Perancangan Media Informasi Mengenai Modus Dan Bahaya Human Trafficking

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Dengan seiringnya perkembangan era globalisasi yang semakin cepat terutama di Jawa Barat membawa perubahan baik secara positif maupun negatif pada pola hidup, perekonomian, dan budaya. Himpitan ekonomi dan sedikitnya lapangan pekerjaan serta masih rendahnya kualitas pendidikan. sedangkan kebutuhan untuk hidup harus terus terpenuhi, oleh karena itu sebagian dari masyarakat mengambil jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan hidup tanpa memikirkan akibatnya baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Human trafficking

merupakan sebuah bentuk perdagangan manusia modern.

Tidak hanya merampas hak asasi manusia sebagai korban, tetapi juga membuat

masyarakat rentan terhadap penganiayaan atau siksaan fisik dan kerja paksa. Hal

tersebut dapat menyebabkan trauma psikis, bahkan cacat dan kematian. Isu human

trafficking

(perdagangan manusia) sudah menjadi perhatian berbagai pihak dari

kancah internasional maupun dalam negeri. Modus kejahatan ini merupakan

tindak kejahatan yang menjadikan manusia sebagai komoditas perdagangan dan

merupakan pelanggaran hak asasi manusia.

Tidak ada satupun yang merupakan

sebab khusus terjadinya kasus human trafficking di Indonesia.

human trafficking

disebabkan oleh keseluruhan hal yang terdiri dari bermacam-macam kondisi serta

persoalan yang berbeda-beda.

Menurut BPS (Badan Pusat Statistika) Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia dengan luas 35.377,76 Km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 45.423.259 jiwa, yang tersebar di 17 kabupaten, 9 kota, 625 kecamatan, 636 kelurahan dan 5.227 desa, dengan tingkat perekonomian yang beragam, tingginya biaya kebutuhan hidup membuat sebagian masyarakat sulit untuk membiayai kebutuhan hidupnya. Minimnya lapangan perkerjaan dan tergerus lahan pertanian menjadi pemicu tingginya tingkat pengangguran di Jawa Barat. Menurut dinas tenaga kerja dan transmigrasi Jawa Barat mencatat sebanyak 2,4 juta pengangguran terdidik, dua pertiganya adalah lulusan sekolah menegah pertama yang tidak melanjutkan sekolahnya. Masih tingginya tingkat penggangguran dan rendahnya tingkat pendidikan di jawa barat, membuat Jawa Barat menjadi salah satu


(2)

2

provinsi yang rawan tindak kejahatan human trafficking, jumlah kasus human trafficking di Jawa Barat cukup tinggi, berdasarkan data yang tercatat di P2tp2a ( pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak ) Jawa Barat, dalam kurun waktu 4 tahun terjadi 222 kasus yakni sejak tahun 2010 hingga september 2013. Kurangnya pengetahuan dan penyebaran informasi tentang human trafficking membuat masyarakat rentan akan tindak kejahatan human trafficking dan kurang mengetahui bagaimana cara pelaku menjerat korbanya serta kemana masyarakat harus melaporkan tindak kejahatan human trafficking tersebut. Membuat penangganan akan kasus human trafficking semakin sulit.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjabaran latar belakang masalah, ditemukan masalah yang muncul, yaitu : 1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai human trafficking

2. Banyaknya hambatan dalam pemberantasan human trafficking.

I.3 Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah yang didapat, tentulah perlu adanya langkah penyelesaian masalah, langkah penyelesaian masalah yang telah dirangkum menjadi rumusan masalah yakni. Bagaimana cara mengolah dan menyebarluaskan informasi mengenai human trafficking dan modus pelaku dalam menjerat korbanya, sehingga dapat di konsumsi oleh masyarakat.

I.4 Batasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka pembatasan masalah hanya pada definisi, bahaya dan modus human trafficking.

I.5 Tujuan Perancangan

Dalam Perancangan ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu :

1. Membantu mengurangi terjadinya kasus dan jatuhnya korban human trafficking khususnya di Jawa barat.

2. Memberikan pengetahuan mengenai human trafficking kepada masyarakat khususnya di Jawa barat.


(3)

3 I.6 Manfaat Perancangan

Adapun manfaat dari perancangan ini yaitu:

1. Agar masyarakat lebih waspada juga mengetahui bahaya dan modus para pelaku human trafficking secara menyeluruh dan jelas.

2. Membantu mencegah dan mengurangi jatuhnya korban tindak kejahatan human trafficking.


(4)

4

BAB II

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI MENGENAI MODUS DAN BAHAYA HUMAN TRAFFICKING

II.1 Pengertian Human Trafficking

Menurut Undang - Undang Republik Indonesia Bab I Pasal 1 Ayat 1 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang nomor 21 tahun 2007. Perdagangan Orang adalah :

a. Tindakan/Aktivitas

meliputi perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang.

b. Cara/Metode

yaitu dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara.

c. Tujuan/Maksud

yaitu untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. Eksploitasi termasuk tapi tidak terbatas pada prostitusi, kerja paksa, perbudakan atau praktek-praktek yang serupa dengan perbudakan, kekerasan fisik, kekerasan seksual, penyalahgunaan organ reproduksi, atau perpindahan/transplantasi organ tubuh secara tidak resmi.

II.1.1 Pengertian Eksploitasi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) 2013 eksploitasi adalah pemanfaatan yang secara sewenang-wenang atau terlalu berlebihan terhadap sesuatu subyek eksploitasi hanya untuk kepentingan ekonomi semata-mata tanpa mempertimbangan dampak yang disebabkan secara negatif.


(5)

5

II.1.2 Perbedaan Human Trafficking Dan Penyelundupan

Human trafficking berbeda dengan penyelundupan, pada penyelundupan biasanya orang – orang yang di selundupkan meminta bayaran dari para penyelundup, dalam kasus human trafficking umumnya terjadi penipuan sehingga korban tidak mendapatkan timbal balik apapun, dalam penyelundupan orang orang yang diselundupkan tidak diberi kewajiban apapun dalam arti datang ke tempat tujuan secara cuma - cuma, sedangkan korban human trafficking mengalami perbudakan yang merugikan saat sampai di tempat tujuan, umumnya korban human trafficking mudah terbujuk oleh janji- janji palsu para pelaku human trafficking. Beberapa pelaku biasanya menggunakan taktik – taktik manipulasi pada korbannya, diantaranya dengan intimidasi, rayuan, pengasingan, ancaman, penculikan, dan penggunaan obat – obatan terlarang. Tidak hanya merampas hak asasi manusia sebagai korban, tetapi juga membuat korbanya rentan terhadap penganiayaan atau siksaan fisik dan kerja paksa. Hal tersebut dapat menyebabkan trauma psikis, bahkan cacat dan kematian.

