BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kaitannya dengan pertumbuhan dan perkambangan sel, kematian menjadi salah satu aspek yang tidak terelakkan. Beberapa faktor dapat ,menjadi alasan kematian,
yaitu akibat penuaan, kematian terprogram, dan pengaruh dari lingkungan luar. Kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam tubuh disebut
Nekrosis. Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis. Selain karena stimulus patologis, kematian sel juga dapat terjadi melalui mekanisme kamatian
sel yang sudah terprogram dimana setelah mencapai masa hidup tertentu maka sel akan mati.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian kematian sel pada tubuh makhluk hidup? 1.2.2 Apa saja jenis-jenis dari kematian sel atau nekrosis?
1.2.3 Apa dampak dari kematian sel atau nekrosis? 1.2.4 Apa saja penyebab kematian sel atau nekrosis?
1.2.5 Bagaimana pengobatan nekrosis pada tubuh? 1.2.6 Apakah pengertian kematian somatic?
1.2.7 Apa saja kriteria kematian somatic?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian kematian sel pada tubuh makhluk hidup. 1.3.2 Untuk mengetahui jenis-jenis dari kematian sel atau nekrosis.
1.3.3 Untuk mengetahui dampak dari kematian sel atau nekrosis. 1.3.4 Untuk mengetahui penyebab kematian sel atau nekrosis.
1.3.5 Untuk mengetahui pengobatan nekrosis pada tubuh. 1.3.6 Untuk mengetahui pengertian kematian somatic.
1.3.7 Untuk mengetahui kriteria kematian somatic.
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kematian Sel
1. Nekrosis Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan selakut
atau trauma. kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat menyebabkan rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat berpotensi
menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Akibat jejas yang paling ekstrim adalah kematian sel cellular death. Kematian sel
dapat mengenai seluruh tubuh somatic death atau kematian umum dan dapat pula setempat, terbatas mengenai suatu daerah jaringan teratas atau hanya pada sel-sel
tertentu saja. Terdapat dua jenis utama kematian sel, yaitu apotosis dan nekrosis. a. Perubahan Mikroskopis
Perubahan pada sel yang nekrotik terjadi pada sitoplasma dan organel- organel sel lainnya. Inti sel yang mati akan menyusut piknotik, menjadi padat,
batasnya tidak teratur dan berwarna gelap. Selanjutnya inti sel hancur dan meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam sel. Proses
ini disebut karioreksis. Kemudian inti sel yang mati akan menghilang kariolisis. b. Perubahan Makroskopis
Perubahan morfologis sel yang mati tergantung dari aktivitas enzim lisis pada jaringan yang nekrotik. Jika aktivitas enzim lisis terhambat maka jaringan
nekrotik akan mempertahankan bentuknya dan jaringannya akan mempertahankan ciri arsitekturnya selama beberapa waktu. Nekrosis ini disebut nekrosis
koagulatif, seringkali berhubungan dengan gangguan suplai darah. Contohnya gangren.
Jaringan nekrotik juga dapat mencair sedikit demi sedikit akibat kerja enzim dan proses ini disebut nekrosis liquefaktif. Nekrosis liquefaktif khususnya
terjadi pada jaringan otak, jaringan otak yang nekrotik mencair meninggalkan rongga yang berisi cairan. Pada keadaan lain sel-sel nekrotik hancur tetapi
pecahannya tetap berada pada tempatnya selama berbulan-bulan atau bahkan
2
bertahun-tahun dan tidak bisa dicerna. Jaringan nekrotik ini tampak seperti keju yang hancur. Jenis nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa, contohnya pada
tuberkulosis paru. Jaringan adiposa yang mengalami nekrosis berbeda bentuknya dengan
jenis nekrosis lain. Misalnya jika saluran pankreas mengalami nekrosis akibat penyakit atau trauma maka getah pankreas akan keluar menyebabkan hidrolisis
jaringan adiposa oleh lipase menghasilkan asam berlemak yang bergabung dengan ion-ion logam seperti kalsium membentuk endapan seperti sabun.
