Abses Septum dan Sinusitis Maksila
Askaroellah Aboet
LAPORAN KASUS
Terapi pada Otitis Media Supuratif Akut
Abses Septum dan Sinusitis Maksila
Yuritna Haryono
Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara
Abstrak: Abses septum sering diakibatkan oleh komplikasi dari hematoma septum yang terinfeksi
bakteri piogenik. Penyebab paling sering adalah trauma pada hidung dan bisa juga disebabkan
tindakan bedah. Disamping itu dapat juga disebabkan oleh infeksi dari jaringan sekitarnya seperti
komplikasi dari sinusitis etmoid dan sfenoid. Keluhan yang sering timbul adalah rasa sakit, demam
dan hidung tersumbat. Abses septum harus segera diobati karena komplikasinya dapat berat.
Terapinya adalah insisi dan drainase nanah serta pemberian antibiotika dosis tinggi.
Pada tulisan ini dilaporkan suatu kasus abses septum dengan sinusitis maksila pada seorang anak
perempuan berusia 14 tahun, yang penyebabnya diduga komplikasi dari furunkulosis nasi.
Kata kunci: Abses, septum, hematoma, insisi, sinusitis, Staphylococcus aureus
Abstract: Septal abcess often caused by complications from septal hematome which infected with
pyogenic bacteria. The most common cause are nose trauma and surgery procedure. Complications
from infections in the surround area in etmoid and sphenoid sinusitis are the additional causes. The
common ailment are soreness , fever and congested nose. Since the complications could grown severe
septal abcess should be treated right away with treatment like incision and secrete drainage with
high-dose antibiotics medication.
In this paper, we report a cases of septal abcess with maksilla sinusitis on a 14th year old girl, which
we suspected the cause was complications from nasal furunculosis
Keywords: Abcess, septal, hematome, incision, sinusitis, Staphylococcus aureus
PENDAHULUAN
Abses septum adalah kumpulan nanah yang
berada di antara tulang rawan dan
mukoperikondrium atau diantara tulang septum
dan mukoperiosteum yang melapisinya.
Biasanya terjadi pada kedua sisi rongga hidung,
dan sering merupakan komplikasi dari
hematoma septum yang terinfeksi bakteri
piogenik.1,2
Abses septum jarang ditemui dan biasanya
terjadi pada laki-laki. Sebanyak 74% mengenai
umur dibawah 31 tahun, dan 42 % mengenai
umur diantara 3-14 tahun. Lokasi yang paling
sering ditemukan adalah pada bagian anterior
tulang rawan septum.2,3,4
Penyebab paling sering dari abses septum
adalah trauma (75%). Penyebab lain adalah
akibat penyebaran dari sinusitis etmoit dan
sinusitis sfenoid. Disamping itu dapat juga
akibat penyebaran dari infeksi gigi.2,5 Lo (2004)
menemukan 7% abses septum disebabkan oleh
trauma akibat tindakan septomeatoplasti.6
Staphylococcus aureus adalah organisme
yang paling sering didapat dari hasil kultur pada
abses septum. Kadang-kadang ditemukan
Streptococcus pneumoniae, Streptococcus β
hemolyticus, Haemophilus influenzae dan
organisme anaerob.6
Rumah Sakit Royal Children, Melbourne
Australia melaporkan sebanyak 20 pasien abses
sebtum
selama
18
tahun
dan
RS
Ciptomangunkusumo didapatkan 9 kasus selama
5 tahun (1989-1994).2,7 Di bagian THT FKUSU/RSUP H.Adam Malik Medan selama
tahun 1999-2004 mendapatkan 5 kasus.
