Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Di Perguruan Tinggi

(1)

MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA DI PERGURUAN TINGGI

DISUSUN OLEH:

FASTI ROLA, M.PSI, psikolog NIP. 19810314 200501 2 003

DIKETAHUI OLEH:

DEKAN FAKULTAS PSIKOLOGI USU

Prof. Dr. Irmawati, Psikolog NIP. 19530131 198003 2 001

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ………... DAFTAR ISI………...

KATA PENGANTAR ………... BAB I. PENDAHULUAN ...

BAB II. LANDASAN TEORI ... A. Pengertian Motivasi ... B. Pengertian Motivasi Berprestasi... C. Ciri-ciri Motivasi Berprestasi…... D. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi... E.Peningkatan Motivasi Belajar...

BAB III. KESIMPULAN ...………... DAFTAR PUSTAKA ...

i ii

iii 1 1 4 4 4 5 7 10

14 15


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, karena itu penulis berharap mendapat masukan dari para pembaca untuk penyempurnaan tulisan ini.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang telah memberi penulis kesempatan untuk mengabdikan diri di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada para mahasiswa dan rekan-rekan sejawat di tempat penulis bekerja atas dukungan dan hangatnya persaudaraan.

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Iskandar yang senantiasa mengingatkan dan memberi motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan karya tulis ini, semoga Allah SWT membalas dengan yang lebih baik atas budi baik dan ketulusan yang telah diberikan. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi semua pihak. Amin!

Medan, 20 September 2010

Fasti Rola, M.Psi, psikolog


(4)

I. PENDAHULUAN

Mahasiswa adalah sebagian kecil dari generasi muda Indonesia yang mendapat kesempatan untuk mengasah kemampuannya di Perguruan Tinggi. Tentunya sangat diharapkan mendapat manfaat yang sebesar-besarnya dalam pendidikan agar kelak mampu menyumbangkan kemampuannya untuk memperbaiki kualitas hidup bangsa Indonesia yang saat ini belum pulih sepenuhnya dari krisis yang dialami pada akhir abad ke20 (Salim dan Sukadji, 2006).

Agar sukses dalam pendidikan dan berhasil menerapkan ilmu yang diperolehnya, mahasiswa harus menggunakan seluruh potensi yang dimilikinya serta mengatur stategi yang jitu. Namun sayangnya, banyak juga mahasiswa gagal dalam perkuliahannya. Padahal mahasiswa yang duduk di perguruan tinggi telah terseleksi kemampuannya pada jenjang-jenjang sebelumnya. Jarang mahasiswa yang gagal karena kurangnya kemampuan, sebaliknya berkaitan dengan masalah motivasi. Para pengajar dan pembimbing Tugas Akhir di perguruan Tinggi sering mengeluh bahwa mahasiswa tidak memiliki motivasi. Para mahasiswa pun sering juga mengeluh bahwa tidak memiliki motivasi sehingga prestasi yang dimilikinya juga buruk. Beberapa mahasiswa mengatakan bahwa mereka telah mempersiapkan segala kebutuhan belajar, bahan bacaan lengkap, situasi kamar mendukung untuk belajar, namun mereka tetap tidak termotivasi untuk belajar (Salim dan Sukadji, 2006). Selain itu, di dalam kelas masalah besar yang juga sering dialami oleh pengajar dan siswa adalah motivasi. Para pengajar berharap agar setiap siswa menggunakan bakat dan waktunya selama di sekolah sehingga


(5)

tujuan belajar terjadi secara maksimum. Para siswa juga berusaha menggunakan potensinya dengan mengembangkan bakat-bakat yang ada. Namun sayangnya tujuan pengajar sering berbeda dengan siswa sehingga motivasi tidak berkembang (Djiwandono, 2004).

