PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN OPEN ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DI KELAS VIII SMP SWASTA SATRIA BINJAI T.A 2016/2017.
PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN OPEN
ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA DI KELAS VIII SMP
SWASTA SATRIA BINJAI T.A 2016/2017
Oleh :
Delvita Agus Sari br.Ginting
NIM. 4123311007
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017
iii
PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN OPEN
ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA DI KELAS VIII SMP
SWASTA SATRIA BINJAI T.A 2016/2017
Delvita Agus Sari Ginting (NIM. 4123311007)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Meningkatkan berpikir kritis matematika
siswa pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII
SMP Swasta Satria Binjai Dengan menerapkan pendekatan Open-Ended. (2)
Mendeskripsikan proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah berkaitan
dengan kemampuan berpikir kritis matematika melalui pendekatan Open-Ended.
(3) Mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pendekatan Open-Ended.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Swasta Satria Binjai T.A 2016/2017
yang berjumlah 28 orang. Sedangkan objek penelitian ini adalah kemampuan
berpikir kritis siswa dengan menerapkan pendekatan open ended dalam
pembelajaran matematika pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel.
Penelitian terdiri dari 2 siklus dan tes diberikan pada setiap akhir siklus.
Dari hasil analisis data diperoleh hasil: (1) rata-rata nilai tes berpikir kritis pada
siklus I sebesar 65,93 dengan 60,71% dari jumlah siswa yang mengikuti tes
memiliki tingkat berpikir kritis minimal kategori cukup kritis kemudian rata-rata
meningkat pada siklus II sebesar 83,24 dengan 85,71% dari jumlah siswa
memiliki tingkat berpikir kritis minimal kategori cukup kritis. (2) Proses
penyelesaian masalah berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis siswa secara
klasikal pada siklus I sebesar 57,14% kemudian meningkat pada siklus II menjadi
92,86%. (3) Respon siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan
open ended adalah positif dengan persentase pada siklus I sebesar 83,93 % dan
pada siklus II sebesar 92,86 %.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti menyarankan agar
pendekatan open ended dalam pembelajaran matematika dapat dijadikan sebagai
salah satu alternatif pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa.
Kata Kunci : Pendekatan Open Ended, Kemampuan Berpikir Kritis
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan berkat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan,
kesempatan, dan kemudahan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Matematika
Dengan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Di
Kelas VIII SMP Swasta Satria Binjai Tahun Ajaran 2016/2017”. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah banyak memberikan bimbingan dan saran yang membangun sejak
penyusunan proposal, penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. KMS. Amin Fauzi,
M.Pd, Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd , dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari rencana
penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku dosen
Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam
perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal
Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku
Dekan FMIPA, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, dan
Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku ketua jurusan, sekretaris jurusan, dan
ketua program studi pendidikan matematika FMIPA UNIMED serta seluruh
Bapak, Ibu Dosen dan Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang
sudah membantu penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu
H. Purba, S.Pd selaku Kepala Sekolah dan Bapak Immanuel Tarigan, S.Pd selaku
guru bidang studi matematika SMP Swasta Satria Binjai, guru, staf, pegawai, dan
siswa-siswi SMP Swasta Satria Binjai yang telah banyak membantu penulis
selama penelitian.
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih terdalam kepada
Ayahanda tercinta Bapak Dame Ginting, ST dan Ibunda tercinta Ibu Riamita
Sinulingga yang selalu memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan dukungan
yang tak terhingga kepada penulis selama menjalani pendidikan hingga
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada Dunan Ginting, Siska Sembiring,
Tiurma Gulton dan Semua Teman-teman rekan Sepelayanan yang telah
v
memberikan semangat, bantuan dan dukungan kepada penulis. Terima kasih juga
kepada adik tersayang Jepri Manda Ginting yang menjadi penyemangat bagi
penulis.
Terimakasi kepada Orang yang tersayang Wahyu Sitepu dan Terima kasih
juga kepada sahabat tersayang Leni harahap, Nuel Tarigan, Yohana Manurung,
Rafika Hanum yang sudah banyak membantu, mendukung, dan memberi
semangat tiada hentinya kepada penulis dari awal sampai selesainya penyusunan
skripsi ini. Terima kasih juga kepada semua sahabat dan rekan-rekan seperjuangan
Afwanil Nasution, Eka Nuraini, Husna, Lambok putra paulus, Martin Edward,
Rita Malona Butar-butar dan Semua teman-teman di Jurusan Matematika kelas
EKS A 2012 yang telah banyak membantu dan saling memberi semangat kepada
penulis selama perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun
tata bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan,
Penulis,
April 2017
Delvita Agus Sari Br.Ginting
NIM. 4123311007
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar isi
vi
Daftar Gambar
x
Daftar Tabel
xi
Daftar Lampiran
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
10
1.3. Batasan Masalah
11
1.4. Rumusan Masalah
11
1.5. Tujuan Penelitian
11
1.6. Manfaat Penelitian
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kemampuan Berpikir Kritis
13
2.2. Masalah Open-Ended
27
2.3. Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Open-Ended
30
2.4. Materi Pelajaran
35
2.4.1 Pengertian Persamaan Linier Dua Variabel
2.5 Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) dikelas VIII
SMP Berbasis Konteks Dunia Nyata
35
44
vii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
48
3.2. Waktu Penelitian
48
3.3. Subjek Penelitian
48
3.4. Objek Penelitian
48
3.5. Jenis Penelitian
48
3.6. Definisi Operasional
49
3.7. Instrumen Penelitian
50
3.7.1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
50
3.7.2. Lembar Observasi Kegiatan Siswa
50
3.7.3. Lembar Observasi Kemampuan Guru Menolah Pembelajaran
Melalui Pendekatan Open-Ended
50
3.7.4. Proses Penyelesaian Jawaban Siswa
51
3.7.5. Angket Respon Siswa Terhadap Pendekatan Open-Ended
51
3.7.6. Wawancara
52
3.8. Prosedur Penelitian
52
3.8.1. Siklus I
53
3.8.1.a. Permasalahan I
53
3.8.1.b. Alternatif Pemecahan
53
3.8.1.c. Tahap Pelaksanaan Tindakan I
54
3.8.1.d. Tahap Observasi I
54
3.8.1.e. Tahap Refleksi I
55
3.8.2. Siklus II
55
3.8.2.a. Permasalahan II
55
3.8.2.b. Perencanaan Tindakan II
55
3.8.2.c. Pelaksanaan Tindakan II
56
3.8.2.d.Observasi II
56
3.8.2.e. Refleksi II
57
3.9. Teknik Analisi Data
58
3.9.1. Analisis Data Tes Kemampuan Berpikir Kritis
58
3.9.2. Analisis Data Observasi
59
viii
3.9.3. Analisi Angket Respon Siswa
60
3.9.4. Analisi Data Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Untuk
Kemampuan Berpikir Kritis Matematika
3.10. Indikator Keberhasilan
BAB IV
61
62
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Siklus I
64
4.1.1. Permasalahan I
64
4.1.2. Perencanaan Tindakan I
65
4.1.3. Pelaksanaan Tindakan I
66
4.1.3.1. Pelaksanaan Tindakan I Pertemuan Pertama
66
4.1.3.2. Pelaksanaan Tindakan I Pertemuan Kedua
68
4.1.3.3. Pelaksanaan Tindakan I Pertemuan Ketiga
68
4.1.4. Observasi I
68
4.1.5. Deskripsi Hasil Wawancara
71
4.1.6. Analisis Data I
73
4.1.7. Proses Penyelesaian Jawaban Kemampuan Berpikir
Kritis I
4.1.8. Refleksi I
77
79
4.1.8.1. Refleksi Terhadap Aktivitas Guru dan Siswa
80
4.1.8.2. Refleksi Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
80
4.2. Pelaksanaan Dan Hasil Penelitian Pada Siklus II
81
4.2.1. Permaslahan II
81
4.2.2. Perencanaan Tindakan II
82
4.2.3. Pelaksanaan Tindakan II
83
4.2.3.1. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan Kedua
83
4.2.3.2. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Pertemuan Kedua
85
4.2.3.3. Pelaksaan Tindakan Pembelajaran Pertemuan Ketiga
85
4.2.4. Observasi II
86
4.2.5. Analisis Data
88
4.2.6. Proses Penyelesaian Jawaban Kemampuan Berpikir Kritis II
91
ix
4.2.7. Refleksi II
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V
92
94
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
98
5.2. Saran
99
DAFTAR PUSTAKA
101
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Jawaban Tes Awal Siswa
6
Gambar 3.1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
57
Gambar 4.1. Tingkat Kemampuan Siswa Tiap Indikator KBK pada Siklus I
78
Gambar 4.2. Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Klasikal Siklus I
79
Gambar 4.3. Tingkat Kemampuan Siswa Tiap Indikator KBK pada Siklus II
94
Gambar 4.4. Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Klasikal Siklus II
95
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
21
Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Pendekatan Open-Ended
34
Tabel 3.1
Aspek Yang diamati Pada Angket Respon siswa
51
Tabel 3.2
Kriteria Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis
59
Tabel 3.3
Interpretasi Kegiatan Siswa dan Kemampuan Guru
60
Tabel 3.4 Kategori Persentasi Proses Penyelesaian Jawaban
61
Tabel 3.5 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menyimpulkan soal
77
Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Awal Berpikir Kritis Siswa
64
Tabel 4.2 Persentase Respon Siswa Pada Siklus I
72
Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menganalisis Soal
76
Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa Dalam Mensintesis Soal
76
Tabel 4.5 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menyimpulkan soal
77
Tabel 4.6 Tingkat penyelesaian Jawaban Kemampuan Berpikir Kritis
79
Tabel 4.7 Hasil Penelitian Siklus I
82
Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II
88
Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II
90
Tabel 4.10 Persentase Respon Siswa pada Siklus II
91
Tabel 4.11 Tingkat Kemampuan dalam menganalisi Soal
93
Tabel 4.12 Tingkat Kemauan Siswa Dalam mensintesis soal
93
Tabel 4.13 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menyimpulkam
94
Tabel 4.14 Tingkat penyelesian jawaban kemampuan berpikir Kteatif II
96
Tabel 4.15 Hasil Penelitian Siklus11
97
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I)
105
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I)
112
Lampiran 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus II)
119
Lampiran 4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus II)
126
Lampiran 5
Lembar Aktivitas Siswa (LAS 1) Siklus I
133
Lampiran 6
Lembar Aktivitas Siswa (LAS 2) Siklus I
137
Lampiran 7
Lembar Aktivitas Siswa (LAS 1) Siklus II
141
Lampiran 8
Lembar Aktivitas Siswa (LAS 2) Siklus II
145
Lampiran 9
Alternatif Penyelesaian LAS 1 Siklus I
148
Lampiran 10
Alternatif Penyelesaian LAS 2 Siklus I
150
Lampiran 11
Alternatif Penyelesaian LAS 1 Siklus II
152
Lampiran 12
Alternatif Penyelesaian LAS 2 Siklus II
154
Lampiran 13
Tes Kemampuan Awal
157
Lampiran 14
Tes Kemampuan Berpikir Kritis I
158
Lampiran 15
Tes Kemampuan Berpikir Kritis II
160
Lampiran 16
Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Awal
163
Lampiran 17
Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan
Berpikir Kritis I
Lampiran 18
165
Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan
Berpikir Kritis II
168
Lampiran 19
Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal
173
Lampiran 20
Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis I
174
Lampiran 21
Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis II
175
Lampiran 22
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis
176
Lampiran 23
Lembar Validasi Tes Kemampuan Awal
177
Lampiran 24
Lembar Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis I
181
Lampiran 25
Lembar Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis II
193
Lampiran 26
Lembar Observasi Kegiatan Guru
196
Lampiran 27
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
199
xiii
Lampiran 28
Angket Respon Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran
201
Lampiran 29
Lembar Wawancara
203
Lampiran 30
Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Awal
204
Lampiran 31
Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Awal Per-Indikator
205
Lampiran 32
Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis I
208
Lampiran 33
Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis I
Per-Indikator
204
Lampiran 34
Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis II
207
Lampiran 35
Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis II
Per-Indikator
Lampiran 36
Lampiran 36
208
Analisis Proses Jawaban Siswa Pada Tes Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa
209
Dokumentasi Penelitian
211
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha penyiapan subjek didik
menghadapi lingkungan hidup dan diharapkan mampu melahirkan calon- calon
penerus pembangunan masa depan yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, cerdas,
kreatif, dan siap meghadapi berbagai macam tantangan. Dalam interaksi
pendidikan siswa tidak harus diberi atau dilatih, tetapi siswa dapat mencari,
menemukan, memecahkan masalah – masalah dan melatih dirinya untuk
memperoleh pengetahuan. Sehingga siswa dilatih berperan aktif dan bertanggung
jawab terhadap proses dan hasil belajar.
