ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM PENGGUNAAN PARTIKEL NI DAN DE YANG MENYATAKAN TEMPAT (Studi deskriptif terhadap mahasiswa tingkat I Universitas Komputer Indonesia tahun ajaran 2006/2007)

(1)

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM

PENGGUNAAN PARTIKEL

NI

DAN

DE

YANG MENYATAKAN TEMPAT

(Studi deskriptif terhadap mahasiswa tingkat I Universitas Komputer Indonesia tahun ajaran 2006/2007)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Jurusan Sastra Jepang Fakultas Sastra

Universitas Komputer Indonesia

OPI YULIA

NIM.63803008

JURUSAN SASTRA JEPANG

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

iii

DAFTAR ISI

Halaman Abstrak

Abstract

Kata Pengantar...i

Daftar Isi...iii

Daftar Tabel...vi

Daftar Grafik...vii

Daftar Lampiran...viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang...1

1.2.Rumusan Masalah...6

1.3.Batasan Masalah...7

1.4.Tujuan Penelitian...7

1.5.Manfaat Penelitian...7

1.6.Definisi Operasional...8


(3)

iv BAB II LANDASAN TEORI

2.1.Partikel...10

2.1.1.Pengertian Partikel...10

2.1.2.Jenis-Jenis Partikel...10

2.2.Partikel Ni...12

2.3.Partikel De...17

2.4.Kesalahan Berbahasa...20

2.4.1.Pemerolehan Bahasa...20

2.4.2.Kesalahan Berbahasa...20

2.4.3.Teori Analisis Kesalahan...21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Metode Penelitian...25

3.2.Objek Penelitian...25

3.2.1.Populasi...25

3.2.2.Sampel...26

3.3.Instrumen Penelitian...26

3.3.1.Tes...26

3.3.2.Angket...27

3.4.Teknik Analisis Data...27

3.4.1.Analisis Data Tes...27


(4)

v

BAB IV ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM PENGGUNAAN PARTIKEL NI DAN DE

4.1.Tingkat Kesalahan dan Bentuk Kesalahan dalam Penggunaan Partikel Ni

yang Menyatakan Tempat...31

4.1.1.Tingkat Kesalahan dalam Penggunaan Partikel Ni...31

4.1.2.Bentuk Kesalahan dalam Penggunaan Partikel Ni ...33

4.2.Tingkat Kesalahan dan Bentuk Kesalahan dalam Penggunaan Partikel De...39

4.2.1.Tingkat Kesalahan dalam Penggunaan Partikel De ...39

4.2.2.Bentuk Kesalahan dalam Penggunaan Partikel De...40

4.3.Faktor Penyebab Kesalahan Mahasiswa dalam Penggunaan Partikel Ni dan De...46

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1.Simpulan...51

5.2.Saran...52

Daftar Pustaka...ix

Sinopsis...xi


(5)

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Nilai Tafsir...29

Tabel 2 Tingkat kesalahan dalam Penggunaan Partikel Ni...32

Tabel 3 Bentuk Kesalahan dalam Penggunaan Partikel Ni...33

Tabel 4 Tingkat Kesalahan dalam Penggunaan Partikel De...39

Tabel 5 Bentuk Kesalahan dalam Penggunaan Partikel De...40

Tabel 6 Frekuensi Belajar...47

Tabel 7 Jenis Kesulitan...47

Tabel 8 Strategi Belajar...48

Tabel 9 Definisi Partikel...49

Tabel 10 Fungsi Ni...49

Tabel 11 Fungsi De...50


(6)

vii

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 1. Latar Belakang Kesalahan Berbahasa...37


(7)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lembar Revisi………xiv

Lampiran 2.Surat Keputusan Dekan Fakultas Sastra Universitas Komputer Indonesia………...………...xv

Lampiran 3. Tes………..xvi

Lampiran 4. Kunci Jawaban Tes………...xvii


(8)

ix

DAFTAR PUSTAKA

Badudu-Zain. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Bungin Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media. Dahidi Ahmad. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc. Taniguchi Goro. 1999. Kamus Standar Bahasa Indonesia-Jepang. Jakarta: Dian

Rakyat.

