NILAI ETIKA DAN ESTETIKA TARI RATOEH JAROE PADA MASYARAKAT ACEH DI KOTA LANGSA.

(1)

NILAI ETIKA DAN ESTETIKA TARI RATOEH JAROE PADA

MASYARAKAT ACEH DI KOTA LANGSA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

NUR SARI RAHMADIANA

NIM. 2123140051

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

ABSTRAK

Nur Sari Rahmadiana, 2123140051. Nilai Etika dan Estetika Tari Ratoeh

Jaroe Pada Masyarakat Aceh Di Kota Langsa. Skripsi. Medan. Fakultas

Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, 2017.

Penelitian ini membahas tentang Nilai Etika dan Estetika Tari Ratoeh Jaroe Pada Masyarakat Aceh Di Kota Langsa. Bertujuan untuk mendeskripsikan Nilai Etika dan Estetika Tari Ratoeh Jaroe Pada Masyarakat Aceh Di Kota Langsa.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori etika K. Bertens dan teori estetika Dharsono.

Waktu yang di gunakan dalam penelitian ini adalah selama (dua bulan), yaitu di mulai bulan Oktober hingga pertengahan Desember 2016. Lokasi penelitian ini di lakukan di Desa Blang Pase Kota Langsa. Populasi dalam penelitian ini adalah seniman-seniman yang mengetahui tentang tari Ratoeh Jaroe, dan sampel nya adalah penari dari tari Ratoeh Jaroe. Analisis penelitian data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data di lakukan dengan obsevasi, studi pustaka, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian berdasarkan data yang terkumpul, dapat diketahui bahwa tari Ratoeh Jaroe telah sejak lama dikenal, namun seringkali di anggap sebagai tari Saman. Jumlah penari tari Ratoeh Jaroe di awal pembentukan koreografer adalah sebelas penari dan dua syahie. Namun, saat ini sudah banyak memiliki perbedaan pada jumlah penari nya.Tari Ratoeh Jaroe memiliki nilai etika yang terdapat pada etika Deontologi, terdapat pada gerakan penghormatan, shalawat, saleum. Etika Teleologi terdapat pada gerakan yang tegas, gerak yang patah-patah yang memiliki aksen tertentu. Nilai estetika yang dapat di amati pada setiap gerakan-gerakan

Dalam tari ini memiliki aturan-aturan dan nilai keindahan yang dilihat dari elemen-elemen tari yaitu tema, gerak, pola lantai, musik, dan busana.Tari ini memiliki etika pada gerak, pola lantai, busana, dan syair, dan pada estetika nya dilihat juga dari gerak, busana, music dan syair.

Kata Kunci : Tari Ratoeh Jaroe, Pada Masyarakat Aceh Di Kota Langsa, Etika


(7)

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Pembatasan Masalah ... 5

1.4 Rumusan Masalah ... 6

1.5 Tujuan Penelitian ... 6

1.6 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL 2.1Landasan Teori ... 8

2.1.1 Nilai ... 8

2.1.2 Etika ... 9

2.1.3Estetika ... 12

2.2 Kerangka Konseptual ... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metode Penelitian ... 15

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 15

3.2.2 Waktu Penelitian ... 15

3.3 Populasi dan Sempel ... 16

3.3.1 Populasi ... 16

3.3.2 Sempel ... 16

3.4Teknik Pengumpulan Data ... 16

3.4.1 Studi Kepustakaan ... 17


(8)

