PEMANFASPEK K Pemanfaatan Prinsip Kerja Sama Dalam Komunikasi Diskusi Sebagai Aspek Keterampilan Berbicara Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 8 Di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta.

PEMANFAATAN PRIN
NSIP KERJA SAMA DALA
AM KOMUNIK
KASI DISKUS
SI SEBAGAI
K
LAN BERBIC
CARA MATA PELAJARAN
N BAHASA IN
NDONESIA
ASPEK KETERAMPIL
KELAS
S 8 DI SMP MUHAMMAD
M
IYAH 4 SURA
AKARTA
UNIV
VERSITAS M
MUHAMMADIIYAH SURAK
KARTA


PUB
BLIKASI ILM
MIAH
Disusun
n sebagai salah
h satu syarat m
menyelesaikan
n Program Studi Strata 1 pad
da Jurusan
Pendidikan Bahasa Indonesia
I
guruan dan Ilm
mu Pendidikaan
Fakultas Keg

Oleh:
Mega Ayu Tri Cahya Mulati
A310120169

PROGRA

AM STUDI PE
ENDIDIKAN
N BAHASA IN
NDONESIA
FAKUL
LTAS KEGUR
RUAN DAN ILMU
I
PENDIDIKAN
UNIV
VERSITAS M
MUHAMMADIIYAH SURAK
KARTA
2016

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

6L:[ pu6litNi ini tidrk EdtPt k!]n rdg

pem.h diijulen utul menpemleh scl, k s,j m di sutu P.IgtrI@ tinssi rlin seP janr
p.ns.tihud sala jusi i.L+ terd.pr kl'a rN Fnd:P* )ins P.dah &ulis .t dicAnlsn
otus lain, keuni ssm Enulis aim dxlin .rk I d{ dn.b$lgn d.lm daftdlLshl.
Densd ;ni

Ap:biL

sr:.a

lalil

neny*lhn ho[n d+ft

krbuLii ad1 L.tidik6emm dald Pern)n!fr sa,. di xtu, mile

saF peft atr:gusrlubl:n seP.nunn)".

TEAAL

IAJ


laee-7!i------. lll

w###,

,ld

PEMANFAATAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM KOMUNIKASI DISKUSI
SEBAGAI ASPEK KETERAMPILAN BERBICARA MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA KELAS 8 DI SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstrak
Diskusi termasuk dalam salah satu metode yang digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran, khususnya Bahasa Indonesia. Metode diskusi dapat melatih siswa dalam
keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek yang harus dimiliki
oleh siswa. Seorang siswa yang telah memiliki keterampilan berbicara akan mudah dalam
mengikuti diskusi. Kaitannya dengan keterampilan bebricara, siswa harus menerapkan prinsip
kerja sama. Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan bentuk prinsip kerja sama dan
pemanfaatannya yang digunakan oleh guru dan siswa dalam berdiskusi. Jenis penelitian yang
digunakan adalah kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa komunikasi yang

terjadi antara guru dan siswa pada saat proses pembelajaran (diskusi). Peneliti menggunakan
teknik simak rekam dalam pengumpulan data. Berdasarkan data yang telah dikaji, menunjukkan
bahwa adanya pemanfaatan prinsip kerja sama dalam setiap tuturan guru dan siswa. Prinsip kerja
sama tersebut meliputi adanya penggunaan maksim kuantitas, kualitas, relevansi, dan
pelaksanaan. Pemanfaatan prinsip kerja sama telah menunjukkan bahwa siswa telah
mengembangkan keterampilan bebrbicara. Tuturan antara siswa dan guru telah menunjukkan
adanya pemahaman makna yang diterima oleh mitra tutur dan penutur.
Kata kunci: diskusi, keterampilan berbicara, prinsip kerja sama.
Abstract
Discussions included in one of the methods used by the teacher in the learning process,
especially Indonesian. Discussion method can train students in speaking skills. Speaking skills is
one aspect that must be owned by the students. A student who has had speaking skills will be
easy to follow the discussion. Connection with speaking skills, students must apply the
principles of cooperation. The purpose of this study is to describe the shape of the principle of
cooperation and utilization used by teachers and students in discussion. This type of research is
qualitative. The data used in this study is the communication that occurs between teachers and
students during the learning process (discussions). Researchers used a technique refer to records
in data collection. Based on the data that has been studied, showed that the use of the principles
of cooperation in every speech of teachers and students. The principle of such cooperation
include the use maxim of quantity, quality, relevance, and execution. Utilization principles of