Dalam belajar, salah satu faktor yang mempengaruhi belajar siswa adalah faktor dari dalam diri siswa adalah motivasi (Syah, 2006). Motivasi adalah salah satu prasarat yang amat penting dalam belajar ( Djiwandono, 2004). Setiap tindakan manusia selalu didorong oleh faktor-faktor tertentu sehingga terjadi tingkah laku atau perbuatan. Faktor pendorong ini disebut motif (Ninawati, 2002). Menurut Handoko (dalam Ninawati,2002), motif adalah suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan individu berbuat sesuatu atau melakukan tindakan tertentu. Motif-motif tersebut pada saat tertentu akan menjadi aktif bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan (Ninawati,2002). Morgan,dkk (1986) menerangkan motivasi adalah sebagai suatu dorongan yang mendorong individu untuk menampilkan tingkah laku secara persisten yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah sesuatu yang menguatkan, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku; motivasi membuat pelajar bergerak, menunjukkan mereka dalam arah tertentu, dan membuat mereka terus bergerak.

Coleman (dalam Salim dan Sukadji, 2006) mengatakan bahwa individu

yang berusaha memperbaiki diri untuk mencapai standart exelllence adalah

individu yang memiliki dorongan untuk berprestasi. Penelitian yang dilakukan oleh Budiardjo (Salim dan Sukadji, 2006) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pola pengambilan risiko dan prestasi akademik mahasiswa. Mahasiswa dengan prestasi akademik tinggi cenderung mengambil risiko dengan


(6)

tarif sedang, sedangkan mahasiswa dengan prestasi akademik rendah cenderung mengambil risiko tinggi atau rendah. Selain itu terdapat korelasi positif dan signifikan antara motif untuk berprestasi dengan prestasi akademik mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki motif untuk berprestasi tinggi akan memiliki prestasi akademis yang tinggi (Salim dan Sukadji, 2006). Ormrod (dalam Gage dan Berliner, 1988) mengatakan bahwa motivasi memiliki beberapa pengaruh pada

pembelajaran dan perilaku pelajar yaitu mengarahkan perilaku kepada tujuan

tertentu, mengarah pada peningkatan usaha dan tenaga, meningkatkan inisiasi dan ketekunan dalam aktivitas, meningkatkan proses kognitif, menentukan konsekuensi apa yang menguatkan, mengarah pada peningkatan performa serta menentukan penggunaan waktu dalam kegiatan yang berbeda.


(7)

II. LANDASAN TEORI

A. Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan konsep dasar hipotesis, karena tidak secara langsung dapat diamati (Fox, dalam Salim dan Sukadji, 2006). Yang dapat diamati adalah perilaku setelahnya. Secara umum, motivasi sering diartikan sebagai kondisi

psikologis (internal states) yang menimbulkan, mengarahkan dan

mempertahankan tingkah laku tertentu. Istilah motivasi berasal dari bahasa latin,

yaitu movere yang artinya “gerak” (Pintrich dan Schunk dalam Salim dan Sukadji,

2006).

B. Pengertian Motivasi berprestasi

Kebutuhan untuk berprestasi (need of achievement) pertama kali dibahas

oleh Muray (dalam Bernstein, Roy, Srull dan Wickens, 1988). Selanjutnya dikembangkan oleh McClelland (dalam Roedinger, Rushton, Capaldi & Paris, 1987). Muray (dalam Roedinger, dkk, 1987) mendefinisikan keinginan untuk berprestasi (need of achievement) sebagai :

To accomplish something diffuclt. To master, manipualte, or organize physical objects, human beings, or ideas. To do this as rapidly and as independently as possible. To overcome obstacles and attain a high standart. To excel one’s self. To rival and surpass others. To increase self regart by the successful exercise of talent.

Selanjutnya McClelland (dalam Robin, 1996) mengartikan motivasi

berprestasi sebagai dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standart dan berusaha untuk mendapatkan keberhasilan. Jadi, bisa


(8)

dikatakan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi adalah individu yang berorientasi pada tugas, menyukai pekerjaan dengan tugas-tugas yang menantang dimana penampilan individu pada tugas tersebut dapat dievaluasi dengan berbagai cara, bisa dengan membandingkan dengan penampilan orang lain atau dengan standar tertentu (McClelland dalam Morgan, dkk, 1986)

C. Ciri-ciri Motivasi Berprestasi

Setiap individu yang telah terpenuhi kebutuhan pokoknya pastilah sedikit banyak memiliki motivasi berprestasi (Gellerman, 1984). Perbedaan antara individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dan yang rendah adalah keinginan dirinya untuk dapat menyelesaikan sesuatu dengan lebih baik (McClelland, dalam Robins, 1996). McClelland (dalam Robins, 1996) mengatakan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi adalah :

1. Berprestasi yang dihubungkan dengan seperangkat standar. Seperangkat standar

tersebut bisa berhubungan dengan prestasi orang lain, prestasi diri sendiri yang lampau serta tugas yang harus dilakukannya (Monks, dkk, 1999).

