alumunium foil dan  diinkubasi  dalam  penangas  air  pada  suhu  100
ᵒ
C  selama 15 menit, kemudian dibiarkan dingin.
Sebanyak 20 ml air destilata ditambahkan dan diatur pHnya menjadi 1.5 menggunakan HCl dan 100 mg pepsin. Labu erlenmeyer ditutup kembali dengan
alumunium  foil  dan  diinkubasi  dalam  penangas  air  bergoyang  pada  suhu  40
ᵒ
C selama  60  menit.  Sebanyak  20  ml  air  destilata  ditambahkan  ke  dalam  labu
erlenmeyer  kemudian  pH   diatur  menjadi  6.8 dengan  menggunakan  NaOH dan 100 mg pankreatin. Labu erlenmeyer ditutup kembali kemudian diinkubasi dalam
penangas  air  bergoyang  pada  suhu  40
ᵒ
C  selama  60  menit.  Kemudian  pHnya diatur  menjadi  4.5  dengan  menggunakan  HCl,  sampel  disaring,  dan  dicuci
dengan 2 x 10 ml air destilata. Residu yang diperoleh dicuci dengan 2 x 10 ml etanol 95 dan 2 x 10 ml
aseton.  Residu  hasil  penyaringan  kemudian  dikeringkan  pada  suhu  105
ᵒ
C sampai beratnya konstan, setelah itu ditimbang dan didinginkan dalam desikator
D1,  kemudian  diabukan  pada  suhu  550
o
C  selama  5  jam.  Setelah  didinginkan dalam  desikator  kemudian  ditimbang    I1.  Filtrat  yang  diperoleh  diatur
volumenya sampai 100 ml dan ditambahkan 400 ml etanol 95 pada suhu 60
ᵒ
C, dibiarkan  mengendap  selama  1  jam.  Kemudian  disaring  dan  dicuci  dengan  2  x
10  ml  etanol  78,  2  x  10  ml  etanol  95,  dan  2  x  10  ml  aseton.  Setelah  itu, dikeringkan  pada  suhu  105
o
C  selama  semalam.  Kemudian  ditimbang  setelah didinginkan dalam desikator D2. Kemudian diabukan pada suhu 550
o
C selama 5  jam,  setelah didinginkan  dalam  desikator  I2  kemudian  ditimbang. Berikut  ini
rumus perhitungan kadar serat pangan:
W= Berat sampel D= Berat setelah pengeringan g
I= Berat setelah pengabuan g B= Berat blanko bebas abu g= D-Iblanko
g. Kadar Total Pati Metode Luff Schorl AOAC 1995
Serat makanan tidak larut IDF =
1 − 1− 1
100 Serat makanan larut SDF =
2 − 1− 2
100 Serat makanan total = IDF + SDF
Sampel  ditimbang  sebanyak  3  gram,  kemudian  dimasukkan  ke  dalam labu  erlenmeyer  dan  ditambahkan  larutan  HCl  3  dan  batu  didih.  Selanjutnya,
dihubungkan  dengan  kondensor  dan  didihkan  selama  3  jam  dan  dinetralkan dengan  NaOH  0.4  N.  Setelah  itu,  ditambahkan  1  ml  asam  asetat  pekat,
kemudian  dimasukkan  ke  dalam  labu  ukur  250  ml  atau  500  ml  dan  ditepatkan sampai  tanda  tera.  Kemudian  disaring  dengan  penyaring  berlipat  kering,
selanjutnya residu dipipet sebanyak 10 ml ke dalam labu erlenmeyer 300 ml. Kemudian    ditambahkan  25  ml  larutan  luff,  15  ml  air  dan  batu  didih.
Hubungkan dengan kondensor dan didihkan selama 10 menit  tepat. Tambahkan 10  ml  larutan  KI  30  dan  25  ml  H
2
SO
4
4  N.  Proses  terakhir  adalah  mentitrasi dengan larutan Tio 0.1 N dan sebagai indikator digunakan larutan kanji misalnya
a  ml.  Blanko  dikerjakan  dengan  menggunakan 25  ml  larutan  luff dan  10  ml  air destilata misalnya b ml.
Kadar pati dihitung dengan rumus sebagai berikut: Pengubahan menjadi jumlah ml tio 0.1 N
Z ml tio 0.1 N pada daftar ekuivalen dengan y mg glukosa
h. Kadar Amilosa IRRI 1978 dalam Apriyantono et al. 1989
Standar amilosa dibuat dengan cara memasukan 40 mg amilosa murni ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml etanol 95 dan 9 ml larutan NaOH 1 N.
Tabung  reaksi  dipanaskan  dalam  penangas  air  suhu  95
ᵒ
C  selama  10  menit. Setelah didinginkan, larutan gel pati dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu
takar 100 ml, kemudian ditepatkan sampai tanda tera. Larutan stok dipipet 1, 2, 3,  4,  dan  5  ml  dipindahkan  masing-masing  ke  dalam  labu  takar  100  ml,
tambahkan  0.2,  0.4,  0.6,  0.8  dan  1.0  ml  larutan  asetat  1  N.  Selanjutnya ditambahkan  2  ml  larutan  iod  0.2  I
2
dan 2  g KI  dilarutkan  ke  dalam  100  ml  air destilata  ke  dalam  setiap  labu  kemudian  ditepatkan  sampai  100  ml  dengan air
destilata. Larutan dibiarkan  selama 20  menit,  lalu  diukur  absorbansinya dengan menggunakan  spektrofotometer  pada  panjang  gelombang  625  nm.  Kurva
standar merupakan hubungan antara kadar amilosa dengan absorbansinya. Z ml =
b − a x N tio 0.1
Kadar pati =
0.95
100
Sebanyak  100  mg  sampel  pati  dimasukan  ke  dalam  tabung  reaksi kemudian ditambahkan larutan etanol 95 dan 9 ml larutan NaOH 1 N. Tabung
reaksi dipanaskan pada suhu 95˚C selama 10 menit. Setelah didinginkan larutan
gel  pati  dipindahkan  secara  kuantitatif  dan  ditepatkan  dengan  air  destilata sampai tanda tera. Sebanyak 5 ml larutan gel dipipet ke dalam labu takar 100 ml,
ditambahkan 1 ml larutan asam asetat 1 N dan 2 ml larutan iod. Kemudian ditera dengan  air  destilata.  Larutan  dibiarkan  selama  20  menit  kemudian  diukur
absorbansinya  dengan  spektrofotometer  pada  panjang  gelombang  625  nm. Blanko dibuat dengan memipet 5 ml akuades ke dalam labu takar 100 ml, yang
ditambahkan 1 ml larutan asam asetat 1 N dan 2 ml larutan iod, kemudian ditera dengan  air  destilata.  Larutan  dibiarkan  selama  20  menit  kemudian  diukur
absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm.
i. Pati resisten Kim et al. 2003