cooperation has shown that students have developed speaking skills. Speech between students
and teachers have demonstrated their understanding of the meaning accepted by the hearer and
the speaker.
Keywords: discussion, speaking skills, principles of cooperation.
1. PENDAHULUAN
Komunikasi digunakan oleh manusia sebagai salah satu cara untuk berinteraksi dengan
sesama untuk menyampaikan maksud dan tujuan melalui tuturan. Tuturan seseorang terjadi

1

apabila adanya penutur dan mitra tutur. Salah satu pentingnya diskusi adalah untuk menyamakan
atau menyatukan pendapat yang dilakukan melalui diskusi. Diskusi dilakukan untuk
membicarakan segala sesuatu yang bertujuan untuk menemukan titik terang dari suatu masalah.
Diskusi termasuk dalam salah satu metode yang digunakan guru dalam proses
pembelajaran. Kegunaan metode diskusi dalam proses pembelajaran yaitu untuk melatih
keterampilan siswa dalam aspek berbicara. Penggunaan metode diskusi akan membiat siswa
belajar unuk berkomunikasi dengan memperhatikan bahasa yang digunakan. Keterampilan
berbicara merupakan salah satu aspek yang harus dimiliki setiap individu. Mata pelajaran bahasa
Indonesia menuntut seorang siswa mempunyai keterampilan berbicara secara efektif. Seoran
pembicara dalam berkomunikasi diharapkan dapat menerapkan kaidah-kaidah agar komunikasi

berjalan efektif.
Kaidah yang dimaksud dalam ilmu pragmatik yaitu prinsip kerja sama. Cummings
(2007: 14) menyatakan kerja sama membentuk struktur kontribusi-kontribusi kita sendiri
terhadap percakapan dan bagaimana kita mulai menginterpretasi kontribusi-kontribusi lain.
Dalam prinsip kerja sama ada beberapa maksim yang terkandung di dalamnya. Achmad (2013:
131) menjelaskan bahwa maksim adalah “prinsip yang harus ditaati oleh peserta pertuturan
dalam berinteraksi baik secara tekstual maupun interpersonal dalam upaya melancarkan proses
komunikasi. Maksim tersebut berupa maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan
maksim pelaksanaan.
Wijana (2009: 42) menyatakan bahwa maksim kuantitas menghendaki setiap peserta
pertuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan
bicaranya. Yule (2006: 64) menyatakan bahwa maksim kualitas diharapkan tidak mengatakan
sesuatu yang diyakini salah dan tidak mengatakan sesuatu jika tidak memiliki bukti yang
memadai. Adapun Achmad (2013: 131) menjelaskan bahwa maksim relevansi diharapkan dapat
berjalan kerja sama yang benar-benar baik antara penutur dan mitra tutur, masing-masing
hendaknya dapat memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang dipertuturkan.
Rahardi (2007: 56-57) menjelaskan bahwa maksim pelaksanaan mengharuskan peserta
pertuturan secara langsung, jelas, dan tidak kabur. Orang bertutur dengan tidak
mempertimbangkan hal-hal itu dapat dikatakan melanggar prinsip kerja sama Grice, karena tidak
mematuhi maksim pelaksanaan. Berdasarkan beberapa teori mengenai maksim-maksim dalam

