Alasan Pemerintah Brunei Darussalam dalam Meratifikasi The WHO Framework Convention on Tobacco Control (WHO FCTC)
Alasan Pemerintah Brunei Darussalam dalam Meratifikasi
The WHO
Framework Convention on Tobacco Control
(WHO FCTC)
SKRIPSI
Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1
Jurusan Hubungan Internasional
Oleh : Muhammad Rizky (201010360311039)
JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
UNGKAPAN PERSEMBAHAN
”
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu
beberapa derajad. Allah menget ahui apa yang kamu kerjakan”
(Al Mujadilah 58:11)
Sebagai rasa syukur atas terselesaikannya skripsi ini maka penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1.
Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang senantiasa
memberikanku kesehatan dan kesabaran yang luar biasa dalam hidup.
2.
Kedua orang tua saya Abdul Muthalib dan Ilham Jahwasyi yang sangat saya
cintai dan sayangi, terimakasih atas kasih sayang dan rasa kepedulian yang tak
terhingganya, serta Doa dan dukungannya selama ini. Kasih sayang yang
kalian berikan kepada saya adalah kasih sayang yang sempurna dan tiada tara.
Terima kasih Babah, Mamah. You’re the best ever.
3.
Saudara perempuan saya, Amelia Nurina dan saudara laki-laki saya, Ali
Akbar Ramdhani yang sangat saya banggakan. Terimakasih untuk Doa dan
dukungannya, terimakasih telah menjadi saudara sekaligus teman yang sangat
peduli dengan saya selama ini.
4.
Pembimbing saya yang terhormat: Ibu Peggy Puspa Haffsari S.Sos., M.Sc.,
dan Bapak Ruli Inayah Ramadhoan S.Sos.,M.Si., terimakasih yang
sebesar-besarnya atas ilmu dan bimbingannya hingga terselesaikannya tugas akhir ini.
(9)
5.
Terima kasih juga tak lupa saya haturkan kepada segenap dosen dan staf di
Jurusan Hubungan Internasional UMM, Bapak Gonda Yumitro MA, Bapak
Tonny Dian Efendi M.Si, Bapak Syaprin Zahidi MA, Ibu Dyah Estu M.Si, Ibu
Helmia Asyahtri S.IP, Bapak Hafid Adim Pradana MA, Bapak Havidz Ageng
MA.
6.
Untuk seseorang yang selalu memberikan doa, semangat, waktu, dukungan,
dan terus menemani sampai pada akhirnya skripsi ini terselesaikan berkat
semua usahamu untuk wujudkan impian kecil ini kepada orang tua saya.
Thank’s a lot a great woman, you did it Ade Fitria Nurdini.
7.
Teman-teman seperjuangan saya di Jurusan Hubungan Internasional UMM,
Anas, Ikanang, Ahya, Sarif, Zahra, Angga, Dimas, Risky, Bangun Botak dan
lain-lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terima kasih untuk
semuanya.
8.
Senior saya, Muhammad Fadzryl Azmy S.IP dan Ridwan S.IP yang telah
banyak membantu dan memberikan masukan terhadap skripsi ini, Thank’s
dude.
9.
Saudara-saudara saya di CIBBM, Opan, Rikab, Syahrul, Iin, Titik, Aldo, Aldi,
Thomas, Ari, Egy, Baskoro, Ekyng, Icong Ade, Congor, Nuryadin, Fiqhi,
Lana, Eko, Philips, dan saudara yang lainnya yang tidak bisa saya sebutkan
satu per satu. You Da Real MVP Man.
(10)
(11)
(12)
(13)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.
Ratifikasi Pemerintah Brunei Darussalam dalam perjanjian internasional
Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) pada tahun 2004 merupakan
fenomena yang menarik di dalam perkembangan hubungan internasional. Tentu saja,
lahirnya perjanjian internasional mengenai pengendalian tembakau ini bukan tanpa
alasan. Melihat fenomena ini, penulis tertarik untuk mengetahui alasan dan factor
rasionalitas apa yang pada akhirnya menjadi pertimbangan Negara Brunei
Darussalam untuk meratifikasi FCTC.
Penulis menyadari bahwa didalam proses pengerjaan dan penyajian skripsi ini
masih banyak kekurangan yang perlu ditambahkan dan disempurnakan. Oleh karena
itu, masukan dan kritikan yang membangun sangat diharapkan oleh penulis untuk
membantu menutup celah kekurangan tersebut.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi, sekalipun
kecil yang tidak hanya bermanfaat untuk menambah dan mengembangkan
pengetahuan mengenai studi Hubungan Internasional di lingkungan Universitas
Muhammadiyah Malang saja akan tetapi juga disiplin Ilmu Hubungan Internasional
di Indonesia secara umum.
Amienya Rabbal Alamien
Wassalamu’alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.
Malang, 15 Januari 2015
Penulis,
(14)
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
BERITA ACARA BIMBINGAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAKSI ... vi
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah………1
1.2. Rumusan Masalah………..7
1.3. Tujuan Penelitian………...7
1.4. Penelitian Terdahulu………..7
1.5. Kerangka Teori dan Konsep………..11
(15)
1.5.2. Konsep Health Security………13
1.6. Metode Penelitian……….16
1.6.1. Tingkat Analisa……….16
1.6.2. Tipe Penelitian………..17
1.6.3. Teknik Pengumpulan Data………18
1.6.4. Ruang Lingkup Penelitian……….18
1.7. Hipotesa………18
1.8. Sistematika Penulisan………20
BAB II THE WHO FRAMEWORK CONVENTION ON TOBACCO
CONTROL DAN MEROKOK DALAM PANDANGAN BRUNEI
2.1. Isi Perjanjian (WHO FCTC)………22
2.2. Proses Ratifikasi Brunei Terhadap (WHO FCTC)………..24
2.3. Regulasi Tembakau dan Rokok di Brunei………...26
2.3.1. Tobacco Order 2005 dan Peraturan-Peraturan 2007………..27
2.3.2. Tobacco Regulations Amendments 2012………...30
(16)
2.5. Rokok dalam Pandangan Pemerintah Brunei………..33
BAB III RASIONALITAS KEBIJAKAN LUAR NEGERI BRUNEI
TERHADAP REGULASI TEMBAKAU DAN ROKOK
3.1. Agenda Pembangunan Nasional Brunei Darussalam………..36
3.1.1.
Health Promotion Blueprint
2011-2015………...42
3.1.2.
Vision Brunei
2035………...45
3.2.
Brunei National Multisectoral Action Plan for the Prevention and Control Non
Communicable Diseases (NCD-s)
2013-2018………..48
3.3. Pandangan Hukum Syariah Islam Terhadap Tembakau dan Rokok…….51
3.4. Alasan dan Konsekuensi Kebijakan Luar Negeri Brunei dalam Ratifikasi
FCTC………53
3.5. Peran Pemerintah Terhadap Kesehatan Masyarakat Brunei……….62
3.6. Dampak Regulasi Tembakau dan Rokok di Brunei………..65
(17)
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan………..70
4.2 Daftar Pustaka………...73
(18)
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar 1 Kemasan Rokok……….28
Gambar 2 Strategi menekan
NCDs
………..44
Gambar 3 Penyebab Penyakit di Brunei 2010……….57
Tabel 1 Tujuan strategis pengendalian tembakau………50
Tabel 2 Jumlah importir tembakau di Brunei………..66
(19)
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Burchil, Scoot.2009.
Teori Hubungan Internasional,
Bandung: Nusa Media
Mas’oed, Mohtar.1990. Ilmu Hubungan Internasional :
Disiplin dan Metodologi,
Jakarta :LP3ES
INTERNET
Action on Smoking & Health.2012.
What is the FCTC.
Diakses melalui
http://ash.org/what-is-the-fctc/ (20 November 2014, 9.14 WIB)
Aldis, Wiliiam.2008.”
Health Security as a public health concept: a critical analysis.
Diakses melalui http://heapol.oxfordjournals.org/content/23/6/369.full ( 21
Juli 2014, 10.10 WIB)
Alwines, Aaron.2012.
Mixed response over new cigarette packaging label.
Diakses
melalui
http://www.bt.com.bn/2012/09/29/mixed-response-over-new-cigarette-packaging-label (25 November 2014, 17.55 WIB)
Aryenty Haji Arifin.2014.
Keluarga Berwawasan Sihat Tanpa Rokok.
Diakses
melalui
http://www.pelitabrunei.gov.bn/kesihatan/item/15156-keluarga-berwawasan-sihat-tanpa-rokok (04 Desember 2014, 08.22 WIB)
Asean-Pasific Newsletter On Occupational Health and Safety.
2013. Diakses melalui
www.ttl.fi/.../asian_pacific_newsletter/.../Asian_Pacific_Newsletter1_%20
...
(21 Juli 2014, 01.11 WIB)
ASEAN Tobacco Control.2013.
Brunei Tobacco Regulations Amendments
2012.