グループ、 ャマツイ.1998. 日本語文型辞典.くろしお:Jepang.

Kartika Ika. 1995. Hunbungan Antara Penguasaan Kakujoshi Ni Dan De Dengan Kemampuan Mengarang. IKIP: Tidak dipublikasikan.

Kawashima Atsuko. 1992. Particle Plus てにを エ セ ラ:そ 使い方. Japan.

Kokusai Koryu Kikin. 1984. The Japan Foundation. Nihongo Shoho. Tokyo: Bojinsha.

Matsura Kenji. 1994. 日本語―イン ネ ア語辞典.京都産業大学出版会: Japan.

Naoko Chino. 1996. Partikel Penting Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc. Subana-Sudrajat. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka setia. Sugihartono. 2001. Nihongo no Joshi Partikel Bahasa Jepang. Jakarta: Humaniora

Utama Prees.

Supriyawan Deni. 2006. Analisis Kesalahan Mahasiswa Dalam Penggunaan Ungkapan Pengandaian (Ba, Tara, Nara, To) Bahasa Jepang. UNIKOM: Tidak dipublikasikan.

Sutedi Dedi. 2002. Nihongo no Bunpo Tata Bahasa Jepang Tingkat Dasar. Bandung: Humaniora Utama Prees.


(9)

x

Sutedi Dedi. 2003. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang Edisi Revisi. Bandung: Humaniora Utama Prees.

T. Chandra. 2000. Mengenal Kanji Cetakan III. Jakarta: Ever Green.

Tarigan. 1998. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa Cetakan X. Bandung: Angkasa.

Tim FPBS UPI. 2006. Penjelasan Tata Bahasa Dan Daftar Kosakata Sokyu Nihongo. Bandung: Tokyo Gaikokugo Daigaku Ryuugakusei Nihongo Kyouiku Senta. Tjhin Thian Shiang. 2002. Kiat Sukses Ujian Kemampuan bahasa Jepang Metode


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Opi Yulia

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 19 Maret 1985 Nomor Induk Mahasiswa : 63803008

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia Agama : Islam Alamat Lengkap : Jl. Murtamad No. 31 Rt. 002/002

Bandung 40262

Hobi : Membaca Komik

Status Material : Tidak Kawin

Orangtua 1. Nama Ayah : Lala Suhala

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Pesantren Timur, Soreang 2. Nama Ibu : Neneng Saridah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Pesantren Timur, Soreang

Riwayat Pendidikan

SD Centeh VII Bandung : 1991-1997 SLTPN 4 Bandung : 1997-2000 SMU Angkasa : 2000-2003 PERGURUAN TINGGI UNIKOM : 2003-2007


(11)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Partikel

2.1.1.Pengertian Partikel

Menurut Sugihartono (2001:viii) definisi partikel sebagai berikut.

“Jenis kata yang tidak mengalami perubahan, dan tidak bisa berdiri sendiri yang memiliki fungsi membantu, dan menentukan; arti hubungan, penekanan, pertanyaan, keraguan dan lainnya dalam kalimat bahasa Jepang baik dalam ragam lisan maupun ragam tulisan “.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa partikel merupakan kata bantu yang tidak bisa berdiri sendiri dalam suatu kalimat. Kedudukan partikel dalam ragam tulisan maupun lisan merupakan hal yang penting karena berfungsi menentukan makna.

2.1.2.Jenis-Jenis Partikel

Partikel (kata bantu) merupakan kata yang tidak bisa berdiri sendiri dalam suatu kalimat dan biasanya mengikuti jenis kata yang lainnya. Ada beberapa jenis partikel seperti kaku-joshi, setsuzoku-joshi, fuku-joshi dan suu-joshi (Sutedi, 2002:158).

a. Kaku-joshiょ 格助詞

Kaku-joshi adalah partikel yang digunakan untuk menyatakan hubungan antara suatu kata dengan kata lainnya dan untuk menyatakan hubungan antara subjek, objek dan predikatnya (Sutedi, 2002:158). Yang


(12)