prinsip kerja sama sangat jelas bahwa komunikasi harus terjadi secara efektif. Beberapa
penelitian terdahulu yang relevan menunjukkan adanya beberapa peneliti yang telah mengkaji
mengenai prinsip kerja sama, baik pada segi pemanfaatan maupun pelanggaran.
Penelitian mengenai prinsip kerja sama telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu.
Penelitian Sari (2013) yang berjudul “Pelaksanaan Prinsip Kerja Sama Dalam Percakapan Guru
dan Siswa serta Dampaknya Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas XI SMAN I
Kediri” mengkaji mengenai prinsip kerja sama yang dilakukan oleh guru dan siswa. Penelitian
tersebut menjelaskan beberapa dampak positif yang dicapai dari pelaksanaan prinsip kerja sama.
Penelitian Sulistyowati (2014) yang berjudul “Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Implikatur
Percakapan dalam Film Petualangan Sherina Karya Riri Reza” menjelaskan mengenai beberapa
pelanggaran prinsip kerja sama yang dilakukan oleh tokoh dalam komunikasinya. Penelitian ini
juga mengkaji lebih lanjut mengenai implikatur yang dilanggar oleh tokoh dalam film tersebut.
Beberapa penelitian dalam jurnal internasional menunjukkan bahwa penelitian mengenai
prinsip kerja sama dalam pragmatik juga telah dikaji oleh beberapa peneliti. Penelitian Nancy
Ikaria (2015) yang berjudul “Bussiness Discourse: Analyses of Adherence of Cooperative
Principle in Sales Personnel-Customer Interaction” menjelaskan bahwa penelitiannya bertujuan
untuk mengetahui jenis maksim yang digunakan dalam bisnis penjualan. Beberapa maksim yang
temukan dalam penelitian tersebut berupa maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi,
dan maksim cara. Adapun dalam penelitian Nancy Ikaria (2015) menunjukkan bahwa maksim
kuantitas lebih besar mempengaruhi percakapan penjualan.


2

Penelitian Al-Qaderi (2015) yang berjudul “A Pragmatic Analysis of Applying Violating
the Maxim to the Yemeni Dialect” menjelaskan bahwa penelitian ini difokuskan pada
pelanggaran maksim yang terjadi saat percakapan berlangsung. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa implikatur juga ditemukan dalam bahasa Arab. Adapun maksim kualitas
dan maksim kuantitas adalah maksim yang sering dilanggar dalam percakapan. Adapun
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk pemanfaatan yang diguanakan dalam
komunikasi diskusi guru dan siswa. Penelitian ini menjadi satu kajian yang dipilih oleh peneliti
untuk mengetahui pemanfaatan prinsip kerja sama yang berkaitan dengan pemahaman siswa
terhadap materi.
2. METODE
Penelitian ini akan membahas mengenai bentuk prinsip kerja sama yang digunakan
dalam komunikasi diskusi pembelajaran bahasa Indonesia kelas 8 di SMP Muhammadiyah 4
Surakarta dan pemanfaatan prinsip kerja sama yang digunakan dalam komunikasi diskusi
pembelajaran bahasa Indonesia kelas 8 di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta. Jenis penelitian
yang digunakan adalah kualitatif dan desain penelitian yang digunakan berupa studi kasus dengan
cara observasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa saata melakukan proses
percakapan atau komunikasi dalm sebuah diskusi. Adapun data yang digunakan oleh peneliti

berupa tuturan guru dan siswa yang sudah memanfaatkan prinsip kerja sama. teknik
pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adala teknik ibservasi dan teknik simak rekam.
Adapun dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode padan pragmatik yang berupa
teknik dasar dan lanjutan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemanfataan prinsip kerja sama dalam komunikasi diskusi tentunya sangat penting bagi
setiap proses tindak tutur. Dalam proses pembelajaran tentunya akan ditemui diskusi yang
dilakukan antara guru dan siswa. Tuturan yang dilakukan antara guru dan siswa haruslah
memanfaatkan prinsi kerja sama agar makna yang disampaikan dapat dipahami. Pemanfaatan
prinsip kerja sama ini juga dapat mengajarkan pada siswa bahwa dalam berbicara ada beberapa
hal yang harus diperhatikan.
Peneliti terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang sah atau sesuai
dengan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian. Analisis data yang akan dilakukan
meliputi (a) bentuk prinsip kerja sama yang digunakan dalam komunikasi diskusi pembelajaran
bahasa Indonesia kelas 8 di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta dan (b) pemanfaatan prinsip kerja
sama yang digunakan dalam komunikasi diskusi pembelajaran bahasa Indonesia kelas 8 di SMP
Muhammadiyah 4 Surakarta. Beberapa data yang ditemukan yaitu tuturan guru dan siswa yang
memanfaatkan maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi, dan maksim cara.
3.1 Maksim Kuantitas
Berkomunikasi dalam proses pembelajaran tentunya harus dilakukan secara cermat. Hal