Patogenesis abses septum biasanya tergantung
dari penyebabnya. Penyebab yang paling sering
adalah terjadi setelah trauma, sehingga timbul
hematoma septum. Trauma pada septum nasi dapat
menyebabkan pembuluh darah sekitar tulang rawan
pecah. Darah berkumpul di ruang antara tulang
rawan dan mukoperikondrium yang melapisinya,
menyebabkan tulang rawan mengalami penekanan,
menjadi iskemik dan nekrosis, sehingga tulang
Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006
359
Laporan Kasus
rawan jadi destruksi. Darah yang terkumpul
merupakan media untuk pertumbuhan bakteri dan
selanjutnya terbentuk abses. 1,2,8
Bila terdapat daerah yang fraktur atau
nekrosis pada tulang rawan, maka darah akan
merembes ke sisi yang lain dan menyebabkan
hematoma bilateral. Hematoma yang besar akan
menyebabkan obstruksi pada kedua sisi rongga
hidung. Kemudian hematoma ini terinfeksi
kuman dan menjadi abses septum.2 Selain dari
trauma ada beberapa mekanisme yang dapat
menyebabkan timbulnya abses septum, yaitu
penyebaran langsung dari jaringan lunak yang
berasal dari infeksi sinus. Disamping itu penyebaran
infeksi dapat juga dari gigi dan daerah orbita atau
sinus kavernosus.2,9 Pada beberapa kondisi abses
septum bisa diakibatkan trauma pada saat
operasi hidung.6,7,10
Kuman
penyebab
biasanya
ditemukan
Staphylococcus aureus.10
Abses septum harus segera diobati dan
pilihan pengobatan adalah drainase yang
adekuat serta terapi antibiotik yang tepat.1,10
Insisi yang luas dilakukan pada abses dan dibuat
drainase untuk mengeluarkan darah atau pus
serta serpihan kartilago, dengan bantuan suction.
Dilakukan pemasangan tampon anterior untuk
menekan
permukaan
periosteum
dan
perikondrium. Drain dipasang 2-3 hari untuk
jalan keluar pus serta serpihan kartilago yang
nekrosis.10
Antibiotik sistemik diberikan
segera setelah diagnosa ditegakkan dan dapat
dilanjutkan sampai 10 hari.1,10
Kerusakan tulang rawan akibat hematoma
atau abses, akan digantikan oleh jaringan ikat.
Kontraktur jaringan dan hilangnya penyangga
pada bagian dorsum hidung merupakan
komplikasi
abses septum yang dapat
menimbulkan hidung pelana, retraksi kolumela
dan pelebaran dasar hidung. Kadang-kadang
dapat timbul fasial selulitis.2,10 Bila infeksi tidak
diterapi dengan antibiotika yang adekuat dapat
timbul perforasi septum, penyebaran infeksi
melalui darah sehingga dapat timbul meningitis,
trombosis sinus kavernosis dan sepsis. 2,10
Gejala abses septum berupa hidung
tersumbat disertai rasa nyeri yang hebat di
puncak hidung. Disamping itu, dijumpai gejala
sistemik berupa demam dan sakit kepala.1,10
Pada pemeriksaan hidung luar ditemukan
eritema, edema dan nyeri pada palpasi.
Sedangkan dari pemeriksaan hidung dalam
dijumpai pembengkakan septum yang berbentuk
bulat pada satu atau ke dua rongga hidung
terutama mengenai bagian paling depan tulang
rawan septum, berwarna merah, licin dan pada
perabaan terdapat fluktuasi dan nyeri tekan.1,8,10
Diagnosis abses septum ditegakkan apabila
terdapat riwayat trauma, riwayat operasi atau
infeksi intranasal. Kebanyakan abses septum
disebabkan oleh trauma yang kadang-kadang
tidak disadari oleh penderita.2,6 Diagnosa abses
septum dapat ditegakkan berdasarkan gejala dan
tanda klinis. Diagnosis pasti adalah dengan
melakukan aspirasi, dan dijumpai adanya
nanah.10 Diagnosa banding abses septum adalah
hematoma septum, septum deviasi, furunkulosis
dan vestibulitis.
Infeksi yang luas dan invasif dari kelenjar
sebasea atau folikel rambut, yang melibatkan
jaringan subkutan membentuk furunkulosis dan
vestibulitis dapat menyebabkan abses septum.
LAPORAN KASUS
Seorang anak perempuan, RN, 14 tahun,
pelajar, datang ke poliklinik THT RS H. Adam
Malik tanggal 21 Maret 2006, dengan keluhan
hidung tersumbat. Keluhan ini sudah dialami
oleh penderita sejak 2 minggu, disertai adanya
benjolan di dalam hidung yang tidak terasa
nyeri. Satu minggu yang lalu penderita
mengeluh keluar nanah bercampur darah dari
hidung disertai demam. Penderita juga
mengeluhkan sakit kepala. Keluhan hidung
berair dan sakit gigi tidak ada. Riwayat trauma
pada hidung tidak ada.
