Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam Surat Kabar (Studi Analisis Isi Penerapan Pasal 4 dan Pasal 5 Kode Etik Jurnalistik di Rubrik Siantar Raya dalam Surat Kabar Siantar 24 Jam Edisi Januari 2013)

(1)

DAFTAR REFERENSI

Adji, Oemar Seno. (1987). Perkembangan Delik Pers di Indonesia : Profesi Wartawan. Jakarta : Erlangga.

Amar, Djen. (1984). Hukum Komunikasi Jurnalistik. Bandung: Penerbit Alumni.

Ardianto, Elvinaro & Lukiati Komala. (2004). Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Barus, Sedia Willing. (2010). Jurnalistik : Petunjuk Teknik Menulis Berita. Jakarta : Erlangga.

Cangara, Hafied. (1998). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : RajaGrafindo Persada.

Darmodiharjo, Darji & Shidarta. (2004). Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan. Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka.

Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

---, Onong Uchjana. (1989). Kamus Komunikasi. Bandung : PT. Mandar Maju.

Eriyanto. (2011). Analisis Isi : Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan

Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana.

Fiske, John. (1990). Introduction to Communication Studies. London : Routledge.

Krippendorf, Klaus. (1991). Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodenya. Jakarta : Rajawali

Press.

---, Klaus. (2006). Content Analysis : An Introduction to Its Methodology, Edisi ke-2. Thousand Oaks : Sage Publication.

Kriyantono, Rachmat. (2008). Teknik Praktis Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis

Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta : Kencana.

Kusumaningrat, Hikmat & Purnama Kusumaningrat. (2006). Jurnalistik : Teori dan Praktik. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Lubis, Suwardi. (1998). Metodologi Penelitian Komunikasi. Medan : Usu Press. Mondry. (2008). Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor : Ghalia Indonesia. Mufid, Muhamad. (2009). Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta : Kencana


(2)

Universitas Sumatera Utara

Nawawi, Hadari. (1995). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada

University

Neuendorf, Kimberly A. (2002). The Content Analysis Guidebook. Thousand Oaks : Sage Publications.

Rivers, Peterson dan Jensen. (2008). Media Massa & Masyarakat Modern : Edisi Kedua. Jakarta : Kencana.

Santana K., Septiawan. (2005). Jurnalisme Kontemporer. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. (2008). Metode Penelitian Survai. Jakarta : Pustaka

LP3S Indonesia.

Sobur, Alex. (2001). Etika Pers, Profesionalisme dengan Nurani. Bandung : Humaniora Utama Press.

Suhandang, Kustadi. (2010). Pengantar Jurnalistik : Seputar Organisasi, Produk, & Kode

Etik. Bandung : Nuansa.

Sukardi, Wina Armada. (2012). Kajian Tuntas 350 Tanya Jawab UU Pers dan Kode Etik

Jurnalistik. Jakarta : Dewan Pers.

Sumadiria, AS Haris. (2005). Jurnalisitk Indonesia : Menulis Berita dan Feature Panduan

Praktis Jurnalis Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Vardiansyah, Dani. (2008). Filsafat Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Jakarta : Indeks. Wiryanto. (2000). Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Grasindo.

Yunus, Syarifudin. (2010). Jurnalistik Terapan. Jakarta : Ghalia Indonesia. Jurnal dan Skripsi :

Lubis, Fatma Wardy & Nurbani. (2012). Media dan Gender (Analisis Isi Pemberitaan

Perempuan di Harian Surat Kabar Metro 24 Jam dan Pos Metro). Medan :

Universitas Sumatera Utara.

Vahluvi, Wina. (2010). Objektivitas Pemberitaan di Media Cetak (Studi Analisis Isi

Objektivitas Pemberitaan Kandidat Calon Walikota dan Wakil Walikota pada Pilkada


(3)

Kota Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Waspada). Medan : Universitas

Sumatera Utara.

Larasati, Ayu Utami. (2009). Representasi Pelanggaran Terhadap Kode Etik Jurnalistik

Dalam Surat Kabar (Analisis Isi Tentang Pelanggaran Terhadap Pasal 4 dan Pasal 5 Kode Etik Jurnalistik Pada Berita Kriminal Dalam Rubrik Wanted Surat Kabar Rakyat Merdeka Edisi Januari 2008). Jakarta : Universitas Pembangunan Nasional

Veteran Jakarta. Surat Kabar (Koran) :

• Siantar 24 Jam, Jum’at, 4 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Sabtu, 5 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Minggu, 6 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Senin, 7 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Selasa, 8 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Rabu, 9 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Kamis, 10 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Jum’at, 11 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Sabtu, 12 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Minggu, 13 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Senin, 14 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Selasa, 15 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Rabu, 16 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Kamis, 17 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Jum’at, 18 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Sabtu, 19 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Minggu, 20 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Senin, 21 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Selasa, 22 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Rabu, 23 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Jum’at, 25 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Sabtu, 26 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Minggu, 27 Januari 2013


(4)

Universitas Sumatera Utara

• Siantar 24 Jam, Selasa, 29 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Rabu, 30 Januari 2013

• Siantar 24 Jam, Kamis, 31 Januari 2013

Situs Web:

Diakses tanggal 10 Februari 2013.

Februari 2013.

tanggal 15 Februari 2013.


(5)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 3.1.1 Profil Siantar 24 Jam

Harian Siantar 24 Jam merupakan salah satu surat kabar yang ada di kota Siantar. Siantar 24 Jam berdiri sejak 1 Desember 2008. Meski dapat dikatakan masih berusia muda, namun Siantar 24 Jam terbukti mampu bersaing dalam merebut hati pembaca. Terbukti dengan jumlah oplahnya yang mencapai 8.000 eksemplar setiap hari (berdasarkan data tahun 2012). Oplah tersebut terbilang cukup banyak untuk ukuran surat kabar yang baru berdiri selama lima tahun. Dengan oplah sebanyak itu, Siantar 24 Jam mampu meraup iklan sebanyak 50 – 80 juta rupiah per bulannya. (Sumber: Siantar 24 Jam)

Siantar 24 Jam merupakan anak perusahaan dari Metro 24 Jam, sebuah surat kabar yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat kota Medan. Wilayah edar atau distribusi Siantar 24 Jam sendiri meliputi Siantar, Simalungun, Asahan dan Balige. Dalam proses pemberitaan, Siantar 24 Jam membagi wartawannya menjadi 4 unit, yaitu Unit Pemerintah Kota (Pemko) / Dewan, Unit Kepolisian, Unit Kejaksaan dan Unit Buser. Setiap unitnya terdiri dari 8-10 wartawan.

Kantor redaksi, iklan dan sirkulasi Siantar 24 Jam berada di Jalan Ade Irma Suryani No. 14, Simpang Singosari, Siantar. Untuk percetakan, Siantar 24 Jam mempercayakan kepada PT. Medan Media Grafika Tama yang bertempat di Tanjung Morawa, Medan, sebuah perusahaan yang juga menerima jasa cetak dari surat kabar lain seperti Metro 24 Jam dan Kompas. Saat ini Siantar 24 Jam dipimpin oleh Rahmat Hidayat (Pimpinan Umum dan Pimpinan Redaksi / Penanggung Jawab).

3.1.2 Susunan Redaksi Siantar 24 Jam

Adapun susunan redaksi surat kabar Siantar 24 Jam adalah sebagai berikut :


(6)

Universitas Sumatera Utara

PEMIMPIN UMUM : Rahmat Hidayat

PIMPINAN REDAKSI / PENANGGUNG JAWAB : Rahmat Hidayat

PIMPINAN PERUSAHAAN : Rencana Siregar

PJS. KOORDINATOR LIPUTAN : Rahmad Hidayat

ASISTEN KOORDINATOR LIPUTAN : Lintong Silalahi

REDAKTUR : Dosmaria Saragih Reinhard Panggabean Duga Munthe

Hendra Sembiring Nasrudin Simangunsong REPORTER : Peter Siahaan

Rudi Sinaga Freddy Siahaan Fery Napitupulu Trigona Damanik Tombang Sihombing Desi Natalia Manalu Sutan Hutapea (Gunung Maligas)

Rudi Samosir (Perdagangan) Khairul Amri (Hutabayu Raja) Aroji Siagian (Serbelawan) Sutan Haref (Gunung Malela)

KEPALA BAGIAN KEUANGAN : Leris Sihombing

MANAJER SDM : Roni Lesmana SH

KEPALA BAGIAN IKLAN : Aswin

KOORDINATOR IKLAN : Robin Sitinjak

KEPALA BAGIAN PEMASARAN : Gunawan Siregar

KOORDINATOR PEMASARAN : Rahmat Efendy

PENASEHAT HUKUM : Mukhtar SH

BIRO TANAH KARO : Aston Sembiring Johny Sembiring Sempurna Marko BIRO DAIRI : Ricki


(7)

BIRO ASAHAN : M. Yunus (Friend) Agus SL

3.1.3 Visi dan Misi Siantar 24 Jam

Visi dan misi surat kabar Siantar 24 Jam antara lain sebagai berikut: VISI

Bukan menjadi surat kabar yang pertama, tapi menjadi surat kabar utama khususnya bagi masyarakat Siantar Simalungun dan Sumatera Utara pada umumnya.

MISI

- Memberikan pencerahan kepada masyarakat Sumatera Utara

- Menjalankan berita sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik dan Undang-Undang Pers - Melakukan cek, ricek dan triple check untuk setiap pemberitaan yang masuk

- Mengentaskan buta huruf serta menggiatkan hobi membaca di masyarakat Sumatera Utara - Menjadi sarana inspirasi dan aspirasi masyarakat Sumatera Utara

- Menjadi surat kabar yang independen dan berimbang

- Menjadi perusahaan dengan Sumber Daya Manusia yang muda, enerjik dan intelektual 3.1.4 Rubrik dalam Siantar 24 Jam

Berikut merupakan rubrik-rubrik yang terdapat dalam harian Siantar 24 Jam :

Halaman Depan (Headline)

Seperti surat kabar pada umumnya, halaman depan Siantar 24 Jam menampilkan berita-berita atau informasi yang paling penting atau paling sering dibicarakan (populer). Namun, berita tidak ditampilkan secara lengkap. Biasanya berita ditampilkan secara sebagian (dipotong), kemudian berita lengkapnya dilanjutkan pada halaman 2 (Sambungan).


(8)

Universitas Sumatera Utara Rubrik ini memuat berita-berita seputar wilayah edar Siantar 24 Jam seperti daerah Siantar, Simalungun, Balige dan Asahan. Dapat dikatakan bahwa rubrik ini merupakan gambaran mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di daerah Siantar , Simalungun, Balige dan Asahan. Peristiwa yang disajikan misalnya seputar kegiatan Polri, kecelakaan, sengketa dan lain sebagainya.

• Sekitar Kita

Berita-berita dalam rubrik Sekitar Kita biasanya berisi mengenai acara-acara atau kunjungan dari tokoh-tokoh penting. Misalnya kunjungan anggota partai atau tokoh pemerintah ke daerah-daerah tertentu atau acara yang sudah dilaksanakan oleh sebuah organisasi. Biasanya rubrik ini hanya terisi sebanyak setengah halaman saja, karena setengah halaman lagi adalah ruang untuk iklan.

• Ruang Publik

Rubrik ini menyediakan ruang bagi publik untuk menyampaikan keluh-kesahnya, terutama ditujukan pada pemerintah. Terdapat fitur SMS Interaktif yang dapat digunakan masyarakat untuk menyampaikan hal tersebut. Selain itu di Ruang Publik juga disediakan tempat bagi pembaca Siantar 24 Jam untuk memperluas jaringan pertemanan atau bahkan teman hidup, yang disebut dengan CK 24 Jam. Pembaca setia Siantar 24 Jam dapat memperkenalkan diri ataupun mencari teman di rubrik ini.

• Bisnis

Rubrik ini terkait dengan berita-berita yang bertemakan ekonomi atau bisnis. Contoh berita dalam rubrik ini antara lain mengenai properti, gadget, kebijakan ekonomi pemerintah, info otomotif terbaru dan lain-lain. Hampir sama dengan rubrik Sekitar Kita, rubrik Bisnis ini hanya terisi sebanyak setengah halaman saja, karena setengah halaman lagi adalah ruang untuk iklan.

