ARANSEMEN DAN BENTUK PENYAJIAN MUSIK ANGKLUNG NEW BANESA DI MALIOBORO YOGYAKARTA.

(1)

ARANSEMEN DAN BENTUK PENYAJIAN MUSIK ANGKLUNG NEW BANESA DI MALIOBORO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh : Dian Pakarti NIM 09208241040

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

PENGESAEAN

Skrisi yang berjudul "Aransemen dan Bentuk Penyajian Musik AngWung New Banesa di Malioboro Yogtakarta" ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 19 Juli 2016 dan dinyatakan lulus.

Nama

Drs. Sritanto, M. Pd.

Drs. Pujiwiyana, M.Pd.

Dr. AM. Susilo Pradoko, M.Si.

Dra. Heni Kusumawati, M.Pd.

DEWAN PENGUJI

Jabatan

Ketua Penguji

Sekretaris Penguji

Penguji

I

Penguji

II

Tanggal

I 1 Agustus 20 1 6

1 Agustus 2016

I

Agustus 2016 1 Agustus 2016

Yogyakarta, l9 Agustus 2016 Fakultas Bahasa dan Seni

i Purbani, M.A.

'n'

c'-

/

i(

\o+


(4)

(5)

MOTTO

Ujian dan tempaan dalam hidup akan membuat kita semakin kuat dan bernilai jika mampu menyikapinya.

_Dian_

Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, hidup ditepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah.


(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk keluarga tercinta : Darsiti ( Ibu )

Nur Hidayat, Hermawan Santosa, Retno Ryandani, Diah Indrawati & Adi Prasetya Wibowo ( Kakak )

Serta

Yugo Pratomo yang selalu memberi semangat, dorongan serta pemikiran dalam menyelesaikan skripsi.

&

Teman-teman musik angkatan 2009 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.


(7)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... .xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Batasan Istilah ... 8

BAB II. KAJIAN TEORI ... 9

A. Diskripsi Teori ... 9

1. Musik Jalanan ... 9

2. Aransemen ... 10

3. Unsur Ekspresi ... 13

4. Bentuk Penyajian ... 15

B. Penelitian yang Relevan ... 29

BAB III. METODE PENELITIAN... 31

A. Pendekatan Penelitian ... 31


(9)

C. Lokasi, Subyek dan Objek Penelitian ... .34

D. Pengumpulan data ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 38

F. Analisis Data ... 38

G. Keabsahan Data ... 41

BAB IV. ARANSEMEN DAN BENTUK PENYAJIAN MUSIK ANGKLUNG NEW BANESA DI MALIOBORO YOGYAKARTA ... 43

A. Hasil Penelitian ... 43

1. Wujud musik angklung New Banesa di Malioboro Yogyakarta ... 43

2. Aransemen ... 47

Aransemen Ditinjau Dari Unsur Musik a. Melodi ... 47

b. Ritmis ... 48

c. Harmoni ... 52

Arasemen Ditinjau Dari Unsur Ekspresi a. Dinamik ... 54

b. Tempo ... 57

3. Bentuk Penyajian ... 58

a. Tata Panggung ... 58

b. Tempat Pertunjukan ... 59

c. Jumlah Pemain ... 59

d. Waktu Pertunjukan ... 59

e. Persiapan Pementasan ... 59

f. Media Tampilan ... 60

1. Angklung ... 61

2. Kenthongan ... 62

3. Calung Rantay ... 63

4. Tripuk ... 64

5. Kecrekan ... 66


(10)

B. Pembahasan ... 68

1. Musik Jalanan ... 68

2. Aransemen ... 68

Aransemen Ditinjau Dari Unsur Musik a. Melodi ... 70

b. Ritmis ... 71

c. Harmoni ... 72

Arasemen Ditinjau Dari Unsur Ekspresi a. Dinamik ... 73

b. Tempo ... 74

3. Bentuk Penyajian ... 74

a. Tata Panggung ... 76

b. Tempat Pertunjukan ... 77

c. Jumlah Pemain ... 78

d. Waktu Pertunjukan ... 78

e. Persiapan Pementsan ... 79

f. Media Tampilan ... 80

BAB V. PENUTUP ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar I : Angklung ... 21

Gambar II : Kenthongan ... ....22

Gambar III : Calung ... 23

Gambar IV : Tambourin ... 25

Gambar V : Cymbal ... 25

Gambar VI : Bedug ... 26

Gambar VII : Snare drum ... 27

Gambar VIII : Tom-tom ... 28

Gambar IX : Triangulasi sumber ... 41

Gambar X : Triangulasi teknik pengumpulan data ... 42

Gambar XI : Kelompok musik angklung New Banesa ... 44

Gambar XII : Keramaian penonton saat menyaksikan pertunjukan ... 46

Gambar XIII : Melodi yang dimainkan angklung ... 48

Gambar XIII : Contoh irama dangdut koplo ... 48

Gambar XIV : Contoh irama pada lagu asli ... 49

Gambar XV : Contoh irama dangdut koplo ... 49

Gambar XVI : Contoh irama pop... 50

Gambar XVII : Contoh fill in lagu asli ... 51

Gambar XVIII : Contoh sengga’an ...... 51


(12)

Gambar XX : Contoh ropelan pop ke kolo ... 52

Gambar XXI : Contoh progresi akord pada lagu asli ... 53

Gambar XXII : Contoh progresi akord calung rantay dan kenthongan ... 53

Gambar XXIII : Contoh dinamik lagu asli ... 55

Gambar XXIV : Contoh dinamik lagu yang sudah diaransemen ... 56

Gambar XXV : Setting pertunjukan angklung ... 58

Gambar XXVI : Instrumen angklung ... 61

Gambar XXVII : Nada instrumen angklung ... 62

Gambar XVIII : Instrumen kenthongan ... 62

Gambar XXIX : Nada instrumen kenthongan ... 63

Gambar XXX : Instrumen calungrantay ... 63

Gambar XXXI : Nada instrumen calung rantay ... 64

Gambar XXXII : Instrumen tripuk ... 65

Gambar XXXIII : Instrumen Kecrekan... 66

Gambar XXXIV : Instrumen bedug ... 67


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat ijin penelitian ... 1

Lampiran 2 : Surat keterangan wawancara ... 2

Lampiran 3 : Pedoman dan hasil wawancara ... 3

Lampiran 4 : Glosarium ... 4

Lampiran 5 : Notasi lagu dan lirik ... 5


(14)

ARANSEMEN DAN BENTUK PENYAJIAN MUSIK ANGKLUNG NEW BANESA DI MALIOBORO YOGYAKARTA

Oleh Dian Pakarti 09208241040

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan aransemen dan bentuk penyajian musik angklung New Banesa di Malioboro Yogyakarta. Penelitian ini difokuskan pada aransemen dan bentuk penyajian musik angklung New Banesa di Malioboro Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian diperoleh dengan cara 1) observasi, 2) wawancara, 3) dokumentasi. Alat bantu yang digunakan berupa pedoman wawancara, catatan lapangan, dan alat perekam audio dan visual. Analisis data dilakukan dengan tiga tahap 1) reduksi data yaitu memilih data yang berkaitan dengan aransemen dan bentuk penyajian, 2) penyajian data menggunakan teks yang bersifat naratif, dan 3) penyimpulan data. Adapun uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan teknik pengumpulan data.

Hasil penelitian menunjukan bahwa aransemen yang dibuat New Banesa sederhana dan mudah didengar, dari masing-masing lagu yang diaransemen New Banesa mengalami pengembangan pada pola ritme, melodi dan pengubahan pada akord. Dinamik yang dimainkan yaitu agak keras, mendadak keras, dan perlahan-lahan melembut. Tempo yang digunakan sedang dari awal hingga akhir lagu. Bentuk penyajian musik angklung New Banesa berupa ansambel perkusi. Penyajiannya meliputi tata panggung, jenis instrumen, peran instrumen, tempat dan waktu pertunjukan, lagu dan kostum. Tata panggung pertunjukan berjejer, instrumen yang digunakan terbatas dalam kelompok idhiophone bernada dan tak bernada dan membranophone, yaitu angklung, calung rantay, tripuk, bedug, kenthongan dan kecrekan. Peran melodi dimainkan oleh angklung, peran ritmis dimainkan oleh tripuk, kecrekan dan bedug, dan peran harmoni dimainkan oleh kenthongan dan calung rantay. Jenis lagu yang menjadi pilihan utama New Banesa adalah dangdut koplo. Pertunjukan digelar depan hotel Mutiara Malioboro Yogyakarta. Waktu pertunjukan pukul 19.00-22.00 WIB. Kostum yang digunakan kaos dan batik.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan musisi jalanan menjadi suatu hal yang biasa dilihat di kota-kota besar. Mereka terlihat di pusat kota, disepanjang jalan protokol kota, pertokoan, rumah makan, kafe- kafe dan tempat keramaian lainnya. Hadirnya musisi jalanan mengiringi awal munculnya suatu bentuk musik jalanan.Musisi jalanan adalah seseorang atau kelompok yang bergerak mengembangkan kreativitas melalui musik yang biasa disebut dengan musik jalanan, dapat dikatakan seperti itu karena pertunjukan musik disajikan dijalanan. Salah satu kota di Indonesia yang ramai dengan musisi jalanannya adalah kota Yogyakarta.

Yogyakarta dikenal sebagai kotayang memiliki keanekaragaman budaya dan seni. Bentuk pertunjukan seni dan budaya yang ada di Yogyakarta merupakan hasil karya para seniman pribumi maupun pendatang. Yogyakarta adalah tempat dimana kita bisa melihat ragam budaya dan sebagai pintu budaya, yang terbuka bagi penyemaian kreativitas dan pengembangan budaya-budaya etnis nusantara(Buwono X, 2007:59).

Yogyakarta memiliki potensi kesenian yang bermacam- macam dengan berbagai wilayah pertunjukan. Salah satu potensi kesenian di Yogyakarta bersumber dari kehadiran musisi jalanan yang kerap mewarnai


(16)

pertunjukan kesenian terutama di kawasan Malioboro.Terlihat para musisi jalanan menghibur wisatawan dalam negeri dan luar negeri. Mereka terdiri dari berbagai kelompok maupun individu dengankreativitas yang beragam.

Malioboro terkenal sebagai tempat berkumpulnya seniman- seniman yang mengekspresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art, pantomime. Hingga saat ini Malioboro masih menjadi tempat dilangsungkannya berbagai karnaval, mulai dari gelaran Jogja Java Karnival, Pekan Budaya Tionghoa, Festival Kesenian Yogyakarta, Karnaval Malioboro dan lain sebagainya (Rohim, 2014: 1).

Kawasan malioboro merupakan icon kota Yogyakarta. Dibuktikan dengan dokumen perda kota Yogyakarta yang menerangkan tentang peranan obyek wisata di Yogyakarta.Selain itu, Malioboro merupakan pusat laju perekonomian di Yogyakarta. Karena sepanjang kawasan ini mulai dari Stasiun Tugu sampai Kantor Pos Besar kota Yogyakarta dipenuhi dengan hotel, pertokoan, pedagang kaki lima yang menjual beragam pernak pernik serta kerajianan dan makanan.

Fenomena yang terjadi pada saat ini di Malioboro adalah munculnya musisi jalanan atau pengamen yang menggelar pertunjukan angklung.Setiap harinya lebih dari 3 group angklung yang selalu menghibur wisatawan. Biasanya pertunjukan dimulai pukul 19.00 - 22.00 WIB.Pertunjukan digelar disepanjang jalan malioboro lebih tepatnya di depan pertokoan- pertokoan.