Pemeriksaan rinoskopi anterior dijumpai
kavum nasi kiri dan kanan sempit. Pada septum
terlihat benjolan yang bilateral dan memenuhi
vestibulum nasi. Benjolan berwarna merah
muda, berfluktuasi dan tidak nyeri tekan. Hasil
pemeriksaan radiologi dijumpai sinusitis
maksilaris duplek.
Diagnosa banding adalah abses septum dan
hematoma septum. Sedangkan diagnosa kerja
ditegakkan abses septum. Pasien direncanakan
untuk insisi dan drainase abses.
Tanggal 22 Maret 2006, dilakukan insisi
abses septum. Sebelum dilakukan insisi
dilakukan punksi pada daerah yang paling
berfluktuasi dengan spuit 3 cc, dan keluar pus.
360
Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006
Yuritna Haryono
Dilakukan insisi pada tempat dilakukan punksi
kemudian insisi diperlebar dengan klem arteri.
Terlihat nanah bercampur darah yang kemudian
dievakuasi dengan bantuan suction, sampai
terkesan bersih. Dilakukan penekanan abses
septum nasi kanan dengan spekulum Killian,
sehingga dari tempat insisi di kavum nasi kiri
keluar nanah bercampur darah. Penekanan
dilakukan sampai terkesan bersih. Dilakukan
pemasangan drain dari potongan sarung tangan
melalui tempat insisi dan dipasang tampon
anterior pada kedua kavum nasi. Keadaan umum
paska operasi baik dan perdarahan sebanyak 20
cc. Pus dikirim ke laboratorium Patologi Klinik
RS. H. Adam Malik untuk pemeriksaan kultur
dan tes sensitifitas.
Terapi setelah insisi diberikan injeksi
ampisilin dengan sulbaktam 1,5 gr setiap 6 jam
i.v, injeksi asam traneksamat 500 mg setiap 8
jam i.v, metronidazol tablet 3 x 500 mg dan
injeksi tramadol kalau perlu.
FOLLOW UP
Tanggal 24 Maret 2006 (hari ke III setelah
operasi) sakit pada daerah operasi masih
dirasakan penderita, tampon anterior dilepaskan
dan drain dibuka. Perdarahan dari luka insisi
sedikit, mukosa hidung hiperemis serta septum
kiri dan kanan masih edema.
Tanggal 25 Maret 2006 (hari ke IV setelah
operasi), perdarahan tidak dijumpai lagi, sakit
pada daerah operasi juga tidak ada lagi. Mukosa
hidung hiperemis, septum kiri dan kanan masih
edema
Hasil Kultur dan kepekaan kuman dijumpai
kuman Staphylococcus saprophiticus yang
sensitif terhadap amoksisilin, siprofloksasin,
sefotaksim, cefepim, seftriakson, kanamisin dan
sulfametoksazol.
Obat injeksi diganti dengan oral seperti
amoksisilin 3 x 500 mg, metronidazol tablet 3 x
500 mg dan metil prednisolon 2 x 4 mg
Tanggal 28 Maret 2006 (hari ke VII setelah
operasi) dilakukan nasoendoskopi dengan hasil
kompleks ostiomeatal kanan dan kiri terbuka.
Pasien direncanakan untuk dilakukan irigasi
sinus maksila setelah abses sembuh.
DISKUSI
Telah dilaporkan satu kasus abses septum
pada penderita perempuan usia 14 tahun yang
diduga furunkulosis sebagai penyebabnya.
Pada kasus abses septum ini, juga dijumpai
sinusitis maksila. Tidak jelas hubungan kedua
penyakit ini. Sinusitis frontal, etmoid dan
sfenoid sebagai menyebabkan abses septum,
Abses Septum dan Sinusitis Maksila
sering dilaporkan.1 Namun belum dijumpai
laporan, sinusitis maksila sebagai penyebab
abses septum. Pada kasus ini belum dapat
dipastikan apakah sinusitis maksila sebagai
penyebab abses septum karena sinus maksila
secara anatomi tidak berhubungan lansung
dengan septum. Salah satu kemungkinan yang
dapat perkirakan pada kasus ini adalah sinusitis
maksila disebabkan komplikasi abses septum
akibat penekanan abses pada muara sinus
maksila pada daerah ostio-meatal kompleks.
Untuk mencegah kontaminasi infeksi pada
luka insisi, maka irigasi sinus maksila dilakukan
setelah abses sembuh.
