IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KABUPATEN PURWOREJO (Studi Tentang Implementasi PAUD Non Formal)

DI KABUPATEN PURWOREJO (Studi Tentang Implementasi PAUD Non Formal)

Disusun Oleh: ARDINI SETYAWATI D0108001 SKRIPSI

Disusun Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Jika orang berpegang pada keyakinan, maka hilanglah kesangsian. Tetapi, jika orang sudah mulai berpegang pada kesangsian, maka hilanglah keyakinan (Sir Francis Bacon)

Apapun yang kamu bisa atau kamu bayangkan kamu bisa, maka lakukanlah, karena dalam keberanian terdapat kejeniusan, keajaiban dan kekuatan (Goethe)

Bersyukur adalah jalan yang mutlak untuk mendatangkan lebih banyak kebaikan ke dalam hidup Anda ( Marchi Shimoff )

Tulisan ini penulis persembahkan untuk :

1. Bapak dan Ibu tercinta, karena merekalah semangat bagi peneliti untuk tetap maju, serta selalu mendukung dan memberikan motivasi selama ini.

2. Adikku serta seluruh keluarga yang mendoakan dan memberi dorongan.

3. Seseorang yang selalu memberikan dorongan, semangat dan motivasi.

4. Teman-teman dan sahabatku yang senantiasa memberikan motivasi selama dalam penulisan skripsi ini.

Bismillahirrahmaanirrahim

alamiin, segala puji syukur penulis panjatkan ke

hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KABUPATEN PURWOREJO (Studi Tentang Implementasi PAUD Non Formal)

Penulis menyadari bahwa sejak awal hingga selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan, dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Retno Suryawati, M.Si selaku pembimbing penulisan skripsi, atas bimbingannya, arahan, dan motivasi serta kesabarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti N, M.Si selaku pembimbing akademis, atas bimbingan akademis yang telah diberikan selama ini.

3. Bapak Drs. Is Hadri Utomo, M.Si dan Ibu Dra. Sudaryanti selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Purworejo yang telah membantu dan memberikan kemudahan di dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Tri Rokhani selaku Staff Seksi PAUD dan Kesetaraan dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Purworejo yang memberikan kemudahan dan senantiasa membantu penyusunan skripsi ini.

7. Para pendidik dari Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal yang telah membantu dan memberikan kemudahan di dalam penyusunan skripsi ini.

8. Kedua orang tuaku yang telah memberikan kasih sayang dan kesabaran yang tiada habisnya dan tidak tergantikan untuk setiap dukungan dan doa restu yang tidak pernah putus.

9. Adikku atas doa dan dukungannya.

10. Seseorang yang selalu memberikan semangat dan motivasinya.

11. Teman-teman Lavender (Nat, Prista, Amink, Indah, Oki, Kori, Ike, Yustin, Mbak Desi, Mbak Erna, Lian, Sari, Tika, Lintang, Ria, Mutia, Kiki, Mbak Elis) atas kebersamaan kita selama ini.

12. Teman-teman seperjuangan Winda, Fara, Septi, Fury, Mbak Nis, Mud-Mud, Wiwit, Mbak Tandes, Tata yang mendukung dan memotivasi.

13. Teman-

08, tetap semangat dan sukses selalu.

14. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan skripsi ini.

oleh karena itu kritik dan saran yang menuju ke arah perbaikan skripsi ini akan penulis perhatikan. Meskipun demikian, penulis berharap agar penelitian ini dapat dijadikan awal bagi penelitian selanjutnya yang lebih mendalam dan dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membutuhkan.

Surakarta, Juni 2012

Penulis

Halaman Tabel 1.1 Perbandingan Jumlah Peserta PAUD Formal Dan

Non Formal Di Kabupaten Purworejo Tahun 2010 Dan Tahun 2011 ...................................................................... 5

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 29 Tabel 4.1 Jumlah Desa, Kelurahan Dan Luas Kecamatan ........................... 40 Tabel 4.2 Data Jumlah Lembaga PAUD Non Formal Baik Yang

Sudah Mendapat Ijin Maupun Belum Mendapat Ijin Tahun 2011 ................................................................................. 61

Tabel 4.3 Data Jumlah Peserta Pelatihan Pendidik PAUD Non Formal Tingkat Provinsi Tahun 2011 ......................................... 70

Tabel 4.4 Data Jumlah Dana Rintisan PAUD Non Formal ......................... 72 Tabel 4.5 Daftar Lembaga PAUD Non Formal Di Tiap-Tiap

Kecamatan Yang Belum Memperoleh Dana Tahun 2011 Dari 180 KB, 103 SPS Dan 11 TPA .......................................... 88

Tabel 4.6 Matrik Implementasi Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Non Formal .......................................................... 94