(17)

Berdasarkan pengamatan penulis angklung yang mereka gunakan adalah angklung bernada ganda, karena terdapat 2 bilah bambu dalam 1 angklung. Angklung merupakan alat musik yang terbuat dari bambu dan dibunyikan dengan cara digoyangkan. Alat musik angklungsejak jaman dahulu dimainkan untuk memperingati upacara adat, hiburan rakyat, peringatan hari besar dan untuk selamatan perkawinan (Soepandi, 1983:15).

Dari beberapa kelompok angklung yang ada di Malioboro, penulis tertarik pada satu kelompok yang bernama New Banesa. Mereka mempunyai ciri khas dalam pertunjukan, permainan musik yang lebih ekspresif, terdengar keras dan bersemangat yang menjadi ciri berbeda dengan group lainnya, sehingga dalam setiap pertunjukannya selalu banyak wisatawan yang berkerumun untuk menyaksikan.

Walaupun kelompok ini bernama angklung New Banesa, tetapi alat musik yang digunakan tidak semata-mata hanya angklung dalam pertunjukannya. Angklung New Banesa merupakan kesenian yang menggabungkan angklung dengan alat musik lain dalam setiap penampilannya, seperti: calung rantay atau calung gambang, kentongan, tripuk (sejenis tom drum), tamborin dan dua bedug.

Dahulu sebelum menggelar pertunjukan biasanya mereka berkumpul disuatu tempat untuk latihan. Tempat latihan New Banesa terletak dijalan Malioboro sosrokusuman DN1/175A lebih tepatnya dibelakang hotel Mutiara. Mereka latihan bersama-sama tanpa kehadiran seorang pelatih, adapun jenis


(18)

lagu yang mereka bawakan adalah jenis lagu pop, dangdut, campursari dan

reggae. Bentuk kreativitas yang mereka latih seperti lagu pop mereka buat

menjadi versi dangdut koplo, dangdut menjadi versi dangdut koplo, begitu juga untuk lagu campursari dan reggae. Namun seiring dengan perjalanan waktu pemain New Banesa sudah menjadi pemain profesional, mereka sudah hafal lagu-lagu yang mereka mainkan sehingga mereka tidak pernah latihan ditempat latihan tersebut. Tempat latihan yang terletak dibelakang hotel Mutiara kini hanya dijadikan tempat untuk menyimpan alat musik yang mereka miliki.

Kelompok musik angklung New Banesa setiap harinya menggelar pertunjukandi Malioboro Yogyakarta mulai jam 19.00-22.00 WIB.Mereka menggelar pertunjukan didepan hotel Mutiara Malioboro Yogyakarta. Kelompok angklung New Banesa selalu memakai kostum yang seragam dalam setiap penampilannya. Pertunjukan mereka tampilkan pada malam hari apabila cuaca mendukung. Jika hujan mengguyur kawasan Malioboro, mereka tidak dapat menggelar pertunjukan dan terpaksa libur.

Sejauh pengamatan penulis, musik angklung New Banesadi Malioboro mendapatkan apresiasi yang besar dari penonton pada setiap pertunjukannya di Malioboro Yogyakarta. Beberapa penonton bahkan ikut menari menikmati musik yang mereka sajikan. Penonton tidak hanya wisatawan dalam negeri tetapi juga wisatawan luar negeri. Dukunganpun mereka peroleh dari Dinas pariwisata dan UPT Malioboro. Kelompok musik angklung New Banesa telah


(19)

mendapat ijin resmi dari Dinas Pariwisata dan UPT Malioboro untuk tampil di Malioboro Yogyakarta.

Kelompok angklung New Banesa di Malioboro Yogyakarta memiliki keunikan tersendiri. Mereka mampu memainkan dan mengaransemen dengan versi berbeda untuk jenis lagu-lagu dangdut, pop, reggae, dan campursari menggunakan alat-alat musik yang sederhana, walaupun keterampilan yang mereka miliki tidak melalui proses pembelajaran akademik. Seperti lagu- lagu berirama pop mereka aransemen menjadi irama dangdut koplo. Selain lagu yang mereka buat dengan versi berbeda New Banesa memiliki keunikan lain.

Wujud keunikan lainnya yaitu beberapa instrumen dalam pertunjukan musik angklung Malioboro merupakan produk mereka dan hasil modifikasi. Yang mereka buat sendiri seperti: angklung, calung rantay dan kentongan. Sedangkan hasil modifikasi seperti: tong dan karet ban bekas bagian dalam yang dirakit dan digunakan sebagai bedug. Alat musik tom- tom mereka buat dengan ukuran yang lebih kecil, selanjutnya dirakit atau digabungkan dengan

snare drum dan simbal menjadi satu alat musik yang mereka sebut tripuk.

Berdasarkan keunikan yang dimiliki kelompok angklung New Banesa yaitu dengan kemampuan bermusik secara otodidak dan alat musik yang sederhana mereka mampu mengaransemen lagu menjadi versi yang berbeda, penulis tertarik untuk meneliti aransemen dan bentuk penyajian musik angklung New Banesa di Malioboro Yogyakarta.


(20)

B.Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas akan sangat luas bila dikaji dari semua bahasan. Banyak unsur yang dapat dibahas dalam kesenian musik angklung New Banesa, peneliti hanya memfokuskan pada aransemen dan bentuk penyajian musik angklung New Banesa di Malioboro Yogyakarta.

C.Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah aransemen musik angklung New Banesa di Malioboro Yogyakarta?

2. Bagaimanakah tampilan pertunjukan musik angklung New Banesa di Malioboro Yogyakarta?

D.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini antara lain : 1. Mendeskripsikan tentang penyajian musik angklung New Banesa yang

meliputi tata panggung pada saat pementasan, jenis dan peran alat musik, tempat dan waktu pertunjukan, lagu dan kostum yang dibawakan..

2. Mendeskripsikan tentang aransemen musik angklung New Banesa, yang meliputi unsur-unsur musik yaitu melodi, ritme, harmoni, dinamik, dan tempo.


(21)

E.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi tokoh dan pelaku kesenian musik angklung New Banesa di Malioboro Yogyakarta Memberikan dokumen tertulis tentang aransemen dan bentuk penyajian musik angklung New Banesa, sehingga dapat memudahkan proses pengarsipan.

b. Bagi pembaca, memberikan informasi mengenai kesenian angklung ditinjau dari aransemen dan bentuk penyajian musik angklung New Banesa di Malioboro Yogyakarta.

2. Manfaat praktis

a. Bagi kelompok musik angklung New banesa di Malioboro

Menambah referensi tentang aransemen dan bentuk penyajian musik angklung serta untuk memotivasi, mengembangkan dan melestarikan musik angklung di Malioboro Yogyakarta.

b. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat dalam menambah wawasan tentang musik angklung, khususnya dalam aransemen dan bentuk penyajiannya.


(22)

Penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan apresiasi terhadap musik angklung dan kajian penelitian lebih lanjut tentang musik angklung New Banesa di Malioboro Yogyakarta.

F. Batasan Istilah

Untuk memberi pemahaman yang berbeda mengenai judul Aransemen dan Bentuk Penyajian Musik Angklung New Banesa di Malioboro Yogyakarta, maka ada beberapa pengertian yang perlu ditegaskan:

1. Bentuk penyajian adalah wujud penampilan dari sebuah pementasan 2. Aransemen adalah mengubah lagu yang telah ada kedalam bentuk baru

tanpa menghilangkan tema utama lagu

3. Musik angklung New Banesa adalah kelompok musisi jalanan yang menyajikan musik angklung di Malioboro Yogyakarta, musik angklung tersebut berasal dari kabupaten Banyumas dan dibawa ke Yogyakarta pada 7 Agustus 2009


(23)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi teori 1. Musik jalanan

Menurut Kuncoro dalam Okta (2011:29) bahwa pengamen jalanan adalah seseorang yang berusaha mencari uang dengan menyanyi dan memainkan alat musik yang lokasi kerjanya sebagian besar berada di jalanan atau di tempat-tempat umum. Budaya ngamen di Indonesia seperti sekarang ini sudah ada sejak abad ketiga belas, sejak kejayaan kerajaan Kediri atau Kahuripan. Pada saat itu sudah dikenal rombongan kesenian musik yang berjalan dari satu tempat ketempat lain dan menghibur lewat syair atau pantun yang berisi dongeng panji (Danandjaya dalam Hutabarat, 2011: 22).

Berdasarkan pendapat diatas dapat didefinisikan bahwa musik jalanan adalah suatu bentuk kreativitas yang dibawakan oleh musisi jalanan atau pengamendantelah dikenal sejak abad ketiga belas, sejak kejayaan kerajaan Kediri atau Kahuripan. Musik jalanan dapat berbentuk nyanyian atau permainan alat musik yang mereka sajikan dijalanan atau ditempat- tempat umum.


(24)

2.Aransemen

Menurut Kodijat (2007:8) aransemen berarti menata, membubuhi lagu atau merubah iringan suatu lagu. lebih lanjut aransemen menurut Syafiq (2003:13) adalah penyesuaian komposisi musik dengan nomor suara penyanyi atau instrumen lain yang didasarkan pada sebuah komposisi yang telah ada sehingga esensi inti musiknya tidak berubah. Aransemen adalah segala pengolahan musik termasuk vokal yang berbeda dengan komposisi asli (Prier, 2011:11).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa aransemen adalah mengolah suatu musik baik vokal ataupun instrumen yang berbeda dengan komposisi asli namun tidak merubah inti musiknya. Adapun unsur- unsur yang dapat diolah dalam aransemen menurut Pra Budidharma dalam Mahendra (2013:2) adalah :

a. Re-rhythmization, yaitu pengembangan pola ritme yang baru

seperti syncopation

b. Re-melodyzation, yaitu perubahan dan penambahan nada pada

melodi.

c. Re-harmonization, yaitu kemungkinan latar harmoni yang lain.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat simpulkan bahwa

re-rhythmization merupakan pengembangan pola ritme yang dapat meliputi

syncopation. Lebih lanjut bahware-melodyzation adalah variasi melodi

dapat dilakukan dengan menyisipkan sebuah nada atau lebih pada melodi untuk merubah karakter dari melodi.


(25)

Serta re-harmonizationadalah kemungkinan latar harmoni yang lain, maksudnya latar harmoni yang lain memungkinkan bila terjadi penerapan pada alat musik yang berbeda. Unsur yang terdapat dalam aransemen meliputi unsur- unsur musik, Musik terdiri dari tiga unsur dasar yaituritme atau irama, melodi, dan harmoni (Hendro, 2005:2).Bahwa musik dapat terbentuk karena gabungan dari ketiga unsur tersebut.

a. Ritme

Dalam praktik sehari hari irama atau ritme mempunyai dua pengertian, pengertian pertama ritme diartikan sebagai pukulan atau ketukan yang selalu tetap dalam suatu lagu berdasarkan pengelompokkan pukulan kuat dan pukulan lemah. Pengertian kedua, ritme diartikan sebagai pukulan berdasarkan panjang pendeknya atau nilai nada dalam suatu lagu (Soedarsono, 1991:14).

Ritme merupakan istilah dasar musik di samping melodi dan harmoni yang berhubungan dengan ukuran gerak seperti gerakan badaniah, suara, bahasa, nyanyian, dan gerakan nada yang dihasilkan oleh alat musik. Ritme adalah prinsip yang mengatur gerak lambat atau cepat, waktu panjang atau pendek (Prier, 2011:185).

