemat. Strategi jaringan yang yang dilakukan lansia miskin

yaitu meminta bantuan kepada jaringan sosial yang mereka miliki, baik jaringan

formal maupun jaringan informal.

.

Kata Kunci : Strategi Aktif, Strategi Pasif, Strategi Jaringan

4
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan Karunia-Nya yang selalu menyertai penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu Peneliti mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat membangun untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Dengan segala kerendahan hati, Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Peneliti telah banyak mendapatkan bimbingan, nasihat, dan dorongan dari Orangtua tercinta Ayah F. Damanik dan Mama H Br Rumahorbo serta seluruh keluarga yang selama ini mendukung perkuliahan hingga penelitian skripsi ini selesai. Dalam kesempatan ini, Peneliti menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dekan FISIP USU Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si 2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, MSP selaku ketua departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU 3. Bapak Husni Thamrin, S.Sos, M.Sp selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga dan kesabaran dalam proses penulisan skripsi ini. 4. Seluruh dosen dan staf administrasi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fisip USU yang telah memberikan arahan dan pengajaran yang bermanfaat selama penulis mengikuti proses perkuliahan. 5. Abang Satria Surya Darma Damanik, S.P.,S.S, Robert Fernando Damanik, S.P, Krismanto Damanik, S.E., dan Kakak Silvia Angelina Br Tarigan, S.E., yang selalu membantu dan memberikan dukungan serta semangat dan doa.
5
Universitas Sumatera Utara

6. Kepada keluarga besar Kessos 2011 Fisip USU yang telah sama-sama berjuang men-tamat kan kuliah ini. “VIVA KESSOS” kalian semua luar biasa.
7. Kepada Seluruh perangkat Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang, yang telah bersedia membantu memeberikan data dalam proses penyusunan skripsi ini.

8. Keluarga lansia yang telah bersedia diwawancarai, Semoga hari esok lebih baik dari hari ini. Peneliti mengucapkan terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Esa yang
memberikan anugerah dan Kasih-Nya atas cinta kasih, jerih payah, dan jasa-jasa mereka.

Medan,

Agustus 2015

Loling Damanik

6
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK……………………………………………………………..…… i ABSTRACT……………………………………………………………..…. ii KATA PENGANTAR…………………………………………………...…iii DAFTAR ISI……………………………………………………………...…vi DAFTAR TABEL………………………………………………………..… x DAFTAR BAGAN…………………………………………………………. xi DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………..... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Penelitian ............................................................................. 5 1.3.2 Manfaat Penelitian ........................................................................... 5 1.4 Sistematika Penulisan .................................................................................. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia................................................................ 8 2.1.1 Pengertian Lanjut Usia (Lansia) ...................................................... 8 2.1.2 Klasifikasi Lanjut Usia (Lansia) ..................................................... 9 2.1.3 Karakteristik Lanjut Usia (Lansia).................................................. 10 2.1.4 Tipe Lanjut Usia (Lansia) ............................................................... 10 2.2 Proses Penuaan............................................................................................. 11
7
Universitas Sumatera Utara

2.2.1 Teori-Teori Proses Penuaan ............................................................ 11 2.3 Kemiskinan ................................................................................................. 12
2.3.1 Pengertian Kemiskinan..................................................................... 12 2.3.2 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan ............................................... 14 2.3.3 Ciri-Ciri Kemiskinan ........................................................................ 16 2.3.4 Aspek-Aspek Kemiskinan ................................................................ 18 2.4 Kesejahteraan Sosial ................................................................................... 20 2.5 Teori Kebutuhan Keluarga.......................................................................... 24 2.6 Strategi Memenuhi Kebutuhan Keluarga.................................................... 32

8
Universitas Sumatera Utara

2.7 Kerangka Pemikiran.................................................................................... 34 2.8 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ............................................... 36
2.8.1 Defenisi Konsep ............................................................................... 36 2.8.2 Defenisi Operasional ........................................................................ 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ............................................................................................ 39 3.2 Lokasi Penelitian......................................................................................... 39 3.3 Subjek Penelitian ........................................................................................ 40 3.4 Teknik Pengumpulan Data........................................................................... 41 3.5 Teknik Analisis Data.................................................................................... 42 BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Sempakata .................................................... 43 4.2 Data Kependudukan.................................................................................... 44 4.3 Pendidikan................................................................................................... 48 4.4 Kesehatan Masyarakat ................................................................................. 50 4.5 Ekonomi Masyarakat ................................................................................... 51 4.5 Keamanan Dan Ketertiban ........................................................................... 52 4.5 Tugas Pokok Dan Fungsi Kelurahan ........................................................... 55 4.5 Administrasi Kelurahan ............................................................................... 58 BAB V ANALISIS DATA 5.1 Hasil Pembahasan ....................................................................................... 62 5.1.1 Informan I......................................................................................... 62 5.1.2 Informan II........................................................................................ 63 5.1.3 Informan III ...................................................................................... 64 5.1.4 Informan IV ...................................................................................... 65
Universitas Sumatera Utara

