BENTUK TARI MEUSAREE-SAREE PADA MASYARAKAT KOTA LANGSA PROVINSI ACEH.

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

RIZKI DAMAYANTI, NIM 2113142068, Bentuk Tari Meusaree-saree Pada Masyarakat Kota Langsa Provinsi Aceh, Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini merupakan kajian mengenai bentuk tari meusaree-saree pada masyarakat Kota Langsa Provinsi Aceh. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan asal usul, bentuk tari, dan fungsi tari meusaree-saree pada masyarakat Kota Langsa Provinsi Aceh.

Dalam pembahasan penelitian ini digunakan teori-teori yang berhubungan dengan topik penelitian seperti pengertian asal usul, teori bentuk dan teori fungsi.

Metode yang digunakan untuk membahas bentuk tari meusaree-saree pada masyarakat Kota Langsa Provinsi Aceh adalah metode deskriptif kualitatif. Populasi pada penelitian ini sekaligus menjadi sampel penelitian yaitu seniman dan penari. Teknik pengumpulan data meliputi studi kepustakaan, wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, asal usul tari meusaree-saree pada tahun 1958 yang diciptakan oleh bapak Yuslizar .disebut tari meusaree-saree karena meusaree-saree dalam bahasa Aceh yang artinya bersama-sama atau bergotong royong. Meusareee-saree merupakan dua gabungan tari yaitu tari top padee dan tarek pukat. gabungan dua tarian ini dikarenakan kesamaan makna yang menceritakan tentang bersama-sama atau bergotong royong dalam melakukan pekerjaan bertani dan bernelayan. Bentuk dalam tarian meusaree-saree ada dua yaitu bentuk tidak terlihat dan bentuk luar. Bentuk tidak terlihat bisa dilihat dari tiga tahapan penyajiannya yaitu tahapan awal yang menceritakan tentang tanom padee, tahapan isi menceritakan tentang top padee dan tahapan penutup menceritakan tentang tarek pukat. bentuk luar dapat dilihat dari gerak tari, busana, properti, iringan musik, pola lantai dan tempat pertunjukkan. Fungsi tari meusaree-saree pada masyarakat Kota Langsa Provinsi Aceh adalah sebagai hiburan dan sosial.


(6)

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta Karunia-Nya Kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan penelitian ini dan menjadikannya kedalam bentuk skrpsi.

Namun demikian, penulis tetap berupaya semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan penulisan ini dengan judul “Bentuk Tari Meusaree-saree Pada Masyarakat Kota Langsa Provinsi Aceh”. Terselesainya penulisan ini adalah berkat dukungan serta bantuan dari semua pihak yang membantu penulis baik dari awal penulisan sampai pada akhir penulisan ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Prof Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni. 3. Uyuni Widiastuti, M.Pd selaku Ketua Jurusan Sendratasik.

4. Siti Rahma, S.Pd, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Tari. 5. Dra. Tuti Rahayu, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi I dan Yusnizar

Heniwati, S.S.T,M,Hum selaku Dosen Pembimbing Skripsi II.

6. Nurwani S.S.T,M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Penguji dan Martozet, S.Sn, MA selaku Penguji.

7. Dosen, staf pengajar khususnya Program Studi Pendidikan Tari yang telah banyak memberikan pengetahuan kepada peneliti selama proses perkuliahan.

8. Teristimewa Penulis ucapkan terimakasih kepada kedua orang tua ayahanda H. Zainal Abidin S.Pd, M.Pd serta ibunda HJ. Zubaidah yang


(7)

telah memberikan kasih sayang, serta dukungan baik secara moral maupun materil, motivasi dan doa. Serta kepada abang, kakak dan adik Winda Arwita beserta suami Sareh, Wanda Hariansyah berserta istri, Rinda Febrianti beserta suami Rio Harfino dan berserta adik Rama Montella Riansyah, yang telah memberikan semangat yang tiada hentinya.