v

3.4.3 Wawancara ... 20

3.4.4 Dokumentasi ... 20

3.5 Teknik Analisis Data ... 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambar Umum ... 21

4.1.1 Aceh ... 21

4.1.2 Kota Langsa ... 24

4.1.3 Agama ... 27

4.1.4 Kesenian ... 28

4.2 Asal Mula Tari Rotoeh Jaroe ... 31

4.3 Penyajian Tari Roteh Jaroe ... 32

4.3.1 Tema ... 33

4.3.2 Gerak ... 33

4.3.3 Pola Lantai ... 84

4.3.4 Musik ... 95

4.3.5 Tata Rias ... 96

4.3.6 Tata Busana ... 97

4.4 Nilai Etika Dalam Tari Ratoeh Jaroe ... 100

4.4.1 Etika Deontologi ... 101

4.4.2 Etika Teleologi ... 108

4.5 Nilai Estetik adalam Tari Ratoeh Jaroe ... 109

4.5.1 Gerak ... 110

4.5.2 Busana ... 111

4.5.3 Musik ... 112

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 114

5.2 Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 116

DAFTAR ACUAN INTERNET ... 118


(9)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 14

Gambar 4.1 Provinsi Aceh ... 21

Gambar 4.2 Peta Kota Langsa ... 24

Gambar 4.3 Pola Lantai Masuk Pentas ... 82

Gambar 4.4 Pola Lantai Gerak Step 2 ... 82

Gambar 4.5 Pola Lantai Gerak Lenggok Step ... 83

Gambar 4.6 Pola Lantai Gerak Putar Melayang ... 83

Gambar 4.7 Pola Lantai Gerak Memberi Kasih Balik ... 84

Gambar 4.8 Pola Lantai Gerak Kopak ... 84

Gambar 4.9 Pola Lantai Gerak Gumpeng Ratoeh Jaroe ... 85

Gambar 4.10 Pola Lantai Gerak Tangan Buka Tutup ... 85

Gambar 4.11 Pola Lantai Gerak Rap’I Geleng ... 86

Gambar 4.12 Pola Lantai Gerak Silang Tangan ... 86

Gambar 4.13 Pola Lantai Gerak Jak Ku Timang ... 87

Gambar 4.14 Pola Lantai Gerak Tangan Buka Tutup ... 87

Gambar 4.15 Pola Lantai Gerak Jak Ku Timang Lanjutan ... 88

Gambar 4.16 Pola Lantai Gerak Ilahoyan ... 88

Gambar 4.17 Pola Lantai Gerak Ilahoyan Lanjutan ... 89

Gambar 4.18 Pola Lantai Gerak Berdiri Seurune ... 89

Gambar 4.19 Pola Lantai Pose Akhir ... 90


(10)

vii

DAFTAR TABEL


(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Tari seperti bahasa pada umunya adalah menjadi sarana untuk berkomunikasi. Jika bahasa berkomunikasi melalui kata-kata, maka lain pula pada tari yang berkomunikasi melalui gerak. Dengan demikian setiap gerak dalam tari itu juga mengandung makna atau maksud yang ingin di sampaikan kepada penonton. Seperti pengertian tari menurut Pangeran Suryodiningrat, dalam Heni

Rohani (2007 : 2) “Tari adalah gerakan-gerakan dari seluruh bagian tubuh yang disusun selaras dengan irama musik, serta mempunyai maksud tertentu. Maksud tertentu itulah yang di namakan komunikasi.

Menurut Dharsono (2007:09) “Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta dari keseluruhan

hasil budi dan karyanya itu.” Sedangkan Djamaris Edward (1993:12) menjelaskan bahwa “Budaya adalah hasil ciptaan masyarakat yang memang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Terdiri atas tujuh unsur yaitu: sistem religi atau upacara keagamaan, sistem organisasi masyarakat, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian,

mata pencaharian hidup dan teknologi.”

Budaya menjadi ciri dan identitas bagi masyarakat pemiliknya. Setiap suku di Indonesia memiliki budaya yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena setiap suku mempunyai pandangan hidup yang berbeda-beda pula, cara mengekspresikan diri dan kebiasaan hidup yang berbeda. Perbedaan kebudayaan


(12)

2

tersebut menjadi aset bagi bangsa dan masyarakat kita, sehingga kita patut menjaga dan melestarikannya. Salah satu unsur yang ada didalam budaya tersebut adalah kesenian.

Suku Aceh yang berada di Kota Langsa Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) memiliki kesenian sebagaimana yang dimiliki oleh suku-suku lainnya di Indonesia. Salah satu nya tari Rateoh Jaroe, tari Ratoeh Jaroemerupakan salah satu tari yang berasal dari Aceh, yang sudah terkenal sejak lama. Namun, tari ini sering disebut tari Saman oleh banyak kalangan. Seperti di Sumatera Utara sendiri, sering menyebutkan tari Ratoeh Jaroe ini sebagai tari Saman, di karenakan bentuk tari nya yang amat serupa, dan tari Saman terlebih daluhu di tarikan oleh kaum laki-laki.