11

termasuk dalam partikel Kaku-joshi adalah partikel ga , no

, wo を , ni , he , de , to , ya

や , yori より dan kara ら .

b. Setsuzoku-joshi 接続助詞

Setsuzoku-joshi adalah partikel yang fungsinya sama dengan kata

sambung (setszjokushi) yaitu digunakan untuk menyambungkan anak kalimat dengan anak kalimat atau kalimat dengan kalimat (Sutedi, 2002:158). Yang termasuk dalam jenis partikel setsuzoku-joshi adalah

te , shi , node , kara ら , ba , noni

, temo も , nagara ら , tari り dan

sebagainya.

c. Fuku-joshi 副助詞

Fuku-joshi adalah partikel yang berfungsi untuk menerangkan kata yang diikutinya. Yang termasuk ke dalam jenis partikel fuku-joshi adalah

wa , mo も , nado , gurai らい , dake

, shika dan sebagainya.

d. Shuu-joshi 終助詞

Shuu-joshi adalah partikel yang diletakkan di akhir kalimat berfungsi untuk menentukan makna dari kalimat yang diucapkan oleh pembicara. Yang termasuk ke dalam jenis partikel shuu-joshi adalah ka

, ne , yo よ , no , kanaa あ , kashira


(13)

12

2.2.Partikel Ni

Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa partikel ni termasuk ke dalam partikel kaku-joshi. Partikel ini memiliki kemiripan dengan partikel de apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, sehingga sulit dibedakan partikel tersebut, tetapi pada fungsi tertentu memiliki perbedaan yang jelas. Fungsi partikel ni sebagai berikut.

a. Tempat + Ni

Partikel ni jika diletakkan setelah kata yang menunjukan tempat, maknanya tergantung pada kata kerja yang digunakan sebagai predikat kalimat tersebut (Sutedi, 2002:167). Penggunaannya antara lain sebagai berikut.

1.Menyatakan adanya sesuatu benda (bukan kegiatan) di suatu tempat, jika diikuti dengan kata kerja aru ある , iru いる atau sonzai suru

ん いょ る

-日本 富士山 あり

Nihon ni Fujisan ga arimasu.

(Di Jepang ada gunung Fuji.) (Sutedi, 2002:167) 2.Menyatakan tempat yang menjadi tujuan dari suatu perpindahan yang

dinyatakan dengan kata kerja iku い , kuru る , kaeru

える , modoru も る dan sejenisnya

- 私 東京 行

Watashi wa Toukyou niikimasu.


(14)

13

3.Menyatakan tempat tinggal atau alamat seseorang, tempat menginap, tempat mampir yang dinyatakan dengan kata kerja sumu ,

tomaru る , yoru よる

- 私 バンドン 住ん い

Watashi wa Bandon ni sunde imasu.

(Saya tinggal di Bandung.) (Sutedi, 2002:168) 4. Menyatakan tempat berhentinya sesuatu atau seseorang yang dinyatakan

dengan kata kerja tomaru る

- バケ 停留所 止 り

Basu ga teiryuujo ni tomarimasu.

(Bis berhenti di halte.) (Sutedi, 2002:168) 5.Menyatakan “duduk” bila diikuti kata kerja suwaru わる

- 床 座ら い 下 い

Yuka ni suwaranai de kudasai.

(Jangan duduk di lantai.) (Sutedi, 2002:169) b. Menyatakan waktu kejadian

1.Waktu berlangsungnya kejadian

- 何曜日 日本語を勉強

Nani youbi ni Nihongo wo benkyou shimasuka?

(Pada hari apa [anda] belajar bahasa Jepang?) (Nihongo no Joshi, 2001:7) 2.Derajat atau tingkat dalam suatu waktu


(15)

14

Isshuukan oki niKansai e iku.

(Selang satu minggu [saya] pergi ke Kansai.) (Nihongo no Joshi, 2001:8) c. Menyatakan titik tiba atau tujuan

- 大阪博物館 行

Oosaka hakubutsukan ni iku.