Nekrosis ini disebut nekrosis lemak enzimatik. c. Perubahan Kimia Klinik
Kematian sel ditandai dengan menghilangnya nukleus yang berfungsi mengatur berbagai aktivitas biokimiawi sel dan aktivasi enzim autolisis sehingga
membran sel lisis. Lisisnya membran sel menyebabkan berbagai zat kimia yang terdapat pada intrasel termasuk enzim spesifik pada sel organ tubuh tertentu
masuk ke dalam sirkulasi dan meningkat kadarnya di dalam darah. 2. Apoptosis
Apoptosis adalah kematian sel yang terprogram programmed cell death, adalah suatu komponen yang normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga
keseimbangan pada organisme multiseluler. Sel-sel yang mati adalah sebagai respons dari beragam stimulus dan selama apoptosis kematian sel-sel tersebut terjadi secara terkontrol
dalam suatu regulasi yang teratur. Informasi genetik pemicu apoptosis aktif setelah sel menjalani masa hidup
tertentu, menyebabkan perubahan secara morfologis termasuk perubahan pada inti sel. Kemudian sel akan terfragmentasi menjadi badan apoptosis, selanjutnya fragmen tersebut
diabsorpsi sehingga sel yang mati menghilang. a. Penyebab Apoptosis
Kematian sel terprogram di mulai selama embriogenesis dan terus berlanjut sepanjang waktu hidup organisme. Rangsang yang menimbulkan apoptosis meliputi
3
isyarat hormon, rangsangan antigen, peptida imun, dan sinyal membran yang mengidentifikasi sel yang menua atau bermutasi. Virus yang menginfeksi sel akan
seringkali menyebabkan apoptosis, yang akhirnya yang mengakibatkan kematian virus dan sel penjamu host. Hal ini merupakan satu cara yang dikembangkan oleh
organisme hidup untuk melawan infeksi virus. Virus tertentu misalnya; Virus EpsteinBarr yang bertanggung jawab terhadap monunukleosis pada gilirannya
menghasilkan protein khusus yang menginaktifkan respons apoptosis. Defisiensi apoptosis telah berpengaruh pada perkembangan kanker dan penyakit neuro
degeneratif dengan penyebab yang tidak diketahui, termasuk penyakit Alzheimer dan sklerosis lateral amiotrofik penyakit Lou Gehrig. Apoptosis yang dirangsang-
antigen dari sel imun sel T dan sel B sangat penting dalam menimbulkan dan mempertahankan toleransi diri imun Elizabeth J. Corwin, 2009.
b. Mekanisme Apoptosis Apoptosis ditimbulkan lewat serangkaian kejadian molekuler yang berawal
dengan berbagai cara yang berbeda tapi pada akhirnya berpuncak pada aktivasi enzim kaspase. Mekanisme apoptosis secara filogenetik dilestarikan; bahkan pemahaman
dasar kita tentang apoptosis sebagian besar berasal dari eksperimen cacing nematoda Caenorhabditis elegans; pertumbuhan cacing ini berlangsung melalui pola
pertumbuhan sel yang sangat mudah direproduksi, diikuti oleh kematian sel. Penelitian terhadap cacing mutan menemukan adanya gen spesifik dinamakan
gen ced singkatan dari C. elegans death; gen ini memiliki homolog pada manusia yang menginisiasi atau menghambat apoptosis.
Proses apoptosis terdiri dari fase inisiasi kaspase menjadi aktif dan fase eksekusi, ketika enzim mengakibatkan kematian sel. Inisiasi apoptosis terjadi melalui
dua jalur yang berbeda tetapi nantinya akan menyatu konvergen, yaitu: jalur ekstrinsik atau, yang dimulai dari reseptor, dan jalur intrinsik atau jalur
mitokondria Mitchell; Kumar; Abbas Fausto, 2008.
4
PERBEDAAN ANTARA NEKROSIS DAN APOPTOSIS
Nekrosis Apoptosis
Kematian oleh faktor luar sel Kematian diprogram oleh sel
Sel membengkak Sel tetap ukurannya
Pembersihan debris oleh fagosit dan sistem imun sulit
Pembersihan berlangsung cepat
Sel sekarat tidak dihancurkan fagosit maupun sistem imun
Sel sekarat akan ditelan fagosit karena ada sinyal dari sel
Lisis sel Non-lisis
Merusak sel tetangga inflamasi Sel tetangga tetap hidup normal
2.2 Jenis-jenis Kematian Sel atau Nekrosis 1. Nekrosis koagulatif