II.1.3 Fenomena Human Trafficking di Jawa Barat

berdasarkan data yang tercatat di P2tp2a ( Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak ) Jawa Barat, jumlah kasus human trafficking di Jawa Barat cukup tinggi, dalam kurun waktu 4 tahun terjadi 222 kasus yakni sejak tahun 2010 hingga september 2013. Dengan jumlah korban yang tercatat sebanyak 862 atau 22.77 % dari jumlah total dari semua provinsi yang berada di Indonesia. Dengan rincian jenis kelamin wanita sebanyak 70% dan pria sebanyak 30%.

II.1.4 Bentuk-Bentuk Modus Dan Contoh Kasus Human Trafficking

Kemenpppa (2008) memaparkan cara atau modus yang dilakukan oleh para pelaku untuk menjerat korbannya kedalam tindak kejahatan human trafficking (h.20). Adapun beberapa contoh bentuk dan modus human trafficking :

a. Kerja paksa seks

Dalam banyak kasus calon korban biasanya dijanjikan perkerjaan sebagai buruh migran, PRT, pekerja restoran, pekerja toko, dan sebagainya tapi kemudian di paksa berkerja untuk industri seks saat tiba di tempat tujuan, dalam kasus lain beberapa calon korban sudah menyadari akan masuk kedalam industri seks tetapi calon korban di kekang dibawah paksaan juga dipertidakbolehkan menolak berkerja.


(6)

6

Gambar. II. 1. Pembebasan 28 ABG yang dijadikan PSK

Sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/lima-fakta-penyekapan-28-abg-yang-dijadikan-psk-taman-sari.html (Diakses pada 24 November 2014)

b. Bentuk lain dari pembantu rumah tangga

Calon korban dipaksa kedalam kondisi kerja yang sewenang – wenang seperti jam kerja yang sangat panjang disekap secara ilegal, upah yang tidak dibayar atau dikurangi, penyiksaan fisik maupun psikologis, pelecehan seksual, tidak diberi makanan atau kurang makanan, tidak diperbolehkan menjalankan agamanya dan diperintah untuk melanggar ajaran agamanya. Dokumen – dokumen yang dimiliki calon korban seperti paspor dan dokumen lainnya disita agar tidak bisa melarikan diri.

c. Bentuk lain dari kerja migran

Beberapa buruh migran dipaksa berkerja kedalam kondisi yang sewenang – wenangnya dan berbahaya dengan bayaran yang sedikit bahkan tidak mendapatkan bayaran sepeserpun. Banyak calon korban yang sengaja dijebak ditempat kerja melalui jeratan hutang.

Gambar. II. 2. Calon TKI ilegal.

Sumber: http://www.merdeka.com/dunia/pjtki-hanya-incar-uang-tidak-peduli-nasib-buruh-migran-tki-terjerat-jadi-psk-5.html (Diakses pada 24 November 2014)


(7)

7

d. Penari, penghibur & pertukaran budaya

Calon korban dijanjikan berkerja sebagai duta budaya, penghibur, penyanyi dan sebagainya tetapi ketika mereka tiba ditempat tujuan untuk berkerja calon korban menjadi pekerja seks atau dieksploitasi secara seksual dengan kondisi kerja seperti perbudakan.

e. Pengantin pesanan

Para suami yang memesan memaksa istri – istri baru, berkerja untuk keluarga mereka dengan kondisi mirip perbudakan atau di paksa berkerja untuk industri seks

f. Buruh Dan Pekerja anak

Anak – anak yang dipaksa berkerja menjadi buruh, pengemis jalanan, tanpa mendapatkan perlakuan yang baik atau seperti kondisi perbudakan.

Gambar. II. 3. Para korban perbudakan di pabrik panci di Tangerang didampingi KontraS dan LPSK. Sumber:

http://www.voaindonesia.com/content/korban-perbudakan-di-pabrik-panci-tangerang-alami-trauma/1657509.html (Diakses pada 24 November 2014)

g. Penculikan & penjualan bayi

Beberapa calon korban ditipu dengan perkawinan palsu dan kemudian mereka dipaksa menyerahkan bayinya untuk di adopsi secara ilegal. Adapun PRT (pekerja rumah tangga) yang menipu majikannya dengan menculik bayi milik sang majikan untuk dijual.


(8)

8

Gambar. II. 4. iklan penjualan bayi, tokobagus.com

Sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/ada-iklan-penjualan-bayi-tokobaguscom-akui-kecolongan.html (Diakses pada 24 November 2014)

h. Jeratan hutang

Beberapa korban diberikan pinjaman materil secara mudah dan dengan syarat – syarat tertentu yang memaksa orang / keluarga untuk terus menurus berkerja sebagai syarat pelunasan pinjaman tanpa mendapatkan perlakuan yang baik atau seperti kondisi perbudakan.

II.1.5 Pelaku

Menurut Rosenberg, (2003) Pelaku / Trafficker : Perdagangan orang melibatkan laki-laki, perempuan dan anak- anak bahkan bayi sebagai “korban”, sementara agen, calo, atau sindikat bertindak sebagai yang tempat hiburan adalah “pengguna” yang mengeksploitasi korban untuk keuntungan mereka yang seringkali dilakukan dengan sangat halus sehingga korban tidak menyadarinya. Termasuk dalam kategori pengguna adalah lelaki hidung belang atau pedofil yang mengencani perempuan dan anak yang dipaksa menjadi pelacur, atau penerima donor organ yang berasal dari korban perdagangan orang. Pelaku perdagangan orang Trafficker tidak saja melibatkan organisasi kejahatan lintas batas tetapi juga melibatkan lembaga, perseorangan dan bahkan tokoh masyarakat yang seringkali tidak menyadari keterlibatannya dalam kegiatan perdagangan orang, adapun perorangan maupun kelompok bisa di sebut sebagai pelaku apabila :

a. Perusahaan perekrut tenaga kerja dengan jaringan agen/calo-calonya di daerah adalah Trafficker manakala mereka memfasilitasi pemalsuan KTP dan paspor serta secara illegal menyekap calon pekerja migran di penampungan, dan


(9)