5.1.5 Informan V ....................................................................................... 65 5.1.6 Informan VI ...................................................................................... 67 5.2 Pembahasan................................................................................................. 68 5.2.1 Strategi Aktif Informan I .................................................................. 68 5.2.2 Strategi Aktif Informan II................................................................. 70 5.2.3 Strategi Aktif Informan III ............................................................... 71 5.2.4 Strategi Aktif Informan IV ............................................................... 72 5.2.5 Strategi Aktif Informan V ................................................................ 73 5.2.6 Strategi Aktif Informan VI ............................................................... 73 5.3.1 Strategi Pasif Informan I .................................................................. 73 5.3.2 Strategi Pasif Informan II ................................................................. 75 5.3.3 Strategi Pasif Informan III................................................................ 76 5.3.4 Strategi Pasif Informan IV................................................................ 77 5.3.5 Strategi Pasif Informan V ................................................................. 78 5.3.6 Strategi Pasif Informan VI................................................................ 78 5.4.1 Strategi Jaringan Informan I ............................................................. 79 5.4.2 Strategi Jaringan Informan II............................................................ 80 5.4.3 Strategi Jaringan Informan III .......................................................... 81 5.4.4 Strategi Jaringan Informan IV .......................................................... 82 5.4.5 Strategi Jaringan Informan V ........................................................... 82 5.4.6 Strategi Jaringan Informan VI .......................................................... 83 BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 82 6.2 Saran............................................................................................................ 83 Daftar Pustaka ..................................................................................................... 84
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11
Tabel 4.12 Tabel 4.13

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Kelurahan Sempakata tahun 2014……………………..…………………… 45 Komposisi penduduk menurut jenis kelamin per lingkungan tahun 2014……………………….……………………………….……. 46 Komposisi penduduk menurut struktur umur di Kelurahan Sempakata tahun 2014………………………………………...... 46 Komposisi penduduk menurut agama berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan Sempakata tahun 2014……………………………………………………………... 47 Komposisi Penduduk Menurut Etnis tahun 2014…………….… 48 Komposisi Menurut Jenis Pendidikan tahun 2014…………..….. 49 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Pendidikan tahun 2014….. .49 Prasarana Kesehatan di Kelurahan Sempakata tahun 2014.......... 50 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian tahun 2014.. ...51 Sarana Fasilitas Umum dan Hiburan tahun 2014……………….. 52 Kondisi Penduduk atau Tahapan Keluarga Sejahtera tahun 2014……………………………………………………………... 53 Data Kepegawaian Kelurahan Sempakata………………….……60 Jumlah Lingkungan dan Nama Kepala Lingkungan Kelurahan Sempakata……….………………………………………….……61

11
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR BAGAN Bagan Alur Fikiran…………………………………………………………….... 35
12
Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE
DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

NAME

: LOLING DAMANIK

NIM

: 110902045

ABSTRACT

Strategy Elderly Poor Families In Need Fulfillment Sempakata In the village

district of Medan Selayang Medan

(Thesis consist of 6 chapters, 87pages, 13 tables, 24 libraries and appendix)

This study is intended to determine how the strategy in meeting the needs of

the elderly poor families. The target group in this study were elderly people aged 60

years and over who worked as a night guard at the complex, farming, artisan buzz, a

janitor who cleans the yard area residents, farming. The elderly chosen because they

see their efforts to keep working at age no longer young and old that no longer work,

but they should still work.

The location of this research is Sempakata village, subdistrict of Medan

Selayang, Medan. Besides using secondary data monograph village or profile Village

also using primary data obtained through the help Interview Guide (interview guide)

to six elderly people working as officers on night duty in the complex, farming,

artisan buzz, a janitor who cleans the area of the yard homes, farming. Analysis of

the results of research using descriptive method which is based on qualitative data.

