EVALUASI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NO 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (LKPD) KAB. NGANJUK

EVALUASI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NO 71 TAHUN
2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS
AKRUAL PADA LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
(LKPD) KAB. NGANJUK

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai
Derajad Sarjana Ekonomi

Oleh :
DAHLIA FIRDAUSI
201110170311128

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

K ATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,

hidayah serta karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Evaluasi Penerapan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Kab. Nganjuk.” Sebagai syarat untuk mencapai
derajad Sarjana Strata Satu.
Shalawat serta salam peneliti haturkan keharibaan Rasulullah Muhammad
SAW yang telah membawa umat dari zaman jahilyah sampai ke zaman yang
terang benderang dan penuh dengan hazanah keilmuan sampai saat ini.
Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini bisa terselesaikan berkat
dukungan, bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, dengan ketulusan hati, melalui lembar ini, penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Djoko Sigit Sayogo, SE., M.Acc., Ph.D dan Dra. Sri Wahjuni L, MM., Ak
selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak mencurahkan waktu,
tenaga, pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan saransaran demi menghasilkan tulisan ilmiah yang lebih baik.
2. Dra. Siti Zubaidah, MM., Ak selaku ketua jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.

i


3. Dr. Nazaruddin Malik, M,Si selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Drs. Setu Setyawan Ec., MM selaku dosen wali kelas C angkatan 2011.
5. Dra. Sri Wibawani W.A., M.Si., Ak selaku Kepala Pusat Pengembangan
Akuntansi (PPA); Dra. Sri Wahjuni Latifah MM., Ak selaku Kepala
Laboratorium Akuntansi dan juga Kepala Divisi Operasional Lutfirrahman
AM., SE. atas pengayoman, tambahan ilmu soft skill, perhatian dan
dukungan kepada peneliti selama bertugas sebagai Part-timer di PPA dan
Lab. Akuntansi.
6. Seluruh dosen Program Studi Akuntansi FEB-UMM yang memberikan
ilmu pengetahuan dan mendidik sampai penulis dapat menyelesaikan
studi.
7. Bapak Imam selaku Tata Usaha Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah (DPPKAD); Ibu Lilik Supriati selaku Kasi Bagian
Pelaporan sekaligus Responden dan seluruh pihak di DPPKAD atas
kemudahan dan kerjasama selama perolehan dan pengolahan data skripsi.
8. Ayahanda Agoes Soebagijo dan Ibunda Nuning Suryaningsih atas
dukungan - baik moral maupun materiil, doa dan curahan kasih sayang
yang tiada hentinya kepada peneliti selama ini.
9. Sodaraku tercinta, Merita Amalia yang juga sedang berjuang untuk

kelulusan di Sekolah Menengah Atas.
10. Kanda Denny Yusuf Agastyan yang selalu sabar memberikan dukungan
dan doa, serta menghibur dalam melewati kejenuhan rutinitas.

ii

11. Teman-teman kelas C angkatan 2011 (Yuni, Prass, Vita, Priyo, David
Budi, David Zuhri, Mba Susi, Ncuss, Veny, Immung, Rindy, Fadel, dll)
yang tidak hanya menjadi teman belajar, kerja kelompok dan diskusi di
kelas namun juga teman yang menambah coretan warna – warni di
kehidupan “perantauan” peneliti.
12. Teman-teman Part-time, Asisten Laboratorium Akuntansi 2011 dan adikadik Asisten Lab. Akuntansi 2012 (Mas Didit, Wulan, Raffy, Eya, Gobel,
Farhani, Uni, Panca, Luky, Anis, Easty, Joko, Azizah, Rian, Nurina, dll)
13. Teman-teman terbaik yang luar biasa (Vivi, Raffy, Santi, Indah, Eko,
Dyan, Vina, Wulan, Ayu “Kost”) dan pihak lain yang tidak bisa
disebutkan satu per satu terimakasih atas dukungannya selama penyusunan
skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
maka dari itu penulis mengharapkan saran yang membangun untuk keberlanjutan
penelitian. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Malang, 2 Februari 2015

Dahlia Firdausi

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan
saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah
diajukan orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi
dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah diteliti atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan
dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Malang, 2 Februari 2015
Mahasiswa

Dahlia Firdausi

201110170311128

iv

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................

i

PERYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ............................................

iv

DAFTAR ISI ..............................................................................................

v

DAFTAR TABEL .....................................................................................


viii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

ix

ABSTRAK .................................................................................................

x

ABSTRACT ...............................................................................................

xi

I.

PENDAHULUAN ...........................................................................

1


A. Latar Belakang............................................................................

1

B. Rumusan Masalah ......................................................................

8

C. Batasan Masalah ........................................................................

8

D. Tujuan dan Manfaat ...................................................................

8

TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA ..............................

10


A. Revieu Penelitian Terdahulu ......................................................

10

B. Landasan Teori ...........................................................................

12

Standar Akuntansi Pemerintahan ...........................................

12

Peraturan Pemerintah (PP) No 71 Tahun 2010 ......................

14

Dinas Daerah dan Keuangan Daerah .....................................

31


Akuntansi Keuangan Daerah .................................................

33

III. METODE PENELITIAN ...............................................................

34

A. Objek Penelitian .........................................................................

34

B. Jenis Penelitian ...........................................................................

34

C. Jenis dan Sumber Data ..............................................................

35


D. Teknik Pengumpulan Data .........................................................

36

E. Teknik Analisis Data .................................................................

36

II.

v

IV. HASIL PENELITIAN .....................................................................

38

A. Gambaran Umum Objek Penelitian............................................

38


B. Deskripsi Data ............................................................................

42

B.1 Mendeskripsikan Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kab. Nganjuk .....

43

B.2 Mendeskripsikan Penerapan Perlakuan Akuntansi Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Kab. Nganjuk ...................

44

B.2.1 Kebijakan Akuntansi Pendapatan .........................

44

B.2.2 Kebijakan Akuntansi Belanja ...............................

45

B.2.3 Kebijakan Akuntansi Pembiayaan .......................