Berpikir merupakan dari keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan
penemuan terarah kepada satu tujuan. Berpikir juga merupakan suatu kegiatan
mental untuk membangun dan memperoleh pengetahuan. Dalam suatau proses
pembelajaran
kemampuan
berpikir
siswa
dapat
dikembangkan
dengan
memperkaya pengalaman yang bermakna melalui persoalan pemecahan masalah
agar siswa mempunyai struktur konsep yang dapat berguna dalam menganalisis
serata mengevaluasi suatu permasalahan. Salah satunya adalah melalui
kemampuan berpikir kritis alasan perlunya mengembangkan kemampuan berpikir
kritis adalah bahwa berpikir kritis merupakan aspek dalam memecahkan
permasalahan secara kreatif agar siswa dapat bersaing dan mampu bekerja sama
dengan bangsa lain. (Maulana ,2008)
Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan bahwa:
“matematika perlu diajarakan kepada siswa karena (1) selalu digunakan
dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan
keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan saran komunikasi
yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir
logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menentang”.
1
2
Sehingga sebagai salah satu sarana berfikir ilmiah, matematika sangat
diperlukan untuk menumbuh kembangkan kemampuan berfikir logis, sistematis,
dan kritis dalam diri peserta didik. Karena itu matematika diperlukan oleh peserta
didik bahkan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupannya. Matematika
sebagai ilmu dasar baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya
mempunyai peranan penting dalam segala jenis dimensi kehidupan. Tujuan
pembelajaran matematika secara nasional menggambarkan pentingnya pelajaran
matematika sebagaimana yang tercantum dalam kurikulum 2006, yaitu :
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luas, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dan simbol, tabel, diagram atau media lain
untuk memperjelas masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah
Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, mata
pelajaran matematika (Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006, tanggal 23 mei 2006 tentang standar isi),telah disebutkan bahwa mata
pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir
logis,analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.
Mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis maupun
bekerja sama sudah lama menjadi fokus dan perhatian pendidik matematika di
3
kelas hal itu berkaitan dengan sifat dan karakteristik keilmuan matematika. tetapi,
fokus dan perhatian pada upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis
matematika siswa jarang atau tidak pernah dikembangkan. Padahal kemampuan
itu yang sangat diperlukan agar siswa dapat melakukan.
Sejauh ini pembelajaran matematika di beberapa sekolah di Indonesia
masih di dominasi pada pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran
konvensional ini, guru cenderung menggunakan metode ceramah dengan harapan
siswa dapat memahami dan memberikan respon sesuai dengan materi yang di
ceramahkan. Dalam pembelajaran guru banyak bergantung pada buku teks,
dengan harapan siswa memiliki pandangan yang sama dengan guru atau sama
dengan isi buku teks tersebut. Pengajaran di dasarkan pada gagasan atau konsepkonsep yang sudah di anggap pasti atau baku, dan siswa harus memahaminya.
Guru berusaha memindahkan atau mengkopikan pengetahuan yang ia miliki
kepada siswa. Keadaan ini cenderung membuat siswa pasif dalam menerima
pelajaran dari guru. Guru lebih aktif dalam memindahkan informasi sebanyakbanyaknya kepada siswa dan siswa pasif hanya duduk, diam, mendengar dan
mencatat apa yang di anggapnya penting. Selain itu pembelajaran konvensional
juga beranggapan bahwa guru berhasil apabila dapat mengola kelas dimana siswasiswi terlatih dan tenang mengikuti pelajaran yang di sampaiakan guru.
Pengajaran dianggap sebagai suatu proses penyampaian fakta-fakta kepada para
siswa, sementara para siswa mencatatnya pada buku catatanya.
Kurang sukanya siswa terhadap matematika jika dilihat dari individu siswa
itu sendiri dapat disebabkan karena banyak faktor seperti kecerdasan, minat, citacita hingga latar belakang keluarga dan lingkungan dimana siswa lebih banyak
menghabiskan waktunya di luar dari pada di sekolah. Sedangkan jika dilihat dari
guru yang mengajarkan matematika, ketidak sukaan siswa terhadap matematika
bisa dikarenakan gaya guru mengajar yang kurang menarik, metode mengajar
guru yang monoton hingga pada pribadi guru yang kurang menyentuh hati siswa.
Siswa yang menyukai matematika, prestasinya cenderung tinggi dan
sebaliknya siswa yang tidak menyukai matematika prestasinya cenderung rendah.
4
Sikap merupkan salah satu komponen dari aspek afektif, yang merupakan
kecenderungan seseorang merespon secara positif atau negatif suatu objek, situasi,
konsep, atau kelompok individu. Hal ini yang sama juga dikemukakan oleh
thorndike dan hagen (haji,2005), yang menyatakan sikap sebagai suatu
kecenderungan untuk meneria atau menolak kelompok-kelompok individu, atau
institusi sosial tertentu. Atiken (Ma, 1997) melukiskan sikap kecenderungan
seseorang untuk merespon secara positif atau negatif suatu objek, situasi, konsep
atau orang lain. Matematika dapat diartikan sebagai suatu konsep atau ide abstrak
yang penalarannya dilakukan dengan cara deduktif aksiomatik. Hal ini dapat
disikapi oleh siswa berbeda-beda, mungkin menerima(suka) atau menolak (tidak
suka) terhadap konsep atau objek matematika. hal yang sama dikemukakan oleh
Neale (Ma, 1997) yang melukiskan sikap sebagai ukuran suka atau tidak sukanya
seseorang tentang matematika. siswa yang menerima matematika, berarti bersikap
positif, sedangkan siswa yang menolak matematika berarti bersikap negatif.
Dari pengalaman peneliti selama PPL sebagai guru matematika, peneliti
banyak mendapatkan masukan maupun keluhan dari siswa. Baik keluhan
menyatakan matematika sebagai pelajaran yang sulit mereka mengerti dan
pahami, namun pengakuan lugu mereka yang mengatakan bahwa mereka tidak
suka matematika. matematika juga pelajaran yang tidak relevan terhadap
kehidupan keseharian mereka, tidak berminat bahkan sangat menghindari
pelajaran matematika ketika di sekolah bahkan setelah sekolah di sekolah, hingga
pada trauma mereka terhadap guru matematika di sekolah yang menurut mereka
galak dan kiler pada saat mereka duduk dibangku SD.
Ketidaksukaan siswa tersebut terhadap matematika merupakan salah satu
faktor yang membuat mereka tidak bisa menyelesaikan permasalahn dalam
kehidupan sehari-hari, tidak tanggap terhadap sebuah permasalahan bahkan sering
tidak
kritis
terhadap
sebuah
persoalan.
Padahal
dalam
menyelesaikan
permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari berfikir kritis sangatlah
penting.
5
Desmita (2005: 161), menjelaskan bahwa pemikiran kritis (critical
thinking) merupakan pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara
mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka bagi berbagai pendekatan
dan perspektif yang berbeda, menganalisis permasalahan sampai ketingkat
terkecil (tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari
berbagai sumber baik lisan maupun tulisan), dan berfikir secara reflektif dan
evaluatif. Hal senada juga dikatakan oleh Cabera (dalam Husnidar, 2014 : 72)
menjelaskan bahwa penguasaan kemampuan berfikir kritis tidak cukup dijadikan
sbagai tujuan pendidikan semata, tetapi juga sebagai prosen fundamental yang
memungkinkan peserta didik untuk mengatasi berbagai permasalahan masa
mendatang dilingkungannya. Dari pendapat kedua ahli di atas, dapat di
simpulakan bahwa salam proses pembelajaranya, pendidik tidak boleh
mengabaikan penguasaan kemampuan berpikir kritis siswa.