These results indicate the general condition of the elderly poor in Sub

Sempakata subdistrict of Medan Kota Medan Selayang have financial conditions do

not support the elderly. therefore they have to keep working. They work as required

to meet the needs of their families with financial limitations of weak physical

condition they still have to work so that their needs can be met. There are several

strategies to meet the needs of the elderly poor their families following the strategy

used by the elderly: Active Strategies conducted the elderly poor is to look for a

second job, family members go to work and optimize available resources. Passive

strategy carried the elderly poor is by adopting a frugal life. Network strategy that

made the elderly poor are asked for help from their social networks, both formal and

informal networks of networks.

Key Word : Strategy Active, Passive Strategy, Network Strategy

3
Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

NAMA

: LOLING DAMANIK

NIM

: 110902045

ABSTRAK

STRATEGI LANSIA MISKIN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN

KELUARGA DI KELURAHAN SEMPAKATA KECAMATAN MEDAN

SELAYANG KOTA MEDAN

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 87 halaman, 13 tabel, 24 kepustakaan)

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana strategi lansia

miskin dalam pemenuhan kebutuhan keluarganya. Kelompok sasaran pada penelitian

ini adalah lansia yang berusia 60 tahun keatas yang bekerja sebagai petugas jaga

malam di komplek, berladang, tukang kusuk, petugas kebersihan yang

membersihkan area pekarangan rumah warga, bertani. Dipilihnya lansia ini karena

melihat usaha mereka tetap bekerja di usianya yang tidak lagi muda dan usia yang

tidak seharusnya lagi bekerja namun mereka tetap bekerja.

Lokasi penelitian ini adalah Kelurahan Sempakata, Kecamatan Medan

Selayang, Kota Medan. Disamping menggunakan data sekunder yaitu monografi

Kelurahan atau profil Kelurahan juga menggunakan data primer yang diperoleh

melalui bantuan Interview Guide (pedoman wawancara) kepada enam orang lansia

bekerja sebagai petugas jaga malam di komplek, berladang, tukang kusuk, petugas

kebersihan yang membersihkan area pekarangan rumah warga, bertani. . Analisis

hasil penelitian dengan menggunakan metode deskriptif yang didasarkan pada data

kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan Kondisi umum lansia miskin yang ada di

Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang Kota Medan mempunyai kondisi

finansial yang tidak mendukung para lansia. maka dari itu mereka harus tetap

bekerja. Mereka bekerja karena dituntut untuk memenuhi kebutuhan keluarga

mereka dengan keterbatasan finansial kondisi fisik yang lemah mereka tetap harus

bekerja agar kebutuhan mereka bisa terpenuhi. Ada beberapa strategi lansia miskin

untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka berikut strategi yang digunakan oleh

para lansia: Strategi aktif yang dilakukan lansia miskin yaitu dengan mencari

pekerjaan sampingan, anggota keluarga ikut bekerja dan mengoptimalkan sumber

daya yang dimiliki. Strategi pasif yang dilakukan lansia miskin yaitu dengan

menerapkan pola hidup hemat. Strategi jaringan yang yang dilakukan lansia miskin

yaitu meminta bantuan kepada jaringan sosial yang mereka miliki, baik jaringan

formal maupun jaringan informal.

.

Kata Kunci : Strategi Aktif, Strategi Pasif, Strategi Jaringan

4
Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Usia lanjut merupakan suatu keadaan yang tidak terelakkan dan merupakan suatu masalah yang semua akan mengalaminya dan berlaku secara universal. Proses terjadinya tua merupakan suatu proses yang tidak dihindari oleh setiap manusia yang penting bagi kita adalah mempersiapkan diri dari pada masa tua agar tetap sehat, bahagia dan produktif (Emile, 2010).
Lanjut usia (lansia) yang memiliki tingkat kemandirian tertinggi adalah pasangan lansia yang secara fisik kesehatannya cukup prima. Dari aspek sosial ekonomi dapat dikatakan jika cukup memadai dalam memenuhi segala macam kebutuhan hidup. Bagi kehidupan lansia, keluarga merupakan sumber kepuasan, karena keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala rumah tangga, isteri, dan anak yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan guna mencapai pemenuhan kebutuhan keluarga.
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang bersifat global dan menjadi perhatian banyak orang di seluruh dunia. Kemiskinan tidak hanya dijumpai disuatu daerah, tempat atau negara tertentu. Akan tetapi, hampir disetiap belahan dunia dan dinegara manapun. Kemiskinan akan selalu dijumpai sebagai suatu permasalahan sosial yang kompleks. Kemiskinan juga dapat dikatakan sebagai permasalahan kemanusiaan yang dapat menghambat kesejahteraan dan kemajuan peradaban.
1
Universitas Sumatera Utara