47

B.2.4 Kebijakan Akuntansi Aset ....................................

49

B.2.5 Kebijakan Akuntansi Kewajiban ..........................

57

B.2.6 Kebijakan Akuntansi Ekuitas ...............................

58

B.3 Mendeskripsikan Penerapan Kebijakan Akuntansi Berkaitan
dengan Ketentuan yang Ada dalam Standar Akuntansi

V.

Pemerintah ........................................................................

58

B.4 Mendeskripsikan Penyajian Laporan Keuangan ...............

62

C. Analisis Data .............................................................................

67

C.1 Basis Akuntansi .................................................................

68

C.2 Laporan Keuangan ............................................................

69

C.2.1 Neraca ...................................................................

69

C.2.2 Laporan Perubahan Ekuitas ..................................

72

C.2.3 Laporan Realisasi Anggaran ................................

73

C.2.4 Laporan Arus Kas .................................................

74

C.2.5 Laporan Perubahan SAL ......................................

75

C.2.6 Laporan Operasional ............................................

76

C.2.7 Catatan Atas Laporan Keuangan ...........................

76

D. Pembahasan ...............................................................................

78

SIMPULAN DAN KONTRIBUSI .................................................

83

vi

A. Simpulan...................................................................................

84

B. Saran ........................................................................................

85

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

87

LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan PP No.24/2005 dan PP No. 71/2010 . ....................

17

Tabel 2.2 Indikator Perlakuan Akuntansi PP 71/2010 Lampiran I ..........

22

Tabel 4.1 Format Penyajian Neraca Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk 62
Tabel 4.2 Format Penyajian Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk .....................

65

Tabel 4.3 Format Penyajian Laporan Arus Kas Pemerintah Daerah Kabupaten
Nganjuk ....................................................................................

viii

66

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Struktur Organisasi DPPKAD Kabupaten Nganjuk
Lampiran 2 : Neraca Pemerintah Daerah Kab. Nganjuk
Lampiran 3 : Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kab. Nganjuk
Lampiran 4 : Laporan Arus Kas Pemerintah Daerah Kab. Nganjuk
Lampiran 5 : Contoh Format Neraca Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
sesuai Lampiran I PP 71/2010
Lampiran 6 : Contoh Format Laporan Perubahan Ekuitas Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai Lampiran I PP 71/2010
Lampiran 7 : Contoh Format Laporan Realaisasi Anggran Pendapatan dan
Belanja Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai Lampiran
I PP 71/2010
Lampiran 8 : Contoh Format Laporan Perubahan Saldo Anggran Lebih
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai Lampiran I PP
71/2010
Lampiran 9 : Contoh
Format
Laporan
Operasional
Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai Lampiran I PP 71/2010
Lampiran 10 : Contoh Format Laporan Arus Kas
Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai Lampiran I PP 71/2010
Lampiran 11 : Rekomendasi penyajian neraca umum sesuai Satandar
Akuntansi Pemerintahan basis akual

ix

ABSTRAKSI

JUDUL : Evaluasi Penerapan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kab. Nganjuk
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian
antara penerapan Standar Akuntansi Basis Akrual dalam PP 71/2010
pada LKPD Kab. Nganjuk Tahun Anggaran 2013. PP 71/2010 terdiri
dari lingkup basis akuntansi akrual pada Lampiran I dan basis
akuntansi kas menuju akrual (Cash Toward Accrual – CTA) pada
Lampiran II. Basis CTA merupakan SAP yang diterapkan diseluruh
entitas pelaporan baik Pemerintah Pusat maupun Daerah saat ini
sebelum akhirnya diwajibkan untuk menerapkan basis akrual pada
tahun 2015.
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DP2KAD) menggunakan Peraturan Bupati 16/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kab. Nganjuk dan PP 71/2010 sebagai landasan dalam penyusunan LKPD Kab. Nganjuk TA 2013. Hasil
Penelitian membuktikan, LKPD Kab. Nganjuk belum sepenuhnya
menerapkan PP 71/2010. LKPD Kab. Nganjuk masih menerapkan
Lampiran II PP 71/2010 yakni basis CTA. Hal ini disebabkan
penerapan PP 71/2010 basis akrual (Lampiran I PP 71/2010)
diwajibkan untuk diterapkan pada tahun anggaran 2015. Perlakuan
akuntansi pada LKPD TA 2013 terkait penerapan basis akrual telah
sesuai untuk pengakuan, penilaian dan penyajian di pos-pos dalam
neraca, kecuali pengukuran piutang yang dicatat sebesar nilai bersih
yang dapat direalisasikan, bukan sebesar nilai nominal. Dalam
menghadapi tahun akrual 2105, LKPD telah menyelenggarakan
akuntansi penyusutan pada LKPD TA 2013.
Kata Kunci : Standar Akuntansi Pemerintahan, Basis Akrual, Perlakuan
Akuntansi, Keuangan Daerah

x

ABSTRACT

JUDUL : Evaluation of Implementation Government Regulation (PP)
Number 71 on 2010 concerning Accrual Basis on Governmental
Accounting Standard (SAP) on Local Government's Financial
Reports (LKPD) of Nganjuk Regency.
The purpose of this research was to determine the suitability of
the accrual basis implementation on Governmental Accounting
Standards in Government Regulation number 71/2010 at Nganjuk
Regency’s Financial Statements fiscal year 2013. Scope of PP
71/2010 consist of Accrual basis in Enclosure I and Cash Towards
Accrual (CTA) basis of accounting in Enclosure II. CTA basis is
currently applied for throughout the reporting entity both central and
regional government is before finally obliged to apply the Accrual
basis in 2015.
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(Department of Revenue, Finance and Asset Management) using the
regent’s decree 16/2013 on Nganjuk Regency’s Local Government
Accounting Policies and PP 71/2010 as the basis for prepare Nganjuk
Regency’s Financial Statement FY 2013. Research proves that
Nganjuk Regency’s Financial Statements not yet fully implementing
the PP 71/2010. Nganjuk Regency’s FS still apply Enclosure II of PP
71/2010 that is CTA accounting basis. This is due to the application of
PP 71/2010 accrual basis (Enclosure I of PP 71/010) are required to be
implemented in fiscal year 2015. The accounting treatment in LKPD
FY 2013 related to the application of the accrual basis in accordance
to the recognition, assessment and presentation in the balance sheet
items, except for the measurement of receivables carried at net
realizable value, not at their nominal value. In the face of years of
accrual in 2105, LKPD has hosted accounting depreciation on LKPD
FY 2013.
Keywords : Government Accounting Standards, Accrual Basis, Accounting
Treatment, Regional Finance