2. Memiliki tanggung jawab pribadi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukannya.

3. Adanya kebutuhan untuk mendapatkan umpan balik atas pekerjaan yang

dilakukannya sehingga dapat diketahui dengan cepat bahwa hasil yang diperoleh dari kegiatannya lebih baik atau lebih buruk.

4. Menghindarkan tugas-tugas yang terlalu sulit ata terlalu mudah, etapi akan


(9)

5. Inovatf yaitu dalam melakukan suat pada sebelumnya. Hal ini dilakukan agar individu mendapatan cara-cara yang lebih menguntungkan dalam pencapaian tujuan (McClelland, 1987).

6. Tidak menyukai keberhasilan yang bersifart kebetulan atau karena tindakan orang

lain dan ingin merasakan sukses atau kegagalan disebabkan oleh tindakan individu itu sendiri.

Selain McClelland, Atkinson dan Birch (dalam Bernstein, dkk, 1988) mengatakan bahwa ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi adalah :

1. Menetpkan tujuan yang menantang dan sulit namun realistik.

2. Terus mengejar kesuksesan dan mau mengambil resiko pada suatu kegiatan

3. Merasakan puas setlah mendapatkan kesuksesan, namun terus berusaha untk

menjadi yang terbaik

4. Merasakan puas setelah mendapatkan kesuksesan, namun terus berusaha untuk

menjadi yang terbaik

5. Tidak merasa tergangu atas kegagalan yang diperoleh.

Sebaliknya, Atknson dan Feather (dalam Feldman, 1992) mengatakan bahwa ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah adalah individu yang termotivasi oleh ketakutan akan kegagalan. Dalam melakukan tugas, individu tidak memikirkan bahwa dirinya akan mendapatkan kesuksesan, tetapi lebih fokus agar suatu tugas yang dilakukannya tidak mendapatkan kesuksesan, tetapi lebih terfokus agar suatu tugas yang dilakukannya tidak mendapatkan kegagalan. Sebagai hasilnya dalam mencari tugas, individu cenderung untuk mengambil tugas yang mudah sehingga dirinya yakin akan terhindar dari kegagalan atau mencari tugas yang


(10)

sangat sulit sehingga kegagalan bukanlah hal yang negatif karena hampir semua individu akan gagal melakukannya. Selain itu, individu juga menghindari tugas yang tingkat kesulitannya menengah karena individu mungkin akan gagal sementara yang lain berhasil (Atkinson & Feather dalam Feldman, 1992). Ditambahkan pula meurut Weiner (dalam Bernstein, dkk, 1988) bahwa ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah adalah individu yang apabila dirinya memperoleh kegagalan setelah melakukan tugas amaka individu tersebut cenderung untuk meninggalkan tugasnya dengan segera.

D. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi

Fernald dan Fernald (1999) mengungkapkan terdapat 4 faktor yang berpengaruh terhadap motivasi berprestasi bagi seseorang yaitu :

1. Pengaruh keluarga dan kebudayaan (family and cultural influences)

Besarnya kebebasan yang diberikan orang tua kepada anaknya, jenis pekerjaan orang tua dan jumlah serta urutan anak dalam suatu keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan motivasi berprestasi. Produk-produk kebudayaan pada suatu negara seperti cerita rakyat sering mengandung tema-tema prestasi yang bisa meningkatkan semangat warga negaranya.

2. Peranan dari konsep diri (role of self concept)

Konsep diri merupakan bagaimana seseorang berpikir mengenai dirnya sendiri. Apabila individu percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka individu akan termotivasi untuk melakukan hal tersebut sehingga berpengaruh dalam bertingkah laku.


