BENTUK PENYAJIAN DAN MAKNA MUSIK RITUAL MENJAMU LAUT YANG DILAKUKAN OLEH NELAYAN DI BELAWAN SUMATERA UTARA.

BENTUK PENYAJIAN DAN MAKNA MUSIK RITUAL
MENJAMU LAUT YANG DILAKUKAN
OLEH NELAYAN DI BELAWAN
SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

OLDAH WITTYANI SITANGGANG
NIM. 2103340042

JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016

ABSTRAK


Oldah Wittyani Sitanggang NIM.2103340042. Bentuk Penyajian dan Makna
Musik Ritual Menjamu Laut Yang Dilakukan Oleh Nelayan Di Belawan
Sumatera Utara
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Bentuk Penyajian dan Makna
Musik Ritual Menjamu Laut Yang Dilakukan Oleh Nelayan Di Belawan Sumatera
Utara.
Penelitian ini berdasarkan kepada landasan teoritis yang menjelaskan pengertiaan
dari Bentuk penyajian,makna lagu, makna musik ritual, yang dilakukan oleh Nelayan
Sumatera Utara yang notabene adalah suku Melayu , yang kemudian dianalisis
secara sistematis untuk memperdalam atau menginterpretasi data secara spesifik
dalam rangka menjawab pertanyaan peneliti.
Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Nelayan Indah yang berada di Jalan Besar
Medan Belawan Kel. Nelayan Indah. Waktu dan proses penelitian dilaksanakan pada
bulan Juli-Agustus 2016. Sampel penelitian ini adalah ketua adat 1 orang, pawang
laut 1 orang. Masyarakat setempat yang juga adalah nelayan 4 orang, pemusik 8
orang Jadi total sampel ada 14 orang. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi
kualitatif dengan tehnik pengumpulan data berupa observasi, wawancara,
dokumentasi dan studi kepustakaan.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ritual menjamu laut merupakan ritual

penting yang wajib dilakukan oleh nelayan dikarenakan ini adalah bentuk doa
meminta keslamatan kepada penghuni laut agar mereka tidak celaka ketika
melakukan aktifitas dalam mencari nafkah di laut. Lagu yang digunakan pada saat
ritual menjamu laut adalah lancang kuning, tanjung katung, selendang delima.
Musik yang digunakan ketika ritual menjamu laut ini adalah berupa tabuhan
gendang yang dimainkan secara bersama-sama. Makna musik yang terkandung
adalah makna nada, rasa, tujuan dan secara simbolik mengandung makna spritual,
interaksi kepada Tuhan. Tujuan para nelayan melaksanakan ritual jamuan laut ini
adalah untuk memperoleh rizki yang halal dan aman di laut dan mewujudkan rasa
keserdehanaan.
Kata Kunci :Bentuk Penyajian, Makna Musik, Menjamu Laut

DAFTAR ISI

ABSTRAK..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................................4

C. Pembatasan Masalah .....................................................................................5
D. Rumusan Masalah .........................................................................................5
E. Tujuan Penelitian ..........................................................................................6
F. Manfaat Penelitian .......................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORITIS .....................................................................10
A. Landasan Teoritis ...........................................................................................10
1. Teori Bentuk Penyajian .............................................................................11
2. Teori Makna ...............................................................................................12
3. Teori Lagu .................................................................................................14
4. Teori Ritual ................................................................................................14
B. Kerangka Konseptual .......................................................................................16
C. Skema Kerangka Konseptual.............................................................................19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...........................................................20
A. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................................20
iv

B. Populasi Dan Sampel Penelitian ...................................................................20
C. Metode Penelitian .........................................................................................20
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................23
1. Studi Kepustakaan ...................................................................................23