Kemiskinan yang terjadi didalam suatu negara memang perlu dilihat sebagai suatu masalah yang serius, karena saat ini kemiskinan membuat banyak masyarakat indonesia mengalami kesusahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Definisi kemiskinan terbagi atas tiga (3) yaitu adalah kemiskinan relatif, kemiskinan absolut dan kemiskinan struktural dan kultural. Kemiskinan relatif merupakan kondisi masyarakat karena kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Kemiskinan absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum. Kemiskinan struktural dan kultural merupakan kemiskinan yang disebabkan kondisi struktur dan faktor-faktor adat budaya dari suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang (Sudantoko,2009:43-46).
Di Indonesia sendiri, kemiskinan merupakan masalah yang utama yang sedang dihadapi dan masih belum terselesaikan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Indonesia perbulan September 2012 mencapai 28,59 juta jiwa atau sekitar 11,66 persen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin di medan tahun 2013 mencapai 209,69 ribu jiwa atau sekitar 9,64 persen. Dimana jumlah penduduk usia 60 s/d 64 tahun sebanyak 328.014 jiwa dan usia 65 tahun keatas sebanyak 514.899 jiwa. Berdasarkan data di kecamatan medan selayang dimana jumlah penduduk pada kelurahan sempakata tahun 2012 adalah 11.201 jiwa. Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) sebanyak 2201 jiwa. Persentase tersebut dapat menjelaskan bahwa saat ini, jumlah penduduk di Indonesia yang miskin sangat banyak. Penyebab kemiskinan itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebab jarang sekali ditemukan kemiskinan yang muncul oleh faktor tunggal.
2
Universitas Sumatera Utara

Faktor ekonomi sering disebut sebagai penyebab munculnya persoalan ini. namun ada beberapa faktor lain yang juga menjadi pendukung atau bahkan penyebab munculnya persoalan kemiskinan dibidang ekonomi adalah rendahnya pendidikan seseorang yang mengakibatkannya sulit mendapatkan pekerjaan. Harus diakui sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih sangat rendah. Tidak hanya masyarakat desa, masyarakat di kotapun belum sepenuhnya mendapatkan pendidikan yang mempuni untuk menjalani pendidikan.
Masalah ekonomi merupakan masalah yang sangat sulit bagi setiap manusia, karena problema ekonomi menyangkut hajat hidup orang banyak. Setiap individu atau kelompok masyarakat seperti halnya lanjut usia (lansia) miskin memiliki berbagai cara yang berbeda dalam mengatasi kesulitan ekonomi yang mereka hadapi. Berbagai cara tersebut merupakan wujud strategi guna untuk melangsungkan kehidupan mereka yang disebabkan oleh berbagai kondisi seperti terjadinya krisis ekonomi, kenaikan bahan pokok, kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan lainlain.
Dalam mengatasi hal tersebut, berbagai cara dilakukan lanjut usia (lansia) miskin dalam mengatasi kesulitan ekonominya. Namun, kesulitan lanjut usia (lansia) miskin dengan kondisi ekonomi dan lingkungannya tentunya memiliki strategi dalam meningkatkan ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan keluarga, seperti halnya lanjut usia (lansia) miskin di kelurahan sempakata, kecamatan medan selayang.
Berbagai macam bentuk kegiatan tersebut yang dilakukan oleh lanjut usia (lansia) miskin dalam mencari nafkah guna pemenuhan kebutuhan keluarga. Kadangkala hasil yang diperoleh dari kegiatan ini tidak dapat pula mencukupi kebutuhan sebagaimana yang dihadapkan, sehingga seringkali suami sebagai kepala rumah tangga dalam mencari nafkah turut dibantu oleh isteri ataupun anak-anak.
3
Universitas Sumatera Utara