Tari Ratoeh Jaroe termasuk salah satu tari kreasi populer di Aceh.Tari ini dilakukan oleh sebelas penariwanita dan duaSyahie. Diiringilantunan syair-syair Islam, tari ini terlihat begitu harmonis. Tari ini dibawakan dengan penuh semangatsebagai gambaran tentang interaksi kehidupan sehari-hari dan kekompakan masyarakat di Aceh. Hal ini tercermin saat penari melakukan gerakan bertepuk tangan secara berirama serta kekompakan yang mereka tampak kan saat melakukan gerakan-gerakan yang bisa membuat para penonton yang melihat nya terkesima. Tari ini memiliki gerak tari yang harmonis dan syair-syair yang mencerminkan keharmonisan masyarakat Aceh.

Tari Ratoeh Jaroe ini bukan hanya populer di kalangan masyarakat Aceh saja, akantetapi juga di kenal di daerah lain nya di Indonesia. Namun tari ini di luar Aceh seringkali dianggap sebagai Tari Saman. Ketika tari Saman ditetapkan


(13)

3

UNESCO sebagaidaftar representatif budaya tak benda warisan manusia, maka sejak itu tari Saman dilarang untuk dibawakan oleh kaum wanita, tari Saman hanya boleh dibawakan oleh para kaum lelaki dengan menggunakan pakaian khas Gayo.

Tari Ratoeh Jaroe adalah tari kreasi yang sangat populer, tari Ratoeh Jaroe ini diciptakan pada tahun 2008 oleh Khairul Anwar pada salah satu sanggar di Nanggroe Aceh Darussalam yaitu sanggar 1(BUANA) Untuk pertama kalinya diberi nama oleh Khairul Anwar pada tahun 2011. Tari Ratoeh Jaroe ini diolah dalam bentuk tari yang baru dengan sentuhan pengembangan koreografer yang sekarang disebut dengan tari Ratoeh Jaroe. Tari ini membutuhkan fisik yang kuat dikarenakan pada setiap pergerakannya selalu berpindah posisi dan mempunyai gerakan yang tegas.

Pengertian nilai menurut Djahiri, nilai (Value) adalah harga, makna, isi dan pesan, semangat atau jiwa yang surat dan tersirat dalam fakta, konsep dan teori sehingga bermakna secara fungsional. Sedangkan Darajat memberikan pengertian bahwa nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebangai satu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran perasaan, keterikatan, maupun perilaku.

Sejalan dengan pengertian dari Darajat,Una (dalam Thoha, 1996 : 60) menjelaskan bahwa nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berbeda dalam ruang lingkup sistem kepercayaan dalam dimana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas dikerjakan. Dari beberapa

1

BUANA adalah salah satu sanggar yang berada di Banda Aceh yang memiliki seorang koreografer pencipta tari Ratoh Jaroe. Budaya Aceh Nusantara (BUANA).


(14)

4

pengertian tentang nilai diatas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu yang abstrak yang berharga, bermakna dan menyangkut persoalan keyakinan terhadap yang dikehendaki dan memberi corak pada pola pemikiran, perasaan dan perilaku. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik mengangkat tarian ini

menjadi topik penelitian. Adapun judul dalam penelitian ini adalah “Nilai Etika

dan Estetika Tari Ratoeh Jaroe Pada Masyarakat Aceh di Kota Langsa.”

Disamping etika, tari etnis Aceh ini juga mengandung estetika seperti pada tari Ratoeh Jaroe ini yang memiliki nilai etika dan estetika yang mengikat dan membatasi pada gerak-gerak tarinya.Etika dalam bertepuk tangan yang bersandar pada kekompakan dan kegembiraan, serta nilai estetika seperti kesatuan penari dalam melakukan gerak tangan adalah hal yang ingin penulis teliti lebih jauh. Oleh karena itu penulis akan meneliti lebih lanjut tentang “Nilai Etika dan Estetika Tari Ratoeh Jaroe Pada Masyarakat Aceh di Kota Langsa”.