Namun kenyataan dilapangan proses pembelajaran matematika yang
dilaksanakan pada saat ini belum memenuhi harapan guru sebagai pengembang
strategi pembelajaran dikelas. Siswa mengalami kesulitan dalam belajar
matematika, khusnya dalam menyelesaikan soal berhubungan dengan kemampuan
berfikir kritis, Kemampuan berpikir kritis matematika msih rendah yaitu sebesar
21%. Hal ini dapat dilihat dari proses jawaban siswa dari permasalahan berikut :
Anton bermain kartu bergambar bersama temannya. Ketika mereka selesai
bermain, Budi, adiknya Anton mengumpulkan kartu-kartu tersebut.
Kemudian ia asik membangun rumah bertingkat yang diberi nama Rumah
Kartu. Susunan kartu untuk setiap tingkatnya
gambar berikut .
dapat dicermati pada
6
Setelah Budi menyusun beberapa rumah kartu bertingkat, ia bertanya
dalam pikirannya. Beberapa banyak kartu yang dibutuhkan untuk
membangun rumah kartu 3 tingkat? Dapatkah kamu membantu Budi untuk
menyelesaikan masalah tersebut ?
Salah satu jawaban dari permasalahan tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut :
Membuat untuk
banyak tingkatan
rumah kartu
membuat banyaknya
kartu
Gambar 1.1 Jawaban Tes Awal Siswa
Berdasarkan proses jawaban siswa diperoleh bahwa hampir semua siswa
mengalami kesulitan menyajikan masalah dalam bentuk cerita. Selain itu, dilihat
dari Gambar 1.1, siswa tidak menulis keterangan banyak kartu dan banyaknya
tingkatan rumah, dan jawaban untuk rumah tingkat tiga adalah enam merupakan
jawaban yang salah, dikarenakan untuk rumah tingkat tiga menggunakan 7 buah
kartu. Dari 28 orang siswa yang mengikuti tes awal,
hanya 6 orang yang
memiliki kemampuan berpikir kritis kategori sedang, 10 orang yang berada pada
7
kategori rendah dan 12 orang sangat rendah, karena mereka tidak mampu
memahami, menjelaskan, serta mempresentasikan soal yang diberikan.
Hingga saat ini, pembelajaran untuk meningkatkan berfikir kritis dalam
memecahkan soal belum begitu membudaya di kelas. Kebanyakan siswa terbiasa
melakukan kegiatan belajar berupa menghafal tanpa dibarengi pengembangan
pemahaman dan keterampilan berfikir. Untuk menyikapi permasalahan ini maka
perlu dilakukan upaya pembelajaran berdasarkan teori kognitif yang didalamya
termasuk teori belajar konstruktivis. Menurut teori konstruktivis pemahaman dan
berfikir kritis dalam memecahkan soal dapat dikembangkan jika peserta didik
melakukan sendiri, menemukan, dan memindahkan kekomplekan pengetahuan
yang ada. Dalam hal ini, secara pontanitas siswa akan mencocokan pengetahuan
yang baru dengan pengetahuan yang dimilikinya kemudian membangun kembali
aturan pengetahuannya jika terdapat aturan yang tidak sesuai.
Menurut Slavin (1994), pemberian keterampilan berfikir kritis dan
pemecahan masalah (soal) kepada peserta didik memerlukan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, terutama orang tua, teman sejawat, maupun guru.
Selain itu, pemberian keterampilan berfikir dan memecahkan masalah kepeserta
didik adalah lembaga pendidikan seperti sekolah. Oleh karena itu disimpulkan
bahwa sekolah merupakan cermin dari masyarakat luas dan merupakan
laboratorium pemecahan masalah ( soal ) dari bentuk kehidupan nyata.
Di Indonesia, pengajaran keterampilan berfikir kritis dalam meningkatkan
kemampuan pemahaman matematis memiliki beberapa kendala. Salah satunya
adalah terlalu dominanya peran guru di sekolah sebagai penyebar ilmu atau
sumber ilmu, sehingga siswa hanya dianggap sebagai sebuah wadah yang akan
diisi dengan ilmu oleh guru. Kendala lain yang sebenarnya sudah cukup klasik
namun memang sulit dipecahkan, adalah sistem penilaian prestasi siswa yang
lebih banyak didasarkan melalui tes-tes yang sifatnya menguji kemampuan
kognitif tingkat rendah. Siswa yang di cap sebagai siswa yang pintar atau sukses
8
adalah siswa yang lulus ujian. Ini merupakan masalah lama yang sampai sekarang
masih merupakan polemik yang cukup seru bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Banyak
faktor
yang
menjadi
penyebab
rendahnya
kemampuan
pemahaman matematis dan kemampuan berpikir kritis siswa, salah satunya adalah
ketidak
tepatan
dan
kurangnya
bervariasi
dalam
menggunakan
model
pembelajaran atau media pembelajaran yang di gunakan guru di kelas. Selain itu
pembelajaran matematika di kelas belum bermakna, bersusun dan tidak
menekankan pada pemahaman siswa, sehingga pengertian siswa tentang konsep
soal sangat lemah. Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini kebanyakan guru
menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional dan anaknyak di
dominasi guru. Pola pembelajaran seperti itu harus di ubah dengan cara
menggiring peserta didik mengkontruksikan ilmunya sendiri dan menemukan
konsep-konsep soal secara mandiri.
Untuk mengantisipasi masalah diatas, guru di tuntut mencari dan
menemukan suatau cara yang dapat menemukan suatau cara yang dapat
menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Pengertian ini mengandung makna
bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan suatu model pembelajaran dan
pendekatan yang dapat meningkatkan kemampuan menemukan, mengembangkan,
enyelidiki dan mengungkapkan ide peserta didik sendiri. Dengan kata lain
diharapkan kiranya guru mampu meningkatkan kemampuan pemahaman
matematis, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan siswa memecahkan
masalah dalam belajar matematika.
Menurut Mariono (Dalam Lestari, Sri. 2010 : 7) menjelskan bahwa
kemampuan memecahkan masalah (soal) adalah tujuan umum dalam pengajaran
matematika bahkan sebagai jantungnya matematika. oleh karena itu kemampuan
memecahkan masalah dalam soal hendaknya diberikan, dilatihkan, dan dibiasakan
kepada siswa sedini mungkin, dengan membut soal-soal atau pertanyaanpertanyaan yang dapat memancing berfikir kritis siwa, sehingga permasalahaan
yang ada dapat dipecahkan oleh siswa.
9
Bagi seorang guru, dalam mengajar matematika tidak cukup hanya
mengandalkan penguasaan materi. Diperlukan strategi pembelajaran yang tepat
agar siswa merasa senang dan bersemangat belajar matematika, sehingga siswa
dapat meraih prestasi tinggi. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas, siswa
juga belum terlibat aktif, banyak siswa yang sering mengantuk saat pembelajaran,
tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan, malas mencatat, suka melamun dan
kurangnya intensitas bertanya siswa serta berbagai aktivitas lain yang menunjukan
bahwa motivasi, kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan berpikir
kritis siswa dalam belajar matematika masih rendah khususnya pada pembelajaran
sistem Persamaan Linier Dua Variabel Sedangkan untuk menumbuhkan berpikir
kritis belajar matematika dikalangan siswa dapat dilakukan dengan menerapkan
pendekatan-pendekatan pembelajaran yang dapat memancing berpikir kritis
matematika siswa, seperti pendekatan open-ended.
Berasarkan kenyatan bahwa tingkat kemampuan kritis anak-anak
Indonesia yang masih rendah serta arti dan peranan penting kreativitas dan
berpikir kritis dalam kehidupan, kemampuan pemecahan masalah dalam soal
masih rendah dan sikap siswa yang negatif, dengan demikian perlu untuk
memberikan sebuah lingkungan belajar bagi siswa-siswi sekolah yang
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah
(soal) Mengacu ada pendapat bahwa pendekatan open – ended adalah pendekatan
yang dapat memberikan kesempatan siswa berperan aktif dan mendorong cara
berfikir siswa maka dapat diberikan bahwa pendekatan ini dapat menjadi
fasilitator dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
memecahkan masalah (soal). Dengan harapan tersebut maka pembelajaran
matematika dengan pendekatan open-ended dipilih dalam penelitian ini untuk
dilihat kemampuan berpikir kritis, kemampuan dalam memecahkan masalah
(soal) terhadap matematika.
Menurut Shimada dan Becker (dalam Afgani,2010:3) munculnya
pendekatan Open Ended berawal dari pandangan bagaimana menilai siswa secara
objektif kemampuan berpikir tingkat tinggi matematika. Seperti yang diketahui
10
bahwa dalam pembelajaran matematika, rangkaian pengetahuan, keterampilan,
konsep-konsep, prinsip-prinsip atau aturan-aturan biasanya diberikan kepada
siswa dalam langkah sistematis. Pendekatan Open Ended memberi kesempatan
kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman menemukan,
mengenali, memecahkan masalah dengan beberapa teknik sehingga cara berpikir
siswa terlatih dengan baik. Pendekatan Open Ended mendorong siswa
mengembangkan berpikir kritis dan pola pikir matematis dengan memanfaatkan
konsep matematika, sehingga diharapkan siswa memiliki kemampuan pemecahan
masalah matematika dan berpikir kritis.
Menurut Suherman (dalam Lambertus,2013:75), tujuan pendekatan Open
Ended bukan untuk mendapat jawaban tetapi lebih menekankan pada cara
bagaimana sampai pada suatu jawaban. Inti dari pendekatan Open Ended
mengembangkan secara maksimal kegiatan interaktif antara matematika dan siswa
sehingga mengundang mereka untuk menjawab permasalahan melalui berbagai
strategi.
Guru
mengemas
pembelajaran
untuk
mengembangkan
materi
pembelajaran lebih lanjut yang telah dikenal siswa. Dengan demikian siswa akan
termotivasi untuk menyelesaikan masalah sendiri.
Berbagai penelitian khususnya pendidikan matematika menunjukkan bahwa
pendekatan Open Ended mampu menjadi solusi mengatasi masalah dalam upaya
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan berpikir kritis
siswa.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan studi tentang “
Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan open-ended Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Siswa Kelas VIII ”.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan pemecahan masalah (soal) siswa masih rendah.
2. Siswa menganggap matematika pelajaran yang sulit dan membosankan.
11
3. Rendahmya Kemampuan berpikir kritis siswa.
4. Metode mengajar guru belum mampu untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis matematika siswa.
1.3
Batasan Masalah
Dari berbagai masalah yang teridentifikasi, peneliti membatasi penelitian
agar lebih terfokus pada permasalahan yang mendasar dan memberikan dampak
yang luas terhadap permasalahan yang dihadapi. Penelitian ini dibatasi pada
pemecahan masalah (soal) dan berpikir kritis siswa. Alternatif pembelajaran yang
diteliti berbasis pendekatan open ended.