Halaman Gambar 2.1 Diagram: Dampak Langsung Dan Tidak Langsung

Dalam Implementasi .......................................................... 15

Gambar 2.2 Gambaran Mengenai Kerangka Berpikir ........................... 31 Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif ................................................... 38 Gambar 4.1 Bagan Organisasi Dinas P Dan K ...................................... 45 Gambar 4.2 Bagan Susunan Organisasi UPT P Dan K Wilayah

Pada Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo ........................................................................... 51

Gambar 4.2 adalah sentra ibadah .......................................................... 64 Gambar 4.3 adalah sentra perang ............................................................. 64 Gambar 4.4 adalah sentra musik dan olah tubuh .................................... 64 Gambar 4.5 adalah sentra seni dan kreativitas ....................................... 64 Gambar 4.6 adalah sentra persiapan ....................................................... 65

Gambar 4.7 adalah sentra bahan alam .................................................... 65 Gambar 4.8 adalah sentra balok ............................................................. 65 Gambar 4.9 adalah ruang bermain dan belajar di dalam ruangan ............ 66 Gambar 4.10 adalah kegiatan untuk sentra bahan alam yang

dilakukan di luar ruangan .................................................. 66

Ardini Setyawati, D0108001, Implementasi Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kabupaten Purworejo (Studi Tentang Implementasi PAUD Non Formal), Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2012, 106 Hal.

Meskipun Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kabupaten Purworejo sudah dilaksanakan sejak tahun 2002, tetapi masih ada isu yang berkembang tentang proses pelaksanaannya, antara lain isu mengenai perkembangan jumlah peserta didik PAUD non formal yang masih sedikit dibandingkan PAUD formal. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kabupaten Purworejo serta faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan program tersebut.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Tehnik pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumen maupun arsip. Penentuan informan diperoleh dengan tehnik purposive sampling .Tehnik analisis data yang digunakan adalah yaitu melalui reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan atau verifikatif, sedangkan validitas data menggunakan triangulasi data.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa implementasi Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo, terdiri dari tiga tahap yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan pengawasan. Dalam sosialisasi masih kurang maksimal, karena belum rutin dan hanya jika ada anggaran. Pelaksanaan dimulai dengan pembentukan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini, pelatihan pendidik, dan pemberian dana bantuan. Pembentukan lembaga dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah. Pelatihan pendidik untuk tahun 2010/2011 sudah dilaksanakan namun belum mencakup semua pendidik dan untuk pemberian dana bantuan belum semua lembaga bisa mendapatkan karena keterbatasan dana. Untuk pengawasan terlihat dari tingkat rutinitas laporan per bulan yang menunjukkan hasil kegiatan. Selain tahap-tahap pelaksanaan program, dibahas juga mengenai faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan program, yaitu komunikasi, sumber daya, dan dukungan masyarakat. Komunikasi dalam sosialisasi dapat dikatakan kurang lancar karena frekuensi dalam sosialisasi kurang. Sumber daya yang ada belum mencukupi sehingga program belum terlaksana dengan maksimal. Dukungan masyarakat masih rendah karena faktor ketidakpahaman, faktor ekonomi dan kurangnya kesadaran orang tua untuk mengikutsertakan anaknya ke PAUD non formal.

Untuk pelaksanaan Program Pendidikan Anak Usia Dini non formal selanjutnya, frekuensi sosialisasi perlu ditambah agar menjangkau ke daerah pelosok dan perlu membuat rencana program sosialisasi agar dapat dilaksanakan sesuai jadwal yang ada. Selain itu, perlu penambahan jumlah penilik, jika tidak memungkinkan sebaiknya mengoptimalkan kerja penilik di tingkat kelurahan. Kemudian untuk masalah penyediaan APE (Alat Permainan Edukatif) dalam maupun luar dapat bekerja sama dengan pihak swasta dalam penyediaannya.

Ardini Setyawati, D0108001, THE IMPLEMENTATION OF EARLY AGE CHILD EDUCATION PROGRAM (PAUD) IN PURWOREJO REGENCY (Study About Implementation PAUD Non Formal), Thesis, Administration Science Department, Social and Political Sciences Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta, 2012, 106 pages.

Although Early Age Child Education Program (PAUD) had been implemented in Purworejo since 2002, there is still issue developing about its implementation process, such as that of growing amount of non formal PAUD leaners who are less than the formal PAUD. For that reason, the writer wants to find out how the implementation of Age Child Education Program (PAUD) is in Purworejo Regency as well as the factors inhibiting the program implementation.

This study employed a descriptive qualitative research design. Techniques of collecting data used were observation, interview, and document or archive. The informant was determined using purposive sampling technique. Technique of analyzing data used was data reduction, data display and conclusion drawing or verification, while the data validation was done using data triangulation.