ini agar tidak terjadi kesalahpahaman antara penutur dan mitra tutur. Dalam menjelaskan,
seorang guru harus memberikan informasi yang memadai dan seinformatif mungkin. Sebaliknya
siswa juga harus memberikan jawaban pertanyaan guru secara informatif dan cukup.Maksim
kuantitas merupakan maksim yang mengharapkan setiap peserta pertuturan dapat memberikan
informasi yang cukup.
Maksim ini mengharuskan setiap penutur hanya menyampaikan informasi yang
dibutuhkan oleh lawan bicaranya. Beberapa data yang telah dikaji oleh peneliti menunjukkan
bahwa tuturan guru dan siswa sudah memanfaatkan maksim kuantitas sesuai dengan kaidahnya.
Berdasarkan data yang telah dianalisis oleh peneliti ditemukan lima bentuk maksim kuantitas.
Bentuk maksim tersebut berdasarkan kuantitas penugasan, waktu, tempat, materi, dan informasi.
Berikut data yang menunjukkan pemanfaatan maksim kuantitas.
Siswa :Diringkas bu?
Guru :Iya kan tugas dari kepala sekolah begitu.
Siswa :Bu bukunya novel boleh?

3

Guru

:Ya boleh saja, kepala sekolah kan tidak menentukan
bukunya.

Tuturan antara guru dan siswa di atas terlihat saling memberikan kontribusi yang
secukupnya. Guru hanya memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa. Oleh karena itu,
siswa dapat dengan mudah memahami maksud yang disampaikan oleh guru. Misalnya saat siswa
bertanya “Bu bukunya novel boleh?”, pada tuturan itu siswa hanya membutuhkan jawaban dari
guru iya atau tidak boleh. Jawaban dari guru “ya boleh saja,” kepala sekolah kan tidak
menentukan bukunya.” Jawaban dari guru sudah memadai dan informatif, sehingga maksim
kuantitas sudah dimanfaatkan dalam proses diskusi tersebut.
3.2 Maksim Kualitas
Maksim kualitas merupakan salah satu maksim yang mengharuskan adanya fakta, dan
bukti yang mendukung dari informasi yang disampaikan. Dalam maksim kualitas seorang
penutur tidak diperbolehkan untuk menginformasikan suatu hal yang diyakini salah. Dalam
pembelajaran seorang guru harus memberikan penjelasan maupun informai yang bersifat benar.
Hal tersebut akan membuat siswa mudah memahami serta komunikasi berjalan efektif.
Berdasarkan data yang telah dikaji oleh peneliti, terdapat dua bentuk tentang penggunaan
maksim kualitas. Bentuk maksim kualitas didasarkan pada kualitas materi dan kualitas informasi.
Berikut data yang menunjukkan pemanfaatan maksim kualitas.
Guru : daftar pustaka itu tidak perlu diberi nomer, jadi kalian tulis
pengarangnya, tahun terbit bukunya, judul bukunya, nama penerbitnya,
dan kota terbit.
Siswa

: lupa ki bu judulnya apa.