9

menempatkan mereka dalam pekerjaan yang berbeda atau secara paksa memasukkannya ke industri seks.

b. Agen atau calo-calo bisa orang luar tetapi bisa juga seorang tetangga, teman, atau bahkan kepala desa, yang dianggap Trafficker manakala dalam perekrutan mereka menggunakan kebohongan, penipuan, atau pemalsuan dokumen.

c. Aparat pemerintah adalah trafficker manakala terlibat dalam pemalsuan dokumen, membiarkan terjadinya pelanggaran dan memfasilitasi penyeberangan melintasi perbatasan secara ilegal.

d. Majikan adalah trafficker manakala menempatkan pekerjanya dalam kondisi eksploitatif seperti: tidak membayar gaji, menyekap pekerja, melakukan kekerasan fisik atau seksual, memaksa untuk terus bekerja, atau menjerat pekerja dalam lilitan utang.

e. Pemilik atau pengelola rumah bordil, berdasar Pasal 289, 296, dan 506 KUHP, dapat dianggap melanggar hukum terlebih jika mereka memaksa perempuan bekerja di luar kemauannya, menjeratnya dalam libatan utang, menyekap dan membatasi kebebasannya bergerak, tidak membayar gajinya, atau merekrut dan mempekerjakan anak (di bawah 18 tahun).

f. Calo pernikahan adalah trafficker manakala pernikahan yang diaturnya telah mengakibatkan pihak isteri terjerumus dalam kondisi serupa perbudakan dan eksploitatif walaupun mungkin calo yang bersangkutan tidak menyadari sifat eksploitatif pernikahan yang akan dilangsungkan.

g. Orang tua dan sanak saudara adalah Trafficker manakala secara sadar menjual anak atau saudaranya baik langsung atau melalui calo kepada majikan di sektor industri seks atau lainnya. Atau jika menerima pembayaran di muka untuk penghasilan yang akan diterima oleh anak nantinya. Demikian pula jika orang tua menawarkan layanan dari anak guna melunasi utangnya dan menjerat anaknya dalam libatan utang.


(10)

10

h. Suami adalah Trafficker manakala ia menikahi perempuan tetapi kemudian mengirim isterinya ke tempat lain untuk mengeksploitirnya demi keuntungan ekonomi, menempatkannya dalam status budak, atau memaksanya melakukan prostitusi.

II.1.6 Dampak Human Trafficking Terhadap Korbanya

kemenpppa (2008) menjelaskan Human trafficking merupakan tindak kejahatan yang menyebabkan Para korban mengalami banyak perlakuan yang sangat mengerikan. Perdagangan manusia menimbulkan dampak negatif yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan para korbanya ( h.23) :

a. Dampak terhadap korban secara fisik : • Luka ringan hingga berat

• Cacat

• Kehamilan yang tidak dikehendaki

• Terkena penyakit menular, penyakit kelamin, HIV, AIDS • Kematian

• Hilang keperawanan

b. Dampak terhadap korban secara psikologis : • Rendah diri

• Merasa tidak berguna • Ketakutan yang berlebihan • Trauma

• Gangguan jiwa/stress • Terkucil dari masyarakat

II.1.7 Undang – Undang Pemerintah Mengenai Human Trafficking

a. Bagi pelaku

Seperti yang tercantum pada Undang – undang Republik Indonesia nomor 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang,


(11)

11

BAB II tindak pidana perdagangan orangpasal 2

(1) Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

(2) Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang tereksploitasi, maka pelaku dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

b. Bagi korban dan saksi

Seperti yang tercantum pada Undang – undang Republik Indonesia nomor 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang, BAB V perlindungan saksi dan korban

BAB V perlindungan saksi dan korban Pasal 44

(1) Saksi dan/atau korban tindak pidana perdagangan orang berhak memperoleh kerahasiaan identitas.

(2) Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan juga kepada keluarga saksi dan/atau korban sampai dengan derajat kedua, apabila keluarga saksi dan/atau korban mendapat ancaman baik fisik maupun psikis dari orang lain yang berkenaan dengan keterangan saksi dan/atau korban.

BAB V perlindungan saksi dan korban pasal 48

(1)

Setiap korban tindak pidana perdagangan orang atau ahli warisnya

berhak memperoleh restitusi.

(2)

Restitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa ganti kerugian

atas:


(12)

12

b.

Penderitan

c.

Biaya untuk perawatan medis dan/ atau psikologis; dan/ atau

d.

Kerugian lain yang diderita korban sebagai akibat perdagangan

orang

BAB VII bagian kedua, peran serta masyarakat Pasal 60

(1)

Masyarakat berperan serta membantu upaya pencegahan dan

penanganan korban tindak pidana perdagangan orang.

(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diwujudkan dengan tindakan memberikan informasi dan/atau

melaporkan adanya tindak pidana perdagangan orang kepada penegak

hukum atau pihak yang berwajib, atau turut serta dalam menangani

korban tindak pidana perdagangan orang.

II.1.8 Hambatan Pemberantasan HumanTrafficking

kemenpppa (2008) menjelaskan Upaya penanggulangan human trafficking dianggap tidak mudah karena dalam prosesnya mengalami berbagai hambatan ( h.28). yaitu antara lain:

a. Budaya masyarakat

Anggapan bahwa jangan terlibat dengan masalah orang lain terutama yang berhubungan dengan polisi karena akan merugikan diri sendiri, anggapan tidak usah melaporkan masalah yang dialami, dan lain sebagainya.

b. Aparat Penegak Hukum

penegakan hukum bagi korban Penyelesaian beberapa kasus mengalami kesulitan karena seluruh proses perdagangan dari perekrutan hingga korban bekerja dilihat sebagai proses yang kriminalisasi biasa.

c. Keterbatasan Informasi

Keterbatasan penyebaran informasi kepada masyarakat baik melalui media massa cetak maupun elektronik membuat pengetahuan masyarakat tentang human trafficking terbatas dan tidak mengetahui secara luas apa itu Human


(13)

13

trafficking baik dari segi cara pelaku menjerat korbannya maupun bahaya dan dampak yang di akibatkan oleh human trafficking.