DAFTAR PUSTAKA
1. Becker W. Clinical Aspects of Diseases of
The Nose. In: Ear, Nose and Throat
Diseases, A Pocket Reference. 2nd Ed. New
York: Thieme Medical Pub Inc., 1994: 2612
2.
Santiago R, Villalonga P, Maggioni A.
Nasal Septal Abscess. Clinical article.
International Pediatrics. 1999; 14 (4): 22932.
3.
Montgomerry WM. Surgery of Upper
Respiratory System. Vol. 2. 3rd Ed.
Philadelphia: William& Wilkins A Waverly
Company. Baltimore, 1996: 462-72.
4.
Laranne JE, Pantilia MA, Karma PA.
Treatment and Outcome of Nasal Septal
Abscess. In: Otolaryngology, Head and
Neck Surgery, Proceeding of The XVI
World Congress Madrid 1989. Kogler and
Ghedini Publication, 1990; 1891
5.
Brain D. The Nasal Septum. In: GleesonM
(Ed). Scott-Brown’s Otolaryngology. 6th Ed.
Vol 4. Butterworth-Heinemann, Oxford.
1997: 11.
6.
Lo SH, Wang PA. Nasal Septal Abscess as
a Complication of Laser Inferior
Turbinectomy. Original Article. Chang
Gung Med Journal. 2004; 27 (5): 390-2.
7.
Nizar N.W, Mangunkusumo E. Kelainan
Septum. Dalam : Buku ajar Ilmu Kesehatan
THT-KL. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,
1997: 99-10.
8.
Collman BH. Diseases of the Nasal Septum.
In: Hall and Colman’s, Diseases of The
Nose, Throat and Ear, and Head and Neck.
14th Ed. Singapore: ELBS with Churchill
Livingstone, 1992: 19-20.
Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006
361
Laporan Kasus
9.
Zielnik JB, Sosinska O, Fudalej P. Nasal
septal abscess and palatine process of the
maxilla abscess complicating acute
rhinosinusitis in 12-year old boy. Abstract.
Otolaryngol Pol. 2005; 59 (6): 865-9.
10. Dhingra PL. Nasal Septum and Its Diseases.
In: Diseases Of Ear, Nose and Throat. 3rd
Ed. New Delhi: Elsevier,2004; 181-7.
362
Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006
LAPORAN KASUS
Terapi pada Otitis Media Supuratif Akut
Abses Septum dan Sinusitis Maksila
Yuritna Haryono
Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara
Abstrak: Abses septum sering diakibatkan oleh komplikasi dari hematoma septum yang terinfeksi
bakteri piogenik. Penyebab paling sering adalah trauma pada hidung dan bisa juga disebabkan
tindakan bedah. Disamping itu dapat juga disebabkan oleh infeksi dari jaringan sekitarnya seperti
komplikasi dari sinusitis etmoid dan sfenoid. Keluhan yang sering timbul adalah rasa sakit, demam
dan hidung tersumbat. Abses septum harus segera diobati karena komplikasinya dapat berat.
Terapinya adalah insisi dan drainase nanah serta pemberian antibiotika dosis tinggi.
Pada tulisan ini dilaporkan suatu kasus abses septum dengan sinusitis maksila pada seorang anak
perempuan berusia 14 tahun, yang penyebabnya diduga komplikasi dari furunkulosis nasi.
Kata kunci: Abses, septum, hematoma, insisi, sinusitis, Staphylococcus aureus
Abstract: Septal abcess often caused by complications from septal hematome which infected with
pyogenic bacteria. The most common cause are nose trauma and surgery procedure. Complications
from infections in the surround area in etmoid and sphenoid sinusitis are the additional causes. The
common ailment are soreness , fever and congested nose. Since the complications could grown severe
septal abcess should be treated right away with treatment like incision and secrete drainage with
high-dose antibiotics medication.
In this paper, we report a cases of septal abcess with maksilla sinusitis on a 14th year old girl, which
we suspected the cause was complications from nasal furunculosis
Keywords: Abcess, septal, hematome, incision, sinusitis, Staphylococcus aureus
PENDAHULUAN
Abses septum adalah kumpulan nanah yang
berada di antara tulang rawan dan
mukoperikondrium atau diantara tulang septum
dan mukoperiosteum yang melapisinya.