Tuturan guru yang menyatakan “daftar pustaka itu tidak perlu diberi nomer, jadi kalian
tulis pengarangnya, tahun terbit bukunya, judul bukunya, nama penerbitnya, dan kota terbit”
telah sesuai dengan acuan dalam penulisan daftar pustaka yang benar. Oleh karena itu,
penjelasan yang disampaikan oleh guru telah diyakini kebenarannya dan didukung oleh bukti
yang konkret. Hal itu telah sesuai dengan pemanfaatan maksim kualitas dalam prinsip kerja sama
Grice dalam pragmatik.
3.3 Maksim Relevansi
Maksim relevansi merupakan salah satu maksim yang mengharapkan adanya kontribusi
yang relevan. Tuturan yang dilakukan antara guru dan siswa harus berkesinambungan.
Kontribusi yang diberikan harus sesuai dengan topik yang diperbincangkan. Diskusi yang terjadi
antara guru dan siswa harus sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Hal itu berkaitan
dengan makna yang harus dipahami oleh penutur maupun mitra tutur. Konteks yang sama akan
membangun pemahaman yang sejalan antara penutur dan mitra tutur.
Pada proses diskusi yang terjadi antara guru dan siswa saat pelajaran menunjukkan
adanya pemanfaatan maksim relevansi. Maksim relevansi digunakan oleh guru dan siswa saat
berdiskusi tentang materi pelajaran. Hal itu terlihat saat tuturan guru dan siswa menujukkan
hubungan yang berkesinambungan. Adanya pemanfaatan ini juga menunjukkan keterampilan
berbicara telah dikuasai oleh siswa. Berdasarkan data yang telah dianalisis oleh peneliti, terdapat
dua bentuk data tentang pemanfaatan maksim relevansi. Bentuk maksim relevansi yang
digunakan didasarkan pada relevansi materi dan relevansi waktu. Berikut data yang menunjukkan
adanya pemanfaatan maksim relevansi dalam tindak tutur guru dan siswa.
Siswa : waktunya mepet sekali bu
Guru : dari minggu kemarin kan sudah dibilangin, tapi dia sendiri
yang teledor.
Siswa : kalau gak masuk kratonnya gimana bu?
Guru : ya kalau kamu gak masuk terus nanti hasilmu apa?
4