Ritme adalah hal yang mendasar dalam kehidupan, yang kita lihat pada siklus malam dan siang, siklus empat musim, naik dan jatuhnya gelombang pasang. Secara pribadi kita merasakan ritme


(26)

sebagaimana kita bernafas, pada detak jantung kita dan pada saat kita berjalan (Kamien, 1980: 35).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ritme adalah istilah dasar musik yang diartikan sebagai pukulan atau ketukan yang mengatur gerak lambat atau cepat,waktu panjang pendeknya atau berdasarkan nilai nada dalam suatu lagu. Ritme dapat kita jumpai di kehidupan sehari hari sebagaimana perputaran waktu, saat kita berjalan, bernafas dan didalam detak jantung kita.

b. Melodi

Melodi adalah suatu urutan nada yang utuh dan membawa makna (Prier, 2011:113). Melodi adalah nyanyian urutan nada- nada dalam bebagai tinggi dan nilai (Kodijat, 2007:62). Melodi tidak berkaitan dengan vokal saja melainkan dengan instrumen juga (Mark, 1996:16). Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa melodi merupakanrangkaian nada–nada yang berbunyi secara berurutan sehingga dapat mengungkapkan ide atau gagasan tertentu. Melodi harus berciri khas, berbentuk jelas, memuat suatu ungkapan atau makna, sehingga dapat dinyanyikan atau dimainkan dengan instrumen.

c. Harmoni

Harmoni adalah keselarasan (Prier, 2011:60). Pendapat serupa dikemukakan oleh Soeharto (2011:48) bahwa harmoni merupakan keselarasan paduan bunyi yang secara teknis meliputi susunan, peranan


(27)

dan hubungan dari sebuah paduan bunyi dengan sesamanya atau dengan bentuk keseluruhan. Menurut Syafiq (2003:133) harmoni merupakan kombinasi dari bunyi- bunyi musik. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harmoni adalah kombinasi dari bunyi- bunyi musik yang menciptakan keselarasan.

3.Unsur Ekspresi

Ekspresi termasuk unsur pokok komposisi untuk mengungkapkan sesuatu (Prier, 2011:40). Ekspresi musik meliputi dinamika dan tempo. a. Dinamik

Dinamik adalah istilah untuk membedakan keras- lembutnya dalam pembawaan karya musik (Prier, 2011:32). Dinamik adalah suatu tekanan yang berupa power pada keseluruhan atau pada bagian melodi. jika diterapkan pada keseluruhan lagu maka berlaku pada seluruh melodi, jika diterapkan pada bagian tertentu maka hanya berlaku pada bagian tersebut sehingga menimbulkan perbedaan tekanan (My, 2008: 90). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dinamik adalah tanda untuk menentukan keras lembutnya melodi baik keseluruhan atau pada bagian tertentu dalam sebuah pembawaan karya musik.


(28)

Berikut ini beberapa contoh tanda dinamik:

Fortessimo (fp) : sangat keras

Forte (f) : keras

Mezzoforte (mf) : sedikit keras

Sforzando : mendadak keras

Piano (p) : lembut

Pianissimo (pp) : sangat lembut

Decressendo : perlahan-lahan melembut

b. Tempo

Tempo berkaitan erat dengan panjangnya hitungan dasar dalam musik (Prier, 2011:214). Tempo adalah penunjuk ukuran kecepatan dalam menyanyikan sebuah lagu (My, 2008: 89). Maksud dari ungkapan diatas, tempo adalah panjangnya hitungan dasar dalam musik meliputi cepat, sedang atau lambatnya lagu yang dimainkan atau dinyanyikan. Berikut ini beberapa contoh istilah tempo:

Allegro : cepat

Andantino : lebih cepat dari andante

Andante : berjalan teratur

Adagio : lambat


(29)

4. Bentuk penyajian

Menurut Sumaryo (1989:62) bentuk penyajian diartikan sebagai cara menyampaikan, menghidangkan atau dengan kata lain pengaturan penampilan. Bentuk penyajian merupakan unsur- unsur dasar dari susunan pertunjukan (Djelantik, 1994:14). Penyajian bukan hanya menata materi sajian, tetapi juga tempat penyajiannya (Margono, 2007:115). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk penyajian adalah cara menyampaikan atau menghidangkan wujud penampilan yang didalamnya terdapat susunan berupa tata panggung, tempat dan waktu pertunjukan, media tampilan, lagu yang disajikan serta kostum. Contoh bentuk penyajian dalam musik barat yaitu :

a. Solo

Menurut Soeharto (2011: 105) solo adalah “Permainan atau pergelaran musik yang menampilkan pelaku tunggal untuk pemeran utama dengan atau tanpa iringan.” Lain pihak bahwa “solo berarti menyanyi yang dilakukan satu orang” (Okatara, 2011:105).Menurut Tyas (2007: 89) bahwa solo adalah penyajian yang dilakukan secara perorangan atau tunggal oleh pemain yang bersangkutan, baik itu pemain instrumen ataupun vokal dengan iringan instrumen. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa solo merupakan istilah yang digunakan untuk menentukan jumlah pemain atau penyanyi dengan komposisi tunggal dalam sebuah penampilan dengan atau tanpairingan.


(30)

b. Duo

Menurut Okatara (2011: 105) bahwa duo memiliki pengertian menyanyi yang dilakukan oleh dua orang penyanyi.” Lain pihak bahwa

Duo adalah “dua alat musik yang dimainkan bersama” (Prier, 2011:37). Menurut Tyas (2007: 89) duo berarti “penyajian musik yang dimainkan oleh dua orang pemain.” Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penampilan musik istilah duo digunakan untuk menentukan jumlah pemain dengan komposisi dua orang pemain atau penyanyi dengan atau tanpa iringan.

c. Trio

Menurut Prier (2011: 220) bahwa trio adalah Tiga alat musik yang main bersama.” Lain pihak bahwa trio adalah “menyanyi yang dilakukan oleh tiga orang” (Okatara, 2011:105). Menurut Tyas (2007: 89) bahwa trio berarti “ penyajian musik yang dimainkan oleh tiga orang pemain.” Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

triomerupakan istilah untuk menentukan jumlah pemain dengan komposisi tiga orang pemain instrumen atau tiga orang penyanyi yang bermain atau bernyanyi secara bersama dalam setiap penampilan.

d. Kwartet

Menurut Prier (2011: 173) bahwa kwartet adalah “istilah untuk sebuah komposisi bagi empat alat musik.” Lain pihak bahwa kwartet


(31)

(Okatara,2011:105). Menurut Tyas (2007: 89) bahwa kwartet adalah “penyajian musik yang dimainkan oleh empat orang pemain.” Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kwartet

merupakan sebuah istilah untuk menentukan jumlah pemain dengan komposisi empat orang pemain dalam bentuk vokal maupun instrumental yang bermain atau bernyanyi secara bersama dalam setiap penampilannya.

e. Orchestra

Orchestra berarti permainan alat musik dimana masing- masing

alat musik dimainkan oleh sekelompok pemain dibawah pimpinan seorang dirigen (Prier, 2011:144). Orchestra adalah banyaknya orang atau pemain musik yang berbeda-beda dan bergabung dalam satu kesatuan unit atau organ (Hardjana, 2004: 121). Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa orchestra adalah permainan musik dengan berbagai instrumen yang menjadi satu kelompok besar dibawah pimpinan seorang dirigen atau konduktor.

f.Ansamble

Menurut Syafiq (2003: 97) bahwa ansambel berarti “permainan musik yang melibatkan beberapa jumlah pemain yang sejenis atau campuran.” Lain pihakAnsambel musik adalah “permainan musik yang dimainkan secara bersama-sama, terdiri dari dua orang atau lebih dengan menggunakan satu jenis atau berbagai alat musik atau vokal


(32)

manusia” (Hartoyo, 1994:92). Menurut Tambayong (1992:13) ansambel berarti kelompok orang- orang yang beryanyi dengan atau tanpa iringan instrumen, begitu juga dengan kelompok musik dengan atau tanpa nyanyian. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ansambel adalah istilah untuk bentuk penyajian musik yang dimainkan oleh beberapa orang dengan satu jenis, beragam alat musik, atau vokal, dengan atau tanpa iringan vokal dan instrumen.

Menurut peranan dan fungsinya alat-alat musik yang digunakan dalam bermain musik ansambel dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu alat musik melodis, alat musik ritmis, dan alat musik harmonis. Pada sebuah musik ansambel terdapat alat musik yang berfungsi sebagai melodi pokok, sebagai pengiring dan sebagai alat musik ritmis. Hal tersebut seperti dikemukakan Sulaeman dan Suhaya (1995:1) yang mengatakan bahwa:

Musik ansambel pada umumnya terbagi atas tiga macam kelompok alat musik, yaitu:

1) alat musik melodi ialah alat musik yang bernada, seperti pianika,rekorder, dan suling bambu,

2) alat musik pengiring ialah alat musik yang berfungsi selain melodi juga dapat dijadikan sebagai pengiring, seperti piano, harmonika dan gambang,

3) alat musik ritmis ialah alat musik pukul atau dapat disebut alat musik yang bernada dan tak bernada, seperti bass bedug, angklung, senar drum.

Ansambel dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu ansambel vokal, ansambel instrumen, dan ansambel campuran atau gabungan vokal dan


(33)

instrumen. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sulaeman dan Suhaya (1995:1) bahwa jenis- jenis ansambel adalah sebagai berikut:

a. Ansambel vokal dalam penampilannya terdiri dari vokal yang didalamnya dibawakan oleh pria atau wanita saja serta dapat pula campuran dari keduanya.

b. Ansambel instrumen merupakan kelompok musik yang terdiri atas permainan alat- alat musik saja, baik sejenis ataupun tidak sejenis. Instrumen sejenis antara lain :

1) Ansambel gesek, terdiri atas alat- alat musik gesek seperti biola, biola alto, cello dan bas.

2) Ansambel tiup, terdiri atas alat- alat tiup seperti flute,oboe, clarinet dan alat musik tiup lainnya.

3) Ansambel perkusi, terdiri atas alat- alat musik jenis perkusi baik ritmis maupun melodis, seperti drum, gambang, angklung, timpani, marimba dan sebagainya. 4) Ansambel gitar, terdiri atas beberapa buah gitar.

5) Ansambel piano (klavier), terdiri atas beberapa buah piano.

c. Ansambel campuran terdiri dari vokal dan instrumen musik yang dalam penggarapannya kedua unsur tersebut mempunyai kedudukan sama penting atau seimbang dan masing- masing mempunyai fungsi dan peranan sendiri- sendiri.

