HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANAK YANG DIASUH IBU TIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL
ANAK YANG DIASUH IBU TIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL

SKRIPSI

Humaidatul Aslamiyah
08810244

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL
ANAK YANG DIASUH IBU TIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Humaidatul Aslamiyah

08810244

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Tuhan pemilik semesta alam yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Anak Yang
Diasuh Ibu Tiri Dengan Penyesuaian Sosial”, sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Yudi Suharsono, S.Psi., M.Si dan Ari Firmanto, S.Psi selaku dosen
pembimbing I dan II yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang
sangat berguna kepada penulis sampai terselesainya skripsi ini.
2. Muhammad Shohib, S.Psi., M.Si selaku dosen wali yang telah mendukung

dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi
ini.
3. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan, do’a dan kasih
sayang sehingga penulis memiliki motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Kakakku dan adik-adikku tersayang, Heni, Elifiyah dan Romi yang selalu
memberikan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Teman-teman angkatan 2008 khususnya kelas D yang telah memberikan
semangat.
6. Teman-teman kost Widi dan sahabat-sahabatku Endah, Delvi, Hanafi yang
telah memberikan semangat dan masukan pada penulis.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak
memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan segala kebaikan kita semua dengan
balasan yang lebih baik.

i

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik
dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian,

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Malang, 4 Agustus 2012
Penulis

Humaidatul Aslamiyah

ii

INTISARI
Humaidatul Aslamiyah: (2012), Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Anak
Yang Diasuh Ibu Tiri Dengan Penyesuaian Sosial, Skripsi, Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing (1) Yudi Suharsono, S.Psi, M.Si
(2) Ari Firmanto S.Psi.
Kata Kunci: Komunikasi Interpersonal dan Penyesuaian Sosial.
Hubungan anak dengan orangan tua tiri yang cenderung memiliki jarak dan
lebih konfliktual dikarenakan komunikasi yang jarang terjadi antara ibu dengan anak
tiri, akibatnya kesalahpahaman mulai muncul, adanya prasangka, perasaan diabaikan,
cemburu dan dikhianati bisa muncul. Komunikasi interpersonal yang baik pada anak

tiri akan mengurangi kesenjangan yang dirasakan dan akan memudahkan mereka
dalam melakukan relasi sosial. Dengan penyesuaian sosial yang baik, anak tiri akan
mampu bersosialisasi dengan baik dengan lingkungan sekitarnya. Adapun tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara komunikasi interpersonal
anak yang diasuh ibu tiri dengan penyesuaian sosial.
Populasi dalam penelitian ini yaitu remaja (usia 12 – 22 tahun) yang tinggal
dengan ibu tirinya di Kota Malang. Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji
korelasi product moment. Berdasarkan hasil analisis data yang menggunakan teknik
korelasi product moment, dapat diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan komunikasi
interpersonal dengan penyesuaian sosial dengan nilai r = 0,067 dan p = 0,682 > 0,01.
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan tidak signifikan antara
komunikasi interpersonal anak yang diasuh ibu tiri dengan penyesuaian sosial.
Artinya semakin tinggi komunikasi interpersonal anak yang diasuh ibu tiri maka
tidak diikuti dengan penyesuaian sosial yang tinggi dan sebaliknya semakin rendah
komunikasi interpersonal anak yang diasuh ibu tiri maka tidak diikuti dengan
penyesuaian sosial rendah. Hasil analisis dari 40 subyek penelitian menunjukkan ada
19 orang (47,5%) yang memiliki komunikasi interpersonal tinggi dan 21 orang
(52,5%) yang memiliki komunikasi interpersonal rendah. Sedangkan dari 40 subyek
penelitian ada 21 orang (52,5%) yang memiliki penyesuaian sosial yang tinggi dan
19 orang (47,5%) yang memiliki penyesuaian sosial yang rendah.