• Metro 24 Jam

Rubrik ini menyajikan berita kriminal dari surat kabar Metro 24 Jam. Tema beritanya mirip dengan rubrik Siantar Raya, yakni mengenai pembunuhan, pencurian,


(9)

kecelakaan dan sebagainya. Bedanya, rubrik Metro 24 Jam ini memuat berita mengenai daerah Medan dan sekitarnya saja. Tidak seperti rubrik Siantar Raya yang meliputi daerah Siantar. Simalungun, Balige dan Asahan.

• Gila Bola

Rubrik ini menyediakan informasi mengenai berita-berita seputar sepakbola mancanegara. Berita yang disajikan biasanya adalah hasil (skor) akhir pertandingan, pertandingan yang akan berlangsung serta klasemen sementara dari beberapa liga sepakbola paling terkenal di Eropa.

• All Sport

Dalam rubrik ini disajikan informasi seputar olahraga selain sepakbola mancanegara (luar negeri). Misalnya berita mengenai Moto GP, tenis, basket, sepakbola dalam negeri dan lain sebagainya.

• Ngosek

Rubrik ini menyediakan informasi yang menambah pengetahuan kita mengenai kesehatan. Selain itu dalam rubrik ini juga terdapat kolom Posisi Uenakk, dimana berisi informasi mengenai seks.

• Polisi Juga Manusia

Rubrik ini menyajikan informasi seputar dunia kepolisian. Selain itu rubrik ini juga menyediakan kolom Lapor Dan!!!, dimana masyarakat bisa melaporkan hal-hal yang berbau kriminalitas kepada polisi melalui SMS ke nomor yang sudah disediakan oleh Siantar 24 Jam.

• Ini Seleb

Merupakan artikel hiburan bagi pembaca setia Siantar 24 Jam. Biasanya berisi informasi mengenai selebritis wanita dan ramalan zodiak.


(10)

Universitas Sumatera Utara Rubrik ini dibuat untuk menampilkan iklan-iklan yang ada. Rubrik iklan terisi sebanyak satu halaman penuh.

3.2Metode Penelitian

3.3

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi kuantitatif. Menurut Neuendorf (2002), analisis isi adalah sebuah peringkasan (summarizing), kuantifikasi dari pesan yang didasarkan pada metode ilmiah (diantaranya objektif-intersubjektif, reliabel, valid, dapat digeneralisasikan, dapat direplikasi dan pengujian hipotesis) dan tidak dibatasi untuk jenis variabel tertentu atau konteks di mana pesan dibentuk dan ditampilkan. Analisis isi kuantitatif ditujukan untuk mengidentifikasi secara sistematis isi komunikasi yang tampak (manifest), dan dilakukan secara objektif, valid, reliabel dan dapat direplikasi. Objektif maksudnya penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari suatu isi secara apa adanya, tanpa adanya campur tangan dari peneliti. Penelitian menghilangkan bias, keberpihakan atau kecenderungan tertentu dari peneliti. Ada dua aspek penting dari objektifitas, yakni validitas dan reliabilitas. Validitas berkaitan dengan apakah analisis isi mengukur apa yang benar-benar ingin diukur. Sementara reliabilitas berkaitan dengan apakah analisis isi akan menghasilkan temuan yang sama biarpun dilakukan oleh orang yang berbeda dan waktu yang berbeda. Analisis isi disebut reliabel jikalau menghasilkan temuan yang sama biarpun dilakukan oleh orang dengan latar belakang dan kecenderungan yang berbeda (Eriyanto, 2011).

Berdasarkan tujuan dan pendekatannya, penelitian ini termasuk ke dalam analisis isi deskriptif. Analisis isi deskriptif adalah analisis isi yang dimaksudkan untuk menggambarkan secara detail suatu pesan atau suatu teks tertentu. Desain analisis isi ini tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis tertentu atau menguji hubungan diantara variabel. Analisis isi semata untuk deskripsi, menggambarkan aspek-aspek dan karakteristik suatu pesan. Metode ini digunakan untuk meneliti adakah pelanggaran dalam pemberitaan di rubrik Siantar Raya harian Siantar 24 Jam edisi Januari 2013 serta bagaimana saja bentuk pelanggarannya.

3.3 Populasi dan Sampel a) Populasi

Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa,


(11)

sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2005). Dalam penelitian ini populasi yang akan dijadikan objek penelitian adalah harian Siantar 24 Jam edisi Januari 2013 yang berjumlah 27 eksemplar, dengan catatan tanggal 1-3 Januari dan tanggal 24 Januari libur (tidak terbit).

b) Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang memperoleh perlakuan penelitian yang secara keseluruhan mempunyai sifat populasi. Sampel merupakan wakil yang bersifat representatif dari populasi, khususnya dalam hal pendataan (Bulaeng, 2004). Berdasarkan populasi tersebut, maka sampel yang digunakan adalah berita-berita di Rubrik Siantar Raya pada harian Siantar 24 Jam edisi Januari 2013, yakni berjumlah 157 berita.

Teknik sampling yang digunakan untuk mengambil sampel adalah teknik sampel total, yaitu dengan memakai seluruh populasi dalam pelaksanaan penelitian. Sampel dibuat berdasarkan teknik Guido H. Stempel, dimana dia mengemukakan bahwa sampel yang terdiri dari 6, 12, 24, 48 edisi surat kabar apabila diperbandingkan, maka terdapat suatu kesimpulan bahwa penambahan ukuran sampel di atas 12 terbitan tidak membawa perbedaan yang berarti dalam hasil penelitian (Flournoy, 1989).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Berikut merupakan teknik pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini : 1. Studi dokumenter, yaitu data unit analisis dikumpulkan dengan cara mengumpulkan

data dari bahan-bahan tertulis, yakni berita pada rubrik Siantar Raya di harian Siantar 24 Jam edisi Januari 2013.

2. Studi kepustakaan (library research), yaitu penelitian dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku, literatur serta tulisan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.


(12)

Universitas Sumatera Utara Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dalam beberapa tahap, antara lain sebagai berikut :

1. Penyusunan kategorisasi

Tahapan pengukuran dalam analisis isi adalah menyusun kategori. Kategori berhubungan dengan bagaimana isi (content) kita kategorikan (Eriyanto, 2011). Menyusun kategori harus dilakukan secara baik dan berhati-hati. Paling tidak terdapat tiga prinsip penting dalam penyusunan kategori: kategori haruslah mutually exclusive,

exhaustive dan reliabel (Neuendorf, 2002).

Mutually exlusive artinya terpisah satu sama lain. Kategori harus dapat

dibedakan secara jelas antarsatu kategori dengan kategori lain. Exhaustive artinya lengkap. Maksudnya, kategori harus dapat menampung semua kemungkinan yang muncul. Sedangkan reliabel maksudnya kategori tersebut harus dipahami secara sama oleh semua orang (Eriyanto, 2011).

Adapun kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Tema berita

1.1Tema Berita

Merupakan pokok pikiran atau pokok cerita yang paling ditonjolkan (diutamakan) dalam suatu pemberitaan.

2. Pelanggaran tulisan Kode Etik Jurnalistik pasal 4 2.1Bohong dan Fitnah

Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. Fitnah berarti menyebarkan berita secara sengaja berisi tuduhan tidak mendasar, bahkan sudah diketahui tidak benar dengan niat yang buruk.

2.2Sadis

Sadis berarti menggambarkan suatu kronologis atau kejadian yang di dalamnya banyak terdapat kekejaman atau tidak mengenal belas kasihan. 2.3Cabul

Cabul maksudnya penggambaran tingkah laku secara erotis dengan tulisan yang dapat membangkitkan nafsu birahi pembacanya.

3. Pelanggaran foto Kode Etik Jurnalistik pasal 4 3.1Sadis


(13)

Foto dalam suatu berita yang dapat menggambarkan suatu kekejaman, tidak mengenal belas kasihan, atau pemandangan mengerikan yang tidak pantas dikonsumsi publik.

3.2Cabul

Foto, gambar atau grafis dalam suatu berita yang dapat membangkitkan nafsu birahi orang yang melihatnya.

4. Pelanggaran tulisan Kode Etik Jurnalistik pasal 5

4.1Menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila

Yaitu penyiaran atau penyebutan nama korban, alamat korban, nama keluarga korban maupun identitas korban dari kejahatan asusila (pemerkosaan, pencabulan, pelecehan seksual dan sebagainya).

4.2Menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan

Yaitu penyiaran atau penyebutan nama, alamat, keluarga maupun identitas lainnya atas pelaku kejahatan yang masih berusia di bawah 16 tahun.

5. Pelanggaran foto Kode Etik Jurnalistik pasal 5

5.1Menampilkan identitas (foto) korban kejahatan susila

Maksudnya menampilkan foto atau gambar korban dari kejahatan asusila tanpa sensor sehingga pembaca dapat mengenali identitas dari korban tersebut.

5.2Menampilkan identitas (foto) anak yang menjadi pelaku kejahatan

Maksudnya menampilkan foto atau gambar pelaku kejahatan yang masih berusia di bawah 16 tahun tanpa sensor sehingga pembaca dapat mengenali identitas dari pelaku tersebut.

2. Coding

Proses mengisi lembar coding disebut sebagai coding, sementara orang yang mengisi lembar coding disebut sebagai coder. Coder membaca teks dan mengisi ke dalam lembar coding yang telah disediakan. Proses ini dilakukan sampai semua berita telah di-coding semua. Proses coding sangat ditentukan oleh unit analisis yang dipakai dalam analisis isi. Dalam penelitian ini digunakan unit sintaksis.

Unit sintaksis adalah unit analisis yang menggunakan satuan sintaksis (kata, kalimat). Proses coding untuk analisis yang menggunakan unit sintaksis adalah dengan jalan menghitung. Neuman (2000) menyebut sebagai manifest coding. Tugas


(14)

Universitas Sumatera Utara

coder hanyalah menghitung apa yang terlihat secara nyata dalam bentuk kata, kalimat

dan gambar (Eriyanto, 2011). 3. Uji Reliabilitas

Dalam analisis isi, alat ukur yang kita pakai adalah lembar coding (coding

sheet). Peneliti harus memastikan bahwa lembar coding yang akan dipakai adalah alat

ukur yang dipercaya (reliabel). Penelitian dibantu oleh pengkoding lain guna meningkatkan kepercayaan pengkodingan. Reliabilitas pengkodingan menggunakan rumus Holsti (Bungin, 2003).

Reliabilitas Antar-Coder = 2� �1+�2

Keterangan :

M = Jumlah coding yang sama (disetujui oleh masing-masing coder) N1 = Jumlah coding yang dibuat oleh coder 1

N2 = Jumlah coding yang dibuat oleh coder 2

Reliabilitas bergerak antara 0 hingga 1, dimana 0 berarti tidak ada satupun yang disetujui oleh para coder dan 1 berarti persetujuan sempurna di antara para coder. Makin tinggi angka, makin tinggi pula angka reliabilitas. Dalam formula Holsti, angka reliabilitas minimum yang ditoleransi adalah 0,7 atau 70 persen. Artinya, kalau hasil perhitungan menunjukkan angka reliabilitas di atas 0,7, berarti alat ukur ini benar-benar reliabel. Tetapi jika di bawah angka 0,7, berarti alat ukur (coding sheet) bukan alat yang reliabel. Sama dengan presentase persetujuan, reliabilitas Holsti ini juga harus dipakai untuk semua kategori yang digunakan. Hasil dari reliabilitas dari masing-masing kategori ini ditampilkan dalam laporan.