Biasanya terjadi pada kedua sisi rongga hidung,
dan sering merupakan komplikasi dari
hematoma septum yang terinfeksi bakteri
piogenik.1,2
Abses septum jarang ditemui dan biasanya
terjadi pada laki-laki. Sebanyak 74% mengenai
umur dibawah 31 tahun, dan 42 % mengenai
umur diantara 3-14 tahun. Lokasi yang paling
sering ditemukan adalah pada bagian anterior
tulang rawan septum.2,3,4
Penyebab paling sering dari abses septum
adalah trauma (75%). Penyebab lain adalah
akibat penyebaran dari sinusitis etmoit dan
sinusitis sfenoid. Disamping itu dapat juga
akibat penyebaran dari infeksi gigi.2,5 Lo (2004)
menemukan 7% abses septum disebabkan oleh
trauma akibat tindakan septomeatoplasti.6
Staphylococcus aureus adalah organisme
yang paling sering didapat dari hasil kultur pada
abses septum. Kadang-kadang ditemukan
Streptococcus pneumoniae, Streptococcus β
hemolyticus, Haemophilus influenzae dan
organisme anaerob.6
Rumah Sakit Royal Children, Melbourne
Australia melaporkan sebanyak 20 pasien abses
sebtum
selama
18
tahun
dan
RS
Ciptomangunkusumo didapatkan 9 kasus selama
5 tahun (1989-1994).2,7 Di bagian THT FKUSU/RSUP H.Adam Malik Medan selama
tahun 1999-2004 mendapatkan 5 kasus.
Patogenesis abses septum biasanya tergantung
dari penyebabnya. Penyebab yang paling sering
adalah terjadi setelah trauma, sehingga timbul
hematoma septum. Trauma pada septum nasi dapat
menyebabkan pembuluh darah sekitar tulang rawan
pecah. Darah berkumpul di ruang antara tulang
rawan dan mukoperikondrium yang melapisinya,
menyebabkan tulang rawan mengalami penekanan,
menjadi iskemik dan nekrosis, sehingga tulang
Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006
359
Laporan Kasus
rawan jadi destruksi. Darah yang terkumpul
merupakan media untuk pertumbuhan bakteri dan
selanjutnya terbentuk abses. 1,2,8
Bila terdapat daerah yang fraktur atau
nekrosis pada tulang rawan, maka darah akan
merembes ke sisi yang lain dan menyebabkan
hematoma bilateral. Hematoma yang besar akan
menyebabkan obstruksi pada kedua sisi rongga
hidung. Kemudian hematoma ini terinfeksi
kuman dan menjadi abses septum.2 Selain dari
trauma ada beberapa mekanisme yang dapat
menyebabkan timbulnya abses septum, yaitu
penyebaran langsung dari jaringan lunak yang
berasal dari infeksi sinus. Disamping itu penyebaran
infeksi dapat juga dari gigi dan daerah orbita atau
sinus kavernosus.2,9 Pada beberapa kondisi abses
septum bisa diakibatkan trauma pada saat
operasi hidung.6,7,10
Kuman
penyebab
biasanya
ditemukan
Staphylococcus aureus.10
Abses septum harus segera diobati dan
pilihan pengobatan adalah drainase yang
adekuat serta terapi antibiotik yang tepat.1,10
Insisi yang luas dilakukan pada abses dan dibuat
drainase untuk mengeluarkan darah atau pus
serta serpihan kartilago, dengan bantuan suction.
Dilakukan pemasangan tampon anterior untuk
menekan
permukaan
periosteum
dan
perikondrium. Drain dipasang 2-3 hari untuk
jalan keluar pus serta serpihan kartilago yang
nekrosis.10
Antibiotik sistemik diberikan
segera setelah diagnosa ditegakkan dan dapat
dilanjutkan sampai 10 hari.1,10
Kerusakan tulang rawan akibat hematoma
atau abses, akan digantikan oleh jaringan ikat.
Kontraktur jaringan dan hilangnya penyangga
pada bagian dorsum hidung merupakan
komplikasi
abses septum yang dapat
menimbulkan hidung pelana, retraksi kolumela
dan pelebaran dasar hidung. Kadang-kadang
dapat timbul fasial selulitis.2,10 Bila infeksi tidak
diterapi dengan antibiotika yang adekuat dapat
timbul perforasi septum, penyebaran infeksi
melalui darah sehingga dapat timbul meningitis,
trombosis sinus kavernosis dan sepsis. 2,10
Gejala abses septum berupa hidung
tersumbat disertai rasa nyeri yang hebat di
puncak hidung. Disamping itu, dijumpai gejala
sistemik berupa demam dan sakit kepala.1,10
Pada pemeriksaan hidung luar ditemukan
eritema, edema dan nyeri pada palpasi.
