24
2.1.2.4 Lokasi Terjadinya Dermatitis
Menurut Suria Djuanda dan Sri Adi S 2002: 130, ada berbagai lokasi terjadinya dermatitis antara lain:
1. Tangan
Kejadian dermatitis kontak baik iritan maupun alergik paling sering di tangan, misalnya pada ibu rumah tangga. Demikian pula kebanyakan
dermatitis kontak akibat kerja ditemukan di tangan. Sebagian besar memang oleh karena bahan iritan. Bahan penyebabnya misalnya
detergen, antiseptik, getah sayuran atau tanaman, semen, dan pestisida. 2.
Lengan Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam
tangan nikel, sarung tangan karet, debu semen, dan tanaman. Di aksila umumnya oleh bahan pengharum.
3. Wajah
Dermatitis kontak pada wajah dapat disebabkan oleh bahan kosmetik, obat topikal, alergen yang ada di udara, nikel tangkai kaca mata. Bila
di bibir atau sekitarnya mungkin disebabkan oleh lipstik, pasta gigi, getah buah-buahan. Dermatitis di kelopak mata dapat disebabkan oleh
cat kuku, cat rambut, eyeshadows, dan obat mata. 4.
Telinga Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis kontak
pada cuping telinga. Penyebab lain, misalnya obat topikal, tangkai kaca mata, cat rambut, hearing-aids.
25
5. Leher
Penyebabnya, kalung dari nikel, cat kuku yang berasal dari ujung jari, parfum, alergen di udara, zat warna pakaian.
6. Badan
Dermatitis kontak di badan dapat disebabkan oleh pakaian, zat warna, kancing logam, karet elastis, busa, plastik, dan detergen.
7. Genetalia
Penyebabnya dapat antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut wanita, dan alergen yang berada di tangan.
8. Paha dan tungkai bawah
Dermatitis di tempat ini dapat disebabkan oleh pakaian, dompet, kunci nikel di saku, kaos kaki nilon, obat topikal misalnya anestesi lokal,
neomisin, etilendiamin, semen, dan sepatu.
2.1.2.5 Pemeriksaan Dermatitis Kontak
Menurut R.S. Siregar 2006: 113, pemeriksaan kulit ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1 Lokalisasi: predileks pada kedua tangan, kaki, dan daerah-daerah yang
terpajan berkontak. 2
Efloresensi: dapat berupa eritema, papula, vesiko-papula, erosi, eksudatif, berkrusta, hiperpigmentasi, hipopigmentasi, dan likenfikasi.
Sedangkan untuk pemeriksaan pembantu atau laboratorium dapat dilakukan dengan pemeriksaan kadar alergen di tempat lingkungan kerja
dan hitung eosinofil pada penderita.
26
Menurut Arif Mansjoer 2000: 88-89, apabila penyakit sudah sembuh, dapat dilakukan uji tempel patch test. Pada daerah fleksor
lengan bawah atau interskapular dioleskan alergen yang tersangka, yang menutup dengan kain kasa dan selofan impermeabel. Sesudah 24-48 jam
dibaca, apakah terdapat reaksi atau tidak. Reaksi dinilai sebagai berikut: 1 + ® eritema
2 + ® eritema, edema, papul 3 + ® eritema, edema, papul, vesikel
4 + ® sama dengan 3 +, tetapi disertai vesikel yang berkonfluensi 5 + ® sama dengan 4 plus, tetapi keadaan madidans dengan atau tanpa
nekrosis Uji tempel tidak dilakukan pada stadium akut, karena akan
memberatkan penyakit Arif Mansjoer, 2000: 89.
2.1.2.6 Pencegahan Dermatitis