Dari tuturan yang terjadi di atas terjadi kesinambungan yang baik antara tuturan siswa
dan guru. Konteks yang dibicarakan dalam diskusi tersebut yaitu mengenai pengumpulan tugas.
Tuturan siswa yang menyatakan “waktunya mepet sekali bu” ditanggapi oleh guru yang
menyatakan “dari minggu kemarin kan sudah dibilangin, tapi dia sendiri yang teledor”
menunjukkan adanya hubungan kerja sama yang baik dalam bertuturan yaitu dengan
memanfaatkan maksim relevansi.
3.4 Maksim Pelaksanaan
Maksim pelaksanaan mengharuskan seorang penutur harus menyampaikan sebuah
tuturan dengan jelas. Informasi yang disampaikan harus jelas agar mitra tutur dapat memahami
makna yang disampaikan. Dalam pemanfaatan maksim ini hendaknya ungkapan yang
disampaikan jelas, singkat, runtut, dan tidak terjadi ketaksaan. Seorang guru saat menjelaskan
materi tentunya harus secara runtut dan jelas. Berdasarkan data yang telah dikaji, ditemukan dua
bentuk pemanfaatan maksim pelaksanaan dalam proses diskusi. Bentuk maksim pelaksanaan
tersebut didasarkan pada pelaksanaan tugas dan pelaksanaan materi. Berikut data yang
menunjukkan pemanfaatan maksim pelaksanaan.
Guru : sekarang kalian buka buku paketnya!
Siswa : halaman berapa bu?
Guru : 141 tema dan latar novel. Masih ingat unsur-unsur instrinsik
novel?
Siswa : masih bu. Tema, alur, amanat, penokohan, latar, sudut
pandang.
Keruntutan dan kejelasan makna dalam tindak tutur di atas telah dibuktikan dalam
proses percakapan antara guru dan siswa. Tuturan yang diungkapan oleh guru “sekarang kalian
buka buku paketnya!” bermaksud siswa membuka buku paket pada materi yang akan dibahas.
Adapun tuturan yang disampaikan oleh siswa yang berupa”halaman berapa bu?” bermaksud
untuk menanyakan halaman yang akan dibuka pada buku paket tersebut. Keruntutan yang terjadi
dalam tuturan di atas membuat makna yang disampaikan mudah dipahami.
Beberapa data tersebut menunjukkan adanya pemanfaatan prinsip kerja sama. Hal itu
ditunjukkan pada setiap tuturan yang terjadi selalu mematuhi maksim kuantitas, kualitas,
relevansi, dan pelaksaan. Berdasarkan penelitian terdahulu yang relevan yang dilakukan oleh sari
(2013) memiliki persamaan dengan penelitian ini. Persamaan tersebut terlihat dalam hasil yang
diperoleh peneliti. Penelitian Sari (2013) menjelaskan bahwa pelaksanaan prinsip kerja sama yang
dilakukan oleh guru ditandai dengan tuturan yang mematuhi maksim kuantitas, kualitas,
relevansi, dan pelaksanaan. Adapun penelitian ini juga menyajikan hasil mengenai pemanfaatan
prinsip kerja sama yang digunakan guru dan siswa pada saat berdiskusi.
Apabila dibandingkan dengan penelitian Rahmita Sari (2015) terdapat perbedaan hasil
yang dicapai dalam penelitian. Perbedaan tersebut terletak pada hal yang dikaji. Penelitian
Rahmita Sari (2015) meneliti mengenai pelanggaran prinsip kerja sama yang pada tindak tutur
guru. Adapun dalam penelitian ini lebih difokuskan pada pemanfaatan prinsip kerja sama pada
tuturan guru dan siswa. Pada penelitian ini menjelaskan maksim-maksim yang digunakan pada
saat guru dan siswa melakukan diskusi di kelas.
Penelitian ini mengkaji mengenai pemanfaatan prinsip kerja sama dalam tuturan guru
dan siswa. Hasil yang telah dicapai menunjukkan bahwa tuturan guru dan siswa dalam diskusi
telah memanfaatkan prinsip kerja sama dengan baik. Beberapa penelitian terdahulu yang relevan
memfokuskan penelitiannya pada pelanggaran pinsip kerja sama dan objek yang dikaji hanya
difokuskan pada tuturan guru. Adapun penelitian ini menunjukkan bebrapa perbedaan dengan
penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut ditunjukkan pada hasil yang dicapai yaitu berupa
pemanfaatan prinsip kerja sama, objek yang dkaji adalah tuturan guru dan siswa saat diskusi
pelajaran, data dihasilkan dari tutran guru dan siswa yang bersifat formal maupun nonformal.
PENUTUP

