Pengujian Keberhasilan Sistem Produksi obat asma seduh berbasis mikrokontroler Atmega8535

4.2. Pengujian Keberhasilan Sistem

4.2.1. Pengujian Pemotongan Akar Senggugu Dengan 5 Variasi Waktu

Pengujian pemotongan akar senggugu dilakukan dengan cara memvariasikan waktu pemotongan dengan 5 keadaan untuk mendapatkan hasil potongan yang halus, yaitu dari 1 menit sampai 5 menit. Dari 5 variasi tersebut, waktu yang dibutuhkan blender untuk memotong akar senggugu sampai halus yaitu 5 menit. Waktu keseluruhan yang dibutuhkan oleh sistem dari proses pemotongan sampai penyeduhan adalah 19 menit 16 detik. Tabel 4.1. menunjukkan hasil pemotongan akar senggugu dengan 5 variasi waktu. Tabel 4.1. Hasil Pemotongan dengan 5 variasi waktu kondisi akar kering Gambar 4.9. Hasil Pemotongan dengan kondisi akar yang masih segar basah Pemotongan akar senggugu dilakukan dengan 5 variasi waktu dan 2 kondisi akar yang berbeda, yaitu kering dan masih segar basah. Akar utuh yang digunakan sebelum dipotong menjadi serbuk untuk dibuat menjadi 1 gelas seduhan yaitu 6,1 gram untuk akar kering sepanjang 12cm dan 8,3 gram untuk akar basah sepanjang 12 cm. Berdasarkan tabel 4.1. pada menit pertama dan kedua hasil potongan akar senggugu masih sangat kasar, yaitu masih berupa bongkahan-bongkahan akar yang belum terpotong secara sempurna. Pada menit ketiga dan keempat hasil potongan akar sudah mulai halus, tetapi apabila diaduk, di dalamnya masih ada sedikit bongkahan-bongkahan akar kecil. Sedangkan pada menit kelima, hasil potongan sudah halus, kehalusan yang dimaksud adalah seperti pada serbuk teh celup. Takaran yang digunakan untuk menghasilkan 1 gelas seduhan siap minum yaitu 4,5 gram 1 sendok makan untuk akar kondisi kering. Berdasarkan gambar 4.9. dapat dilihat bahwa akar yang masih basah dapat terpotong halus seperti pada serbuk teh celup, dengan takaran yang digunakan untuk menghasilkan 1 gelas seduhan siap minum yaitu 5,1 gram 1 sendok makan untuk akar kondisi basah yang akan diseduh dalam 1 gelas. Persentase keberhasilan alat dalam memotong akar senggugu sampai halus secara keseluruhan ditunjukkan pada tabel 4.1. Berdasarkan tabel 4.1. kondisi alat dalam memotong akar sampai halus dengan hasil potongan yang diinginkan adalah seperti pada serbuk teh celup yang dapat dilihat pada gambar 4.10. Gambar 4.10. Serbuk hasil potongan pada teh celup vs akar senggugu