([Saya] pergi ke Museum Osaka.) (Nihongo no Joshi, 2001:8) d. Menyatakan subjek pada kalimat bila diikuti verba bentuk pasif (ukemi)

- り 人 足をふ れ

Tonari no hito niashi wo fumareta.

(Kaki saya diinjak oleh orang sebelah.) (Nihongo no Joshi, 2001:8) e. Menyatakan subjek pada kalimat bila diikuti verba bentuk perintah (shieki)

- 母 金を ら る

Haha nikane wo okuraseru.

([Saya] meminta dikirim uang pada Ibu.) (Nihongo no Joshi, 2001:9) f. Menyatakan keberadaan hasil suatu perbuatan

- 部長 昇格 る

Buchou ni shoukaku suru.

([Saya] naik pangkat menjadi Kepala Devisi.) (Nihongo no Joshi, 2001:9) g. Menyatakan kegiatan atau perbuatan yang mengarah pada tujuan/sasaran

tertentu

- 紙や れを る 作り ょ

Hasami wa kami ya kire wo kiru no ni tsukurimasu. (Gunting digunakan untuk memotong kertas atau kain.)


(16)

15

(Nihongo no Joshi, 2001:9) h. Menyatakan perbuatan, perpindahan dari tempat yang luas ke tempat yang

lebih sempit

- 父 ん 風呂 入っ い

Otousan wa ofuro ni haitte imasu.

(Ayah sedang berendam di ofuro.) (Nihongo no Joshi, 2001:10) i. Menyatakan tujuan dari lakuan atau tujuan suatu kegiatan

- うん う 体育館 出

Undoo shi ni taiikukan e dekakemashita.

([Saya] telah pergi ke gedung Olah raga untuk berolah raga.)

ょ ょ ょ ょ ょ ょ ょ ょ ょ ょ ょ ょ ょ ょ ょ ょ ょ ょ ょ ょ ょ ょ ょ (Nihongo no Joshi, 2001:11) j. Menyatakan tujuan tindakan atau kegiatan yang ditunjukan dengan nomina

yang mengandung arti perbuatan

- 日本 勉強 行

Nihon e benkyou niiku.

([Saya] pergi ke Jepang untuk belajar.) (Nihongo no Joshi, 2001:11) k. Menunjukkan dasar suatu kegiatan atau pengaruh dari pihak lain

- あ 小説 も い 作られ 映画

Ano shousetsu nimotozuite tsukurareta eiga desu.

(Film yang dibuat berdasarkan novel itu.) (Nihongo no Joshi, 2001:11) l. Menyatakan nomina

1.Beberapa nomina yang sejajar dan berurutan


(17)

16

Ryouri wa sushi nitempura unagi datta.

(Masakannya adalah sushi, tempura dan unagi.) (Nihongo no Joshi, 2001:12) 2.Panggabungan nomina pada kata atau kalimat yang sejajar atau berupa

idiom

- 梅 う い Ume ni uguisu.

(Di pohon Ume selalu ada burung Uguisu.) (Nihongo no Joshi, 2001:12) m. Menyatakan perbuatan kondisi dari kondisi yang sebelumnya

- 子供 元気 り

Kodomo ga genki ni narimashita.

(Anak sudah menjadi sehat.) (Nihongo no Joshi, 2001:13) n. Menyatakan rasa penyesalan, partikel diletakkan di akhir kalimat

- あん 男 っ い ら 結婚 っ ろう

Anna otoko dato wakatte itara, kekkon shinakatta darou ni.

(Apabila tahu laki-laki macam itu, saya mungkin tak mau menikah.) (Nihongo no Joshi, 2001:13) o. Menyatakan cara mengungkapkan kalimat yang menggunakan kosa kata

yang bersifat idiomatik “ni naru”

1.Hal yang ditentukan bukan oleh diri sendiri

- 学校 いふ を着る っ

Kono gakkoo dewa, seifuku o kiru koto ni natta. (Sekolah ini [siswanya] menjadi berpakaian seragam.)


(18)

17

2.Hal yang ditentukan oleh diri sendiri

- や ん ょう

Omiyage wa ningyou ni shimasu.

(Saya memutuskan memilih boneka untuk oleh-oleh.)