(11)

3. Pengaruh dari peran jenis kelamin (Influence of Sex Roles)

Prestasi yang tinggi biasanya diidentikkan dengan maskulinitas, sehingga banyak para wanita belajar tidak maksimal khususnya jika wanita tersebut berada diantara para pria (Stein & Beiley dalam Fernald & Fernald, 1999). Kemudian Horner (dalam Santrock, 1998) juga menyatakan bahwa pada

wanita terdapat kecendrungan takut akan kesuksesan (fear of success) yang

artinya pada wanita terdapat kekhawatiran bahwa dirinya akan ditolak oleh masyarakat apabila dirinya memperoleh kesuksesan, namun sampai saat ini

konsep fear of success masih diperdebatkan. Dweck dan Nichollas (dalam

Bernstein, dkk, 1988) mengatakan bahwa motivasi berprestasi pada wanita lebih berubah-ubah dibandingkan dengan pria. Hal ini bisa dilihat bahwa pada wanita yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi tidak selalu menetapkan tujuan yang menantang ketika dirinya diberikan pilihan dan juga para wanita tidak selalu bertahan ketika menghadapi kegagalan.

4. Pengakuan dan Prestasi (Recognition and Achievement)

Individu akan termotivasi untuk bekerja keras jika dirinya merasa dipedulikan oleh orang lain.

Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Fernald dan Fernald (1999), McClelland (Salim dan Sukadji, 2006), menjelaskan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motif berprestasi adalah :

1. Harapan orangtua terhadap anaknya.

Orangtua yang mengharapkan anaknya bekerja keras dan berjuang untuk mencapai sukses akan mendorong anaknya untuk bertingkah laku yang mengarah kepada pencapaian prestasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa


(12)

orangtua dari anak yang berprestasi melakukan beberapa usaha khusus terhadap anaknya. Orangtua tersebut berkomunikasi, mendengarkan dan memastikan bahwa anak-anak menyelesaikan tugas sekolah. Marsh (dalam Salim dan Sukadji, 2006) menyatakan bahwa orangtua dapat mendorong anaknya untuk memiliki motivasi belajar melalui diskusi pekerjaan rumah dan menunjukkan minat terhadap yang mereka kerjakan. Motivasi akan tumbuh sehat pada diri seorang anak bila ia memiliki rasa keingintahuan dan senang bereksplorasi dan mengerjakan tugas-tugas sekolah yang dibawa kerumah.

2. Pengalaman pada tahun-tahun pertama kehidupan.

Adanya perbedaan pengalaman masa lalu pada setiap orang menyebabkan terjadinya variasi terhadap tinggi rendahnya kecenderungan untuk berprestasi pada diri seseorang. Biasanya hal ini dipelajari pada masa kanak-kanak awal,

terutama melalui interaksi dengan orangtua dan ”significant others”.

3. Latar belakang budaya tempat seseorang dibesarkan

Bila dibesarkan dalam budaya yang menekankan pada pentingnya keuletan, kerja keras, sikap inisiatif dan kompetitif, serta suasana yang selalu mendorong individu untuk memecahkan masalah secara mandiri tanpa dihantui perasaan takut gagal, maka dalam diri seseorang akan berkembang hasrat berprestasi yang tinggi.

4. Peniruan Tingkah laku (Modeling)

Melalui observasional learning anak mengambil atau meniru banyak

karakteristik dari model, termasuk dalam kebutuhan untuk berprestasi jika model tersebut memiliki motif tersebut dalam derajat tertentu.


(13)

Iklim belajar yang menyenangkan, tidak mengancam, memberi semangat dan sikap optimisme bagi “siswa” dalam belajar, cenderung akan mendorong seseorang untuk tertarik belajar, memiliki toleransi terhadap suasana kompetisi dan tidak khawatir akan kegagalan. Selanjutnya di bawah ini dijabarkan mengenai cara-cara mengukur motivasi.