4.2.2. Pengujian pada Proses Pengeringan

Pengujian pada proses pengeringan dilakukan selama 1 menit dengan suhu 30°C - 60 °C untuk akar kering dan 3 menit untuk suhu 30°C - 120°C untuk akar segar basah. Penempatan sensor LM35 adalah di bawah plat stainless dengan posisi LM35 berdekatan dengan heater seperti ditunjukkan pada gambar 4.11. Hasil dari pengeringan dapat dilihat pada gambar 4.11. Gambar 4.11. Penempatan sensor LM35 Keterangan gambar: a. Plat stainless b. Sensor LM35 c. Heater a akar kering suhu 30°C -60°C b akar basahsuhu 30°C -120°C Gambar 4.12. Serbuk hasil pengeringan Berdasarkan gambar 4.12.a dapat diketahui bahwa akar senggugu yang telah dikeringkan selama 1 menit dengan suhu 30°C -60°C telah mencapai pengeringan sesuai dengan yang diinginkan, yaitu tidak terdapat kadar air pada serbuk dari akar senggugu. Untuk mengetahui ada atau tidaknya kadar air pada serbuk dilakukan dengan cara memegang sampel serbuk dari hasil pengeringan dibandingkan dengan serbuk pada teh celup. Untuk gambar 4.12 b dapat diketahui bahwa akar senggugu yang telah dikeringkan selama 3 menit dengan suhu 30°C -120°C masih terdapat sedikit kadar air dikarenakan akar yang digunakan masih segar basah sehingga masih banyak menyimpan kadar air. Hal ini nantinya akan mempengaruhi hasil seduhan akar. Tabel 4.2. Perbandingan suhu referensi termometer pada pengeringan terhadap tegangan keluaran sensor serta error kenaikan tegangan per derajatnya Gambar 4.13. Grafik suhu pengeringan pada termometer terhadap tegangan y = 0.0099x R² = 0.9976 y = 0.0099x R² = 0.9976 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 20 40 60 80 V o u t S E NS O R V Suhu pada Termometer °C percobaan1 percobaan2 percobaan3 Gambar 4.14. Kecocokan suhu pengeringan pada termometer terhadap tegangan Berdasarkan tabel 4.2, dapat dibuat grafik kenaikan suhu pengeringan pada termometer terhadap tegangan dengan hasil vout sensor LM35 yang didapat mendekati karakteristik sensor LM35 yaitu 10mV°C. Dari persamaan yang terdapat pada grafik 4.13. ditunjukkan bahwa hasil untuk kenaikan suhu terhadap tegangan per derajatnya adalah 9,9mV. Hasil tersebut mendekati linier, dengan rata-rata error kenaikan tegangan per derajatnya pada persamaan grafik 4.13. adalah 1 dan untuk perhitungan pada tabel 4.2. error yang didapat adalah 1,6. Error ini dikarenakan masih ada ruang terbuka antara plat dengan heater, sehingga panas yang dihasilkan oleh heater tidak sepenuhnya terdeteksi oleh sensor LM35. a 30°C-60°C b 53°C-60°C Gambar 4.15. Perbandingan serbuk akar senggugu dari hasil pengeringan dengan dua kondisi berbeda Pada pengujian pengeringan yang dilakukan selama 1 menit dengan suhu awal 30°C-60°C suhu akhir serbuk akar senggugu telah kering tanpa ada kandungan air, untuk pengujian kedua running ke-2 proses pengeringan dimulai dengan suhu awal 53°C-60°C suhu akhir selama 20 detik, hasil yang didapatkan yaitu pada serbuk senggugu masih agak basah. Hal ini dikarenakan serbuk senggugu pada gambar 4.15b tidak kering sesuai dengan yang diinginkan, waktu pengeringannya pun terbilang singkat karena setelah running ke-1 akan ke running ke-2, suhu pada heater belum turun menjadi suhu awal yaitu 30°C, sehingga masih ada kandungan air pada serbuk senggugu tersebut.