Bentuk penyajian meliputi media tampilan yaitu instrumen perkusi. Perkusi adalah instrumen yang dimainkan dengan cara dipukul, dijelaskan juga suara yang dihasilkan bersumber dari kulit atau selaput, lempengan kayu ataupun besi yang dipukul (Ali, 2006: 124). Instrumen perkusi berdasarkan sumber bunyinya dapat dibagi menjadi dua yaitu

idhiophone dan membranophone. Idiophone adalah alat musik yang

sumber bunyinya berupa badan dari alat musik itu sendiri, sedangkan


(34)

membran yang bergetar (Syafiq, 2003: 148). Menurut Kamien (1980: 24) bahwa sebagian besar instrumen perkusidalam orchestra dimainkan dengan cara dipukul dengan tangan, tongkat atau palu,beberapa diantaranya digoyang atau digosok. Mereka membagi instrumen kedalam instrumen bernada dan tak bernada tergantung sumber bunyinya dari bahan instrumen tersebut (idhiophone), atau dapat juga dari membran

(membranophone).Didalam instrumen perkusi juga terdapat alat pemukul

salah satunya mallet yaitu alat pemukul yang bagian ujungnya dirancang atau dilapisi bahan lembut hingga keras seperti tali lembut (wool), hingga berbahan kayu dan karet keras, ragam mallet digunakan sesuai kebutuhan (Banoe, 1984: 79).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa instrumen perkusi adalah alat musik yang memainkannya dengan cara dipukuldengan tangan, tongkat atau palu, beberapa diantaranya digoyang atau digosok, dan sumber bunyinya berasal dari alat musik itu sendiri ataupun membran. Dengan kata lain sumber bunyi alat musik perkusi dibagi menjadi dua jenis yaitu idhiophone dan membranophone. Adapun contoh alat musik perkusi berdasarkan sumber bunyinya seperti:

a. Idhiophone bernada

1) Angklung

Sejarah Angklung hadir sejak zaman hindu, Angklung pernah dipakai pada upacara ritual keagamaan (persembahyangan)


(35)

sebagai pengganti genta (bel)yang digunakan oleh pendeta hindu dalam upacara keagamaan (Wiramihardja, 2010:9).Pada waktu orang hindu datang ke Jawa mereka telah menemukan macam- macam alat musik dalam relief Candi Borobudur yaitu kendang, suling, angklung, sapek, sitar, harpha sepuluh dawai, lonceng dari perunggu, gong, saron dan bonang (Prier, 1991:18).

Gambar I : Angklung Sumber: (Khoirunnas, 2010: 1)

Masing-masing angklung memiliki peran tersendiri, yaitu sebagai bas, melodi, dan akor yang dibunyikan dengan cara digoyangkan. Satu set angklung umumnya terdiri dari nada- nada bas (F- f), nada- nada melodi (f#- c3 = 2 ½ oktaf) dan 6 akor mayor (F, G,A,Bes, C,D) serta 5 akor minor (Gm, Am, Em, Bm, Dm).


(36)

Angklung nada bas dan melodi memuat dua tabung, angklung akor memuat tiga tabung atau empat (Prier, 2011:10).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa angklung adalah alat musik perkusi bernada yang sumber bunyinya berasal dari alat musik itu sendiri dan dimainkan dengan cara digoyangkan. Angklung dapat berperan sebagai melodi, bas, adan akor. Angklung hadir sejak jaman hindu budha dipakai pada saat ritual keagamaan.

2) Kenthongan

Gambar II : Kenthongan

Sumber:(Rastavara, 2013: 1)

Kenthongan adalah alat musik yang terbuat dari bambu atau kayu yang dibunyikan dengan cara diketuk atau dipukul (Banoe, 1984:86). Pada jaman kerajaan di nusantara kenthongan digunakan


(37)

sebagai media komunikasi untuk memberikan tanda isyarat, seperti: kebakaran, kemalingan dan bencana alam (Julianto, 2014: 1).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kenthongan adalah alat musik perkusi bernada yang sumber bunyinya berasal dari alat musik itu sendiri dan dibunyikan dengan cara dipukul. Asal mula kenthongan hadir pada saat jaman kerajaan digunakan sebagai alat komunikasi untuk memberikan peringatan jika terjadi kebakaran, kemalingan, dan bencana alam.

3) Calung

Gambar III : Calung Sumber: (Azizah, 2014: 1)

Calung adalah alat musik dari bambu yang dikerat dan disusun berderet, bisa dibawa berjalan dengan 1 pemukul atau posisi tidur dengan 2 pemukul (Prier, 2011:22).Calung adalah alat musik dari bambu khas jawa barat yang dapat disusun dengan berbagai posisi, mendatar seperti gambang, berjajar keatas seperti bell-lyra,


(38)

atau digantung dengan ukuran-ukuran menurut kebutuhan (Banoe, 1984:86).

Menurut Lysloff dalam Yulistio (2011:26) bahwa Calung diperkirakan muncul pertama kali pada awal abad 20, telah dianggap semacam gamelanuntuk orang miskin, pernah berhubungan erat dengan lengger (wanita atau laki-laki yang berpakaian wanita) yang berkeliling dan menyanyi sambil menari, dengan iringan yang dimainkan oleh para musisi laki-laki.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa calung adalah alat musik perkusi bernada yang sumber bunyinya berasal dari alat musik itu sendiri dan dibunyikan dengan cara dipukul. Calung diperkirakan muncul pertama kali pada abad 20 dan dapat disusun dengan berbagai posisi, berjajar keatas dengan satu pemukul, mendatar seperti gambang dengan dua pemukul atau digantung dengan ukuran menurut kebutuhan.

b. Idhiophone tak bernada

1) Tambourin

Tambourin adalah istilah untuk alat perkusi kecil yang

dilengkapi dengan giring- giring (Prier, 2011:212). Tambourin

adalah alat musik berbentuk lingkaran sabuk yang berisikan pasangan simbal- simbal mini yang akan saling bersentuhan apabila digerak- gerakkan (Banoe, 1984:116). Berdasarkan


(39)

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tambourin adalah alat musik perkusi tak bernada yang sumber bunyinya dari alat musik itu sendiri, berbentuk lingkaran sabuk yang berisikan pasangan simbal- simbal kecil dan dimainkan dengan cara dipukul atau digoyangkan.

Gambar IV : Tambourin

Sumber: (Banoe, 1984: 116)

2) Cymbal

Gambar V : Cymbal

Sumber: (Aldiano, 2005: 5)

Menurut Aldiano (2005:5) bahwa cymbal merupakan bagian terpenting dalam drum. Cymbal terbuat dari bahan


(40)

kuningan yang kualitas kekuatannya sudah terjamin dan suara yang dihasilkan sangat cocok untuk didunakan dalam bermain drum. Fungsi cymbal untuk membuat ritme dan sebagai aksentuasi yaitu sebagai pembatas pada saat perpindahan tema lagu (Sungkar, 2006:16).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

cymbal adalah alat musik perkusi tak bernada yang sumber

bunyinya berasal dari alat musik itu sendiri dan terbuat dari bahan kuningan. Cymbal merupakan bagian terpenting dalam drum yang berfungsi untuk membuat ritme dan sebagai aksentuasi (sebagai pembatas pada saat perpindahan).

c. Membranophone

1) Bedug

Gambar VI : Bedug Sumber: (Rastavara, 2013: 1)

Bedug adalah nama gendang besar dalam gamelan, biasanya dipakai sebagai sarana komunikasi dalam masjid (Prier,


(41)

2011:17). Bedug walaupun alat musik pukul, tetapi tidak termasuk

idhiophone, sebab sumber bunyinya adalah tegangan membran

(kulit). Oleh karena itu alat musik sejenisnya disebut atau digolongkan dalam membranophone (Banoe, 1984:88). Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bedug adalah alat perkusi yg sumber bunyinya berasal dari membran, dibunyikan dengan cara dipukul dan biasanya dipakai sebagai sarana komunikasi di masjid (memanggil adzan).

2) Snare drum

Gambar VII : Snare drum Sumber: (Aldiano, 2005: 7)

Snare drum merupakan bagian utama pada drum yang sering dimainkan. Posisinya paling dekat dengan pemain, diameternya biasanya berukuran 13- 14 inci (Aldiano, 2005:5). Fungsi utama dari snare drum adalah sebagai komponen utama dalam membentuk ritme. Untuk ritme yang paling dasar biasanya ketukan snare drum pada hitungan ke- 2 dan ke- 4 (Sungkar, 2006:12).


(42)

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

snare drum adalah alat musik perkusi yang sumber bunyinya

berasal dari membran yang bergetar dan dibunyikan dengan cara dipukul. Snare drum merupakan bagian utama dari drum yang sering dibunyikan biasanya berukuran 13-14 inci dan berfungsi sebagai komponen utama dalam membentuk ritme.

3) Tom-Tom

Gambar VIII : Tom-Tom

Sumber: (Aldiano, 2005: 6)

Tom-tom merupakan salah satu bagian utama dari drum

yang berbentuk seperti gendang. Tom-tom terdiri dari berbagaimacamukuran, diameternya mulai dari ukuran 6-12 inci.

Biasanya yang kecildisebut dengan small tom-tom yang paling besar disebut large tomtom/floor tom-tom. Tom-tom memiliki dua selaput gendang (Aldiano, 2005:5). Pada prinsipnya tom-


(43)

tomberfungsi untuk membuat variasi ketukan yang akrab dengan istilah “fill” atau “fill in” atau “roffle”. Biasanya tom- tom

digunakan untuk improvisasi/ solo atau bahkan digunakan untuk

rhythm (Sungkar, 2016:10).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

tom- tom adalah alat musik perkusi yang sumber bunyinya berasal

dari membran yang bergetar dan dibunyikan dengan cara dipukul.

Tom-tom merupakan salah satu bagian utama dari drum

yangberbentuk seperti gendang dengan dua selaput, danterdiri dari berbagaimacamukuran, diameternya mulai dari ukuran 6-12 inci.

Biasanya yang kecildisebut dengan small tom-tom yang paling besar disebut large tomtom/floor tom-tom. Tom-tom berfungsi untuk membuat variasi ketukan yang akrab dengan istilah “fill”

atau “fill in” atau “roffle” dapatdigunakan untuk improvisasi/ solo.

B. Penelitian yang relevan

Dina Krisnaning Tyas dalam penelitiannya pada tahun 2007 dengan judul“ organologi dan aransemen kelompok musik Asmon di Purbalingga

kulon, Banyumas, Jawa tengah”. Pokok bahasan pada kesenian kelompok

Asmon memilikikesamaan dengan kesenian yang akan diteliti, adapun kesamaannya terletak pada jenis alat musik yang digunakan serta pembahasan


(44)

mengenai aransemen, sehingga hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan penulis dalam mengkaji aransemen dan penyajian musik Angklung New Banesa Malioboro lebih dalam.

Desy larasati dalam penelitiannya pada tahun 2010 dengan judul

“Struktur dan Komposisi musik tradisional Kentongan di Kabupaten

Banyumas”. Penelitian ini membahas tentang struktur dan komposisi musik

tradisional kentongan di Kabupaten Banyumas. Pokok bahasan pada kesenian musik tradisional kentongan memiliki kesamaan dengan kesenian yang akan diteliti, adapun kesamaannya terletak pada jenis alat musik yang digunakan.hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan penulis dalam mengkaji aransemen dan penyajian musik angklung New Banesa di Malioboro lebih dalam.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan penelitian

Untuk mendapatkan pemahaman yang sesungguhnya tentang aransemen dan bentuk penyajian musik angklung New Banesa di Malioboro Yogyakarta, maka dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif. Dalam melakukan penelitian, peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamati secara langsung pertunjukan musik angklung New Banesa serta berdialog dengan nara sumber penelitian. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan nara sumber penelitian, video, foto dan segala hal yang mengacu pada aransemen dan bentuk penyajian musik angklung New Banesa di Malioboro Yogyakarta. Alasan digunakan metode tersebut untuk memaparkan penjelasan tentang aransemen dan bentuk penyajian musik angklung New Banesa meliputi wujud musik angklung New Banesa, unsur-unsur musik dalam pertunjukan musik angklung New Banesa yang berkaitan dengan aransemen, tata panggung, tempat pertunjukan, waktu, persiapan pementasan dan instrumen musik yang digunakan serta peran media tampilan dalam kesenian tersebut.