E. Peningkatan Motivasi belajar

Moran (dalam Salim dan Sukadji, 2006) mengemukakan beberapa cara praktis untuk meningkatkan motivasi belajar, yaitu :

1. Pemberian Ganjaran untuk memperkuat perilaku : Kekuatan dari Possitive

Reinforcement

Prinsip dasar dari cara ini adalah teori belajar yang berpandangan bahwa kegiatan yang lebih disenangi dapat menjadi ganjaran positif (seperti nonton sinetron, nonton vidio atau “jajan”) yang dapat dipakai sebagai ganjaran untuk kegiatan lain yang kurang disenangi. Dalam menerapkan prinsip ini, dimulai dengan memberikan ganjaran khusus, seperti menonton bioskop, jalan-jalan kepertokoan, berkunjung ke rumah teman, menikmati makanan kecil di kafe bagi pencapaian rencana belajar. Ganjaran hanya dapat diberikan bila telah berhasil mencapai sasaran belajar. Hal yang menarik adalah, adanya ganjaran untuk meningkatkan motivasi memiliki arti bahwa tidak perlu dari awal tertarik pada sesuatu untuk mempelajarinya secara mendalam. Dengan membagi-bagi tugas-tugas kuliah ke dalam beberapa tahap, dan melalui pemberian ganjaran bagi diri atas keberhasilan mencapai setiap sasaran, dapat belajar memotivasi diri dengan tidak terbatas.


(14)

Motivasi yang efektif menuntut pengarahan. Teknik yang menyertainya disebut

sebagai goal setting. Goal (sasaran) adalah sesuatu yang hendak dicapai, misalnya

menyelesaikan tugas makalah ataupun skripsi tepat pada waktunya, lulus dalam ujian, berhasil menyampaikan presentasi hasil kerja kelompok dengan baik dan

lain sebagainya. Goal setting adalah proses menetapkan sasaran bagi diri.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa tipe sasaran yang

berperan lebih baik sebagai motivator dibandingkan dengan yang lainnya. Goal

yang lebih terinci dan berada dibawah kendali cenderung memunculkan usaha

yang lebih besar dari pada goal yang bersifat lebih umum. Goal untuk berhasil

menulis sejumlah makalah tertentu dengan topik tertentu akan berpengaruh lebih baik terhadap motivasi dari pada menulis makalah saja. Bila kendali atau kontrol berada pada diri sendiri pengaruhnya akan lebih baik.

Moran (dalam Salim dan Sukadji, 2006) mengajukan prinsip goal-setting

yang disebutnya sebagai SMART. Penjabaran SMART adalah sebagai berikut : a. S = Spesific

Makin jelas dan spesifik sasaran belajar, maka akan lebih besar kemungkinan mencapainya. Umpamanya : “Saya ingin membuat rangkuman buku Psikologi Pendidikan dari Bab 1 sampai dengan Bab 4 setiap sore hari dari tanggal 5 sampai 9”. Akan lebih besar pengaruhnya terhadap motivasi daripada “Saya mungkin akan membuat ikhtiar buku Psikologi Pendidikan bila saya memiliki waktu”.

b. M = Measurable

Bila tidak mampu mengukur kemajuan terhadap sasaran, maka cendrung kehilangan minat dalam pencapaian sasaran. Oleh karenanya, sangat penting


(15)

untuk selalu menyimpan dokumen kemajuan. Umpamanya bila sasaran belajar adalah seperti yang tercantum diatas, maka perlu memiliki dokumen mengenai peningkatan pelaksanaan penulisan ikhtisar tersebut. Dokumen dapat berupa catatan sehari-sari.

c. A = Action-related

Agar tidak dibingungkan oleh urutan langkah yang perlu dilakukan. Perlu menentukan sejumlah langkah yang berurutan semakin dekat dengan pencapaian.

d. R = Realistic

Sasaran belajar yang dimiliki harus realistik dan dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber yang dapat diperoleh. Oleh karenanya penting untuk mendiskusikan sasaran belajar dengan pengajar.

e. T = Time-based

Sering kali pekerjaan diselesaikan saat mendekati batas akhir penyampaian tugas tertentu. Tekanan waktu menimbulkan kepentingan yang membuat kita termotivasi, meskipun kepanikan seringkali ikut mengiringi penyelesaian tugas. Oleh karenanya, mengatur waktu dengan “menghitung mundur” dari batas waktu penyampaian tugas sampai saat pertama tugas diterima.

Selanjutnya peningkatan motivasi melalui goal-setting akan berhasil jika

dilakukan dengan sistematis melalui langkah-langkah berikut (Moran, dalam dalam Salim dan Sukadji, 2006).

Langkah 1 : Identifikasi sasaran


(16)

Langkah 2 : Penetapan prioritas

Perlu membuat peringkat dari sasaran yang telah ditentukan dan telah ditulis.