(15)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap objek penelitian, yaitu berita-berita yang terdapat dalam Rubrik Siantar Raya di harian Siantar 24 Jam edisi Januari 2013, maka terdapatlah 157 item berita yang akan diteliti. Selanjutnya, peneliti melakukan proses pengkodingan. Dalam proses tersebut, peneliti melakukan pengelompokkan terhadap keseluruhan sampel berita berdasarkan kategori-kategori yang telah ditetapkan sebelumnya. Berita-berita yang terpilih tadi dilihat berdasarkan pasal 4 dan 5 Kode Etik Jurnalistik. Untuk mengukur apakah kedua pasal ini telah dijalankan dengan baik, peneliti melihatnya dari segi tulisan dan gambar (foto) dalam berita yang dijadikan sampel. Misalnya, pada pasal 4 Kode Etik Jurnalistik, peneliti melihat adakah tulisan bohong, fitnah, sadis dan cabul serta adakah gambar yang mengandung unsur sadis dan cabul. Sedangkan pada pasal 5 Kode Etik Jurnalistik, peneliti melihat apakah ada penyebutan dan penyiaran korban kejahatan asusila (baik dalam tulisan atau foto) serta penyebutan dan penyiaran identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan (baik tulisan atau foto).

Dalam proses pengkodingan tersebut, peneliti bertindak sebagai pengkoding I (coder I), yaitu melakukan pengkodingan terhadap seluruh sampel berita untuk pertama kali. Kemudian sampel berita tersebut kembali dikoding oleh pengkoding II (coder II). Dalam proses pengkodingan kedua, peneliti dibantu oleh seorang mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Program Studi Jurnalistik FISIP USU, yaitu Dedy Panggabean. Selanjutnya, Dedy bertindak sebagai pengkoding II.

Sebelum melakukan proses pengkodingan kedua, peneliti terlebih dahulu menjelaskan kategori-kategori yang dipergunakan sebagai unit analisis dalam upaya mengurangi perbedaan pandangan dan persepsi antara peneliti sebagai pengkoding I (coder I) dan pengkoding II (coder II). Hal ini bertujuan agar hasil pengkodingan nantinya dapat berjalan secara maksimal.


(16)

Universitas Sumatera Utara 4.1 Tema Berita

Dalam kategori berikut ini peneliti melakukan penghitungan untuk mencari tema apa yang paling sering muncul dalam Rubrik Siantar Raya di harian Siantar 24 Jam edisi Januari 2013. Berikut merupakan tabel hasil penghitungannya :

Kode Koding Frekuensi (F)

Pembunuhan 2

Penganiayaan 18

Kecelakaan 27

Narkoba / Miras 13

Pemerkosaan / Pencabulan 7

Perampokan / Pencurian 32

Mayat Ditemukan 2

Korupsi 6

Bunuh Diri 1

Laporan Lalu Lintas 4

Perusakan / Kerusuhan 2

Penipuan / Penggelapan 13

Kegiatan Organisasi / LSM 4

Olahraga 1

Pembuangan Bayi 1

Balapan Liar 1

Pencemaran Lingkungan 2

Penculikan 2

Pengadilan / Persidangan Kasus 3

Kebakaran 1

Perjudian 12

Perbuatan Tidak Menyenangkan 1

Orang Hilang 2

Jumlah 157

Sumber : Hasil pengkodingan


(17)

Berdasarkan diagram tersebut, dapat kita lihat bahwa tema berita yang paling sering dimunculkan dalam Rubrik Siantar Raya di harian Siantar 24 Jam edisi Januari 2013 adalah tema perampokan / pencurian, yaitu sebanyak 32 item berita atau persentase sebesar 20,4%. Selain perampokan, tema kecelakaan juga cukup sering dimunculkan, terlihat dari persentasenya yang mencapai 17,2%. Dapat dikatakan bahwa secara garis besar, tema-tema berita yang disajikan dalam rubrik Siantar Raya adalah tema kriminal (kriminalitas). Tingkat reliabilitas dalam kategori tema berita ini adalah 0,99.

Kemunculan tema-tema kriminalitas menjadi perhatian sendiri bagi peneliti mengingat rubrik Siantar Raya merupakan rubrik yang mengangkat berita-berita dari wilayah edar harian Siantar 24 Jam seperti daerah Siantar, Simalungun, Balige dan Asahan. Seharusnya rubrik Siantar Raya memberikan informasi yang merata untuk semua tema, bukan hanya tema-tema kriminalitas saja. Wartawan Siantar 24 Jam dapat memberikan informasi seputar pembangunan, ekonomi atau bahkan pendidikan dalam rubrik Siantar Raya.

4.2 Pelanggaran Tulisan Kode Etik Jurnalistik Pasal 4

Dalam Pasal 4 Kode Etik Jurnalistik, disebutkan bahwa wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. Untuk meneliti pelanggaran dalam pasal ini, peneliti membuat beberapa kategorisasi dengan tujuan agar memudahkan penelitian. Peneliti memisahkan antara pelanggaran tulisan dengan pelanggaran foto. Dalam pelanggaran tulisan

20.4%

17.2%

11.5% 8.3%

8.3% 7.6% 4.5%

3.8%

2.5% 15.9%

Persentase Tema Berita

Perampokan Kecelakaan Penganiayaan Narkoba / Miras Penipuan / Penggelapan Perjudian

Pemerkosaan / Pencabulan Korupsi

Laporan Lalu Lintas Tema Lainnya


(18)

Universitas Sumatera Utara Kode Etik Jurnalistik Pasal 4 ini, peneliti membuat tiga kategori, yaitu tulisan bohong dan fitnah, tulisan sadis dan tulisan cabul.

4.2.1 Tulisan Bohong dan Fitnah

Peneliti menggabungkan kategori tulisan bohong dan fitnah karena peneliti menganggap kedua kategori ini masih berkaitan erat satu sama lain. Tak jarang berita bohong mengandung fitnah dalam tulisan yang ada, dan begitu pula sebaliknya. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. Sedangkan fitnah berarti menyebarkan berita secara sengaja berisi tuduhan tidak mendasar, bahkan sudah diketahui tidak benar dengan niat yang buruk. Berikut merupakan hasil pengamatan peneliti mengenai tulisan bohong dan fitnah di surat kabar Siantar 24 Jam :

0 100 200

Ada tulisan bohong dan

fitnah tulisan bohong Tidak ada dan fitnah

Tidak jelas

Ju

m

la

h

B

e

ri

ta

Ada tulisan bohong dan fitnah

Tidak ada tulisan

bohong dan fitnah Tidak jelas

Tulisan Sadis 0 157 0

Frekuensi Tulisan Bohong dan Fitnah


(19)

Biasanya, berita fitnah atau bohong berisi tulisan yang memojokkan atau mendiskreditkan pihak tertentu. Tak jarang berita bohong dan fitnah juga disertai tulisan-tulisan yang mendramatisir atau sensasional. Hal ini tidak diketemukan dalam rubrik Siantar Raya edisi Januari 2013. Artinya, wartawan Siantar 24 Jam sudah menyajikan berita-berita yang real, sesuai fakta tanpa ada unsur fitnah atau bohong di dalamnya. Hal tersebut didukung dengan pengamatan peneliti mengenai wawancara yang dilakukan, sumber yang diwawancara, serta unsur-unsur berita yang sudah terpenuhi dengan baik dalam pemberitaan di rubrik Siantar Raya. Secara keseluruhan, tingkat reliabilitas untuk kategori berita bohong dan fitnah adalah 1.

Tentu hal positif seperti ini harus terus dipertahankan oleh harian Siantar 24 Jam agar mendapat kepercayaan penuh dari pembacanya. Berita bohong dan fitnah memang akan membawa dampak yang buruk bagi surat kabar yang menayangkannya. Selain berkurangnya tingkat kepercayaan dari masyarakat, surat kabar juga dapat dituntut oleh pihak yang merasa dirugikan akibat dari pemberitaan tersebut. Tentu Siantar 24 Jam tidak mau hal seperti itu terjadi, mengingat salah satu misi perusahaan Siantar 24 Jam adalah menjalankan berita sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik dan Undang-Undang Pers.

4.2.2 Tulisan Sadis

Dalam kategori tulisan sadis, peneliti mencari serta mengamati apakah ada unsur sadisme atau kekejaman dalam pemberitaan di rubrik Siantar Raya. Sadis dalam konteks ini

0.0%

100.0% 0.0%

Persentase Tulisan Bohong dan Fitnah

Ada Tulisan Sadis Tidak Ada Tulisan Sadis Tidak Jelas


(20)

Universitas Sumatera Utara maksudnya menggambarkan suatu kronologis atau kejadian yang di dalamnya banyak terdapat kekejaman atau tidak mengenal belas kasihan. Secara keseluruhan, tingkat reliabilitas dalam kategori ini adalah sebesar 0,96. Peneliti menemukan ada beberapa berita yang melanggar Kode Etik Jurnalistik pasal 4. Berikut merupakan hasil pengamatan peneliti terhadap kategori tulisan sadis secara keseluruhan :

Berdasarkan diagram di atas, ada beberapa berita di rubrik Siantar Raya yang mengandung tulisan sadis, yakni sebanyak 12 berita. Tulisan sadis memiliki efek negatif kepada pembacanya. Tidak semua pembaca dapat menerima dengan baik tulisan-tulisan yang

0 50 100 150

Ada tulisan sadis

Tidak ada tulisan

sadis Tidak jelas

Ju

m

la

h

B

e

ri

ta

Ada tulisan sadis Tidak ada tulisan sadis Tidak jelas

Tulisan Sadis 12 145 0

Frekuensi Tulisan Sadis

92.4% 7.6% 0.0%

Persentase Tulisan Sadis

Ada Tulisan Sadis Tidak Ada Tulisan Sadis Tidak Jelas


(21)

menggambarkan kekejaman. Tak jarang ada pembaca yang mengalami kengerian (rasa takut) ketika menyimak tulisan yang menggambarkan kekejaman atau kesadisan tersebut. Bahkan, penggambaran kejadian sadis ditakutkan akan menginspirasi pembaca untuk melakukan hal yang serupa. Berikut merupakan contoh tulisan yang mengandung unsur kekejaman dalam rubrik Siantar Raya :

Syamsudin yang emosi menghujamkan sebilah pisau sabit ke perut Miller hingga ususnya terburai keluar. Melihat Miller terkapar bersimbah darah, warga langsung membawanya ke RSUD dr Djasamen Saragih untuk mendapat perawatan. Sementara Syamsudin langsung kabur melarikan diri dan sembunyi di dalam rumahnya. (“Mabuk Tuak, Bapak 5 Anak

Tikam Perut Tetangga”, Siantar 24 Jam, 17 Januari 2013).

Tulisan sadis (menggambarkan kekejaman) dapat kita lihat dengan jelas dalam kalimat “ususnya terburai keluar” dan “terkapar bersimbah darah”. Hal ini dapat menimbulkan kengerian bagi pembacanya, apalagi jika membayangkan bagaimana kejadian sadis tersebut dilakukan. Padahal, wartawan Siantar 24 Jam tidak perlu menggambarkan bagaimana aksi sadisme itu terjadi. Contoh tulisan yang mengandung kekejaman atau kesadisan lainnya terlihat dalam tulisan berikut ini :

Diantara ketiganya, sempat terjadi perdebatan mengenai status Sarman yang tidak diketahui Edison. Merasa berbelit-belit dengan Edison, Sarman yang tersulut emosi mendorong tubuh Edison hingga terjatuh, sial saat terjatuh kepala Edison membentur batu besar hingga terluka, darah segar pun mengucur deras dari luka di kepalanya itu. Tak terima, meski berlumur darah, Edison datang ke Mapolres Siantar yang letaknya tak jauh dari lokasi kejadian, Edison ingin melaporkan perbuatan anak tirinya itu. (“Tak Nafkahi Anak Istri

Kepala Jukir Pecah Kena Batu”, Siantar 24 Jam, 12 Januari 2013).

Penggambaran kekejaman dan kesadisan terlihat dengan jelas dalam kalimat “darah segar pun mengucur deras” dan frase “berlumur darah”. Selain itu, judul beritanya juga seperti mendramatisir kejadian yang ada. Judul berita tersebut adalah “Tak Nafkahi Anak Istri Kepala Jukir Pecah Kena Batu”. Padahal, kepala Jukir tidak pecah, hanya bocor saja setelah membentur batu. Redaksi harian Siantar 24 Jam harus mempertimbangkan kondisi psikologis pembaca ketika mengkonsumsi tulisan-tulisan sadis seperti contoh yang telah disebutkan tadi.