Permasalahan yang sering mereka hadapi adalah, ketika pendapatan lanjut usia (lansia) miskin tidak sesuai dengan yang diharapkan atau rendah. Oleh karenanya, ada berbagai cara atau strategi yang dilakukan lansia miskin untuk memenuhi kebutuhan keluarga yaitu strategi aktif, strategi pasif dan strategi jaringan. Strategi aktif adalah mengoptimalkan segala potensi keluarga, misalnya melakukan aktivitas memperpanjang jam kerja ataupun bekerja sampingan (tambahan). Disanalah mereka pergi keladang atau ke sawah bagi yang memiliki lahan, atau mereka yang menggarap lahan milik sanak saudara atau tetangga. Dan bagi mereka yang tidak memiliki lahan, biasanya mereka beralih menjadi membersihkan pekarangan rumah warga, membersihkan pekarangan masjid dan lain sebagainya.
Strategi pasif adalah mengurangi pengeluaran keluarga. Misalnya dengan pendapatan yang cukup maka lansia diharapkan dapat mengatur segala pengeluaran kebutuhan mereka sehari-hari. Strategi jaringan adalah menjalin relansi, baik formal maupun informal dengan lingkungan sosial dan lingkungan kelembagaan. Hal lain yang dilakukan lanjut usia (lansia) miskin pada umumnya adalah memanfaatkan program kemiskinan dari pemerintah yaitu sebagai berikut, seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai), bantuan raskin yang dapat meringankan sedikit biaya hidupnya, selain itu mereka juga menyisihkan sebagian dari penghasilan yang didapatkan per harinya, agar nantinya apabila dibutuhkan maka dapat dipergunakan untuk keperluan yang besar. Misalnya untuk biaya kuliah anak, bagi yang memiliki anak yang duduk di perguruan tinggi, membantu modal usaha anak, dan lain-lain. Apabila pendapatan mereka tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maka dapat dilakukan dengan cara berhutang kewarung atau bisa juga meminjam uang kepada tetangga atau kerabat atau juga rentenir.
4
Universitas Sumatera Utara

Beranjak dari apa yang sudah dipaparkan sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam lagi untuk melihat bagaimana strategi lanjut usia miskin dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Untuk itu peneliti membuat dalam suatu kajian ilmiah dengan judul “Strategi Lanjut Usia (Lansia) Miskin Dalam Pemenuhan Kebutuhan Keluarga di Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang Kota Medan ”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan
sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana strategi yang dilakukan oleh lanjut usia (lansia) miskin dalam pemenuhan kebutuhan keluarga di Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang Kota Medan.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi yang dilakukan oleh lanjut usia (lansia) miskin dalam pemenuhan kebutuhan keluarga di Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang Kota Medan.
1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan atau
referensi untuk:
5
Universitas Sumatera Utara

1. Pengembangan teori-teori strategi dalam pemenuhan kebutuhan keluarga oleh lanjut usia (lansia) miskin dan teori tentang ilmu kesejahteraan sosial pada umumnya.
2. Pengembangan model dalam pembuatan program-program yang dibuat oleh pemerintah dalam proses pemberdayaan lanjut usia (lansia) miskin serta untuk meningkatkan kesejahteraan di dalam pemenuhan kebutuhan keluarga.
6
Universitas Sumatera Utara

1.4 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan secara singkat gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang mendukung penelitian ini. BAB V : ANALISIS DATA Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya. BAB VI : PENUTUP Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.
7
Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia 2.1.1 Pengertian Lanjut Usia (Lansia)
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Usia lanjut merupakan suatu keadaan yang tidak terelakkan dan merupakan suatu masalah yang semua akan mengalaminya dan berlaku secara universal. Proses terjadinya tua merupakan suatu proses yang tidak dihindari oleh setiap manusia yang penting bagi kita adalah mempersiapkan diri dari pada masa tua agar tetap sehat, bahagia dan produktif (Emile, 2010).
Departemen Sosial RI dalam bukunya “Pedoman Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia dalam Keluarga memberi batasan penduduk berusia lanjut yaitu: Lanjut Usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, baik secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena permasalahannya tidak mampu berperan secara kontributif dalam pembangunan (non-potensial) (Djamal, 1998:6). Selanjutnya keputusan Menteri Sosial RI No. HUK. 3-1-50/107 tahun 1971. Pengertian sebagai berikut seorang tindakan jompo adalah setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya guna mencari nafkah dari orang lain.
Selanjutnya Prof. Dr. H. Mulyono Gandadiputra MA dalam Djamal (1998) mengatakan sebagai berikut: Manusia lanjut usia, sebagaimana masyarakat pada umumnya juga akan mengalami berbagai macam permasalahan dalam kehidupannya baik fisik, psikis maupun sosial. Dari segi fisik umumnya ditandai dengan adanya
8
Universitas Sumatera Utara