2. Observasi Lapangan ................................................................................26
3. Wawancara ...............................................................................................27
4. Dokumentasi .............................................................................................28
5. Teknik Analisis Data ................................................................................27
BAB IV HASIL PENELITIAN............................................................................30
A. Bentuk Penyajian Rituan Menjamu Laut..............................................30
B. Tahapan Penyajian Ritual Menjamu Laut.............................................34
C. Tahapan Penyajian Musik Ritual Menjamu Laut..................................35
D. Makna Lagu Ritual Menjamu Laut...........................................................86
E. Makna Musik Ritual Menjamu Laut.........................................................99.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................101
A. Kesimpulan..................................................................................................101
B. Saran..............................................................................................................102
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................104
LAMPIRAN..............................................................................................................106

v

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbukti dari ujung barat
sampai ujung timur terdiri dari kepulauan besar dan kecil dan lebih banyak
kawasan perairan, maka dari itu Indonesia disebut sebagai negara maritim.
Masyarakat yang berada dalam negara maritim terdiri atas pedagang, pelautpelaut dengan berbagai macam bentuk perahu besar dan kecil.
Masyarakat yang hidup dalam lingkungan yang berkaitan dengan laut
dikenal sebagai masyarakat nelayan yang berada di desa-desa pantai atau dalam
ruang lingkup yang lebih besar dapat disebut masyarakat pesisir. Salah satu
wilayah pesisir di Sumatera Utara adalah Belawan, yang adalah bagian dari
Sumatera Utara. Belawan berada pada ketinggan 1 meter dari permukaan laut,
dengan temperatur suhu antara 32°C, iklim tropis yang dipengaruhi oleh musim
hujan dengan rata-rata 2600 mm pertahun. Umumnya penduduk daerah ini
adalah suku asli melayu dan bermata pencaharian sebagai nelayan.
Masyarakat nelayan di Belawan berdasarkan teknologi penangkapan ikan
dapat dibagi dua yaitu nelayan dengan memakai sampan (tenaga motor tempel)
dan nelayan dengan sampan (tanpa motor tempel). Berdasarkan kepemilikannya
nelayan dapat dibagi dua yaitu nelayan yang memiliki sampan sendiri dan
nelayan yang menyewa sampan/sistem bagi hasil dengan pemiliknya


1

2

Penangkapan ikan yang dilakukan oleh para nelayan sangat tergantung
pada keadaan musim sehingga terkenal dua musim yaitu musim angin barat dan
musim angin timur. Dalam 1 tahun ada 2 musim yaitu musim timur dari akhir
bulan Maret sampai awal bulan Agustus keadaan pasang tidak terlampau tinggi,
arus tidak terlampau deras dan gelombang tidak terlampau besar jadi biasa-biasa
saja. Pada musim inilah nelayan banyak mendapat ikan, sedangkan pada Musim
Barat, dari( bulan Agustus sampai awal bulan Maret), umumnya gelombang
besar, pasang tinggi, arus deras, curah hujan selalu terjadi. Pada puncaknya
disebut dengan pasang Perdani, yaitu pasang paling besar atau tinggi yang
terjadi satu kali setahun. Keadaan ini umumnya nelayan sangat jarang ke laut
karena takut bahaya, jadi produksi ikan pada bulan ini sedikit.
Selain kedua musim dalam satu kali setahun tadi maka terdapat lagi
pengaruh musim bulanan yaitu pada bulan purnama dan pada bulan gelap. Pada
bulan purnama atau bulan terang arus laut akan deras dan pasang akan tinggi.
Sebaliknya pada bulan gelap, gelombang akan kecil, arus tidak bergerak yang
disebut dengan istilah pasang mati. Pada kedua sifat ini nelayan akan kurang

mendapatkan hasil tangkapannya, karena umumnya nelayan tidak turun melaut,
kalaupun mereka melaut hanya di bahagian pingir-pinggir pantai saja. Oleh
karena itu, nelayan yang turun ke laut dan memperoleh hasil tangkapan ikan
yang banyak yaitu pada keadaan laut normal berada pada waktu pasang tidak
terlampau besar.
Jika laut dirasa sudah tidak aman lagi contohnya seperti : banyaknya
nelayan yang mengalami kecelakaan dilaut, maka hasil tangkapan ikan sangat

3

berkurang maka biasanya masyarakat melayu diperairan melaksanakan upacara
jamu

laut.