9. Ibu Dra. Ratna Dewi sebagai narasumber yang telah memberikan banyak informasi kepada penulis untuk menyelesaikan tulisan ini.

10.Sahabat-sahabat penulis Elia Zuhra, Rizka Fitri Anisa, Fitri Violita dan Dedek yang sama-sama berjuang dengan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kakak dan adik Syera, Putri Kusuma, dan Zheni yang telah memberikan motivasi, bantuan moral kepada penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.

11.Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua dan menjadi bahan masukan bagi dunia pendidikan.

Medan, Juli 2015 Penulis

Rizki Damayanti Nim 2113142068


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... LEMBAR PERSETUJUAN ...

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……… 6

C. Pembatasan Masalah ……… 6

D. Rumusan Masalah……… 7

E. Tujuan Penelitian ………... 7

F. Manfaat Penelitian ………. 8

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teoritis ……… 9

1. Pengertian Sejarah/Asal-usul ……….. 9

2. Teori Bentuk ……….. 10

3. Teori Fungsi ………. 12

B. Kerangka Konseptual ………. 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ……….. 16

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 17

C. Populasi dan Sample ……….. 18

D. Teknik Pengumpulan Data ……… 19

1. Observasi ………. 19

2. Wawancara ……….. 20

3. Dokumentasi ……….. 20

4. Studi Kepustakaan ………. 21

E. Teknik Analisis Data ……… 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambar Umum ………. 24

1. Aceh ……… 24

2. Masyarakat Kota Langsa ……… 27

3. Agama ………. 30


(9)

5. Kesenian……….. 32

B. Asal Usul Tari Meusaree-saree ………. 33

C. Tahapan Dalam Penyajian ………. 36

D. Bentuk Tari Meusaree-saree ………. 55

1. Bentuk Gerak ……….. 55

2. Pola Lantai ……….. 78

3. Iringan atau Musik ………. 79

4. Tata Rias dan Busana ……… 85

5. Properti ………. 91

6. Tempat Pertunjukkan ……… 91

E. Fungsi Tari Meusaree-saree ……… 93

1. Fungsi Sebagai Hiburan ……… 93

2. Fungsi Sebagai Sarana Sosial..……….. 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………. 99

B. Saran ……….. 100

DAFTAR PUSTAKA………. 101

DAFTAR ACUAN INTERNET ……….. 103 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tahapan Penyajian Tari Meusaree-sare ... 39 Table 2 Deskripsi Gerak Tari Meusaree-sare ………. 56