(22)

Universitas Sumatera Utara 4.2.4 Tulisan Cabul

Pengertian cabul dalam kategori ini adalah penggambaran tingkah laku secara erotis dengan tulisan yang dapat membangkitkan nafsu birahi pembacanya. Pers sebenarnya tidak dilarang dalam memuat berita-berita dengan tema pemerkosaan atau pencabulan. Hal yang dilarang adalah membuat pemberitaan dengan cara yang cabul, yakni dengan menggambarkan bagaimana kronologi peristiwa tersebut. Umpamanya dengan melukiskan secara detail, apalagi berlebihan, bagaimana perkosaan itu terjadi sehingga yang muncul adalah pelukisan yang cabul. Berikut merupakan hasil pengamatan peneliti dalam kategori tulisan cabul :

0 50 100 150 200

Ada tulisan

cabul Tidak ada

tulisan cabul Tidak jelas

Ju

m

la

h

B

e

ri

ta

Ada tulisan cabul Tidak ada tulisan

cabul Tidak jelas

Tulisan Cabul 3 154 0

Frekuensi Tulisan Cabul


(23)

Berdasarkan diagram di atas, dapat kita lihat bahwa walaupun sedikit (1,9%), ternyata tulisan cabul masih ditemukan dalam berita di rubrik Siantar Raya. Artinya, masih ada tulisan erotis yang dapat membangkitkan nafsu birahi pembaca. Berikut merupakan salah satu contoh berita yang mengandung tulisan cabul :

“Karena menanjak, kereta yang mereka tunggangi lajunya mulai perlahan, dan saat itulah tiba-tiba tangan kedua centeng itu memegang payudara Suci,” katanya. Nah, saat hendak pulang ke Sukosari, di tempat yang sama, ketiga gadis ini kembali bertemu dengan Robert dan Bibit. Diduga karena aksi mereka pertama berjalan mulus, disitu kedua centeng tersebut langsung meremas payudara Suci dan Sri, bahkan nyaris membuat mereka terjatuh dari atas kereta.” (“Remas Dada Kembang Desa 2 Centeng Sipef Dipolisikan”,

Siantar 24 Jam, 15 Januari 2013)

Dari contoh berita tersebut dapat kita lihat bahwa penulis (wartawan) menggambarkan pelecehan seksual yang dilakukan dalam frase “remas payudara”. Hal ini tentu saja dapat membangkitkan nafsu birahi pembaca harian Siantar 24 Jam. Padahal, wartawan tidak mesti menggunakan kata tersebut, melainkan hanya menyebutkan bahwa kedua wanita tadi dilecehkan oleh kedua pelaku. Contoh lain berita yang mengandung unsur cabul dapat dilihat dalam tulisan berikut :

Di dalam kamar, Dedy mengajak Laras berhubungan badan, meski ditolak Dedy tetap memaksa dan berjanji akan bertanggung jawab menikahinya. Termakan bujuk rayu, akhirnya Laras mau berbuka paha, mahkotanya berhasil direnggut Dedy. Malam itu Dedy 2 kali menyetubuhi Laras. (“Cabuli Siswi SMP Kuli Bangunan Ditangkap Di Hotel Mutiara”,

Siantar 24 Jam, 27 Januari 2013).

1.9%

98.1% 0.0%

Persentase Tulisan Cabul

Ada Tulisan Cabul Tidak Ada Tulisan Cabul Tidak Jelas


(24)

Universitas Sumatera Utara Frase “berbuka paha” serta kalimat “malam itu Dedy 2 kali menyetubuhi Laras” mengandung unsur erotisme. Sang wartawan seharusnya tidak perlu menggunakan kata-kata kiasan yang erotis atau menggambarkan bagaimana kronologis pencabulannya. Penggunaan kata-kata erotis dan penggambaran kejadian pencabulan hanya akan menimbulkan birahi tanpa adanya tujuan edukasi, seni atau pun ilmiah bagi pembaca. Secara keseluruhan, tingkat reliabilitas dalam kategori tulisan cabul ini adalah sebesar 0,99.

4.3 Pelanggaran Foto Kode Etik Jurnalistik Pasal 4

Selain pelanggaran tulisan, peneliti juga membuat kategorisasi berdasarkan pelanggaran foto. Hal ini peneliti lakukan berdasarkan pertimbangan bahwa pelanggaran tidak hanya dapat terjadi dalam penulisan saja, namun juga dapat kita lihat dalam foto yang ditampilkan. Dalam pelanggaran foto Kode Etik Jurnalistik Pasal 4 ini, peneliti membuat dua kategorisasi, yakni foto sadis dan foto cabul. Berikut merupakan hasil penelitian dalam kategori ini : 4.3.1 Foto Sadis

Foto sadis memiliki efek negatif yang hampir sama dengan tulisan sadis. Bedanya, melalui foto, pembaca dapat melihat lebih jelas visualisasi kekejaman atau kesadisan yang terjadi. Hal ini bisa jadi lebih mengerikan daripada tulisan sadis. Tingkat reliabilitas dalam kategori foto sadis ini adalah 0,98. Adapun hasil pengamatan peneliti dalam kategori foto sadis secara keseluruhan dapat dilihat dalam diagram berikut :


(25)

Peneliti menemukan bahwa masih ada foto sadis yang ditampilkan dalam beberapa berita di rubrik Siantar Raya, dengan persentase 5,1%. Biasanya foto sadis itu tersaji dengan menampilkan foto-foto korban kecelakaan yang masih bersimbah darah tanpa sensor sama sekali. Tak jarang juga ditampilkan foto jenazah korban kecelakaan dengan kondisi yang mengenaskan. Berikut merupakan contoh foto sadis yang ditampilkan dalam rubrik Siantar Raya :

0 50 100 150

Ada foto sadis

Tidak ada foto

sadis Tidak jelas

Ju

m

la

h

B

e

ri

ta

Ada foto sadis Tidak ada foto sadis Tidak jelas

Foto Sadis 8 147 2

Frekuensi Foto Sadis

5.1%

93.6% 1.3%

Persentase Foto Sadis

Ada Foto Sadis Tidak Ada Foto Sadis Tidak Jelas


(26)

Universitas Sumatera Utara Foto di atas merupakan foto Suhardi Mawan (18) yang meninggal karena bunuh diri dengan cara gantung diri di rumah neneknya. Foto terlihat cukup mengerikan, karena menampilkan mayat Suhardi yang masih tergantung di seutas tali tanpa sensor sama sekali. Hal ini dapat menimbulkan rasa ngeri atau takut bagi pembacanya dan jelas-jelas sudah melanggar pasal 4 Kode Etik Jurnalistik. Contoh lain dari penayangan foto yang mengandung unsur sadis dapat dilihat dalam berita di bawah ini :


(27)

Tiga foto di atas merupakan salah satu bentuk pelanggaran Kode Etik Jurnalistik pasal 4, yaitu menampilkan foto sadis. Dalam foto tersebut diperlihatkan mayat Hendi Fernando Girsang (15) dan Agun Master Nainggolan (15) yang tewas setelah mengalami kecelakaan saat sepeda motor yang mereka kendarai menabrak mobil L-300. Foto yang pertama (atas), merupakan foto saat Hendi dan Agun tersungkur di jalan pasca mengalami kecelakaan. Foto kedua dan ketiga (bawah) merupakan foto jenazah Hendi dan Agun saat di rumah sakit yang ditampilkan tanpa sensor sama sekali.

Dari kedua contoh di atas, dapat kita lihat bahwa wartawan Siantar 24 Jam memang dengan sengaja menampilkan foto sadis seperti itu. Buktinya, tidak ada sensor sama sekali dalam foto yang termasuk dalam kategori sadis. Hal ini harus segera dibenahi oleh redaksi harian Siantar 24 Jam. Redaksi Siantar 24 Jam seharusnya bisa memprediksi hal-hal negatif yang dapat terjadi apabila foto-foto sadis tersebut ditampilkan. Misalnya kondisi psikologis pembaca yang “tidak kuat” ketika melihat hal-hal berbau sadisme seperti itu, atau mungkin


(28)

Universitas Sumatera Utara kondisi psikologis keluarga korban yang terenyuh ketika melihat foto jenazah anggota keluarganya yang ditampilkan begitu vulgar.

4.3.2 Foto Cabul

Pengertian foto cabul dalam kategori ini adalah foto, gambar atau grafis dalam suatu berita yang dapat membangkitkan nafsu birahi orang yang melihatnya. Foto tersebut bisa juga dalam bentuk suatu penggambaran dari kejahatan asusila yang terjadi. Tingkat reliabilitas dalam kategori foto cabul ini adalah sebesar 1. Penelitian berdasarkan kategori foto cabul secara keseluruhan dapat dilihat pada diagram berikut :

0 50 100 150 200

Ada foto cabul

Tidak ada foto

cabul Tidak jelas

Ju

m

la

h

B

e

ri

ta

Ada foto cabul Tidak ada foto cabul Tidak jelas

Foto Cabul 0 157 0

Frekuensi Foto Cabul

0.0%

100.0% 0.0%

Persentase Foto

Ada Foto Cabul Tidak Ada Foto Cabul Tidak Jelas


(29)

Ternyata foto-foto cabul tidak diketemukan dalam rubrik Siantar Raya edisi Januari 2013. Hal ini merupakan suatu raihan positif mengingat efek negatif yang dapat ditimbulkan jika foto-foto cabul ditampilkan. Siantar 24 Jam juga harus ingat bahwa surat kabar memiliki beberapa fungsi, salah satunya adalah fungsi mempengaruhi. Apabila surat kabar menampilkan foto-foto cabul, dikhawatirkan akan mempengaruhi perilaku pembacanya. Apalagi jika foto tersebut dilihat oleh orang yang belum pantas mengkonsumsi, misalnya oleh anak-anak.

4.4 Pelanggaran Tulisan Kode Etik Jurnalistik Pasal 5

Pasal 5 Kode Etik Jurnalistik berbunyi sebagai berikut : “Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan”. Dalam meneliti penerapan Kode Etik Jurnalistik pasal 5 di rubrik Siantar Raya, peneliti membuat perbedaan kategorisasi menjadi dua, yaitu pelanggaran tulisan dan pelanggaran foto. Hal ini bertujuan agar hasil penelitian yang didapat menjadi lebih komprehensif serta mendalam. Peneliti membuat dua kategorisasi lagi dalam pelanggaran tulisan, yaitu menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan asusila serta menampilkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.

4.4.1 Menyebutkan dan Menyiarkan Identitas Korban Kejahatan Asusila

Pers memang diberi kebebasan untuk menerbitkan berita sesuai dengan kenyataan atau fakta yang terjadi di lapangan. Namun, kebebasan itu juga harus disertai dengan tanggung jawab sosial. Salah satu bentuk tanggung jawab sosial adalah melalui penyensoran identitas korban kejahatan asusila. Kode Etik Jurnalistik memandang kesusilaan langsung berkaitan dengan norma, rasa malu yang sangat tinggi, bukan hanya bagi korban melainkan juga keluarga korban. Mereka yang menjadi korban kejahatan asusila akan mengalami luka batin yang mendalam dan menanggung beban sosial yang luar biasa.

Sebagai bagian dari penghormatan terhadap nilai-nilai kehidupan di masyarakat dan sebagai bentuk tanggung jawab sosial, Kode Etik Jurnalistik melarang identitas korban kejahatan kesusilaan disiarkan. Pengertian identitas tidak hanya nama, namun juga semua hal yang memudahkan publik untuk mengidentifikasi korban tersebut. Berikut merupakan hasil


(30)

Universitas Sumatera Utara pengamatan dari peneliti mengenai penyebutan dan penyiaran identitas korban kejahatan asusila :

0 50 100 150 200

Ada penyebutan atau penyiaran identitas korban kejahatan asusila

Tidak ada penyebutan atau

penyiaran identitas korban kejahatan asusila

Tidak jelas

Ju

m

la

h

B

e

ri

ta

Ada penyebutan atau penyiaran identitas korban kejahatan asusila

Tidak ada penyebutan atau penyiaran identitas

korban kejahatan asusila

Tidak jelas

Menyebutkan dan Menyiarkan Identitas Korban Kejahatan Asusila

4 153 0

Frekuensi Penyebutan dan Penyiaran

Identitas Korban Kejahatan Asusila


(31)

Berdasarkan diagram di atas, peneliti masih menemukan adanya penyebutan / penyiaran identitas korban kejahatan asusila. Walaupun frekuensinya kecil, hanya 2,5 %, namun tetap saja hal tersebut sudah melanggar Kode Etik Jurnalistik Pasal 5. Tingkat reliabilitas untuk kategori ini adalah sebesar 0,99. Berikut merupakan potongan berita yang menyebutkan / menyiarkan identitas korban :

Dedi (31) terpaksa ‘pindah rumah’ ke sel tahanan Mapolres Siantar. Pasalnya, Honorer PDAM Tirtauli Siantar yang tinggal di Jalan Nagur, Kelurahan Martoba, Siantar Utara ini dilaporkan atas tuduhan telah mencabuli seorang gadis yang masih di bawah umur, sebut saja namanya, Siska (14), Jumat (11/1) sekira jam 15.00 WIB.