iii

ABSTRACT
Humaidatul Aslamiyah: (2012), The Relationship Between Interpersonal
Communication Children are cared Stepmother With Social Adjustment, Skripsi,
Faculty of Psychology, University of Muhammadiyah Malang. Mentors (1) Yudi
Suharsono, S.Psi, M.Si (2) Ari Firmanto S.Psi.
Keywords: Interpersonal Communication and Social Adjustment.
The child's relationship with the stepparent puppets tend to have distance and
more conflictual because of infrequent communication between the mother and
stepchildren, resulting in misunderstandings began to emerge, the existence of
prejudice, feeling neglected, jealousy and betrayal can occur. Interpersonal
communication in both stepchildren will reduce the perceived gap and will make it
easier them in doing social relations. With good social adjustment, stepchildren will
be able to socialize well with the surrounding environment. The purpose of this
research is to determine the relationship between interpersonal communication
stepmother cared for children with social adjustment.
The population in this research is adolescents (age of 12-22 years) who lives
with her stepmother in Malang City. The data analysis technique used is the product

moment correlation test. Based on the results of data analysis using product moment
correlation technique, can be obtained that there are interpersonal communication
relationship with social adjustment to the value of r = 0.067 and p = 0.682 > 0.01.
This shows that there is positive relationship and no significant between
interpersonal communication children raised by a stepmother with social adjustment.
It means higher interpersonal communication children raised by a stepmother then
not followed by a high social adjustment and conversely the lower interpersonal
communication children raised by a stepmother then not followed by a low social
adjustment. The results analyzes of 40 subjects research showed that there 19 people
(47.5%) who had high interpersonal communication and 21 people (52.5%) who had
low interpersonal communication. While of the 40 research subjects there are 21
people (52.5%) who had high social adjustment, and 19 people (47.5%) who had low
social adjustment.

iv

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
INTISARI ....................................................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................
B. Rumusan Masalah ....................................................................
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
D. Manfaat penelitan .....................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyesuaian Sosial ...................................................................
1. Pengertian ..........................................................................
2. Ciri-ciri Berpenyesuaian Sosial ..........................................
3. Aspek-aspek Penyesuaian Sosial ........................................
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Sosial.....
B. Komunikasi Interpersonal .........................................................

1. Pengertian ..........................................................................
2. Proses Komunikasi Interpersonal .......................................
3. Karakteristik Efektivitas Komunikasi Interpersonal ...........
C. Anak Tiri ..................................................................................
D. Ibu Tiri .....................................................................................
E. Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Anak Yang Diasuh
Ibu Tiri Dengan Penyesuaian Sosial ..........................................
F. Kerangka Pikir ..........................................................................
G. Hipotesis ..................................................................................

1
7
7
7
8
8
9
10
11
12

12
13
14
17
18
19
21
22

BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian................................................................
B. Identifikasi Variabel penelitian .................................................
C. Definisi Operasional .................................................................
D. Populasi dan Sampel .................................................................
E. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data................................
F. Prosedur Penelitian ...................................................................
G. Validitas dan Reliabilitas ..........................................................
H. Teknik Analisis Data ................................................................

23

23
24
25
25
28
29
32

BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ..........................................................................
1. Deskripsi Subjek ................................................................

34
35

v

2.
3.
4.


Deskripsi Skala Komunikasi Interpersonal .........................
Deskripsi Skala Penyesuaian Sosial ...................................
Tabulasi Data Komunikasi Interpersonal dan Penyesuaian
Sosial .................................................................................
B. Hasil Analisa Data ....................................................................
C. Pembahasan ..............................................................................
BAB V

36
37
38
39
40

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..............................................................................
B. Saran ........................................................................................

44
44

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
LAMPIRAN....................................................................................................