1.4
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan
masalah, maka permasalahan yang dikaji pada rumusan masalah ini adalah
“Bagaimana pendekatan Open Ended
untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah (soal) matematika dan berpikir kritis siswa Kelas VIII SMP ”
dari permasalahan tersebut dapat dirincikan beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Apakah pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Open-Ended dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika kelas VIII SMP Swasta
Satria Binjai?
2. Bagaimana Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah berkaitan
dengan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Swasta Satria
Binjai?
3. Bagaimana respon siswa terhadap pendekatan open ended?
1.5
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk meningkatkan berpikir kritis matematika siswa pada pokok bahasan
Simtem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII SMP Swasta Satria
Binjai dengan menerapkan pendekatan Open-Ended.
12
2. Untuk mendeskripsikan proses jawaban siswa dalam meyelesaikan masalah
berkaitan dengan kekampuan berpikir kritis matematika melalui pendekatan
Open-Ended.
3. Untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap Pendekatan OpenEnded.
1.6
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :
1.
Memberikan alternatif dalam memfasilitasi pencapaian kemampuan siswa
untuk memecahkan masalah (soal) matematika dan mengembangkan Berpikir
kritis melalui pendekatan open ended.
2.
Memberikan informasi pendekatan open ended yang dapat dimanfaatkan guru
dan peseta didik dalam pembelajaran matematika.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan pada Bab IV
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.
Pendekatan open ended dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa khususnya pada materi Sistem Persamaan
Linier Dua Variabel kelas VIII di SMP Swasta Satria Nusantara Binjai. Hal
ini diketahui berdasarkan hasil tes yang diberikan, dimana nilai rata – rata
kelas mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata sebesar 56,25 pada tes
kemampuan awal meningkat menjadi 65,93 pada siklus I dan meningkat
menjadi 83,24 pada siklus II. Dan terdapat peningkatan ketuntasan klasikal
pada tes kemampuan awal sebanyak 10 siswa (35,71%) yang tuntas
(memperoleh nilai kemampuan ≥ 70 atau memiliki
tingkat kemampuan
berpikir kritis berada dalam kategori minimal cukup kritis) meningkat
menjadi 17 siswa (60,71%) yang tuntas (memperoleh kemampuan ≥ 70 atau
memiliki tingkat kemampuan berpikir kritis berada dalam kategori minimal
cukup kritis) pada siklus I dan mengalami peningkatan menjadi 24 siswa
(85,71%) yang tuntas (memperoleh kemampuan ≥ 70 atau memiliki tingkat
kemampuan berpikir kritis berada dalam kategori minimal cukup kritis) pada
siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa sudah
melebihi target yaitu 85% sehingga dapat dikategorikan bahwa ketuntasannya
adalah baik.
2.
Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal mengalami peningkatan. Hal
ini dilihat dari persentase proses penyelesaian jawaban siswa pada tes
kemampuan berpikir kritis matematika siklus I sebesar 57,14% meningkat
pada siklus II menjadi 92,86%.
3.
Respon siswa terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan open ended adalah positif. Hal ini dilihat dari
98
99
persentase respon siswa selama proses pembelajaran yang berlangsung pada
siklus I sebesar 83,93 % dan pada siklus II sebesar 92,86 %.
4.
Pembelajaran matematika pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
dengan menggunakan pendekatan open ended pada siklus I dapat dikatakan
tidak efektif karena tidak memenuhi salah satu indikator efektivitas
pembelajaran yaitu ketuntasan klasikal tes kemampuan berpikir kritis siswa
tidak mencapai 85% (56,25%). Sedangkan pada siklus II pembelajaran
dikatakan efektif karena (1) ketuntasan klasikal tes kemampuan berpikir kritis
siswa mencapai 85,71%, (2) ketuntasan tujuan pembelajaran telah dicapai
oleh 24 siswa (85,71%) dari 28 siswa, (3) waktu yang dibutuhkan untuk
proses pembelajaran tidak melebihi seperti biasa, dan (4) respon siswa
terhadap pembelajaran dengan pendekatan open ended adalah positif dengan
persentase respon positif pada siklus I dan siklus II berturut – turut adalah
sebesar 83,93% dan 92,86%.
5.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti memberikan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Kepada guru matematika dalam mengajarkan pembelajaran matematika
disarankan jika bersedia untuk menggunakan pendekatan open ended
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa.
2. Guru sebaiknya berupaya untuk selalu melibatkan siswa untuk lebih aktif
dan membuat suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar
sehingga siswa tertarik dan termotivasi dalam belajar serta dapat
mengkondisikan siswa dalam keadaan nyaman dan siap untuk belajar,
karena kondisi yang nyaman dapat menciptakan suasana yang efektif dan
efisien untuk belajar.
3. Kepada siswa diharapkan untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar,
lebih banyak berlatih menyelesaikan soal-soal, khususnya soal-soal
100
penerapan dan lebih berani untuk mengungkapkan ide dan pendapat saat
berdiskusi.
4. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis dapat
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan pendekatan open
ended
terhadap
peningkatan
kemampuan
penerapannya pada pokok bahasan yang berbeda.
belajar
lainnya
serta
101
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Arief. 2007. Memahami Berfikir Kritis. Jakarta: Cemerlang. [Online].
Tersedia: http://re-searchengines.com/1007arief3.html
Alec Fisher. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Alwasilah A Chaedar, 2008. Pokoknya kualitatif. Jakarta : PT Dunia Pustaka
Jaya
Arikunto, Suharsimi,dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Becker, J.P. dan Shimada, S. (1997). The Open-Ended Approach: A New
Proposal for Teaching Mathematics. Virginia: NCTM.
Desma R.S. 2015. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Pada Materi Segi Empat di Kelas
VII SMP Swasta Santa Maria Medan T.A 2014/2015. Skripsi. Medan:
UNIMED.
Desmita, 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Ennis, R.H. 2000. At Outline of Goals for a Critical Thinking Curriculum and Its
Assessment. [Online]. Tersedia: http://criticalthingking.net[02 Oktober
2016 ].
Fachrurazi.2011.“Penerapan
Pembelajaran
Berbasis
Masalah
untuk
Meningkatakn Kemempuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis
Siswa Sekolah Dasar”. Forum Penelitian, Edisi khusus No. 1: 76-89.
Haji, S. 2005. Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Hasil
Belajar Matematika di Sekolah Dasar. Disertasi S3UPI: Tidak
diterbitkan.
Hancock, C.L. 1995.“Enchancing Mathematics Learning with Open-Ended
Questions”. Assesment Standards for School Mathematics. 86 (9).
Heddens, J.W 1995, Conceps and Classroom Methods, Today’sMathematics.
New York; Macmillan Publishing Company
102
Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Pers
Lambertus, Arapu, A. Patih, T. 2013. Penerapan pendekatan Open-Ended untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif matematik Siswa SMP.
JurnalPendidikanMatematika.Vol.4Nomor1.(Online).http://jurnalpmat.w
ebs.com/JUR07_LAMBERTUS_73_82_JAN2013.pdf[ di akses pada 27
September 2016]
Lestari NDF. 2010. Profil Pemecahan Masalah Matematika Open-Ended dan
Kemampuan Matematika. Surabaya: Tesis UNESA.
Ma, X. 1997. “Assessing the Relationship Between Attitude Toward Mathematics
and Achievment in Mathematics: A Meta-Analisis". Journal for research
in Mathematics Education, 28 (1), 26-47.
Manurung,SL, 2010,Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis dan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan Menggunakan
Software Autograph (PPs UNIMED)
Mas, S. 2012. Pengaruh Penggunaan Laboratorium Riil dan Laboratorium Virtuil
pada Pembelajaran Fisika Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa. Tesis. Solo: PPS UNS.
Maulana. (2008) Pembelajaran Analitik Sintetik untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas.
Mina, Enden. 2006 . Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Open-Ended terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif matematik Siswa
SMA Bandung. Tesis UPI. Bandung : Tidak diterbitkan
Nainggolan, Sintong. 2013. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep dan
Kreativitas Berpikir Melalui Model Pembelajaran Pencapaian Konsep
Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bilah Barat, Tesis. Medan: PPS
UNIMED.
Nohda, Nobohiko. 2000. A Study of "Open-Approach" Method in School Mathematics Teaching. Makalah disajikan dalam International Congress on
Mathematics
103
Eduacation.[Online].Tersedia:http://www.nku.edu/~sheffield/wga1.html.
[20 September 2016]
Ruseffendi, E.T. 1991. Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya
dalam Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru. Bandung.
Diktat.
Shimada, S. 1997. The Significance of an Open-Ended Approach. In Shimada, S.
Dan Becker, J.P. (Ed). The Open-Ended Approach. A New Proposal for
Teaching Mathematics. Reston: VA NCTM.
Slavin., and Ennis. 1994. Educational Pshicology: Theory into Practice.Prentice
Hall: Engelwood
Sudaryanto. 2008. Kajian Kritis Tentang Permasalahan Sekitar Pembelajaran
Kemampuan Berpikir Kritis. Tersedia : http// www. Fk. Undip. ac. id (19
september 2019)
Sudjana, Nana. 2009. Penilain Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaj
Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi.(2004).Psikologi Pendidikan.Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada
Trianto,
2011, Model Pembelajaran Terpadu Konsep,Strategi Dan
Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
Jakarta : Bumi Aksara
Ziswan, Delnedi. 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 Melalui Workshop
Pada SMK N 4 Kota Jambi. Tesis. Medan: PPS UNIMED.
Zuriah, Nurul 2009.Metode Penelitian Sosial danpendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
ii
RIWAYAT HIDUP
Delvita Agus Sari Br.Ginting dilahirkan di Medan, pada tanggal 06
Agustus 1994. Ayah bernama Dame Ginting ST dan Ibu bernama Riamita
Sinulingga, dan merupakan anak Pertama dari dua bersaudara. Pada tahun 2000,
penulis masuk sekolah di SD Negri 020261 Binjai dan lulus pada tahun 2006.
