TANGGAPAN PENGELOLA ATAS DILARANGNYA PERLAKUAN KEGIATAN BACA, TULIS, DAN HITUNG DI LEMBAGA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Studi Kasus pada Satuan PAUD di Kota Pematangsiantar.

TANGGAPAN PENGELOLA ATAS DILARANGNYA PERLAKUAN
KEGIATAN BACA, TULIS, DAN HITUNG DI LEMBAGA
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
(Studi Kasus pada Satuan PAUD di Kota Pematangsiantar)

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

RAVON ROLAN TUA
NIM : 1123371019

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016

ABSTRAK


RAVON ROLAN TUA. NIM. 1123371019 : Tanggapan Pengelola atas
Dilarangnya Perlakuan Kegiatan Baca, Tulis, dan Hitung di
Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (Studi pada Satuan PAUD
di Kota Pematangsiantar). Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Medan, 2016.
Masalah dalam penelitian ini adalah masih diterapkannya pembelajaran
calistung di lembaga PAUD untuk peserta didiknya, sementara Pemerintah dan Dinas
Pendidikan sudah melarang penerapan tersebut karena dianggap tidak sesuai dengan
anak usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tanggapan
pengelola PAUD atas larangan Calistung di Kota Pematangsiantar.
Teori yang digunakan adalah menurut Piaget serta Dahar yang menyatakan
bahwa pembelajaran calistung tidak sesuai untuk anak Usia dini. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. populasi dalam penelitian
ini adalah sebanyak 159 pengelola PAUD di kota Pematangsiantar terdiri dari 6 jenis
satuan PAUD. Sampel dalam penelitian ini ada sebanyak 36 sampel atau 22% dari
populasi satuan PAUD kota Pematangsiantar serta teknik pengambilan sampel
dilakukan secara acak dengan menggunakan angka random.
Dari deskripsi hasil penelitian, diperoleh rata-rata skor tanggapan pengelola
PAUD terhadap larangan Calistung pada pembelajaran di tingkat PAUD adalah 2,97
dengan standar deviasi adalah 1,53. Besaran rata-rata ini menunjukkan bahwa ratarata tanggapan pengelola atas larangan calistung di PAUD kota Pematangsiantar

berada pada kategori sedang (kurang setuju). Dengan kata lain berdasarkan rata-rata
tersebut menunjukkan bahwa peraturan pemerintah terhadap larangan calistung
belum sepenuhnya diterima atau dilaksanakan oleh pengelola PAUD. Berdasarkan
hasil deskripsi dari tiga aspek penelitian, aspek perasaan memiliki frekuensi sebanyak
14 orang atau 38% berada pada kategori tidak setuju, aspek penerimaan sebanyak 15
orang atau 41% berada pada kategori tidak setuju dan aspek pemahaman masingmasing sebanyak 13 orang atau 36% berada pada kategori sangat setuju dan sangat
tidak setuju, Dari hasil penelusuran tersebut, ternyata aspek “perasaan dan
penerimaan” lebih memberikan sumbangan dominan terhadap larangan calistung
karena memiliki frekuensi yang lebih tinggi dan berada pada kategori tidak setuju.
Sedangkan dari aspek “pemahaman” dapat terlihat bahwa adanya persamaan jumlah
frekuensi tertinggi yang menjawab sangat setuju dan sangat tidak setuju. Maka dapat
terlihat jelas bahwa tanggapan pengelola PAUD kota Pematangsiantar memiliki
tendensi yang berada pada kategori sangat tidak setuju. Dengan kata lain pengelola
PAUD kota Pematangsiantar memiliki kecenderungan berada pada kategori sangat
tidak setuju terhadap larangan calistung.