II.1.9 Cara Mencegah Dan Menghindari Human Trafficking

kemenpppa (2008) menjelaskan Mengatasi perdagangan orang tidak hanya bisa dilakukan oleh tindakan perorangan tetapi juga membutuhkan perhatian dan dukungan dari semua lapisan masyarakat, pemerintah, dan sebagainya. ( h.28 ) :

a. Keluarga (penguatan fungsi keluarga, sehingga terbentuk keluarga harmonis).

b. Masyarakat agar lebih kritis dan waspada terhadap bujuk rayu yang menawarkan pekerjaan bagus, mudah dan dengan gaji besar.

c. Tekad aparat dan masyarakat untuk tidak memalsukan identitas/keterangan pribadi (misalnya memalsukan usia untuk menikah, bekerja atau alasan-alasan apapun).

d. Memastikan mengenai benar-benar tersedianya pekerjaan di daerah, dalam negeri maupun di luar negeri yang ditawarkan.

e. Kesadaran untuk tidak menelan mentah – mentah informasi yang diterima (termasuk dari perangkat desa, orang yang mengakuaku tokoh masyarakat/agama).

f. Segera melaporkan kepada pihak yang berwajib jika mengetahui adanya indikasi perdagangan orang.

• Adapun alur penanganan terhadap kasus atau pelaporan mengenai kasus human trafficking seperti :


(14)

14

Tabel. II. 1. Alur penanganan kasus human trafficking

Sumber : Buku Pegangan Pemberantasan Perdagangan Orang. Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan 2008 (h.30).

g. Pemberian sangsi terhadap aparat yang mendiamkan/membantu pihak-pihak yang memalsukan dokumen akan terkena sangsi sangat berat.

Penegakan hukum.

h. Pencerahan oleh tokoh masyarakat dan tokoh agama akan dampak negatif dari norma-norma sosial yang berlaku di daerah setempat.

II.2 Analisis Masalah

Informasi yang benar harus didampingi dengan komunikasi yang jelas, sehingga pesan yang di sampaikan tepat sasaran pada penerimanya. Begitu juga dengan human trafficking perlu adanya informasi yang jelas dan akurat yang dapat diinformasikan kepada masyarakat. Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan atau survey dengan wawancara dan menyebarkan kuisioner pertanyaan kepada target audiens.


(15)

15

Tabel. II. 2. Hasil responden berdasakan sumber informasi mengenai Human trafficking Sumber : Pribadi ( 2014 )

Tabel. II. 3. Hasil responden berdasakan pengetahuan mengenai Human trafficking Sumber : Pribadi ( 2014 )

17%

53% 30%

Data darimana responden mengetahui

mengenai Human trafficking

Iklan pemerintah, brosur, DSB internet perbincangan mulut ke mulut

50%

10% 40%

Data pengetahuan responden

mengenai Human trafficking


(16)

16

Tabel. II. 4. Hasil responden berdasakan kepedulian responden untuk melaporkan tindak kejahatan Human trafficking

Sumber : Pribadi ( 2014 )

Tabel. II. 5. Diagram pengetahuan responden mengenai modus Human trafficking Sumber : Pribadi ( 2014 )

II.3 Solusi

Suatu perancangan tentunya pada dasarnya dilakukan untuk memecahkan suatu permasalahan, sehingga di buatlah suatu perancangan yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan tersebut dan memberikan solusi untuk permasalahan yang ada. Begitu pun dengan perancangan media informasi ini, berangkat dari permasalahan yang ditemukan yakni mengenai kurangnya penyebaran informasi mengenai human trafficking yang beredar di masyarakat, sehingga pengetahuan dan kewaspadaan akan human trafficking di

67% 33%

kepedulian responden untuk

melaporkan tindak kejahatan Human

trafficking

Melaporkan diam karena takut

30%

10% 60%

Data pengetahuan responden

mengenai modus Human trafficking


(17)

17

masyarakat kurang. Padahal permasalahan mengenai human trafficking membawa dampak yang sangat membahayakan bagi masyarakat khususnya pada korban – korbanya.

Dalam suatu permasalahan tentunya mesti ada jalan keluar atau sebuah solusi dari sebuat permasalahan tersebut, agar permasalahan yang sedang terjadi sekarang dan di masa depan bisa dihindari, sesuai dengan permasalahan umum yang ada yakni kurangnya informasi yang didapat masyarakat mengenai human trafficking. Maka dari itu dibuatlah suatu perancangan media informasi mengenai human trafficking dengan harapan dapat membantu masyarakat untuk memanbah pengetahuannya agar terhindar serta menambah kewaspadaan masyarakat terhadap tindak kejahatan human trafficking.


(18)

18

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Target Audiens

Adapun pilihan target audiens dari perancangan media informasi mengenai bahaya dan modus human trafficking dari segi demografis, geografis, dan psikografis sebagai berikut:

a. Demografis

• Gender : pria dan wanita • Usia : 15 - 27 tahun

• Pendidikaan : SMP, SMA / SMK

• Tingkat perekonomian : Menengah sampai menengah kebawah b. Geografis (Berdasarkan Lokasi)

• Wilayah Jawa Barat dan sekitarnya. c. Psikografis (Karakter / Sifat)

• Orang yang senang menambah pengetahuan atau wawasan III.2 Strategi Perancangan

Strategi perancangan yang akan dibangun dalam perancangan media informasi mengenai bahaya dan modus human trafficking meliputi target audien seperti yang sudah diuraikan sebelumnya. Sehingga perancangan ini diharapkan mampu mengenai target dengan tepat, oleh karena itu diperlukanlah strategi pendekatan secara komunikasi, kreatif dan media. agar dapat memperluas pengetahuan audiens, serta memberikan wawasan tentang bahaya akan tindak kejahatan human trafficking bagaimana modus pelaku dalam menjerat korbannya juga untuk meningkatkan kewaspadaan supaya tindak kejahatan human trafficking dapat dihindari.

III.2.1 Pendekatan Komunikasi

Sebuah media informasi harus didampingi dengan tampilan yang menarik serta komunikasi yang jelas, sehingga pesan yang di sampaikan dapat tersampaikan secara jelas kepada penerimanya.


(19)

19

III.2.1.1 Tujuan Komunikasi

Untuk memberikan informasi kepada seluruh target audiens mengenai human trafficking, bahaya dan bagaimana pelaku menjerat korbannya kedalam tindak kejahatan human trafficking

III.2.1.2 Pendekatan Visual

pendekatan secara visual yang akan di tampilkan adalah kesan yang sederhana, yang dibuat semenarik mungkin agar audiens tidak jenuh pada saat melihat tampilan secara visual . Sehingga diharapankan dapat menghasilkan sebuah hasil yang baik dan menarik bagi audiens.