Based on research result can be concluded that the implementation of Age Child Education Program (PAUD) of non formal in Purworejo Regency consisted of three stages: socialization, implementation and supervision. The socialization stage was still less maximal because it had not been done routinely and only when the budget exists. The implementation began with the establishment of Age Child Education Program (PAUD) institution, educator training, and grant administration. The institution establishment was conducted by the society and government. Educator training had been conducted for 2010/2011 period but it had not covered all educators and in the term of grant administration, not all institutions received it because of limited fund. In the term of supervision, it could

be seen from the routinely reporting per month indicating the result of activities. In addition to the stages of program implementation, this research also discussed the factors inhibiting the program implementation including communication, resource, and society support. Communication in the socialization could be said as less smooth because of inadequate frequency in socialization. The resource existing was inadequate so that the program had not been implemented maximally. Society support was still low because incomprehension factors, economic factors

f involving their children in non formal PAUD. For further implementation of Age Child Education Program of non formal, the frequency of socialization should be increased in order to reach rural areas and a socialization program plan should be developed in order to be implemented as predetermined schedule. In addition, the number of supervisor should be increased, if it is impossibl optimized at kelurahan level. Then, for the problem of APE (Educative Game Instrument) procurement, either internally or externally, the cooperation should be established with the private in the term of its procurement.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling mendasar dalam siklus kehidupan manusia mulai lahir hingga akhir hayat. Secara konsep, pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab. Pendidikan adalah suatu proses transfer of knowledge (ilmu pengetahuan, teknologi dan seni) yang dilakukan oleh guru kepada anak didiknya. Selain itu, pendidikan adalah alat untuk merubah cara berpikir kita dari cara berpikir tradisional ke cara berpikir ilmiah (modern).

Pendidikan bagi masyarakat penting karena dengan mengenal pendidikan, masyarakat dapat dengan mudah melakukan aktifitasnya dengan teratur sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Oleh karena itu, pendidikan sangat diperlukan bagi masyarakat. Pendidikan tidak hanya diperlukan bagi orang dewasa saja tetapi sejak kecil anak harus dikenali dengan pendidikan.

H golden age

bahasa dan sosial emosional mengalami titik puncaknya. Keterlambatan stimulasi pada usia ini mempunyai efek jangka

sekedar berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak, tetapi yang lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak. Pendidikan anak usia dini sepatutnya juga mencakup seluruh proses stimulasi psikososial dan tidak terbatas pada proses pembelajaran yang terjadi dalam lembaga pendidikan. Artinya, pendidikan anak usia dini dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja seperti halnya interaksi manusia yang terjadi di dalam keluarga, teman sebaya, dan dari hubungan kemasyarakatan yang sesuai dengan kondisi dan perkembangan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini akan memberikan persiapan anak menghadapi masa-masa ke depannya, yang paling dekat adalah menghadapi masa sekolah. Di lembaga pendidikan anak usia dini, anak-anak sudah diajarkan dasar-dasar cara belajar. Mereka diajarkan dengan cara yang mereka ketahui, yakni lewat bermain. Tetapi bukan sekadar bermain, melainkan bermain yang diarahkan. Lewat bermain yang diarahkan, mereka bisa belajar banyak cara bersosialisasi, problem solving, negosiasi, manajemen waktu, resolusi konflik, berada dalam grup besar/kecil, kewajiban sosial, serta 1-3 bahasa.

Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang menjadi landasan kuat untuk mewujudkan generasi yang cerdas dan kuat. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku

perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Dengan adanya penanaman pendidikan anak usia dini sehingga anak akan mempunyai daya pengaruh yang besar bagi perkembangan kecerdasan otaknya. Untuk itu kecerdasan akan bisa dimanfaatkan untuk masa depannya kelak. Banyak anak-anak yang tidak mampu berpikir di tingkat dasar disebabkan karena tidak pernah mendapat pendidikan yang memicu pelatihan otak pada waktu kecil. Anak yang tidak mendapat pendidikan usia dini yang tepat, akan seperti mobil dengan bensin tiris. Anak-anak yang berpendidikan usia dini tepat memiliki bensin penuh, mesinnya akan langsung jalan begitu ia ada di tempat baru. Sementara anak yang tidak berpendidikan usia dini akan kesulitan memulai mesinnya, jadi lamban.( diolah dari kompas) http://www.iswandibanna.com/2011/02/alasan- pentingnya-pendidikan-anak-usia.html .