xi

Karya Tulis Ilmiah ini kupersembahkan untuk :
Lelaki terhebat dihidupku Ayahanda Agoes Soebagijo, dan
Ibunda tercinta Nuning Suryaningsih

xii

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, Yogyakarta: BPFEYogyakarta
. 2010. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar, Jakarta : Erlangga
Bastian, Indra. dan Soepriyanto, 2003. Sistem Akuntasni Sektor Publik, Jakarta :
Salemba Empat
Berita Wapres. 2014. Opini WTP Bukan Tujuan Akhir : Pembukaan Rakernas
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah,
http://www.wapresri.go.id/index/preview/berita/24468. 21/11/2014
2:32PM
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah: Edisi 3, Jakarta: Salmba
Empat
Hoesada, Jan. 2014. Ramalan 2014, http://www.ksap.org/sap/ramalan-2014.
Accessed: 22/10/2014 7:03 AM
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. 2012. Standar Akuntansi
Pemerintahan, Jakarta : Salemba Empat
Permana, Irfan. 2011. Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dan
Implikasinya pada Akuntabilitas, Unikom
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah

Republik Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
.Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 : Perubahan Kedua
.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah
.Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah
.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah

86

.Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Teantang Keuangan Negara
Sugiarto dan Bagjana. 2013. Peran Akuntansi Pemerintahan Dalam Rangka
Membangun Akuntabilitas, Transparansi dan Pengukuran Kinerja
Pemerintah Daerah, Jurnal Akuntansi Vol. 5 No. 1 Mei : 23-35
Sukadi.

2013. Direktur dan Bendahara RSUD Nganjuk Tersangka,
http://anjukzone.com/index.php/hukum/1325-direktur-dan-bendahararsud-nganjuk-tersangka-dugaan-kasus-korupsi-proyek-pengadaanbarang-farmasi-habis-pakai-dana-apbd-2012-rp-12-8-miliar.
Accessed: 4/11/2014 11:25 AM

Susilawati dan Riana. 2014. Sistem Pengendalian Intern Sebagai Anteseden
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah, STAR – Studi and
Accounting Research Vol. XI No 1 ISSN : 1693-4482
Zeyn, Elvira. 2011. Pengaruh Good Governance dan Standar Akuntansi
Pemerintahan Terhadap Akuntabilitas Keuangan dengan Komitmen
Organisasi Sebagai Pemoderasi, Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan
ISSN: 2088-0685 Vol.1 No. 1

87

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara substansial, Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18
menyatakan bahwa terdapat tiga lingkup pemerintahan dalam sistem
pemerintahan Republik Indonesia, yaitu pemerintah pusat, pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah yang lebih luas
cakupannya memberi arahan pada pemerintahan yang cakupannya lebih
sempit.
Undang-undang No 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-undang No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai pengganti undangundang No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan undang-undang
Nomor 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah telah menjadi tonggak perubahan sistem
pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik terbatas atau lebih
dikenal dengan istilah otonomi daerah.
Otonomi Daerah adalah usaha pemberdayaan daerah dalam
pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa untuk mengelola
sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan, prioritas dan
potensi daerah sendiri. Dengan pemberian Otonomi Daerah Kabupeten
dan Kota, pengelolaan keuangan sepenuhnya berada di tangan Pemerintah

1

2

Daerah. Oleh karena itu, diperlukan sistem pengelolaan keuangan
daerah yang baik dalam rangka mengelola dana desentralisasi secara
transparan, ekonomis, efisien, efektif dan akuntabel sebagaimana
diamanatkan dalam tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government
Governance). Maka diselenggarakanlah Laporan Keuangan sebagai bentuk
akuntabilitas terhadap semua transaksi yang terjadi dalam satu periode
akuntansi. (Bastian dan Soepriyanto, 2003).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dalam Pasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN)/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP). SAP disusun oleh Komite Standar Akuntansi
Pemerintah (KSAP) yang independen dan kemudian ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah yang terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari
Badan Pengawas Keuangan (BPK). SAP memiliki perbedaan penerapan
basis akuntansi dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun
IAI.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Keuangan Negara tersebut,
Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang merupakan SAP
pertama yang dimiliki Indonesia sejak kemerdekaannya. Standar
Akuntansi Pemerintahan dalam PP No. 24 Tahun 2005 tersebut

3

menggunakan basis kas untuk pengakuan transaksi pendapatan, belanja
dan pembiayaan dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban dan
ekuitas dana.
Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 masih
bersifat sementara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang
menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan
belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan
pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan
belanja berbasis akrual menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2003 dilaksanakan paling lambat 5 (lima) tahun. Oleh karena
itu, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 perlu diganti, sebab basis
kas terkadang kurang sesuai dengan transaksi selain yang menggunakan
kas, hal ini mengakibatkan tidak adanya pencatatan pada jurnal keuangan
ketika terdapat transaksi yang sama sekali tidak mempengaruhi kas.
Artinya, penyelenggaraan keuangan tidak cukup dengan basis kas,
sehingga pemerintah membuat ketentuan penyelenggaraan akuntansi
berbasis akrual dengan menyusun standar akuntansi dalam peraturan
pemerintah pada PP No.71 Tahun 2010 yang menyatakan penyusunan
standar keuangan pemerintah berbasis akrual menjadi pedoman penyajian
informasi keuangan.
Sesuai Lampiran II PP No. 71 Tahun 2010, penerapan SAP
berbasis akrual dapat dilaksanakan secara bertahap. Pemerintah dapat