B. Indentifikasi Masalah

Penulis membuat identifikasi masalah dengan sangat terperinci agar penulis dapat mengenal lebih dekat permasalahan apa yang akan ditemukan ketika melakukan penelitian dilapangan. Dengan adanya identifikasi masalah akan lebih mudah mengenal permasalahan yang diteliti sehingga peneliti akan mencapai pada sasarannya.M. Hariwijaya dalam Narkubo (2005:30) menyatakan bahwa:

“Berikutnya adalah mencari titik masalah yang akan dikaji dalam penelitian

skripsi anda, sikap kritis dalam menemukan masalah merupakan hal yang penting yang harus dimiliki oleh setiap peneliti dan suatu penelitian selalu diawali dengan


(15)

5

mengidentifikasi masalah”. Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar

penelitian yang dilakukan menjadi terarah serta cakupan masalah yang dibahas tidak terlalu luas. Dengan demikian, berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka masalah dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Nilai Etika apa yang terkandung dalam tari Ratoeh Jaroe Masyarakat Aceh diKota Langsa?

2. Nilai Estetika apa yang terkandung dalam tari Ratoeh Jaroe Masyarakat Aceh diKota Langsa?

C. Pembatasan Masalah

Agarpembatasan tidak melebar dan lebih terarah, maka penulis melakukan pembatasan masalah.

Menurut Surakhmad (1990:31) sebuah masalah yang dirumuskan terlalu luas tidak perlu dipakai sebagai masalah penyelidik, oleh karena tidak akan jelas batas-batas masalahnya. Pembatasan ini perlu, bukan hanya untuk mempermuda atau menyederhanakan masalah bagi penyelidik, tetapi juga untuk menatap lebih dulu segala sesuatu yang diperlukan untuk memecahkan masalah, tenaga, waktu, ongkos dan lain-lain yang timbul dari rencana tertentu.

Mengingat begitu luasnya area permasalahan, berdasarkan identifikasi masalah maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Nilai Etika apa yang terkandung dalam tari Ratoeh Jaroe Masyarakat Aceh diKota Langsa?

2. Nilai Estetika apa yang terkandung dalam tari Ratoeh Jaroe Masyarakat Aceh diKota Langsa?


(16)

6

D. Rumusan Masalah

Arikunto (1992:22) mengatakan bahwa : “Perumusan masalah adalah penyataan rinci dan lengkap mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan

diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah”. Rumusan sangat

diperlukan dalam penelitian agar pelaksanaannya semakin jelas dan terperinci. Dari uraian yang dijabarkan pada latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, dengan demikian rumusan masalah menunjukkan fokus pengamatan dalam proses penelitian, maka peneliti membuat rumusan permasalahan yang menjadi kajian penulisan adalah :

1. Nilai Etika apa yang terkandung pada tari Ratoeh Jaroe Pada Masyarakat Aceh di Kota Langsa?

2. Nilai Estetika apayang terkandung pada tari Ratoeh Jaroe Pada Masyarakat Aceh di Kota Langsa?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Menemukan nilai Etika yang terkandung dalam Tari Ratoeh Jaroe Pada Masyarakat Aceh di Kota Langsa.

2. Menemukan nilai Estetika yang terkandung dalam Tari Ratoeh Jaroe Pada Masyarakat Aceh di Kota Langsa.


(17)

7

F. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian harus memiliki hasil yang bermanfaat bagi peneliti, lembaga, instansi, maupun orang lain yang membacanya. Beberapa manfaat yang bisa menjadi pedoman dan informasi bagi peneliti dan pembaca, antara lain :

1. Sebagai masukan kepada penulis dalam menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Nilai Etika dan Estetika Tari Ratoeh Jaroe Pada Masyarakat Aceh di Kota Langsa.

2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti yang hendak meneliti bentuk keseniannya ini lebih lanjut.

3. Sebagai sumber informasi tertulis mengenai Nilai Etika dan Estetika Tari Ratoeh Jaroe Pada Masyarakat Aceh di Kota Langsa.