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Provinsi Aceh ………. 24

Gambar 4.2 Peta Kota Langsa ………... 27

Gambar 4.3 Tari Meusaree-saree ……….. 31

Gambar 4.4 Tari Meusaree-saree ……….. 31

Gambar 4.5 Tari Meusaree-saree ………. . 31

Gambar 4.6 Tari Meusaree-saree ……… 78

Gambar 4.7 Tari Meusaree-saree ……….. 78

Gambar 4.8 Tari Meusaree-saree ……….. 79

Gambar 4.9 Rapai ……….. 81

Gambar 4.10 Rapai ……….. 82

Gambar 4.11 Geundrang ……….. 83

Gambar 4.12 Geundrang ………. 84

Gambar 4.13 Serunee Kalee ……….. 85

Gambar 4.14 Busana Pria ………. 87

Gambar 4.15 Busana Wanita ……….. 88

Gambar 4.16 Busana Tari Meusaree-saree……….….. 89

Gambar 4.17 Busana Tari Meusaree-saree ……..………… 89

Gambar 4.18 Busana Syeh laki-laki ……….. 90

Gambar 4.19 Busana Syeh Wanita ……….. 90

Gambar 4.20 Properti Jala ………. 91

Gambar 4.21 Tari Meusaree-saee Ketika Acara Pantai Timur ………. 92


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Aceh yang sebelumnya pernah disebut dengan nama Aceh Darussalam (1511-1959), kemudian Daerah Istimewa Aceh (1959-2001), Nanggroe Aceh Darussalam (2001-2009), dan terakhir Aceh (2009-sekarang). Sebelumnya, nama Aceh biasa ditulis Acheh, Atjeh, dan Achin. sekarang provinsi Aceh adalah provinsi paling barat di Indonesia.Ibu kota Aceh ialah Banda Aceh. Pelabuhannya adalah Malahayati-Krueng Raya, Ulee Lheue, Sabang, Lhokseumawe dan Langsa. Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki aneka ragam budaya yang menarik khususnya dalam bentuk tarian, kerajinan dan perayaan/kenduri ( Aceh Keindahan Wisata dan Budaya 2010:7 ).

Di Provinsi Aceh terdapat delapan sub suku yaitu Suku Aceh, Gayo, Alas, Aneuk Jamee, Simeulu, Kluet, Singkil dan Tamiang. Kedelapan sub etnis mempunyai budaya yang sangat berbeda antara satu dengan yang lain.Dalam berkomunikasi sehari-hari masyarakat Aceh biasanya menggunakan bahasa Aceh dan Indonesia.Selain bahasa Aceh dan Indonesia ada beberapa bahasa yang berbeda dalam menggunakan bahasa. Di wilayah Barat dan Selatan berbahasa seperti “Minang” atau disebut bahasa Anek Jame, sedangkan di Aceh Tamiang berbahasa “Melayu”.Di aceh Tengah masyarakat berbahasa “Gayo”, sementara di Aceh Tenggara masyarakat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa “Alas”. Suku Aceh yang berada di Kota Langsa Provinsi Aceh juga memiliki nilai-nilai


(13)

seni budaya sebagaimana yang dimiliki oleh suku-suku bangsa lainnya di Indonesia.

Kebudayaan menjadi ciri khas dan identitas masyarakat sebagai pemiliknya. Setiap masyarakat, melahirkan kebudayaan dan adat-istiadat yang berbeda-beda. Pola hidup dan tingkah laku yang beragam serta sudut pandang yang berbeda, baik mitos maupun sistem nilai dari setiap masyarakat, menghasilkan suatu unsur kebudayaan yang tidak sama. Seperti yang dijelaskan oleh Koentjaraningrat (2004:2) yaitu “Budaya terdiri atas tujuh unsur, yaitu : sistem religi dan upacara keagamaan, Sistem organisasi masyarakat, sistem mata pencaharian hidup, dan sistem teknologi”. Kebudayaan menjadi ciri khas dan identitas sehingga dapat mempererat ikatan solidaritas masyarakat, contohnya di Aceh.

Seni budaya dimiliki ini menjadi paket-paket yang sangat menarik karena memperlihatkan ke khasannya tersendiri, proses pengolahannya menuntut kemampuan estetika dan pandangan kedepan yangsesuai dengan landasan ideal masyarakat dan tidak menyimpan dari spirit kesilaman, dan ini terlihat jelas dalam berbagai tarian, baik seudati,saman,debus,ranup lampuan dan meusaree-saree.Itulah beberapa seni tari tradisional dari daerah Aceh dan masih banyak tari tradisional Aceh lainnya yang belum disampaikan.Di Aceh juga terdapat sanggar-sanggar yang sudah membawa tari Aceh menjadi terkenal, baik di nusantara maupun dunia internasional, sebut saja seperti sanggar seni Cut Nyak Dhien di Banda Aceh.


(14)

Di Aceh tepatnya di Kota Langsa juga memiliki sanggar yang sudah membawa tari Aceh menjadi terkenal seperti sanggar Banda Beutari Kota Langsa. Sanggar tersebut, sering mengikuti event-event yang membawa nama Langsa menjadi terkenal. Di sini terlihat bahwasannya di kota Langsa juga memiliki nilai-nilai seni budaya sebagaimana yang dimiliki oleh suku-suku bangsa lainnya di Indonesia.