(Shokyuu Nihongo, 2006:61) p. Menyatakan bahasa halus (keigo) yang menggunakan bentuk “masukei”

atau kepala “masu” kemudian di tambah dengan “o~ni naru”

- う 休 っ 下 い

Doozo oyasumi ni natte kudasai.

(Silakan beristirahat.) (Nihongo no Joshi, 2001:14)

2.2.Partikel De

Partikel ini juga termasuk ke dalam jenis partikel kaku-joshi. Partikel ini memiliki beberapa arti dalam suatu kalimat, bisa memiliki arti di sebagai penunjuk, memiliki arti dengan sebagai alat, memiliki arti karena atau sebab sebagai alasan. Dapat pula berfungsi menunjukan subjek kalimat. Fungsi partikel de sebagai berikut.

a. Tempat + DE

Partikel de jika digunakan mengikuti kata tempat berarti “di” dalam bahasa Indonesia yang digunakan untuk menunjukan tempat dilakukannya atau berlangsungnya suatu aktifitas.


(19)

18

- 学校 クンポグウヘ あり

Gakkoude shinpojiumu ga arimasu.

(Di sekolah ada simposium.) (Sutedi, 2002:169) b.Menyatakan batas lingkup atau kelompok tertentu dalam mengungkapkan

sesuatu

- カベラ れ 一番安い

Kamera de kore ga ichiban yasui desu.

(Di antara kamera-kamera, inilah kamera yang paling murah.) (Nihongo no Joshi, 2001:2)

c.Menyatakan alat yang digunakan

- タクク 行 ょう

Takushi deikimashouka?

(Mari kita pergi dengan naik taksi.) (Nihongo no Joshi, 2001:2) d. Menyatakan lingkup/jumlah tertentu

- 仕 時間 る

Kono shigoto wa nijikan de dekiru.

(Pekerjaan ini dapat selesai dalam selama 2 jam.) (Nihongo no Joshi, 2001:3) e. Menyatakan sebab, alasan

- 病気 学校を休

Byouki de gakkou wo yasumimashita.


(20)

19

f. Menunjukkan jumlah subjek pelaku 1.Per orang

-自 料理作り

Jibun de ryouri tsukurimasu.

(Saya memasak sendiri.) (Nihongo no Joshi, 2001:3) 2.Subjek kelompok

- クラケ全員 映画を見 行

Kurasu zenin de eiga wo mini iku.

(Seluruh anggota kelas pergi menonton film.) (Nihongo no Joshi, 2001:4) g. Menyatakan asal bahan baku

- 机 木 い

Kono tsukue wa ki de dekiteimasu.

(Meja ini terbuat dari kayu.) (Nihongo no Joshi, 2001:4) h. Menyatakan kondisi saat berlangsungnya perbuatan atau tindakan

- ん 怖い目 見 い 下 い

Sonna kowai me de minaide kudasai.

(Jangan melihat [saya] dengan mata yang menakutkan seperti itu.)


(21)

20

2.3.Kesalahan Berbahasa 2.3.1.Pemerolehan Bahasa

Menurut Tarigan (1998:4) pemerolehan bahasa dapat dibagi menjadi dua

bagian yaitu pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua. Pemerolehan bahasa pertama berkaitan dengan segala aktifitas seseorang dalam menguasai bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa kedua berlangsung setelah seseorang menguasai atau mempelajari bahasa pertama. Jalur kegiatannya dapat melalui pendidikan informal dan pendidikan formal. Belajar secara formal berdasarkan perencanaan yang matang, disengaja, dan disadari. Sedangkan, belajar informal yaitu tidak berencana, kebetulan, tidak disengaja, dan tidak disadari. Pemerolehan bahasa kedua sebenarnya mengacu kepada semua aspek bahasa yang sepantasnya dikuasai oleh seorang pelajar.

Menurut Tarigan (1998:6) “Pemerolehan bahasa kedua adalah proses yang disadari atau tidak disadari dalam mempelajari bahasa kedua setelah seseorang menguasai bahasa ibunya, baik secara alamiah maupun ilmiah”.