4. Menambah bahan bacaan perpustakaan Universitas Negeri Medan Khususnya Fakultas Bahasa dan Seni Jurusan Sendratasik.

5. Sebagai upaya pendokumentasian yang dapat menambah referensi tentang budaya Aceh terutama keseniannya.


(18)

114

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah di selesaikan oleh penulis, dapat di tarik beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Tari Ratoeh Jaroe berasal dari perkataan Aceh yaitu “Ratoeh” yang artinya

berkata atau berbicara dan “Jaroe” yang artinya tangan dan jari tangan. Tari ini pada dasar nya adalah untuk menyebarkan pengaruh agama Islam pada masyarakat lewat tutur bahasa nya, tempat yang di gunakan untuk pementasan tari Ratoeh Jaroe ialah pentas prosenium dan kapal kuda, karena tari Ratoeh Jaroe bisa di tampilkan di ruang tertutup dan terbuka (lapangan) di pentas mana saja.

2. Etika dalam tari Ratoeh Jaroe dapat dilihat dari gerak, busana, dan syair, mempunyai aturan-aturan sesuai dengan norma dan hukum dalam syariat Islam. Tari Ratoeh Jaroe memiliki 33 gerakan yaitu : gerak masuk (penghormatan), gerak step 2, gerak silang kaki, gerak dayung, gerak lenggok step, gerak seudati, gerak tepuk saleum, gerak putar pulang melayang, gerak tepuk saleum, gerak memberi kasih balik, gerak memberi kasih balik, gera tepuk silang, gerak masri ya salam, gerak kopak, gerak bumpempeng Ratoeh Jaroe, gerak bumpengbum Ratoeh Jaroe, gerak pindah hentak dada, gerak tangan buka tutup, gerak 4,2,1,1,2,1,4, gerak angkat saleum, gerak rapai geleng, gerak patah-patah gerak silang tangan,


(19)

115

gerak jak ku timang, gerak ilahoyan, gerak level tinggi, gerak level rendah, gerak burung terbang, gerak buka 5 jari, gerak pukul dada, gerak pose akhir, gerak pulang. Penghormatan merupakan awal proses menghormati terutama kepada Tuhan yang Maha Esa atas ungkapan bentuk rasa syukur.

Sholawat merupakan do’a dimana para penari bershalawat kepada Nabi

Muhammad SAW. Sakeum merupakan salah satu akar kata Islam, dimana gerak ini merupakan etika yang menunjukkan rasa hormat kepada para penonton, para hadirin, dan petuah-petuah yang di tuakan.

3. Estetika dalam tari Ratoeh Jaroe dapat kita lihat dari gerak, busana, musik, dan syair. Semuanya mempunyai nilai keindahan sesuai dengan ajaran Islam.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian penulis mengajukan beberapa saran, yaitu: 1. Dengan adanya penelitian tari Ratoeh Jaroe pada masyarakat Aceh di Kota

Langsa. Penulis menyarankan kepada pemerintah Kota Langsa, agar lebih memperhatikan dan berupaya untuk melestarikan kesenian di Kota Langsa. 2. Penulis menyarankan kepada pemerintah agar memberikan wahana atau

tempat para seniman-seniman untuk menuangkan ide-ide kreatif mereka. 3. Kepada generasi muda di harapkan untuk dapat mempelajari tari-tari

tradisional Aceh secara baik dan benar sesuai dengan norma da adat istiadat guna pelestarian budaya.


(20)

116

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineke Cipta. Dr. Dharsono, M.Sn. 2004. Dalam buku Estetika. Rekayasa Sains, Bandung . (Depdikbud) Departermen Pendidikan dan Kebudayaan Kantor Wilayah Provinsi

Aceh. 1990. Banda Aceh: Balai Pustaka.

Riska, Gebrina, 2014. Bentuk Penyajian Tari Ratoeh Jaroedi Aceh. Skripsi pada Universitas Syah Kuala: Tidak di terbitkan.

Jakfar Paleh, M. 2013. Sistem Sosial dan Budaya Masyarakat Aceh. Aceh : Islamic Studies Jurnal.

Jazuli, M. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Kalinger, 1973. Metode Penelitian, Jakarta: Erlangga. K. Bertens, 2013, dalam buka Etika, Kanisius, Yogyakarta.