4

menerapkan SAP basis kas menuju akrual (PP No. 24 Tahun 2005) paling
lama 4 (empat) tahun setelah tahun anggaran 2010 yakni pada tahun 2014.
Selanjutnya, setiap entitas pelaporan baik pada pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah wajib melaksanakan SAP Berbasis Akrual. Laporan
Keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis Akrual
dimaksudkan dapat memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku
kepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa Laporan Keuangan
pemerintah

dan

sebagai

pemecahan

masalah

standar

akuntansi

sebelumnya. Kerena basis akrual mengakui dan mencatat transaksi serta
peristiwa lainnya pada saat kejadian keuangan terjadi atau pada perolehan.
(Halim, 2007 dan Bastian, 2001).
Dengan demikian, tahun 2014 dapat dikatakan sebagai tahun akhir
penerapan akuntansi kas menuju akrual sekaligus tahun uji coba proses
penerapan akuntansi basis akrual pada tiap pemerintah daerah, maka
diharapkan seluruh entitas pelaporan telah menerapkan basis akuntansi
akrual pada pelaporan keuangannya. Dalam masa-masa transisi, evaluasi
penerapan PP No. 71 Tahun 2010 ini dirasa penting, sebab bagi KSAP,
tahun 2014 merupakan tahun penyelesaian berbagai Buletin Teknis Akrual
Paripurna sebagai landasan implementasi PP 71/2010 Akrual Paripurna
awal 2015. Pada akhir tahun 2014, diramalkan opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) berbasis akuntansi menuju akrual bertambah dan
opini WTP akan menurun untuk Laporan Keuangan yang berakhir pada
periode 2015 karena hampir seluruh entitas pemerintahan dalam NKRI

5

berada dalam tahun pertama (percobaan) menggunakan basis akuntansi
akrual paripurna.1
Opini WTP merupakan salah satu opini dari empat opini auditor
negara (Badan Pemeriksa Keuangan) terhadap audit Laporan Keuangan
Pemerintah yang berarti auditor meyakini berdasarkan bukti-bukti audit
yang dikumpulkan perusahaan/pemerintahan dianggap telah menyajikan
Laporan Keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum dan tidak terdapat salah saji meterial yang mempengaruhi Laporan
Keuangan secara keseluruhan. (Sugiarto dan Bagjana, 2013).
Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia Boediono dalam Rapat
Kerja Nasional Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Pemerintah pada
Jum’at 12 September 2014 menyatakan bahwa, tidak ada jaminan
Kementrian/Lembaga atau Pemerintah Daerah yang telah memperoleh
opini WTP telah benar-benar terbebas dari praktek-praktek KKN.2
Jika WTP tidak menjamin kualitas Laporan Keuangan, ketaatan
penerapan SAP dalam penyusunan Laporan Keuangan dapat menjadi
solusinya. Dijelaskan dalam penelitian Permana (2011) bahwa, Standar
Akuntansi

Pemerintahan

secara

signifikan

berpengaruh

dalam

meningkatkan kualitas Laporan Keuangan.

1

Hoesada, Jan. 2014. Ramalan 2014, http://www.ksap.org/sap/ramalan-2014. Accessed:
22/10/2014 7:03 AM

2

Berita Wapres. 2014. Opini WTP Bukan Tujuan Akhir : Pembukaan Rakernas Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan Pemerintah,
http://www.wapresri.go.id/index/preview/berita/24468. 21/11/2014 2:32PM

6

Menurut PP No. 71/2010,

entitas akuntansi adalah unit

pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya
wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun Laporan Keuangan
untuk digabungkan pada entitas Pelaporan. Entitas Pelaporan adalah unit
pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi atau entitas
Pelaporan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan.
Kerangka Konseptual pada Lampiran I PP No.71/2010 menyatakan
bahwa, entitas Pelaporan yakni: (a) Pemerintah Pusat, (b) Pemerintah
Daerah, (c) Masing-masing kementerian negara atau lembaga di
lingkungan pemerintah pusat dan (d) Satuan organisasi dilingkungan
pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika menurut peraturan
perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan
laporan keungan – wajib menyajikan laporan keungan berupa Laporan
Keuangan

yang bertujuan umum. Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintah (PSAP) No 1 menjelaskan bahwa Laporan Keuangan disusun
untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan
seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas Pelaporan selama satu
periode Pelaporan. Laporan Keuangan terutama digunakan untuk
mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk
melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi
keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas Pelaporan

7

dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundangundangan.
Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk merupakan entitas
Pelaporan yang telah menerapkan PP No 71 Tahun 2010 pada
penyususnan Laporan Keuangannya dan memperoleh predikat Wajar
Tanpa Pengecualian pada Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2013 dan
2012. Namun, perolehan predikat WTP untuk Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Kab. Nganjuk tampak janggal menengok beberapa
kasus korupsi yang terkuak pada tahun 2013 menyeret nama pejabatpejabat pada SKPD-SKPD di Kab. Nganjuk, contohnya kasus korupsi
pengadaan barang farmasi habis pakai yang dananya bersumber dari
APBD 2012 senilai Rp.12,8 Milyar oleh Direktur RSUD Nganjuk dan
Kepala Sub Bagian Perbendaharaan RSUD Nganjuk.3
Padahal, Laporan Keuangan merupakan gambaran kinerja dan
akuntabilitas penggunaan dan pengelolaan sumber daya ekonomis. Jika
kinerja entitas Pelaporan “tidak benar”, otomatis Pelaporan Keuangan
yang dihasilkan seharusnya juga tidak wajar. Maka perlu dilakukan
evaluasi atas penerapan SAP dalam Laporan Keuangan dimana SAP
merupakan kerangka konseptual Pelaporan Keuangan pemerintah untuk
mengevaluasi kualitas Laporan Keuangan Kab. Nganjuk dan menentukan
ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

3

Sukadi.
2013.
Direktur
dan
Bendahara
RSUD
Nganjuk
Tersangka,
http://anjukzone.com/index.php/hukum/1325-direktur-dan-bendahara-rsud-nganjuktersangka-dugaan-kasus-korupsi-proyek-pengadaan-barang-farmasi-habis-pakaidana-apbd-2012-rp-12-8-miliar. Accessed: 4/11/2014 11:25 AM

8

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut sehingga rumusan masalah
pada penelitian ini adalah :
Bagaimana

perlakuan

akuntansi

pada

Laporan

Keuangan

Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk sebagai entitas Pelaporan milik
pemerintah dalam menerapkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010?

C. Batasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Nganjuk yang disusun oleh Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Nganjuk.

D. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelian ini adalah :
Untuk mengetahui kesesuaian Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Nganjuk dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) yang berlaku (PP 71/2010)
Manfaat
a. Memberikan gambaran penyajian Laporan Keuangan entitas
Pelaporan pada tingkat pemerintahan daerah dalam menerapkan
SAP berbasis akrual

9

b. Sebagai rekomendasi bagi Pemerintah Daerah Kab. Nganjuk untuk
dapat mempertimbangkan kesesuaian penyajian Laporan Keuangan
berbasis akrual.
c. Sebagai kajian atau pengembangan penelitian menganai evaluasi
penerapan

SAP

dalam

menyajikan

Pemerintahan Daerah sesuai PP No.71/2010.

Laporan

Keuangan

BAB II
Tinjauan Teori dan Studi Pustaka

A. Reviu Penelitian Terdahulu
Permana (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh
penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah dan bagaimana implikasinya pada
akuntabilitas pada Dinas Kota Bandung secara parsial dan simultan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan
verifikatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah Dinas Kota Bandung
yang berjumlah 14 dinas. Pengujian statistik yang digunakan adalah
perhitungan korelasi Pearson Product-Moment, koefisien determinasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
Standar Akuntansi Pemerintahan signifikan dalam meningkatkan kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dan implikasi SAP terhadap
Akuntabilitas pada Dinas Pemerintah Kota Bandung yaitu sebasar 55%.
Zeyn (2011), dengan penelitiannya mengenai pengaruh Good
Governance dan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap akuntabilitas
keuangan, menggunakan komitmen organisasi sebagai pemoderasi dalam
penelitiannya. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan
verifikatif. Metode analisis menggunakan regresi berganda, korelasi
berganda dan determinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
implementasi tata kelola yang baik dengan Komitmen organisasi memiliki

10

11

pengaruh yang signifikan terhadap akuntabilitas keuangan; Standar
Akuntansi Pemerintahan dengan komitmen organisasi memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap akuntabilitas keuangan; Good Governance dan
Standar Akuntansi Pemerintah dan Komitmen organisasi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap akuntabilitas keuangan.
Susilawati dan Riana (2014) melakukan penelitian mengenai
Standar Akuntansi Pemerintahan dan Sistem Pengendalian Intern sebagai
anteseden kualitas Laporan Keuangan Pemerintah. Analisis dilakukan
menggunakan regresi linier berganda. Sampel dalam penelitian ini adalah
17 dinas Pemerintah Daerah Kota Bandung. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa standar akuntansi pemerintahan dan sistem pengendalian intern
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas
Laporan Keuangan pemerintah daerah sebesar 52%. Standar Akuntansi
Pemerintahan berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah sebesar 13%, namun tidak signifikan. Sistem
pengendalian intern memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kualitas
Laporan Keuangan pemerintah daerah sebesar 74,6%.
Berdasarkan ketiga penelitian tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa penelitian Permana (2011), Zeyn (2011) dan Susilawati dan Riana
(2014) secara garis besar menyatakan, Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah. Oleh karena itu, kesesuaian atau ketaatan terhadap
SAP yang digunakan entitas dalam penyusuan Laporan Keuangannya akan

12

berpengaruh pada Kualitas Laporan Keuangan. Semakin sesuai Laporan
Keuangan dengan SAP maka Laporan Keuangan akan semakin
berkualitas.

B. Landasan Teori
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dalam Pasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar Akuntansi
Pemerintahan

tersebut

disusun

oleh

Komite

Standar

Akuntansi

Pemerintahan (KSAP) yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan
Pemeriksa Keuangan. Dengan demikian SAP merupakan persyaratan yang
mempunyai kekuatan hukum untuk panduan penyusunan Laporan
Keuangan dalam upaya meningkatkan kualitas Laporan Keuangan
pemerintah di Indonesia.
SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) dan dilengkapi dengan Kerangka Konseptual
Akuntansi Pemerintahan. Penyusunan PSAP dilandasi oleh Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan yang merupakan konsep dasar
penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan. PSAP
merupakan acuan bagi Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, acuan

13

bagi penyusun Laporan Keuangan, pemeriksa, dan pengguna Laporan
Keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum
diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003,
Pemerintah menyusun Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan
melalaui Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. SAP ini merupakan
SAP pertama yang dimiliki Indonesia sejak kemerdekaannya. Standar
Akuntansi Pemerintahan dalam PP No. 24 Tahun 2005 tersebut
menggunakan basis kas untuk pengakuan transaksi pendapatan, belanja
dan pembiayaan, selanjutnya menggunakan basis akrual untuk pengakuan
asset, kewajiban dan ekuitas dana. Penerapan Peraturan Pemerintah
Nomor

24

Tahun

2005

masih

bersifat

sementara

sebagaimana

diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara. UU tersebut menyatakan bahwa, selama
pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum
dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.
Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-Uandang Nomor 17 Tahun 2003
dilaksanakan paling lambat 5 (lima) tahun. Penerapan SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual ini diberlakukan untuk Laporan Keuangan atas
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran sampai dengan tahun anggaran
2014. Selanjutnya, setiap entitas Pelaporan, baik pada pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah wajib melaksanakan SAP Berbasis Akrual.

14

Walaupun entitas Pelaporan untuk sementara masih diperkenankan
menerapkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual, entitas Pelaporan
diharapkan dapat segera menerapkan SAP Berbasis Akrual.