proses kemunduran kemudian panca indra, kulit yang menjadi keriput serta kemunduran pada organ tubuh lainnya yang ditandai dengan seringnya mereka menderita beberapa sakit tua. Proses ketuaan dilihat dari segi psikis ditandai dengan proses lupa mengenai hal- hal yang baru saja terjadi, mudah sedih, sikap curiga serta sering merasa sebatang kara.
2.1.2 Klasifikasi Lanjut Usia (Lansia) Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lanjut usia (lansia) : 1. Pralansia (prasenilis) Adalah seseorang yang berusia diantara 45-59 tahun. 2. Lansia Adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. 3. Lansia resiko tinggi Adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003). 4. Lansia potensial Adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa (Depkes RI, 2003). 5. Lansia tidak potensial Adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
9
Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Karakteristik Lanjut Usia (Lansia) Menurut Budi Anna Keliat (1999), Lansia memiliki karakteristik sebagai
berikut: 1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang kesehatan). 2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif. 3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
2.1.4 Tipe Lanjut Usia (Lansia) Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya (Nugroho,2000). Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut, yaitu: 1. Tipe arif bijaksana Adalah kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, renda hati, sederhana, dermawan dan menjadi panutan. 2. Tipe mandiri Adalah mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan bergaul dengan teman. 3. Tipe tidak puas Adalah konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
10
Universitas Sumatera Utara

4. Tipe pasrah Adalah menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung Adalah kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tak acuh.
2.2 Proses Penuaan Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah selsel yang ada didalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dinamakan proses penuaan.
2.2.1 Teori-teori proses penuaan Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu sebagai
berikut: 1. Teori biologi Adalah teori yang mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory, teori stress, teori radikal bebas dan teori rantai silang. 2. Teori psikologi Adalah kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan inteligensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada hubungannya dengan status sosialnya.
11
Universitas Sumatera Utara

3. Teori sosial Adalah mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial dimana merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya atas dasar kemampuan lansia didalam berinteraksi. Pada teori sosial ini mencakup teori interaksi sosial, teori penarikan diri, teori aktivitas, teori kesinambungan dan lain sebagainya.
4. Teori spiritual Adalah komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan.
2.3 Kemiskinan 2.3.1 Pengertian Kemiskinan
Tidak mudah untuk mendefenisikan kemiskinan, karena kemiskinan itu mengandung unsur ruang dan waktu. Menurut Sejarah, keadaan kaya dan miskin secara berdampingan tidak merupakan masalah sosial sampai saatnya perdagangan berkembang pesat dan timbulnya nilai-nilai sosial yang baru. Dengan berkembangnya perdagangan ke seluruh dunia dan ditetapkannya taraf kehidupan tertentu sebagai kebiasaan suatu masyarakat, kemiskinan muncul sebagai masalah sosial. Pada waktu itu individu sadar akan kedudukan ekonominsnya sehingga mereka mampu untuk mengatakan apakah dirinya kaya atau miskin. (Soerjono 2006: 320)
Konsep kemiskinan pada jaman perang akan berbeda dengan konsep kemiskinan pada jaman merdeka dan modern sekarang ini. Seseorang dikatakan miskin atau tidak miskin pada zaman penjajahan dahulu akan berbeda dengan saat
12
Universitas Sumatera Utara

ini. Demikian juga dari sisi tempat, konsep kemiskinan di negara maju tentulah berbeda dengan konsep kemiskinan di negara berkembang dan terbelakang. Mungkin keluarga yang tidak memiliki televisi atau kulkas, seseorang yang tidak dapat membayar asuransi kesehatan, anak-anak yang bermain tanpa alas kaki, seseorang yang tidak memiliki telepon genggam, akses internet dan lainnya di negara-negara Eropa dapat dikatakan miskin. Namun tidak demikian di negara kurang berkembang seperti negara-negara di Afrika.
Kemiskinan disebahagian negara justru ditandai dengan kelaparan, kukurangan gizi, ketiadaan tempat tinggal, mengemis, tidak dapat sekolah, tidak punya akses air bersih dan listrik. Defenisi kemiskinan biasanya sangat bergantung dari sudut mana konsep tersebut dipandang.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bank Dunia mendefenisikan bahwa kemiskinan berkenaan dengan ketiadaan tempat tinggal, sakit dan tidak mampu untuk berobat ke dokter, tidak mampu untuk sekolah dan tidak tahu baca tulis. Kemiskinan adalah bila tidak memiliki pekerjaan sehingga takut menatap masa depan, tidak memiliki akses akan sumber air bersih.
Pada dasarnya definisi kemiskinan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu: 1. Kemiskinan absolut
Kemiskinan yang dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan yang hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak. Dengan demikian kemiskinan diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya
13
Universitas Sumatera Utara