Dari pendapat pakar-pakar tersebut, menyatakan bahwa kebudayaan merupakan wujud dari setiap perilaku manusia, yang dilakukan secara turun menurun dan dipengaruhi oleh norma dan adat istiadat tersebut, manusia belajar dan bertindak untuk dapat memahami kebudayaan, begitu juga dengan kebudayaan yang terdapat di kota Langsa. Di Kota Langsa memiliki bermacam ragam bentuk tarian yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat luar seperti tari saman, tari ranup lampuan, tari likok pulo, tari seudati, tari rapa’I geleng dan tari meusaree-saree.Saat ini tari meusaree-saree sangat di gemari oleh masyarakat Kota Langsa.

Tari Meusaree-sareeartinya “bersama-sama atau bergotong-royong dalam melaksanakan suatu pekerjaan”. Tari ini sudah mulai diperkenalkan sejak akhir tahun 1958, pada tarian ini ditarikan oleh 18 orang yang terdiri dari 8 penari perempuan dan 8 penari laki-laki. Tari Meusaree-saree merupakan tari kreasi, yang sudah sering sekali dipertunjukkan diacara-acara kebudayaan masyarakat kota Langsa, contohnya setiap Hari ulang tahun (HUT) Kota Langsa tarian ini selalu di pertunjukkan di ruangan terbuka tepatnya di Lapangan Merdeka Kota Langsa Provinsi Aceh dan tarian ini juga ditampilkan pada acara


(15)

KonferensiPerpustakaan Digital Indonesia (KPDI) 7 di Banda Aceh. Nama tarian ini sesuai dengan temanya yaitu bercocok tanam, menumbuk padi dan menangkap ikan.Gerakan para penari menggambarkan orang yang sedang bekerjasama untuk bercocok tanam, menumbuk padi, setelah itu para penari menggerakan seperti orang yang sedang menangkap ikan.

Meusaree-saree merupakan hasil gabungan dari dua jenis tarian, yaitu Tari Top Pade dan Tari Tarek Pukat. Dua tarian tersebut biasanya,dipentaskan secara terpisah, karena sebenarnya dua jenis tarian ini berdiri sendiri-sendiri. Gabungan kedua tarian ini berdasarkan kesamaan makna, yaitu semangat bergotong royong dan sama-sama menceritakan kegiatan masyarakat Aceh pada saat bekerja. Tari tarek pukat menggambarkan aktivitas para nelayan yang menangkap ikan di laut.Tarek berarti “tarik”, sedangkan pukat adalah sejenis jarring yang digunakan untuk menangkap ikan. Tarian ini menggambarkan kehidupan para nelayan di pesisir, termasuk membuat jaring dan mendayung perahu. Karakter gerakan tarian ini adalah dinamis dan ceria. Sedangkan top padee merupakan gambaran mata pencaharian masyarakat agraris Aceh. Gerakan-gerakan tarian pada bagian top padee menggambarkan gerakan orang yang sedang bercocok tanam dan menumbuk padi, gerakan ini diperankan oleh laki-laki.Sedangkan, penari perempuanbertindak seolah-olah menjadi alat yang digunakan, yaitu alu.Para perempuan kemudian bergerak dengan gerakan seolah-oleh sedang menumbuk padi.Semangat bergotong-royong tergambar jelas dalam rangakain gerak pada tarian meusaree-saree. Misalnya, gerakan merajut jala yang diperankan oleh para penari perempuan, dalam merajut jala tersebut, para penari saling mengaitkan tali


(16)

kepada para penari lainnya, sedangkan gerakan para penari laki-laki masih tetap menumbuk padi dan bercocok tanam, mereka bergerak ke sana ke mari yang menggambarkan pekerjaan dilakukan secara bersama-sama.