Pada tahun 2006 penulis melanjutkan sekolah di SMP Negri 2 Binjai dan lulus
pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis melanjutkan sekolah di SMA Negri 1
Binjai dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis diterima di Program
Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA DI KELAS VIII SMP
SWASTA SATRIA BINJAI T.A 2016/2017
Oleh :
Delvita Agus Sari br.Ginting
NIM. 4123311007
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017
iii
PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN OPEN
ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA DI KELAS VIII SMP
SWASTA SATRIA BINJAI T.A 2016/2017
Delvita Agus Sari Ginting (NIM. 4123311007)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Meningkatkan berpikir kritis matematika
siswa pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII
SMP Swasta Satria Binjai Dengan menerapkan pendekatan Open-Ended. (2)
Mendeskripsikan proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah berkaitan
dengan kemampuan berpikir kritis matematika melalui pendekatan Open-Ended.
(3) Mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pendekatan Open-Ended.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Swasta Satria Binjai T.A 2016/2017
yang berjumlah 28 orang. Sedangkan objek penelitian ini adalah kemampuan
berpikir kritis siswa dengan menerapkan pendekatan open ended dalam
pembelajaran matematika pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel.
Penelitian terdiri dari 2 siklus dan tes diberikan pada setiap akhir siklus.
Dari hasil analisis data diperoleh hasil: (1) rata-rata nilai tes berpikir kritis pada
siklus I sebesar 65,93 dengan 60,71% dari jumlah siswa yang mengikuti tes
memiliki tingkat berpikir kritis minimal kategori cukup kritis kemudian rata-rata
meningkat pada siklus II sebesar 83,24 dengan 85,71% dari jumlah siswa
memiliki tingkat berpikir kritis minimal kategori cukup kritis. (2) Proses
penyelesaian masalah berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis siswa secara
klasikal pada siklus I sebesar 57,14% kemudian meningkat pada siklus II menjadi
92,86%. (3) Respon siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan
open ended adalah positif dengan persentase pada siklus I sebesar 83,93 % dan
pada siklus II sebesar 92,86 %.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti menyarankan agar
pendekatan open ended dalam pembelajaran matematika dapat dijadikan sebagai
salah satu alternatif pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa.
Kata Kunci : Pendekatan Open Ended, Kemampuan Berpikir Kritis
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan berkat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan,
kesempatan, dan kemudahan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Matematika
Dengan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Di
Kelas VIII SMP Swasta Satria Binjai Tahun Ajaran 2016/2017”. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah banyak memberikan bimbingan dan saran yang membangun sejak
penyusunan proposal, penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. KMS. Amin Fauzi,
M.Pd, Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd , dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari rencana
penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku dosen
Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam
perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal
Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku
Dekan FMIPA, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, dan
Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku ketua jurusan, sekretaris jurusan, dan
ketua program studi pendidikan matematika FMIPA UNIMED serta seluruh
Bapak, Ibu Dosen dan Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang
sudah membantu penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu
H. Purba, S.Pd selaku Kepala Sekolah dan Bapak Immanuel Tarigan, S.Pd selaku
guru bidang studi matematika SMP Swasta Satria Binjai, guru, staf, pegawai, dan
siswa-siswi SMP Swasta Satria Binjai yang telah banyak membantu penulis
selama penelitian.
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih terdalam kepada
Ayahanda tercinta Bapak Dame Ginting, ST dan Ibunda tercinta Ibu Riamita
Sinulingga yang selalu memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan dukungan
yang tak terhingga kepada penulis selama menjalani pendidikan hingga
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada Dunan Ginting, Siska Sembiring,
Tiurma Gulton dan Semua Teman-teman rekan Sepelayanan yang telah
v
memberikan semangat, bantuan dan dukungan kepada penulis. Terima kasih juga
kepada adik tersayang Jepri Manda Ginting yang menjadi penyemangat bagi
penulis.
Terimakasi kepada Orang yang tersayang Wahyu Sitepu dan Terima kasih
juga kepada sahabat tersayang Leni harahap, Nuel Tarigan, Yohana Manurung,
Rafika Hanum yang sudah banyak membantu, mendukung, dan memberi
semangat tiada hentinya kepada penulis dari awal sampai selesainya penyusunan
skripsi ini. Terima kasih juga kepada semua sahabat dan rekan-rekan seperjuangan
Afwanil Nasution, Eka Nuraini, Husna, Lambok putra paulus, Martin Edward,
Rita Malona Butar-butar dan Semua teman-teman di Jurusan Matematika kelas
EKS A 2012 yang telah banyak membantu dan saling memberi semangat kepada
penulis selama perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun
tata bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan,
Penulis,
April 2017
Delvita Agus Sari Br.Ginting
NIM. 4123311007
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar isi
vi
Daftar Gambar
x
Daftar Tabel
xi
Daftar Lampiran
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
10
1.3. Batasan Masalah
11
1.4. Rumusan Masalah
11
1.5. Tujuan Penelitian
11
1.6. Manfaat Penelitian
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kemampuan Berpikir Kritis
13
2.2. Masalah Open-Ended
27
2.3. Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Open-Ended
30
2.4. Materi Pelajaran
35
2.4.1 Pengertian Persamaan Linier Dua Variabel
2.5 Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) dikelas VIII
SMP Berbasis Konteks Dunia Nyata
35
44
vii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
48
3.2. Waktu Penelitian
48
3.3. Subjek Penelitian
48
3.4. Objek Penelitian
48
3.5. Jenis Penelitian
48
3.6. Definisi Operasional
49
3.7. Instrumen Penelitian
50
3.7.1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
50
3.7.2. Lembar Observasi Kegiatan Siswa
50
3.7.3. Lembar Observasi Kemampuan Guru Menolah Pembelajaran
Melalui Pendekatan Open-Ended
50
3.7.4. Proses Penyelesaian Jawaban Siswa
51
3.7.5. Angket Respon Siswa Terhadap Pendekatan Open-Ended
51
3.7.6. Wawancara
52
3.8. Prosedur Penelitian
52
3.8.1. Siklus I
53
3.8.1.a. Permasalahan I
53
3.8.1.b. Alternatif Pemecahan
53
3.8.1.c. Tahap Pelaksanaan Tindakan I
54
3.8.1.d. Tahap Observasi I
54
3.8.1.e. Tahap Refleksi I
55
3.8.2. Siklus II
55
3.8.2.a. Permasalahan II
55
3.8.2.b. Perencanaan Tindakan II
55
3.8.2.c. Pelaksanaan Tindakan II
56
3.8.2.d.Observasi II
56
3.8.2.e. Refleksi II
57
3.9. Teknik Analisi Data
58
3.9.1. Analisis Data Tes Kemampuan Berpikir Kritis
58
3.9.2. Analisis Data Observasi
59
viii
3.9.3. Analisi Angket Respon Siswa
60
3.9.4. Analisi Data Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Untuk
Kemampuan Berpikir Kritis Matematika
3.10. Indikator Keberhasilan
BAB IV
61
62
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Siklus I
64
4.1.1. Permasalahan I
64
4.1.2. Perencanaan Tindakan I
65
4.1.3. Pelaksanaan Tindakan I
66
4.1.3.1. Pelaksanaan Tindakan I Pertemuan Pertama
66
4.1.3.2. Pelaksanaan Tindakan I Pertemuan Kedua
68
4.1.3.3. Pelaksanaan Tindakan I Pertemuan Ketiga
68
4.1.4. Observasi I
68
4.1.5. Deskripsi Hasil Wawancara
71
4.1.6. Analisis Data I
73
4.1.7. Proses Penyelesaian Jawaban Kemampuan Berpikir
Kritis I
4.1.8. Refleksi I
77
79
4.1.8.1. Refleksi Terhadap Aktivitas Guru dan Siswa
80
4.1.8.2. Refleksi Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
80
4.2. Pelaksanaan Dan Hasil Penelitian Pada Siklus II
81
4.2.1. Permaslahan II
81
4.2.2. Perencanaan Tindakan II
82
4.2.3. Pelaksanaan Tindakan II
83
4.2.3.1. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan Kedua
83
4.2.3.2. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Pertemuan Kedua
85
4.2.3.3. Pelaksaan Tindakan Pembelajaran Pertemuan Ketiga
85
4.2.4. Observasi II
86
4.2.5. Analisis Data
88
4.2.6. Proses Penyelesaian Jawaban Kemampuan Berpikir Kritis II
91
ix
4.2.7. Refleksi II
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V
92
94
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
98
5.2. Saran
99
DAFTAR PUSTAKA
101
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Jawaban Tes Awal Siswa
6
Gambar 3.1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
57
Gambar 4.1. Tingkat Kemampuan Siswa Tiap Indikator KBK pada Siklus I
78
Gambar 4.2. Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Klasikal Siklus I
79
Gambar 4.3. Tingkat Kemampuan Siswa Tiap Indikator KBK pada Siklus II
94
Gambar 4.4. Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Klasikal Siklus II
95
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
21
Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Pendekatan Open-Ended
34
Tabel 3.1
Aspek Yang diamati Pada Angket Respon siswa
51
Tabel 3.2
Kriteria Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis
59
Tabel 3.3
Interpretasi Kegiatan Siswa dan Kemampuan Guru
60
Tabel 3.4 Kategori Persentasi Proses Penyelesaian Jawaban
61
Tabel 3.5 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menyimpulkan soal
77
Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Awal Berpikir Kritis Siswa
64
Tabel 4.2 Persentase Respon Siswa Pada Siklus I
72
Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menganalisis Soal
76
Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa Dalam Mensintesis Soal
76
Tabel 4.5 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menyimpulkan soal
77
Tabel 4.6 Tingkat penyelesaian Jawaban Kemampuan Berpikir Kritis
79
Tabel 4.7 Hasil Penelitian Siklus I
82
Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II
88
Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II
90
Tabel 4.10 Persentase Respon Siswa pada Siklus II
91
Tabel 4.11 Tingkat Kemampuan dalam menganalisi Soal
93
Tabel 4.12 Tingkat Kemauan Siswa Dalam mensintesis soal
93
Tabel 4.13 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menyimpulkam
94
Tabel 4.14 Tingkat penyelesian jawaban kemampuan berpikir Kteatif II
96
Tabel 4.15 Hasil Penelitian Siklus11
97
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I)
105
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I)
112
Lampiran 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus II)
119
Lampiran 4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus II)
126
Lampiran 5
Lembar Aktivitas Siswa (LAS 1) Siklus I
133
Lampiran 6
Lembar Aktivitas Siswa (LAS 2) Siklus I
137
Lampiran 7
Lembar Aktivitas Siswa (LAS 1) Siklus II
141
Lampiran 8
Lembar Aktivitas Siswa (LAS 2) Siklus II
145
Lampiran 9
Alternatif Penyelesaian LAS 1 Siklus I
148
Lampiran 10
Alternatif Penyelesaian LAS 2 Siklus I
150
Lampiran 11
Alternatif Penyelesaian LAS 1 Siklus II
152
Lampiran 12
Alternatif Penyelesaian LAS 2 Siklus II
154
Lampiran 13
Tes Kemampuan Awal
157
Lampiran 14
Tes Kemampuan Berpikir Kritis I
158
Lampiran 15
Tes Kemampuan Berpikir Kritis II
160
Lampiran 16
Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Awal
163
Lampiran 17
Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan
Berpikir Kritis I
Lampiran 18
165
Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan
Berpikir Kritis II
168
Lampiran 19
Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal
173
Lampiran 20
Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis I
174
Lampiran 21
Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis II
175
Lampiran 22
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis
176
Lampiran 23
Lembar Validasi Tes Kemampuan Awal
177
Lampiran 24
Lembar Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis I
181
Lampiran 25
Lembar Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis II
193
Lampiran 26
Lembar Observasi Kegiatan Guru
196
Lampiran 27
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
199
xiii
Lampiran 28
Angket Respon Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran
201
Lampiran 29
Lembar Wawancara
203
Lampiran 30
Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Awal
204
Lampiran 31
Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Awal Per-Indikator
205
Lampiran 32
Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis I
208
Lampiran 33
Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis I
Per-Indikator
204
Lampiran 34
Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis II
207
Lampiran 35
Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis II
Per-Indikator
Lampiran 36
Lampiran 36
208
Analisis Proses Jawaban Siswa Pada Tes Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa
209
Dokumentasi Penelitian
211
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha penyiapan subjek didik
menghadapi lingkungan hidup dan diharapkan mampu melahirkan calon- calon
penerus pembangunan masa depan yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, cerdas,
kreatif, dan siap meghadapi berbagai macam tantangan. Dalam interaksi
pendidikan siswa tidak harus diberi atau dilatih, tetapi siswa dapat mencari,
menemukan, memecahkan masalah – masalah dan melatih dirinya untuk
memperoleh pengetahuan. Sehingga siswa dilatih berperan aktif dan bertanggung
jawab terhadap proses dan hasil belajar.