III.2.1.3 Pendekatan Verbal

Penyampaian informasi dalam media booklet ini berupa visual yang menarik dan dibuat dengan menggunakan bahasa Indonesia yang biasa digunakan dalam aktifitas sehari – hari khususnya di Jawa Barat, dengan tujuan agar mudah dipahami dan dimengerti oleh semua audiens

III.2.2 Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang digunakan ini yaitu dengan memberikan informasi mengenai human trafficking, yang di sampaikan secara sederhana tanpa mengurangi informasi yang ingin disampaikan, dengan memadukan fotografi sebagai penyampaian pada setiap subjudul, serta disisipkan beberapa tips – tips mengenai menghindari human trafficking dengan tujuan agar pembaca menjadi lebih waspada terhadap human trafficking, dengan tujuan agar pesan yang disampaikan kepada audiens lebih menarik dan bisa dipahami dengan adanya konsep ini.

III.2.3 Strategi Media

Strategi media berfungsi untuk membatasi media yang akan digunakan dalam perancangan media informasi tentang human trafficking dengan pertimbangan yang disesuaikan dengan target yang dituju.

III.2.3.1 Definisi media informasi a. Pengertian media

Menurut Arsyad, (2002), mengatakan bahwa media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’.Oleh karena itu, media


(20)

20

dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

b. Pengertian informasi

Pengertian informasi menurut Jogiyanto HM., (1999: 692), “Informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian – kejadian (event) yang nyata (fact) yang digunakan untuk pengambilan keputusan”

III.2.3.2 Jenis – Jenis media informasi

Berikut ini adalah beberapa jenis media informasi, yaitu :

a. Media cetak

Media cetak adalah sebuah media penyampaian informasi yang memiliki manfaat dan terkait dengan kepentingan rakyat banyak yang disampaikan secara tertulis seperti: Koran, Majalah, Poster dan sebagainya.

b. Media Elektronik

Media elektronik adalah sebuah media yang menyampaikan sesuatu, yang berbentuk elektronik. Contoh media elektronik, TV, radio, Komputer, dll. MediaElektronik biasanya digunakan untuk mengantikan penggunaan media kertas.

Adapun strategi media yang dirancang adalah sebagai berikut :

III.2.4. Media Utama

Media utama yang digunakan adalah booklet yang berisi informasi tentang human trafficking mengenai, kasus dan jumlah korban human trafficking khususnya di daerah jawa barat, penjelasan mengenai human trafficking, contoh kasus, modus pelaku untuk menjerat korbannya, dampak terhadap korban, undang undang pidana pelaku, cara mencegah, dan kemana harus melaporkan dan beberapa tips – tips mengenai human trafficking.


(21)

21

III.2.5 Media Pendukung

Media pendukung merupakan media tambahan untuk mendampingai media utama. Bahkan dengan adanya media pendukung dapat menjadikan media utama lebih menarik bagi peminatnya. Berikut merupakan media utama yang akan digunakan :

a. Poster

Media ini berfungsi sebagai media pendukung penyebaran informasi yang terdapat pada media utama.

b. Sticker

Digunakan sebagai media pendukung yang bisa di tempel dimana saja sebagai bentuk penyebar kewaspadaan terhadap tindak kejahatan human trafficking.

c. Flyer

Media ini berfungsi sebagai media pendukung penyebaran informasi yang terdapat pada media utama.

d. T- shirt

Digunakan sebagai media pendukung yang dipakai pada saat penyebaran media utama kepada audiens oleh penyebar.

e. Xbanner

Digunakan sebagai media pendukung pada saat penyebaran informasi dan untuk mengundang daya tarik lebih.

f. Brosur

Media ini berfungsi sebagai media pendukung penyebaran informasi yang terdapat pada media utama.

III.2.6 Strategi Distribusi

Media informasi ini didistribusikan kepada lembaga P2TP2A ( pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak ) Jawa Barat yang berada di bawah naungan KEMENPPA ( kementerian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak ) sebagai


(22)

22

penyalur media informasi tersebut. Dan sebagai sarana pendukung dalam proses sosialisasi yang di lakukan P2TP2A Jawa Barat dalam menaggulangi human trafficking .

Lokasi penyebaran

: Kantor dinas tenaga kerja dan transmigrasi,

Rumah sakit umum, Kantor imigrasi, Sarana publik seperti : Terminal,

Pusat perbelanjaan. Khususnya yang berada di daerah Jawa Barat.

Waktu dan penyebaran media :

Tabel III. 1. Waktu penyebaran media Sumber : Pribadi ( 2014 )

III.3 Konsep Visual

Konsep visual yang ditampilkan dalam media informasi booklet ini memanfaatkan teknik perancangan dengan memadukan konsep fotografi dan penempatan tipografi yang di padukan dengan illustrasi sebagai latar. yang dikemas secara sederhana. Bentuk dan pesan secara visual menggunakan penggayaan dengan keselarasan tema yang kemudian akan dituangkan ke dalam bentuk buku yang menarik dan efektif, agar pesan dan informasi sampai kepada target audiens yang dituju.

III.3.1 Format Desain

Format desain yang digunakan pada media utama booklet ini adalahberukuran 20 cm x 20 cm, berisi 12 lembar kertas dengan 20 halaman dengan format bulak – balik, untuk mendapatkan keselarasan gambar dari halaman yang satu dengan halaman yang lainnya maka gambar dan teks dibuat seimbang didalam buku tersebut menggunakan grid dengan kombinasi 3 kolom vertical grid dan 3 kolom horizontal grid .


(23)

23

Gambar III. 1. Format desain dan grid Sumber : Pribadi ( 2014 )

III.3.2 Tata Letak ( Layout )

Tujuan utama tata letak adalah menampilkan elemen visual yaitu gambar dan teks agar menjadi lebih komunikatif sehingga memudahkan audiens dalam menerima informasi yang diberikan. Dalam setiap media yang disusun selalu mengacu pada konsep awal yang memberikan kesan sederhana yang menarik juga informatif dan mudah dimengerti.

Gambar III. 2. Layout daftar isi pada booklet Sumber : Pribadi ( 2014 )


(24)

24

Gambar III. 3. Layout booklet pada isi bagian kemana anda harus melaporkan Sumber : Pribadi ( 2014 )

III.3.3 Tipografi

Tipografi adalah seni tentang aturan atau tata cara penggunaan huruf, kata, paragraf pada ruang – ruang yang tersedia untuk menciptakan kesan – kesan tertentu sehingga dapat menolong para pembaca agar lebih nyaman dan maksimal dalam membaca.