(46)

B.Tahapan penelitian

Pada saat penelitian terdapat tahapan- tahapan yang perlu dilakukan dan menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian, sehingga hal tersebut memberikan gambaran tentang keseluruhan rancangan penelitiaan. Tahapan dalam penelitian kualitatif memiliki salah satu ciri pokok yaitu peneliti berperan sebagai alat penelitian. Adapun tahapan penelitian terdiri dari tahap pra-lapangan dan tahap pekerjaan lapangan.

1. Tahap Pra-lapangan

Pada tahap ini peneliti mengurus perizinan penelitian.Adapun tahapan untuk mengurus surat perizinan dimulai dari dikeluarkannya surat izin penelitian oleh pihak Universitas Negeri Yogyakarta, fakultas bahasa dan seni dengan menyertakan proposal penelitian. Surat izin tersebut ditujukan kepada kepala dinas perizinan kota Yogyakarta. Selanjutnya dikeluarkan kembali surat izin penelitian dari dinas perizinan kota Yogyakarta yang ditujukan kepada pemimpin kelompok New Banesa.

Kegiatan selanjutnya adalah peneliti menjajaki dan menilai lapangan, dimana peneliti melihat kondisi dan pengenalan lingkungan obyek penelitian. Selanjutnya menyiapkan perlengkapan penelitian meliputi pedoman observasi, pedoman wawancara, pedoman dokumentasi dan perlengkapan penelitian seperti buku catatan, alat tulis dan kamera digital. Terakhir adalah peneliti memilihdan memanfaatkan sumber


(47)

informan yang diwawancarai berkaitan dengan musik angklung New Banesa. Adapun informan yang dijadikan narasumber dalam penelitian ini seperti tokoh masyarakat, ketua, dan pemain musik angklung New Banesa.

2. Tahap pekerjaan lapangan

Pada penelitian aransemen dan bentuk penyajian musik angklung New Banesa, peneliti memahami latar penelitian dan menyesuaikan waktu kapan saja peneliti melakukan observasi dengan menyaksikan secara langsung pertunjukan musik angklung New Banesa, setelah itu peneliti melakukan wawancara sambil mencatat data dengan nara sumber didepan hotel Mutiara Malioboro Yogyakarta. Selain mengumpulkan data melalui pengamatan dan wawancara kemudian dilanjutkan proses dokumentasi, mengumpulkan video dan foto terkait aransemen dan bentuk penyajian musik angklung New Banesa. Pekerjaan lapangan tersebut telah dilakukan oleh peneliti dari bulan Maret 2016 sampai dengan bulan April 2016. Setelah tahap ke dua selesai dilakukan, selanjutnya tahap yang dilakukan yaitu tahap analisis data. Peneliti memilih terlebih dulu data mana yang diperlukan dan yang tidak diperlukan dan kemudian dilakukan penyajian data serta penarikan kesimpulan.


(48)

C.Lokasi, subyek dan obyek penelitian 1. lokasi

Penelitian ini dilaksanakan didepan hotel Mutiara Malioboro Yogyakarta, karena Malioboro Yogyakarta merupakan tempat digelarnya pertunjukan musik angklung New Banesa. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret-April 2016.

2. Subyek dan obyek penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah pemain dalam kesenian angklung yaitu kelompok New Banesa, serta obyek berupa pertunjukan musik angklung yang dibawakan New Banesa di Malioboro Yogyakarta.

D.Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi

Pada penelitian ini observasi dilakukan pengamatan langsung ditempat penelitian. Pengamatan dilakukan pada saat pementasan dimalam hari yaitu meliputi aktivitas dan perilaku subyek penelitian, persiapan dan pengecekan alat musik, lagu yang dimainkan pada saat pertunjukan berlangsung dan hal-hal yang berkaitan dengan aransemen dan bentuk penyajian musik angklung New Banesa. Dalam hal ini peneliti menyusun data dan informasi yang diperoleh dari pengamatan mengenai pertunjukan


(49)

musik angklung New Banesa yang berkaitan dengan aransemen dan bentuk penyajian musiknya. Adapun subyek dan obyek yang diamati dari observasi meliputi:

a. Subyek yaitu masyarakat dan pelaku seni musik angklung New Banesa, untuk mengetahui informasi tentang sejarah keberadaan pertunjukan musik angklung New Banesa.

b. Obyek yaitu pertunjukan musik angklung New Banesa yang kaitannya dengan aransemen dan bentuk penyajian musik tersebut.

2. Wawancara

Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan ketua dan pemain kelompok New banesa dimalam hari pada saat jam istirahat pertunjukan dan saat pertunjukan berakhir. Sedangkan wawancara dengan tokoh masyarakat ataupun penonton dilakukan pada saat dan sebelum pertunjukan berlangsung. Peneliti melakukan wawancara berhadap- hadapan dengan partisipan dan dengan membawa alat tulis dan buku catatan. Wawancara dilakukan dengan para nara sumber yang meliputi:

a. Pemain musik angklung New Banesa (Sigit, Gunawan, Oki, Sakti, Ejin, Syahril)

b. Pemimpin atau ketua kesenian angklung New Banesa (Ryan) c. Tokoh masyarakat (Bapak Leon)


(50)

Materi wawancara meliputi sejarah musik angklung New Banesa serta aransemendan bentuk penyajian musik angklung New Banesa di Malioboro Yogyakarta. Adapun kisi-kisi wawancara sebagai berikut:

Tabel 1 :Kisi – kisi Wawancara

Pokok Pertanyaan Kisi- kisi Wawancara 1. Aransemen musik angklung New

Banesa

a. Nada apa saja yang terdapat pada instrumen New Banesa?

b. Irama apa saja yang dimainkan saat menggelar pertunjukan? c. Apa peran dan

fungsi masing – masing instrumen dalam pertunjukan musik angklung New Banesa?

d. Bagaimana proses dalam

mengaransemen lagu?

2. Bentuk penyajian musik angklung New Banesa

e. Instrumen apa saja yang di gunakan dalam musik angklung New Banesa?

f. Lagu apa saja yang biasa disajikan dalam pertunjukan musik angklung New


(51)

Banesa?

g. Kapan dan dimana pertunjukan musik angklung New Banesa digelar? h. Berapa jumlah

pemain dalam satu kelompok angklung New Banesa? i. Bagaimana kostum

yang di gunakan para pemain New Banesa?

j. Berapa lama waktu pertunjukan musik angklung

berlangsung? k. Bagamaina sejarah

terbentuknya

kelompok angklung New Banesa? l. Kendalaapa saja

yang dialami kelompok New Banesa saat menggelar pertunjukan angklung? 3. Dokumentasi

Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan data berupa dokumen atau dapat dikatakan tahap dokumentasi, hal ini perlu dilakukan karena


(52)

dokumentasi merupakan pelengkap metode observasi untuk memperkuat suatu penelitian. Tahap dokumentasi ini dilakukan peneliti agar memperoleh data meliputi dokumen yang ada sebelum penelitian. Adapun dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto dan video pertunjukan musik angklung New Banesa sebelum penelitian.

E.Instrumen penelitian

Pada penelitian aransemen dan bentuk penyajian musik angklung New Banesa, peneliti berperan sebagai instrumen atau alat penelitian dalam mengumpulkan informasi dari keseluruhan proses penelitian, yaitu sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data dan pelapor hasil penelitian. Peneliti mengumpulkan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti yang akan aktif menggali informasi dari informan sebagai sumber data.

F. Analisis data

Pada penelitian ini setelah data diperoleh, terkumpul dan teruji kebenarannya selanjutnya penelitimenganalisa dan menggelompokkan data tersebut berdasarkan kebutuhan penulisan yaitu mengenai aransemen dan bentuk penyajian musik angklung New Banesa. Data tersebut dianalisa secara deskriptif kualitatif yaitu mencari, menganalisa, mendeskripsikan data dan menyusun data secara sistematis dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan


(53)

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori seperti: data reduksi, data display, dan verifikasi untuk memperoleh data yang benar. Sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disatukan oleh data. Adapun langkah- langkah yang ditempuh dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data (Data reduction)

Pada penelitian ini, peneliti merangkum data berupa data observasi, wawancara dan dokumentasi, selanjutnya dilakukan pemilihan hal yang pokok, memfokuskan hal yang penting dicari tema dan polanya. Dengan kata lain peneliti disini memilih data yang diperlukan dan data yang tidak diperlukan. Karena data yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak selama melakukan penelitian, sehingga peneliti hanya menggunakan data-data yang berkenaan dengan aransemen dan bentuk penyajian musik angklung. Adapun data yang dipilih dalam aransemen berupa hasil aransemen yang dibuat kelompok musik angklung New Banesa meliputi unsur-unsur musik yaitu melodi, ritme, harmoni, dinamik dan tempo. Data yang dipilih dalam penyajiannya meliputi tata panggung pada saat pementasan, jenis dan peraninstrumen musik yang digunakan, tempat dan waktu pertunjukan, lagu dan kostum yang dibawakan, serta foto dan video pada saat pertunjukan. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas.


(54)

2. Display Data

Dalam penelitian ini, setelah proses mereduksi data peneliti menyusun dan menyajikan data-data yang telah dipilih menjadi teks naratif, berbentuk uraian singkat yang disusun secara sistematis guna mempermudah pemahaman tersebut. Teks tersebut kemudian dikelompokkan kedalam bagian-bagian yang sudah ditentukan, seperti bagian wujud musik angklung New Banesa, aransemen dan bentuk penyajian musik angklung New Banesa di Malioboro Yogyakarta. Teks naratif tersebut terdapat diseluruh data pendukung yang berupa deskripsi tentang wujud, aransemen dan bentuk penyajian musik angklung New Banesa. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah dalam memahami hasil penelitian serta mempermudah dalam menyusun laporan penelitian.

3. Menarik Kesimpulan (verification)

Dalam penelitian ini, penyimpulan data diperoleh setelah peneliti melakukan proses pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasimusik angklung New Banesa, kemudian dilanjutkan dengan proses analisis data yang meliputi reduksi, display data dan proses selanjutnya adalah menyimpulkan hasil dari keseluruhan data, hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan deskripsi atau gambaran suatu obyek yang masih belum jelas menjadi jelas. Hasil kesimpulan tersebut berupa penelitian tentang aransemen dan bentuk penyajian musik angklung New Banesa.


(55)

Tokoh masayarakat Pemain Ketua kelompok G.Keabsahan Data

Pada penelitian ini uji keabsahan data dilakukan dengan triangulasi sumber dan triangulasi teknik pengumpulan data, yaitu peneliti memperoleh data penelitiannya menggunakan kedua triangulasi tersebut. Adapun Langkah-langkah pelaksanaan teknik triangulasi adalah sebagai berikut:

Gambar IX : Triangulasi Sumber Sumber : Sugiyono (2009: 84)

Keterangan:

Wawancara dilakukan dengan beberapa nara sumber yaitu: pemain musik angklung New Banesa (Sigit, Gunawan, Oki, Sakti, Ejin, Syahril), pemimpin atau ketua kesenian angklung New Banesa (Ryan), tokoh masyarakat (Bapak Leon), peneliti menanyakan pokok permasalahan yang sama kepada nara sumber yang berbeda untuk memperoleh data yang valid.


