sangat sulit sehingga kegagalan bukanlah hal yang negatif karena hampir semua individu akan gagal melakukannya. Selain itu, individu juga menghindari tugas yang
tingkat kesulitannya menengah karena individu mungkin akan gagal sementara yang lain berhasil Atkinson Feather dalam Feldman, 1992. Ditambahkan pula meurut
Weiner dalam Bernstein, dkk, 1988 bahwa ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah adalah individu yang apabila dirinya memperoleh kegagalan
setelah melakukan tugas amaka individu tersebut cenderung untuk meninggalkan tugasnya dengan segera.
D. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi
Fernald dan Fernald 1999 mengungkapkan terdapat 4 faktor yang berpengaruh terhadap motivasi berprestasi bagi seseorang yaitu :
1. Pengaruh keluarga dan kebudayaan family and cultural influences
Besarnya kebebasan yang diberikan orang tua kepada anaknya, jenis pekerjaan orang tua dan jumlah serta urutan anak dalam suatu keluarga
memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan motivasi berprestasi. Produk-produk kebudayaan pada suatu negara seperti cerita
rakyat sering mengandung tema-tema prestasi yang bisa meningkatkan semangat warga negaranya.
2. Peranan dari konsep diri role of self concept
Konsep diri merupakan bagaimana seseorang berpikir mengenai dirnya sendiri. Apabila individu percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan
sesuatu, maka individu akan termotivasi untuk melakukan hal tersebut sehingga berpengaruh dalam bertingkah laku.
Universitas Sumatera Utara
3. Pengaruh dari peran jenis kelamin Influence of Sex Roles
Prestasi yang tinggi biasanya diidentikkan dengan maskulinitas, sehingga banyak para wanita belajar tidak maksimal khususnya jika wanita tersebut
berada diantara para pria Stein Beiley dalam Fernald Fernald, 1999. Kemudian Horner dalam Santrock, 1998 juga menyatakan bahwa pada
wanita terdapat kecendrungan takut akan kesuksesan fear of success yang artinya pada wanita terdapat kekhawatiran bahwa dirinya akan ditolak oleh
masyarakat apabila dirinya memperoleh kesuksesan, namun sampai saat ini konsep fear of success masih diperdebatkan. Dweck dan Nichollas dalam
Bernstein, dkk, 1988 mengatakan bahwa motivasi berprestasi pada wanita lebih berubah-ubah dibandingkan dengan pria. Hal ini bisa dilihat bahwa pada
wanita yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi tidak selalu menetapkan tujuan yang menantang ketika dirinya diberikan pilihan dan juga
para wanita tidak selalu bertahan ketika menghadapi kegagalan. 4.
Pengakuan dan Prestasi Recognition and Achievement Individu akan termotivasi untuk bekerja keras jika dirinya merasa dipedulikan
oleh orang lain. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Fernald dan Fernald 1999,
McClelland Salim dan Sukadji, 2006, menjelaskan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motif berprestasi adalah :
1. Harapan orangtua terhadap anaknya.
Orangtua yang mengharapkan anaknya bekerja keras dan berjuang untuk mencapai sukses akan mendorong anaknya untuk bertingkah laku yang
mengarah kepada pencapaian prestasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
orangtua dari anak yang berprestasi melakukan beberapa usaha khusus terhadap anaknya. Orangtua tersebut berkomunikasi, mendengarkan dan
memastikan bahwa anak-anak menyelesaikan tugas sekolah. Marsh dalam Salim dan Sukadji, 2006 menyatakan bahwa orangtua dapat mendorong
anaknya untuk memiliki motivasi belajar melalui diskusi pekerjaan rumah dan menunjukkan minat terhadap yang mereka kerjakan. Motivasi akan tumbuh
sehat pada diri seorang anak bila ia memiliki rasa keingintahuan dan senang bereksplorasi dan mengerjakan tugas-tugas sekolah yang dibawa kerumah.
2. Pengalaman pada tahun-tahun pertama kehidupan.
Adanya perbedaan pengalaman masa lalu pada setiap orang menyebabkan terjadinya variasi terhadap tinggi rendahnya kecenderungan untuk berprestasi
pada diri seseorang. Biasanya hal ini dipelajari pada masa kanak-kanak awal, terutama melalui interaksi dengan orangtua dan ”significant others”.
3. Latar belakang budaya tempat seseorang dibesarkan
Bila dibesarkan dalam budaya yang menekankan pada pentingnya keuletan, kerja keras, sikap inisiatif dan kompetitif, serta suasana yang selalu
mendorong individu untuk memecahkan masalah secara mandiri tanpa dihantui perasaan takut gagal, maka dalam diri seseorang akan berkembang
hasrat berprestasi yang tinggi. 4.
Peniruan Tingkah laku Modeling Melalui observasional learning anak mengambil atau meniru banyak
karakteristik dari model, termasuk dalam kebutuhan untuk berprestasi jika model tersebut memiliki motif tersebut dalam derajat tertentu.
5. Lingkungan Tempat Proses Pembelajaran berlangsung
Universitas Sumatera Utara
Iklim belajar yang menyenangkan, tidak mengancam, memberi semangat dan sikap optimisme bagi “siswa” dalam belajar, cenderung akan mendorong
seseorang untuk tertarik belajar, memiliki toleransi terhadap suasana kompetisi dan tidak khawatir akan kegagalan. Selanjutnya di bawah ini
dijabarkan mengenai cara-cara mengukur motivasi.
E. Peningkatan Motivasi belajar