Informasi dihimpun, Dedi dan Siska ternyata sudah pacaran selama setahun. Selama berpacaran, kepolosan Siska yang hanya tamatan SMP ini dimanfaatkan oleh Dedi. Siska yang tinggal di Jalan Seram, Kelurahan Bantan, Siantar Barat dan bekerja di salah satu warung nasi milik keluarganya itu terpaksa harus merelakan mahkotanya direnggut Dedi di salah satu penginapan di Jalan Cornel Simanjuntak, Kelurahan Nagahutta Timur, Siantar Marimbun dengan iming-iming akan dinikahi. (“Cabuli Gadis ABG Honorer PDAM Goll”,

Siantar 24 Jam, 12 Januari 2013).

Dari berita di atas kita bisa melihat bahwa nama korban kejahatan asusila memang disamarkan dengan nama Siska. Hal ini sudah mematuhi kaidah Kode Etik Jurnalistik pasal 5. Namun ternyata alamat dari Siska tadi dicantumkan dengan jelas beserta pekerjaannya saat ini, yaitu dalam kalimat “..di Jalan Seram, Kelurahan Bantan, Siantar Barat dan bekerja di

salah satu warung nasi milik keluarganya..”. Tentu pembaca bisa mengetahui lebih jelas di

mana alamat sang korban. Penyebutan identitas seperti itu dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi kehidupan sang korban, misalnya mendapat cemoohan, dikucilkan atau bahkan dipermalukan.

2.5%

97.5% 0.0%

Persentase Penyebutan dan Penyiaran

Identitas Korban Kejahatan Asusila

Ada Penyebutan dan Penyiaran Identitas Korban Kejahatan Asusila

Tidak Ada Penyebutan dan Penyiaran Identitas Korban Kejahatan Asusila


(32)

Universitas Sumatera Utara 4.4.2 Menyebutkan Identitas Anak yang Menjadi Pelaku Kejahatan

Anak yang menjadi pelaku kejahatan memang tidak boleh disebutkan identitasnya. Pengertian anak di sini adalah seorang yang berusia di bawah 16 tahun. Hal ini disebabkan karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Masa depan mereka masih panjang. Agar mencapai masa depan yang baik, maka harus diciptakan suasana yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan kejiwaan mereka. Berikut merupakan hasil pengamatan peneliti atas kategori ini :

0 100 200 Ada penyebutan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan Tidak ada penyebutan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan Tidak jelas Ju m la h B e ri ta Ada penyebutan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan Tidak ada penyebutan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan Tidak jelas Menyebutkan dan Menyiarkan Identitas Korban Kejahatan Asusila

3 154 0

Frekuensi Penyebutan Identitas Anak

yang Menjadi Pelaku Kejahatan


(33)

Tingkat reliabilitas dalam kategori ini adalah 1. Secara keseluruhan, rubrik Siantar 24 Jam ternyata sudah cukup baik dalam menjalankan pasal 5 Kode Etik Jurnalistik, khususnya dalam kategori menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Hal ini terlihat dari persentase tidak ada penyebutan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan sebesar 98,1 %. Namun, peneliti masih menemukan adanya pelanggaran, yakni dalam tiga item berita. Pelanggaran ini tentu tidak bisa ditolerir mengingat masa depan anak yang disebutkan identitasnya bisa terganggu. Berikut merupakan contoh pelanggaran tulisan yang peneliti temukan :

Pelarian 2 dari 4 pelaku pembongkaran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Siantar akhirnya berhasil ditangkap polisi dari dua tempat berbeda, Rabu (9/1) sekira jam 10.00 WIB. Dua pelaku yang diamankan yakni Robin Simonangkir (15) warga Jalan Kertas Kelurahan Siopat Suhu, Siantar Timur. Ia ditangkap di seputaran Komplek Megaland Jalan Sangnawaluh, Kelurahan Siopat Suhu, Siantar Timur dan Arun Hutajulu (20) warga Rambung Merah, Simalungun. Ia ditangkap di seputaran Pasar Horas Kelurahan Dwikora, Siantar Barat. (“4 ABG Bongkar SMKN 2 : 2 Ditangkap, 2 Buron”, Siantar 24 Jam, 10

Januari 2013).

Dalam berita tersebut dapat kita lihat bahwa wartawan menyebutkan nama dan alamat jelas pelaku pembongkaran SMKN 2, yaitu Robin Simonangkir, yang masih berusia 15 tahun. Hal ini tentu menyalahi Kode Etik Jurnalistik Pasal 5. Dalam pasal tersebut disebutkan secara jelas bahwa wartawan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Contoh berita yang melanggar pasal 5 Kode Etik Jurnalistik ditemukan dalam berita “Dituduh Cabuli Bocah 4 Tahun Siswa SD Dipolisikan”.

1.9%

98.1% 0.0%

Persentase Penyebutan Identitas Anak

yang Menjadi Pelaku Kejahatan

Ada penyebutan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan

Tidak penyebutan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan


(34)

Universitas Sumatera Utara

HN (11) kini berurusan dengan polisi. Pelajar kelas 2 Sekolah Dasar yang tinggal di Jalan SM Raja, Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara ini dilaporkan kepolisi karena dituduh telah mencabuli L boru S, bocah yang usianya belum genap 4 tahun, Kamis (10/1) sekira jam 23.30 WIB.

Cerita S Nababan (65) orang tua HN, anaknya dilaporkan karena dituduh mencabuli anak tetangganya di belakang rumah, Kamis sore sekira jam 18.00 WIB. S Nababan yang berprofesi sebagai supir angkot jurusan simpang 2-Parluasan itu terkejut begitu tau anaknya dilaporkan ke polisi. Menurutnya tuduhan pencabulan yang dilakukan anaknya itu adalah fitnah.(“ Dituduh Cabuli Bocah 4 Tahun Siswa SD Dipolisikan”, Siantar 24 Jam, 12 Januari

2013).

Nama pelaku memang disingkat (HN), namun alamat HN tadi malah disebutkan secara jelas. Hal tersebut jelas-jelas sudah melanggar Kode Etik Jurnalistik pasal 5. Apalagi HN masih berstatus sebagai tertuduh, bukan tersangka. Sebaiknya wartawan melindungi privasi HN, yakni dengan tidak mencantumkan alamat rumahnya. Perlu diingat bahwa salah satu fungsi pers adalah fungsi pengawalan hak-hak warga negara. Privasi merupakan salah satu hak warga negara yang harus dijaga oleh pers apabila dikhawatirkan akan memberikan dampak buruk (negatif) bagi orang yang diberitakan.

4.5 Pelanggaran Foto Kode Etik Jurnalistik Pasal 5

Dalam kategori pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Pasal 5, peneliti membedakan pelanggaran tulisan dengan pelanggaran foto. Hal ini diperlukan karena menurut peneliti, identitas yang dimaksud dalam Kode Etik Jurnalistik Pasal 5 bukan hanya pencantuman nama atau alamat saja. Penampilan foto korban kejahatan asusila dan foto anak yang menjadi pelaku kejahatan juga termasuk dalam identitas. Sebab, melalui foto, para pembaca tentu dapat mengenali lebih jelas korban kejahatan asusila atau anak yang menjadi pelaku kejahatan apabila ditampilkan tanpa sensor. Berikut merupakan hasil penelitian secara keseluruhan mengenai kategori ini :

4.5.1 Menampilkan Identitas (Foto) Korban Kejahatan Asusila

Pelanggaran dalam menyiarkan identitas korban kejahatan asusila tidak hanya melalui tulisan saja. Menampilkan foto sang korban juga termasuk ke dalam pelanggaran pasal 5 Kode Etik Jurnalistik. Melalui foto, pembaca tentunya akan tahu dan mengenali korban lebih jelas lagi. Hal ini tentu akan berdampak buruk bagi psikis korban apabila terjadi cemoohan atau ejekan dari orang lain yang mengetahui hal tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat reliabilitas dalam kategori ini adalah sebesar 0,98. Hasil penelitian untuk kategori


(35)

menampilkan identitas (foto) korban kejahatan asusila secara keseluruhan dapat dilihat dalam diagram berikut ini:

0 100 200 Ada menampilkan identitas (foto) korban kejahatan asusila Tidak ada menampilkan identitas (foto) korban kejahatan asusila Tidak jelas Ju m la h B e ri ta Ada menampilkan identitas (foto) korban kejahatan asusila Tidak ada menampilkan identitas (foto) korban kejahatan asusila Tidak jelas Menampilkan Identitas (Foto) Korban Kejahatan

Asusila

2 155 0

Frekuensi dalam Menampilkan

Identitas (Foto) Korban Kejahatan

Asusila

1.3%

98.7% 0.0%

Persentase Menampilkan Identitas

(Foto) Korban Kejahatan Asusila

Ada Menampilkan Identitas (Foto) Korban Kejahatan Asusila

Tidak Ada Menampilkan Identitas (Foto) Korban Kejahatan Asusila Tidak Jelas


(36)

Universitas Sumatera Utara Peneliti masih menemukan adanya pelanggaran dalam kategori ini. Wartawan Siantar 24 Jam terbukti menampilkan foto korban kejahatan asusila. Foto korban ditampilkan tanpa sensor sedikitpun. Berdasarkan tabel di atas, masih ada dua berita yang menampilkan foto korban kejahatan asusila. Berikut merupakan contoh foto yang menampilkan korban kejahatan asusila :

Dalam berita tersebut ditampilkan foto Indah (nama samaran) yang merupakan korban pencabulan, tanpa sensor sama sekali. Tentu pembaca yang melihat foto ini bisa saja mengenali sang korban. Hal yang perlu diingat bahwa berita ini ditayangkan dalam rubrik Siantar Raya. Rubrik ini memiliki unsur proximity (kedekatan) dengan pembacanya. Jika tetangga atau kerabat Indah ada yang membaca berita ini, bukan tidak mungkin mereka akan mengenali Indah melalui foto yang ditampilkan.

4.5.2 Menampilkan Identitas (Foto) Anak yang Menjadi Pelaku Kejahatan

Wartawan tidak boleh menyebutkan atau menyiarkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Identitas yang dimaksud bukan hanya nama, alamat atau data diri lain yang dapat diketahui publik, melainkan juga foto si pelaku yang notabene masih anak-anak. Jika identitas sang anak diketahui, dikhawatirkan akan mengganggu kejiwaan dan masa depan anak tersebut. Pers memiliki tanggung jawab untuk melindungi masa depan sang anak.