Dengan alasan bahwa pendidikan usia dini penting, untuk itu pemerintah membuat program pendidikan yang dikhususkan untuk menciptakan kemajuan pendidikan di Indonesia. Program yang dimaksud adalah Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Untuk mewujudkan program tersebut agar berjalan sesuai aturan hukum yang berlaku, maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 14 menegaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Selanjutnya dalam pasal 28 mengemukakan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

Kabupaten Purworejo merupakan salah satu wilayah yang ikut melaksanakan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sejak tahun 2002. Untuk kelancaran program, pemerintah kabupaten Purworejo membuat Peraturan Bupati Nomor 21 Tahun 2009 Tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi, Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Sanggar Kegiatan Belajar pada Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo. Unit Pelaksana Teknis Sanggar Kegiatan Belajar, yang selanjutnya disebut UPT Sanggar Kegiatan Belajar, adalah unsur pelaksana tugas teknis pada dinas yang melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang dinas di bidang satuan program dan pengendalian mutu pendidikan anak usia dini (PAUD) non formal,

pendidikan non formal, pemuda dan olahraga. Walaupun pemerintah telah membuat Peraturan Daerah yang digunakan untuk meningkatkan program PAUD non formal, tetapi pada kenyataannya kesadaran masyarakat Purworejo akan pentingnya pendidikan usia dini masih sangat rendah. Masih banyak masyarakat yang enggan menyekolahkan anaknya ke PAUD,terutama PAUD non formal dengan alasan tidak ada biaya, namun ada juga yang menganggap PAUD non formal hanya bermain-main saja, dan tidak penting karena bermain bisa dilakukan di rumah. Dengan demikian dapat dilihat perbandingan PAUD formal dan PAUD non formal, sebagai berikut:

Tabel 1.1

Perbandingan Jumlah Peserta PAUD Formal Dan Non Formal Di Kabupaten Purworejo Tahun 2010 Dan Tahun 2011

Tahun

Jumlah anak

usia dini

Peserta PAUD

Yang belum tercover

dalam PAUD

Presentase

Formal

Non Formal

32.530 37% Sumber: Bidang PNFPB Dinas P dan K (data diolah)

Data diatas menunjukkan bahwa dari tahun 2010 dan tahun 2011, jumlah peserta PAUD non formal jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah PAUD formal. Di kabupaten Purworejo, PAUD non formal masih

( http://riyadi.purworejo.asia/2009/06/jangan-remehkan-pendidikan-anak- usia.html . Masyarakat juga kurang memahami arti pentingnya PAUD terutama PAUD non formal. Selain itu juga didukung belum adanya aturan yang menjadikan PAUD non formal sebagai suatu tingkatan pendidikan yang harus ditempuh sebelum masuk Sekolah Dasar atau Taman Kanak-kanak. Meskipun penyelenggaraan PAUD telah dapat dikatakan banyak dan tersebar, namun masih terkesan penyelenggaraan jalur PAUD yang lebih dominan adalah jalur formal yakni TK dan RA. Hal ini bukan tanpa alasan, tetapi lebih dikarenakan kondisi masyarakat yang belum memahami sepenuhnya akan PAUD non formal tersebut. (http://desainwebsite.net/pendidikan/membina-etika-si-buah- hati-demi-kejayaan-bangsa).

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, jadi rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana implementasi program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo?

2. Faktor-faktor apa yang menjadi penghambat pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo?

1. Mengetahui bagaimana pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo.

2. Mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dapat menyulitkan pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari diadakan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil penelitian diharapkan memberikan masukan kepada pihak Pemerintah Kabupaten Purworejo dan pihak-pihak pos PAUD non formal seperti Kelompok Bermain (KB), Tempat Penitipan Anak (TPA) dan Satuan PAUD Sederajat (SPS) selaku implementor kebijakan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk pihak-pihak implementor kebijakan mengenai hal-hal yang menjadi penghambat keberhasilan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai implementasi dari program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo.

4. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan penelitian selanjutnya dengan topik bahasan yang serupa dengan penelitian ini.

TINJAUAN PUSTAKA

I. Pengertian-pengertian

A. Implementasi

Dalam sebuah kebijakan, implementasi merupakan hal yang sangat penting karena menyangkut keberhasilan dari suatu kebijakan atau suatu program itu berjalan. Dalam sebuah implementasi, peran para implementor juga tak bisa diabaikan. Bagaimana seorang implementor kebijakan menjalankan tugasnya sesuai dengan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaannya dengan baik. Namun, apa sebenarnya arti dari implementasi dapat dijelaskan oleh pendapat beberapa ahli sebagai berikut:

Implementasi menurut Meter dan Horn (1975 dalam Wahab, 2010:65), those actions by public or private individuals (or groups) that are

directed at the achievement of objectives set forth in prior policy decisions

implementasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan

Kamus Webster dalam Wahab (2010:64) implementasi diartikan sebagai: to provide the means carrying out (menyediakan sarana untuk

melaksanakan sesuatu); to give practical effects to (menimbulkan menyediakan sarana untuk melaksanakan suatu kebijakan dan

dapat menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.

mendefinisikan implementasi adalah:

diberlakukan atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan yaitu kejadian-kejadian yang timbul sesudah disahkan pedoman-pedoman kebijaksanaan negara yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikan ataupun untuk menimbulkannya akibat /dampak masyarakat atau kejadian-