Diakses melalui
http://seatca.org/dmdocuments/Brunei%20Tobacco%20Regulations%20Amend
ments%202012.pdf (27 November 2014, 09.21 WIB)
Azzaraimy.2008.
Tobacco Order Now In Force.
Diakses melalui
http://www.moh.gov.bn/news/20080602a.html ( 10 Oktober 2014. 22.35 WIB)
BBC News Asia-Pacific.2014.
Brunei Profile.
Diakses melalui
http://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-12990058 (03 Desember 2014,
17.35 WIB)
(20)
Bollyky, Thomas, J.2011.
Forging a New Trade Policy on Tobacco.
Diakses melalui
http://www.cfr.org/trade/forging-new-trade-policy-tobacco/p25658 (02
Desember 2014, 13.12 WIB)
Borneo Bulletin.2014.
Ministry to Conduct Health Survey Nationwide.
Diakses
melalui
http://borneobulletin.com.bn/ministry-conduct-health-survey-nationwide/ (03 Desember 2014, 07.10 WIB)
Brunei Resources.2005.
Introduction to Brunei Darussalam.
Diakses melalui
http://www.bruneiresources.com/bruneibackground.html (03 Desember 2014,
07.45 WIB)
Commonwealth Health Online.2014.
Non-Communicable Diseases in Brunei
Darussalam.
Diakses melalui
http://www.commonwealthhealth.org/asia/brunei_darussalam/non_communica
ble_diseases_in_brunei-darussalam/ (01 Desember 2014, 14.22 WIB)
Collin Mcinnes dan Kelley Lee.2006
. Health, Security and Foreign Policy.
Diakses
melalui
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=
0CDMQFjAB&url=http%3A%2F%2Fcgch.lshtm.ac.uk (30 januari 2014,
22.42 WIB)
Cop6 Russia.2014.
About WHO FCTC.
Diakses melalui
http://cop6russia.org/who-fctc/about-who-fctc/ (22 november 2014, 10.22 WIB)
Dato Paduka Haji Abdul Salam bin Abdul Momin.2009.
Strategi Kesihatan Visi
2035. Diakses melalui
http://www.nationalplanningcycles.org/sites/default/files/country_docs/Brunei
%20Darussalam/vision_booklet.pdf (02 Desember 2014, 10.55 WIB)
Departemen Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi.2010.
Brunei Darussalam
Millenium Development Goals (MDG-s).
Diakses melalui
http://planipolis.iiep.unesco.org/upload/Brunei%20Darussalam/Brunei_Darussa
lam_MDG_2010.pdf (02 Desember 2014, 11.01 WIB)
Diyana, Aimy, Anuar, Pg.2012.
Brunei Darussalam National Multisectoral Action
Plan for The Prevention and Control of NCD-s (BruMAP-NCD) 2013-2018.
Diakses melalui http://en.calameo.com/books/002988239799612bfb513 (01
Desember 2014, 11.01 WIB)
(21)
DR.Haji Mohammad.2002.
Adakah Merokok Budaya Islam?.
Diakses melalui
http://www.bruneiresources.com/pdf/istob_pgmohammad_merokokbudaya.pdf
( 25 November 2014, 13.21 WIB)
DR. Haji Mohammad Bin Pengiran Haji ABD. Rahman.2013.
Ramah Mesra
Bersama Masyarakat Tionghoa.
Diakses melalu
http://kheu.gov.bn/SiteAssets/Lists/Ucapan/NewForm/T,U.%20RAMAH%20M
ESRA%20BERSAMA%20MASYARAKAT%20TIONG%20HUA.pdf (02
Desember 2014, 10.11 WIB)
Dr. Omi, Shigeru. Diakses melalui
http://www2.wpro.who.int/rcm/en/archives/rc59/press_releases/pr_20080926_t
obacco.htm (22 November 2014, 18.31 WIB)
Dualolo, Eka.2014.”
Alasan Indonesia tidak Menandatangani dan Meratifikasi
Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) di Asia Pasifik.
Diakses
melalui
http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2014/03/ejurnal%20_EKA%20DUALOLO_%20(03-04-14-12-39-35).pdf
( 4 November 2014, 14.23 WIB)
Embassy of Brunei Darussalam.2011.
Introducing Brunei.
Diakses melalui
http://www.bruneiembassy.org/aboutbrunei.html (22 November 2014, 18.11
WIB)
Embassy of Brunei Darussalam
.
2012.
Mission to the European Union
Bring forth
solid ideas : minister.
Diakses melalui
http://bruneiembassy.be/bring-forth-solid-ideas-minister/ (26 November 2014, 08.32 WIB)
Endale, Tarik.2014.
The Trans Pacific Partnership: A Danger to Public Health.
Diakses melalui
http://gucaravel.com/the-trans-pacific-partnership-a-danger-to-public-health/ (02 Desember 2014, 12.59 WIB)
FCTC.
WHO Framework Convention on Tobacco Control
.2004. Diakses melalui
http://whqlibdoc.who.int/publications/2003/9241591013.pdf?ua=1 (12
November 2014, 14.21 WIB)
Framework Convention Alliance.2008.
What is the Framework Convention on
Tobacco Control?.
Diakses melalui http://www.fctc.org/what-is-the-fctc (22
November 2014, 10.11 WIB)
Haji Aliddin bin Haji Moktal.2014.
Pusat Promosi Kesehatan.
Diakses melalui
http://www.pelitabrunei.gov.bn/nasional/item/9199-pusat-promosi-kesihatan-sentiasa-dipantau-direview (17 november 2014, 15.11 WIB)
(22)
Herdiawan, Ridwan.2013. “
Kepentingan Turki dalam Penempatan Sitem Pertahanan
Anti-Misil Balistik NATO di Turki.
Diakses melalui
http://ejournal.hi.fisip-
unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/05/ejournal%20hlm%20163-177%20pdf%20%2805-01-13-02-48-42%29.pdf (30 Oktober 2014, 20.34 WIB)
Herjanto, Edy.
Notifikasi Dalam Perjanjian TBT-WTO Dalam Perkembangannya
.
Diakses melalui
https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:ChafCAAEM9cJ:www.bsn.go.i
d (08 Januari 2014, 23.09 WIB)
Ho, Andy.2013.
Will the TPP send tobacco bans up in smoke?.
Diakses melalui
http://ww35.natiomultimedia.com/opinion.Will-the-TPP-send-tobacco-bans-up-in-smoke-30213069.html (02 Desember 2014, 13.00 WIB)
IDRC.2014.
Trade-Related Challenges to Tobacco Control in Southeast Asia.
Diakses mealui
http://www.idrc.ca/EN/Regions/Asia/Pages/ProjectDetails.aspx?ProjectNumber
=107517 (02 Desember 2014, 12.54 WIB)
Indonesia Tobacco.2011.
Sultanate Steps Up Fight Against Tobacco.
Diakses melalui
http://www.indonesiatobacco.com/2011/06/sultanate-steps-up-fight-against.html (25 November 2014, 08.11 WIB)
Institut for Health Metrics and Evaluations.2010.
GDF Profil Brunei.
Diakses melalui
https://www.healthdata.org/sites/default/files/files/country_profiles/GBD/ihme_
gbd_country_report_brunei.pdf (02 Desember 2014, 11.29 WIB)
Katz, Rebecca. WHO. “
Foreign Policy and Health Security”.
Diakses melalui
http://www.who.int/trade/glossary/story030/en/
( 12 Oktober 2014, 14.21 WIB)
Kementerian Hal Ehwal Ugama. 2006.
Kempen Hari Tembakau
. Diakses melalui
http://www.religious-affairs.gov.bn/index.php?ch=bm_info&pg=bm_info_khutbah&ac=183 (26
November 2014, 10.32 WIB)
Kementerian Hal Ehwal Ugama.2013.
Pengharaman Merokok.
Diakses melalui
http://www.religious-affairs.gov.bn/index.php?ch=bm_info&pg=bm_info_khutbah&ac=562 (02
Desember 2014, 12.31 WIB)
Kementerian Hal Ehwal Ugama.2014.
Perkhidmatan Talian Berhenti Merokok
Dilancarkan.
Diakses
(23)
melaluihttp://www.bdnewsletter.gov.bn/component/k2/itemlist/date/2014/3?star
t=770 (04 Desember 2014., 07.11 WIB)
Khullar, Arshiya.2014.
Brunei adopts sharia law amid international outcry.
Diakses
melalui http://edition.cnn.com/2014/05/01/world/asia/brunei-sharia-law/ (02
Desember 2014, 13.34 WIB)
Kompas News International.2014.
WNI Jadi Terpidana Pertama Hukum Syariah.
Diakses melalui
http://indonesiasatu.kompas.com/read/2014/07/23/17400751/WNI.Jadi.Terpida
na.Pertama.Hukum.Syariah.Brunei (03 Desember 2014, 08.33 WIB)
Latif, Abdul.
Brunei Darussalam Perspective.