(37)

Jangan sampai kehidupan anak menjadi tidak kondusif karena wartawan menampilkan fotonya secara jelas tanpa sensor. Berikut merupakan hasil penelitian dalam kategori menampilkan identitas (foto) anak yang menjadi pelaku kejahatan :

0 100 200 Ada menampilkan identitas (foto) anak yang menjadi pelaku kejahatan Tidak ada menampilkan identitas (foto) anak yang menjadi pelaku kejahatan Tidak jelas Ju m la h B e ri ta Ada menampilkan identitas (foto) anak yang menjadi

pelaku kejahatan

Tidak ada menampilkan identitas (foto) anak yang menjadi

pelaku kejahatan

Tidak jelas

Menampilkan Identitas (Foto) Anak yang Menjadi

Pelaku Kejahatan

2 155 0

Frekuensi dalam Menampilkan

Identitas (Foto) Anak yang Menjadi


(38)

Universitas Sumatera Utara Tingkat reliabilitas dalam kategori menampilkan identitas (foto) anak yang menjadi pelaku kejahatan adalah 0,99. Peneliti menemukan dua berita yang melanggar pasal 5 Kode Etik Jurnalistik dalam hal menampilkan identitas (foto) anak yang menjadi pelaku kejahatan. Dari kedua berita tersebut, terlihat jelas bahwa wartawan menampilkan foto pelaku kejahatan yang usianya masih di bawah 16 tahun secara jelas tanpa sensor sama sekali. Berikut merupakan contoh foto dalam berita yang melanggar pasal 5 Kode Etik Jurnalistik tersebut :

Pelarian 2 dari 4 pelaku pembongkaran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Siantar akhirnya berhasil ditangkap polisi dari dua tempat berbeda, Rabu (9/1) sekira jam 10.00 WIB. Dua pelaku yang diamankan yakni Robin Simonangkir (15) warga Jalan Kertas Kelurahan Siopat Suhu, Siantar Timur. Ia ditangkap di seputaran Komplek Megaland Jalan Sangnawaluh, Kelurahan Siopat Suhu, Siantar Timur dan Arun Hutajulu (20) warga Rambung Merah, Simalungun. Ia ditangkap di seputaran Pasar Horas Kelurahan Dwikora,

1.3%

98.7% 0.0%

Persentase Menampilkan Identitas

(Foto) Anak yang Menjadi Pelaku

Kejahatan

Ada Menampilkan Identitas (Foto) Anak yang Menjadi Pelaku Kejahatan Tidak Ada Menampilkan Identitas (Foto) Anak yang Menjadi Pelaku Kejahatan Tidak Jelas


(39)

Siantar Barat. (“4 ABG Bongkar SMKN 2 : 2 Ditangkap, 2 Buron”, Siantar 24 Jam, 10

Januari 2013).

Dari foto dan berita di atas dapat kita lihat bahwa wartawan Siantar 24 Jam menampilkan secara jelas foto Robin Simonangkir, seorang pelaku pembongkaran SMKN 2, yang masih berusia 15 tahun. Hal ini tentu sudah menyalahi pasal 5 Kode Etik Jurnalistik, di mana disebutkan bahwa wartawan tidak boleh menyiarkan menyebutkan atau menyiarkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Jika merujuk pada Kode Etik Jurnalistik, maka wartawan harian Siantar 24 Jam seharusnya menyensor atau menyamarkan foto Robin. Jangan sampai wajahnya terlihat dengan jelas. Contoh pelanggaran lainnya dapat dilihat dalam berita berikut ini :

HN (11) kini berurusan dengan polisi. Pelajar kelas 2 Sekolah Dasar yang tinggal di Jalan SM Raja, Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara ini dilaporkan kepolisi karena dituduh telah mencabuli L boru S, bocah yang usianya belum genap 4 tahun, Kamis (10/1) sekira jam 23.30 WIB.

Cerita S Nababan (65) orang tua HN, anaknya dilaporkan karena dituduh mencabuli anak tetangganya di belakang rumah, Kamis sore sekira jam 18.00 WIB. S Nababan yang


(40)

Universitas Sumatera Utara

berprofesi sebagai supir angkot jurusan simpang 2-Parluasan itu terkejut begitu tau anaknya dilaporkan ke polisi. Menurutnya tuduhan pencabulan yang dilakukan anaknya itu adalah fitnah.(“ Dituduh Cabuli Bocah 4 Tahun Siswa SD Dipolisikan”, Siantar 24 Jam, 12 Januari

2013).

Berita di atas menampilkan foto HN (11) yang dituduh melakukan pencabulan terhadap L boru S. Memang foto HN disertai dengan sensor, namun hanya pada bagian matanya saja. Dengan sensor yang minim seperti itu, tentu pembaca masih bisa mengenali HN. Apalagi dalam berita juga disebutkan tempat tinggal HN. Parahnya lagi, HN masih berstatus sebagai tertuduh, bukan sebagai tersangka. HN yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar dikhawatirkan akan terganggu kehidupannya karena berita ini.


(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tema-tema yang paling sering dimunculkan dalam rubrik Siantar Raya sebagian besar merupakan tema-tema kriminal. Hal ini dapat kita lihat dari tiga tema berita yang paling sering ditampilkan, yaitu perampokan / pencurian (20,4%), kecelakaan (17,2%) dan penganiayaan (11,5%).

2. Penerapan Kode Etik Jurnalistik pasal 4 dan pasal 5 di rubrik Siantar Raya harian Siantar 24 Jam sudah berjalan dengan cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan kecilnya persentase terjadinya pelanggaran di beberapa kategorisasi. Tidak ada persentase pelanggaran yang mencapai 10 % untuk setiap kategori. Bahkan untuk kategori berita bohong, berita fitnah dan foto cabul tidak diketemukan pelanggaran sama sekali. Meski persentase pelanggaran Kode Etik Jurnalistik pasal 4 dan 5 kecil, namun peneliti masih menemukan beberapa pelanggaran yang cukup fatal dan mampu memberikan efek yang negatif terhadap pembaca.

3. Bentuk-bentuk pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Pasal 4 dan 5 yang terdapat di dalam rubrik Siantar Raya antara lain masih ditampilkannya tulisan dan foto-foto sadis (biasanya korban kecelakaan), menampilkan tulisan cabul, penyiaran identitas korban kejahatan asusila (tulisan dan foto) serta menanyangkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan (tulisan dan foto). Dari beberapa pelanggaran tersebut, peneliti melihat bahwa pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Pasal 4 yang paling banyak ditemukan, khususnya dalam kategori tulisan sadis (7.6 %) dan penayangan foto sadis (5.1 %). Ternyata wartawan Siantar 24 Jam masih melakukan penggambaran serta dramatisasi dalam pemberitaan yang mengandung unsur sadisme atau kekejaman. Selain itu, banyak juga ditemukan foto-foto sadis yang ditampilkan tanpa sensor sama sekali.


(42)

Universitas Sumatera Utara 5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan selama penelitian, peneliti melihat pada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Saran ini diharapkan dapat menjadi masukan yang positif demi kebaikan bersama. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut :

5.2.1 Saran dalam Kaitan Akademis

Melalui penelitian ini, diharapkan mahasiswa khususnya dalam bidang ilmu komunikasi dapat melanjutkan penelitian sejenis dengan sudut pandang yang berbeda dan mendapatkan kesimpulan yang akan memperkaya khasanah penelitian di bidang ilmu komunikasi khususnya penelitian mengenai analisis isi surat kabar.

5.2.2 Saran dalam Kaitan Praktis

Siantar 24 Jam selaku lembaga pers yang sudah dipercaya oleh masyarakat sudah seharusnya menerapkan Kode Etik Jurnalistik dalam setiap pemberitaannya. Oplah Siantar 24 Jam yang naik dari tahun ke tahun mesti disertai dengan kualitas pemberitaan dan rasa tanggung jawab yang besar untuk menghadirkan informasi yang faktual dan objektif. With

great power, comes great responsibility. Memang dari hasil pengamatan yang peneliti

lakukan, rubrik Siantar Raya harian Siantar 24 Jam sudah menerapkan Kode Etik Jurnalistik dengan cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan kecilnya persentase pelanggaran yang terjadi dalam setiap kategori.

Namun peneliti juga menemukan bahwa pelanggaran Kode Etik Jurnalistik pasal 4 dan 5 masih terjadi dalam rubrik Siantar Raya. Bahkan, pelanggaran-pelanggaran yang terjadi termasuk dalam pelanggaran yang cukup berat. Redaksi Siantar 24 Jam harus segera membenahi pelanggaran yang terjadi. Sebelum berita dinaikkan dalam suatu media, ada baiknya redaksi melakukan penyuntingan untuk melihat apakah berita tersebut sudah layak untuk dikonsumsi masyarakat atau tidak. Jangan sampai karena mengejar target deadline, kualitas pemberitaan yang dikorbankan. Kaidah-kaidah Kode Etik Jurnalistik tidak boleh ditinggalkan karena Kode Etik Jurnalistik merupakan bukti profesionalisme dan tanggung jawab pers terhadap fungsi-fungsinya di masyarakat.

Dari segi tema, Siantar 24 Jam juga harus menyajikan berita-berita secara lebih merata dan berkeseluruhan. Dalam rubrik Siantar Raya misalnya, tema berita yang ditonjolkan tidak mesti dari kategori kriminalitas saja. Wartawan harus lebih kreatif dan mampu melihat nilai


(43)

berita dari setiap kejadian atau peristiwa. Conflict bukanlah satu-satunya nilai berita (news

value). Wartawan 24 Jam dapat juga memasukkan berita yang mengandung unsur human interest, pendidikan, ekonomi atau pembangunan.


(44)

Universitas Sumatera Utara

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Positivisme

Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata positif di sini sama artinya dengan faktual, yaitu apa yang didasarkan fakta-fakta. Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik, tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris. Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk memperoleh pengetahuan (seperti yang diusung oleh kaum idealisme khususnya idealisme Jerman Klasik). Pengetahuan demikian hanya bisa dihasilkan melalui penetapan teori-teori melalui metode saintifik yang ketat, yang karenanya spekulasi metafisis dihindari.

Positivisme lahir sebagai evolusi lanjut dari empirisme. Paham ini meyakini, semesta hadir melalui data empirik sensual tertangkap indra. Ajaran positivist menyatakan, puncak pengetahuan manusia adalah ilmu yang dibangun berdasarkan fakta empirik sensual : teramati, terukur, teruji, terulang dan teramalkan. Dan, karenanya, ia sangat kuantitatif (Vardiansyah, 2008).

Awalnya adalah Auguste Comte (1798-1857), dikenal sebagai bapak sosiologi modern, yang mencetuskan pemikirannya pada abad ke-19. Comte mengurai secara garis besar prinsip-prinsip positivisme yang hingga kini masih digunakan. Menurut Comte, alam pikir manusia berkembang dalam tiga tahap : teologik, metafisik dan positif. Pada jenjang teologik, manusia memandang segala sesuatu didasarkan adanya dewa, roh, atau Tuhan. Pada tahap

metafisik, penjelasan fenomena alam didasarkan pada pengertian-pengertian metafisik seperti

substansi, bentuk, dan sejenisnya. Pada jenjang positif, manusia mengadakan pencarian pada ilmu absolut yang positif. Inilah akar kata positivisme (Vardiansyah, 2008).

Positivisme lahir dan berkembang sebagai jawaban tegas atas kegagalan filsafat spekulatif. Para penganut positivisme sejak awal memang menolak metode spekulasi teoritis yang digunakan untuk merumuskan pengetahuan karena menurut pandangan mereka, cara spekulatif sudah jauh keluar dari maksud pencarian kebenaran yang sebenarnya. Alasan


(45)

mereka juga, kebenaran pengetahuan harus dapat teruji melalui verifikasi data / realitas yang ada.

Pada tahap awal, para ilmuwan yang bersikukuh memperkenalkan paradigma ini kebanyakan muncul dari kalangan ilmu-ilmu alam yang berkembang pesat pada masa itu. Dengan kata lain, positivisme sendiri sejak perkembangan awalnya merupakan suatu aliran pemikiran filsafat yang secara tegas menyatakan bahwa ilmu-ilmu alam (empiris) sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak nilai kognitif dari studi filosofis atau metafisik (Narwaya, 2006).

Comte menegaskan, dengan memberi penekanan pada aspek metodologi, positivisme berpendapat bahwa pengetahuan ilmu menganut tiga prinsip utama: empiris-objektif, deduktif-nomologis (jika…,maka…), serta instrumental-bebas nilai. Prinsip ini tidak hanya berlaku pada ilmu-ilmu alam, tapi juga harus berlaku pada ilmu-ilmu sosial. Implikasinya terurai sebagai berikut.