2.3.2.Kesalahan Berbahasa

Kesalahan dalam berbahasa lumrah terjadi dalam proses belajar bahasa karena dengan adanya kesalahan pembelajar berusaha untuk mengerti dan memahami apa yang dipelajarinya. Kesalahan dalam berbahasa terjadi karena adanya perbedaan gramatika dan kosakata dari bahasa ibu dengan bahasa asing yang dipelajarinya.


(22)

21

Kesalahan dalam berbahasa merupakan penyimpangan dalam pemakaian bahasa. Kita sebagai manusia umumnya mempunyai keterbatasan dalam mengingat sesuatu yang dapat menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata dan lain sebagainya. Hal inilah yang sering terjadi pada tataran linguistik dan umumnya dapat diperbaiki bila pembelajar bahasa tersebut lebih teliti. Pembelajar bahasa umumnya sudah mengetahui sistem tata bahasa yang dipelajarinya, akan tetapi karena suatu hal pembelajar bahasa tersebut lupa pada sistem linguistik yang dipelajarinya. Dan kesalahan tersebut dapat terus berulang apabila tidak diperbaiki.

Terdapat faktor lain dalam kesalahan yaitu kekeliruan. Kekeliruan bersifat sementara, tidak tetap dan untuk memperbaikinya dapat dilakukan sendiri oleh pembelajar bahasa yang bersangkutan. Tapi, kesalahan bersifat permanent dan cara untuk memperbaikinya yaitu dapat melalui bantuan pengajar yang bersangkutan. Maka dari itu, kekeliruan tidak tepat untuk dijadikan sebagai sumber data analisis kesalahan, karena sifatnya yang tidak tetap dan terjadinya untuk sementara, maka apabila pembelajar bahasa lebih teliti, kekeliruan tersebut dapat diperbaiki oleh pembelajar bahasa tersebut. Karena itu, sumber data analisis kesalahan yang tepat adalah kesalahan.

2.3.3.Teori Analisis Kesalahan

Menurut Tarigan (1998:67) hubungan antara pengajar bahasa dan kesalahan berbahasa sangat erat kaitannya, karena dalam kesalahan


(23)

22

berbahasa tersebut tidak hanya dibuat oleh pembelajar yang mempelajari bahasa yang dipelajarinya, tetapi juga dibuat oleh pembelajar yang mempelajari bahasa ibu. Dari pernyataan di atas dalam kesalahan berbahasa umumnya diluar prakiraan para pengajar. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pemahaman pembelajar bahasa terhadap bahasa yang dipelajarinya. Biasanya kesalahan pada setiap pembelajar itu meliputi hal yang sama. Dari segi penyebabnya, dapat diidentifikasi ada kesalahan yang disebabkan oleh interferensi bahasa ibu.

Berdasarkan Ellis dalam Tarigan (1998: 68) definisis analisis kesalahan sebagai berikut.

“Analisis Kesalahan adalah suatu prosedur kerja, yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu”.

Menganalisis kesalahan yang dibuat oleh pembelajar bahasa dapat memberikan manfaat tertentu, karena pemahaman terhadap kesalahan itu merupakan umpan balik yang sangat penting bagi pengevaluasian dan

perencanaan penyusunan materi dan strategi pengajaran di kelas. Adapun tujuan dari analisis kesalahan menurut Tarigan (1998), antara lain :

1. Menentukan urutan penyajian butir-butir yang diajarkan dalam kelas dan buku teks, misalnya urutan mudah-sukar.

2. Menentukan urutan jenjang relative penekanan, penjelasan, dan latihan berbagai butir bahan yang diajarkan.


(24)

23

4. Memilih butir-butir bagi pengujian kemahiran siswa.

Terdapat contoh dalam Tarigan (1998:3), orang Sunda dalam menggunakan bahasa Indonesia sering mengucapkan fonem /f/ dan /v/ menjadi /p/. Seperti dalam kata-kata pasif, aktif, kreatif, fakultas, November diucapkan menjadi pasip, aktip, kreatip, pakultas, Nopember, dan lain sebagainya. Berikut gambar mengenai latar belakang kesalahan berbahasa.