i

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi yang berjudul
“Tanggapan Pengelola atas Dilarangnya Perlakuan Kegiatan Baca, Tulis, dan
Hitung di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (Studi pada Satuan PAUD di
Kota Pematangsiantar).” merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana
kedokteran gigi. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari partisipasi dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada :
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku rektor Universitas Negeri Medan.
2. Dr. Nasrun Nasution, M.S. selaku dekan Fakultas Ilmu Pendidikan.
3. Ibu Dra. Rosdiana, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah.
4. Bapak Dr. Sudirman, SE, M.Pd selaku dosen pembimbing penulis dalam
melakukan penelitian ini, penulis mengucapkan terimakasih atas bimbingan,
saran, dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
5. Bapak Drs. Resman Panjaitan selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota
Pematangsiantar yang telah memberi kesempatan penulis yang akan
melakukan penelitian di lembaga yang beliau pimpin.
6. Bapak Hotma Aritonang S.Pd selaku Kabid Pendidikan Non-formal yang
selalu memberikan informasi arahan dan bimbingan kepada penulis pada saat
penulis melakukan penelitian di lokasi penelitian.
7. Kepada orangtua saya ayahanda Humuntal Marbun dan ibunda Hotnida

Lumbantoruan yang sangat saya cintai dan hormati yang tak henti-hentinya
ii

iii

memberikan dukungan, doa, nasehat, dan motivasi hingga sampai detik ini
penulis tetap kuat dan bersemangat dalam menyelesaikan studi.
8. Seluruh civitas akademika Jurusan Pendidikan Luar Sekoah yang telah
memberikan dukungan moril kepada penulis.
9. Kepada sahabat-sahabat saya Jetro Sinurat, Eva Marito Febrinaya Marbun,
Ardiles Tumanggor, Fyan Samosir, Henky Sipahutar, Rio Napitupulu, Andri
F Simbolon terima kasih atas kasih sayang dan dukungan yang diberikan
hingga saat ini.
10. Serta seluruh pihak yang ikut membantu, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Penulis hanya bisa berdoa, semoga Tuhan membalas kebaikankebaikan mereka dengan setimpal. Amin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis memohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan skripsi
ini. Kritik dan saran kami hargai demi penyempurnaan penulisan serupa dimasa yang
akan datang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat
bernilai positif bagi semua pihak yang membutuhkan.


Medan, Agustus 2016
Peneliti,

Ravon Rolan Tua Marbun

iv

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK

i

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI


iv

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR LAMPIRAN

ix

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.

1

B. Indentifikasi Masalah


4

C. Batasan Masalah

5

D. Perumusan Masalah

5

E. Tujuan Penelitian

5

F. Manfaat Penelitian

5

BAB II : KAJIAN TEORI

A. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

7

1.1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

7

1.2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

12

1.3. Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

13

iv

v


B. Tanggapan Penyelenggara PAUD

16

1.1. Pengertian Tanggapan

16

1.2. Pengertian Pengelola PAUD

17

C. Pelarangan Penerapan Calistung di Lembaga PAUD

19

1.1. Calistung di Lembaga PAUD

19


1.2. Larangan Calistung

24

BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

28

B. Populasi dan Sampel

28

C. Teknik Pengumpulan Data

31

D. Teknik Analaisis Data

32


E. Lokasi dan Waktu Penelitian

35

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Lokasi Penelitian

36

B. Deskripsi hasil Penelitian

41

1.1. Rata-Rata dan Standart Deviasi

41

1.2. Kategori Tanggapan Pengelola PAUD

41

C. Pembahasan

48

1.1. Aspek Perasaan

48

1.2. Aspek Penerimaan

49

1.3. Aspek Pemahaman

50

1.4. Pembahasan

59

vi

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

53

B. Saran

53

DAFTAR PUSTAKA

55

LAMPIRAN

57

vii

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Jumlah Pengelola PAUD di Pematang Siantar