4.2.3. Pengujian Pada Proses Pemanas Air

Pengujian pada proses pemanasan air dilakukan selama 10 menit 48 detik dengan suhu maksimal 100°C. Penempatan sensor LM35 adalah pada celah diatas tabung air dengan posisi LM35 menghadap kedalam tabung seperti ditunjukan pada gambar 4.16. Hasil seduhan akar senggugu dapat dilihat pada gambar 4.17. Gambar 4.16. Penempatan sensor LM35 pada pemanas air Gambar 4.17. Hasil seduhan akar senggugu Berdasarkan gambar 4.17. dapat diketahui bahwa akar senggugu telah terseduh dengan baik. Dapat dilihat bahwa jumlah gumpalan serbuk yang terapung relatif sedikit. Hal ini dikarenakan air benar-benar mendidih, yaitu dengan titik didih 100°C. Tabel 4.3. Perbandingan suhu referensi termometer pada pemanas air terhadap tegangan keluaran sensor serta error kenaikan tegangan per derajatnya Pengambilan data suhu pada termometer pada tabel 4.3. dilakukan dengan cara mencatat suhu yang tertampil pada termometer dan mencatat tegangan keluaran sensor per kenaikan 2°C. Dari data percobaan pada tabel 4.3. dapat dilihat bahwa saat suhu air 100°C, tegangan yang dihasilkan dari 3 percobaan berbeda-beda. Hal ini dikarenakan pada tabung masih terdapat celah kecil, sehingga uap panas dari air atau panas air masih ada yang keluar. Hasilnya, panas tidak sepenuhnya terdeteksi oleh sensor LM35. Disamping itu, penempatan sensor juga mempengaruhi pembacaan sensor sensing. Gambar 4.18. Grafik suhu pemanas air pada termometer terhadap tegangan Gambar 4.19. Kecocokan suhu pemanas air pada termometer terhadap tegangan Berdasarkan tabel 4.3, dapat dibuat grafik kenaikan suhu pemanas air pada termometer terhadap tegangan dengan hasil vout sensor LM35 yang didapat sedikit melebihi sesuai dengan karakteristik sensor LM35 yaitu 10mV°C. Dari persamaan yang terdapat pada grafik 4.18. ditunjukkan bahwa hasil untuk kenaikan suhu terhadap tegangan per derajatnya adalah 10,1mV. Hasil tersebut sedikit melebihi linier, dengan rata-rata error kenaikan tegangan per derajatnya pada persamaan grafik 4.18 adalah 1 dan untuk perhitungan pada tabel 4.3. error yang diperoleh adalah 1,5. Error ini dikarenakan suhu akhir pada percobaan ke-1 dan ke-3 melebihi 100°C, sehingga tegangan yang dihasilkan pun ikut naik. Hal inilah yang mengakibatkan kenaikan tegangan per derajatnya tidak linier. Gambar 4.20.a merupakan hasil seduhan dengan serbuk dari akar senggugu yang dikeringkan dengan suhu 30°C-60°C. Pada hasil seduhan dengan suhu 30°C-100°C dan dari pemanasan air menggunakan kompor dapat dilihat bahwa penyeduhan pada permukaan air tidak tampak adanya gumpalan serbuk senggugu, dengan kata lain serbuk telah benar-benar larut dengan air. Hasil seduhan untuk pengujian kedua running ke-2 y = 0.0101x R² = 0.9966 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 20 40 60 80 100 120 V o u t S E NS O R V Suhu pada Termometer °C percobaan1 percobaan2 percobaan3 proses pemanasan air dimulai dengan suhu awal 94°C-100°C suhu akhir, hasil yang didapatkan yaitu akar serbuk senggugu belum larut semua, masih terdapat sedikit gumpalan serbuk pada permukaan air. Hal ini dikarenakan serbuk senggugu tidak kering sesuai dengan yang diinginkan, waktu pemanasan air yang terbilang singkat, sehingga serbuk senggugu tersebut tidak larut semua. Gambar 4.20.b merupakan hasil seduhan dengan serbuk dari akar senggugu yang dikeringkan dengan suhu 53°C-60°. Pada hasil seduhan dari air yang dipanaskan dengan suhu 30°C-100°C dan pemanasan air menggunakan kompor tampak bahwa masih ada serbuk-serbuk halus yang terapung di permukaan air. Hasil seduhan untuk suhu pemanas air 94°C-100°C didapatkan cukup banyak serbuk senggugu yang terapung di permukaan air dan belum larut semua. Hal ini dikarenakan waktu pengeringan yang singkat sehingga serbuk dari akar senggugu tidak kering sesuai dengan yang diinginkan dan masih terdapat kandungan air. Untuk gambar 4.20 c dapat diketahui bahwa akar senggugu yang telah dikeringkan selama 3 menit dengan suhu 30°C -120°C masih terdapat sedikit kadar air dikarenakan akar yang digunakan masih segar basah sehingga masih banyak menyimpan kadar air. Hal ini nantinya akan mempengaruhi hasil seduhan akar. a Dikeringkan dengan suhu 30°C-60°C b dikeringkan dengan suhu 53°C- 60°C Gambar 4.20. Perbandingan hasil seduhan dengan serbuk akar senggugu yang dikeringkan dengan suhu 30°C-60°C, 53°C-60°C, dan 30°C-120°C c dikeringkan dengan suhu 3°C-60°C lanjutanGambar 4.20. Perbandingan hasil seduhan dengan serbuk akar senggugu yang dikeringkan dengan suhu 30°C-60°C, 53°C-60°C, dan 30°C-120°C Untuk mekanik, masih mempunyai kekurangan pada proses penuangan serbuk dari akar senggugu tidak tertumpah 100 dikarenakan besi penyangga motor1 kurang tinggi dan saat motor2 kembali CCW dengan kecepatan diatur 3FF akan berputar kencang, akibatnya blender yang dipasang pada poros motor2 menyentuh ujung limit switch4 terlalu kuat dan ujung limit switch4 menjadi bengkok, sehingga posisi blender tidak dapat berdiri tegak. Kekurangan saat motor2 kembali ditunjukkan pada gambar 4.21. Posisi salah Posisi benar Gambar 4.21. Kekurangan saat motor2 kembali

4.3. Pengujian Relay