Tari meusaree-saree di iringan dengan alat musik tradisional yaitu rapai,serune kalee dan geunderang dan vokal yang dinyanyikan oleh syeh tersebut, dalam tarian ini hanya ada lima pemain rapai dan dua syeh yaitu laki-laki dan perempuan. Dalam tarian ini property sangat penting untuk mendukung sebuah tarian ini seperti : jeipiah1 dan jala, busana yang digunakan para penari lelaki sesuai dengan tema tersebut yang hanya menggunakan baju dan celana yang berwarna hitam lalu didukung oleh kain songket dan jeipiah. Sedangkan, busana perempuan mereka lebih menggunakan busana Aceh.Tari meusaree-saree dapat dipertunjukkan di ruang tertutup maupun ditempat terbuka. Hal ini disebabkan, karena disesuaikan dengan kebutuhan saat pertunjukkan. Sejauh ini tari meusaree-saree telah dipertunjukkan diberbagai acara di Kota Langsa maupun diluar Kota Langsa seperti di Idi, banda Aceh dan Meulaboh. Tari meusaree-saree adalah suatu tarian yang masih berkembang dan digemari oleh masyarakat Aceh.

Sesuai dengan pemaparan diatas penulis tertarik untuk lebih jauh lagi meneliti tentang tari Meusaree-saree ini, dikarena gabungan antara dua tarian yang mempunyai gerakan yang bagus dan mengagumkan. Maka, peneliti mengangkatnya sebagai topik penelitiaan skripsi dengan judul “Bentuk Tari Meusaree-saree Pada MasyarakatKota Langsa Provinsi Aceh”.

1


(17)

B. Identifikasi Masalah

Dalam penelitian identifikasi masalah dilakukan dengan benar, dan sebagaimana tujuan identifikasi masalah agar penulis menjadi terarah serta cakupan masalah yang dibahas tidak terlalu luas dan lebar. Maka dalam hal ini dapat dikaitkan dengan pendapat Ali ( 1984:49 ) yang mengatakan bahwa :“ untuk kepentingan karya ilmiah, sesuatu yang perlu diperhatikan masalah”. Penulisan sepakat mungkin diusahakan tidak terlalu luas.Masalah yang luas akan menghasilkan analisis yang sempit dan sebaliknya bila ruang lingkup masalah dipersempit maka akan diharapkan analisis secara luas dan mendalam”.

Sesuai dengan pendapat tersebut,dapat diperoleh gambaran yang luas agar dapat mengetahui hal yang akan diteliti. Adapun beberapa yang menjadi identifikasi dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana asal usul Tari Meusaree-sareepada masyarakat Kota Langsa ? 2. Bagaimana bentuk Tari Meusaree-saree pada masyarakat Kota Langsa ? 3. Apa fungsi Tari Meusaree-saree pada masyarakat Kota Langsa ?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah, dan ternyata banyak faktor yang dapat diteliti lebih lanjut dalam permasalahan ini maka arah penelitian harus dibatasi. Hal ini dilakukan agar dalam proses penelitian dan penganalisaan data nantinya pembahasan tidak meluas dan melebar perlu membatasi masalah. Untuk itu, berdasarkan identifikasi masalah di atas maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :


(18)

2. Bagaimana bentukTari Meusaree-saree pada masyarakat Kota Langsa ? 3. Bagaimana fungsi Tari Meusaree-saree pada masyarakat Kota Langsa?

D. Perumusan Masalah

Dari uraian-uraian yang telah dijabarkan pada latarbelakang masalah, identifikasi masalah serta pembahasan masalah maka menuntut peulis kearah perumusan. Dalam perumusan masalah kita akan mampu untuk lebih memperkecil batasan-batasan yang telah dibuat dan sekaligus berfungsi untuk lebih mempertajam arah penelitian. Perumusan masalah yang baik menurutbahdin (2005:26) adalah : (a). Masalah harus feasible, dalam arti masalah tersebut harus dapat dicarikan jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana,tenaga dan waktu. (b). Masalah harus jelas, yaitu semua orang mempersepsi yang sama terhadap masalah tersebut. (c). Masalah harus signifikasi, dalam arti jawaban masalah yang diberikan harus memberi kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah kehidupan manusia.