Fixsen et al. dalam Wandersman, American Journal of Community Psychology (Vol 43, No 1, Page 3 : 2009) dengan judul Four Keys to Success (Theory, Implementation, Evaluation, and Resource/System Support) : High Hopes and Challenges in Participation, mengungkapkan pengertian implementasi sebagai berikut :

Implementation is a specified set of activities designed to put into Implementasi adalah serangkaian kegiatan spesifik yang

dirancang untuk mempraktekkan suatu kegiatan atau program dari dimensi-

Dalam International Journal of Operations & Production Management, (Vol. 20 No. 7, 2000, pp. 754-771) dengan judul Designing, implementing and updating performance measurement systems karya Bourne, Mills, Wilcox, Neely and Platts mengungkapkan pengertian implementasi sebagai berikut:

implementation is defined as the phase in which systems and procedures are put in place to collect and process the data that enable the measurements to be made r digambarkan sebagai tahap dari sistem dan prosedur dalam pengumpulan dan proses data yang memungkinkan untuk dapat implementation is defined as the phase in which systems and procedures are put in place to collect and process the data that enable the measurements to be made r digambarkan sebagai tahap dari sistem dan prosedur dalam pengumpulan dan proses data yang memungkinkan untuk dapat

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat dikemukakan bahwa implementasi adalah suatu proses yang melibatkan sejumlah sumber- sumber yang di dalamnya termasuk manusia, dana dan kemampuan organisasional baik oleh pemerintah maupun swasta, individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pembuat kebijakan.

B. Implementasi Kebijakan/Program

Implementasi kebijaksanaan sesungguhnya bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijaksanaan (Grindle.1980) dalam (Wahab, 2010:59). Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa implementasi kebijaksanaan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijaksanaan (Wahab, 2010:59).

Udoji (1981,hal 32) dalam Wahab (2010:59) dengan tegas menyatakan bahwa pelaksanaan kebijaksanaan adalah sesuatu yang penting bahkan mungkin jauh lebih penting daripada pembuat Udoji (1981,hal 32) dalam Wahab (2010:59) dengan tegas menyatakan bahwa pelaksanaan kebijaksanaan adalah sesuatu yang penting bahkan mungkin jauh lebih penting daripada pembuat

Dunn (1999:132) dalam pengantar analisis kebijakan publik menyatakan bahwa implementasi kebijakan adalah pelaksanaan pengendalian aksi-aksi kebijakan di dalam kurun waktu tertentu. Meter dan Horn dalam Winarno (2007:146) membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan merupakan tindakan-tindakan pelaksanaan kebijakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/ pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang mempunyai tujuan tertentu yang akan berpengaruh baik maupun buruk di masyarakat.

dikeluarkan kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk program-program. Dalam program tersebut terkandung beberapa unsur kebijakan yaitu siapa pelaksananya, dikeluarkan kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk program-program. Dalam program tersebut terkandung beberapa unsur kebijakan yaitu siapa pelaksananya,

Menurut Wahab (2010 : 28-29), salah satu substansi dari kebijakan adalah kebijakan sebagai suatu program.

khusus dan jelas batas-batasnya. Dalam konteks program itu sendiri biasanya akan mencakup serangkaian kegiatan yang menyangkut pengesahan/legislasi, pengorganisasian, dan pengerahan atau penyediaan sumber-sumber daya. Program-program atau sub-sub program dipandang sebagai sarana (instrumen) untuk mewujudkan berbagai tujuan-

Dengan demikian implementasi program adalah suatu bentuk pelaksanaan dari kebijakan yang berlangsung dalam jangka waktu lama dan berkesinambungan, yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan mengerahkan berbagai sumber daya untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang telah ditentukan.

II. Faktor yang Mempengaruhi Implementasi

Dalam implementasi kebijakan terdapat variabel atau faktor yang masing

masing variabel tersebut berhubungan satu sama lain.

implementasi kebijakan. Edward III (1980), Mazmanian dan Sabatier (1983), serta Meter dan Horn (1975) mengemukakan variabel yang menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan.

1. Model Edward III (1980)

Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis implementasi kebijakan tentang konservasi energi adalah teori yang dikemukakan oleh Edwards III. Dimana implementasi dapat dimulai dari kondisi abstrak dan sebuah pertanyaan tentang apakah syarat agar implementasi kebijakan dapat berhasil. Menurut Edwards III dalam Subarsono (2011:90) ada empat variabel

dalam

kebijakan

publik yaitu Komunikasi (Communications), Sumber Daya (resources), sikap (dispositions atau attitudes) dan struktur birokrasi (bureucratic structure).

a. Komunikasi

Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila jumlah tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.

b. Sumber daya b. Sumber daya

c. Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.

d. Struktur Birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard operating precedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak.

antara satu dengan yang lainnya memiliki hubungan yang erat. Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman tentang implementasi kebijakan. Penyederhanaan pengertian dengan cara membreakdown (diturunkan) melalui eksplanasi implementasi ke dalam komponen prinsip. Implementasi kebijakan adalah suatu proses dinamik yang mana meliputi interaksi banyak faktor. Sub kategori dari faktor-faktor mendasar ditampilkan sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap implementasi.