Peraturan Pemerintah (PP) No 71 Tahun 2010
Dalam rangka peningkatan kualitas informasi Pelaporan Keuangan
pemerintah dan untuk menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih baik,
serta memfasilitasi manajemen keuangan/aset yang lebih transparan dan
akuntabel, maka perlu penerapan akuntansi berbasis akrual yang
merupakan best practice di dunia internasional.
Berdasarkan fenomena tersebut, pemerintah membuat ketentuan
penyelenggaraan akuntansi berbasis akrual dengan menyusun standar
akuntansi dalam peraturan pemerintah. Standar Akuntansi Pemerintahan
berbasis akrual ditetapkan pada PP No.71 Tahun 2010, yang menyatakan
penyusunan standar keuangan pemeritah berbasis akrual menjadi pedoman
penyajian informasi keuangan.
Lingkup pengaturan Peraturan Pemerintah No 71/2010 ini meliputi
SAP Berbasis Akrual dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual. SAP
Berbasis Akrual terdapat pada Lampiran I, berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas. SAP Berbasis
Kas Menuju Akrual (PP 24/2005) pada Lampiran II berlaku selama masa
transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP berbasis

15

akrual. Lampiran III PP No 71 Tahun 2010 menjelasakan tentang Proses
Penyusunan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual.
Sesuai Lampiran II PP No. 71 Tahun 2010, penerapan SAP
berbasis akrual dapat dilaksanakan scara bertahap. Pemerintah dapat
menerapkan SAP basis kas menuju akrual (PP No. 24 Tahun 2005) paling
lama 4 (empat) tahun setelah tahun anggaran 2010 yakni pada tahun 2014.
Selanjutnya, setiap entitas Pelaporan baik pada pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah wajib melaksanakan SAP Berbasis Akrual. Laporan
Keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis Akrual
dimaksudkan dapat memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku
kepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa Laporan Keuangan
pemerintah

dan

sebagai

pemecahan

masalah

standar

akuntansi

sebelumnya. Sebab basis akrual mengakui dan mencatat transaksi serta
peristiwa lainnya pada saat kejadian keuangan terjadi atau pada perolehan.
(Halim, 2007 dan Bastian, 2001).
Standar Akuntansi Pemerintahan dibutuhkan dalam rangka
penyusunan Laporan Keuangan yang setidak-tidaknya meliputi Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan. Peraturan Pemerintahan ini juga merupakan pelaksanaan Pasal
184 ayat (1) dan (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, yang menyatakan bahwa Laporan Keuangan
pemerintah daerah disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

16

Basis akuntansi yang digunakan dalam Laporan Keuangan
pemerintah yakni basis akrual, sehingga dalam menyelenggarakan
akuntansi

dan

penyajian

Laporan

Keuangan

entitas

Pelaporan

menggunakan basis akrual baik dalam pengakuan pendapatan dan beban,
maupun pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas. Entitas Pelaporan yang
menyelenggarakan akuntansi berbasis akrual menyajikan Laporan
Realisasi Anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan tentang anggran.
Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set Laporan
Keuangan terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgeting reports)
dan laporan finansial, sehingga seluruh komponen menjadi sebagai
berikut:
a) Laporan Realisasi Anggaran
b) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
c) Neraca
d) Laporan Operasional
e) Laporan Arus Kas
f) Laporan Perubahan Ekuitas
g) Catatan Atas Laporan Keuangan
Komponen-komponen Laporan Keuangan tersebut disajikan oleh
setiap entitas Pelaporan kecuali :
a) Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas yang
mempunyai fungsi perbendaharaan umum.

17

b) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya
disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas Pelaporan
yang menyusun Laporan Keuangan konsolidasiannya.
Untuk memperjelas perbandingan antara PP No 24/2005 (Lampiran
II PP 71/2010: SAP Basis Kas Menuju Akrual) dan PP No 71/2010
(Lampiran I: SAP Basis Akrual), disajikan tabel perbedaan PP No 24
Tahun 2005 dan PP No 71 tahun 2010 sebagai berikut :
Tabel 2.1
Perbedaan PP No 24/2005 dan PP 71/2010

PP 24 Tahun 2005

PP 71 Tahun 2010

LAPORAN PERUBAHAN SAL

LAPORAN PERUBAHAN SAL

Tidak ada laporan tersendiri

Laporan Perubahan SAL menyajikan secara
komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos
berikut:
a. Saldo Anggaran Lebih awal;
b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
tahun berjalan;
d. Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun
Sebelumnya; dan
e. Lain-lain;
f.

Saldo Anggaran Lebih Akhir.

NERACA

NERACA

Ekuitas Dana terbagi;

Hanya Ekuitas, yaitu kekayaan bersih



Ekuitas Dana Lancar: selisih antara aset

pemerintah yang merupakan selisih antara aset

lancar dan kewajiban jangka pendek,

dan kewajiban pemerintah pada tanggal

18



termasuk sisa lebih pembiayaan

laporan.

anggaran/saldo anggaran lebih

Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir

Ekuitas Dana Investasi: mencerminkan

ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas

kekayaan pemerintah yang tertanam
dalam investasi jangka panjang, aset
tetap, dan aset lainnya, dikurangi
dengan kewajiban jangka panjang


Ekuitas Dana Cadangan: mencerminkan
kekayaan pemerintah yang dicadangkan
untuk tujuan tertentu sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

LAPORAN ARUS KAS


Disajikan oleh unit yang mempunyai

LAPORAN ARUS KAS


fungsi perbendaharaan umum (Par 15)

fungsi perbendaharaan (Par. 15)


Arus masuk dan keluar kas

Disajikan oleh unit yang mempunyai



Arus masuk dan keluar kas

diklasifikasikan berdasarkan aktivitas

diklasifikasikan berdasarkan aktivitas

operasi, investasi aset non keuangan,

operasi, investasi, pendanaan, dan

pembiayaan, dan non anggaran

transitoris

LAPORAN KINERJA KEUANGAN

LAPORAN OPERASIONAL

• Bersifat optional

• Merupakan Laporan Keuangan Pokok

• Disusun oleh entitas Pelaporan yang

• Menyajikan pos-pos sebagai berikut:

menyajikan laporan berbasis akrual
• Sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos :

a) Pendapatan-LO dari kegiatan
operasional;

a) Pendapatan dari kegiatan operasional;

b) Beban dari kegiatan operasional ;

b) Beban berdasarkan klasifikasi

c) Surplus/defisit dari Kegiatan Non

fungsional dan klasifikasi ekonomi;
c) Surplus atau defisit.