Jadi, adapun perumusan masalah yang akan dibuat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana asal usul Tari Meusaree-saree pada masyarakat Kota Langsa ? 2. Bagaimana bentuk Tari Meusaree-saree pada masyarakat Kota Langsa ? 3. Bagaimana fungsi Tari Meusaree-saree pada masyarakat Kota Langsa? E. Tujuan Penelitian


(19)

Di dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh peneliti harus mempunyai tujuan penelitian supaya ada manfaat bagi orang yang ada di sekitarnya. Menurutpendapat Arikunto Suharsimi( 1978:69 ) menyatakan bahwa “penelitian adalah suatu rumusan kalimat yang menunjukkan adanya hasil yang diperoleh setelah penelitian ini selesai”.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dari pembatasan masalah dari awal sampai akhir apa yang ada dipembatasan masalah. Berdasarkan perumusan masalah dapat dikemukkan suatu tujuan penelitian berikut ini :

1. Mendeksripsikan asal-usul tari Meusaree-saree pada masyarakat Kota Langsa.

2. Mengetahui bentuk tari Meusaree-saree pada masyarakat Kota Langsa. 3. Mengetahui fungsi tari Meusaree-saree pada masyarakat Kota Langsa. F. Manfaat Penelitian

Penelitian terhadap Tari Meusaree-saree di Kota Langsa Provinsi Aceh diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi semua pihak yang terkait, antara lain sebagai berikut :

1. Bahan informasi kepada masyarakat atau lembaga yang mengembangkan visi dan misi kebudayaan, khususnya dibidang kesenian tradisional.

2. Sebagai bahan referensi untuk menjadi acuan pada penelitian yang relevan dikemudian hari.

3. Bahan motivasi bagi setiap pembaca,khususnya generasi muda masyarakat Kota Langsa untuk meninjak lanjuti atau melestarikan seni tari tradisional meusaree-saree.


(20)

4. Sebagai media informasi tertulis bagi masyarakat Kota Langsa.

5. Menunjukkan bahwa tari meusaree-saree mempunyai nilai-nilai bagi masyarakat Kota


(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Tari meusaree-saree merupakan gabungan dua tarian yaitu tari top padee dan tarek pukat. Meusaree-saree artinya bersama-sama atau bergotong royong. Tarian ini di ciptakan oleh bapak Yuzlizar pada tahun 1958. Awalnya, tarian ini diciptakan rangka memeriahkan Kongres Pemuda tahun 1958 di Bandung. Tari meusaree-saree ini salah satu tarian yang masih berkembang hingga sekarang di Aceh tepatnya di Kota Langsa. Tarian ini menceritakan tentang kegiatan masyarakat Aceh pada saat berkerja sebagai petani dan nelayan.

2. Sebagai salah satu tarian yang masih berkembang pada masyarakat Kota Langsa, tari meusaree-saree memiliki fungsi hiburan dan fungsi sosial dalam masyarakat.

3. Tari meusaree-saree kini mulai di lestarikan dan di pertunjukkan di berbagai acara seperti : Hut Aceh, Hut kemerdekaan Republik Indonesia , Hut Kota Langsa dan acara lainnya.


(22)

B. Saran

Tari meusaree-saree merupakan tari tradisional yang ada di Provinsi Aceh tepatnya di Kota Langsa. Tari meusaree-saree memiliki fungsi di dalamnya, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Pemerintah kabupaten Kota Langsa melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata hendaknya lebih memperhatikan keberadaan tari meusaree-saree yang merupakan salah satu kesenian budaya daerah. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan seringnya menampilkan tari meusaree-saree pada acara-acara yang berkaitan dengan tradisional yang ada di Provinsi Aceh kabupaten Kota Langsa.

2. Agar masyarakat khususnya di kabupaten Kota Langsa, mengenal tari meusaree-saree, tetap menjaga dan melestarikan nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian tersebut.