Grafik 1. Latar Belakang Kesalahan Berbahasa

Berdasarkan gambar di atas dapat kita simpulkan bahwa kesalahan berbahasa terjadi dalam pengajaran bahasa, pemerolehan belajar, kedwibahasaan, dan interferensi.

Berdasarkan definisi analisis kesalahan berbahasa Ellis dalam Tarigan (1998:170) sebagai berikut.

PENGAJARAN BAHASA

PEMEROLEHAN BAHASA

KEDWIBAHASAAN

INTERFERENSI

KESALAHAN BERBAHASA

UM

PA

N B

A

L


(25)

24

“Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sampel tersebut, pendeskripsian kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasiannya berdasarkan sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta pengevaluasian keseriusannya”.

Kesalahan berbahasa merupakan dampak negatif dari pemerolehan bahasa, kedwibahasaan dan interferensi. Kesalahan berbahasa umumnya terjadi karena kurang pemahaman dan ketelitian dari bahasa ibu terhadap penerapan bahasa kedua.


(1)

f. Menunjukkan jumlah subjek pelaku 1.Per orang

-自 料理作り

Jibun de ryouri tsukurimasu.

(Saya memasak sendiri.) (Nihongo no Joshi, 2001:3) 2.Subjek kelompok

- クラケ全員 映画を見 行

Kurasu zenin de eiga wo mini iku.

(Seluruh anggota kelas pergi menonton film.) (Nihongo no Joshi, 2001:4) g. Menyatakan asal bahan baku

- 机 木 い

Kono tsukue wa ki de dekiteimasu.

(Meja ini terbuat dari kayu.) (Nihongo no Joshi, 2001:4) h. Menyatakan kondisi saat berlangsungnya perbuatan atau tindakan

- ん 怖い目 見 い 下 い

Sonna kowai me de minaide kudasai.

(Jangan melihat [saya] dengan mata yang menakutkan seperti itu.)


(2)

2.3.Kesalahan Berbahasa 2.3.1.Pemerolehan Bahasa

Menurut Tarigan (1998:4) pemerolehan bahasa dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua. Pemerolehan bahasa pertama berkaitan dengan segala aktifitas seseorang dalam menguasai bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa kedua berlangsung setelah seseorang menguasai atau mempelajari bahasa pertama. Jalur kegiatannya dapat melalui pendidikan informal dan pendidikan formal. Belajar secara formal berdasarkan perencanaan yang matang, disengaja, dan disadari. Sedangkan, belajar informal yaitu tidak berencana, kebetulan, tidak disengaja, dan tidak disadari. Pemerolehan bahasa kedua sebenarnya mengacu kepada semua aspek bahasa yang sepantasnya dikuasai oleh seorang pelajar.

Menurut Tarigan (1998:6) “Pemerolehan bahasa kedua adalah proses yang disadari atau tidak disadari dalam mempelajari bahasa kedua setelah seseorang menguasai bahasa ibunya, baik secara alamiah maupun ilmiah”.

2.3.2.Kesalahan Berbahasa

Kesalahan dalam berbahasa lumrah terjadi dalam proses belajar bahasa karena dengan adanya kesalahan pembelajar berusaha untuk mengerti dan memahami apa yang dipelajarinya. Kesalahan dalam berbahasa terjadi karena adanya perbedaan gramatika dan kosakata dari bahasa ibu dengan bahasa asing yang dipelajarinya.


(3)

Kesalahan dalam berbahasa merupakan penyimpangan dalam pemakaian bahasa. Kita sebagai manusia umumnya mempunyai keterbatasan dalam mengingat sesuatu yang dapat menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata dan lain sebagainya. Hal inilah yang sering terjadi pada tataran linguistik dan umumnya dapat diperbaiki bila pembelajar bahasa tersebut lebih teliti. Pembelajar bahasa umumnya sudah mengetahui sistem tata bahasa yang dipelajarinya, akan tetapi karena suatu hal pembelajar bahasa tersebut lupa pada sistem linguistik yang dipelajarinya. Dan kesalahan tersebut dapat terus berulang apabila tidak diperbaiki.