Saat

ini

sudah


sangat

jarang

masyarakat

pesisir

yang

melaksanakannya bahkan ritual ini hampir punah keberadaanya. Itu dikarenakan
karena faktor masalah ekonomi dan kepercayaan agama yang menganggap ritual
ini tidak sesuai dengan hukum agama.

Upacara Jamu Laut, suatu

penyelenggaraan upacara selamatan yang berhubungan dengan kehidupan di
laut. Dengan kata lain, dalam upacara Jamu Laut juga terkandung suatu
perjamuan makan yang ditujukan kepada para makhluk halus, penghuni dan

penguasa laut, sehingga akan memperoleh imbalan keselamatan dan berkah
darinya.
Upacara Jamu Laut terdiri dari lima tahapan, masing-masing tahapan
merupakan pokok utama dari seluruh rangkaian penyelenggaraan upacara yang
mereka adakan. Kelima tahapan tersebut tersusun secara berurutan sedemikian
rupa. Pertama, upacara pemancangan panji-panji (bendera). Kedua, setelah
seminggu upacara pertama dilakukan upacara penyembelihan hewan berupa
seekor kerbau jantan jika tidak ada bisa digantikan dengan kambing jantan atau
ayam ingkung yang diiringi shalawat nabi. Ketiga, pada hari yang bersamaan
dengan upacara penyembelihan dilanjutkan dengan upacara mengantar dan
menenggelamkan sesajen dan kepala binatang yang disembelih ke tengah laut.
Keempat, penetapan pantangan-pantangan atau nasihat-nasihat atau aturanaturan yang dibacakan oleh panglima laut.
merupakan acara makan bersama.

Kelima, atau yang terakhir

4

Selain kelima tahapan di atas yang menjadi pokok ritual menjamu laut
dalam pelaksanaanya diselingi dengan kesenian daerah setempat, kegiatan

gotong royong membersihkan lingkungan, dan kata-kata arahan dari tokoh
setempat. Dari lima tahapan di atas penulis akan meneliti semua tahapan yaitu
pada acara ucapan syukur setelah pemberian sesajen kepada penghuni laut
selesai dilaksanakan.Yang memegang berperan penting dalam pelaksanaan ritual
upacara menjamu laut adalah pawang laut karena pawang laut yang paling tahu
waktu penyelenggaraan ritual menjamu laut ini. Tujuan upacara Jamu Laut juga
tersirat hubungan menciptakan harmonis demi menjamin hubungan solidaritas
sosial dalam sistem organisasi sosial masyarakat nelayan setempat, baik antara
individu sebagai anggota warga kelompok masyarakat dengan komunitas tempat
hidupnya maupun antara berbagai generasi. Secara ekologis, upacara Jamu Laut
mencipta kembali kesadaran manusia yang selama ini berusaha memonopoli
sumberdaya alam semaksimal mungkin perlu diistirahatkan, sehingga masa
tenggang tersebut merupakan peluang pula bagi alam.
Masyarakat Melayu memiliki corak musik tradisional khususnya pada
ritual menjamu laut. Mantera penjamuan laut berupa senandung melayu seperti
pemanggilan arwah-arwah penunggu laut. Beberapa lagu yang biasa dimainkan
sewaktu syukuran penjamuan laut yaitu pada tahapan ke lima diantaranya,
lancang kuning, tanjung katung, selendang delima. Menjadi hal yang menarik
untuk dapat diselidiki bagaimana senandung ini bisa menjadi lagu syukuran
ritual upacara menjamu laut dan lagu-lagu syukuran jamuan laut tersebut

didendangkan. Masyarakat nelayan memaknai ritual ini sebagai wujud rasa

5

syukur kepada penguasa laut karena telah diberikan rizki berlimpah dari hasil
laut untu menghidupi anak cucu mereka. Disini penulis juga tidak hanya mencari
apa makna syair lagu yang dinyanyikan namun juga mencari makna musik yang
yang terkandung dalam ritual upacara menjamu laut.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menjadikannya sebagai
topik untuk itu penulis mengambil judul “Bentuk Penyajian dan Makna Musik
Pada Ritual Menjamu Laut di Belawan Sumatera Utara”