Sedangkan dari pemeriksaan hidung dalam
dijumpai pembengkakan septum yang berbentuk
bulat pada satu atau ke dua rongga hidung
terutama mengenai bagian paling depan tulang
rawan septum, berwarna merah, licin dan pada
perabaan terdapat fluktuasi dan nyeri tekan.1,8,10
Diagnosis abses septum ditegakkan apabila
terdapat riwayat trauma, riwayat operasi atau
infeksi intranasal. Kebanyakan abses septum
disebabkan oleh trauma yang kadang-kadang
tidak disadari oleh penderita.2,6 Diagnosa abses
septum dapat ditegakkan berdasarkan gejala dan
tanda klinis. Diagnosis pasti adalah dengan
melakukan aspirasi, dan dijumpai adanya
nanah.10 Diagnosa banding abses septum adalah
hematoma septum, septum deviasi, furunkulosis
dan vestibulitis.
Infeksi yang luas dan invasif dari kelenjar
sebasea atau folikel rambut, yang melibatkan
jaringan subkutan membentuk furunkulosis dan
vestibulitis dapat menyebabkan abses septum.
LAPORAN KASUS
Seorang anak perempuan, RN, 14 tahun,
pelajar, datang ke poliklinik THT RS H. Adam
Malik tanggal 21 Maret 2006, dengan keluhan
hidung tersumbat. Keluhan ini sudah dialami
oleh penderita sejak 2 minggu, disertai adanya
benjolan di dalam hidung yang tidak terasa
nyeri. Satu minggu yang lalu penderita
mengeluh keluar nanah bercampur darah dari
hidung disertai demam. Penderita juga
mengeluhkan sakit kepala. Keluhan hidung
berair dan sakit gigi tidak ada. Riwayat trauma
pada hidung tidak ada.
Pemeriksaan rinoskopi anterior dijumpai
kavum nasi kiri dan kanan sempit. Pada septum
terlihat benjolan yang bilateral dan memenuhi
vestibulum nasi. Benjolan berwarna merah
muda, berfluktuasi dan tidak nyeri tekan. Hasil
pemeriksaan radiologi dijumpai sinusitis
maksilaris duplek.
Diagnosa banding adalah abses septum dan
hematoma septum. Sedangkan diagnosa kerja
ditegakkan abses septum. Pasien direncanakan
untuk insisi dan drainase abses.
Tanggal 22 Maret 2006, dilakukan insisi
abses septum. Sebelum dilakukan insisi
dilakukan punksi pada daerah yang paling
berfluktuasi dengan spuit 3 cc, dan keluar pus.
360
Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006
Yuritna Haryono
Dilakukan insisi pada tempat dilakukan punksi
kemudian insisi diperlebar dengan klem arteri.
Terlihat nanah bercampur darah yang kemudian
dievakuasi dengan bantuan suction, sampai
terkesan bersih. Dilakukan penekanan abses
septum nasi kanan dengan spekulum Killian,
sehingga dari tempat insisi di kavum nasi kiri
keluar nanah bercampur darah. Penekanan
dilakukan sampai terkesan bersih. Dilakukan
pemasangan drain dari potongan sarung tangan
melalui tempat insisi dan dipasang tampon
anterior pada kedua kavum nasi. Keadaan umum
paska operasi baik dan perdarahan sebanyak 20
cc. Pus dikirim ke laboratorium Patologi Klinik
RS. H. Adam Malik untuk pemeriksaan kultur
dan tes sensitifitas.
Terapi setelah insisi diberikan injeksi
ampisilin dengan sulbaktam 1,5 gr setiap 6 jam
i.v, injeksi asam traneksamat 500 mg setiap 8
jam i.v, metronidazol tablet 3 x 500 mg dan
injeksi tramadol kalau perlu.
FOLLOW UP
Tanggal 24 Maret 2006 (hari ke III setelah
operasi) sakit pada daerah operasi masih
dirasakan penderita, tampon anterior dilepaskan
dan drain dibuka. Perdarahan dari luka insisi
sedikit, mukosa hidung hiperemis serta septum
kiri dan kanan masih edema.