Terdapat faktor lain dalam kesalahan yaitu kekeliruan. Kekeliruan bersifat sementara, tidak tetap dan untuk memperbaikinya dapat dilakukan sendiri oleh pembelajar bahasa yang bersangkutan. Tapi, kesalahan bersifat permanent dan cara untuk memperbaikinya yaitu dapat melalui bantuan pengajar yang bersangkutan. Maka dari itu, kekeliruan tidak tepat untuk dijadikan sebagai sumber data analisis kesalahan, karena sifatnya yang tidak tetap dan terjadinya untuk sementara, maka apabila pembelajar bahasa lebih teliti, kekeliruan tersebut dapat diperbaiki oleh pembelajar bahasa tersebut. Karena itu, sumber data analisis kesalahan yang tepat adalah kesalahan.

2.3.3.Teori Analisis Kesalahan

Menurut Tarigan (1998:67) hubungan antara pengajar bahasa dan kesalahan berbahasa sangat erat kaitannya, karena dalam kesalahan


(4)

berbahasa tersebut tidak hanya dibuat oleh pembelajar yang mempelajari bahasa yang dipelajarinya, tetapi juga dibuat oleh pembelajar yang mempelajari bahasa ibu. Dari pernyataan di atas dalam kesalahan berbahasa umumnya diluar prakiraan para pengajar. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pemahaman pembelajar bahasa terhadap bahasa yang dipelajarinya. Biasanya kesalahan pada setiap pembelajar itu meliputi hal yang sama. Dari segi penyebabnya, dapat diidentifikasi ada kesalahan yang disebabkan oleh interferensi bahasa ibu.

Berdasarkan Ellis dalam Tarigan (1998: 68) definisis analisis kesalahan sebagai berikut.

“Analisis Kesalahan adalah suatu prosedur kerja, yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu”.

Menganalisis kesalahan yang dibuat oleh pembelajar bahasa dapat memberikan manfaat tertentu, karena pemahaman terhadap kesalahan itu merupakan umpan balik yang sangat penting bagi pengevaluasian dan

perencanaan penyusunan materi dan strategi pengajaran di kelas. Adapun tujuan dari analisis kesalahan menurut Tarigan (1998), antara lain :

1. Menentukan urutan penyajian butir-butir yang diajarkan dalam kelas dan buku teks, misalnya urutan mudah-sukar.

2. Menentukan urutan jenjang relative penekanan, penjelasan, dan latihan berbagai butir bahan yang diajarkan.


(5)

4. Memilih butir-butir bagi pengujian kemahiran siswa.

Terdapat contoh dalam Tarigan (1998:3), orang Sunda dalam menggunakan bahasa Indonesia sering mengucapkan fonem /f/ dan /v/ menjadi /p/. Seperti dalam kata-kata pasif, aktif, kreatif, fakultas, November

diucapkan menjadi pasip, aktip, kreatip, pakultas, Nopember, dan lain sebagainya. Berikut gambar mengenai latar belakang kesalahan berbahasa.

Grafik 1. Latar Belakang Kesalahan Berbahasa

Berdasarkan gambar di atas dapat kita simpulkan bahwa kesalahan berbahasa terjadi dalam pengajaran bahasa, pemerolehan belajar, kedwibahasaan, dan interferensi.

Berdasarkan definisi analisis kesalahan berbahasa Ellis dalam Tarigan (1998:170) sebagai berikut.

PENGAJARAN BAHASA

PEMEROLEHAN BAHASA

KEDWIBAHASAAN

INTERFERENSI

KESALAHAN BERBAHASA

UM

PA

N B

A

L


(6)

“Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sampel tersebut, pendeskripsian kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasiannya berdasarkan sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta pengevaluasian keseriusannya”.

Kesalahan berbahasa merupakan dampak negatif dari pemerolehan bahasa, kedwibahasaan dan interferensi. Kesalahan berbahasa umumnya terjadi karena kurang pemahaman dan ketelitian dari bahasa ibu terhadap penerapan bahasa kedua.