Operasional, bila ada;
d) Pos luar biasa, bila ada;
e) Surplus/defisit-LO.

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

19

• Bersifat optional

• Merupakan Laporan Keuangan Pokok

• Sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos:

• Sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos:

a) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan
Anggaran;

a) Ekuitas awal;
b) Surplus/defisit-LO pada periode

b) Setiap pos pendapatan dan belanja

bersangkutan;

beserta totalnya seperti diisyaratkan

c) Koreksi-koreksi yang langsung

dalam standar-standa lainnya, yang

menambah/mengurangi ekuitas,

diakui secara langsung dalam ekuitas;

misalnya: koreksi kesalahan mendasar
dari persediaan yang terjadi pada

d) Efek kumulatif atas perubahan
kebijakan akuntansi dan koreksi

periode-periode sebelumnya dan

kesalahan yang mendasar diatur dalam

perubahan nilai aset tetap karena

suatu standar terpisah

revaluasi aset tetap.
d) Ekuitas akhir.

CALK

CALK

Pada dasarnya hampir sama dengan PP baru

Perbedaan yang muncul hanya dikarenakan
komponen Laporan Keuangan yang berbeda
dengan PP lama.

Sumber : PP No. 71 Tahun 2010
Berdasarkan Lampiran I PP No. 71/2010 paragraf 35, karakteristik
kualitatif Laporan Keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu
diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya, yaitu: relevan; andal; dapat dibandingkan dan dapat dipahami
adalah prasyarat normatif yang diperlukan agar Laporan Keuangan
pemerintah dapat memenuhi kualitas.
Pengakuan
Kriteria minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau
peristiwa untuk diakui, yaitu:

20

a) Terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan
dengan kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau
masuk ke dalam entitas Pelaporan yang bersangkutan.
b) Kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang
dapat diukur atau dapat diestimasi dengan andal.
Dalam menentukan apakah suatu kejadian/peristiwa memenuhi
kriteria pengakuan, perlu dipertimbangkan aspek materialitas.
Pengukuran
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui
dan memasukkan setiap pos dalam Laporan Keuangan. Pengukuran pospos dalam Laporan Keuangan menggunakan nilai perolehan historis. Aset
dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau
sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset
tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang
digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan.
Pengukuran pos-pos Laporan Keuangan menggunakan mata uang
rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih
dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
Penyajian
Contoh

format

penyajian

Kabupaten/Kota terlampir, meliputi:
1. Neraca
2. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan

Keuangan

Pemerintah

21

3. Laporan Saldo Anggaran Lebih
4. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Berbasis Kas
5. Laporan Arus Kas
6. Laporan Operasional
Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang
penjelasan pos-pos Laporan Keuangan dalam rangka pengungkapan
yang memadai, antara lain:
(a) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi
makro, pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD,
berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian
target;
(b) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun
Pelaporan ;
(c) Menyajikan

informasi

tentang

dasar

penyusunan

Laporan

Keuangandan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk
diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting
lainnya;
(d) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam
lembar muka Laporan Keuangan

22

(e) Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang
timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan
dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas
(f) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian
yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka Laporan
Keuangan.
Berikut ini merupakan tabel indikator perlakuan akuntansi oleh PP
71/2010 yang berisi dimensi dan ukuran tiap-tiap pos dalam laporan
keuangan.
Tabel 2.1
Tabel Indikator Perlakuan Akuntansi PP 71/2010 Lampiran I

No

Dimensi

Ukuran

Laporan Keuangan

Neraca
 Aset
Pengakuan Aset
Lancar

 Sumber daya ekonomi yang dikuasai
dan/atau dimliliki
 Potensi manfaat ekonomi dapat diukur
dengan andal
 Memiliki manfaat ekonomi yang dapat
direalisasi dalam waktu 12 bulan sejak
tanggal pelaporan,
 Meliputi :
(a) Kas atau setara kas
Diakui sejak uang diterima sampai
penyetoran ke Rekening Kas Umum
Negara/Daerah

23

(b) Investasi jangka pendek
(c) Piutang / beban dibayar dimuka
Diakui berdasar prinsip akrual
(d) Persediaan

Pengakuan Aset Non
Lancar

 Sumber daya ekonomi yang dikuasai
dan/atau dimiliki
 Potensi manfaat ekonomi dapat diukur
dengan andal
 Barang berwujud/ tidak berwujud
 Masa manfaat > 12 bulan
 Digunakan secara langsung atau tidak
langsung untuk kegiatan pemerintah atau
masyarakat umum, tidak untuk dijual
 Mengalami penurunan nilai
 Meliputi :
(a) Investasi jangka panjang
- Investasi Non permanen : Invesatsi
dalam Surat Utang Negara;
Penanaman modal dalam proyek
pembangunan yang dapat dialihkan
kepada pihak ketiga ; Investasi non
permanen lainnya.
- Investasi permanen : Peneyertaan
modal pemerintah; invesatsi
permenen lainnya
(b) Aset tetap
(c) Dana cadangan
(d) Aset Non Lancar

Pengukuran

 Kas dicatat sebesar nilai nominal
 Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai
perolehan