Pengunaan tipografi yang baik dalam media informasi ini sangatlah penting, terutama dalam tingkat keterbacaan sehingga informasi dapat dengan mudah diserap oleh pembaca. Oleh karena itu jenis huruf yang dipakai dalam media informasi ini menggunakan jenis juruf yang berkesan sederhana dan tegas, namun tingkat keterbacaannya jelas dengan mengunakan jenis huruf sans serif agar tidak terlalu formal bagi audiens.

Jenis huruf yang digunakan baik pada judul dan isi menggunakan jenis huruf sans serif . Sans serif adalah jenis huruf yang tidak memiliki kaki pada setiap ujungnya agar tidak berkesan formal menyesuaikan dengan target audiens.

a.

Huruf

Futura LT extrabold &

Huruf

Futura LT Light

Jenis huruf ini di aplikasikan pada bagian cover atau sampul booklet dengan ukuran 72pt dan 32pt.bagian sub judul pada isi mengunakan ukuran huruf 30pt dan 24pt. Dengan menggunakan jenis huruf Futura LT extrabold dan Futura LT light.


(25)

25

Gambar III. 4. Huruf Futura LT extrabold Sumber : Pribadi ( 2014 )

Gambar III. 5. Huruf Futura LT Light Sumber : Pribadi ( 2014 )

b. Huruf Avernir Next Pro Regular

Jenis huruf ini diaplikasikan pada bagian isi sebagai bodyteks dengan menggunakan jenis huruf Avenir Next LT Pro Regular dengan ukuran 10pt.

Gambar III. 6. Huruf Avernir Next Pro Regular Sumber : Pribadi ( 2014 )

III.3.4 Illustrasi

Gaya illustrasi yang digunakan pada cover dan pada latar disetiap halaman diambil dari salah satu motif kain batik yang berasal dari daerah Jawa Barat dan salah satu bentuk bangunan ikon Jawa Barat yaitu gedung sate, lalu keduanya di padukan agar menghasilkan sebuah ciri dari Jawa Barat, yang di sesuaikan dengan target audiens sesuai demografisnya yaitu daerah Jawa Barat.


(26)

26

Gambar III. 7. Kain batik daerah Garut

Sumber : www.enjoybatik.com (Diakses pada 18 November 2014)

Gambar III. 8. Gedung sate

Sumber : http://hotel-di.com/bandung/wp-content/uploads/2013/03/GEDUNG-SATE-BANDUNG.jpg (Diakses pada 18 November 2014)


(27)

27

Gambar III.9. Illustrasi Sumber : pribadi ( 2014 )

Gambar III.10. Hasil akhir Illustrasi. Sumber : pribadi ( 2014 )


(28)

28

III.3.5 Fotografi

Gaya fotografi yang digunakan pada media booklet ini menampilkan gaya fotografi yang sederhana dengan mengambil konsep fotografi hitam putih agar berkesan lebih dramatis yang disesuaikan dengan tiap bagian sub judul pada bagian isi.

Gambar III.11. Gaya fotografi yang menggambarkan korban human trafficking. Sumber : pribadi ( 2014 )

Gambar III.12. Gaya fotografi yang menggambarkan dampak human trafficking terhadap korbannya.


(29)

29

Gambar III.13. Gaya fotografi yang menggambarkan pelaku human trafficking. Sumber : pribadi ( 2014 )

III.3.6 Warna

Setiap warna memiliki karakteristik yang berbeda – beda, atau sifat yang berbeda. Warna memegang peran untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan atau tujuan dari sebuah desain. Dengan mempertimbangkan kesesuaian dan keharmonisan warna, maka menggunakan warna yang tidak terlalu banyak agar berkesan tidak terlalu ramai .

• Hitam : warna hitam di aplikasikan pada teks agar menambahkan ketegasan dan keterbacaan teks.

• Putih: diaplikasikan pada background agar berkesan bersih dan rapih.

• Merah: diaplikasikan karena warna merah menandakan akan sesuatu yang berbahaya.

• Kuning: diaplikasikan karena warna kuning menandakan waspada atau berhati-hati seperti yang diterapkan pada rambu – rambu.


(30)

30

Gambar III.14. Skema warna Sumber : Pribadi ( 2014 )

Penggunaan warna yang di aplikasikan pada media booklet ini menggunakan perpaduan beberapa warna seperti merah, kuning, hitam dan putih warna ini akan dominan digunakan karena warna ini diambil agar memunculkan kesan desain yang sederhana serta pengambilan warna CMYK karena proses yang dipakai yaitu menggunakan proses cetak dan tidak ditampilkan pada layar seperti monitor dan sebagainya .


(31)

31

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

IV.1 Teknis Media

Dalam proses pembuatan media, dilakukan beberapa tahapan seperti :

Tahapan sketsa

Langkah awal dalam perancangan media ini dilakukan dengan membuat sketsa awal dan replika dari media tersebut untuk menentukan visual pada media.

Gambar IV. 1. Proses pembuatan sketsa visual dan tata letak Sumber : Pribadi ( 2015 )


(32)

32

Tahapan eksekusi visual

Dalam tahapan ini dilakukan proses visualiasi yang meliputi gaya dan pewarnaan. Untuk penggambarannya mengunakan proses fotografi yang lalu diolah dengan mengunakan proses editing secara digital baik untuk perbaikan warna dan sebagainya dengan menggunakan software Picasa 3 .

Gambar IV. 2. Proses editing foto menggunakan software Picasa 3 Sumber : Pribadi ( 2014 )

Gambar IV. 3. Proses editing foto menggunakan software Picasa 3 Sumber : Pribadi ( 2014 )


(33)

33

dan illustrasi yang mengambil bentuk yang sudah ada yang nantinya disederhanakan dengan menggunakan gaya vector art dengan mengacu kepada konsep dan target audiens yang telah di tentukan melalui proses digital dengan mengunakan software Adobe Illustrator.

Gambar IV. 4. Proses editing visual menggunakan software Adobe Illustrator

Sumber : Pribadi ( 2014 )

Gambar IV. 5. Proses editing visual menggunakan software Adobe Illustrator


(34)

34

Tahapan perancangan

Merupakan tahapan dimana visual mulai diaplikasikan ke media utama dan pendukung. Dalam tahapan ini ditentukan pewarnaan, tata letak, tipografi, dan ukuran, yang akan digunakan dengan proses editing secara digital melalui software Adobe InDesign.