Hal 02 Diakses melalui
https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:P3jVltQ4Z2YJ:www.bruneireso
urces.com ( 09 Januari 2014. 22.43 WIB)
Majidah, Izzatul.2014.
Dalam Sebatang Rokok Terkandung 4000 Zat Kimia
Berbahaya, Membunuh 46 Orang Tiap Jam.
Diakses melalui
http://www.tribunnews.com/kesehatan/2014/12/08/dalam-sebatang-rokok-terkandung-4000-zat-kimia-berbahaya-membunuh-46-orang-tiap-jam (02
Desember 2014, 12.45 WIB)
Ministry of Health Brunei Darussalam.2014.
Kempen Kebangsaan Penyakit-Penyakit
Tidak Berjangkit.
Diakses melalui http://moh.gov.bn/ncd/index.htm (05
Desember 2014, 08.11 WIB)
Ministry of Health.2014.
MAC.
Diakses melalui
http://www.moh.gov.bn/bulletinsnewsletters/download/Fokus153.pdf (11
Oktober 2014,13.11 WIB)
Ministry of Health Brunei Darussalam.2011.
Health Promotion Blueprint
2011-2015.
Diakses melaui
http://www.moh.gov.bn/hpc/download/Annex%204%20(Health%20Promotion
%20Blueprint%202011%20-%202015).pdf (01 Desember 2014, 10.21 WIB)
Mrs Hajah Hairaney, Siti.2010.
Country Report Brunei Darussalam 2010.
Diakses
melalui
http://www.aseanvaluers.org/PDF/Country%20Report%20of%20Brunei%20Da
russalam%202010.pdf (02 Desember 2014, 9.58 WIB)
Non Communicable Diseases Diakses melalui
http://www.globalhealth.gov/global-health-topics/non-communicable-diseases/ (3 November 2014, 23.34 WIB)
(24)
Othman, Azlan.2011.
Crown Price launches Health Promotion Blueprint, campaign.
Diakses melalui http://www.sultanate.com/news_server/2011/21_apr_1.html
(03 November 2014, 16.21 WIB)
Oyhman, Azlan.2012.
Brunei health warning on cigarette packets 4
thbiggest in the
world.
Diakses melalui
http://www.theborneopost.com/2012/11/16/brunei-health-warning-on-cigarette-packets-4th-biggest-in-the-world/ (03 Desember
2014, 10.01 WIB)
Oxford Business Group.2013.
A good prognosis : Health care strategies target
prevention and best practices Brunei Darussalam Health.
Diakses melalui
http://www.oxfordbusinessgroup.com/overview/good-prognosis-health-care-strategies-target-prevention-and-best-practices (07 Desember 2014, 11.00 WIB)
Pelita Brunei.2013.
Penggunaan Tembakau Perlu Dibendung dan Diberhentikan.
Diakses melalui
http://www.pelitabrunei.gov.bn/haluan/item/3914-penggunaan-tembakau-perlu-dibendung-dan-diberhentikan (25 November 2014, 18.44
WIB)
Piri, Sally.2014.
Milestones In The Fight Against NCD-s.
Diakses melalui
http://m.bt.com.bn/news-national/2014/12/14/milestones-fight-against-ncds (04
Desember 2014, 08.21 WIB)
Ptkpt.2014.
Jumlah Penduduk di Seluruh Dunia,
diakses melalui
http://statistik.ptkpt.net/_a.php?_a=area&info1=6 (08 Januari 2014, 21:24 WIB)
SEATCA.2014.
Brunei.
Diakses melalui
http://tobaccotax.seatca.org/joomla/index.php?option=com_content&view=cate
gory&layout=blog&id=43&Itemid=119 (25 November 2014, 17.01 WIB)
Seatca.2013.
Brunei Tobacco Control Laws.
Diakses melalui
http://seatca.org/resource-center-asean-tc-brunei/ (23 November 2014, 16.14
WIB)
SEATCA. 2003.
ASEAN Tobacco Tax Report Card.
Diakses melalui
http://seatca.org/dmdocuments/ASEANTaxReportCardMay13forWEB.pdf (02
Desember 2014, 12.01 WIB)
SEATCA.2014.
ASEAN Tobacco Tax Report Card.
Diakses melalui
(25)
http://www.healthjustice.ph/wp-content/uploads/2014/11/ASEANTaxReportCard-9-Sep-2014.pdf (03
Desember 2014, 09.21 WIB)
TCSC.
Framework Convention on Tobacco Control
. Diakses melalui
http://tcsc-indonesia.org/wp-content/uploads/2012/08/FCTC.pdf ( 12 November 2014,
13.53 WIB)
The Brunei Times.2011.
Please Increase the Tobacco Tax Further.
Diakses melalui
http://www.bt.com.bn/letters-editor/2011/02/14/please-increase-tobacco-tax-further (26 November 2014, 17.32 WIB)
The Brunei Times.2010.
Tabiat Merokok.
Diakses melalui
http://www.bt.com.bn/files/digital/NIE/Issue111/SP24Apr.9.pdf ( 25 November
2014, 14.32 WIB)
The Brunei Times.2014.
Smoking is Against MIB Philosophy.
Diakses melalui
http://www.bt.com.bn/news-national/2014/06/26/%E2%80%98smoking-against-mib-philosophy%E2%80%99 (25 November 2014, 15.21 WIB)
The Brunei Times.2011.
Health blueprint under way.
Diakses melalui
http://www.bt.com.bn/news-national/2011/04/07/health-blueprint-under-way
(01 Desember 2014, 14.54 WIB)
The Prime Minister Office.2008.
Brunei’s National Vision.
Diakses melalui
http://www.bedb.com.bn/why_wawasan2035.html (02 Desember 2014, 10.21
WIB)
The12th ASEAN & Japan (HLOM).2014.
Brunei Darussalam Country Report.
Diakses melalui
http://www.mhlw.go.jp/bunya/kokusaigyomu/asean/2014/dl/Brunei_CountryRe
port.pdf (03 Desember 2014, 07.11 WIB)
The Brunei Economic Development Board.
Economic Overview.
Diakses melalui
http://www.bedb.com.bn/why_ecoverview.html (03 Desember 2014, 17.32
WIB)
The Straits Times.2014.
Singapore opulation now at 5.47 million, slowest growth in
10 years.
Diakses melalui
http://www.straitstimes.com/news/singapore/more-
singapore-stories/story/singapore-population-now-547-million-slowest-growth-10-y (03 Desember 2014, 17.44 WIB)
The Brunei Times.2014.
Milestones in the fight against NCDs.
Diakses melalui
http://www.bt.com.bn/news-national/2014/12/14/milestones-fight-against-ncds
(03 Desember 2014, 08.11 WIB)
(26)
The Editorial Board.2013.
The Hazard of Free-Trade Tobacco.
Diakses melalui
http://www.nytimes.com/2013/09/01/opinion/sunday/the-hazard-of-free-trade-tobacco.html?_r=0 02 Desember 2014, 13.29 WIB)
Tobacco Control Laws.2013.
Brunei Darussalam.
Diakses melalui
http://www.tobaccocontrollaws.org/legislation/country/brunei-darussalam/summary (21 Juli 2014, 12.40 WIB)
Tobacco Journal Online.2004.
Brunei Ratifies WHO Tobacco Control Fraework.
Diakses melalui
http://www.tobaccojournal.com/show_artikel.php3?id=3858&banner=gd (20
November 2014, 9.41 WIB)
Tobacco Control Laws.2012.
Country Details For Brunei Darussalam.
Diakses
melalui
http://www.tobaccocontrollaws.org/legislation/country/brunei-darussalam/summary (24 November 2014, 16.43 WIB)
Tobacco Control Laws.2013.
Health Warning and Penalties.
Diakses melalui
http://www.tobaccocontrollaws.org/legislation/country/brunei-darussalam/pl-health-warnings (25 November 2014, 16.44 WIB)
United Nations Treaty Collection.2014.
Constitution od the World Health
Organization.
Diakses melalui
https://treaties.un.org/pages/ViewDetails.aspx?src=TREATY&mtdsg_no=IX-1&chapter=9&lang=en (22 Juli 2014, 18.12 WIB)
Ulysses Dorotheo.2014.
Priorities and policy making for tobacco control in ASEAN.
Diakses melalui
arch.apec.org/sites/default/files/ARCH_Doretheo_29Aug2014.ppt (02
Desember 2014, 11.09 WIB)
Wilson, Catherine.2010.
Smoking Top Cause of Cancer Death in Brunei,
diakses
melalui
http://www.bt.com.bn/science-technology/2010/04/08/smoking-top-cause-cancer-death-brunei ( 3 November 2014, 11.32 WIB)
World Health Organization.2014.
Brunei Darussalam,
diakses melalui
(27)
World Health Organization.2014.
WHO Framework Convention on Tobacco Control.
Diakses melalui http://www/who.int./fctc/text_download/en/ ( 6 November
2014, 14.23 WIB)
WHO Western Pacific Region.2011.