Langkah 3 : Pertimbangan Waktu

Sasaran dibagi tiga berdasarkan waktu, yaitu sasaran jangka panjang, jangka menengah, dan sasaran jangka pendek.

Langkah 4 : Pembagian sasaran ke dalam langkah-langkah kegiatan

Bagi sasaran dengan rincian langkah yaitu langkah-langkah yang mendekati sasaran.

Langkah 5 : Penelaahan kemajuan

Agar memperoleh hasil maksimal dari goal setting, harus menciptakan proses

penelaahan hasil kerja anda. Kegiatan ini bermanfaat untuk menelaah seberapa jauh dari sasaran yang telah ditetapkan.

Langkah 6 : Perbaikan sasaran (bila diperlukan)

Fleksibilitas adalah kunci dari siklus goal setting. Bersiaplah untuk memperbaiki

sasaran bila ditekan oleh waktu.

3. Penataan lingkungan belajar

Penataan lingkungan belajar termasuk penataan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.


(17)

III.KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Motivasi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Tanpa motivasi

belajar, sulit untuk mengharapkan prestasi belajar yang baik. Oleh karena itu, dengan memahami pengertian motivasi dan mengetahui cara-cara peningkatan motivasi diharapkan dapat menerapkan pada kehidupan sehari-hari sehingga bisa menikmati tugas-tugas belajar, mencapai keberhasilan dalam studi, karir serta kehidupan selanjtnya.

2. Agar lebih meningkatkan motivasi dalam belajar, mahasiswa bisa menerapkan

ganjaran dan hukuman yang ditetapkan dan ditaati oleh diri sendiri

3. Agar mahasiswa bisa menyelesaikan tugas-tugas di perkuliahan dengan baik,

sebaiknya mulai menerapkan prinsip SMART.

4. Lingkungan fisik dan lingkungan sosial sangat mempengaruhi situasi pada saat

belajar. Oleh karena itu, susunlah ruangan yang akan dipakai belajar dengan nyaman.


(18)

DAFTAR PUSTAKA

Bernstein, Douglas, A., Roy, Edward, J., Srull. Thomas, K. & Wickens, Christoper,D. Wickens. (1988). Psychology. Boston : Houghon Mifflin Company.

Djiwandono, Sri Esti Wuryani (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Gramedia. Feldman, Robert S. (1992). Elements of psychology. (Internatinal ed.). San Fransisco

: Mc. Graw Hill, Inc.

Fernald, L, Dodge & Fernald, Peter, S. (1999). Introduction to psychology (5 th ed).

India: A.I.T.B.S. Publisher & Distributors.

Gage, N.L., & Berliner, D.C. (1988). Educational Psychology. Boston ; Houghton

Miffilin Company.

Gellerman, Saul, W. (1984). Motivasi dan produktivitas. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo.

McClleland, D.C. (1987). Human Motivation. New York : The Press Syndicate of The University of Chambridge.

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, Siti rahayu (1999). Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Morgan, Clifford, T., King, Richard, A., Weisz, John, R., & Schopler, John. (1986). Indtroduction to psychology. Toronto : McGraw-Hil

Ninawati. (2002). Motivasi berprestasi. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Vol 4, No 8.

77-78.

Robbins, Stephen, P. (1996). Perilaku organisasi : Konsep, kontroversi, aplikasi (edisi bahasa Indonesia). Jakarta : PT. Prenhallindo

Roedinger, Henry, L., Rusthon, J., philippe Capaldi, Elizabeth, Deutsch & Paris,

Schott, G. (1987). Psychology (2th ed). Boston : Little, Brown and Company.

Salim, Evita E. Singgih dan Sukadji, Soetarlinah (2006). Sukses di Perguruan Tinggi. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.


(1)

Iklim belajar yang menyenangkan, tidak mengancam, memberi semangat dan sikap optimisme bagi “siswa” dalam belajar, cenderung akan mendorong seseorang untuk tertarik belajar, memiliki toleransi terhadap suasana kompetisi dan tidak khawatir akan kegagalan. Selanjutnya di bawah ini dijabarkan mengenai cara-cara mengukur motivasi.