B. Identifikasi Masalah
Dari berbagai asumsi serta uraian latar belakang diatas dapat
diidentifikasikan menjadi beberapa pokok pikiran permasalahan dari
penelitian ini
Ali dalam Fidya (2012:5) mengatakan bahwa : “ Kepentingan karya
ilmiah sesuatu masalah, yang perlu diperhatikan masalah penulisan sedapat
mungkin diusahakan tidak terlalu luas akan menghasilkan analisis yang
sempit dan sebaiknya bila ruang lingkup masalah dipersempit maka
diharapkan analisis secara luas dan mendalam ”Dengan adanya suatu
identifikasi masalah, penulis akan mencapai sasaran yang tepat. Untuk itu
dari uraian latar belakang yang ada diatas, penulis membuat identifikasi
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Bentuk penyajian dari Ritual Menjamu Laut yang ada di
Belawan Sumatera Utara?
2. Bagaimana Makna dari lagu Ritual Menjamu Laut yang ada di Belawan
Sumatera Utara?
3. Bagaimana Makna musik dari Ritual Menjamu Laut yang ada di
Belawan Sumatera Utara?

6

4. Alat musik apa saja yang digunakan pada dari Ritual Menjamu Laut yang
ada di Belawan Sumatera Utara?
5. Siapa saja yang berperan penting pada dari Ritual Menjamu Laut yang
ada di Belawan Sumatera Utara?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana, dan
kemampuan penulis, maka peneliti merasa perlu mengadakan pembatasan
masalah untuk mempermudah pemecahan masalah yang dihadapi dalam
penelitian ini. Pembatasan masalah tersebut sesuai dengan pendapat Sukardi
(2003:30) yang mengatakan bahwa :
“Dalam merumuskan masalah ataupun membatasi permasalahan dalam suatu
penelitian sangatlah bervariasi dan tergantung pada kesenangan peneliti.Oleh
karena itu perlu hati-hati dan jeli dalam mengevaluasi rumusan permasalahan
penelitian, dan dirangkum kedalam beberapa pertanyaan yang jelas”.
Berdasarkan pendapat diatas dan pada latar belakang masalah maka penulis
membatasi masalah sebagai berikut”
1. Bagaimana Bentuk penyajian Ritual Menjamu Laut yang ada di
BelawanSumatera Utara?
2.

Bagaimana Makna Lagu dari Ritual Menjamu Laut yang ada di Belawan
Sumatera Utara ?

3.

Bagaimana Makna musik dari Ritual Menjamu Laut yang ada di Belawan
Sumatera Utara?

7

D. Rumusan Masalah
Menurut pendapat Burngin (2001:55) mengatakan bahwa “ Permasalahan
yang diajukan hendaknya berbentuk kalimat dan diformulasikan dalam kalimat
yang jelas tetapi tidak bertele-tele. Rumusan masalah juga diajukan sejelas
mungkin agar variabel-variabel penelitian ataupun hubungan antara variabel itu
terlihat dengan mudah dan kemudian tidak menimbukan interprestasi lain
terhadap rumusan sebagai berikut.”
Sesuai dengan identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan
masalah maka dapat disimpulkan suatu pertanyaan“ Bagaimana “Bentuk
Penyajian dan Makna Musik Pada Ritual Menjamu Laut di Belawan Sumatera
Utara”
E. Tujuan penelitian
Setiap kegiatan selalu mengarah pada tujuan, tanpa ada tujuan yang jelas
maka arah kegiatan yang akan dilakukan tidak tau apa yang ingin dicapai dalam
kegiatan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Ridwan (2004:25) yang
mengatakan bahwa : “Tujuan penelitian merupakan keinginan-keinginan peneliti
atas hasil pencapaiannya dengan mengetengahkan indikator-indikator apa yang
hendak ditemukan yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian.”
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian
tidak lain untuk mengetengahkan indikator–indikator apa yang hendak
ditemukan dalam penelitian terutama yang berkaitan dengan variabel-variabel
penelitian. Untuk melihat berhasil tidaknya suatu kegiatan, dapat dilihat melalui

8

tercapainya tujuan yang telah diterapkan. Maka tujuan yang hendak dicapai
penulis adalah :
1. Untuk mengetahui Bentuk Penyajian pada Ritual Menjamu Laut yang ada di
Belawan Sumatera Utara.
2.