46
48

vi

DAFTAR TABEL
Halaman
Blue Print Skala Komunikai Interpersonal ....................................... 27
Blue Print Skala Penyesuuaian Sosial .............................................. 27
Butir Item Valid Skala Komunikai Interpersonal ............................. 30
Butir Item Valid Skala Penyesuuaian Sosial .................................... 31
Hasil Uji Reliabilitas Skala Komunikai Interpersonal dan
Penyesuaian Sosial .......................................................................... 32
Tabel 6 Usia dan Lama Pengasuhan Subjek Penelitian ................................. 35
Tabel 7 Uji Jenis Kelamin Subjek ................................................................ 36
Tabel 8 Perhitungan T-Score Komunikai Interpersonal................................. 36
Tabel 9 Perhitungan T-Score Penyesuuaian Sosial........................................ 37
Tabel 10 Komunikasi Interpersonal dan Penyesuaian Sosial Crosstabulation . 38
Tabel 11 Hasil Korelasi Product Moment ....................................................... 39

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I
a. Petunjuk pengisian skala
b. Skala komunikasi interpersonal dan skala penyesuaian social
Lampiran II
a. Data kasar penelitian
b. Hasil uji validitas dan reliabilitas
Lampiran III
a. Bukti konsultasi

viii

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. (2006). Psikologi perkembangan pendekatan ekologi kaitannya dengan
konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja. Bandung: PT Refika Aditama
Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Yogyakarta:
Rineka Cipta
Azizah, F. (2007). Hubungan antara kepercayaan diri dengan penyesuaian sosial
pada remaja di kelas II SMP Muhammadiyah 1 Malang. Skripsi. Diakses dari
http://www.jstor.org/discover/10.2307/2085371?uid=3738224&uid=2129&ui
d=2&uid=70&uid=4&sid=54500370154377
Azwar, S. (2002). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, S. (2010). Sikap manusia: teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Budyatna, M. & Ganiem, L.M. (2011). Teori komunikasi antarpribadi. Jakarta:
Kencana
Darajat, Z. (1993). Remaja, harapan & tantangan. Jakarta: CV Ruhama
Devito, J.A. (1997). Komunikasi antar manusia (Ed. Kelima). Jakarta: Professional
Books
Effendi, O.U. (2007). Ilmu komunikasi teori dan praktek. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Gamble, T.K. & Gamble, M. (1984). Communication works. New York: Random
House
Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan anak (Ed. Keenam). Jakarta: PT. Gelora
Aksara pratama
Hurlock, E.B. (1980). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan (Ed. Kelima). Jakarta: Erlangga
Jean, D. (2010). The academic and social adjustment of first generation college
students (Disertasi doctor, Seton Hall University, 2010). Dissertation,
Abstract International. Retrivied from
http://domapp01.shu.edu/depts/uc/apps/libraryrepository.nsf/resourceid/AEE
3C379A47494F68525771A0049DB74/$File/JeanDaniel_Doctorate.PDF?Open
Kashavarzi, J. (2010). Relationship between interpersonal communication skill and
organizational commitment : Case study. European Journal of Social
Sciences. 13 (3), 06.
Kerlinger, F.N. (2006). Asas-asas penelitian behavioral (Ed. Ketiga). Yogyakarta:
Gajah Mada University Press
Poerwanti, E. (1998). Dimensi-dimensi riset ilmiah. Malang: UMM Press

ix

Puspita, M. L. (2010). Memahami proses penetrasi sosial untuk membangun intimate
relationship antara anak dengan orangtua tiri. Abstrak. Diakses dari
http://eprints.undip.ac.id/15572/1/ABSTRAKSI_Monika.pdf
Rakhmat, J.A. (2007). Psikologi komunikasi. Jakarta: Rosdakarya
Rice, F.P. & Dolgin, K.G. (2008). The adolescent: development, relationship, and
culture (12th ed). Boston: Allyn and Bacor
Santrock, J.W. (2002). Live-span development perkembangan masa hidup (Ed.
kelima). Jakarta: Erlangga
Santrock, J.W. (2003). Adolescence : Perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga
Schneiders, A.A. (1964). Personal adjusment and mental health. New York: Holt,
Reinhart & Winson
Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta
Sunarto. & Hartono, B.A. (1999). Perkembangan peserta didik. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Winarsunu. (2006). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang:
UMM Press