K. Suzanne, Langer, 1998. Problems of Art, terjemahan F.X. Widyamanto, Bandung: Akademi Seni Tari Indonesia.

K. Suzanne, Langer,1998, Problem Of Art, terjemahan F.X. Widyamanto, Bandung: Akademi Seni Tari Indonesia.

Murgianto, Sal, 1983, Koreografer Pengetahuan Dasar Komposisi Tari, Jakarta: (Direktorat Jendral) Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Nasir, Muhammad, 1999. Metode Penelitian, Jakarta: Erlangga. Nurwani, 2008: Pengetahuan Tari, Unimed, Medan.

Saadah, 2013, Estetika dan Etika Tari Guel Pada Masyarakat Gayo Kabupaten Aceh Tengah. Skripsi pada Universitas Negeri Medan: Tidak diterbitkan Sachi, Agus, 2002. Estetika Makna, Simbol, dan Daya. Bandung: Penerbit ITB Sagala, Syaiful. 2013. Etika dan Moralitas Pendidikan. Jakarta: Kencana


(21)

117

Sugiono, D. 2008. Kamus Besar Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departermen Pendidikan Nasional.

Soedarono, 1978, Djawa Bali: Dua Pusat Perkembangan damarttugi Tradisional di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press.

S. Praja, Juhaya, 2008. Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Prenada Media; Jakarta. Yusmida. 1999. Mengenai tari tradisional Aceh, jurnal.


(22)

118

Daftar Referensi Internet

http://adi2012.wordpress.com/2013/09/21/pengetahuan-dasar-tata-rias-untukketerampilan-guruguru-seni-tari/18Juli2014: 13.41

http//syafriadimoak.blogspot.com/2013/12/jenis-jenis-panggung.htm/18Juli2014: 13.43

www.teaterku.wordpres.com www.acehprov.go.id


(1)

F. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian harus memiliki hasil yang bermanfaat bagi peneliti, lembaga, instansi, maupun orang lain yang membacanya. Beberapa manfaat yang bisa menjadi pedoman dan informasi bagi peneliti dan pembaca, antara lain :

1. Sebagai masukan kepada penulis dalam menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Nilai Etika dan Estetika Tari Ratoeh Jaroe Pada Masyarakat Aceh di Kota Langsa.

2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti yang hendak meneliti bentuk keseniannya ini lebih lanjut.

3. Sebagai sumber informasi tertulis mengenai Nilai Etika dan Estetika Tari

Ratoeh Jaroe Pada Masyarakat Aceh di Kota Langsa.

4. Menambah bahan bacaan perpustakaan Universitas Negeri Medan Khususnya Fakultas Bahasa dan Seni Jurusan Sendratasik.

5. Sebagai upaya pendokumentasian yang dapat menambah referensi tentang budaya Aceh terutama keseniannya.


(2)

114 A.Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah di selesaikan oleh penulis, dapat di tarik beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Tari Ratoeh Jaroe berasal dari perkataan Aceh yaitu “Ratoeh” yang artinya

berkata atau berbicara dan “Jaroe” yang artinya tangan dan jari tangan.

Tari ini pada dasar nya adalah untuk menyebarkan pengaruh agama Islam pada masyarakat lewat tutur bahasa nya, tempat yang di gunakan untuk pementasan tari Ratoeh Jaroe ialah pentas prosenium dan kapal kuda, karena tari Ratoeh Jaroe bisa di tampilkan di ruang tertutup dan terbuka (lapangan) di pentas mana saja.

2. Etika dalam tari Ratoeh Jaroe dapat dilihat dari gerak, busana, dan syair, mempunyai aturan-aturan sesuai dengan norma dan hukum dalam syariat Islam. Tari Ratoeh Jaroe memiliki 33 gerakan yaitu : gerak masuk (penghormatan), gerak step 2, gerak silang kaki, gerak dayung, gerak lenggok step, gerak seudati, gerak tepuk saleum, gerak putar pulang melayang, gerak tepuk saleum, gerak memberi kasih balik, gerak memberi kasih balik, gera tepuk silang, gerak masri ya salam, gerak kopak, gerak bumpempeng Ratoeh Jaroe, gerak bumpengbum Ratoeh Jaroe, gerak pindah hentak dada, gerak tangan buka tutup, gerak 4,2,1,1,2,1,4, gerak angkat saleum, gerak rapai geleng, gerak patah-patah gerak silang tangan,