(56)

Gambar X : Triangulasi teknik pengumpulan data Sumber : Sugiyono (2013:273)

Keterangan :

Setelah seluruh data diperoleh selanjutnya data dicocokan berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi sehingga dapat diperoleh data yang pasti. Data yang diperoleh dari wawancara dengan pemain musik (Sigit, Gunawan, Oki, Sakti, Ejin, Syahril), tokoh masyarakat (Bapak Leon) dan pemimpin atau ketua kelompok New Banesa (Ryan), selanjutnya dicek dengan observasi dan dokumentasi, Observasi dilakukan di Malioboro Yogyakarta mengenai pemain musik angklung New Banesa dan keberadaan pertunjukan musik angklung New Banesa. Dokumentasi meliputi video pertunjukan musik angklung New Banesa serta dokumen lain seperti foto-foto yang berkaitan dengan pertunjukan musik angklung tersebut. Proses ini dilakukan untuk memperoleh kreadibilitas data hasil penelitian.

Observasi

Wawancara Dokumentasi


(57)

BAB IV

ARANSEMEN DAN BENTUK PENYAJIAN MUSIK ANGKLUNG NEW BANESA DI MALIOBORO YOGYAKARTA

A.Hasil Penelitian

1. Wujud musik angklung New Banesa di Malioboro Yogyakarta

New Banesa adalah salah satu kelompok musik jalanan atau biasa disebut dengan pengamen yang setiap harinya tampil di Malioboro Yogyakarta, lebih tepatnya didepan hotel Mutiara Malioboro Yogyakarta. New Banesa merupakan kelompok musik jalanan yang menggunakan angklung sebagai alat musik utama dalam setiap penampilannya. Walaupun musik tersebut bernama angklung tetapi tidak hanya alat musik angklung yang mereka mainkan, New Banesa mengkreasikan musik tersebut dengan menambahkan alat musik lain, seperti: kenthongan, calung, drum atau yang biasa mereka sebut dengan tripuk, kecrekan, dan bedug.

Awal mula kesenian yang mereka tampilkan berasal dari Purwokerto yang di bawa ke Yogyakarta oleh delapan orang pemain. Namun seiring dengan perjalanan waktu terjadi pergantian pemain, hingga saat ini pemain tetap terdiri dari tujuh orang pemain yang masing-masing berasal dari Purwokerto, Blitar dan Yogyakarta. Mereka bertemu di Yogyakarta dan membentuk satu kelompok pada tahun 2009 dengan nama New Banesa, adapun Banesa merupakan singkatan dari bareng nekat bersama. Sebelum


(58)

tampil menetap didepan Hotel Mutiara Malioboro Yogyakarta, New Banesa tampil dari satu lampu merah ke lampu merah lainnya dan didepan mall Matahari Malioboro. Karena Banyaknya apresiasi dari penonton dan masyarakat sekitar, membuat New Banesa rutin menggelar pertunjukan di Malioboro. Pertunjukan digelar pukul 19.00- 22.00 WIB, Pada setiap penampilannya selalu banyak penonton yang menyaksikan pertunjukan tersebut, beberapa dari meraka bahkan ikut berjoget menikmati musik yang dibawakan oleh New Banesa, Oleh karena itu New Banesa dipercaya oleh UPT Malioboro untuk tampil menetap didepan hotel Mutiara Malioboro. New Banesa tampil menetap di depan hotel Mutiara Malioboro setelah mendapatkan ijin dari UPT Malioboro Yogyakarta.

Gambar XI : Kelompok musik angklung New Banesa (Dok. Dian 2016)


(59)

New banesa dalam setiap penampilannya selalu memakai kostum yang seragam, kostum yang biasa mereka pakai seperti kaos yang bertuliskan nama kelompok dan batik yang seragam dengan bermacam-macam warna. Hal ini membuat kelompok tersebut terlihat kompak dalam penampilannya, sehingga membuat wisatawan lebih tertarik untuk menonton pertunjukan. Karena kekompakan penampilan pemain dapat menjadi daya tarik penonton selain permainan musiknya. Tidak dapat dipungkiri karena kekompakan yang terjalin dan rutinnya pertunjukan yang mereka gelar yang mampu menjadi daya tarik wisatawan membuat mereka memiliki penghasilan kurang lebih dua ratus ribu rupiah dalam sekali pertunjukan.Penghasilan yang mereka peroleh berasal dari para wisatawan yang menonton pada saat pertunjukan, penonton secara suka rela memberikan uang yang mereka masukkan kedalam kotak yang telah disediakan, hal ini biasa disebut dengan istilah nyawer atau

saweran. Besaran saweran tidak ditetapkan nominalnya melaikan tergantung

dari keikhlasan penonton.

Lagu-lagu yang biasa New Banesa bawakan adalah lagu yang berirama pop, dangdut, reggae, campursari. Setiap malamnya mereka memainkan lagu berjumlah kurang lebih 20 lagu. Adapun lagu-lagu yang mereka mainkan merupakan lagu yang sedang hits dimasa kini. Mereka biasa membawakan dengan versi yang berbeda, contohnya untuk lagu reggae bisa mereka aransemen menjadi irama dangdut koplo, lagu pop menjadi irama dangdut koplo. Keterampilan yang mereka peroleh mengalir begitu saja, atau


(60)

dapat dikatakan secara otodidak, tidak melalui proses pembelajaran akademik. Mereka tidak menggunakan partitur atau notasi lagu pada saat latihan melainkan belajar dari youtube, mereka mendengar lagu-lagu dari youtube

selanjutnya mereka kreasikan dengan versi berbeda dan mereka terapkan pada alat musik yang mereka miliki, biasanya mereka sebut dengan istilah ngulik. Dahulu mereka biasa ngulik atau mengaransemen lagu secara bersama-sama ditempat latihan yang mereka miliki yaitu dibelakang hotel Mutiara. Namun seiring dengan perjalanan waktu pemain New Banesa sudah menjadi pemain profesional, mereka sudah hafal lagu-lagu yang mereka mainkan sehingga mereka tidak pernah latihan ditempat latihan tersebut. Tempat latihan yang terletak dibelakang hotel Mutiara kini hanya dijadikan tempat untuk menyimpan alat musik yang mereka miliki.

Gambar XII : Keramaian penonton saat menyaksikan pertunjukan (Dok. Dian 2016)


(61)

Dalam pertunjukan musik angklung New banesa, tidak terdapat vokalis utama yang menyanyikan lagu, lagu dinyayikan oleh para pemain musik secara bersama-sama. Pada saat pemain New Banesa bernyanyi suara yang dihasilkan terdengar tidak begitu jelas karena mereka tidak memiliki microfon untuk vokal. Adapun lagu-lagu yang mereka bawakan tidak memiliki urutan atau lagu wajib yang harus dimainkan. Pemilihan lagu yang mereka mainkan bebas sesuai permintaan penonton, tetapi diakhir pertunjukan mereka selalu membawakan lagu sayonara.

2. Aransemen

Kelompok musik angklung New Banesa dalam penyajian musiknya mengaransemen beberapa genre musik, yaitu: pop, reggae, dangdut, dan campursari kedalam sajian musik yang mereka bawakan dengan instrumen musik yang mereka miliki, yaitu: angklung, calung rantay/calung gambang, kenthongan, tripuk,kecrekan, dan bedug. Semua jenis musik yang mereka mainkan menjadi versi dangdut koplo. Aransemen ditinjau dari unsur-unsur musiknya meliputi:

a. Melodi

Pada pertunjukan musik angklung New Banesa, peran melodi dimainkan oleh instrumen angklung yang menggantikan peran vokal pada lagu aslinya. Peran angklung memainkan semua bagian lagu dari awal lagu hingga akhir lagu.


(62)

Berikut contoh melodi yang dimainkan New Banesa:

Gambar XIII : Melodi yang dimainkan angklung (Dok. Dian 2016)

b. Ritmis

Pada pertunjukan musik angklung New Banesa, peran ritmis dimainkan oleh bedug (sebagai pengatur tempo), kecrekan(sebagai aksen),

dan tripuk (sebagai pengatur tempo). Dari beberapa jenis lagu yaitu pop,

dangdut, reggae, dan campursari, kelompok musik angklung New Banesa mengaransemen jenis lagu tersebut menjadi dua pola irama, seperti dalam satu buah jenis lagu yang aslinya reggae diaransemen menjadi dua pola irama yaitu reggae dan dangdut koplo. Instrumen yang menjadi ciri khas dalam memainkan pola irama tersebut terletak pada perpaduan permainan istrumen tripuk dan bedug karena permainan kedua instrumen tersebut dapat menyerupai suara kendang, ketipung dan drum, sehingga dapat dikatakan bahwa peran tripuk dan bedug menggantikan peran drum pada permainan instrumen lagu aslinya, sedangkan instrumen kecrekan hanya berperan sebagai penambah aksen pada setiap irama.


(63)

Berikut adalah contoh lagu asli dan pola irama dari permainan instrumen bedug, tambourin, dan tripuk dalam pertunjukan musik angklung New Banesa :

Gambar XIV : Contoh irama pada lagu asli (Dok. Dian 2016)

Gambar XV : Contoh irama dangdut koplo pada garapan

(aransemen) (Dok. Dian 2016)


(64)

Gambar XVI : Contoh irama pop pada garapan (aransemen) (Dok. Dian 2016)

Keteranagan gambar:

Tripuk: : Suara “tak” : Cymbal

: Suara “thung” : Snare

Bedug: : Bedug besar : Bedug midle

Dalam permainan musik angklung New Banesa juga terdapat

syncopation atau biasa mereka sebut dengan sengga’an. Selain itu juga

terdapat fill in atau biasa mereka sebut dengan ropelan. Berikut adalah contoh sengga’andan ropelan yang terdapat pada permainan musik angklung New Banesa:


(65)

Gambar XVII : Contoh fill in lagu asli (Dok. Dian 2016)

Gambar XVIII : Contoh sengga’an (syncopation) pada garapan

(aransemen) (Dok. Dian 2016)

Gambar XIV : Contoh ropelan (fill in) pop pada garapan

(aransemen) (Dok. Dian 2016)

Lagu Hitam Putih (Cozy Republik)

Lagu Hitam Putih (Cozy Republik) Lagu Hitam Putih (Cozy Republik)


(66)

Gambar XX : Contoh ropelan (fill in) pop ke koplo pada

garapan (aransemen) (Dok. Dian 2016)

c. Harmoni

Pada pertunjukan musik angklung New Banesa, peran harmoni dimainkan oleh calung rantay dan kenthongan. Calung rantay dalam susunan nadanya memiliki tangga nada diatonis dan dalam permainanya seorang pemain selalu memainkan empat nada secara bersamaan atau dapat dikatakan calung rantay berperan sebagai akord, sedangkan instrumen kenthongan berperan sebagai bas. Peran calung rantay dan kenthongan menggantikan peran gitar rhythm dan gitar bas pada lagu aslinya. Dalam pertunjukan musik angklung terdapat empat buah kenthongan yang hanya memiliki dua nada. Berikut adalah contoh pola permainan calung rantay dan kenthongan dalam pertunjukan musik angklung New Banesa:


(67)

Gambar XXI : Contoh progresi akord pada lagu asli (Dok. Dian 2016)

Gambar XXII : Contoh progresi akord pada garapan (aransemen) (Dok. Dian 2016)

Lagu Hitam Putih (Cozy Republik) Lagu Hitam Putih (Cozy Republik)


(68)

Aransemen lagu ditinjau dari unsur ekspresi meliputi: a. Dinamik

Dalam pertunjukan musik angklung New Banesa, lagu-lagu yang mereka bawakan memiliki beberapa dinamik, seperti pada irama lagu pop, dangdut dan koplo memiliki fariasi dinamik yang hampir sama yaitu agak keras, yang membedakan adalah pada saat lagu bagian sengga’an

(syncopation) dan ropelan (fill in) sajian musik dimainkan mendadak

keras. Selain itu, karena tempat pertunjukan diadakan ditepi jalan malioboro yang kerap dilewati andong, sehingga pada saat andong lewat ditempat pertunjukan, permainan musik menjadi perlahan-lahan melembut. Alasan permainan menjadi lembut pada saat andong lewat ialah agar tidak terjadi kepanikan pada saat kuda lewat yang dapat menyebabkan kuda mengamuk.