Brunei Darussalam Context.
Hal 30
.
Diakses
melalui http://www.wpro.who.int/countries/brn/3BRUpro2011_finaldraft.pdf
(10 Januari 2014, 11.21 WIB)
WHO.2013.
Brunei Darussalam national Multisectoral Action Plan for the
Prevention and Control of Noncummunicable Diseases (BruMAP-NCD)
.
Diakses melalui
ftp://ftp.wpro.who.int/scratch/NHP/NCD/NCD-policies-WPR/BRN/FINALBRUMAPBOOK.pdf ( 2 November 2014, 12.01 WIB)
World Trade Organization.2014.
Brunei Darussalam and the WTO.
Diakses melalui
http://www.wto.org/english/thewto_e/countries_e/brunei_darussalam_e.htm (23
JUli 2014, 11.12 WIB)
Wipo.2005.
Tobacco Order
2005. Diakses melalui
http://www.wipo.int/edocs/lexdocs/laws/en/bn/bn028en.pdf (24 November
2014, 16.21 WIB)
United nations of Economic and Social Affairs.2012.
World Population Prospect.
Diakses melalui http://esa.un.org/wpp/Demographic-Profiles/pdfs/96.pdf (04
Desember 2014, 09.10 WIB)
U.S Department of Health and Human Services.2014.
Determinants of Health.
Diakses melalui
https://www.healthypeople.gov/2020/about/foundation-health-measures/Determinants-of-Health (04 Desember 2014, 09.21 WIB)
Wan Mohamad Sahran Wan Ahmadi.2013.
Kesihatan Agenda Penting Pembangunan
Negara.
Diakses melalui
http://www.pelitabrunei.gov.bn/nasional/item/7070-kesihatan-agenda-penting-pembangunan-negara (01 Desember 2014, 13.32
WIB)
WHO.2008.
Guidelines for implementation of Article 5.3 of the WHO FCTC.
Diakses
melalui http://www.who.int/fctc/guidelines/article_5_3.pdf (02 Desember 2014,
11.38 WIB)
WHO.2011.
Health Promotion Blueprint Brunei
2011-2015. Diakses melalui
http://www.mindbank.info/item/3105 (01 Desember 2014, 14.32 WIB)
(28)
World Health Federation.2007.
Higher Tobacco Taxes Reduce Tobacco Use.
Diakses
melalui
http://www.world-heart-federation.org/fileadmin/user_upload/documents/Tobacco/Singapore_Worksho
p_2012/Resources/higher_tobacco_taxes.pdf (05 Desember 2014, 08.21 WIB)
(29)
1 BAB I
1.1. Latar Belakang Masalah
Brunei merupakan salah satu negara yang memiliki perhatian lebih di bidang kesehatan, mengingat banyak sekali penyakit-penyakit yang muncul di tengah kehidupan warga yang menyebabkan angka kematian cukup tinggi di Brunei. Dalam beberapa dekade terakhir, penyakit yang paling sering dialami warga Brunei ialah penyakit kanker, jantung koroner, penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus yang menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas di Brunei Darussalam.1
Kanker paru-paru penyumbang utama kematian di Brunei pada tahun 2008, dan 90% dari kasus kanker paru-paru tersebut ialah disebabkan oleh asap rokok.2 Masalah kesehatan yang terjadi hampir diseluruh negara tidak lepas dari peran dan bahaya yang ditimbulkan oleh rokok, penggunaan tembakau merupakan salah satu dari empat faktor utama sebagai penyebab penyakit tidak berjangkit (Non-Communicable Diseases-NCDs).3 Menurut data dari WHO, 90% penyakit kanker paru-paru, 75% penyakit bronkitis kronis serta 25% penyakit jantung
1
Brunei Darussalam-World Health Organization.2014. Diakses melalui http://www.who.int/nmh/countries/brn_en.pdf ( 11 Oktober 2014, 12.11 WIB)
2
Catherine Wilson.2010.”Smoking top cause of cancer death in Brunei. Diakses melalui
http://www.bt.com.bn/science-technology/2010/04/08/smoking-top-cause-cancer-death-brunei ( 3 November 2014, 11.32 WIB)
3
Non-Communicable-Diseases (NCDs) adalah penyakit tidak menular yang menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan manusia di dunia. Empat penyakit yang diakibatkan oleh NCD ialah penyakit kanker, jantung, diabetes, dan kanker paru-paru . Adapun penyebab NCD disini ialah penggunaan tembakau dan alkohol yang berbahaya serta makanan yang tidak sehat. Diakses melalui http://www.globalhealth.gov/global-health-topics/non-communicable-diseases/ (3 November 2014, 23.34 WIB)
(30)
2
adalah disebabkan oleh asap rokok.4 Di Brunei sendiri, rokok adalah penyebab utama kematian dan paling di anggap mengancam kehidupan warga Brunei.
Ketika sebagian besar negara-negara di kawasan Asia Tenggara sibuk menaruh perhatiannya dalam bidang ekonomi. Pemerintah Brunei mulai melirik hal lainnya, yaitu permasalahan kesehatan yang mulai di tunjukkan Brunei sekitar tahun 1990an melalui pidato-pidato yang dilontarkan oleh Sultan. Selain untuk memberantas permasalahan kesehatan yang terjadi di Brunei, hal ini juga dikarenakan jumlah penduduk Brunei yang sedikit yakni sekitar 406.000 jiwa,5 jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia Tenggara. Disisi lain minimnya jumlah penduduk Brunei yang secara tidak langsung berdampak terhadap kapasitas sumber daya manusia yang dibutuhkan pemerintah guna mengelola sumber daya alam yang dimilikinya. Selain itu, Pemerintah Brunei memandang bahwa penyakit tidak berjangkit (NCD-s) merupakan ancaman bagi pembangunan sosio-ekonomi dan menjadi penghalang terhadap Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals-MDGs).
Pemerintah Brunei mempunyai cara tersendiri untuk meningkatkan harapan hidup masyarakatnya, selain membangun kapasitas medis dan pelayanan kesehatan pada tingkat spesialis, Pemerintah Brunei juga melakukan gerakan-gerakan pencegahan melalui program kesadaran. Salah satu caranya adalah dengan memberantas kebiasaan merokok melalui amandemen yang dibuat dalam bea dan cukai rokok, tembakau dan produk tembakau. Hal ini membuat
4
Ministry of Health.2014.”MAC”. Diakses melalui
http://www.moh.gov.bn/bulletinsnewsletters/download/Fokus153.pdf (11 oktober 2014,13.11 WIB)
5
Ptkpt.2014 “Jumlah penduduk di seluruh dunia”. Diakses melalui
(31)
3
masyarakat Brunei sadar akan bahaya yang ditimbulkan oleh rokok. Brunei menganggap bahwa rokok merupakan salah satu barang yang paling berbahaya dan merupakan sumber penyakit.