Untuk mengetahui Makna dari Lagu pada Ritual Menjamu Laut yang ada di
Belawan Sumatera Utara.

3.

Untuk mengetahui Makna Musik pada Ritual Menjamu Laut yang ada di
Belawan Sumatera Utara.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan kegunaan dari penelitian yang merupakan
sumber informasi dalam mengembangkan penelitian selanjutnya. Berdasarkan
tujuan penelitian yang dikemukakan peneliti ini dapat member manfaat sebagai
berikut:
1.

Sebagai informasi bagi pembaca

2.

Menambah wawasan tambahan bagi penulis dan pembaca, khususnya bagi
masyarakat atau lembaga dibidang seni.

3.

Membantu pelaku seni tradisi untuk memperkenalkan tradisi mereka agar
dikenal oleh masyarakat

4.

Sebagai bahan referensi dan acuan bagi penelitian berikutnya yang relevan
dengan topik penelitian ini.

5.

Sebagai bahan pertimbangan untuk kajian displin ilmu relevan.

9

6.

Menambah perbendaharaan perpustakaan Jurusan Sendratasik Universitas
Negeri Medan khususnya program Studi Pendidikan Seni Musik.

10

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kegiatan menulis dan mendata tentang ritual menjamu laut di Belawan
Sumatera Utara memiliki banyak hal yang telah dicatat. Catatan yang telah
dituangkan dalam penulisan merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan
memiliki kesimpulan yang telah dirangkum untuk memahami secara singkat isi
dari hasil penelitian yang dilakukan.
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian dan
pembahasan sebagai berikut :
1. Bentuk Penyajian ritual menjamu laut di Belawan memiliki 5 tahapan yaitu
penyelenggaraan upacara yang diadaakan yaitu proses pemancangan panji
dan pembuatan balai, penyembelihan hewan, menguras pantai dan
mengantar persembahan, barzanji (ikrar,doa, pengumuman hari pantang ),
makan bersama dan syukuran. Dalam proses pemasangan panji-panji dan
pembuatan balai berisi semua persiapan yang harus disiapkan sebelum
ritual.

Selanjutnya

proses

penyembelihan

hewan

dan

mengantar

persembahan merupakan kegiatan inti. Selanjutnya kegiatan doa,
pengumuman hari pantang dan makan bersama merupakan penutup acara
yang ditandai dengan masyarakat bernyanyi bersama lagu yang
dinyanyikan diantaranya Lancang Kuning, Tanjung Katung, dan syair
selendang delima dan menari bersama inilah tanda ritual menjamu laut
telah berakhir.

101

102

2. Makna syair lagu dari ritual menjamu laut yaitu pertama lagu lancang
kuning mengisyaratkan kehidupan nelayan dilaut dan permohonan
keslamatan bagi masyarakat Belawan Sumatera Utara. Lagu yang kedua
yaitu Tanjung Katung yaitu mengisyaratkan untuk saling berbelas kasih
antar sesama mahluk hidup. Kemudian syair dari selendang delima
mengisyaratkan sejarah kehidupan Puteri Hijau yang adalah Mambang
Laut juga harus selalu diingat untuk tidak lupa mengucap syukur kepada
Mambang Laut
3. Makna Musik dalam menjamu laut adalah musik yang dilagukan menjadi
satu musik , lagu yang dimainkan diantaranya lancang kuning, tanjung
katung, memiliki makna perasaan : yang termasuk di dalam ritual
menjamu laut

adalalah rasa gembira. Kegembiraan dapat dilihat dari

masyarakat yang ikut menari-nari ketika lagu-lagu dipedengarkan, makna
tujuan : ritual menjamu laut memiliki makna tujuan agar memperoleh
keselamatan ketika mencari rezeki di laut, dan makna nada yaitu ketika
seseorang mendengar nada yang dimainkan maka akan memahami makna
yang didalamnya karena masyarakat telah mengetahui isi lagu tersebut.
B. Saran
Beberapa kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
diajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Untuk pemusik yang mengiringi ritual jamuan laut di Belawan Sumatera Utara
agar memperbaiki kualitas permainan alat musik dan tidak menghilangkan
tradisi bermusik dalam ritual menjamu laut yang telah ada sejak dahulu

103

2.