(69)

Bagian lagu dengan dinamik piano

Bagian lagu dengan dinamik mezzoforte

Lagu Hitam Putih (Cozy Republik)


(70)

Bagian akir lagu dengan dinamik decressendo

Gambar XXIII : Contoh dinamik lagu asli (Dok. Dian 2016)

Bagian lagu dengan dinamik mezzoforte

Lagu Hitam Putih (Cozy Republik) Lagu Hitam Putih (Cozy Republik)


(71)

Bagian lagu dengan dinamik sforzando

Gambar XXIV : Contoh dinamik lagu pada garapan (aransemen) (Dok. Dian 2016)

b. Tempo

Pada pertunjukan musik angklung New Banesa, darisemua lagu yang dimainkan menggunakan tempo 85 Beat per minute, walaupun irama yang dimainkan berubah tempo yang digunakan selalu tetap yaitu 85 Beat

per minute, sebagai contoh dalam satu lagu dibagian awal lagu dimainkan

dengan irama pop selanjutnya memasuki pertengahan lagu menjadi irama koplo, dari perubahan irama tersebut tempo yang dimainkan tetap sama.


(72)

3. Bentuk penyajian

Secara garis besar berikut tata panggung, latar, jumlah pemain, waktu pertunjukan, persiapan pementasan, media penampil dalam pertunjukan musik angklung New Banesa

a. Tata panggung

Gambar XXV : Setting pertunjukan angklung (Dok. Dian 2016)

Keterangan gambar : 1. Kenthongan

2. Kecrekan

3. Bedug besar 4. Bedug kecil

5. Tripuk

6. Angklung

7. Calung rantay / calung gambang 8. Penonton

9. Jalan malioboro 10. Jalan pejalan kaki


(73)

b. Tempat pertunjukan

Pertunjukan musik angklung New Banesa digelar dipinggir jalan Malioboro, lebih tepatnya didepan hotel Mutiara Malioboro Yogyakarta.

c. Jumlah pemain

Jumlah pemain dalam kelompok musik angklung New Banesa sejumlah tujuh pemain, masing- masing pemain memainkan satu jenis instrumen. Seperti instrumen angklung, kenthongan, tripuk, kecrekan, calung rantay atau calung gambang dimainkan oleh masing-masing satu orang pemain, sedangkan bedug dimainkan oleh dua orang pemain karena terdapat dua buah jenis bedug yang berfungsi sebagai middle dan sebagai bas.

d. Waktu pertunjukan

Pertunjukan musik angklung New Banesa di Malioboro Yogyakarta diselenggarakan setiap hari senin, rabu- minggu apabila cuaca mendukung. Khusus hari selasa pertunjukan libur karena untuk istirahat para pemain. Digelar pada malam hari mulai pukul 19.00- 22.00 WIB.

e. Persiapan pementasan

Persiapan yang dilakukan para pemain sebelum pertunjukan musik angklung New Banesa sebagai berikut:


(74)

1. Setelah instrumen tiba ditempat pertunjukan, dilakukan pengecekan kembali mengenai kelengkapan alat yang akan digunakan. Termasuk berbagai properti lainnya seperti alat untuk menabuh.

2. Menempatkan setiap instrumen pada posisi yang telah ditentukan, yaitu posisi masing-masing instrumen diletakan berjejer dipinggir jalan Malioboro Yogyakarta

3. Melakukan pengecekan kualitas instrumen, untuk mengatasi

kemungkinan alat musik rusak atau ada pengait yang lepas secara tidak sengaja saat dibawa ketempat pertunjukan, sehingga dapat diperbaiki dahulu sebelum menyajikan pertunjukan.

f. Media Tampilan

Pada saat di purwokerto kelompok musik angklung New Banesa biasa mengamen dengan menggendong alat musik dari satu tempat ketempat lainnya ketika memainkan alat musik tersebut, tetapi berbeda dengan pertunjukan yang mereka gelar di Yogyakarta mereka sudah memiliki dudukan untuk menyangga alat musik yang mereka miliki, sehingga mereka lebih mudah dalam memainkan instrumen karena mereka tidak perlu menggendong alat musik tersebut saat memainkannya. Adapun media penampil yang digunakan pada saat pertunjukan musik angklung New Banesa meliputi :


(75)

1. Angklung

Pada pertunjukan musik angklung New Banesa, angklung yang digunakan adalah angklung yang mereka buat dan modifikasi sendiri yaitu angklung set. Angklung set yaitu angklung yang berjumlah lebih dari satu, dalam satu set terdapat tiga puluh buah angklung. Angklung mereka susun dengan posisi miring dan urutan nada rendah dimulai dari sebelah kiri dengan jumlah nada sebanyak tiga puluh yang disusun secara kromatis. Instrumen angklung set dirakit dengan dua buah penyangga yaitu kayu dan stainless steel. Angklung dalam pertunjukan musik angklung New Banesa berperan memainkan melodi.

.

Gambar XXVI : Instrumen angklung (Dok. Dian 2016)


(76)

Berikut adalah nada-nada yang terdapat pada angklung set New Banesa:

Gambar XXVII : Nada instrumen angklung (Dok. Dian 2016)

2. Kenthogan

Gambar XXVIII: Instrumen kenthongan (Dok. Dian 2016)

Pada pertunjukan musik angklung New Banesa, kenthongan yang digunakan adalah kenthongan yang mereka buat dan modifikasi sendiri, seperti terdapat empat buah kenthongan yang disusun secara vertikal, dan digantung pada satu buah penyangga stainless steel dan masing-masing kenthongan memiliki dua pasang nada. Kenthongan


(77)

tersebut memiliki dua buah alat pemukul yang berbentuk stick, terbuat dari kayu dan dibalut ban dalam bekas pada bagian ujungnya. Kenthongan dalam pertunjukan musik angklung berperan memainkan harmoni sebagai bas.

Berikut adalah nada yang terdapat pada kenthongan New Banesa :

Gambar XXIX : Nada instrumen kenthongan (Dok. Dian 2016)

3. Calung rantay atau Calung gambang

Gambar XXX : Instrumen calung rantay (Dok. Dian 2016)


(78)

Dalam pertunjukan musik angklung New Banesa, calung yang digunakan merupakan hasil modifikasi. Calung disusun secara horizontal dan urutan nada rendah dimulai dari sebelah kiri dengan jumlah nada sebanyak dua puluh tujuh yang disusun secara kromatis. Instrumen calung memiliki satu buah penyangga stainless steel dan empat buah alat pemukul yang terbuat dari kayu dan dibalut dengan ban dalam bekas pada bagian ujungnya. Masing-masing tangan memegang dua buah pemukul. Calung rantay dalam pertunjukan musik angklung New Banesa berperan memainkan harmoni sebagai pengisi akord.Berikut nada-nada yang terdapat pada calung New Banesa :

Gambar XXXI : Nada instrumen calung rantay (Dok. Dian 2016)

4. Tripuk

Dalam pertunjukan musik angklung New Banesa, Tripuk merupakan suatu istilah atau nama alat musik yang telah dimodifikasi oleh kelompok New Banesa. Adapun alat musik tersebut merupakan hasil modifikasi dari tiga macam alat musik yang dirakit atau digabungkan seperti: 1 buah snare drum, dua buah cymbal dan tujuh buah tom-tom yang dimodifikasi sedemikian rupa agar suaranya menyerupai instrumen kendang, ketipung dan drum. Selain itu ukuran


(79)

menghasilkan suara yang lebih tinggi. Tripuk memiliki dua buah alat pemukul yaitu dua buah stick yang terbuat dari logam dengan bagian ujungnya dibalut dengan benang wol. Tripuk dalam pertunjukan musik angklung New Banesa berperan memainkan ritmis sebagai pengatur tempo.

Gambar XXXII: Instrumen tripuk

(Dok. Dian 2016)

Keterangan :

1. Tripuk suara “thung” 2. Tripuk suara “tak” 3. Tripuk suara “thung” 4. Tripuk suara “tak” 5. Tripuk suara “thong” 6. Tripuk suara “thang” 7. Tripuk suara “thak”

8. Cymbal


(80)

5. Kecrekan

Dalam pertunjukan musik angklung New banesa jenis

kecrekan yang digunakan sama seperti yang digunakan orang-orang

pada umumnya, tidak memiliki unsur modifikasi. Kecrekan dalam pertunjukan musik angklung New Banesa berperan memainkan ritmis sebagai aksen.

Gambar XXXIII : Instrumen Kecrekan

(Dok. Dian 2016)

6. Bedug

Dalam pertunjukan musik angklung New Banesa, bedug yang mereka gunakan merupakan hasil modifikasi. Bedug dibuat dari tong dan ban dalam bekas sebagai penutupnya yang kemudian ditali kencang.


(81)

Bedug memiliki satu buah pemukul yang terbuat dari kayu dan dibalut dengan ban dalam bekas pada bagian ujungnya.

Dalam pertunjukan musik angklung New Banesa terdapat dua buah bedug yang berfungsi sebagai middle dan bas. Lebih tepatnya suara yang dihasilkan bedug memanipulasi suara kick pada drum. Bedug dalam pertunjukan musik angklung New Banesa berperan memainkan ritmis sebagai pengatur tempo.

Gambar XXXIV: Instrumen bedug (Dok. Dian 2016)


(82)

B.Pembahasan 1. Musik jalanan

New banesa merupakan kelompok musisi jalanan yang menampilkan musik jalanan dengan menggunakan angkung sebagai alat musik utama dalam setiap pertunjukannya. Dalam wawancara dengan mas Ryan (pemimpin New Banesa) pada 23 Maret 2016, menjelaskan:

“Awal mula terbentuknya New Banesa begini mbak, kita awalnya berasal dari Purwokerto, kita biasa ngamen di Purwokerto dari satu tempat ketempat lain dengan alat musik angklung. Kita waktu itu terdiri dari 8 orang mbak, suatu ketika kita mencoba pergi kejogja untuk mencari peruntungan. Kita ngamen dari lampu merah 1 ke lampu merah lainnya di Yogyakarta, dan ternyata mendapat respon dari masyarakat Yogyakarta. Tetapi selang beberapa waktu terjadi pergantian pemain mbak karena teman kita sudah mendapatkan pekerjaan lain. Hingga saat ini pemain New Banesa terdiri dari 7 orang, berasal dari berbagai daerah mbak seperti Purwokerto, Yogyakarta, dan Blitar. Kita secara tidak sengaja bertemu dan berkenalan di Yogyakarta.”

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kuncoro dalam Okta (2011: 29) bahwa pengamen jalanan adalah seseorang yang berusaha mencari uang dengan menyanyi dan memainkan alat musik yang lokasi kerjanya sebagian besar berada di jalanan atau di tempat-tempat umum.

