Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang berperan membina sumber daya manusia yang berkualitas, berpengetahuan dan wawasan yang luas. Sebagai suatu lembaga pendidikan formal, sekolah dituntut untuk dapat menjalankan proses pendidikan secara efektif dan efisien. Untuk melaksanakan proses pendidikan, tidak terlepas dari proses berlangsungnya kegiatan belajar- mengajar yang berjalan dengan baik. Keberhasilan proses pembelajaran pada suatu lembaga pendidikan, sangat ditentukan oleh peran kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai seseorang yang dapat memimpin, membimbing, memotivasi, membantu, dan mengarahkan setiap komponen yang berada di lingkungan sekolah guna mencapai tujuan pendidikan. Mulyasa 2007: 24 mengatakan bahwa kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kepala sekolah diharapkan mempunyai wewenang guna mengelola semua sumber daya yang ada dan bertanggung jawab dalam meningkatkan proses dan hasil pendidikan disekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi bertanggung jawab penuh untuk terlaksananya segala kegiatan yang dilaksanakan dilembaga pendidikan tersebut termasuk dapat dilaksanakanya aktivitas mengajar guru. Dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah ditegaskan bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang kepala sekolah adalah kompetensi supervisi. “Supervisi 1 pendidikan didefinisikan sebagai proses pemberian layanan bantuan profesional kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas- tugas pengelolaan proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Kepala sekolah dituntut harus mampu mengembangkan wawasan dan bimbingan kerja sama dengan guru-guru serta mengawasi kurikulum, melaksanakan pengawasan terhadap aktivitas mengajar guru agar dapat meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah memiliki fungsi dalam menjalankan tugasnya di sekolah. Fungsi tersebut terdapat dalam Permen 13 tahun 2007, tentang standar kepala sekolah yang di dalamnya memuat berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin pada suatu satuan pendidikan. Adapun kompetensi-kompetensi tersebut mencakup: kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial. Secara umum supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Sedangkan dalam pengertian khusus, supervisi bertujuan mengontrol dan mencermati perkembangan proses mengajar guru, jika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan program pendidikan maka diadakan perbaikan. Supervisi adalah pengawasan langsung yang ditujukan untuk memperbaiki situasi belajar- mengajar dalam kelas, itu berarti supervisi lebih diarahkan kepada guru dan murid dalam proses belajar-mengajar. Kimball Wiles 2007 yang dikutip oleh Tasjid 2010 mengemukakan bahwa supervisi adalah “Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching learning situation ”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Kegiatan supervisi dimaksudkan sebagai kegiatan kontrol terhadap seluruh kegiatan pendidikan untuk mengarahkan, mengawasi, membina dan mengendalikan dalam pencapaian tujuan. Supervisi dilakukan sejak dari tahap perencanaan sampai pada tahap evaluasi yang akan berfungsi sebagai feed back tindak lanjut dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan ke arah yang lebih baik. Maka supervisi yang dimaksud disini bukanlah kegiatan yang hanya mengamati, memperhatikan proses belajar-mengajar saja, tetapi lebih diarahkan kepada supervisi yaitu mengadakan pembinaan, pengarahan untuk membantu aktivitas guru dalam kegiatan belajar-mengajar. Bukan hanya untuk memperbaiki cara mengajar guru, akan tetapi juga membina implementasi kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat-alat pengajaran, prosedur dan teknik evaluasi pengajaran. Dijelaskan dalam peraturan menteri pendidikan nasional Nomor 13 Tahun 2007 kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah haruslah sesuai dengan kompetensi supervisi, berikut indikator dimensi supervisi akademik meliputi: 1 Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru, 2 melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat, dan 3 menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. Seorang kepala sekolah dapat menggunakan pendekatan dan teknik supervisi akademik yang benar supaya pelaksanaan supervisi dapat berjalan secara efektif. Oleh karena itu kepala sekolah haruslah memiliki keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal tentang supervisi akademik. Teknik supervisi yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dapat melalui teknik supervisi secara individu maupun teknik secara kelompok. Kegiatan supervisi akademik idealnya dilakukan sendiri oleh kepala sekolah dan dilakukan dengan teknik-teknik supervisi secara tepat seperti proses observasi, wawancara dan pemeriksaaan dokumentasi terhadap guru-guru yang akan disupervisi. Sehingga kepala sekolah dapat mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar itu berlangsung dengan baik. Sehingga dari analisis yang dilakukan terhadap pelaksanaan supervisi dilapangan kegiatan supervisi seperti itu belum menunjukan sebagai pelaksanaan supervisi yang baik karena belum sesuai dengan teknik-teknik supervisi yang seharusnya dilakukan oleh seorang kepala sekolah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan terhadap kepala sekolah dan guru diperoleh data jumlah guru yang sudah PNS berjumlah tiga orang, guru agama islam satu orang, guru wiyata bhakti berjumlah lima orang, satu tenaga perpustakaan dan satu penjaga sekolah. Semua guru sudah berpendidikan S1 Sarjana dan SDN 02 Windurojo memiliki jumlah siswa 108 terbagi dalam enam kelas. Pelaksanaan supervisi akademik diSDN 02 Windurojo tergolong rendah dan masih belum maksimal dibandingkan dengan tiga SD Negeri yang lain di daerah Windurojo Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan. Pada kegiatan pelaksanaan supervisi yang terjadi masih menunjukkan bahwa proses supervisi akademik dari seorang kepala sekolah belum maksimal, itu terlihat dari berbagai temuan penulis ketika melakukan pra penelitian yang hasilnya sebagai berikut: 1 proses perencanaan supervisi akademik yang disusun oleh kepala sekolah belum dilakukan secara menyeluruh, sehingga jadwal pelaksanaan supervisi tidak diketahui secara rinci dan pasti. 2 pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah itu hanya sebagai bahan administrasi kepala sekolah saja. 3 supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah hanya melihat administrasi guru dalam pembelajaranya saja dan tidak melihat kompetensi yang dikembangkan guru terhadap peserta didik. 4 guru masih merasa kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran, khususnya dalam hal pembuatan perangkat pembelajaran dan supervisi yang dilakukan belum dapat membantu guru. 5 guru masih ada jarak antara kepala sekolah dengan guru, sehingga tidak terjalin komunikasi yang baik yang berpengaruh terhadap supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah. Pelaksanaan supervisi akademik dilakukan terhadap semua guru dan diharapkan dapat memperhatikan aspek pedagogik, aspek profesional, aspek kepribadian dan aspek sosial guru. Pelaksanaan supervisi akademik di SDN 02 Windurojo untuk pelaksanaan supervisi akademik berusaha untuk menyesuaikan dengan Permendikbud No. 54 Tahun 2013 tentang standar kelulusan bahwa perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang: Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di SDN 02 Windurojo Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan. Melalui penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan tesis atau pengetahuan yang teruji kebenarannya melalui proses penelitian dan analisis tentang supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolag SDN 02 Windurojo Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan.

1.2 Identifikasi Masalah