Oleh karena itu Brunei telah menandatangani, meratifikasi, dan menjadi bagian dari kerangka kerja WHO yaitu The WHO Framework Convention on Tobacco Control (WHO FCTC) pada 3 Juni 2004. Brunei menjadi Negara ke-18 dari 172 negara yang meratifikasinya. (WHO FCTC) menyediakan suatu kerangka bagi upaya pengendalian tembakau untuk dilaksanakan oleh pihak-pihak terkait ditingkat nasional, regional dan internasional guna mengurangi prevalensi konsumsi rokok serta paparan terhadap asap rokok. Dalam konvensi pengendalian tembakau ini, negara-negara yang telah meratifikasi diikat secara hukum internasional dalam bentuk (Internationality legally binding instrument).6
Adapun tindakan nyata yang telah di ambil Pemerintah Brunei guna melindungi masyarakatnya sesuai dengan instrumen FCTC. Dimana Pemerintah Brunei pada tanggal 1 Juni 2005 secara resmi menerapkan beberapa peraturan terkait masalah rokok dan peraturan-peraturan tembakau 2007 yang salah satu isinya berbunyi “penjualan produk rokok kepada anak berusia dibawah 18 tahun merupakan tindakan ilegal serta melarang semua iklan rokok dipasang di area pemerintahan”.7 Hal inilah yang pada akhirnya membuat jumlah import rokok dan
6
WHO Framework Convention on Tobaco Control.2014. Diakses melalui http://www/who.int./fctc/text_download/en/ ( 6 November 2014, 14.23 WIB)
7
Azzaraimy.2008. Tobacco Order Now In Force, diakses melalui
(32)
4
tembakau di Brunei mengalami penurunan. Mengingat Brunei juga merupakan salah satu negara yang tidak memproduksi tembakau maupun rokok.8
Kebijakan Pemerintah Brunei dalam bidang kesehatan yang dinilai berpengaruh bagi masyarakatnya adalah memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada seluruh masyarakat Brunei. Tidak hanya itu saja, Pemerintah Brunei juga memberikan pelayanan kesehatan yang baik terhadap imigran. Dimana para imigran yang bekerja maupun yang hanya berkunjung ke Brunei memiliki hak atas perawatan dan biaya kesehatan yang kecil. Kebijakan tersebut tidak lepas dari kekayaan ekonomi yang dimiliki oleh Brunei sehingga mampu memberikan perawatan kesehatan yang baik bagi masyarakatnya.9
Kesehatan merupakan salah satu agenda yang telah dimasukan dalam rencana pembangunan nasional Brunei, yaitu pembangunan jangka pendek dan jangka panjang. Pembangunan jangka pendek Pemerintah Brunei ialah Health Promotion Blueprint 2011-2015. Ini merupakan satu dokumen kerangka kerja promosi kesehatan untuk tahun 2011-2015 yang mengandung strategi-strategi jangka pendek dan sederhana untuk mempromosikan cara hidup sehat dan mencegah penyakit kronik di Brunei.10 Sedangkan pembangunan rencana jangka panjang Brunei ialah “Wawasan Brunei 2035” atau “Vision Brunei 2035”. Perhatian pemerintah sendiri terhadap kesehatan telah dimulai jauh sebelum
8
Abdul Latif. Smoking : Brunei Darussalam Perspective. Hal 02 diakses melalui
https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:P3jVltQ4Z2YJ:www.bruneiresources.com ( 09 Januari 2014. 22.43 WIB)
9
WHO Western Pacific Region.2011. Brunei Darussalam Context. Hal 30. Diakses melalui http://www.wpro.who.int/countries/brn/3BRUpro2011_finaldraft.pdf (10 Januari 2014, 11.21 WIB)
10
Haji Aliddin bin Haji Moktal.2014.Pusat Promosi Kesehatan. Diakses melalui
http://www.pelitabrunei.gov.bn/nasional/item/9199-pusat-promosi-kesihatan-sentiasa-dipantau-direview (17 november 2014, 15.11 WIB)
(33)
5
kesehatan menjadi salah satu bagian dari Vision Brunei 2035. Hal ini dibuktikan dengan pidato-pidato yang telah disampaikan oleh Sultan pada tahun 2011. Salah satu contoh pidato yang dikemukakan oleh Sultan berbunyi :
“In the field of health, aside from building up the Nation’s medical services capacity at the specialist level, efforts to improve health should also be intensified through prevention and awareness programmes. This includes strengthening efforts to completely eradicate the dangerous habit of smoking through the amandments made in the duty and excise of cigarettes, tobacco and tobacco products”11
Pidato yang disampaikan oleh Sultan tiap tahunnya lebih berkembang dalam capaian kesehatan, dimana perkembangan tersebut membawa pemerintah Brunei lebih memperhatikan kesehatan masyarakatnya. Dalam pidato 1996 yang menjadi fokus perhatian pemerintah Brunei adalah peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Sedangkan pada tahun 2010 Sultan melihat faktor lain dalam mempengaruhi kesehatan masyarakat Brunei, seperti halnya makanan, kebersihan, dan lain-lain. Serta pada tahun 2011 Sultan mulai memfokuskan rokok sebagai sebuah ancaman terhadap kesehatan masyarakat dan juga merupakan penyebab utama kematian di Brunei.12
Untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Brunei, Pemerintah melalui departemen kesehatan telah melakukan terobosan serta strategi-strategi guna memberantas permasalahan kesehatan di Brunei. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah melakukan beberapa tindakan seperti mengembangkan
11
Brunei Darussalam national Multisectoral Action Plan for the Prevention and Control of Noncummunicable Diseases (BruMAP-NCD).2013. Diakses melalui
ftp://ftp.wpro.who.int/scratch/NHP/NCD/NCD-policies-WPR/BRN/FINALBRUMAPBOOK.pdf ( 2 November 2014, 12.01 WIB)
12
Tobacco Control Laws.2013.Brunei Darussalam. Diakses melalui
http://www.tobaccocontrollaws.org/legislation/country/brunei-darussalam/summary (21 Juli 2014, 12.40 WIB)
(34)
6
kebijakan yang relevan dalam mekanisme peraturan dengan menerapkan kebijakan fiskal dan melakukan langkah-langkah pencegahan khususnya, begitupun dengan intervensi pendidikan dan informasi untuk memastikan intervensi klinis sesuai dengan rekomendasi dari WHO.13 Kebijakan yang dibuat oleh Brunei tidak hanya bersifat domestik, melainkan Brunei juga mengambil langkah internasional guna melindungi kesehatan masyarakatnya.
Sejak tahun 1985, Brunei telah menjadi bagian dari World Health Organization (WHO), masuknya Brunei dalam WHO guna meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya terutama terkait kesehatan.14 Pada tahun 2004, Brunei juga telah meratifikasi kerangka kerja tembakau dengan WHO FCTC yang didalamnya terdapat perjanjian internasional mengenai pengendalian tembakau. Brunei juga ikut serta dalam WTO (World Trade Organization) sejak tahun 1995.15 Keikutsertaan Brunei dalam WTO bertujuan untuk meningkatkan standar produk yang masuk ke dalamnya. Karena di dalam WTO terdapat 2 perjanjian yang spesifik mengenai keselamatan pangan, kehidupan, keselamatan hewan, tumbuhan dan standar produk. Perjanjian tersebut meliputi sanitary and phitosanitary (SPS) dan technicalbarrier to trade, dengan begitu tidak sembarang produk bisa dengan
13
Asean-Pasific Newsletter On Occupational Health and Safety.2013. Diakses melalui
www.ttl.fi/.../asian_pacific_newsletter/.../Asian_Pacific_Newsletter1_%20... (21 Juli 2014, 01.11 WIB)
14
United Nations Treaty Collection.2014. Constitution od the World Health Organization. Diakses melalui
https://treaties.un.org/pages/ViewDetails.aspx?src=TREATY&mtdsg_no=IX-1&chapter=9&lang=en (22 Juli 2014, 18.12 WIB)
15
World Trade Organization.2014. Brunei Darussalam and the WTO. Diakses melalui
http://www.wto.org/english/thewto_e/countries_e/brunei_darussalam_e.htm (23 JUli 2014, 11.12 WIB)
(35)
7
mudah masuk ke dalam Brunei, terutama produk makanan serta produk-produk lain yang dapat merusak kesehatan masyarakat Brunei.16
1.2.Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka pertanyaan yang muncul adalah “Mengapa Pemerintah Brunei Darussalam Meratifikasi The WHO Framework Convention on Tobacco Control (WHO FCTC) ?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis disini adalah untuk mengetahui alasan dasar dan faktor rasional dari pemerintah Brunei Darussalam dalam meratifikasi WHO FCTC.
1.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahlu yang pertama ialah penelitian yang dilakukan oleh Eka Dualolo melalui jurnal yang berjudul “Alasan Indonesia tidak Menandatangani dan Meratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) di Asia Pasifik”.17Jurnal ini menjelaskan alasan-alasan Pemerintah Indonesia tidak menandatangani dan meratifikasi (FCTC). Dalam perjanjian (FCTC) banyak aspek yang menjadikan Pemerintah Indonesia sampai saat ini belm menandatangani WHO (FCTC). Adapun alasan tersebut ialah alasan Cost, yaitu
16
Edy Herjanto, Notifikasi Dalam Perjanjian TBT-WTO Dalam Perkembangannya, diakses melalui https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:ChafCAAEM9cJ:www.bsn.go.id (08 Januari 2014, 23.09
17
Eka Dualolo.2014.”Alasan Indonesia tidak Menandatangani dan Meratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) di Asia Pasifik. Diakses melalui http://ejournal.hi.fisip- unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2014/03/ejurnal%20_EKA%20DUALOLO_%20(03-04-14-12-39-35).pdf ( 4 November 2014, 14.23 WIB)
(36)
8
Industri rokok memberikan kontribsi yang besar bagi APBN melalui cukai dan pajak rokok dan dianggap menjadi komoditas yang menguntungkan.
Alasan selanjutnya yaitu alasan benefit, dimana industri rokok di Indonesia telah banyak memberikan kontribusi di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Seperti pendidikan, olahraga, dan kebudayaan. Alasan ketiga ialah Alasan risk. Yaitu apabila industri rokok gulung tikar maka banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan. Disamping itu, akan berpengaruh pada penghasilan dan tunjangan, eksternal setting dan persaingan global.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Colin Mcinnes dan Kelley Lee melalui artikelnya yang berjudul “Health, Security and Foreign Policy” artikel ini lebih menekankan pembahasan terhadap hubungan antara warga asing, kebijakan kemanan dan kesehatan masyarakat global.18 Dimana disini lebih difokuskan terkait dua isu kesehatan yang paling gencar di dunia internasional, yaitu penyakit menular HIV/AIDS. Artikel ini menjelaskan bagaimana hubungan luar negeri menjadi sangat penting untuk mengantisipasi berbagai isu-isu terkait permasalahan kesehatan yang semakin marak. Dan juga dibahas resiko kesehatan di negara berkembang akan berdampak bagi negara-negara barat yang menjadi fokus perhatian penulis disini. Selain itu terkait isu keamanan yang paling berbahaya disini bukan terkait penyebaran yang dilakukan oleh imigran, melainkan ancaman dari senjata biologis yang muncul di awal tahun 1990an. Oleh karena itu, perhatian telah difokuskan pada hubungan antara kesehatan dan kebijakan luar negeri dan keamanan di dua bidang penyakit menular dan bio-teror.