x

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keluarga merupakan suatu hal yang penting bagi perkembangan emosi
bagi para anggotanya (terutama anak), kebahagiaan ini diperoleh apabila
keluarga dapat memerankan fungsinya dengan sangat baik dan terdapat keluarga
yang lengkap yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
Namun dalam kehidupan sehari-hari, kita banyak menjumpai keluarga
yang tidak lengkap, ada yang dengan pengasuhan tunggal yang terdiri dari orang
tua tunggal dan anak, dan ada pula keluarga campuran yang terdiri dari anak,
orang tua kandung dan orang tua tiri. Dalam keluarga yang tidak memiliki salah
satu dari orang tua kandungnya, yang disebabkan oleh kematian ataupun
masalah keluarga lainnya, pasti akan mengalami perbedaan dengan keluarga
yang masih memiliki orang tua utuh (lengkap).
Keluarga yang telah mengalami kehilangan salah satu orang tua mereka
akan sangat kehilangan apalagi bila yang telah hilang itu adalah seorang ibu
akan mengalami kesulitan dalam mengurus rumah tangga, terutama dalam kasus
mendidik anak dalam keluarga, mereka sangat membutuhkan seorang ibu
pengganti yang bisa menyayangi sekaligus mendisiplinkan mereka. Anak-anak
biasanya tidak senang ketika orang tua kandung mereka menikah lagi, sehingga
mereka tidak senang menyambut orang tua tiri baru. Perilaku mereka sering kali
memberi tekanan pada pengantin baru (Rice, 2008). Tapi terkadang anak sangat
sulit untuk menerima orang baru dalam kehidupan mereka apalagi bila
mempunyai anak yang sudah remaja. Terkadang kehadiran ibu baru sebagai
pengganti sosok ibu kandung belum dapat diterima oleh anak-anak.
Dalam kondisi memiliki anggota keluarga baru akan menyebabkan
keadaan yang berbeda-beda pada individu, terlebih ketika memiliki orang tua
baru yang menggantikan salah satu orang tua kandung kita. Menurut Freeman
dalam Santrock (2003) remaja yang mengikuti pernikahan kembali dari orang
tuanya akan dilanda masalah perilaku. Hal ini disebabkan oleh tugas
1

2

perkembangan mereka sebagai seorang remaja, maka akan lebih sulit bagi
mereka menerima orang tua baru tersebut.
Dengan latar belakang perpisahan anak dengan ibu kandungnya juga
akan mempengaruhi kemampuan anak dalam menerima sosok wanita pengganti
ibunya. Misalnya ketika perpisahan diakibatkan perceraian maka besar
kemungkinan anak masih mengharapkan bersatunya kembali orang tua
kandungnya, jika demikian maka sosok ibu tiri bisa dianggap sebagai
pengganggu bagi anak untuk menyatukan kedua orang tua kandung mereka,
untuk itu wajar bahwa kemampuan anak untuk menerima pengganti sosok ibu
kandungnya memang berbeda-beda ada yang mudah untuk menerimanya tapi
ada juga yang sulit untuk menerimanya.
Dikatakan oleh Claxton-Oldfield dan Butler dalam Rice (2008) bahwa
dongeng dan cerita rakyat membuat stereotipe ibu tiri jahat, mitos tersebut bisa
menjadi sulit saat ibu tiri datang. Sehingga muncul persepsi bahwa perlakuan
dan pengasuhan ibu tiri kepada anak biologis (anak kandung) akan berbeda bila
dibandingkan dengan anak Non-Biologis (anak tiri).
Anggapan-anggapan dari masyarakat mengenai ibu tiri, membuat sosok
ibu tiri menjadi sosok yang menakutkan bagi setiap anak. Sosok ibu tiri
dipandang sebagai sosok yang jahat, kejam, suka menyiksa, dan hanya sayang
pada ayahnya saja. Meskipun pada kenyataan tidak semua ibu tiri memiliki sikap
demikian, namun di kehidupan kita cukup banyak tragedi-tragedi yang
menguatkan segala pemikiran masyarakat tentang kejamnya sosok ibu tiri itu.
Hal tersebut makin memperburuk hubungan antara anak tiri dengan orang tua
tirinya. Anggapan-anggapan tersebut bermunculan karena banyaknya kasus
ketidak harmonisan hubungan komunikasi antara anak dengan ibu tirinya.
Konflik yang biasa terjadi antara ibu dan anak tirinya terkadang bisa
menjadi prahara dalam kebahagiaan keluarga. Konflik tersebut berawal dari
sebuah perselisihan yang kecil, jika tidak diatasi dengan cermat dan bijak
konflik ini bisa terus membesar dan membesar hingga akhirnya mengancam
hubungan ibu dan anak tirinya dan akan berimbas pada keluarga.
Berdasarkan penelitian Puspita (2010) tentang Memahami Proses
Penetrasi Sosial untuk Membangun Intimate Relationship antara Anak dengan