Berpikir merupakan dari keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan
penemuan terarah kepada satu tujuan. Berpikir juga merupakan suatu kegiatan
mental untuk membangun dan memperoleh pengetahuan. Dalam suatau proses
pembelajaran
kemampuan
berpikir
siswa
dapat
dikembangkan
dengan
memperkaya pengalaman yang bermakna melalui persoalan pemecahan masalah
agar siswa mempunyai struktur konsep yang dapat berguna dalam menganalisis
serata mengevaluasi suatu permasalahan. Salah satunya adalah melalui
kemampuan berpikir kritis alasan perlunya mengembangkan kemampuan berpikir
kritis adalah bahwa berpikir kritis merupakan aspek dalam memecahkan
permasalahan secara kreatif agar siswa dapat bersaing dan mampu bekerja sama
dengan bangsa lain. (Maulana ,2008)
Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan bahwa:
“matematika perlu diajarakan kepada siswa karena (1) selalu digunakan
dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan
keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan saran komunikasi
yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir
logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menentang”.
1
2
Sehingga sebagai salah satu sarana berfikir ilmiah, matematika sangat
diperlukan untuk menumbuh kembangkan kemampuan berfikir logis, sistematis,
dan kritis dalam diri peserta didik. Karena itu matematika diperlukan oleh peserta
didik bahkan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupannya. Matematika
sebagai ilmu dasar baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya
mempunyai peranan penting dalam segala jenis dimensi kehidupan. Tujuan
pembelajaran matematika secara nasional menggambarkan pentingnya pelajaran
matematika sebagaimana yang tercantum dalam kurikulum 2006, yaitu :
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luas, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dan simbol, tabel, diagram atau media lain
untuk memperjelas masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah
Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, mata
pelajaran matematika (Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006, tanggal 23 mei 2006 tentang standar isi),telah disebutkan bahwa mata
pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir
logis,analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.
Mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis maupun
bekerja sama sudah lama menjadi fokus dan perhatian pendidik matematika di
3
kelas hal itu berkaitan dengan sifat dan karakteristik keilmuan matematika. tetapi,
fokus dan perhatian pada upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis
matematika siswa jarang atau tidak pernah dikembangkan. Padahal kemampuan
itu yang sangat diperlukan agar siswa dapat melakukan.
Sejauh ini pembelajaran matematika di beberapa sekolah di Indonesia
masih di dominasi pada pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran
konvensional ini, guru cenderung menggunakan metode ceramah dengan harapan
siswa dapat memahami dan memberikan respon sesuai dengan materi yang di
ceramahkan. Dalam pembelajaran guru banyak bergantung pada buku teks,
dengan harapan siswa memiliki pandangan yang sama dengan guru atau sama
dengan isi buku teks tersebut. Pengajaran di dasarkan pada gagasan atau konsepkonsep yang sudah di anggap pasti atau baku, dan siswa harus memahaminya.
Guru berusaha memindahkan atau mengkopikan pengetahuan yang ia miliki
kepada siswa. Keadaan ini cenderung membuat siswa pasif dalam menerima
pelajaran dari guru. Guru lebih aktif dalam memindahkan informasi sebanyakbanyaknya kepada siswa dan siswa pasif hanya duduk, diam, mendengar dan
mencatat apa yang di anggapnya penting. Selain itu pembelajaran konvensional
juga beranggapan bahwa guru berhasil apabila dapat mengola kelas dimana siswasiswi terlatih dan tenang mengikuti pelajaran yang di sampaiakan guru.
Pengajaran dianggap sebagai suatu proses penyampaian fakta-fakta kepada para
siswa, sementara para siswa mencatatnya pada buku catatanya.
Kurang sukanya siswa terhadap matematika jika dilihat dari individu siswa
itu sendiri dapat disebabkan karena banyak faktor seperti kecerdasan, minat, citacita hingga latar belakang keluarga dan lingkungan dimana siswa lebih banyak
menghabiskan waktunya di luar dari pada di sekolah. Sedangkan jika dilihat dari
guru yang mengajarkan matematika, ketidak sukaan siswa terhadap matematika
bisa dikarenakan gaya guru mengajar yang kurang menarik, metode mengajar
guru yang monoton hingga pada pribadi guru yang kurang menyentuh hati siswa.
Siswa yang menyukai matematika, prestasinya cenderung tinggi dan
sebaliknya siswa yang tidak menyukai matematika prestasinya cenderung rendah.
4
Sikap merupkan salah satu komponen dari aspek afektif, yang merupakan
kecenderungan seseorang merespon secara positif atau negatif suatu objek, situasi,
konsep, atau kelompok individu. Hal ini yang sama juga dikemukakan oleh
thorndike dan hagen (haji,2005), yang menyatakan sikap sebagai suatu
kecenderungan untuk meneria atau menolak kelompok-kelompok individu, atau
institusi sosial tertentu. Atiken (Ma, 1997) melukiskan sikap kecenderungan
seseorang untuk merespon secara positif atau negatif suatu objek, situasi, konsep
atau orang lain. Matematika dapat diartikan sebagai suatu konsep atau ide abstrak
yang penalarannya dilakukan dengan cara deduktif aksiomatik. Hal ini dapat
disikapi oleh siswa berbeda-beda, mungkin menerima(suka) atau menolak (tidak
suka) terhadap konsep atau objek matematika. hal yang sama dikemukakan oleh
Neale (Ma, 1997) yang melukiskan sikap sebagai ukuran suka atau tidak sukanya
seseorang tentang matematika. siswa yang menerima matematika, berarti bersikap
positif, sedangkan siswa yang menolak matematika berarti bersikap negatif.
Dari pengalaman peneliti selama PPL sebagai guru matematika, peneliti
banyak mendapatkan masukan maupun keluhan dari siswa. Baik keluhan
menyatakan matematika sebagai pelajaran yang sulit mereka mengerti dan
pahami, namun pengakuan lugu mereka yang mengatakan bahwa mereka tidak
suka matematika. matematika juga pelajaran yang tidak relevan terhadap
kehidupan keseharian mereka, tidak berminat bahkan sangat menghindari
pelajaran matematika ketika di sekolah bahkan setelah sekolah di sekolah, hingga
pada trauma mereka terhadap guru matematika di sekolah yang menurut mereka
galak dan kiler pada saat mereka duduk dibangku SD.
Ketidaksukaan siswa tersebut terhadap matematika merupakan salah satu
faktor yang membuat mereka tidak bisa menyelesaikan permasalahn dalam
kehidupan sehari-hari, tidak tanggap terhadap sebuah permasalahan bahkan sering
tidak
kritis
terhadap
sebuah
persoalan.
Padahal
dalam
menyelesaikan
permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari berfikir kritis sangatlah
penting.
5
Desmita (2005: 161), menjelaskan bahwa pemikiran kritis (critical
thinking) merupakan pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara
mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka bagi berbagai pendekatan
dan perspektif yang berbeda, menganalisis permasalahan sampai ketingkat
terkecil (tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari
berbagai sumber baik lisan maupun tulisan), dan berfikir secara reflektif dan
evaluatif. Hal senada juga dikatakan oleh Cabera (dalam Husnidar, 2014 : 72)
menjelaskan bahwa penguasaan kemampuan berfikir kritis tidak cukup dijadikan
sbagai tujuan pendidikan semata, tetapi juga sebagai prosen fundamental yang
memungkinkan peserta didik untuk mengatasi berbagai permasalahan masa
mendatang dilingkungannya. Dari pendapat kedua ahli di atas, dapat di
simpulakan bahwa salam proses pembelajaranya, pendidik tidak boleh
mengabaikan penguasaan kemampuan berpikir kritis siswa.