yakni makanan, pakaian dan perumahan agar dapat menjamin kelangsungan hidupnya.
2. Kemiskinan relatif Kemiskinan dilihat dari aspek ketimpangan sosial, karena ada orang yang
sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih jauh lebih rendah dibanding masyarakat sekitarnya (lingkungannya). Semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan miskin, sehingga kemiskinan relatif erat hubungannya dengan masalah distribusi pendapatan. (http://www.repository.usu.ac.id diakses pada tangaal 21 Januari 2015 pukul 11: 12 WIB)
2.3.2 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan Menurut Matias Siagian (2012: 114) secara umum faktor-faktor penyebab
kemiskinan secara kategoris dengan menitikberatkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar, yaitu:
1. Faktor Internal Adalah dalam hal ini berasal dari dalam diri individu yang mengalami
kemiskinan itu yang secara substansial adalah dalam bentuk kekurangmampuan, yang meliputi:
a. Fisik , misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan. b. Intelektual, seperti kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya
informasi. c. Mental emosional atau temperamental, seperti: malas, mudah menyerah
dan putus asa.
14
Universitas Sumatera Utara

d. Spritual, seperti tidak jujur, penipu, serakah dan tidak disiplin. e. Sosial psikologis, seperti kurang motovasi, kurang percaya diri. depresi,
stress, kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan. f. Keterampilan, seperti tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan
tuntutan lapangan kerja. g. Asset, seperti tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah,
tabungan, kendaraan dan modal kerja.
2. Faktor Eksternal Adalah bersumber dari luar diri individu dan keluarga yang mengalami dan
menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu menjadikannya miskin, meliputi:
a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar. b. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai asset dan alat
memenuhi kebutuhan hidup. c. Terbatasnya pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha
sektor informal. d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga
yang tidak mendukung sektor usaha mikro. e. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor riil
masyarakat banyak. f. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang
belum optimal, seperti zakat. g. Dampak sosial negatif dari program penyesuaian program struktural
(structural adjusment program).
15
Universitas Sumatera Utara

h. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan. i. Kondisi Geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana. j. Pembangunan yang lebih berorientasi fisik material. k. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata. l. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin.
2.3.3 Ciri- Ciri Kemiskinan Sulit memperoleh informasi secara jelas dan akurat berkaitan dengan
indikasi-indikasi seperti apa yang dapat digunakan sebagai penanganan untuk menytakan secara akurat, bahwa orang-orang seperti inilah yang disebut orang miskin, sementara orang-orang yang seperti itu disebut tidak miskin. Namun suatu studi menunjukkan adanya lima ciri-ciri kemiskinan yaitu:
1. Mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai ataupun keterampilan untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya. Sebagai contoh kemiskinan itu bercirikan antara lain bahwa faktor produksi yang dimiliki pada umumnya sedikit atau bahkan tidak ada, sehingga kemampuan untuk mempertahankan apalagi meningkatkan produksipun tidak mungkin. Lebih menyesakkan lagi faktor-faktor produksi yang dimiliki justru digunakan untuk kebutuhan komsumsi, bukan untuk kebutuhan produksi, misalnya modal atau dana tidak digunakan untuk investasi melainkan hanya untuk komsumsi demi mempertahankan hidup. Kondisi seperti ini mengakibatkan banyak kasus berhentinya usaha karena kekurangan atau ketiadaan modal.
2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh aset produksi karena kekuatan sendiri. Sebagai contoh, keluarga petani
16
Universitas Sumatera Utara