2. Aransemen

Sesuai denganpendapat Kodijat (2007: 8) aransemen berarti menata, membubuhi lagu atau merubah iringan suatu lagu. Dalam pertunjukan musik angklung New Banesa lagu yang mereka mainkan


(83)

merupakan hasil aransemen New Banesa, yaitu berupa membubuhi dan merubah iringan lagu. hasil wawancara dengan mas Ryan (Pemimpin kelompok New Banesa) pada tanggal 23 Maret 2016, menjelaskan:

“Kami biasa mengaransemen lagu secara bersama-sama melalui youtube yang kami dengar dan tonton selanjutnya kami kreasikan atau terapkan pada alat musik yang kami miliki, Biasanya masing-masing dari kami menyumbangkan ide atau gagasan saat mengaransemen suatu lagu. Kami tidak menggunakan buku lagu, notasi ataupun partitur dalam mengaransemen. Namun pada dasarnya kami telah paham notasi...”

Dalam mengaransemen New banesa selalu bekerja sama untuk mengumpulkan ide-ide atau gagasan dari masing-masing pemain, dimulai dengan memanfaatkan media youtube yang mereka dengarkan selanjutnya mereka mulai menerapkan dari apa yang mereka dengar diyoutube dengan alat musik yang mereka miliki, dengan cara mencari notasi, iringan dan variasipada sebuah lagu, menggunakan dan disesuaikan dengan alat musik tersebut, hal tersebut biasa mereka sebut dengan istilah ngulik. Dapat disimpulkan bahwa kelompok New Banesa hanya mengandalkan pendengaran mereka dalam mengaransemen karena mereka tidak menggunakan buku lagu, notasi ataupun partitur. Dapat dikatakan bahwa pemain New banesa memiliki

solfes yang baik. Adapun lagu yang New banesa aransemen adalah jenis lagu

pop, dangdut, reggae, campursari dan masing-masing lagu diaransemen menjadi dangdut koplo.


(84)

Aransemen ditinjau dari unsur-unsur musik meliputi: a. Melodi

Pada pertunjukan musik angklung New Banesa, peran melodi dimainkan oleh instrumen angklung. Peran angklung memainkan semua bagian lagu dari awal lagu hingga akhir lagu. Sesuai dengan pendapat Pra Budhidarma dalam Mahendra (2013: 12) bahwa unsur yang dapat diolah dalam aransemen adalah re-melodyzation yaitu perubahan nada dan penambahan nada pada melodi. Dalam pertunjukan angklung New Banesa, melodi yang dimainkan instrumen angklung terdapat unsur pengembangan melodi, seperti nada yang dimainkan instrumen angklung mengalami penambahan nada yang diligatura. Alasan adanya penambahan nada yang

diligatura adalah agar lagu yang dibawakan terkesan ramai atau meriah.

Ditinjau dari hasil aransemen melodi New Banesa yang telah dibandingkan dengan melodi aslinya atau versi aslinya, terlihat bahwa melodi yang diaransemen oleh kelompok New Banesa sangat sederhana, karena melodi hanya mengalami penambahan nada yang diligatura diakhir frase. Tetapi dengan aransemen melodi yang sederhana dapat membuat lagu terasa ringan dan mudah didengar oleh penonton. Terlepas dari kekompakan pemain New Banesa, terkadang pada saat pertunjukan permainan angklung tidak sempurna karena tedapat beberapa nada yang meleset atau terkesan meraba saat memainkan.


(85)

b. Ritmis

Sesuai dengan pendapat Pra Budhidarma dalam Mahendra (2013: 12) bahwa unsur yang dapat diolah dalam aransemen adalah

re-rhythmization yaitu pengembangan pola ritme yang baru seperti

syncopation. Dalam permainan musik angklung New Banesa juga terdapat

pengembangan ritme seperti sengga’an peran tersebut dimainkan oleh tripuk, bedug dan kecrekan.

Dalam pertunjukan New Banesa selain pengembangan pola ritmis yang berupa sengga’an atau syncopation, juga terdapat variasi ritmis seperti fill in atau biasa mereka sebut dengan ropelan yang dimainkan oleh

tripuk di pertengahan lagu, hal tersebut sesui dengan pendapat Sungkar

(2016: 10) bahwa pada prinsipnya tom- tom berfungsi untuk membuat variasi ketukan yang akrab dengan istilah “fill” atau “fill in” atau “roffle”. Biasanya tom- tom digunakan untuk improvisasi/ solo atau bahkan digunakan untuk rhythm.

Ditinjau aransemennya, terlihat bahwa ritmis yang diaransemen oleh kelompok New Banesa sangat sederhana, karena modifikasi ritmis hanya berupa sengga’an diakhir frase yang memiliki nada panjang dan

ropelan dipertengahan lagu. Tetapi dengan aransemen ritmis yang

sederhana dapat membuat lagu terasa ringan dan mudah didengar oleh penonton. Adanya sengga’an dan ropelan membuat lagu yang mereka


(86)

bawakan terkesan meriah dan bersemangat, sehingga penonton lebih tertarik untuk menyaksikan pertunjukan

c. Harmoni

Sesuai dengan pendapat Pra Budhidarma dalam Mahendra (2013: 12) bahwa unsur yang dapat diolah dalam aransemen adalah

re-harmonization yaitu kemungkinan latar harmoni yang lain. Dalam

pertunjukan musik angklung terdapat empat buah kenthongan yang hanya memiliki dua nada membuat harmoni terkesan kurang harmonis, karena nada yang dimainkan sama dan berulang-ulang atau tidak bisa memainkan progesi akord. Karena kenthongan tidak bisa memainkan progresi akord sehingga memungkinkan terciptanya latar harmoni yang lain. Sedangkan hal yang menarik adalah pola ritme dalam permainan kenthongan bervariatif. Dengan adanya kekurangan dan kelebihan tersebut menjadi ciri khas dalam pertunjukan musik angklung New Banesa.

Berdasarkan progresi akord yang dimainkan dapat dijelaskan bahwa progresi akord yang dimainkan New Banesa terdapat latar harmoni yang lain bila dibandingkan dengan progresi akord yang terdapat pada lagu asli. Akord C yang terdapat pada lagu asli berubah menjadi C/F pada permainan New Banesa, akord Dm berubah menjadi Dm/F, akord G berubah menjadi G/F, hal tersebut terjadi karena keterbatasan nada yang dimiliki kenthongan yaitu hanya nada F dan G sehingga membuat semua


(87)

progresi akord yang dimainkan New Banesa dari keseluruhan lagu pada ketukan pertama dimulai dengan nada F sebagai bas.

Aransemen lagu ditinjau dari unsur ekspresi meliputi: a. Dinamik

Ditinjau dari dinamik yang terdapat pada lagu asli dan lagu yang telah diaransemen New Banesa, dapat dijelaskan bahwa dinamik pada lagu asli atau versi asli terkesan lembut, karena tidak semua instrumen dimainkan pada awal lagu, masing-masing instrumen telah memiliki porsi pada bagian dimana harus dimainkan. Selanjutnya dibagian tengah hingga akhir lagu versi asli terjadi perubahan dinamik dari piano menjadi

mezzoforte dan diakhiri dengan decrensendo. Sedangkan lagu yang telah

diaransemen New Banesa memiliki dinamik yang terkesan sama rata yaitu selalu agak keras dari awal hingga akhir lagu, karena semua instrumen dimainkan dari awal lagu hingga akhir lagu, yang membedakan adalah pada saat lagu bagian sengga’andan ropelan dinamik dimainkan mendadak keras, dan perlahan-lahan melembut saat andong lewat. Dapat disimpulkan bahwa pada lagu asli dinamik lebih terkonsep sedangkan dinamik pada permainan New Banesa terkesan rata.


(88)

b. Tempo

Sesuai dengan pendapat Prier (2011: 214) bahwa tempo berkaitan erat dengan panjangnya hitungan dasar dalam musik. Dalam pertunjukan angklung New Banesa tempo yang digunakan 85 bpm yaitu termasuk kedalam tempo sedang. walaupun irama yang dimainkan berubah tempo yang digunakan selalu tetap yaitu sedang. Sebagai contoh dalam satu lagu dibagian awal lagu dimainkan dengan irama pop selanjutnya memasuki pertengahan lagu menjadi irama koplo, dari perubahan irama tersebut tempo yang dimainkan tetap sama.

3. Bentuk Penyajian

Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari penelitian, yaitu melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penyajian musik angklung New Banesa di Malioboro Yogyakarta berbentuk ansambel perkusi, karena keseluruhan alat musik yang digunakan New Banesa termasuk jenis alat musik perkusi yang dimainkan secara bersama-sama, yaitu alat musik yang sumber bunyinya berasal dari alat musik itu sendiri dan membran yang bergetar, dibunyikan dengan cara dipukul dan digoyangkan. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Sulaeman dan Suhaya (1995: 1) bahwa ansambel perkusi adalah bentuk penyajian yangterdiri atas alat-alat musik jenis perkusi baik ritmis maupun melodis yang dimainkan secara bersama-sama. Adapun alat musik yang New Banesa gunakan yaitu: angklung, calung rantay atau


(89)

calung gambang, tripuk (alat musik hasil modifikasi beberapa alat musik yang di rangkai atau digabungkan menjadi satu seperti: cymbal, snare drum,

dan tom-tom), kenthongan, tamborin, dan 2 buah bedug.

Lagu yang dibawakan New Banesa adalah lagu-lagu yang tengah

hits ditengah masyarakat pada umumnya. Dalam setiap penampilannya New Banesa membawakan kurang lebih 20an lagu. Dalam wawancara dengan mas Ryan (pemain New Banesa) pada tanggal 23 Maret 2016:

“...Lagu-lagu yang kita mainkan sesuai permintaan penonton mbak ada pop,reggae, campursari, dangdut dan dangdut koplo, tidak ada urutan lagu wajib. Tetapi biasanya diakhir penampilan kita selalu memainkan lagu sayonara mbak buat tanda aja kalau sudah selesai ngamennya mbak. Kurang lebih berjumlah 20an mbak.”

Sedangkan untuk kostum New Banesa selalu memakai kaos dan batik yang seragam. Dalam pertunjukan musik angklung New Banesa memiliki unsur-unsur pokok, secara garis besar meliputi tata panggung, latar, jumlah pemain, waktu pertunjukan, persiapan pementasan, media penampil.


(1)

(2)

(3)

(4)

Lirik Lagu Hitam Putih Cozy Republik

Yang hitam, pacarku yang pertama Dia cantik dan kaya

Sangat manja padaku

Oh yeah…

Yang putih, pacarku yang kedua Juga cantik dan kaya

Cinta mati padaku

Aku tak tahu yang mana musti kupilih Dua duanya sama cantik dan kaya

Daripada aku bingung…bingung Pusing memikirkan Aku pacari saja dua duanya

Aku tak tahu yang mana musti kupilih Dua duanya sama cantik dan kaya

Daripada aku bingung…bingung Pusing memikirkan

Aku pacari saja dua duanya Aku pacari saja dua duanya


(5)

Susunan instrumen musik Angklung New Banesa (Dok. Dian 2016)

Keramaian penonton saat menyaksikan pertunjukan (Dok. Dian 2016)


(6)

Memainkan instrumen calung rantay (Dok. Dian 2016)

Penonton berjoged ditengah pertunjuakan (Dok. Dian 2016)