Gambar IV. 6. Proses editing visual dan tata letak menggunakan software Adobe InDesign

Sumber : Pribadi ( 2014 )

Gambar IV. 7. Proses editing visual dan tata letak menggunakan software Adobe InDesign


(35)

35

Finishing

Tahapan dimana media utama dan media pendukung siap untuk dicetak.

IV.1.1 Media Utama 1. Booklet

Gambar IV. 8. Booklet bagian cover depan dan belakang Sumber : Pribadi ( 2014 )

Gambar IV. 9. Booklet bagian isi Sumber : Pribadi ( 2014 ) • Ukuran : 20 x 20 cm

• Teknik : Offset printing • Bahan : Art paper 150 gr • Jumlah halaman : 24 • Jumlah lembar : 14


(36)

36

IV.1.2 Media Pendukung

1. Poster

Gambar IV. 10. Poster Sumber : Pribadi ( 2014 )

• Ukuran : 29,7 x 42 cm (A3) • Teknik : Offset printing • Bahan : Art paper 210 gr


(37)

37

2. Flyer

Gambar IV. 11. Flyer Sumber : Pribadi ( 2015 )

• Ukuran : 14,8 cm x 21,0 cm (A5) • Teknik : Offset printing


(38)

38

3. X banner

Gambar IV. 12. X-banner Sumber : Pribadi ( 2014 )

• Ukuran : 60 x 160 cm • Teknik : Digital printing • Bahan : Flexi


(39)

39

4. T-shirt

Gambar IV. 13. T - shirt Sumber : Pribadi ( 2015 )

• Ukuran : L

• Teknik : Press printing • Bahan : Katun


(40)

40

5. Sticker

Gambar IV. 14. Stiker Sumber : Pribadi ( 2015 )

• Ukuran : 7 x 7 cm • Teknik : Offset printing • Bahan : Stiker gloosy


(41)

41

6. Sticker

Gambar IV. 15. Stiker Sumber : Pribadi ( 2014 )

• Ukuran : 10 x 6 cm • Teknik : Offset printing • Bahan : Stiker gloosy


(42)

42

7. Brosur

Gambar IV. 16. Brosur bagian luar Sumber : Pribadi ( 2015 )

Gambar IV. 17. Brosur bagian dalam Sumber : Pribadi ( 2014 )


(43)

43

Gambar IV. 18. Brosur Sumber : Pribadi ( 2014 )

• Ukuran : 21,5 cm x 29,7 cm ( A4 ) • Teknik : Offset printing


(44)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI MENGENAI MODUS DAN

BAHAYA

HUMAN TRAFFICKING

DK 26313/Tugas Akhir

Semester I 2014 - 2015

Oleh :

Wildan Teguh Priada

52110028

Program Studi Desain Grafis

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(45)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

... ii

LEMBAR SURAT HAK EKSLUSIF

... iii

KATA PENGANTAR

... iv

ABSTRAK

... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI

... vii

DAFTAR GAMBAR

... x

DAFTAR TABEL

... xii

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Rumusan Masalah ... 2

I.4 Batasan Masalah ... 2

I.5 Tujuan Perancangan ... 2

I.6 Manfaat Perancangan ... 3

BAB II PERANCANGAN MEDIA INFORMASI MENGENAI MODUS

DAN BAHAYA

HUMAN TRAFFICKING

II.1 Pengertian Human trafficking ... 4


(46)

viii

II.1.1 Pengertian Ekploitasi ... 4

II.1.2 Perbedaan Human trafficking dan Penyelundupan ... 5

II.1.3 Perbedaan Human trafficking dan Penyelundupan ... 5

II.1.4 Bentuk-Bentuk Modus dan Contoh Kasus Human trafficking ... 5

II.1.5 Pelaku ... 8

II.1.6 Dampak Human trafficking Terhadap korbanya ... 10

II.1.7 Undang – Undang Pemerintah Mengenai

Human Trafficking ... 10

II.1.8 Hambatan Pemberantasan Human trafficking ... 12

II.1.9 Cara Mencegah dan Menghindari Human trafficking ... 13

II.2 Analisis Masalah ... 14

II.3 Solusi ... 16

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Target Audiens ... 18

III.2 Strategi Perancangan ... 18

III.2.1 Pendekatan Komunikasi ... 18

III.2.1.1 Tujuan Komunukasi ... 19

III.2.1.2 Pendekatan Visual ... 19

III.2.1.3 Pendekatan Verbal ... 19

III.2.2 Strategi Kreatif ... 19


(47)

ix

III.2.3.1 Definisi Media Informasi ... 19

III.2.3.2 Jenis - Jenis Media Informasi ... 20

III.2.4 Media Utama ... 20

III.2.5 Media Pendukung ... 21

III.2.6 Strategi Distribusi ... 21

III.3 Konsep Visual ... 22

III.3.1 Format Desain ... 22

III.3.2 Tata Letak ... 23

III.3.3 Tipografi ... 24

III.3.4 Illustrasi ... 25

III.3.5 Fotografi ... 28

III.3.6 Warna ... 29

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA

IV.1 Teknis Media ... 31

IV.1.1 Media Utama ... 35

IV.1.2 Media Pendukung ... 36

DAFTAR PUSTAKA

... 44


(48)

44

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan (seri masyarakat). (2008). Buku

Pegangan Pemberantasan Perdagangan Orang: Author.

Kementrian Perberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak Republik Indonesia.

(2010).

Buku saku bagi kepala desa stop perdagangan orang. Jakarta :

Deputi bidang perlindungan perempuan.

Rustan , S (2010). Layout dasar dan penerapannya. Jakarta : PT. Gramedia

pustaka utama.

Tondreau, B (2009). Layout essential : 100 design principle for using grid.

Quayside : Rockport Publishers, Inc.

Jurnal

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. (2012). Jawa Barat Dalam Angka.

Bandung : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.

---, Undang-undang RI Nomor 21 Tahun 2007 tentang “Pemberantasan

Tindak Pidana Perdagangan Orang, Citra Umbara, bandung, 2007.

Website

LSMGT

. 2010 (2 September). Bentuk – Bentuk Trafficking.Tersedia di:

http://www.gerakanantitrafficking.com/index.php?option=com_content&v

iew=article&id=57:bentuk--bentuk-trafficking&catid=40:data.


