B. Jenis Usaha Kegiatan Perusahaan
1. Pabrik
Dengan dukungan kuat Riset Pengembangan, segmen usaha yang dikelola oleh perusahaan induk ini memproduksi obat jadi dan obat tradisional,
yodium, kina dan produk-produk turunannya, serta minyak nabati. Produksi yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia merupakan tulang punggung dari segmen
industri yang terdiri dari : Plant Tanjung Morawa di Medan, Sumatera Utara,
dikhususkan untuk memasok kebutuhan obat di wilayah Sumatera. Produk yang dihasilkan oleh pabrik yang telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat
yang Baik CPOB ini meliputi sediaan tablet, krim dan kapsul. Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi, dan letak
yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan
harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang, dan kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan, sanitasi
dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan kualitas obat.
2. Distribusi dan Pemasaran
PT Kimia Farma Tbk sebagai Holding melakukan kegiatan pemasaran di pasar dalam negeri maupun pasar ekspor untuk permintaan obat-obat etikal,
generik dan OTC. Dengan didukung oleh lebih kurang 366 orang Medical Sales Representative yang tersebar diseluruh Indonesia, meng-cover 21.800 orang
Universitas Sumatera Utara
dokter, 276 buah rumah sakit serta 9.020 buah apotek. Selain pasar domestik, Perusahaan juga merintis pengembangan pasar ekspor untuk produk obat dan
bahan baku ke beberapa negara di kawasan Asia, Eropa dan Afrika.
Kondisi pasar farmasi nasional mengalami penurunan dari segi pertumbuhan pasar. Pertumbuhan ini terjadi pada: sector Apotek sebesar 8,1,
sektor Toko Obat 8,7 dan sektor Rumah Sakit 17,9. Sedangkan pertumbuhan di sektor non panel market sebesar 17,9. Penurunan pertumbuhan pasar farmasi
nasional tersebut disebabkan antara lain melemahnya daya beli masyarakat yang diakibatkan situasi dan kondisi perekonomian yang belum mendukung. Produk-
produk perusahaan berhasil tumbuh sebesar 11,9, memang masih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuahan pasar farmasi, diakibatkan rendahnya
pertumbuhan obat generik. Pertumbuhan yang besar terjadi produk CHP Consumer Health Product tumbuh 20 dan tumbuhnya penjualan ekspor
sebesar 65 senilai Rp.38,46 milyar.
Walaupun pertumbuhan penjualan produk perusahaan hanya mencapai 11,90, namun ada trend yang menggembirakan yaitu adanya kenaikan penjualan
untuk lini produk Consumer Health Product yang sudah sejalan dengan strategi perusahaan untuk menggalakkan produk dari lini ini. Untuk mendorong
peningkatan penjualan dan permintaan produk Perusahaan, telah dilakukan beberapa upaya pemasaran antara lain sbb:
1. Perluasan cakupan outlet sekitar 12.000 dalam rangka meningkatkan
penjualan
Universitas Sumatera Utara
2. Melakukan pengembangan produk baik secara formulasi maupun kemasan
dan peluncuran produk baru 3.
Melakukan kegiatan pemasaran yang lebih terencana dan lebih agresif 4.
Mengembangkan kemampuan tenaga-tenaga pemasaran melalui pelatihan dan perencanaan yang solid
5. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan Distribusi dan Ritel
6. Meningkatkan kinerja dan produktivitas tenaga pemasar dengan sistem
insentif yang menarik.
Unit pemasaran telah memperkuat timnya dengan melakukan penambahan tenaga pemasaran atau Medical Representative MR yang terdiri dari MR Ethical
199 orang, MR-CHP 81 orang, MR-OGB 50 orang dan MR Institusi 28 orang, sehingga jumlah total tenaga MR sebanyak 358 orang. Dengan tenaga pemasaran
yang ada tersebut dapat dicakup kegiatan promosi ke Dokter sebanyak 21.800, Apotek sebanyak 9.920, Rumah Sakit sebanyak 276, Toko Obat sebanyak 3.050.
Perusahaan menempatkan diri masuk sepuluh besar rangking Industri Farmasi di Indonesia dari 200 Industri Farmasi yang ada. Disamping produk perusahaan
sendiri, perusahaan juga melakukan penjualan produk-produk pihak ketiga melalui Unit DistribusiPBF dan unit RitelApotek. Secara konsolidasi hasil
penjualan perusahaan mencapai Rp.1,82 trilyun, mengalami penurunan sebesar 5,69, dimana kontribusi penjualan di Holding sebesar Rp. 525,60 milyar,di
sektor distribusi Rp.822,28 milyar, dan dari sektor RitelApotek sebesar Rp.882,80 milyar. Terjadinya penurunan penjualan disebabkan karena adanya
penurunan penjualan di sektor DistribusiPBF dimana utamanya dalah penjualan
Universitas Sumatera Utara
di pasara institusi, karena dana yang terbatas dan pergesaran pelaksanaan pengadaan oleh Pemerintah.
3. Ritel