29

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket

31

Tabel 3.3 Kategori Tanggapan Pengelola

33

Tabel 3.4 Kategori Berdasarkan Aspek Tanggapan

34

Tabel 4.1 Kategori Tanggapan Pengelola PAUD

42

Tabel 4.2 Distribusi Berdasarkan Aspek Tanggapan

46

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kabid Pendidikan Non Formal

40

Gambar 4.2 Diagram Tanggapan Atas Larangan Calistung

43

Gambar 4.3 Diagram Berdasarkan Aspek Tanggapan

47

viii

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang cukup
penting dan bahkan menjadi landasan kuat untuk mewujudkan generasi yang
cerdas dan kuat. Dewasa ini banyak anggota masyarakat yang mendirikan
berbagai lembaga pendidikan anak-anak usia dini. Hal ini terjadi bukan saja di
negara-negara yang sudah maju, melainkan juga di beberapa negara yang belum
semaju negara adidaya, termasuk Indonesia. Masyarakat Indonesia pada
umumnya, terutama melalui yayasan-yayasan pendidikan swasta dan organisasi,
telah banyak yang menyelenggarakan pendidikan anak usia dini di seluruh
pelosok tanah air. Fungsi PAUD juga dianggap sebagai salah satu cara untuk
menciptakan bibit-bibit unggul untuk masa depan bangsa, karena pada usia dini
itulah anak-anak akan melewati masa keemasan (golden age). Masa-masa dimana
kemampuan otak anak untuk menyerap informasi apapun yang diberikan akan
berdampak bagi si anak dikemudian hari.
PAUD berfungsi membina, menumbuhkan dan mengembangkan seluruh
potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan
dasar sesuai dengan tahap perkembangannya.

Hal tersebut sejalan dengan

undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionalpasal
1 point 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.1Maka tidak heran apabila rata-rata orang

2

tua dan satuan PAUD di Indonesia menginginkan adanya pelaksanaan Calistung
(Baca, Tulis, Hitung) untuk anak usia dini, demi mempersiapkan bekal anak
dalam menghadapi jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Keinginan orang tua ataupun para pendidik untuk mulai mengajarkan
calistung pada anak sejak usia dini adalah wajar. Karena ingin memanfaatkan
masa keemasan dimana kemampuan otak anak untuk menyerap banyak informasi.
Sehingga tidak heran rata-rata orang tua menginginkan agar anak-anak mereka di
ajarkan calistung. Namun hal ini tidak sesuai dengan salah satu prinsip PAUD
yaitu bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Dimana kegiatan
bermain adalah hal yang lebih diutamakan sebagai sarana untuk belajar anak. Hal
ini juga senada dengan Vygotsky, 1920 dalam Saniy, (2014) bahwa bermain dan
berkreatifitas yang bersifat konkrit dapat memberikan momentum alami bagi anak
untuk belajar sesuatu sesuai dengan tahap perkembangannya dan kebutuhan
spesifik anak.
Bermain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan bagi anak usia dini,
dengan bermain anak dapat memuaskan tuntutan dan perkembangan anak.
Dengan menciptakan lingkungan bermain anak akan siap untuk berpartisipasi
dalam dunia pendidikan awalnya, sebaliknya, bila anak mengalami tekanan
dengan suasana akademis, secara umum anak usia dini tidak akan merasakan
momentum alami sesuai dengan perkembangannya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Dahar (1989) bahwa pada sel otak anak usia dibawah 7 tahun belum
seluruhnya terhubung secara sempurna. Pendapat tersebut juga sesuai dengan
surat edaran Departemen Pendidikan nasional Direktorat Jendral manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor: 1839/C.C2/TU/2009 yang menyatakan

3

bahwa prinsip pendidikan pra-sekolah yaitu “Bermain sambil belajar dan belajar
seraya bermain, bermain merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi
anak didik. Sebelum bersekolah, bermain merupakan cara alamiah untuk
menemukan lingkungan, oranglain dan dirinya sendiri”. Selain itu, surat edaran
tersebut juga melarang adanya calistung, belajar bahasa asing, adanya pemberian
pekerjaan rumah, serta adanya kegiatan wisuda bagi anak usia dini. Namun yang
terjadi dilapangan khususnya seluruh lembaga PAUD yang ada di kota
Pematangsiantar rata-rata masih melaksanakan hal tersebut
Alasan lembaga PAUD tentang pelaksanaan calistung memang bisa berbeda
satu sama lain, Berdasarkan informasi dari Kepala Bidang Pendidikan Non
Formal (Kabid PNF) di Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar menyatakan
larangan calistung keseluruh lembaga PAUD di seluruh kota Pematangsiantar, dan
rata-rata satuan PAUD di Pematangsiantar melakukan penerapan proses belajar
calistung didorong karena masih adanya lembaga pendidikan sekolah dasar (SD)
yang masih melakukan tes untuk penerimaan siswa baru. Hal ini tentu tidak
sejalan dengan PP No 17 Tahun 2010, pasal 69 butir 5 yang berisi bahwa
penerimaan peserta didik kelas 1 (satu) SD/MI atau bentuk lain yang sederajat
tidak didasarkan pada hasil tes kemampuan calistung, atau bentuk seleksi lainnya.
Rata-rata lembaga PAUD kota Pematangsiantar yang melaksanakan calistung
berpendapat bahwa kemampuan penyerapan otak anak yang baik harus
dimanfaatkan untuk memulai membaca menulis dan berhitung, anak akan lebih
siap untuk jenjang pendidikan selanjutnya, bahkan dengan mengajarkan calistung
juga untuk menarik perhatian orang tua yang ingin anaknya cepat pintar demi
menambah jumlah peserta didiknya. Bagi lembaga yang tidak menyelenggarakan