(49)

45

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Wildan Teguh Priada Jenis kelamin : Laki- laki

Tempat & Tanggal Lahir : Bandung, 6 April 1987

Alamat Lengkap : Jalan Sersan Bajuri No 52 D, RT 05 / RW 04 Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Bandung

Nomer Telephone/HP : 0856 247 399 53

E-mail : herecomethehiro@gmail.com Website : wildanteguhpriada.web.id

Status : Belum Menikah

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Pekerkerjaan : Mahasiswa

Pendidikan formal

:

1993-1999 Tamatan SDPN Setiabudhi Bandung

1999-2002 Tamatan SMP Pasundan 6 Bandung

2002-2005 Tamatan SMA PGII 2


(50)

iv

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH. SWT, yang telah memberikan

rahmat dan karunianya. Karena atas izinnya lah penulis dapat menyelesaikan

laporan pengantar tugas akhir yang berjudul “

PERANCANGAN MEDIA

INFORMASI MENGENAI MODUS DAN BAHAYA

HUMAN

TRAFFICKING”

dapat terselesaikan.

Dalam proses melaksanakan pengerjaan tugas akhir penulis, mendapatkan banyak

sekali manfaat, pengetahuan, hambatan, dan kesulitan yang di peroleh selama

pengerjaan tugas akhir. Penulis berusaha membuat sebaik mungkin laporan

pengantar tugas akhir ini, namun tidak dipungkiri penulis masih banyak

kekurangan dan kesalahan dalam penulisan pengantar laporan tugas akhir ini.

Baik dari data yang di peroleh, penyusunan kata, maupun kalimat yang kurang

sempurna. Namun penulis beharap semoga laporan pengantar tugas akhir ini bisa

menjadi manfaat baik bagi penulis maupun pembacanya.

Dalam menyusun laporan pengantar tugas akhir ini penulis, mungkin penulis tidak

dapat menyelesaikannya tanpa bantuan dan masukan dari berbagai pihak karena

itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada ALLAH. SWT yang telah

memberikan kesehatan dan berkahnya. Ayah dan ibu yang telah bersusah payah

dan terus mendukung. kawan – kawan D3 DKV 10 UNIKOM. Gimi, Aziz, Arsi .

Lukman, Anita, Sendy, Rimba, kawan – kawan A7 PHOTOGRAPHY yang selalu

memberikan dukungannya. Terima kasih mas Dino, Regina, Edwin, Astrini, Om

dan Tante, Dosen pembimbing bpk. Ivan kurniawan yang telah meluangkan

waktunya. Diny. Serta semua yang telah membantu dan memberikan masukan

Semoga ALLAH. SWT membalas kebaikan yang penulis terima dari semua pihak

yang membantu. Akhirnya, semoga laporan ini bisa menjadi manfaat.

Bandung Maret 2015


(51)

(52)

(53)

(1)

44 DAFTAR PUSTAKA

• Buku

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan (seri masyarakat). (2008). Buku Pegangan Pemberantasan Perdagangan Orang: Author.

Kementrian Perberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak Republik Indonesia. (2010). Buku saku bagi kepala desa stop perdagangan orang. Jakarta : Deputi bidang perlindungan perempuan.

Rustan , S (2010). Layout dasar dan penerapannya. Jakarta : PT. Gramedia pustaka utama.

Tondreau, B (2009). Layout essential : 100 design principle for using grid. Quayside : Rockport Publishers, Inc.

• Jurnal

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. (2012). Jawa Barat Dalam Angka. Bandung : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.

---, Undang-undang RI Nomor 21 Tahun 2007 tentang “Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, Citra Umbara, bandung, 2007.

Website

LSMGT. 2010 (2 September). Bentuk – Bentuk Trafficking.Tersedia di: http://www.gerakanantitrafficking.com/index.php?option=com_content&v iew=article&id=57:bentuk--bentuk-trafficking&catid=40:data.


(2)

45

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Wildan Teguh Priada Jenis kelamin : Laki- laki

Tempat & Tanggal Lahir : Bandung, 6 April 1987

Alamat Lengkap : Jalan Sersan Bajuri No 52 D, RT 05 / RW 04 Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Bandung

Nomer Telephone/HP : 0856 247 399 53

E-mail : herecomethehiro@gmail.com Website : wildanteguhpriada.web.id Status : Belum Menikah

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Pekerkerjaan : Mahasiswa Pendidikan formal :

1993-1999 Tamatan SDPN Setiabudhi Bandung 1999-2002 Tamatan SMP Pasundan 6 Bandung 2002-2005 Tamatan SMA PGII 2


(3)

iv KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH. SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunianya. Karena atas izinnya lah penulis dapat menyelesaikan laporan pengantar tugas akhir yang berjudul PERANCANGAN MEDIA

INFORMASI MENGENAI MODUS DAN BAHAYA HUMAN

TRAFFICKING” dapat terselesaikan.

Dalam proses melaksanakan pengerjaan tugas akhir penulis, mendapatkan banyak sekali manfaat, pengetahuan, hambatan, dan kesulitan yang di peroleh selama pengerjaan tugas akhir. Penulis berusaha membuat sebaik mungkin laporan pengantar tugas akhir ini, namun tidak dipungkiri penulis masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan pengantar laporan tugas akhir ini. Baik dari data yang di peroleh, penyusunan kata, maupun kalimat yang kurang sempurna. Namun penulis beharap semoga laporan pengantar tugas akhir ini bisa menjadi manfaat baik bagi penulis maupun pembacanya.

Dalam menyusun laporan pengantar tugas akhir ini penulis, mungkin penulis tidak dapat menyelesaikannya tanpa bantuan dan masukan dari berbagai pihak karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada ALLAH. SWT yang telah memberikan kesehatan dan berkahnya. Ayah dan ibu yang telah bersusah payah dan terus mendukung. kawan – kawan D3 DKV 10 UNIKOM. Gimi, Aziz, Arsi . Lukman, Anita, Sendy, Rimba, kawan – kawan A7 PHOTOGRAPHY yang selalu memberikan dukungannya. Terima kasih mas Dino, Regina, Edwin, Astrini, Om dan Tante, Dosen pembimbing bpk. Ivan kurniawan yang telah meluangkan waktunya. Diny. Serta semua yang telah membantu dan memberikan masukan Semoga ALLAH. SWT membalas kebaikan yang penulis terima dari semua pihak yang membantu. Akhirnya, semoga laporan ini bisa menjadi manfaat.

Bandung Maret 2015


(4)

(5)

(6)