E. Peningkatan Motivasi belajar

Moran (dalam Salim dan Sukadji, 2006) mengemukakan beberapa cara praktis untuk meningkatkan motivasi belajar, yaitu :

1. Pemberian Ganjaran untuk memperkuat perilaku : Kekuatan dari Possitive Reinforcement

Prinsip dasar dari cara ini adalah teori belajar yang berpandangan bahwa kegiatan yang lebih disenangi dapat menjadi ganjaran positif (seperti nonton sinetron, nonton vidio atau “jajan”) yang dapat dipakai sebagai ganjaran untuk kegiatan lain yang kurang disenangi. Dalam menerapkan prinsip ini, dimulai dengan memberikan ganjaran khusus, seperti menonton bioskop, jalan-jalan kepertokoan, berkunjung ke rumah teman, menikmati makanan kecil di kafe bagi pencapaian rencana belajar. Ganjaran hanya dapat diberikan bila telah berhasil mencapai sasaran belajar. Hal yang menarik adalah, adanya ganjaran untuk meningkatkan motivasi memiliki arti bahwa tidak perlu dari awal tertarik pada sesuatu untuk mempelajarinya secara mendalam. Dengan membagi-bagi tugas-tugas kuliah ke dalam beberapa tahap, dan melalui pemberian ganjaran bagi diri atas keberhasilan mencapai setiap sasaran, dapat belajar memotivasi diri dengan tidak terbatas. 2. Penetapan sasaran (Goal-setting) untuk meningkatkan motivasi


(2)

Motivasi yang efektif menuntut pengarahan. Teknik yang menyertainya disebut sebagai goal setting. Goal (sasaran) adalah sesuatu yang hendak dicapai, misalnya menyelesaikan tugas makalah ataupun skripsi tepat pada waktunya, lulus dalam ujian, berhasil menyampaikan presentasi hasil kerja kelompok dengan baik dan lain sebagainya. Goal setting adalah proses menetapkan sasaran bagi diri. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa tipe sasaran yang berperan lebih baik sebagai motivator dibandingkan dengan yang lainnya. Goal yang lebih terinci dan berada dibawah kendali cenderung memunculkan usaha yang lebih besar dari pada goal yang bersifat lebih umum. Goal untuk berhasil menulis sejumlah makalah tertentu dengan topik tertentu akan berpengaruh lebih baik terhadap motivasi dari pada menulis makalah saja. Bila kendali atau kontrol berada pada diri sendiri pengaruhnya akan lebih baik.

Moran (dalam Salim dan Sukadji, 2006) mengajukan prinsip goal-setting yang disebutnya sebagai SMART. Penjabaran SMART adalah sebagai berikut : a. S = Spesific

Makin jelas dan spesifik sasaran belajar, maka akan lebih besar kemungkinan mencapainya. Umpamanya : “Saya ingin membuat rangkuman buku Psikologi Pendidikan dari Bab 1 sampai dengan Bab 4 setiap sore hari dari tanggal 5 sampai 9”. Akan lebih besar pengaruhnya terhadap motivasi daripada “Saya mungkin akan membuat ikhtiar buku Psikologi Pendidikan bila saya memiliki waktu”.

b. M = Measurable

Bila tidak mampu mengukur kemajuan terhadap sasaran, maka cendrung kehilangan minat dalam pencapaian sasaran. Oleh karenanya, sangat penting


(3)

untuk selalu menyimpan dokumen kemajuan. Umpamanya bila sasaran belajar adalah seperti yang tercantum diatas, maka perlu memiliki dokumen mengenai peningkatan pelaksanaan penulisan ikhtisar tersebut. Dokumen dapat berupa catatan sehari-sari.

c. A = Action-related

Agar tidak dibingungkan oleh urutan langkah yang perlu dilakukan. Perlu menentukan sejumlah langkah yang berurutan semakin dekat dengan pencapaian.

d. R = Realistic

Sasaran belajar yang dimiliki harus realistik dan dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber yang dapat diperoleh. Oleh karenanya penting untuk mendiskusikan sasaran belajar dengan pengajar.

e. T = Time-based

Sering kali pekerjaan diselesaikan saat mendekati batas akhir penyampaian tugas tertentu. Tekanan waktu menimbulkan kepentingan yang membuat kita termotivasi, meskipun kepanikan seringkali ikut mengiringi penyelesaian tugas. Oleh karenanya, mengatur waktu dengan “menghitung mundur” dari batas waktu penyampaian tugas sampai saat pertama tugas diterima.