Gambar 2.1

Diagram: Dampak Langsung Dan Tidak Langsung Dalam

Implementasi

Sumber : Edwards III, 1980:148 dalam Subarsono (2011:91)

Bureu

Menurut Mazmanian dan Sabatier ( 1983 ) dalam Subarsono (2011:94), ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yaitu :

1. Karakteristik dari masalah ( tractability of the problem )

a. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan. Disatu pihak ada beberapa masalah sosial secara teknik mudah dipecahkan, seperti kekurangan persediaan air bagi penduduk atau harga beras yang tiba-tiba naik. Di pihak lain terdapat masalah- masalah sosial yang relatif sulit dipecahkan, seperti kemiskinan, pengangguran korupsi, dan sebagainya. Oleh karena itu, sifat masalah itu sendiri akan mempengaruhi mudah tidaknya suatu program diimplementasikan.

b. Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran. Ini berati bahwa suatu program akan relatif mudah diimplementasikan apabila kelompok sasaranny adalah homogen. Sebaliknya, apabila kelompok sasarannya heterogen, maka implementasi program akan relatif lebih sulit, karena tingkat pemahaman setiap anggota kelompok sasaran terhadap program relatif berbeda.

c. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi. Sebuah program akan relatif sulit diimplementasikan apabila sasarannya mencakup semua populasi. Sebaliknya sebuah program relatif c. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi. Sebuah program akan relatif sulit diimplementasikan apabila sasarannya mencakup semua populasi. Sebaliknya sebuah program relatif

d. Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan. Sebuah program yang bertujuan memberikan pengetahuan atau bersifat kognitif akan relatif mudah diimplementasikan daripada program yang bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku masyarakat.

2. Karakteristik kebijakan / undang-undang ( ability fo statute of

structure implementation )

a. Kejelasan isi kebijakan. Ini berarti semakin jelas dan rinci isi sebuah kebijakan akan mudah diimplementasikan karena implementor mudah memahami dan menerjemahkan dalam tindakan nyata. Sebaliknya, ketidakjelasan isi kebijakan merupakan potensi lahirnya distorsi dalam implementasi kebijakan.

b. Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoretis. Kebijakan yang memiliki dasar teoretis memiliki sifat lebih mantap karena sudah teruji, walaupun untuk beberapa lingkungan sosial tertentu perlu ada modifikasi.

c. Besarnya alokasi sumber daya finansial terhadap kebijakan tersebut. Sumber daya keuangan adalah faktor krusial untuk setiap program sosial. Setiap program juga memerlukan dukungan staff untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi dan teknis, serta memonitor program, yag semuanya itu perlu biaya.

institusi pelaksana. Kegagaglan program sering disebabkan kurangnya kooerdinasi vertikal dan horisontal antarinstansi yang terlibat dalam implementasi program.kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana.

e. Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan.

f. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi dalam implementasi kebijakan. Suatu program yang memberikan peluang luas bagi masyarakat untuk terlibat akan relatif mendapat dukungan daripada program yang tidak melibatkan masyarakat. Masyarakat akan merasa terasing atau teralienasi apabila hanya menjadi penonton terhadap program yang ada di wilayahnya.

variables effecting

implementation )

a. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi. Masyarakat yang sudah terbuka dan terdidik akan relatif mudah menerima program-program pembaruan dibanding dengan masyarakat yang masih tertutp dan tradisional. Demikian juga, kemajuan teknologi akan membantu dalam proses keberhasilan implementasi program, karena program-program tersebut dapat disosialisasikan dan diimplementasikan dengan banyuan teknologi modern.

memberikan insentif biasanya mudah mendapatkan dukungan publik. Sebaliknya kebijakan yang bersifat disinsentif kurang mendapat dukungan publik.

c. Sikap dari kelompok pemilih (costituency groups). Kelompok pemilih yang ada dalam masyarakat dapat mempengaruhi implementasi kebijakan. Kelompok pemilih dapat melakukan intervensi terhadap keputusan yang dibuat badan-badan pelaksana melalui berbagai komentar dengan maksud untuk mengubah keputusan, mempengaruhi badan pelaksana melalui kritik kinerja kepada badan legislatif..

d. Tingkat komitmen dan ketrampilan dari aparat dan implementor.