18
Collin Mcinnes dan Kelley Lee.2006. Health, Security and Foreign Policy. Diakses melalui http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CDMQFjAB&url =http%3A%2F%2Fcgch.lshtm.ac.uk (30 januari 2014, 22.42 WIB)
(37)
9
Strategi kemanan nasional disini menjadi sangat penting untuk terus melindungi warga negaranya karena kesehatan yang buruk akan merusak struktur ekonomi dan sosial dari negaranya.
Dalam penelitian-penelitian terdahulu di atas, terdapat perbedaan serta persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Dari penelitian terdahulu yang pertama memiliki tema yang sama, yakni terkait kebijakan luar negeri suatu negara dalam kerangka kerja WHO (FCTC). Sedangkan perbedaan penelitian penulis dengan penelitian terdahulu disini ialah penelitian terdahulu menolak untuk meratifikasi WHO (FCTC) tersebut dengan pertimbangan aspek politik dan ekonomi. Penelitian penulis disini ialah setuju dengan kerangka kerja WHO(FCTC) mengingat Brunei merupakan negara yang dari segi ekonomi sangat baik dan ingin meningkatkan harapan hidup masyarakat Brunei melalui pemberantasan tembakau dan rokok.
Penelitian terdahulu kedua menekankan pembahasan terhadap hubungan antara warga asing, kebijakan kemanan dan kesehatan masyarakat global. Penelitian ini difokuskan terhadap dua isu kesehatan yang sangat berbahaya yaitu HIV/AIDS. Hubungan yang saling mempengaruhi terkait kesehatan dan kebijakan luar negeri menjadi landasan dalam menjaga keamanan nasional. Adapun dari segi perbedaan dari penulis disini ialah penulis lebih memfokuskan permasalahan kesehatan terkait Non Communicable Diseases (NCDs) atau penyakit tidak menular. Sedangkan penelitian terdahulu memfokuskan permasalahan kesehatan suatu negara dari pengendalian penyakit menular seperti HIV/AIDs.
(38)
10
Nama Judul
Teori dan Konsep
Hasil
Eka Dualolo Alasan Indonesia
tidak
Menandatangani dan Meratifikasi
Framework
Convention on Tobacco Control (FCTC) di Asia Pasifik
Teori Kebijakan Luar Negeri
Penelitian terkait alasan Pemerintah Indonesia untuk tidak menandatangani WHO (FCTC). Banyak aspek yang
menjadi tolak ukur
Pemerintah Indonesia tidak meratifikasi (FCTC). Tiga alasan utama ialah alasan cost, benefits, and risk. Hubungan politik dan ekonomi disini menjadi faktor yang sangat dipertimbagkan oleh Pemerintah Indonesia. Collin Mcinnes dan
Kelley Lee
Health, Security and Foreign Policy
Strategi Keamanan Nasional
menekankan pembahasan terhadap hubungan antara warga asing, kebijakan kemanan dan kesehatan
masyarakat global.
Memfokuskan dua isu
penting yaitu HIV/Aids. Dan juga ancaman senjata biologis
(39)
11
yang semakin berkembang. Strategi keamanan nasional masing-masing negara disini
untuk melindungi
masyarakatnya dan menjaga hubungan antar negara
1.5. Kerangka Teori atau Konsep
1.5.1. Teori Pengambilan Keputusan
Model Aktor Rasional
Dalam kasus ini, kajian teori yang digunakan yaitu teori politik luar negeri dari Graham T. Allison untuk menganalisa model kebijakan luar negeri Pemerintah Brunei. Politik luar negeri suatu negara dirumuskan dalam suatu proses pembuatan keputusan (decision making process). Penulis menggunakan teori pembuat keputusan dari Graham T. Allison model pertama yaitu Model Aktor Rasional. Dalam model ini, kebijakan luar negeri dipandang sebagai akibat dari tindakan-tindakan aktor rasional dimana alternatif-alternatif terbaik diambil berdasarkan pemikiran strategis atau pertimbangan untung rugi (cost and benefits) atas masing-masing alternatif. Dengan demikian politik luar negeri memusatkan perhatian pada kepentingan nasional dan tujuan dari suatu bangsa.19
19
Ridwan Herdiawan.2013. “Kepentingan Turki dalam Penempatan Sitem Pertahanan Anti-Misil Balistik NATO di Turki. diakses melalui
(40)
http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-12
Pada Model Aktor Rasional ini, Graham T. Allison memfokuskan pada ‘state centric’. Dimana pengaruh yang ditimbulkan disini dilihat dari pemimpinnya yang menjadi objek unit analisis.20 Analisis dari model pembuat keputusan ini didasari oleh tujuan dan sasaran yang ingin di capai. Dalam proses pengambilan keputusan, terdapat pilihan-pilihan dan konsekuensi yang akan diterima oleh pemerintah suatu negara. Sehingga pilihan terbaik akan diambil menjadi kebijakan luar negeri untuk mencapai tujuan negara. Penjelasan sederhana dari Mohtar Mas’oed mengenai model aktor rasional ialah memandang politik luar negeri terlahir dari tindakan-tindakan aktor dengan proses intelektual yang lebih menekankan perilaku individu dalam setiap pemerintahan demi mencapai kepentingan nasionalnya. Juga dijelaskan bahwa untuk mencapai kepentingan nasional, peran individulah yang lebih dominan dalam mengambil keputusan.21
Dalam fenomena yang sedang dikaji, penulis melihat bahwa politik luar negeri Brunei dalam mengambil sebuah kebijakan sangat dominan oleh peran Sultan sebagai rezim di negaranya, yakni Sultan Haji Hassanal Bolkiah yang menjabat pada saat ini. Mengingat Kerajaan Brunei Darussalam adalah negara yang memiliki corak pemerintahan monarki konstitusional yang mengarah ke absolut dengan Sultan yang menjabat sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, sekaligus merangkap sebagai perdana menteri, menteri keuangan
content/uploads/2013/05/ejournal%20hlm%20163-177%20pdf%20%2805-01-13-02-48-42%29.pdf (30 Oktober 2014, 20.34 WIB)
20
Scoot Burchil dan Andrew Linklater.2009.”Teori Hubungan Internasional”.Nusa Media, Bandung Hlm.18
21
(41)
13
dan menteri pertahanan di Brunei. Peran Sultan dianggap paling penting untuk merumuskan suatu kebijakan luar negeri guna melindungi masyarakatnya. Dalam hal ini terkait ratifikasi WHO FCTC, Brunei mengambil langkah tersebut untuk melindungi permasalahan kesehatan terkait tembakau dan rokok yang mengancam kesehatan masyarakat Brunei.