3

Orangtua Tiri, disimpulkan bahwa penerimaan yang baik dari anak terhadap
orangtua tiri mempermudah orangtua tiri dalam berkomunikasi dengan anak.
Proses komunikasi yang lancar antara anak dengan orangtua tiri menumbuhkan
kedekatan hubungan diantara kedua belah pihak sehingga meminimalisir
ketidaknyamanan. Sebaliknya penerimaan yang kurang baik dari anak membuat
proses komunikasi terhambat sehingga menciptakan jarak antara anak dengan
orangtua tiri dan membuat hubungan interpersonal mereka kurang harmonis dan
hanya berhenti pada tahap orientasi.
Komunikasi adalah salah satu kunci harmonis orang tua-muda hubungan.
Mengingat komunikasi yang terbatas antara orang tua dan remaja, serta fakta
bahwa orang tua dan remaja sering memiliki persepsi yang berbeda dari acara
yang sama bahkan empati, orang tua yang peduli seringkali tidak menyadari
tekanan yang anak remaja mereka alami.
Komunikasi dengan orang tua memburuk sampai batas tertentu selama
masa remaja. Remaja telah melaporkan bahwa mereka menghabiskan lebih
sedikit waktu berinteraksi dengan orang tua mereka dibandingkan dengan ketika
mereka masih muda. Mereka mengungkapkan informasi sedikit untuk orang tua
mereka dan komunikasi dengan orang tua sering sulit (Rice, 2008).
Hubungan anak dengan orangan tua tiri yang cenderung memiliki jarak
dan lebih konflik dikarenakan komunikasi yang jarang terjadi antara ibu dengan
anak tiri, akibatnya kesalahpahaman mulai muncul, adanya prasangka, perasaan
diabaikan, cemburu dan dikhianati bisa muncul. Komunikasi dalam keluarga
sangat penting dilakukan bagi orang tua terhadap anaknya baik anak kandung
ataupun atau anak tiri agar tidak terjadi kesenjangan yang dapat mengakibatkan
keretakan hubungan antara orang tua dengan anak. Pada orangtua kandung,
kedalaman emosi dibangun sejak anak masih di kandungan, sehingga terjalinlah
ikatan yang erat. Sedangkan hubungan orangtua tiri dan anak tiri menjadi lemah
karena kurangnya hubungan emosional dan singkatnya kebersamaan baru
muncul saat orangtua tiri masuk ke dalam keluarga. Hal itu menambah sulit
hubungan orangtua tiri dengan anak tiri dan bahkan membuat hubungan yang
tidak baik dan lebih banyak konflik.