(3)

gerak jak ku timang, gerak ilahoyan, gerak level tinggi, gerak level rendah, gerak burung terbang, gerak buka 5 jari, gerak pukul dada, gerak pose akhir, gerak pulang. Penghormatan merupakan awal proses menghormati terutama kepada Tuhan yang Maha Esa atas ungkapan bentuk rasa syukur. Sholawat merupakan do’a dimana para penari bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Sakeum merupakan salah satu akar kata Islam, dimana gerak ini merupakan etika yang menunjukkan rasa hormat kepada para penonton, para hadirin, dan petuah-petuah yang di tuakan.

3. Estetika dalam tari Ratoeh Jaroe dapat kita lihat dari gerak, busana, musik, dan syair. Semuanya mempunyai nilai keindahan sesuai dengan ajaran Islam.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian penulis mengajukan beberapa saran, yaitu: 1. Dengan adanya penelitian tari Ratoeh Jaroe pada masyarakat Aceh di Kota

Langsa. Penulis menyarankan kepada pemerintah Kota Langsa, agar lebih memperhatikan dan berupaya untuk melestarikan kesenian di Kota Langsa. 2. Penulis menyarankan kepada pemerintah agar memberikan wahana atau

tempat para seniman-seniman untuk menuangkan ide-ide kreatif mereka. 3. Kepada generasi muda di harapkan untuk dapat mempelajari tari-tari


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineke Cipta. Dr. Dharsono, M.Sn. 2004. Dalam buku Estetika. Rekayasa Sains, Bandung . (Depdikbud) Departermen Pendidikan dan Kebudayaan Kantor Wilayah Provinsi

Aceh. 1990. Banda Aceh: Balai Pustaka.

Riska, Gebrina, 2014. Bentuk Penyajian Tari Ratoeh Jaroedi Aceh. Skripsi pada Universitas Syah Kuala: Tidak di terbitkan.

Jakfar Paleh, M. 2013. Sistem Sosial dan Budaya Masyarakat Aceh. Aceh : Islamic Studies Jurnal.

Jazuli, M. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Kalinger, 1973. Metode Penelitian, Jakarta: Erlangga. K. Bertens, 2013, dalam buka Etika, Kanisius, Yogyakarta.

K. Suzanne, Langer, 1998. Problems of Art, terjemahan F.X. Widyamanto, Bandung: Akademi Seni Tari Indonesia.

K. Suzanne, Langer,1998, Problem Of Art, terjemahan F.X. Widyamanto, Bandung: Akademi Seni Tari Indonesia.

Murgianto, Sal, 1983, Koreografer Pengetahuan Dasar Komposisi Tari, Jakarta: (Direktorat Jendral) Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Nasir, Muhammad, 1999. Metode Penelitian, Jakarta: Erlangga. Nurwani, 2008: Pengetahuan Tari, Unimed, Medan.

Saadah, 2013, Estetika dan Etika Tari Guel Pada Masyarakat Gayo Kabupaten

Aceh Tengah. Skripsi pada Universitas Negeri Medan: Tidak diterbitkan

Sachi, Agus, 2002. Estetika Makna, Simbol, dan Daya. Bandung: Penerbit ITB Sagala, Syaiful. 2013. Etika dan Moralitas Pendidikan. Jakarta: Kencana


(5)

Sugiono, D. 2008. Kamus Besar Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departermen Pendidikan Nasional.

Soedarono, 1978, Djawa Bali: Dua Pusat Perkembangan damarttugi Tradisional di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press.

S. Praja, Juhaya, 2008. Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Prenada Media; Jakarta. Yusmida. 1999. Mengenai tari tradisional Aceh, jurnal.


(6)

Daftar Referensi Internet

http://adi2012.wordpress.com/2013/09/21/pengetahuan-dasar-tata-rias-untukketerampilan-guruguru-seni-tari/18Juli2014: 13.41

http//syafriadimoak.blogspot.com/2013/12/jenis-jenis-panggung.htm/18Juli2014: 13.43

www.teaterku.wordpres.com www.acehprov.go.id