4

calistung tentu tidak ingin mengambil resiko untuk perkembangan yang baik bagi
anak usia dini, karena memang perkembangan anak usia dini bukan dari segi
akademis saja, tetapi juga harus mengutamakan motorik serta sikap dan perilaku
peserta didik. Keragaman persepsi yang demikian itu wajar terjadi pada kalangan
masyarakat awam. Namun hal demikian tidaklah tepat terjadi pada kalangan
pendidik profesional khususnya tutor PAUD di kota Pematangsiantar yang
memang secara khusus dipersiapkan untuk perkembangan anak usia dini demi
generasi muda kota Pematangsiantar yang lebih baik.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Tanggapan Penyelenggara atas Dilarangnya
Perlakuan Kegiatan Baca, Tulis, dan Hitung di Lembaga Pendidikan Anak
Usia Dini (Studi pada Satuan PAUD di Kota Pematangsiantar).

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang

masalah diatas maka dapat diidentifikasi

masalahnya sebagai berikut:
a. Kurangnya pengetahuan orangtua terhadap pemberian pembelajaran
perkembangan anak yang sesuai dengan tahapan usianya.
b. Kurangnya kesadaran orangtua dan pengelola PAUD akan pentingnya
mengembangkan potensi peserta didik dengan bermain.
c. Banyaknya penerimaan siswa/I baru sekolah dasar yang masih melakukan
ujian tes calistung.

5

d. Kurangnya pengetahuan pengelola PAUD terhadap pemberian pembelajaran
berdasarkan perkembangan anak yang sesuai dengan tahapan usianya.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, Fokus penelitian yang dibatasi
hanya pada tanggapan pengelola atas dilarangnya perlakuan kegiatan baca, tulis,
dan hitung di Lembaga pendidikan anak usia dini.

D. Rumusan masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah maka penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai: Bagaimana tanggapan pengelola PAUD terhadap larangan
calistung ?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, Tanggapan pengelola
PAUD di kota Pematangsiantar terhadap larangan calistung.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai
berikut:
a.

Manfaat Teoritis
Bermanfaat untuk: (1) Memberikan pengetahuan dan wawasan pada

pengelola PAUD untuk mengenal kesesuaian pemberian pembelajaran calistung
dengan tahap tumbuh kembangpeserta didiknya (2) Sebagai bahan informasi bagi
peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian tentang calistung di
PAUD kota Pematangsiantar.

6

b.

Manfaat Praktis
Bermanfaat untuk: (1) meningkatkan pemahaman pengelola PAUD Hasil

penelitian inidiharapkan anak menjadi lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan
belajaryang mengutamakan bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain.
(2) Penelitian ini sebagai sumber informasi dan referensi kajian dalam
pengambilan

keputusan

penyelenggaraan test

bagi

sekolah

dasar

menyangkut

dilakukannya

untukpenerimaan siswanya.(3) Penelitian ini

juga

diharapkan dapat merubah pemikiran orang tua yang menganggap bahwa belajar
membaca, menulis, dan berhitung adalah yang terutama, serta pengetahuan
mengenai tahapan-tahapan tumbuh kembang.