Selanjutnya peningkatan motivasi melalui goal-setting akan berhasil jika dilakukan dengan sistematis melalui langkah-langkah berikut (Moran, dalam dalam Salim dan Sukadji, 2006).

Langkah 1 : Identifikasi sasaran


(4)

Langkah 2 : Penetapan prioritas

Perlu membuat peringkat dari sasaran yang telah ditentukan dan telah ditulis. Langkah 3 : Pertimbangan Waktu

Sasaran dibagi tiga berdasarkan waktu, yaitu sasaran jangka panjang, jangka menengah, dan sasaran jangka pendek.

Langkah 4 : Pembagian sasaran ke dalam langkah-langkah kegiatan

Bagi sasaran dengan rincian langkah yaitu langkah-langkah yang mendekati sasaran. Langkah 5 : Penelaahan kemajuan

Agar memperoleh hasil maksimal dari goal setting, harus menciptakan proses penelaahan hasil kerja anda. Kegiatan ini bermanfaat untuk menelaah seberapa jauh dari sasaran yang telah ditetapkan.

Langkah 6 : Perbaikan sasaran (bila diperlukan)

Fleksibilitas adalah kunci dari siklus goal setting. Bersiaplah untuk memperbaiki sasaran bila ditekan oleh waktu.

3. Penataan lingkungan belajar

Penataan lingkungan belajar termasuk penataan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.


(5)

III.KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Motivasi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Tanpa motivasi belajar, sulit untuk mengharapkan prestasi belajar yang baik. Oleh karena itu, dengan memahami pengertian motivasi dan mengetahui cara-cara peningkatan motivasi diharapkan dapat menerapkan pada kehidupan sehari-hari sehingga bisa menikmati tugas-tugas belajar, mencapai keberhasilan dalam studi, karir serta kehidupan selanjtnya.

2. Agar lebih meningkatkan motivasi dalam belajar, mahasiswa bisa menerapkan ganjaran dan hukuman yang ditetapkan dan ditaati oleh diri sendiri

3. Agar mahasiswa bisa menyelesaikan tugas-tugas di perkuliahan dengan baik, sebaiknya mulai menerapkan prinsip SMART.

4. Lingkungan fisik dan lingkungan sosial sangat mempengaruhi situasi pada saat belajar. Oleh karena itu, susunlah ruangan yang akan dipakai belajar dengan nyaman.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Bernstein, Douglas, A., Roy, Edward, J., Srull. Thomas, K. & Wickens, Christoper,D. Wickens. (1988). Psychology. Boston : Houghon Mifflin Company.

Djiwandono, Sri Esti Wuryani (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Gramedia. Feldman, Robert S. (1992). Elements of psychology. (Internatinal ed.). San Fransisco

: Mc. Graw Hill, Inc.

Fernald, L, Dodge & Fernald, Peter, S. (1999). Introduction to psychology (5 th ed). India: A.I.T.B.S. Publisher & Distributors.

Gage, N.L., & Berliner, D.C. (1988). Educational Psychology. Boston ; Houghton Miffilin Company.

Gellerman, Saul, W. (1984). Motivasi dan produktivitas. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo.

McClleland, D.C. (1987). Human Motivation. New York : The Press Syndicate of The University of Chambridge.

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, Siti rahayu (1999). Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Morgan, Clifford, T., King, Richard, A., Weisz, John, R., & Schopler, John. (1986). Indtroduction to psychology. Toronto : McGraw-Hil

Ninawati. (2002). Motivasi berprestasi. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Vol 4, No 8. 77-78.

Robbins, Stephen, P. (1996). Perilaku organisasi : Konsep, kontroversi, aplikasi (edisi bahasa Indonesia). Jakarta : PT. Prenhallindo

Roedinger, Henry, L., Rusthon, J., philippe Capaldi, Elizabeth, Deutsch & Paris, Schott, G. (1987). Psychology (2th ed). Boston : Little, Brown and Company. Salim, Evita E. Singgih dan Sukadji, Soetarlinah (2006). Sukses di Perguruan Tinggi.