3. Model Meter dan Horn (1975)

Menurut Meter dan Horn dalam Subarsono (2011:99), ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni :

a. Standar dan sasaran kebijakan Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir. Apabila standar kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi.

b. Sumberdaya b. Sumberdaya

c. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

d. Karakteristik agen pelaksana Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program.

e. Kondisi sosial, ekonomi dan politik Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak; bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.

f. Disposisi implementor Disposisi implementor ini mencakup 3 hal yang penting, yakni :

a) Respon implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi

kemauannya untuk melaksanakan kebijakan.

c) Intesitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki

oleh implementor. Untuk mengukur indikator-indikator keberhasilan program, peneliti merangkum dari pendapat-pendapat di atas. Pendapat-pendapat tersebut dapat digunakan untuk mengimplementasikan program pendidikan anak usia dini non formal. Variabel yang diambil dari model-model diatas antara lain komunikasi, sumber daya dan dukungan masyarakat/publik. Ketiga variabel itu saling berhubungan satu sama lain yang nantinya akan mendukung berjalannya program. Ketiga variabel-variabel tersebut adalah:

1. Komunikasi Komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian informasi komunikator kepada komunikan. Komunikasi kebijakan merupakan proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan kepada pelaksana kebijakan. Informasi kebijakan publik perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar para pelaku kebijakan dapat mengetahui, memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah, kelompok sasaran kebijakan agar pelaku kebijakan dapat mempersiapkan dengan benar apa yang harus dipersiapkan dan lakukan untuk melaksanakan kebijakan publik agar apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan dapat dicapai dengan yang diharapkan. Keberhasilan pelaksanaan program membutuhkan komunikasi yang baik dengan kelompok sasaran. Komunikasi yang baik antara pelaksana dan kelompok sasaran dapat meningkatkan jumlah peserta PAUD non formal 1. Komunikasi Komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian informasi komunikator kepada komunikan. Komunikasi kebijakan merupakan proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan kepada pelaksana kebijakan. Informasi kebijakan publik perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar para pelaku kebijakan dapat mengetahui, memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah, kelompok sasaran kebijakan agar pelaku kebijakan dapat mempersiapkan dengan benar apa yang harus dipersiapkan dan lakukan untuk melaksanakan kebijakan publik agar apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan dapat dicapai dengan yang diharapkan. Keberhasilan pelaksanaan program membutuhkan komunikasi yang baik dengan kelompok sasaran. Komunikasi yang baik antara pelaksana dan kelompok sasaran dapat meningkatkan jumlah peserta PAUD non formal

2. Sumber daya Sumber daya kebijakan sangat penting bagi implementasi kebijakan yang efektif. Tanpa sumber daya kertas mungkin hanya akan menjadi rencana saja dan tidak pernah ada realisasinya. Sumber-sumber yang mendukung kebijakan yang efektif terdiri dari jumlah staf yang mempunyai ketrampilan memadai serta dengan jumlah yang cukup, kewenangan,informasi dan fasilitas.

Indikator sumber daya yang mempengaruhi implementasi program pendidikan anak usia dini (PAUD) non formal yaitu: - Tersedianya aparat pelaksana - Dana untuk pelaksanaan program - Fasilitas-fasilitas dalam implementasi program pendidikan anak usia dini

(PAUD) non formal

3. Dukungan masyarakat (dukungan publik) Dukungan masyarakat/dukungan publik penting karena sangat menentukan keberhasilan pelasanaan program. Dukungan publik adalah 3. Dukungan masyarakat (dukungan publik) Dukungan masyarakat/dukungan publik penting karena sangat menentukan keberhasilan pelasanaan program. Dukungan publik adalah

III. Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Non Formal

a. Pengertian PAUD

Menurut Ebbeck (1991) dalam Rahman (2002:2), yang merupakan pakar anak usia dini dari Australia menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah pelayanan kepada anak mulai lahir sampai umur delapan tahun.

Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia, pendidikan anak usia dini dikenal dengan istilah pendidikan prasekolah. Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1990 tentang pendidikan prasekolah, menyatakan bahwa pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar yang diselenggarakan di jalur sekolah atau pendidikan luar sekolah.

Menurut Rahman (2002:2), pendidikan anak usia dini adalah upaya yang terencana dan sisitematis yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0 8 tahun dengan tujuan agar anak mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.

usia dini secra mikro merupakan pendidikan yang diberikan kepada anak di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar.

Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma-norma dan nilai kehidupan yang dianut. Melalui program pendidikan yang dirancang dengan baik, anak akan mampu mengembangkan segenap potensi yang dimiliki, dari aspek fisik, sosial, moral, emosi, kepribadian dan lain-lain.