4

Penyesuaian sosial merupakan salah satu aspek penting dalam
perkembangan kehidupan sosial anak. Hal tersebut didukung oleh Hurlock
(1995) yang menyatakan pentingnya penyesuaian sosial pada anak. Pertama,
pola perilaku dan sikap yang dibentuk pada awal masa kehidupan cenderung
menetap. Anak yang berhasil melakukan penyesuaian sosial di awal masa
sekolah, akan mempunyai kemungkinan yang jauh lebih besar untuk dapat
melakukan penyesuaian sosial dengan baik ketika duduk di bangku sekolah
menengah dan perguruan tinggi, dibandingkan dengan anak yang tidak berhasil
melakukan penyesuaian sosial dengan baik pada awal masa sekolah. Alasan
kedua, jenis penyesuaian sosial yang dilakukan anak-anak akan meninggakan
ciri pada konsep diri mereka yang juga meningkatkan ketetapan pola
penyesuaian sosial yang dilakukan.
Penyesuaian sosial dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk
bereaksi secara sehat dan efektif terhadap hubungan, situasi, dan kenyataan
sosial yang ada sehingga dapat mencapai kehidupan sosial yang menyenangkan
dan memuaskan (Schneiders, 1964). Anak yang dapat melakukan penyesuaian
sosial secara baik akan memiliki dasar untuk meraih keberhasilan pada masa
dewasa. Keberhasilan anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan teman-teman
sebayanya merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dilakukan
(Hurlock, 1995).
Anak yang mampu melakukan penyesuaian sosial yang baik dapat
terlihat dari beberapa aspek, pertama adalah penyesuaian di rumah. Keluarga
merupakan dasar bagi penyesuaian selanjutnya, dimana penyesuaian yang buruk
di rumah akan diikuti dengan penyesuaian yang buruk disekolah dan
masyarakat. Aspek kedua adalah penyesuaian di sekolah dimana sekolah
merupakan tempat anak berinteraksi dengan teman dan guru. Aspek ketiga
adalah penyesuaian di masyarakat. Kehidupan sosial di masyarakat lebih
kompleks dibandingkan di rumah dan sekolah (Schneiders, 1964).
Penelitian Azizah (2007) mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara kepercayaan diri dengan penyesuaian sosial pada remaja di
kelas II SMP Muhammadiyah 1 Malang. Hasil tersebut dibuktikan dengan nilai
rxy = 0,467; sig = 0,000 < 0,05. Dengan kata lain semakin tinggi kepercayaan

5

diri remaja maka semakin mudah pula remaja melakukan penyesuaian sosial
terhadap lingkungan sosial disekitar mereka.
Lebih lanjut menurut penelitian Jean (2010) tentang akademik dan
penyesuaian sosial mahasiswa perguruan tinggi angkatan pertama didapatkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara akademik dan penyesuaian
sosial mahasiswa perguruan tinggi angkatan pertama. Dari hasil tersebut
menunjukkan bahwa masalah indeks prestasi akademik yang dihadapi
mahasiswa angkatan pertama tidak ada hubungan yang berarti dengan
penyesuaian sosialnya.
Penyesuaian sosial akan terasa lebih penting, manakala individu
dihadapkan pada kesenjangan-kesenjangan yang timbul dalam hubungan dengan
orang lain. Betapapun kesenjangan-kesenjangan itu dirasakan sebagai hal yang
menghambat, akan tetapi sebagai makhluk sosial, kebutuhan individu akan
pergaulan, penerimaan, dan pengakuan orang lain atas dirinya tidak dapat
dielakan sehingga dalam situasi tersebut, penyesuaian sosial akan menjadi wujud
kemampuan yang dapat mengurangi atau mengatasi kesenjangan-kesenjangan
tersebut.
Untuk dapat melakukan penyesuaian sosial yang baik, maka komunikasi
interpersonal mempunyai peranan yang sangat penting. Erat kaitannya hubungan
komunikasi interpersonal dengan penyesuaian sosial yaitu dimana komunikasi
antar komunikator dengan komunikan terjadi jika komunikasinya positif atau
negatif,

berhasil

atau

tidaknya.