1.5.2. Konsep Health Security
Penulis disini menggunakan konsep Health Security sebagai pisau analisa guna menjelaskan bagaimana perlindungan pemerintah terhadap masyarakat Brunei. Health security sendiri merupakan bagian dari Human security. Human security pertama kali diperkenalkan di UNDP 1994 yakni dalam Human Development Report. Dalam UNDP 1994 Human Security didefinisikan sebagai;
“human security means: safety from such chronic threats as hunger, disease and repression; and protection from sudden and hurtful disruptions in the patterns of daily life-whether in homes. In jobs or in communities”22
Dari definisi diatas, laporan UNDP 1994 menspesifikasikan elemen apa saja yang termasuk dalam Human Security, diantaranya adalah keamanan di bidang ekonomi yakni bebas dari adanya kemiskinan. Keamanan mengenai makanan, dimana masyarakat harus memiliki akses yang mudah dalam memperoleh makanan. Keamanan lingkungan yakni berupa perlindungan dari masalah polusi. Keamanan pribadi lebih menekankan kepada penyiksaan, perang,
22
Hiroshi Ohta.2009.The Interlinkage of Climate Security and Human Security: The Convergence on Policy Requirements. (diakses melalui
http://cast.ku.dk/events/cast_conferences/climatesecurity/ohta-humansecurityclimatesecurityandir-march-09.pdf/ hal 22 (30 januari 2014, 22.05 WIB)
(42)
14
tindakan kriminal, penggunaan obat terlarang, kekerasan domestik, bunuh diri, dan bahkan kecelakaan lalu lintas. Keamanan komunitas lebih kepada perlindungan terhadap budaya tradisional dan kelompok etnik. Keamanan politik disini dijelaskan mengenai kebebasan berpolitik, dan kebebasan dari penindasan dalam berpolitik dan keamanan kesehatan yang didalamnya menjelaskan mengenai akses terhadap kesehatan dan proteksi dari berbagai penyakit.23
Konsep dari Human Security sendiri dapat digunakan untuk menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan tujuh aspek yang telah dijelaskan oleh UNDP sendiri tanpa memandang negara tersebut termasuk dalam kategori maju berkembang atau sedang berkembang. Pada intinya jaminan kesehatan, merupakan bagian penting dari keamanan manusia. Hal ini menjadi basis pertama pertahanan terhadap keadaan darurat dalam kesehatan. Akibat dari hadirnya globalisasi menjadikan permasalahan ini lebih kompleksitas, berurusan dengan skala dan tingkat jaminan kesehatan akan membutuhkan upaya internasional yang lebih besar dan dukungan dari berbagai elemen yang terkait.24
Menurut Rebecca Katz dan Daniel A Singer definisi yang lebih luas terkait dengan Health Security ialah berfokus pada ancaman terhadap individu. Konsep keamanan manusia, hak dan kemampuan individu, komunitas dan masyarakat untuk memiliki keamanan hidup yang bebas dari rasa takut. Menjaga kesehatan publik biasanya menjadi perhatian dalam negeri. Namun, dengan lahirnya globalisasi, kesehatan masyarakat semakin diakui sebagai hal penting dalam
23
Ibid.Hlm. 22
24
William Aldis.2008.”Health Security as a public health concept: a critical analysis. Diakses melalui http://heapol.oxfordjournals.org/content/23/6/369.full ( 21 Juli 2014, 10.10 WIB)
(43)
15
kebijakan luar negeri. Sehingga kebijakan luar negeri dipandang sebagai sebuah mekanisme penting untuk melindungi kesehatan masyarakat.25
Secara historis, kesehatan telah menduduki eselon yang lebih rendah dari prioritas nasional. Namun dalam beberapa dekade terakhir, para pembuat atau penentu suatu kebijakan dalam negara semakin mengenali dampak merugikan krisis kesehatan pada kepentingan nasional. Masalah kesehatan tertentu kini telah diangkat dalam agenda nasional, karena memiliki implikasi penting untuk menentukan suatu kebijakan luar negeri yang dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional. Meskipun karakteristik masalah kesehatan sebagai isu kebijakan luar negeri dapat memberikan visibilitas yang lebih besar dan dana yang lebih besar.26
Dalam menganalisa fenomena yang sedang dikaji penulis lebih menspesifikasikan kepada Health Security. Karena melihat bagaimana kebijakan Pemerintah Brunei dalam menangani permasalahan kesehatan yang ada di negaranya. Terlepas Brunei dikategorikan sebagai negara maju maupun negara berkembang, Brunei sendiri mulai memperhatikan kesehatan sejak tahun 1996 melalui pidato yang disampaikan oleh Sultan Hasanah Bolkiah selaku pemimpin negara. Pidato-pidato Sultan disini telah terbukti melalui kebijakan yang telah diambil Sultan dalam regulasi tembakau dan rokok di Brunei.
25
Rebecca Katz. WHO. “Foreign Policy and Health Security”. Diakses melalui http://www.who.int/trade/glossary/story030/en/ ( 12 Oktober 2014, 14.21 WIB)
26
(44)
16
Dalam beberapa dekade terakhir, dampak dari adanya asap rokok merupakan penyebab utama kematian di Brunei. Hal ini dibuktikan melalui penyakit-penyakit Non Communiable Diseases (NCDs) yang telah dialami masyarakat Brunei. Pemerintah melalui Sultan melihat permasalahan kesehatan di Brunei sebagai ancaman yang sangat serius. Karena itu penulis melihat bahwa langkah maupun kebijakan luar negeri yang dilakukan oleh Pemerintah Brunei melalui ratifikasi The WHO Framework Convention on Tobacco Control (WHO FCTC) adalah sebagai bentuk Health Security pemerintah terhadap permasalahan kesehatan. Dimana Pemerintah Brunei terus melakukan pengawasan serta pengembangan terkait regulasi yang telah dijalankan di Negara Brunei.
1.6. Metode Penelitian
1.6.1. Tingkat Analisa
Tingkat analisa memiliki peran penting dalam sebuah penelitian, karena memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu fenomena atau peristiwa. Ketika meneliti sebuah peristiwa ataupun fenomena, maka kita akan melihat banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya hal tersebut. Dengan adanya tingkat analisa, maka mampu membantu peneliti memilah dan memilh salah satu faktor yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor yang lainnya.27 Disini peneliti menggunakan satu jenis level analisis yaitu Induksionis, dimana pada level ini unit analisa (variabel dependennya) berada pada tingkat yang lebih rendah
27
(45)
17
dibandingkan dengan unit eksplanasinya (variabel independennya).28 Pada fenomena yang sedang dikaji disini, yang menjadi unit analisanya adalah kebijakan Pemerintah Brunei dan unit eksplanasinya adalah dampak dari ratifikasi WHO FCTC .
Alasan penulis menggunakan level analisis Induksionis terkait fenomena yang dikaji ialah adanya perjanjian kerangka kerja WHO FCTC yang dibahas mampu dijelaskan melalui kebijakan Health Security Pemerintah Brunei dalam meregulasi tembakau dan rokok. Oleh karena itu, disini peneliti lebih melihat kebijakan luar negeri pemerintah Brunei untuk meratifikasi (WHO FCTC) dalam bidang kesehatan sebagai bentuk perlindungan pemerintah kepada masyarakat Brunei.
1.6.2. Tipe Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah Eksplanatif, dimana penulis berusaha menjelaskan atau menerangkan mengenai alasan Pemerintah Brunei dalam meratifikasi WHO FCTC. Kebijakan luar negeri Pemerintah Brunei dibidang kesehatan sebagai bentuk perlindungan pemerintah terhadap masyarakat Brunei. Untuk menjelaskan hal tersebut, penulis berusaha mencari tahu. bagaimana instrumen atau nilai-nilai pokok dari perjanjian FCTC yang diadopsi oleh Pemerintah Brunei memiliki pengaruh terhadap permasalahan pengendalian tembakau di Brunei melalui regulasinya.
28
(46)
18 1.6.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yakni melalui study pustaka, dimana data-data yang diperoleh berasal dari buku, majalah dan juga Internet. Dalam melakukan pengumpulan data, penulis mencari dan mengambil data dari berbagai sumber dan dikumpulkan lalu dipilih data yang dianggap masuk dan mampu membantu penulis menjelaskan fenomena yang sedang dikaji.
1.6.4. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian yang dibahas adalah sejak Pemerintah Brunei mulai memfokuskan perhatiannya kepada permasalahan kesehatan yaitu mulai bergabungnya Brunei dengan WHO dan meratifikasi The WHO Framework Convention on Tobacco Control (WHO FCTC) pada tahun 2004 serta meregulasi tembakau dan rokok yang menjadi akar dari berbagai macam penyakit di Brunei. Sehingga yang menjadi perhatian peneliti disini adalah perkembangan kebijakan pemerintah Brunei di bidang kesehatan melalui ratifikasi WHO FCTC dan pengaruhnya terhadap kesehatan masyarakat Brunei. Penulis membatasi fenomena ini dimulai dari tahun 2004-2014.
1.7. Hipotesa
Dari penelitian diatas, maka hipotesa penulis disini ialah kesehatan memang telah menjadi isu prioritas nasional di Brunei. Sultan Brunei telah memfokuskan permasalahan kesehatan sejak tahun 1990an melalui pidato-pidatonya mengingat dalam beberapa dekade terakhir, ancaman kesehatan telah
(47)
19
berdampak buruk bagi masyarakat Brunei. Kesehatan juga telah dimasukkan dalam agenda resmi pembangunan masyarakat Brunei yaitu Health Promotion Blueprint 2011-2015 dan Vision Brunei 2035, yang dimana dalam agenda tersebut pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Brunei.
Selain itu, bentuk keseriusan Pemerintah Brunei dalam bidang kesehatan juga ditunjukkan dengan keikutsertaan Brunei dalam WHO dengan meratifikasi perjanjian internasional terkait pengendalian tembakau yaitu FCTC pada tahun 2004. Kehadiran perjanjian internasional dalam FCTC sangat mendukung langkah Pemerintah Brunei dalam fokusnya terhadap permasalahan kesehatan. Non Communicable Diseases telah menjadi penyumbang utama kematian di Brunei melalui penyakit kanker yang tingkat pertumbuhannya kian hari kian meningkat. Adapun rokok di Brunei telah menyumbang sebesar 90% penyakit kanker pada masyarakatnya. Kesepakatan dalam FCTC disini selaras dengan agenda tujuan pembangunan nasional Brunei yang juga didalamnya terdapat strategi untuk meredam penggunaan tembakau di negaranya. Penulis melihat bahwa langkah yang diambil Sultan Brunei ialah bentuk dari Health Security Pemerintah terhadap masyarakatnya.