1

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan didapat kesimpulan
hasil penelitian, yaitu :
1.1. Besaran rata-rata ini menunjukkan bahwa rata-rata tanggapan pengelola
atas larangan calistung di PAUD kota Pematangsiantar berada pada
kategori sedang (kurang setuju). Dengan kata lain hasil rata-rata tersebut
menunjukkan bahwa larangan calistung merupakan tindakan pemerintah
yang masih kurang diterima oleh pengelola.
1.2. Aspek perasaan dan penerimaan memiliki sumbangan frekuensi yang
dominan dan diikuti dengan aspek pemahaman berada pada kategori
sangat tidak setuju, dan dapat dilihat bahwa adanya tendensi bahwa
tanggapan pengelola PAUD terhadap larangan calistung lebih cenderung
sangat tidak setuju, dengan kata lain tanggapan pengelola PAUD kota
Pematangsiantar memiliki kecenderungan sangat menolak larangan
calistung.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka peneliti
meberikan beberapa saransebagai berikut:
1.1. Perlu adanya kegiatan sosialisasi
Pendidikan terhadap orangtua murid.

53

dari pihak pemerintah dan Dinas

54 2

1.2. Sebaiknya dalam mensosialisasikan larangan calistung disertai psikolog
untuk anak usia dini atau

bukti ilmiah yang mendukung larangan

calistung.
1.3. Perlu adanya sanksi tegas untuk PAUD yang melaksanakan calistung.
Serta sekolah dasar (SD) yang mengadakan kegiatan test untuk
penerimaan murid baru.
1.4. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang objek larangan calistung baik
dari peserta didik maupun orangtua.

56

Daftar Pustaka
Sumber Buku:
Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Dahar, Ranta Willis. 1989. Teori teori belajar. Jakarta: Erlangga.
Dhieni, Dkk. 2007. Metode Pengembangan Bahasa: Hakikat Perkembangan Bahasa
Anak. Semarang : IKIP Veteran.
Djago Tarigan, H.G. Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Penerbit Angkasa.
Djalaludin Rakhmat. 1999. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Djuanda, D. (2008). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia di Sekolah
Dasar. Bandung: Pustaka Latifah.
Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno. 2009. Pembelajaran Menulis. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Fadillah, Muhammad. 2014. Desain Pembelajaran PAUD Tinjauan Teoretik &
Praktik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Cetakan II.
Gulo, Dali. 1982. Psikologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Mitfah T. 1992. Tanggapan dan Jenisnya. Jakarta: Gholia Indonesia
Nuryanti L. 2008. Psikologi anak. Jakarta: Indeks
Riduwan, Dkk. 2012. Cara Menggunakan dan Memaknai Path Analysis. Bandung:
Alfabeta.
Semi, Atar M. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa.
Sobur Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Sudjana. 2001. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Indeks.

55

56

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sriningsih, N. 2008. Pembelajaran Matematika Terpadu Untuk Anak Usia Dini.
Bandung : Pustaka Sebelas.
Slamet. 2008. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah
Dasar. Surakarta: UNS Press.
Putro Widotoko Eko. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Sumber jurnal:
Istiyani, Dwi. 2013. Model Pembelajaran Membaca Menulis Menghitung (Calistung)
Pada Anak Usia Dini Di Kabupaten Pekalongan. Jurnal Penelitian, X (1): hlm
1-18.
Saniy, Mawari. 2014. Perbandingan Prestasi Belajar Matematika Siswa SD Negeri
Sampangan 02 Semarang Yang Mendapat Calistung Dan Tidak Mendapat
Calistung Di Taman Kanak-Kanak. Educational Psychology Journal, III (1):
hlm 14-18.
Sumber Skripsi:
S, Prayetno. 2014. Tanggapan Narapidana Terhadap Program Pembinaan di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Anak Tanjung Gusta Medan. Medan: FIP
UNIMED
Sumber Dokumen Resmi Pemerintah:
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah. Surat Edaran Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Taman Kanak-Kanak dan Penerimaan Siswa
Baru Sekolah Dasar. SE No. 1839/C.C2/TU/2009.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2013.
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penilik dan Angka Kreditnya. 2013.
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.