Komunikasi

yang

positif

cenderung

menimbulkan perasaan yakin terhadap kemampuan diri, percaya diri dan harga
diri, sehingga akan membuat individu bersifat terbuka mudah dalam melakukan
relasi sosial. Komunikasi yang negatif cenderung akan menimbulkan perasaan
tidak mampu dan penolakan terhadap diri sendiri sehingga akan menyulitkan
individu dalam relasi sosialnya. Interaksi dalam komunikasi akan lebih efektif
apabila setiap orang yang terlibat dapat berperan aktif, dapat mengutarakan
pikirannya, dan menanggapi pendapat orang lain secara spontan.
Penelitian Keshavarzi (2010) menunjukkan bahwa antara keterampilan
komunikasi interpersonal memiliki hubungan yang signifikan dengan komitmen
organisasi. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan korelasi Person,

6

diperoleh hasil 0,304 (p – value = 0,011) yang menunjukkan terdapat hubungan
positif dan signifikan antara kedua variabel. Tingkat korelasi antara kedua
variabel keterampilan komunikasi interpersonal dan komitmen organisasi
menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel tersebut tidak terlalu kuat
dikarenakan adanya faktor lain yang mempengaruhi komitmen organisasi yang
lebih memenuhi kebutuhan awal.
Menurut Keshavarzi (2010), keterampilan komunikasi interpersonal yang
efektif sangat penting untuk interaksi sosial, dan untuk membangun dan
memelihara semua hubungan. Keterampilan komunikasi yang buruk dapat
menyebabkan kerusakan suatu hubungan sehingga mempengaruhi produktivitas,
kepuasan, kinerja, moral, kepercayaan, rasa hormat, percaya diri, dan bahkan
kesehatan fisik.
Keterampilan komunikasi interpersonal pada anak ini menjadi sangat
penting karena dalam bergaul dengan teman sebayanya anak seringkali
dihadapkan dengan hal-hal yang membuatnya harus mampu menyatakan
pendapat pribadinya tanpa disertai emosi, marah atau sikap kasar, bahkan anak
harus bisa mencoba menetralisasi keadaan apabila terjadi suatu konflik.
Komunikasi dalam keluarga membawa keputusan tentang kemampuan
seorang anak dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya. Hal ini
merupakan satu alasan penting mengapa komunikasi interpersonal penting
dalam keluarga, khususnya antara anak dengan ibu tiri. Komunikasi
interpersonal adalah kunci untuk setiap hubungan orang tuaa dan anak. Sehingga
dalam hal ini komunikasi interpersonal sangat diperlukan dalam keluarga antara
anak dan ibu tiri untuk membangun keluarga yang harmonis. Komunikasi
interpersonal sangat penting dalam memelihara dan menumbuhkan hubungan
yang harmonis antara ibu tiri dengan anak-anaknya. Komunikasi memiliki peran
yang penting dalam menyatukan setiap pandangan dalam anggota keluarga yang
berbeda, khususnya bagi anak kepada ibu tirinya, karena ibu akan membantu
suami dalam mendidik anak. Karena dalam sebuah keluarga diperlukan
hubungan antar personal yang dilandasi keterbukaan dan komunikasi untuk
memperlancar proses penyesuaian sosial seorang anak.

7

Berangkat dari masalah dan sumber informasi yang telah dipaparkan
diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian secara lebih mendalam
tentang hubungan antara komunikasi interpersonal anak yang diasuh ibu tiri
dengan penyesuaian sosial.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara
komunikasi interpersonal anak yang diasuh ibu tiri dengan penyesuaian sosial?”

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka diharapkan dalam penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi interpersonal anak
yang diasuh ibu tiri dengan penyesuaian sosial.

D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain:
1. Secara Teoritis :
Dapat memberikan tambahan referensi bagi psikologi perkembangan terkait
dengan bagaimana interaksi sosial anak yang diasuh ibu tiri.
2. Secara Praktis :
Memberikan

manfaat bagi anak

tiri dalam

mengatasi komunikasi

interpersonal dan penyesuaian sosial pada keluarga, ibu tirinya, dan
lingkungannya. Dan diharapkan juga dapat memberikan pengetahuan bagi
keluarga termasuk ibu tiri agar dapat menciptakan hubungan yang harmonis
antara sesama anggota keluarga.