3. Seniman pada umumnya agar lebih mengembangkan kesenian tarian terutama tari meusaree-saree supaya lebih menarik generasi muda untuk mempelajari tari tersebut sebagai salah satu kekayaan budaya di Kota Langsa.


(23)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 1992. Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta.

Burhan Firdaus, ed.1986.Ensikopedi Musik dan Tari Daerah,Profinsi Daerah Istimewa Aceh.Banda Aceh:Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya,Proyek Inventasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

Daryanto,1998.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Surabaya:Apollo

Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. (1981). Kesenian Tradisional Aceh. Banda Aceh

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh. (2010). The Richy Culture Of Aceh. Banda Aceh

Djalal Muchtar dan Athaillah. (1980). Kesenian Tradisional Aceh. Hadi, Sumandiyo, 2005.Sosiologi Tari.Yogyakarta : Penerbit Pustaka

Hadi Y. Sumandiyo, 1983. Pengantar Krativitas tari.Yokyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia.

Haryanti Huthoari,2012. “Fungsi dan Makna Gerak Tari Rampoe Aceh Pada Masyarakat Kota Langsa ( Nanggroe Aceh Darussalam )”.Skripsi untuk

memperoleh gelar S1 pada program studi seni tari : Universitas Negeri Medan

Hasymy.A. (1983). Kebudayaan Dalam Sejarah. Penerbit BEUNA : Jakarta Kamisa.1997.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Penerbit Kartika Surabaya. Koentjraningrat, 2004.Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan,Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama.

Langer Suzanne. K, 1988, Problems of Art, terjemahan F.X.Widyamanto, Bandung : Akademi Seni Tari Indonesia.

Murgianto, Sal, 1983, Koreografi Pengetahuan Dasar Komposisi Tari, Jakarta : (Direktorat Jendral) Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Padmo Pramana. Tata Teknik Pentas. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan


(24)

Pemerintahan Kota Banda Aceh, 2008. Seni Tari: (online)

Peterson, Anya, 2007, The Antropologo of Dance, terjemahan F.X Widaryanto, Bandung : STSI Press

Rasyi-AE Furqan,2011. Delegasi Budaya Aceh.

Shadiq, Sehat Ihsan : Tawasuf Aceh, Bandar Publising, Cet-II,2009. Shofian Fitri,2009.Seni Budaya.

Soedarsono, 1978.Pengantar Pengatahuan dan Komposisi TariYokyakarta : Akaddemi Seni Tari Indonesia.

Wildan,2010. Kaidah Bahasa Aceh. Banda Aceh : Geuci

Z.H.Idris,1993.Peralatan Hiburan dan Kesenian Tradisional Propinsi Daerah Istimewa Aceh.Jakarta: Proyek Penelitian,Pengkajian,dan Pembinaan Nilai Budaya.


(25)

DAFTAR ACUAN INTERNET Id.wikipedia.org/wiki/Aceh sejarah Aceh


(1)

4. Sebagai media informasi tertulis bagi masyarakat Kota Langsa.

5. Menunjukkan bahwa tari meusaree-saree mempunyai nilai-nilai bagi masyarakat Kota


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Tari meusaree-saree merupakan gabungan dua tarian yaitu tari top padee dan tarek pukat. Meusaree-saree artinya bersama-sama atau bergotong royong. Tarian ini di ciptakan oleh bapak Yuzlizar pada tahun 1958. Awalnya, tarian ini diciptakan rangka memeriahkan Kongres Pemuda tahun 1958 di Bandung. Tari meusaree-saree ini salah satu tarian yang masih berkembang hingga sekarang di Aceh tepatnya di Kota Langsa. Tarian ini menceritakan tentang kegiatan masyarakat Aceh pada saat berkerja sebagai petani dan nelayan.

2. Sebagai salah satu tarian yang masih berkembang pada masyarakat Kota Langsa, tari meusaree-saree memiliki fungsi hiburan dan fungsi sosial dalam masyarakat.

