Sikap Attitude Niat Intensi

c. Aplikasi Application. Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil sebenarnya. Misalnya orang tua yang membawa anaknya yang telah menyalahgunakan narkoba ke panti rehabilitasi. d. Analisis Analysis. Diartikan sebagi suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur dan berkaitan. Contohnya orang tua yang dapat menghubungkan penyalahgunaan narkoba melalui jarum suntik dengan kejadian HIVAIDS. e. Sintesis Synthesis. Diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi lama yang ada. f. Evaluasi Evaluation. Diartikan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek. Misalnya dengan diketahui bahaya narkoba bagi kesehatan manusia maka seseorang menempatkan narkoba sebagai masalah serius yang sedang dihadapi oleh Bangsa Indonesia.

2.5 Sikap Attitude

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sedangkan menurut Newcomb sikap merupakan kesiapan dan kesediaan untuk bertindak terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, hanya predisposisi suatu tindakan atau perilaku dan merupakan reaksi yang masih tertutup Notoatmodjo 2007:142 Azwar dalam Notoatmodjo 2007:142 menyatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan sehingga seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin ia agar melakukannya. Hubungan sikap dan perilaku sangat ditentukan oleh faktor- faktor situasional tertentu yaitu norma-norma, peranan, anggota kelompok, kebudayaan dan sebagainya yang merupakan kondisi ketergantungan yang dapat mengubah hubungan sikap dan perilaku. Ada 4 tingkatan sikap, yaitu Notoatmodjo, 2007:142: a. Menerima Receiving. Diartikan sebagai mau dan memperhatikan rangsangan yang diberikan. b. Merespon Responding. Contohnya memberikan jawaban ketika ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas. c. Menghargai Valuing. Contohnya mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan masalah alat kontrasepsi yang akan dipilih. d. Bertanggungjawab Responsible. Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.6 Niat Intensi

Sebelum terjadinya suatu perilaku ada hal yangmenjadi prediktor utama dalam menentukan perilaku, yaitu intensi. Menurut Ajzen 2005:289, intensi adalah disposisi tingkah laku yang hingga pada waktu dan kesempatan yang tepat akan terwujud dalam bentuk perilaku tertentu. Banyak ahli sepakat bahwa faktor disposisi yang hubungannya paling dekat dengan kecenderungan perilaku tertentu tersebut Fishbein Ajzen dalam Ajzen, 2005:289 dan banyak penelitian yang telah dilakukan semakin memperkuat validitas prediktif intensi terhadap prilaku Ajzen, 2005:289. Menurut Riyanti 2008 dalam Sumarsono 2013, intensi merupakan posisi seorang dalam dimensi probabilitas subjektif yang melibatkan suatu hubungan antara dirinya dengan beberapa tindakan. Intensi merupakan faktor motivasional yang mempengaruhi tingkah laku. Intensi, menurut Sanjaya 2007 dalam Sumarsono 2013, memainkan pernan yang khas dalam mengarahkan tindakan, yakni menghubungkan antara pertimbangan yang mendalam yang diyakini dan diinginkan oleh seseorang dengan tindakan tertentu. Selanjutnya Intensi adalah kesungguhan niat seseorang untuk melakukan perbuatan atau memunculkan suatu perilaku tertentu.

2.7 Teori Pendekatan Sistem