(48)
20 1.8. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Penelitian Terdahulu
1.5. Kerangka Teori dan Konsep
1.6. Metode Penelitian
1.7. Hipotesa
1.8. Sistematika Penulisan
BAB II The WHO Framework Convention on Tobacco Control dan Merokok dalam Pandangan Brunei
2.1. Isi perjanjian (WHO FCTC)
2.2. Proses Ratifikasi Brunei Terhadap (WHO FCTC)
2.3. Regulasi Tembakau dan Rokok di Brunei
2.3.1. Tobacco Order 2005dan Peraturan-Peraturan 2007
2.3.2. Tobacco Regulations Amendments 2012
(49)
21
2.5. Rokok dalam Pandangan Pemerintah Brunei
BAB III Rasionalitas Kebijakan Luar Negeri Brunei Terhadap Regulasi Tembakau dan Rokok
3.1. Agenda Pembangunan Nasional Brunei Darussalam
3.1.1 Health Promotion Blueprint 2011-2015
3.1.2. Vision Brunei 2035
3.2. Brunei National Multisectoral Action Plan for the Prevention and Control Non Communicable Diseases (NCD-s) 2013-2018
3.3. Faktor Agama dalam Memandang Tembakau dan Rokok di Brunei
3.4. Alasan dan Konsekuensi Kebijakan Luar Negeri Brunei dalam Ratifikasi FCTC
3.5. Peran Pemerintah Terhadap Kesehatan Masyarakat Brunei
3.6. Dampak Regulasi Tembakau dan Rokok di Brunei
3.7. Tingkat Kesehatan Masyarakat Brunei
BAB IV PENUTUP
(1)
Dalam beberapa dekade terakhir, dampak dari adanya asap rokok merupakan penyebab utama kematian di Brunei. Hal ini dibuktikan melalui penyakit-penyakit Non Communiable Diseases (NCDs) yang telah dialami masyarakat Brunei. Pemerintah melalui Sultan melihat permasalahan kesehatan di Brunei sebagai ancaman yang sangat serius. Karena itu penulis melihat bahwa langkah maupun kebijakan luar negeri yang dilakukan oleh Pemerintah Brunei melalui ratifikasi The WHO Framework Convention on Tobacco Control (WHO FCTC) adalah sebagai bentuk Health Security pemerintah terhadap permasalahan kesehatan. Dimana Pemerintah Brunei terus melakukan pengawasan serta pengembangan terkait regulasi yang telah dijalankan di Negara Brunei.
1.6. Metode Penelitian
1.6.1. Tingkat Analisa
Tingkat analisa memiliki peran penting dalam sebuah penelitian, karena memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu fenomena atau peristiwa. Ketika meneliti sebuah peristiwa ataupun fenomena, maka kita akan melihat banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya hal tersebut. Dengan adanya tingkat analisa, maka mampu membantu peneliti memilah dan memilh salah satu faktor yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor yang lainnya.27 Disini peneliti menggunakan satu jenis level analisis yaitu Induksionis, dimana pada level ini unit analisa (variabel dependennya) berada pada tingkat yang lebih rendah
27
(2)
dibandingkan dengan unit eksplanasinya (variabel independennya).28 Pada fenomena yang sedang dikaji disini, yang menjadi unit analisanya adalah kebijakan Pemerintah Brunei dan unit eksplanasinya adalah dampak dari ratifikasi WHO FCTC .
Alasan penulis menggunakan level analisis Induksionis terkait fenomena yang dikaji ialah adanya perjanjian kerangka kerja WHO FCTC yang dibahas mampu dijelaskan melalui kebijakan Health Security Pemerintah Brunei dalam meregulasi tembakau dan rokok. Oleh karena itu, disini peneliti lebih melihat kebijakan luar negeri pemerintah Brunei untuk meratifikasi (WHO FCTC) dalam bidang kesehatan sebagai bentuk perlindungan pemerintah kepada masyarakat Brunei.
1.6.2. Tipe Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah Eksplanatif, dimana penulis berusaha menjelaskan atau menerangkan mengenai alasan Pemerintah Brunei dalam meratifikasi WHO FCTC. Kebijakan luar negeri Pemerintah Brunei dibidang kesehatan sebagai bentuk perlindungan pemerintah terhadap masyarakat Brunei. Untuk menjelaskan hal tersebut, penulis berusaha mencari tahu. bagaimana instrumen atau nilai-nilai pokok dari perjanjian FCTC yang diadopsi oleh Pemerintah Brunei memiliki pengaruh terhadap permasalahan pengendalian tembakau di Brunei melalui regulasinya.
28
(3)
1.6.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yakni melalui study pustaka, dimana data-data yang diperoleh berasal dari buku, majalah dan juga Internet. Dalam melakukan pengumpulan data, penulis mencari dan mengambil data dari berbagai sumber dan dikumpulkan lalu dipilih data yang dianggap masuk dan mampu membantu penulis menjelaskan fenomena yang sedang dikaji.
1.6.4. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian yang dibahas adalah sejak Pemerintah Brunei mulai memfokuskan perhatiannya kepada permasalahan kesehatan yaitu mulai bergabungnya Brunei dengan WHO dan meratifikasi The WHO Framework Convention on Tobacco Control (WHO FCTC) pada tahun 2004 serta meregulasi tembakau dan rokok yang menjadi akar dari berbagai macam penyakit di Brunei. Sehingga yang menjadi perhatian peneliti disini adalah perkembangan kebijakan pemerintah Brunei di bidang kesehatan melalui ratifikasi WHO FCTC dan pengaruhnya terhadap kesehatan masyarakat Brunei. Penulis membatasi fenomena ini dimulai dari tahun 2004-2014.
1.7. Hipotesa
Dari penelitian diatas, maka hipotesa penulis disini ialah kesehatan memang telah menjadi isu prioritas nasional di Brunei. Sultan Brunei telah memfokuskan permasalahan kesehatan sejak tahun 1990an melalui pidato-pidatonya mengingat dalam beberapa dekade terakhir, ancaman kesehatan telah
(4)
berdampak buruk bagi masyarakat Brunei. Kesehatan juga telah dimasukkan dalam agenda resmi pembangunan masyarakat Brunei yaitu Health Promotion Blueprint 2011-2015 dan Vision Brunei 2035, yang dimana dalam agenda tersebut pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Brunei.
Selain itu, bentuk keseriusan Pemerintah Brunei dalam bidang kesehatan juga ditunjukkan dengan keikutsertaan Brunei dalam WHO dengan meratifikasi perjanjian internasional terkait pengendalian tembakau yaitu FCTC pada tahun 2004. Kehadiran perjanjian internasional dalam FCTC sangat mendukung langkah Pemerintah Brunei dalam fokusnya terhadap permasalahan kesehatan. Non Communicable Diseases telah menjadi penyumbang utama kematian di Brunei melalui penyakit kanker yang tingkat pertumbuhannya kian hari kian meningkat. Adapun rokok di Brunei telah menyumbang sebesar 90% penyakit kanker pada masyarakatnya. Kesepakatan dalam FCTC disini selaras dengan agenda tujuan pembangunan nasional Brunei yang juga didalamnya terdapat strategi untuk meredam penggunaan tembakau di negaranya. Penulis melihat bahwa langkah yang diambil Sultan Brunei ialah bentuk dari Health Security Pemerintah terhadap masyarakatnya.
(5)
1.8. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Penelitian Terdahulu
1.5. Kerangka Teori dan Konsep
1.6. Metode Penelitian
1.7. Hipotesa
1.8. Sistematika Penulisan
BAB II The WHO Framework Convention on Tobacco Control dan
Merokok dalam Pandangan Brunei
2.1. Isi perjanjian (WHO FCTC)
2.2. Proses Ratifikasi Brunei Terhadap (WHO FCTC)
2.3. Regulasi Tembakau dan Rokok di Brunei
2.3.1. Tobacco Order 2005 dan Peraturan-Peraturan 2007
2.3.2. Tobacco Regulations Amendments 2012
(6)
2.5. Rokok dalam Pandangan Pemerintah Brunei
BAB III Rasionalitas Kebijakan Luar Negeri Brunei Terhadap Regulasi Tembakau dan Rokok
3.1. Agenda Pembangunan Nasional Brunei Darussalam
3.1.1 Health Promotion Blueprint 2011-2015
3.1.2. Vision Brunei 2035
3.2. Brunei National Multisectoral Action Plan for the Prevention and Control Non Communicable Diseases (NCD-s) 2013-2018
3.3. Faktor Agama dalam Memandang Tembakau dan Rokok di Brunei
3.4. Alasan dan Konsekuensi Kebijakan Luar Negeri Brunei dalam Ratifikasi FCTC
3.5. Peran Pemerintah Terhadap Kesehatan Masyarakat Brunei
3.6. Dampak Regulasi Tembakau dan Rokok di Brunei
3.7. Tingkat Kesehatan Masyarakat Brunei
BAB IV PENUTUP