Namun kenyataan dilapangan proses pembelajaran matematika yang
dilaksanakan pada saat ini belum memenuhi harapan guru sebagai pengembang
strategi pembelajaran dikelas. Siswa mengalami kesulitan dalam belajar
matematika, khusnya dalam menyelesaikan soal berhubungan dengan kemampuan
berfikir kritis, Kemampuan berpikir kritis matematika msih rendah yaitu sebesar
21%. Hal ini dapat dilihat dari proses jawaban siswa dari permasalahan berikut :
Anton bermain kartu bergambar bersama temannya. Ketika mereka selesai
bermain, Budi, adiknya Anton mengumpulkan kartu-kartu tersebut.
Kemudian ia asik membangun rumah bertingkat yang diberi nama Rumah
Kartu. Susunan kartu untuk setiap tingkatnya
gambar berikut .
dapat dicermati pada
6
Setelah Budi menyusun beberapa rumah kartu bertingkat, ia bertanya
dalam pikirannya. Beberapa banyak kartu yang dibutuhkan untuk
membangun rumah kartu 3 tingkat? Dapatkah kamu membantu Budi untuk
menyelesaikan masalah tersebut ?
Salah satu jawaban dari permasalahan tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut :
Membuat untuk
banyak tingkatan
rumah kartu
membuat banyaknya
kartu
Gambar 1.1 Jawaban Tes Awal Siswa
Berdasarkan proses jawaban siswa diperoleh bahwa hampir semua siswa
mengalami kesulitan menyajikan masalah dalam bentuk cerita. Selain itu, dilihat
dari Gambar 1.1, siswa tidak menulis keterangan banyak kartu dan banyaknya
tingkatan rumah, dan jawaban untuk rumah tingkat tiga adalah enam merupakan
jawaban yang salah, dikarenakan untuk rumah tingkat tiga menggunakan 7 buah
kartu. Dari 28 orang siswa yang mengikuti tes awal,
hanya 6 orang yang
memiliki kemampuan berpikir kritis kategori sedang, 10 orang yang berada pada
7
kategori rendah dan 12 orang sangat rendah, karena mereka tidak mampu
memahami, menjelaskan, serta mempresentasikan soal yang diberikan.
Hingga saat ini, pembelajaran untuk meningkatkan berfikir kritis dalam
memecahkan soal belum begitu membudaya di kelas. Kebanyakan siswa terbiasa
melakukan kegiatan belajar berupa menghafal tanpa dibarengi pengembangan
pemahaman dan keterampilan berfikir. Untuk menyikapi permasalahan ini maka
perlu dilakukan upaya pembelajaran berdasarkan teori kognitif yang didalamya
termasuk teori belajar konstruktivis. Menurut teori konstruktivis pemahaman dan
berfikir kritis dalam memecahkan soal dapat dikembangkan jika peserta didik
melakukan sendiri, menemukan, dan memindahkan kekomplekan pengetahuan
yang ada. Dalam hal ini, secara pontanitas siswa akan mencocokan pengetahuan
yang baru dengan pengetahuan yang dimilikinya kemudian membangun kembali
aturan pengetahuannya jika terdapat aturan yang tidak sesuai.
Menurut Slavin (1994), pemberian keterampilan berfikir kritis dan
pemecahan masalah (soal) kepada peserta didik memerlukan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, terutama orang tua, teman sejawat, maupun guru.
Selain itu, pemberian keterampilan berfikir dan memecahkan masalah kepeserta
didik adalah lembaga pendidikan seperti sekolah. Oleh karena itu disimpulkan
bahwa sekolah merupakan cermin dari masyarakat luas dan merupakan
laboratorium pemecahan masalah ( soal ) dari bentuk kehidupan nyata.
Di Indonesia, pengajaran keterampilan berfikir kritis dalam meningkatkan
kemampuan pemahaman matematis memiliki beberapa kendala. Salah satunya
adalah terlalu dominanya peran guru di sekolah sebagai penyebar ilmu atau
sumber ilmu, sehingga siswa hanya dianggap sebagai sebuah wadah yang akan
diisi dengan ilmu oleh guru. Kendala lain yang sebenarnya sudah cukup klasik
namun memang sulit dipecahkan, adalah sistem penilaian prestasi siswa yang
lebih banyak didasarkan melalui tes-tes yang sifatnya menguji kemampuan
kognitif tingkat rendah. Siswa yang di cap sebagai siswa yang pintar atau sukses
8
adalah siswa yang lulus ujian. Ini merupakan masalah lama yang sampai sekarang
masih merupakan polemik yang cukup seru bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Banyak
faktor
yang
menjadi
penyebab
rendahnya
kemampuan
pemahaman matematis dan kemampuan berpikir kritis siswa, salah satunya adalah
ketidak
tepatan
dan
kurangnya
bervariasi
dalam
menggunakan
model
pembelajaran atau media pembelajaran yang di gunakan guru di kelas. Selain itu
pembelajaran matematika di kelas belum bermakna, bersusun dan tidak
menekankan pada pemahaman siswa, sehingga pengertian siswa tentang konsep
soal sangat lemah. Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini kebanyakan guru
menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional dan anaknyak di
dominasi guru. Pola pembelajaran seperti itu harus di ubah dengan cara
menggiring peserta didik mengkontruksikan ilmunya sendiri dan menemukan
konsep-konsep soal secara mandiri.
Untuk mengantisipasi masalah diatas, guru di tuntut mencari dan
menemukan suatau cara yang dapat menemukan suatau cara yang dapat
menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Pengertian ini mengandung makna
bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan suatu model pembelajaran dan
pendekatan yang dapat meningkatkan kemampuan menemukan, mengembangkan,
enyelidiki dan mengungkapkan ide peserta didik sendiri. Dengan kata lain
diharapkan kiranya guru mampu meningkatkan kemampuan pemahaman
matematis, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan siswa memecahkan
masalah dalam belajar matematika.
Menurut Mariono (Dalam Lestari, Sri. 2010 : 7) menjelskan bahwa
kemampuan memecahkan masalah (soal) adalah tujuan umum dalam pengajaran
matematika bahkan sebagai jantungnya matematika. oleh karena itu kemampuan
memecahkan masalah dalam soal hendaknya diberikan, dilatihkan, dan dibiasakan
kepada siswa sedini mungkin, dengan membut soal-soal atau pertanyaanpertanyaan yang dapat memancing berfikir kritis siwa, sehingga permasalahaan
yang ada dapat dipecahkan oleh siswa.
9
Bagi seorang guru, dalam mengajar matematika tidak cukup hanya
mengandalkan penguasaan materi. Diperlukan strategi pembelajaran yang tepat
agar siswa merasa senang dan bersemangat belajar matematika, sehingga siswa
dapat meraih prestasi tinggi. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas, siswa
juga belum terlibat aktif, banyak siswa yang sering mengantuk saat pembelajaran,
tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan, malas mencatat, suka melamun dan
kurangnya intensitas bertanya siswa serta berbagai aktivitas lain yang menunjukan
bahwa motivasi, kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan berpikir
kritis siswa dalam belajar matematika masih rendah khususnya pada pembelajaran
sistem Persamaan Linier Dua Variabel Sedangkan untuk menumbuhkan berpikir
kritis belajar matematika dikalangan siswa dapat dilakukan dengan menerapkan
pendekatan-pendekatan pembelajaran yang dapat memancing berpikir kritis
matematika siswa, seperti pendekatan open-ended.
Berasarkan kenyatan bahwa tingkat kemampuan kritis anak-anak
Indonesia yang masih rendah serta arti dan peranan penting kreativitas dan
berpikir kritis dalam kehidupan, kemampuan pemecahan masalah dalam soal
masih rendah dan sikap siswa yang negatif, dengan demikian perlu untuk
memberikan sebuah lingkungan belajar bagi siswa-siswi sekolah yang
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah
(soal) Mengacu ada pendapat bahwa pendekatan open – ended adalah pendekatan
yang dapat memberikan kesempatan siswa berperan aktif dan mendorong cara
berfikir siswa maka dapat diberikan bahwa pendekatan ini dapat menjadi
fasilitator dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
memecahkan masalah (soal). Dengan harapan tersebut maka pembelajaran
matematika dengan pendekatan open-ended dipilih dalam penelitian ini untuk
dilihat kemampuan berpikir kritis, kemampuan dalam memecahkan masalah
(soal) terhadap matematika.
Menurut Shimada dan Becker (dalam Afgani,2010:3) munculnya
pendekatan Open Ended berawal dari pandangan bagaimana menilai siswa secara
objektif kemampuan berpikir tingkat tinggi matematika. Seperti yang diketahui
10
bahwa dalam pembelajaran matematika, rangkaian pengetahuan, keterampilan,
konsep-konsep, prinsip-prinsip atau aturan-aturan biasanya diberikan kepada
siswa dalam langkah sistematis. Pendekatan Open Ended memberi kesempatan
kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman menemukan,
mengenali, memecahkan masalah dengan beberapa teknik sehingga cara berpikir
siswa terlatih dengan baik. Pendekatan Open Ended mendorong siswa
mengembangkan berpikir kritis dan pola pikir matematis dengan memanfaatkan
konsep matematika, sehingga diharapkan siswa memiliki kemampuan pemecahan
masalah matematika dan berpikir kritis.
Menurut Suherman (dalam Lambertus,2013:75), tujuan pendekatan Open
Ended bukan untuk mendapat jawaban tetapi lebih menekankan pada cara
bagaimana sampai pada suatu jawaban. Inti dari pendekatan Open Ended
mengembangkan secara maksimal kegiatan interaktif antara matematika dan siswa
sehingga mengundang mereka untuk menjawab permasalahan melalui berbagai
strategi.
Guru
mengemas
pembelajaran
untuk
mengembangkan
materi
pembelajaran lebih lanjut yang telah dikenal siswa. Dengan demikian siswa akan
termotivasi untuk menyelesaikan masalah sendiri.
Berbagai penelitian khususnya pendidikan matematika menunjukkan bahwa
pendekatan Open Ended mampu menjadi solusi mengatasi masalah dalam upaya
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan berpikir kritis
siswa.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan studi tentang “
Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan open-ended Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Siswa Kelas VIII ”.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan pemecahan masalah (soal) siswa masih rendah.
2. Siswa menganggap matematika pelajaran yang sulit dan membosankan.
11
3. Rendahmya Kemampuan berpikir kritis siswa.
4. Metode mengajar guru belum mampu untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis matematika siswa.
1.3
Batasan Masalah
Dari berbagai masalah yang teridentifikasi, peneliti membatasi penelitian
agar lebih terfokus pada permasalahan yang mendasar dan memberikan dampak
yang luas terhadap permasalahan yang dihadapi. Penelitian ini dibatasi pada
pemecahan masalah (soal) dan berpikir kritis siswa. Alternatif pembelajaran yang
diteliti berbasis pendekatan open ended.