Untuk masyarakat Belawan diharapkan membantu dalam melestarikan dan
mempertahankan tradisi agar terjaga kelestariannya.

3. Untuk generasi muda diharapkan peduli terhadap kekayaan tradisi yang ada di
Belawan Sumatera Utara yaitu tradisi ritual menjamu laut

104

DAFTAR PUSTAKA

Banoe,Ponoe.2003.Kamus Musik,Jakarta :Kanisius
Burngin, Burhan.2001. Metode Penelitian Sosial.Jakarta. Bumi Aksara
Djamari.1993. Religi dan Ritual.Jakarta:Bumi Aksara
Fidya. 2015.Karya Ilmiah.Jakarta : Karya ilmiah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Girsang,Rosenta.2014. Tinjauan Bentuk dan Makna Lagu Taur-Taur Sibuat
Gulom di Desa Binalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun.
Medan : Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Hakim,Thursan.2004.Teori Musik. Jakarta: Bumi Aksara
Hornbostel.2002. A Text Book of European Musical Instrument. France : Phd
Jones.1974.Music Theory.Jakarta. Gramedia
Kamien,Roger.2004.Music: An appreciation USA: Mc Grow Hill. Inc
Kartono,dkk.2004.Berkreasi seni.Jakarta : Ganeca Exact
Koentjaningrat.2004. Kebudayaan dan Pembangunan . Jakarta : Gramedia
Maryeani.2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung, Alfabet.
Miller .2008. Kamus Musik. Jakarta:Kanisius
Muliadi, Rahmad. 2012. Tinjauan Musik pada Iringan Tari Guel disangganr
cicimpala di desa Bener Kalifah Kecamatan Bandar Kabupaten Bener
Meriah Nangroe Aceh Darussalam. : Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan
Nurjayani,2013. Teori Musik.Jakarta:Gramedia
Nuhri,Ansyah. 2013. Skripsi. Kajian Terhadap Komposisi Musik Iringan Silat
Gondang Porang di Sanggar Silat Keluarga Jaya Lintau di Kota Tanjung
Balai.:Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Palmer.1976. Semantika 2 . Bandung: PT. Refika Aditama
Pateda,Mansoer.2001 Semantik Resikal. Jakarta : PT. Renika Cipta
Riduan,2004 .Metode dan Tehnik Menyusun Proposal Penelitian. Jakarta:
Alfabeta
Riduan,2010 .Metode dan Tehnik Menyusun Proposal Penelitian. Jakarta:
Alfabeta
Rohman,Saifur.2012.Pengantar Metodologi Pengajaran Sastra.Yogyakarta: ARRUZZ Media.

105

Sarwono.2006. Studi Kepustakaan.Jakarta.Gramedia
Sastrinda ,Azzarista.2012. Musik Pengiring Tari Munalo dalam upacara Adat
Perkawinan Di Kecamatan Bukit Simpang Tiga Kabupaten Bener Meriah.
: Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Soeharto,M.1992. Kamus Musik Jakarta . Gramedia Widia Sarana Indonesia
Soeharto.2001. Musik Dalam Mencerdaskan Anak. Jakarta :Cakrawala.
Sugiono.2009. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, kualitas dan
R&D.Bandung. Alfabet
Sri, Larassati. 2014. Bentuk Lagu dan Bentuk Penyajian Kidung Dewa yadnya
Pada Upacara Peribatan Purnama dan Tilem Umat Hindu Bali di Pura
Agung Raksa Buana Medan. : Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan
Sumardi.2007. Musik Tradisional. Jakarta: Gramedia
Sukardi.2003. Metodologi Penelitian Kependidikan. Jakarta. Bumi Aksara.
Supranto.2004. Prosedur Penelitian. Jakarta . PT. Rineka Cipta