24

 Piutang dicatat sebesar nilai nominal
 Persediaan dicatat sebesar :
(e) Biaya Perolehan apabila diperoleh
dengan pembelian
(f) Biaya Standar apabila diperoleh
dengan produksi sendiri
(g) Nilai wajar apabila diperoleh dengan
cara lainnya seperti donasi/rampasa
 Investasi Jangka Panjang dicatat sebesar
biaya perolehan termasuk biaya tambahan
lainnya untuk memperoleh kepemilikan yang
sah atas invesatsi tersebut
 Aset dicatat sebesar biaya perolehan, apabila
tidak memungkinkan maka didasarkan pada
nilai wajar saat perolehan
 Selain tanah dan konstruksi dalam
pengerjaan, seluruh aset tetap dapat
disusutkan sesuai dengan sifat dan
kharakteristik aset tersebut
 Aset moneter dalam mata uang asing
dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang
rupiah
Penyajian

 Mengklasifikasikan aset dalam aset lancar
dan non lancar
 Mengklasifikasikan kewjibannya menjadi
kewajiban jangka pendek dan jangka panjang
dalam neraca
 Mengungkapkan setiap pos aset dan
kewajiban yang mencakup jumlah-jumlah
yang diharapkan akan diterima atau dibayar
dalam waktu 12 (duabelas) bulan setelah
tanggal pelaporan dan jumlah-jumlah yang

25

diharapkan diterima atau dibayar dalam
waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan.
 Menyajikan secara komparatif dengan
periode sebelumnya pos-pos berikut :
a) Kas dan setara kas
b) Inevstasi jangka pendek
c) Piutang pajak dan bukan pajak
d) Persediaan
e) Investasi jangka panjang
f) Aset tetap
g) Kewajiban jangka pendek
h) Kewajiban jangka panjang
i)

ekuitas

Kewajiban
Pengakuan

 Saat dana pinjaman diterima
Dana pinjaman dapat berupa : sumber
pembiayaan pinjaman dari masyarakat,
lembaga keuangan, entitas pemerintah lain
atau lembaga internasional
 Saat kewajiban timbul (adanya perikatan
dengan pegawai yang bekerja atau dengan
pemberi jasa lain)
 Dilakukan pengeluaran sumber daya
ekonomi untuk menyelesaikan kewajiban
tersebut diatas.
 Kewajiban jangka pendek diakui jika
diharapkan dibayar dalam waktu 12
(duabelas) bulan setelah tanggal pelaporan.
Selain itu diaklasifikasikan sebagai
kewajiban jangka panjang.

Pengukuran

 Dicatat sebesar nilai wajar/nominal sumber

26

daya ekonomi uang digunakan untuk
memenuhi kewajiban yang bersangkutan.

Penyajian

 Diungkap secara rinci dalam bentuk skedul
utang
 Menyajikan informasi :
(a) Jumlah saldo kewajiban jangka pendek
dan jangka panjang berdasarkan
klasifikasi pemberi pinjaman
(b) Jumlah saldo utang pemerintah
(c) Bunga pinjaman yang terutang pada
periode berjalan dan tingkat bunga
(d) Konsekuensi penyelesaian kewajiban
sebelum jatuh tempo
(e) Perjanjian restrukturisasi
(f) Jumlah tunggakan pinjaman
(g) Biaya pinjaman

Ekuitas
Pengakuan

Kekayaan bersih pemerintah yang merupakan
selisih antara aset dan kewajiban pemerintah
pada tanggal laporan.

Pengukuran

Menggunakan nilai perolehan historis
bagaimana aset dan kewajiban bersangkutan
dikukur

Penyajian

Menyajikan selisih antara aset dan kewajiban

Laporan Perubahan
Ekuitas
Penyajian

Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan
sekurang- kurangnya pos-pos:
 Ekuitas awal

27

 Surplus/defisit-LO pada periode
bersangkutan
 Koreksi-koreksi yang langsung menambah
atau mengurangi ekuitas
 Ekuitas Akhir

Laporan Realisasi
Anggaran (berbasis Kas)
Pengakuan

Pendapatan-LRA
Pada saat kas diterima di Rekening Kas
Umum Negara/Daerah atau oleh enttitas
Pelaporan.
 Belanja
a) Terjadinya pengeluaran dari Rekening
Kas Umum Negara/Daerah yang
mengurangi SAL
b) Khusus pengeluaran dari bendahara
pengeluaran pengakuannya terjadi pada
saat pertanggungjawaban atas
pengeluaran disahkan oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan
 Transfer;
Penerimaan atau pengeluaran uang dari
entitas Pelaporan ke entitas Pelaporan lain
 Surplus/defisit-LRA;
Selisih antara pendapatan LRA dan Belanja
selama satu periode
 Pembiayaan;
a) Penerimaan pembiayaan diakui pada saat
diterima pada Rekening Kas Umum
Negara/ Daerah
b) Pengeluaran Pembiayaan diakui pada

28

saat dikelaurkan dari Rekening Kas
Umum Negara/Daerah
c) Pembiayaan Neto : selisih lebih/kurang
antara penerim

Dokumen yang terkait

Analisis Penerapan Penuh Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Berbasis Akrual (Kasus Pada Pemerintah Kota Medan)

18 162 123

Evaluasi penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2014 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan : studi kasus di Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.

4 21 320

IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL DAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS KAS MENUJU AKRUAL DI JOMBANG.

0 0 125

Analisis Penerapan Penuh Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Berbasis Akrual (Kasus Pada Pemerintah Kota Medan)

0 0 11

Analisis Penerapan Penuh Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Berbasis Akrual (Kasus Pada Pemerintah Kota Medan)

0 0 2

Analisis Penerapan Penuh Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Berbasis Akrual (Kasus Pada Pemerintah Kota Medan)

0 0 9

Analisis Penerapan Penuh Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Berbasis Akrual (Kasus Pada Pemerintah Kota Medan)

0 0 32

Analisis Penerapan Penuh Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Berbasis Akrual (Kasus Pada Pemerintah Kota Medan)

0 0 5

Analisis Penerapan Penuh Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Berbasis Akrual (Kasus Pada Pemerintah Kota Medan)

0 0 30

IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL DAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS KAS MENUJU AKRUAL DI JOMBANG

0 0 20