Secara khusus program pendidikan anak dini tercantum dalam undang-undang pendidikan prasekolah. Hal itu dapat dilihat dalam rumusan keputusan menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0486/ U/ 1992 tentang TK Bab II pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan TK bertujuan membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

Fungsi pendidikan anak usia dini atau lebih khusus pendidikan prasekolah dapat dirumuskan menjadi lima fungsi utama, yaitu:

1. Penanaman aqidah dan keimanan

2. Pembentukan dan pembiasaan perilaku positif

3. Pengembangan pengetahuan dan ketrampilan dasar

4. Pengembangan motivasi dan sikap belajar yang positif

Secara khusus Rahman (2002:55) mengelompokkan prinsip pendidikan anak usia dini menjadi lima kategori, yaitu:

1. Anak adalah peserta didik aktif.

2. Menyediakan fasilitas agar anak belajar melalui bermain dan bermain sambil belajar.

3. Memberi kesempatan anak untuk berpartisipasi aktif.

4. Mendorong anak untuk membangun dan mengembangkan idenya sendiri.

5. Memotivasi anak untuk mengembangkan potensi diri tanpa takut berbuat salah. Dalam hal ini PAUD terdiri dari PAUD formal dan non formal. Di mana pengertian PAUD formal adalah lembaga yang digunakan untuk proses belajar mengajar bagi Taman Kanak-Kanak dan Raudhotul Athfal (RA) dan yang lain yang sederajat. Sedangkan PAUD non formal adalah pendidikan yang melaksanakan program pembelajaran secara fleksibel sebagai upaya pembinaan dan pengembangan anak sejak lahir sampai berusia 6 tahun yang dilaksanakan melalui Taman Penitipan Anak, Kelompok Bermain dan bentuk lain yang sederajat.

b. Program PAUD Non Formal

Program pendidikan anak usia dini adalah sebuah kebijakan dari pemerintah yang dikhususkan untuk anak usia 0-6 tahun untuk Program pendidikan anak usia dini adalah sebuah kebijakan dari pemerintah yang dikhususkan untuk anak usia 0-6 tahun untuk

Bentuk-bentuk Program Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal

1. Taman Penitipan Anak (Day Care)

Taman penitipan anak adalah lembaga kesejahteraan sosial yang memberikan pelayanan pengganti berupa asuhan, perawatan dan pendidikan bagi anak balita selama anak tersebut tinggal bekerjaoleh orang tuanya. TPA bertujuan menbantu orang tua agar dapat bekerja dengan tenang sehingga tercapai prestasi kerja yang optimal.Selain itu juga menghindarkan anak dari kemungkinan terlantar pertumbuhan dan perkembangannya jasmani, rohani dan sosial. Pada umumnya TPA membuka penitipan untuk anak usia tiga bulan sampai dengan usia lima tahun.

2. Kelompok Bermain (Playgroup)

Taman bermain merupakan tempat bermain dan belajar bagi anak sebelum memasuki Taman kanak-kanak. Playgroup menampung usia 3-4 tahun. Ada beberapa persamaan dan perbedaan antara kelompok bermain dan taman kanak-kanak. Persamaannya adalah:

a. Bertujuan mengembangkan seluruh aspek fisik, mental, emosi dan sosial anak.

b. Isi program merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan masing- masing.

Sedangkan perbedaannya adalah:

a. Freskuensi kehadiran, taman kanak-kanak masuk setiap hari sedangkan kelompok bermain hanya beberapa hari (3hari).

b. Taman kanak-kanan memiliki kurukulum yang baku sedangkan kelompok bermain tidak. Kalaupun memiliki kurikulum maka penerapannya akan lebih fleksibel.

c. Kelompok bermain menampung anak usia 3-4 tahun sedangkan taman kanak-kanan menampung usia 4-6 tahun.

3. Satuan PAUD Sejenis

Merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan non formal yang pneyelenggaraannya bisa diintegrasikan dengan berbagai layanan anak usia dini lainnya. Waktu pembelajaran bebeas (misal 1 minggu bisa 2 kali atau 3 kali).

IV. Implementasi Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Non Formal

Implementasi Program (Pendidikan Anak Usia Dini) PAUD adalah suatu bentuk pelaksanaan kebijakan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan mengerahkan berbagai sumber daya melalui pemberian rangsangan pendidikan bagi anak usia dini untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Dini):

1. Sosialisasi Sosialisasi ini merupakan salah satu cara untuk memasyarakatkan pentingya PAUD non formal kepada seluruh masyarakat dan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini non formal. Sosialisasi dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo. Sosialisasi juga dapat dilakukan dengan seminar/workshop, penyuluhan dan pemberitaan melalui media cetak.

2. Pelaksanaan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo mulai dilaksanakan pada tahun 2002. Pelaksanaan ini dimulai dengan pembentukan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini atau Pos PAUD, pelatihan pendidik PAUD non formal, dan pemberian dana bantuan untuk lembaga PAUD non formal.

3. Pengawasan Pengawasan dilakukan oleh para pelaksana program dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengunjungi pos-pos PAUD yang telah dibentuk. Pengawasan ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan yang terjadi di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini non formal yang ada di Kabupaten Purworejo.