1. Prosedur metodologis ilmu-ilmu alam dapat langsung diterapkan pada ilmu-ilmu sosial. Sebagaimana pada ilmu-ilmu yang objeknya benda alam, subjektivitas manusia tidak boleh mengganggu observasi atas tindakan sosial. Artinya, objek ilmu-ilmu sosial disejajarkan dengan objek ilmu-ilmu alam.

2. Seperti dalam ilmu-ilmu alam, hasil riset ilmu-ilmu sosial dirumuskan dalam bentuk hukum-hukum yang universal, berlaku kapan pun dan dimana pun, yang dalam bahasa filsafat ilmu disebut nomothetik.

3. Ilmu-ilmu sosial harus bersifat teknis, menyediakan pengetahuan yang instrumental murni, tidak memihak. Pengetahuan harus dapat dipakai untuk keperluan apa saja, sehingga tidak bersifat etis. Dengan kata lain, sebagaimana ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial harus bebas nilai dan tidak berpihak. Ilmu adalah untuk ilmu (Vardiansyah, 2008).

2.1.2 Berita, Jurnalistik dan Pers

Menurut Sumadiria (2005), berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik, dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, film dan bahkan juga sekarang ini internet. Dalam


(46)

Universitas Sumatera Utara definisi jurnalistik, seperti dikutip Assegaf (1984) dikatakan, berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena dia luar biasa, entah karena penting atau akibatnya, entah pula karena dia mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan.

Sangat boleh jadi istilah “news”, istilah Inggris untuk maksud “berita”, berasal dari

“new” (baru) dengan konotasi kepada hal-hal yang baru. Dalam hal ini segala yang baru

merupakan bahan informasi bagi semua orang yang memerlukannya. Dengan kata lain, semua hal yang baru merupakan bahan informasi yang dapat disampaikan kepada orang lain dalam bentuk berita (news). Secara etimologis, istilah “berita” dalam bahasa Indonesia mendekati istilah “bericht (en)” dalam bahasa Belanda. Dalam bahasa Belanda istilah

“bericht (en)” dijelaskan sebagai “mededeling” (pengumuman) yang berakar kata dari “made (delen)” dengan sinonim kata pada “bekend maken” (memberitahukan,

mengumumkan, membuat terkenal) dan “vertelen” (menceritakan atau memberitahukan) (Suhandang, 2010).

Nilai berita (news values), menurut Downie JR dan Kaiser, merupakan istilah yang

tidak mudah didefinisikan. Ketinggian nilainya tidak mudah untuk dikonkretkan. Nilai berita juga menjadi tambah rumit bila dikaitkan dengan sulitnya membuat konsep apa yang disebut berita. Beberapa elemen nilai berita yang mendasari pelaporan kisah berita, ialah : immediacy, proximity, consequence, conflict, oddity, sex, emotion, prominence, suspence dan progress. Di dalam sebuah kisah berita, bisa jadi terdapat beberapa elemen yang saling mengisi dan terkait dengan peristiwa yang dilaporkan wartawan (Santana K., 2005).

• Immediacy

Immediacy kerap diistilahkan dengan timeliness. Artinya terkait dengan kesegeraan peristiwa yang dilaporkan. Sebuah berita dinyatakan sebagai laporan dari apa yang baru saja terjadi. Unsur waktu amat penting di sini.

• Proximity

Proximity ialah keterdekatan peristiwa dengan pembaca atau pemirsa dalam keseharian hidup mereka. Khalayak berita akan tertarik dengan berbagai peristiwa yang terjadi di dekatnya, di sekitar kehidupan sehari-harinya.

• Consequence


(47)

Berita yang mengubah kehidupan pembaca adalah berita yang mengandung nilai konsekuensi. Misalnya, lewat berita kenaikan gaji pegawai negeri atau kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak), masyarakat dengan segera akan mengikutinya karena terkait dengan konsekuensi kalkulasi ekonomi sehari-hari yang harus mereka hadapi.

• Conflict

Peristiwa-peristiwa perang, demonstrasi atau kriminal, merupakan contoh elemen konflik di dalam pemberitaan. Perseteruan antar individu, antar tim atau antar kelompok, sampai berita antar negara merupakan elemen-elemen natural dari berita-berita yang mengandung konflik.

• Oddity

Peristiwa yang tidak biasa terjadi adalah sesuatu yang diperhatikan segera oleh masyarakat. Kelahiran bayi kembar lima, goyang gempa berskala Richter tinggi, pencalonan tukang sapu sebagai kandidat calon gubernur merupakan hal-hal yang akan menjadi perhatian masyarakat.

• Sex

Kerap seks menjadi suatu elemen utama dari sebuah pemberitaan. Tapi, seks sering pula menjadi elemen tambahan dari pemberitaan tertentu, seperti pada berita sports, selebritis atau kriminal.

• Emotion

Elemen emotion ini kadang dinamakan elemn human interest. Elemen ini menyangkut kisah-kisah yang mengandung kesedihan, kemarahan, simpati, cinta, kebencian atau humor. Elemen emotion sama dengan komedi atau tragedi.

• Prominance

Elemen ini adalah unsur yang menjadi dasar istilah “names make news”, nama membuat berita. Ketika seseorang menjadi terkenal, maka ia akan selalu diburu oleh pembuat berita. Unsur keterkenalan ini tidak hanya dibatasi atau hanya ditujukan kepada status VIP semata. Beberapa tempat, pendapat dan peristiwa termasuk ke dalam elemen ini.


(48)

Universitas Sumatera Utara

• Suspense

Elemen ini menunjukkan sesuatu yang ditunggu-tunggu, terhadap sebuah peristiwa, oleh masyakarat. Adanya ketegangan menunggu pecahnya perang (invasi) AS ke Irak, adalah salah satu contohnya. Namun, elemen ketegangan ini tidak terkait dengan paparan kisah berita yang berujung pada klimaks kemisterian. Kisah berita yang menyampaikan fakta-fakta tetap merupakan hal yang penting. Kejelasan fakta dituntut masyarakat.

• Progress

Elemen ini merupakan elemen “perkembangan” peristiwa yang ditunggu masyarakat. Kesudahan invasi militer AS ke Irak, misalnya, tetap ditunggu masyarakat (Santana K., 2005).

Penulisan berita tidaklah sama dengan menulis makalah, laporan pertanggungjawaban atau hasil rapat. Dalam jurnalistik, ihwal penulisan berita ini punya tempat yang khusus, dalam arti, dibahas secara khusus: melalui karakteristik dan batasan-batasan yang mesti dipenuhinya. Jurnalistik kemudian membakukan beberapa kategori pemberitaan, seperti : hard news, feature, sports, social, interpretive, science, consumer dan financial (Santana K., 2005).

• Hard News

Kisah berita ini merupakan desain utama dari sebuah pemberitaan. Isinya menyangkut hal-hal penting yang langsung terkait dengan kehidupan pembaca, pendengar atau pemirsa. Kisah-kisahnya biasanya adalah hal-hal yang dianggap penting, dan karena itu segera dilaporkan oleh koran, radio atau televisi dari semenjak peristiwanya terjadi.

• Feature News

Berita feature ialah kisah peristiwa atau situasi yang menimbulkan kegemparan atau imaji-imaji (pencitraan). Peristiwanya bisa jadi bukan termasuk yang teramat penting harus diketahui masyarakat, bahkan kemungkinan hal-hal yang telah terjadi beberapa waktu lalu. Kisahnya memang didesain untuk menghibur.

• Sports News


(49)

Berita-berita olahraga bisa masuk ke kategori hard news atau feature. Selain dari, hasil-hasil pertandingan atau perlombaan atau rangkaian kompetisi musiman, pemberitaan juga meliputi berbagai bidang lain yang terkait sports, seperti tokoh-tokoh olahragawan, kehidupan para pemain olahraga sampai penggemar olahraga tertentu yang fanatik.

• Social News

Kisah-kisah kehidupan sosial, seperti sports, bisa masuk ke dalam pemberitaan hard atau feature news. Umumnya, meliputi pemberitaan yang terkait dengan kehidupan masyarakat sehari-hari, dari soal-soal keluarga sampai ke soal perkawinan anak-anak.

• Interpretive

Di kisah berita interpretive ini wartawan berupaya untuk memberi kedalaman analisis, dan melakukan survei terhadap berbagai hal yang terkait dengan peristiwa yang hendak dilaporkan.

• Science

Dalam kisah berita ini, para wartawan berupaya untuk menjelaskan, dalam bahasa berita, ikhwal kemajuan perkembangan keilmuan dan teknologi.

• Consumer

Para penulis a consumer story ialah para pembantu khalayak yang hendak membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari, baik yang bersifat kebutuhan primer dan sekunder, seperti peralatan rumah tangga sampai aksesoris pakaian.

• Financial

Para penulis financial news memokus perhatiannya pada bidang-bidang bisnis, komersial atau investasi. Para penulisnya umumnya mempunyai referensi akademis atau kepakaran terhadap subyek-subyek yang dibahasnya (Santana K., 2005).

Macam dan jenis berita dapat dibagi berdasarkan tiga hal, yaitu : 1. Berdasarkan sifat kejadian

• Berita yang dapat diduga

• Berita yang tidak dapat diduga 2. Berdasarkan jarak geografis

• Berita lokal

• Berita regional

• Berita nasional

• Berita internasional 3. Berdasarkan persoalan


(50)

Universitas Sumatera Utara

• Berita ekonomi

• Berita hukum dan peradilan

• Berita kriminal

• Berita kecelakaan

• Berita seni dan budaya

• Berita olahraga

• Berita ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

• Berita perang

• Berita lainnya

Kata jurnalistik berasal dari kata Latin: diurnalis (Latin), journal (Inggris), atau du jour (Prancis), yang berarti informasi atau peristiwa yang terjadi sehari-hari. Bersamaan dengan munculnya istilah press (Inggris) atau pers (Belanda), yang sebenarnya berarti menekan (pressing), karena mesin cetak menekan kertas untuk memunculkan tulisan. Akibatnya, secara umum, terdapat dua istilah yang kini muncul di masyarakat dan sering diartikan sama, yaitu jurnalis (wartawan) dan pers. Sepintas lalu, arti kedua itu memang sama, jurnalis

(journalist) merupakan orang pers yang tugasnya mencari informasi guna menjadi bahan

berita (Mondry, 2008).

Praktik jurnalistik awalnya dikembangkan oleh para budak belian orang-orang Romawi kaya, yang diberi tugas mengumpulkan berita setiap hari. Pada masa itu (60 SM), Julius Caesar mengumumkan hasil-hasil persidangan senat, berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya, dengan jalan menuliskannya pada papan pengumuman berupa papan tulis yang dikenal dengan acta diurna. Dari acta diurna itulah para budak belian tadi memperoleh berita-berita tentang segala sesuatu yang terjadi di negerinya. Dari sebutan acta diurna itu pula para budak belian pencari berita dijuluki Diurnarius (tunggal) atau Diurnarii (jamak). Sangat boleh jadi istilah itu pula yang menjadi sumber istilah jurnalis kini (Suhandang, 2010).

Adinegoro menegaskan, jurnalistik adalah semacam kepandaian mengarang yang pokoknya memberi perkabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya (Amar, 1984). Onong Uchjana Effendy mengemukakan secara sederhana jurnalistik dapat didefinisikan sebagai teknik mengelola berita mulai dari mendapatkan bahan sampai pada menyebar luaskan kepada masyarakat (Effendy, 2003). Secara teknis jurnalistik adalah

kegiatan menyiapkan, mencari mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya (Sumadiria, 2005).