dengan perolehan pendapatan hanya untuk komsumsi. Mereka tidak berpeluang untuk memperoleh tanah garapan, benih, ataupun pupuk sebagai faktor-faktor produksi.
3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah. Kondisi seperti ini akan berpengaruh terhadap wawasan mereka. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa waktu mereka pada umumnya habis tersita semata-mata hanya untuk mencari nafkah sehingga tidak ada waktu untuk belajar atau meningkatkan keterampilan. Demikian juga dengan anak-anak mereka, tidak dapat menyelesaikan sekolahnya karena harus membantu orang tua mencari tambahan pendapatan. Artinya bagi mereka, anak tersebut memiliki nilai ekonomis.
4. Pada umumnya mereka yang masuk ke dalam kelompok penduduk dengan kategori setengah menganggur. Pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah mengakibatkan akses masyarakat miskin ke dalam berbagai sektor formal bagaikan tertutup rapat. Akibatnya mereka terpaksa memasuki sektor-sektor informal. bahkan pada umumnya mereka bekerja serabutan maupun musiman. Jika dikaji secara totalitas, mereka sesungguhnya bukan bekerja sepenuhnya, bahkan mereka justru lebih sering tidak bekerja. Sekilas mereka tidak menganggur, namun jika digunakan indikator jam kerja, mereka justru masuk ke dalam kategori pengangguran tidak kentara. Kondisi demikian mengakibatkan mereka memperoleh pendapatan yang rendah pula.
5. Banyak diantara mereka yang hidup di kota masih berusia muda, tetapi tidak memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai. Sementara itu, kota tidak siap menampung gerak urbanisasi dari desa yang semakin keras. Artinya laju investasi di perkotaan tidak sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari derasnya arus urbanisasi. Kondisi ini tentu tidak terlepas dari sifat
17
Universitas Sumatera Utara

statis desa dalam mendukung kehidupan penduduknya, Dalam keadaan demikian, masyarakat desa cenderung melakukan migrasi ke kota karena dianggap sebagai alternatif dalam upaya mengubah nasib (Siagian, 2012: 20).
2.3.4 Aspek - Aspek Kemiskinan Adapun aspek-aspek kemiskinan menurut Matias Siagian, yaitu:
1. Kemiskinan bersifat multidimensi Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang multi dimensi berakar dari
kondisi kebutuhan manusia yang beraneka ragam. ditinjau dari segi kebijakan umum, maka kemiskinan itu meliputi aspek-aspek primer seperti miskin akan aset, organisasi sosial, kelembagaan sosial berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dianggap dapat mendukung kehidupan manusia. Sedangkan aspek sekunder dari kemiskinan adalah miskinnya informasi, jaringan sosial dan sumber keuntungan yang semuanya merupakan faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai jembatan memperoleh suatu fasilitas yang dapat mendukung upaya mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas hidup.
Aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Sebagai konsekwensi logisnya kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mengakibatkan kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya. Justru kondisi seperti inilah yang mengakibatkan tidak mudahnya menganalisis kemiskinan itu menuju pada pemahaman yang komprehensif. Hal lain yang juga harus dipahami sebagai konsekwensi logis dari kondisi kemiskinan seperti ini adalah, pemahaman tentang kemiskinan hanya dapat diperoleh jika kita menganalisis kemiskinan secara agregat. menganalisis kemiskinan secara parsial
18
Universitas Sumatera Utara

akan membawa kita pada pemahaman yang salah tentang kemiskinan itu sendiri. Bahkan, kemiskinan hanya dapat dipahami melalui pendekatan interdisiplinear.
2. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur. Fenomena yang sering kita temui adalah, pendekatan yang diperoleh
sekelompok yang bermukin di tempat yang sama, namun kualitas individu atau keluarga yang dimiliki mungkin saja berbeda. Keadaan yang demikian sering mengondisikan kita untuk mengidentifikasi kemiskinan sebagai sesuatu yang serba abstrak dan tidak mungkin diukur. Ada pula yang cenderung menyatakan kemiskinan itu sebagai abstraksi dari perasaan sehingga mustahil untuk diukur cara berfikir seperti ini harus dicegah karena akan menjauhkan kita dari pemahaman yang benar dan holistik tentang kemiskinan itu sehingga kita pun mustahil dapat menemukan solusi (Siagian, 2012: 13).
Karena kemiskinan adalah fakta yang terukur, maka kemiskinan dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai tingkatan (Siagian, 2012: 14), seperti:
1. Miskin 2. Sangat miskin 3. Sangat miskin sekali
Demikian halnya dengan BKKBN sering mengklasifikasi kondisi kehidupan masyarakat ke dalam berbagai tingkat seperti:
1. Prasejahtera 2. Sejahtera 1 3. Sejahtera 2
Berbagai klasifikasi yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa, kemiskinan merupakan fakta yang terukur. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun kolektif. Kita sering mendengar istilah kemiskinan
19
Universitas Sumatera Utara

pedesaan (rural pover