1.4
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan
masalah, maka permasalahan yang dikaji pada rumusan masalah ini adalah
“Bagaimana pendekatan Open Ended
untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah (soal) matematika dan berpikir kritis siswa Kelas VIII SMP ”
dari permasalahan tersebut dapat dirincikan beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Apakah pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Open-Ended dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika kelas VIII SMP Swasta
Satria Binjai?
2. Bagaimana Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah berkaitan
dengan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Swasta Satria
Binjai?
3. Bagaimana respon siswa terhadap pendekatan open ended?
1.5
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk meningkatkan berpikir kritis matematika siswa pada pokok bahasan
Simtem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII SMP Swasta Satria
Binjai dengan menerapkan pendekatan Open-Ended.
12
2. Untuk mendeskripsikan proses jawaban siswa dalam meyelesaikan masalah
berkaitan dengan kekampuan berpikir kritis matematika melalui pendekatan
Open-Ended.
3. Untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap Pendekatan OpenEnded.
1.6
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :
1.
Memberikan alternatif dalam memfasilitasi pencapaian kemampuan siswa
untuk memecahkan masalah (soal) matematika dan mengembangkan Berpikir
kritis melalui pendekatan open ended.
2.
Memberikan informasi pendekatan open ended yang dapat dimanfaatkan guru
dan peseta didik dalam pembelajaran matematika.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan pada Bab IV
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.
Pendekatan open ended dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa khususnya pada materi Sistem Persamaan
Linier Dua Variabel kelas VIII di SMP Swasta Satria Nusantara Binjai. Hal
ini diketahui berdasarkan hasil tes yang diberikan, dimana nilai rata – rata
kelas mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata sebesar 56,25 pada tes
kemampuan awal meningkat menjadi 65,93 pada siklus I dan meningkat
menjadi 83,24 pada siklus II. Dan terdapat peningkatan ketuntasan klasikal
pada tes kemampuan awal sebanyak 10 siswa (35,71%) yang tuntas
(memperoleh nilai kemampuan ≥ 70 atau memiliki
tingkat kemampuan
berpikir kritis berada dalam kategori minimal cukup kritis) meningkat
menjadi 17 siswa (60,71%) yang tuntas (memperoleh kemampuan ≥ 70 atau
memiliki tingkat kemampuan berpikir kritis berada dalam kategori minimal
cukup kritis) pada siklus I dan mengalami peningkatan menjadi 24 siswa
(85,71%) yang tuntas (memperoleh kemampuan ≥ 70 atau memiliki tingkat
kemampuan berpikir kritis berada dalam kategori minimal cukup kritis) pada
siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa sudah
melebihi target yaitu 85% sehingga dapat dikategorikan bahwa ketuntasannya
adalah baik.
2.
Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal mengalami peningkatan. Hal
ini dilihat dari persentase proses penyelesaian jawaban siswa pada tes
kemampuan berpikir kritis matematika siklus I sebesar 57,14% meningkat
pada siklus II menjadi 92,86%.
3.
Respon siswa terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan open ended adalah positif. Hal ini dilihat dari
98
99
persentase respon siswa selama proses pembelajaran yang berlangsung pada
siklus I sebesar 83,93 % dan pada siklus II sebesar 92,86 %.
4.
Pembelajaran matematika pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
dengan menggunakan pendekatan open ended pada siklus I dapat dikatakan
tidak efektif karena tidak memenuhi salah satu indikator efektivitas
pembelajaran yaitu ketuntasan klasikal tes kemampuan berpikir kritis siswa
tidak mencapai 85% (56,25%). Sedangkan pada siklus II pembelajaran
dikatakan efektif karena (1) ketuntasan klasikal tes kemampuan berpikir kritis
siswa mencapai 85,71%, (2) ketuntasan tujuan pembelajaran telah dicapai
oleh 24 siswa (85,71%) dari 28 siswa, (3) waktu yang dibutuhkan untuk
proses pembelajaran tidak melebihi seperti biasa, dan (4) respon siswa
terhadap pembelajaran dengan pendekatan open ended adalah positif dengan
persentase respon positif pada siklus I dan siklus II berturut – turut adalah
sebesar 83,93% dan 92,86%.
5.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti memberikan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Kepada guru matematika dalam mengajarkan pembelajaran matematika
disarankan jika bersedia untuk menggunakan pendekatan open ended
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa.
2. Guru sebaiknya berupaya untuk selalu melibatkan siswa untuk lebih aktif
dan membuat suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar
sehingga siswa tertarik dan termotivasi dalam belajar serta dapat
mengkondisikan siswa dalam keadaan nyaman dan siap untuk belajar,
karena kondisi yang nyaman dapat menciptakan suasana yang efektif dan
efisien untuk belajar.
3. Kepada siswa diharapkan untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar,
lebih banyak berlatih menyelesaikan soal-soal, khususnya soal-soal
100
penerapan dan lebih berani untuk mengungkapkan ide dan pendapat saat
berdiskusi.
4. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis dapat
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan pendekatan open
ended
terhadap
peningkatan
kemampuan
penerapannya pada pokok bahasan yang berbeda.
belajar
lainnya
serta
101
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Arief. 2007. Memahami Berfikir Kritis. Jakarta: Cemerlang. [Online].
Tersedia: http://re-searchengines.com/1007arief3.html
Alec Fisher. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Alwasilah A Chaedar, 2008. Pokoknya kualitatif. Jakarta : PT Dunia Pustaka
Jaya
Arikunto, Suharsimi,dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Becker, J.P. dan Shimada, S. (1997). The Open-Ended Approach: A New
Proposal for Teaching Mathematics. Virginia: NCTM.
Desma R.S. 2015. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Pada Materi Segi Empat di Kelas
VII SMP Swasta Santa Maria Medan T.A 2014/2015. Skripsi. Medan:
UNIMED.
Desmita, 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Ennis, R.H. 2000. At Outline of Goals for a Critical Thinking Curriculum and Its
Assessment. [Online]. Tersedia: http://criticalthingking.net[02 Oktober
2016 ].
Fachrurazi.2011.“Penerapan
Pembelajaran
Berbasis
Masalah
untuk
Meningkatakn Kemempuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis
Siswa Sekolah Dasar”. Forum Penelitian, Edisi khusus No. 1: 76-89.
Haji, S. 2005. Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Hasil
Belajar Matematika di Sekolah Dasar. Disertasi S3UPI: Tidak
diterbitkan.
Hancock, C.L. 1995.“Enchancing Mathematics Learning with Open-Ended
Questions”. Assesment Standards for School Mathematics. 86 (9).
Heddens, J.W 1995, Conceps and Classroom Methods, Today’sMathematics.
New York; Macmillan Publishing Company
102
Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Pers
Lambertus, Arapu, A. Patih, T. 2013. Penerapan pendekatan Open-Ended untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif matematik Siswa SMP.
JurnalPendidikanMatematika.Vol.4Nomor1.(Online).http://jurnalpmat.w
ebs.com/JUR07_LAMBERTUS_73_82_JAN2013.pdf[ di akses pada 27
September 2016]
Lestari NDF. 2010. Profil Pemecahan Masalah Matematika Open-Ended dan
Kemampuan Matematika. Surabaya: Tesis UNESA.
Ma, X. 1997. “Assessing the Relationship Between Attitude Toward Mathematics
and Achievment in Mathematics: A Meta-Analisis". Journal for research
in Mathematics Education, 28 (1), 26-47.
Manurung,SL, 2010,Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis dan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan Menggunakan
Software Autograph (PPs UNIMED)
Mas, S. 2012. Pengaruh Penggunaan Laboratorium Riil dan Laboratorium Virtuil
pada Pembelajaran Fisika Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa. Tesis. Solo: PPS UNS.
Maulana. (2008) Pembelajaran Analitik Sintetik untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas.
Mina, Enden. 2006 . Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Open-Ended terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif matematik Siswa
SMA Bandung. Tesis UPI. Bandung : Tidak diterbitkan
Nainggolan, Sintong. 2013. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep dan
Kreativitas Berpikir Melalui Model Pembelajaran Pencapaian Konsep
Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bilah Barat, Tesis. Medan: PPS
UNIMED.
Nohda, Nobohiko. 2000. A Study of "Open-Approach" Method in School Mathematics Teaching. Makalah disajikan dalam International Congress on
Mathematics
103
Eduacation.[Online].Tersedia:http://www.nku.edu/~sheffield/wga1.html.
[20 September 2016]
Ruseffendi, E.T. 1991. Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya
dalam Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru. Bandung.
Diktat.
Shimada, S. 1997. The Significance of an Open-Ended Approach. In Shimada, S.
Dan Becker, J.P. (Ed). The Open-Ended Approach. A New Proposal for
Teaching Mathematics. Reston: VA NCTM.
Slavin., and Ennis. 1994. Educational Pshicology: Theory into Practice.Prentice
Hall: Engelwood
Sudaryanto. 2008. Kajian Kritis Tentang Permasalahan Sekitar Pembelajaran
Kemampuan Berpikir Kritis. Tersedia : http// www. Fk. Undip. ac. id (19
september 2019)
Sudjana, Nana. 2009. Penilain Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaj
Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi.(2004).Psikologi Pendidikan.Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada
Trianto,
2011, Model Pembelajaran Terpadu Konsep,Strategi Dan
Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
Jakarta : Bumi Aksara
Ziswan, Delnedi. 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 Melalui Workshop
Pada SMK N 4 Kota Jambi. Tesis. Medan: PPS UNIMED.
Zuriah, Nurul 2009.Metode Penelitian Sosial danpendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
ii
RIWAYAT HIDUP
Delvita Agus Sari Br.Ginting dilahirkan di Medan, pada tanggal 06
Agustus 1994. Ayah bernama Dame Ginting ST dan Ibu bernama Riamita
Sinulingga, dan merupakan anak Pertama dari dua bersaudara. Pada tahun 2000,
penulis masuk sekolah di SD Negri 020261 Binjai dan lulus pada tahun 2006.
Pada tahun 2006 penulis melanjutkan sekolah di SMP Negri 2 Binjai dan lulus
pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis melanjutkan sekolah di SMA Negri 1
Binjai dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis diterima di Program
Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.