(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….……… i

LEMBAR PERSETUJUAN ………. ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ………. iii

HALAMAN PENGESAHAN ………... iv

KATA PENGANTAR ………..……… v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……….……… vii

ABSTRAK ……….……… viii

DAFTAR ISI ………. ix

DAFTAR GAMBAR DAN FOTO .………. xi

DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM .………. xii

DAFTAR LAMPIRAN ………. xiii

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………. 1

1.2 Rumusan Masalah ……….. 4

1.3 Tujuan Penelitian ……… 5

1.4 Manfaat Penelitian ………. 5

BAB II URAIAN TEORITIS ………. 6

2.1 Kerangka Teori ……… 6

2.1.1 Positivisme ……… 6

2.1.2 Berita, Pers dan Jurnalistik ……… 8

2.1.3 Etika dan Etika Jurnalistik ……… 18

2.1.4 Kode Etik Jurnalistik ………. 20

2.1.5 Kebebasan dan Tanggung Jawab ……….. 22

2.1.6 Analisis Isi ………. 24

2.2 Kerangka Konsep ……… 30

2.3 Unit Analisis ……… 31

2.4 Definisi Operasional ……… 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 39

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ……… 39

3.1.1 Profil Siantar 24 Jam ………. 39

3.1.2 Susunan Redaksi Siantar 24 Jam ……… 40

3.1.3 Visi dan Misi Siantar 24 Jam ………. 41

3.1.4 Rubrik dalam Siantar 24 Jam ……….... 42

3.2 Metode Penelitian ………..………. 44

3.3 Populasi dan Sampel ……… 45

3.4 Teknik Pengumpulan Data ……….. 46


(2)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ……….. 51

4.1 Tema berita ………. 52

4.2 Pelanggaran Tulisan Kode Etik Jurnalistik Pasal 4 ……… 54

4.2.1 Tulisan Bohong dan Fitnah ……….. 54

4.2.2 Tulisan Sadis ………... 56

4.2.3 Tulisan Cabul ……….. 59

4.3 Pelanggaran Foto Kode Etik Jurnalistik Pasal 4 ………... 61

4.3.1 Foto Sadis ……… 61

4.3.2 Foto Cabul ……… 65

4.4 Pelanggaran Tulisan Kode Etik Jurnalistik Pasal 5 ……… 66

4.4.1 Penyebutan dan Penyiaran Identitas Korban Kejahatan Asusila ………. 67

4.4.2 Penyebutan Identitas Anak yang Menjadi Pelaku Kejahatan ……….. 70

4.5 Pelanggaran Foto Kode Etik Jurnalistik Pasal 5 ………. 72

4.5.1 Menampilkan Identitas (Foto) Korban Kejahatan Asusila ……… 73

4.5.2 Menampilkan Identitas (Foto) Anak yang Menjadi Pelaku Kejahatan ……… 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 80

5.1 Kesimpulan ………. 80

5.2 Saran ……… 81

5.2.1 Saran dalam Kaitan Akademis ……….. 81

5.2.2 Saran dalam Kaitan Praktis ……… 81

DAFTAR REFERENSI ……….. 83

LAMPIRAN

- Biodata Peneliti

- Lembar Catatan Bimbingan Skripsi

- Hasil Pengukuran Dua Pengkoding Terhadap Setiap Kategori - Tingkat Reliabilitas Terhadap Setiap Kategori

- Kode Etik Jurnalistik - Surat Izin Pra Penelitian

- Sampel Berita yang Melanggar Kode Etik Jurnalistik Pasal 4 dan 5 di Rubrik Siantar Raya Harian Siantar 24 Jam Edisi Januari 2013


(3)

DAFTAR GAMBAR DAN FOTO

 Gambar Kerangka Konsep ... ... 31  Foto Berita dalam Kategori Menampilkan Foto Sadis (Anak Riau Gantung Diri

di Rumah Nenek) ... 63  Foto Berita dalam Kategori Menampilkan Foto Sadis (Tabrak L-300, Dua

Pelajar SMP Tewas Berdarah-Darah) ... 64  Foto Berita dalam Kategori Menampilkan Identitas (Foto) Korban Kejahatan

Asusila (Cabuli Gadis Semarga, Simatupang Masuk Sel) ... 74  Foto Berita dalam Kategori Menampilkan Identitas (Foto) Anak yang Menjadi

Pelaku Kejahatan (4 ABG Bongkar SMKN 2 : 2 Ditangkap, 2 Buron) ... 77  Foto Berita dalam Kategori Menampilkan Identitas (Foto) Anak yang Menjadi


(4)

DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM

 Tabel Frekuensi Tema Berita ... ... 52

 Diagram Persentase Tema Berita ... ... 53

 Diagram Frekuensi Tulisan Bohong dan Fitnah ... ... 55

 Diagram Persentasi Tulisan Bohong dan Fitnah ... ... 55

 Diagram Frekuensi Tulisan Sadis ... ... 57

 Diagram Persentasi Tulisan Sadis ... ... 57

 Diagram Frekuensi Tulisan Cabul ... ... 59

 Diagram Persentasi Tulisan Cabul ... ... 60

 Diagram Frekuensi Foto Sadis ... ... 62

 Diagram Persentasi Foto Sadis ... ... 62

 Diagram Frekuensi Foto Cabul ... ... 65

 Diagram Persentasi Foto Cabul ... ... 66

 Diagram Frekuensi Menyebutkan dan Menyiarkan Identitas Korban Kejahatan Asusila ... ... 68

 Diagram Persentasi Menyebutkan dan Menyiarkan Identitas Korban Kejahatan Asusila ... ... 69

 Diagram Frekuensi Menyebutkan Identitas Anak yang Menjadi Pelaku Kejahatan ... 70

 Diagram Persentasi Menyebutkan Identitas Anak yang Menjadi Pelaku Kejahatan ... 71

 Diagram Frekuensi Menampilkan Identitas (Foto) Korban Kejahatan Asusila ... 73

 Diagram Persentasi Menampilkan Identitas (Foto) Korban Kejahatan Asusila ... 74

 Diagram Frekuensi Menampilkan Identitas (Foto) Anak yang Menjadi Pelaku Kejahatan ... 76

 Diagram Persentasi Menampilkan Identitas (Foto) Anak yang Menjadi Pelaku Kejahatan ... 76


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1 Biodata Peneliti

2 Lembar Catatan Bimbingan Skripsi

3 Hasil Pengukuran Dua Pengkoding Terhadap Kategori Tema Berita di Rubrik Siantar Raya Harian Siantar 24 Jam

4 Tingkat Reliabilitas Terhadap Kategori Tema Berita di Rubrik Siantar Raya Harian Siantar 24 Jam

5 Hasil Pengukuran Dua Pengkoding Terhadap Kategori Berita Bohong dan Fitnah di Rubrik Siantar Raya Harian Siantar 24 Jam

6 Tingkat Reliabilitas Terhadap Kategori Berita Bohong dan Fitnah di Rubrik Siantar Raya Harian Siantar 24 Jam

7 Hasil Pengukuran Dua Pengkoding Terhadap Kategori Tulisan Sadis di Rubrik Siantar Raya Harian Siantar 24 Jam

8 Tingkat Reliabilitas Terhadap Kategori Tulisan Sadis di Rubrik Siantar Raya Harian Siantar 24 Jam

9 Hasil Pengukuran Dua Pengkoding Terhadap Kategori Tulisan Cabul di Rubrik Siantar Raya Harian Siantar 24 Jam

10 Tingkat Reliabilitas Terhadap Kategori Tulisan Cabul di Rubrik Siantar Raya Harian Siantar 24 Jam

11 Hasil Pengukuran Dua Pengkoding Terhadap Kategori Foto Sadis di Rubrik Siantar Raya Harian Siantar 24 Jam

12 Tingkat Reliabilitas Terhadap Kategori Foto Sadis di Rubrik Siantar Raya Harian Siantar 24 Jam

13 Hasil Pengukuran Dua Pengkoding Terhadap Kategori Foto Cabul di Rubrik Siantar Raya Harian Siantar 24 Jam

14 Tingkat Reliabilitas Terhadap Kategori Foto Cabul di Rubrik Siantar Raya Harian Siantar 24 Jam

15 Hasil Pengukuran Dua Pengkoding Terhadap Kategori Menyebutkan Identitas Korban Kejahatan Asusila di Rubrik Siantar Raya Harian Siantar 24 Jam

16 Tingkat Reliabilitas Terhadap Kategori Menyebutkan Identitas Korban Kejahatan Asusila di Rubrik Siantar Raya Harian Siantar 24 Jam


(6)

17 Hasil Pengukuran Dua Pengkoding Terhadap Kategori Menyebutkan Identitas Anak yang Menjadi Pelaku Kejahatan di Rubrik Siantar Raya Harian Siantar 24 Jam

18 Tingkat Reliabilitas Terhadap Kategori Menyebutkan Identitas Anak yang Menjadi Pelaku Kejahatan di Rubrik Siantar Raya Harian Siantar 24 Jam 19 Hasil Pengukuran Dua Pengkoding Terhadap Kategori Menyebutkan Identitas

(Foto) Korban Kejahatan Asusila di Rubrik Siantar Raya Harian Siantar 24 Jam

20 Tingkat Reliabilitas Terhadap Kategori Menyebutkan Identitas (Foto) Korban Kejahatan Asusila di Rubrik Siantar Raya Harian Siantar 24 Jam

21 Hasil Pengukuran Dua Pengkoding Terhadap Kategori Menyebutkan Identitas (Foto) Anak yang Menjadi Pelaku Kejahatan di Rubrik Siantar Raya Harian Siantar 24 Jam

22 Tingkat Reliabilitas Terhadap Kategori Menyebutkan Identitas (Foto) Anak yang Menjadi Pelaku Kejahatan di Rubrik Siantar Raya Harian Siantar 24 Jam 23 Kode Etik Jurnalistik versi Dewan Pers

24 Surat Izin Pra Penelitian

25 Sampel Berita dengan Tema Kriminalitas 26 Sampel Berita yang Mengandung Tulisan Sadis 27 Sampel Berita yang Mengandung Tulisan Cabul 28 Sampel Berita yang Menampilkan Foto Sadis

29 Sampel Berita yang Menampilkan Identitas dan Foto Korban Kejahatan Asusila

30 Sampel Berita yang Menampilkan Identitas dan Foto Anak yang Menjadi Pelaku Kejahatan


Dokumen yang terkait

Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam Surat Kabar (Studi Analisis Isi Penerapan Pasal 4 dan Pasal 5 Kode Etik Jurnalistik di Rubrik Siantar Raya dalam Surat Kabar Siantar 24 Jam Edisi Januari 2013)

15 131 91

PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK OLEH SURAT KABAR KRIMINAL Analisis Isi Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Pada Surat Kabar Memo Arema Edisi 13 1 Agustus 2007

0 3 2

Etika Pers Dan Kerja Jurnalistik Dalam Surat Kabar (Studi Etnometodologi Wartawan Surat Kabar Lampu Hijau Jawa Pos)

11 70 201

PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DAN PENULISAN CAPTION FOTO JURNALISTIK PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DAN PENULISAN CAPTION FOTO JURNALISTIK KORBAN BENCANA (Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Kode Etik Jurnalistik dan Penulisan Caption Foto Jurnalistik

0 2 18

PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DALAM PEMBERITAAN KASUS KEKERASAN SEKSUAL ANAK PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DALAM PEMBERITAAN KASUS KEKERASAN SEKSUAL ANAK (Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam Pemberitaan Kasus Kekerasan Seks

0 5 17

DESKRIPSI SUBYEK PENELITIAN PENERAPAN KODE ETIK PEMBERITAAN KASUS KECELAKAAN DI SURAT KABAR POS KOTA DAN WARTA KOTA (Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam Pemberitan Kecelakan di Tol Jagorawi Pada Surat Kabar Harian Pos Kota dan

0 4 19

PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DALAM BERITA KEJAHATAN SUSILA PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DALAM BERITA KEJAHATAN SUSILA (Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Kode Etik Jurnalistik Dalam Berita Kejahatan Susila di Harian Umum Koran Merapi Periode Januari

0 3 21

PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DAN PENULISAN CAPTIONDALAM FOTO JURNALISTIK PEMBERITAAN KECELAKAAN PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DAN PENULISAN CAPTION DALAM FOTO JURNALISTIK PEMBERITAAN KECELAKAAN PESAWAT SUKHOI (Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Kode

0 3 17

KODE ETIK JURNALISTIK DALAM BERITA KODE ETIK JURNALISTIK DALAM BERITA Studi Analisis Framing Mengenai Penerapan Kode Etik Jurnalistik Indonesia Dalam Tayangan Berita Langsung TV One Edisi Penggerebekan Teroris di Temanggung yang Ditayangkan Selama 18 Jam

0 3 17

KODE ETIK JURNALISTIK DALAM PENERAPAN St

0 0 20