3. Tari meusaree-saree kini mulai di lestarikan dan di pertunjukkan di berbagai acara seperti : Hut Aceh, Hut kemerdekaan Republik Indonesia , Hut Kota Langsa dan acara lainnya.


(3)

B. Saran

Tari meusaree-saree merupakan tari tradisional yang ada di Provinsi Aceh tepatnya di Kota Langsa. Tari meusaree-saree memiliki fungsi di dalamnya, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Pemerintah kabupaten Kota Langsa melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata hendaknya lebih memperhatikan keberadaan tari meusaree-saree yang merupakan salah satu kesenian budaya daerah. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan seringnya menampilkan tari meusaree-saree pada acara-acara yang berkaitan dengan tradisional yang ada di Provinsi Aceh kabupaten Kota Langsa.

2. Agar masyarakat khususnya di kabupaten Kota Langsa, mengenal tari meusaree-saree, tetap menjaga dan melestarikan nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian tersebut.

3. Seniman pada umumnya agar lebih mengembangkan kesenian tarian terutama tari meusaree-saree supaya lebih menarik generasi muda untuk mempelajari tari tersebut sebagai salah satu kekayaan budaya di Kota Langsa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 1992. Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta.

Burhan Firdaus, ed.1986.Ensikopedi Musik dan Tari Daerah,Profinsi Daerah Istimewa Aceh.Banda Aceh:Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya,Proyek Inventasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

Daryanto,1998.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Surabaya:Apollo

Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. (1981). Kesenian Tradisional Aceh. Banda Aceh

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh. (2010). The Richy Culture Of Aceh. Banda Aceh

Djalal Muchtar dan Athaillah. (1980). Kesenian Tradisional Aceh. Hadi, Sumandiyo, 2005.Sosiologi Tari.Yogyakarta : Penerbit Pustaka

Hadi Y. Sumandiyo, 1983. Pengantar Krativitas tari.Yokyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia.

Haryanti Huthoari,2012. “Fungsi dan Makna Gerak Tari Rampoe Aceh Pada Masyarakat Kota Langsa ( Nanggroe Aceh Darussalam )”.Skripsi untuk memperoleh gelar S1 pada program studi seni tari : Universitas Negeri Medan

Hasymy.A. (1983). Kebudayaan Dalam Sejarah. Penerbit BEUNA : Jakarta Kamisa.1997.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Penerbit Kartika Surabaya. Koentjraningrat, 2004.Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan,Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama.

Langer Suzanne. K, 1988, Problems of Art, terjemahan F.X.Widyamanto, Bandung : Akademi Seni Tari Indonesia.

Murgianto, Sal, 1983, Koreografi Pengetahuan Dasar Komposisi Tari, Jakarta : (Direktorat Jendral) Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Padmo Pramana. Tata Teknik Pentas. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan


(5)

Pemerintahan Kota Banda Aceh, 2008. Seni Tari: (online)

Peterson, Anya, 2007, The Antropologo of Dance, terjemahan F.X Widaryanto, Bandung : STSI Press

Rasyi-AE Furqan,2011. Delegasi Budaya Aceh.

Shadiq, Sehat Ihsan : Tawasuf Aceh, Bandar Publising, Cet-II,2009. Shofian Fitri,2009.Seni Budaya.

Soedarsono, 1978.Pengantar Pengatahuan dan Komposisi TariYokyakarta : Akaddemi Seni Tari Indonesia.

Wildan,2010. Kaidah Bahasa Aceh. Banda Aceh : Geuci

Z.H.Idris,1993.Peralatan Hiburan dan Kesenian Tradisional Propinsi Daerah Istimewa Aceh.Jakarta: Proyek Penelitian,Pengkajian,dan Pembinaan Nilai Budaya.


(6)

DAFTAR ACUAN INTERNET Id.wikipedia.org/wiki/Aceh sejarah Aceh