Pendahuluan Bahan-bahan Tradisional sebagai Konservasi dalam Masyarakat Umum

Bahan-bahan Tradisional sebagai Konservasi dalam Masyarakat Umum: Kota Jakarta dan sekitarnya Chaidir Ashari Arkeologi FIB Universitas Indonesia

I. Pendahuluan

Sejauh ini peranan bahan-bahan tradisional dalam kehidupan masyarakat mulai tergerus perkembangan teknologi. Terlebih di kota besar, seperti Jakarta dan sekitarnya, bahan- bahan tradisional sejauh ini masih bertahan kuat di masyarakat Jakarta adalah minuman Jamu keliling. Sementara itu, bahan tradisional lainnya kebanyakan diketahui yang sudah menjadi bentuk benda, misalnya untuk pembasmi nyamuk yang menggunakan ekstrak lemon yang “katanya” greenlife . Memang lemon merupakan hasil alam, namun setelah diolah dalam bentuk pembasmi nyamuk, maka proses kimiawilah yang berperan. Akan tetapi ada pula bentuk olahan dari alam yang sering kita dengar di media televisi akhir- akhir ini, yakni “sebuah kabar gembira karena kulit manggis sudah ada ekstraknya” yang merupakan produk kesehatan. Lalu bagaimana dengan bahan-bahan tradisional yang dapat digunakan sebagai bentuk konservasi suatu benda? Agaknya di Jakarta sulit menemukan bahan tradisional yang masih digunakan untuk kegiatan sehari-hari, khususnya untuk yang bersifat konservasi. Tampaknya slogan-slogan seperti back to nature, greenlife, dan sebagainya menjadi sebuah upaya yang akan sia-sia jika tidak diikuti oleh pengetahuan mengenai bahan tradisional yang baik untuk kehidupan sehari-hari. Di Jakarta dan sekitarnya hanya satu bentuk bahan tradisional yang diketahui bermanfaat, yakni Jeruk Nipis. Jeruk nipis diketahui digunakan sebagai bahan yang digunakan untuk mencuci keris dan di kota besar digunakan pula untuk membersihkan bahan-bahan logam, seperti pisau dapur, golok dan semacamnya. Jeruk nipis di kalangan ibu rumah tangga juga membantu untuk membersihkan alat-alat masak, khususnya untuk menghilangkan bau amis. Di Jakarta dan sekitarnya yang masyarakatnya serba praktis tentu akan menggunakan bahan yang tersedia cepat dan banyak ditemukan, sehingga pengetahuan mengenai bahan-bahan alami yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari semakin terlupakan. Pengamatan dilakukan di tiga lokasi yang berbeda, namun masih dalam lingkup sekitar Jakarta, yakni Depok, Jakarta Timur dan Bekasi. Pemilihan lokasi didasarkan pada lokasi yang berdekatan dengan tempat tinggal penulis. Pengamatan dan pendekatan dilakukan kepada ibu-ibu rumah tangga, teman dan pengamatan langsung ke beberapa lokasi yang diperkirakan menggunakan bahan-bahan tradisional untuk konservasi benda. Dari beberapa kali pengamatan dan bertanya kepada beberapa orang, maka didapatkanlah beberapa informasi mengenai konservasi dengan bahan-bahan tradisional.

II. Beberapa Informasi mengenai Bahan Tradisional di Masyarakat