Tanggal 25 Maret 2006 (hari ke IV setelah
operasi), perdarahan tidak dijumpai lagi, sakit
pada daerah operasi juga tidak ada lagi. Mukosa
hidung hiperemis, septum kiri dan kanan masih
edema
Hasil Kultur dan kepekaan kuman dijumpai
kuman Staphylococcus saprophiticus yang
sensitif terhadap amoksisilin, siprofloksasin,
sefotaksim, cefepim, seftriakson, kanamisin dan
sulfametoksazol.
Obat injeksi diganti dengan oral seperti
amoksisilin 3 x 500 mg, metronidazol tablet 3 x
500 mg dan metil prednisolon 2 x 4 mg
Tanggal 28 Maret 2006 (hari ke VII setelah
operasi) dilakukan nasoendoskopi dengan hasil
kompleks ostiomeatal kanan dan kiri terbuka.
Pasien direncanakan untuk dilakukan irigasi
sinus maksila setelah abses sembuh.
DISKUSI
Telah dilaporkan satu kasus abses septum
pada penderita perempuan usia 14 tahun yang
diduga furunkulosis sebagai penyebabnya.
Pada kasus abses septum ini, juga dijumpai
sinusitis maksila. Tidak jelas hubungan kedua
penyakit ini. Sinusitis frontal, etmoid dan
sfenoid sebagai menyebabkan abses septum,
Abses Septum dan Sinusitis Maksila
sering dilaporkan.1 Namun belum dijumpai
laporan, sinusitis maksila sebagai penyebab
abses septum. Pada kasus ini belum dapat
dipastikan apakah sinusitis maksila sebagai
penyebab abses septum karena sinus maksila
secara anatomi tidak berhubungan lansung
dengan septum. Salah satu kemungkinan yang
dapat perkirakan pada kasus ini adalah sinusitis
maksila disebabkan komplikasi abses septum
akibat penekanan abses pada muara sinus
maksila pada daerah ostio-meatal kompleks.
Untuk mencegah kontaminasi infeksi pada
luka insisi, maka irigasi sinus maksila dilakukan
setelah abses sembuh.
DAFTAR PUSTAKA
1. Becker W. Clinical Aspects of Diseases of
The Nose. In: Ear, Nose and Throat
Diseases, A Pocket Reference. 2nd Ed. New
York: Thieme Medical Pub Inc., 1994: 2612
2.
Santiago R, Villalonga P, Maggioni A.
Nasal Septal Abscess. Clinical article.
International Pediatrics. 1999; 14 (4): 22932.
3.
Montgomerry WM. Surgery of Upper
Respiratory System. Vol. 2. 3rd Ed.
Philadelphia: William& Wilkins A Waverly
Company. Baltimore, 1996: 462-72.
4.
Laranne JE, Pantilia MA, Karma PA.
Treatment and Outcome of Nasal Septal
Abscess. In: Otolaryngology, Head and
Neck Surgery, Proceeding of The XVI
World Congress Madrid 1989. Kogler and
Ghedini Publication, 1990; 1891
5.
Brain D. The Nasal Septum. In: GleesonM
(Ed). Scott-Brown’s Otolaryngology. 6th Ed.
Vol 4. Butterworth-Heinemann, Oxford.
1997: 11.
6.
Lo SH, Wang PA. Nasal Septal Abscess as
a Complication of Laser Inferior
Turbinectomy. Original Article. Chang
Gung Med Journal. 2004; 27 (5): 390-2.
7.
Nizar N.W, Mangunkusumo E. Kelainan
Septum. Dalam : Buku ajar Ilmu Kesehatan
THT-KL. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,
1997: 99-10.
8.
Collman BH. Diseases of the Nasal Septum.
In: Hall and Colman’s, Diseases of The
Nose, Throat and Ear, and Head and Neck.
14th Ed. Singapore: ELBS with Churchill
Livingstone, 1992: 19-20.
Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006
361
Laporan Kasus
9.
Zielnik JB, Sosinska O, Fudalej P. Nasal
septal abscess and palatine process of the
maxilla abscess complicating acute
rhinosinusitis in 12-year old boy. Abstract.
Otolaryngol Pol. 2005; 59 (6): 865-9.
10. Dhingra PL. Nasal Septum and Its Diseases.
In: Diseases Of Ear, Nose and Throat. 3rd
Ed. New Delhi: Elsevier,2004; 181-7.
362
Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006