5

Berdasarkan tuturan guru dan siswa saat proses diskusi menunjukkan beberapa bentuk
pemanfaatan prinsip kerja sama. Bentuk tuturan tersebut meliputi empat maksim dalam prinsip
kerja sama. Terdapat 10 data mengenai maksim kuantitas yang menunjukkan bahwa tuturan yang
disampaikan bersifat informatif dan sesuai kebutuhan mitra tutur. Dalam maksim kualitas
terdapat 9 data yang menunjukkan tuturan guru dan siswa disampaikan berdasarkan fakta dan
bukti yang mendukung. Maksim relevansi ditemukan 10 data yang menunjukkan hubungan yang
berkesinambungan antara konteks yang dibangun penutur dan mitra tutur. Adapun dalam
maksim pelaksanaan terdapat 5 data yang menunjukkan adanya tuturan yang disampaikan secara
runtut dan jelas.
Pemanfaatan prinsip kerja sama dalam komunikasi diskusi guru dan siswa saat pelejaran
telah sesuai dengan teori yang ada. Beberapa data yang ada telah menunjukkan bahwa setiap
tuturan telah memanfaatkan maksim yang ada. Baik maksim kuantitas, kualitas, relevansi, dan
pelaksanaan telah dimanfaatkan oleh guru maupun siswa. Pemanfaatan maksim-maksim dalam
tuturan siswa juga menunjukkan bahwa siswa telah mengembangkan keterampilan berbicaranya.
Hal itu terbukti pada saat siswa menyampaikan hal-hal secara informatif, jelas, runtut, sesuai
fakta, dan juga sesuai dengan kebutuhan mitra tutur.
PERSANTUNAN
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas ridho-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dan artikel publikasi ini. Adapun dengan ketulusan
hati penulis berterima kasih kepada Prof. Dr. Abdul Ngalim, M.Hum yang telah membimbing
dengan ikhlas dan sabar sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu. Penulis juga berterima
kasih kepada seluruh teman-teman PBI 2012 dan almamater tercinta Universitas
Muhammadiyah Surakarta atas kerja sama serta dukungan, semangat, dan motivasinya.
Daftar Pustaka
Cummings, Louise. 2007. Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Achmad, Alex Abdullah. 2013. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga.
Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2009. Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teori
Dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.
Yule, George.1996. Pragmatic:.diterjemahkan oleh Mustajab, Rombe. 2006. Pragmatik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahardi, Kunjana. 2007. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Sari, Ni Wayan Eminda. 2013. “Pelaksanaan Prinsip Kerja Sama Dalam Percakapan Guru dan
Siswa Serta Dampaknya Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas XI
SMAN 1 Kediri, jurnal santiaji pendidikan.” Jurnal Santiaji Pendidikan 3 (2). Diakses
pada
28
Desember
2015
(http://jurnal.unmas.ac.id/index.php/JSP/article/view/19).
Sulistyowati, Winda. 2014. “Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Dan Implikatur Percakapan Dalam
Film Petualangan Sherina Karya Riri Reza.” Skriptorium 2 (2). Diakses pada 29
desember 2015 (http://www.journal.unair.ac.id).
Ikaria, Nancy, dan Maina. 2015. “Business Discourse: Analyses of Adherence of Cooperative
Principle in Sales Personnel-Customer Interaction.” International Journal of Science
and Research (IJSR) 4 (9). Diakses pada 30 Maret 2016 ( http://www.ijsr.net).

6

Al-Qaderi, Issa Ali Umar. 2015. “A Pragmatic Analysis of Applying Violating the Maxim to the
Yemeni Dialect.” International Journal of Linguistic 7 (6). Diakses pada 30 Maret
2016 ( http://www.macrothink.org).

7

Dokumen yang terkait

PRINSIP KERJA SAMA DAN SOPAN SANTUN PADA KOMUNIKASI SISWA SMP MUHAMMADIYAH I PRINGSEWU DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP

1 28 285

PEMANFAATAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM KOMUNIKASI DISKUSI SEBAGAI ASPEK KETERAMPILAN BERBICARA Pemanfaatan Prinsip Kerja Sama Dalam Komunikasi Diskusi Sebagai Aspek Keterampilan Berbicara Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 8 Di SMP Muhammadiyah 4 Surak

0 4 15

PENDAHULUAN Pemanfaatan Prinsip Kerja Sama Dalam Komunikasi Diskusi Sebagai Aspek Keterampilan Berbicara Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 8 Di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta.

0 4 4

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAKAN Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Dengan Menggunakan Media Lagu Di Kelas 4 SD Negeri Nayu Barat 1 Surakarta Tahun Ajaran 2012/201

0 1 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V MELALUI Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V Melalui Metode Sosiodrama Di SDN Kateguhan 02 Tawangsari Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/

0 2 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V MELALUI Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V Melalui Metode Sosiodrama Di SDN Kateguhan 02 Tawangsari Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/

0 1 11

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN DISKUSI DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Diskusi Dalam Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VIII B SMP N 2 Doplang Tahun Ajaran 2010/2011.

0 1 13

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA DISKUSI SISWA SMANEGERI 4 SURAKARTA : KAJIAN DENGAN PRINSIP KERJA SAMA GRICE DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR KETERAMPILAN BERBICARA

0 1 21

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SMP NEGERI 8 SURAKARTA

0 0 80

1 PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA

0 1 18