Perancangan Alat Penguji Komponen Berbasis Mikrokontroler AT89S52 Dan Aplikasinya Terhadap Pengujian Dioda, Kapasitor, IC 741, IC 555 Dan Continuity

(1)

TERHADAP PENGUJIAN DIODA, KAPASITOR,

IC 741, IC 555 DAN CONTINUITY

TUGAS AKHIR

PILIYANTI

052408096

PROGRAM STUDI D3 FISIKA INSTRUMENTASI

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

PERANCANGAN ALAT PENGUJI KOMPONEN BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52 DAN APLIKASINYA

TERHADAP PENGUJIAN DIODA, KAPASITOR, IC 741, IC 555 DAN CONTINUITY

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

PILIYANTI 052408096

PROGRAM STUDI D3 FISIKA INSTRUMENTASI DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(3)

Judul : PERANCANGAN ALAT PENGUJI KOMPONEN BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52 DAN APLIKASINYA TERHADAP PENGUJIAN DIODA, KAPASITOR, IC 741, IC 555 DAN CONTINUITY

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : PILIYANTI

Nomor Induk Mahasiswa : 052408096

Program Studi : DIPLOMA TIGA (D3) FISIKA INSTRUMENTASI

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juni 2008

Diketahui

Departemen Fisika FMIPA USU

Ketua Program Studi D3 FIN Pembimbing

Drs. Syahrul Humaidi, MSc. Drs. Kerista Sebayang, MS.


(4)

PERNYATAAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PENGUKUR JARAK ULTRASONIK SRF02 DENGAN PENGENDALI MIKROKONTROLER AT89S52

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2008

DEDE JASWIEN AZ 052408098


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah kurnia-Nya kertas kajian ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang ditetapkan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih kepada: Bapak Drs. Kerista Sebayang, MS. selaku dosen pembimbing pada penyelesaian tugas akhir ini yang telah memberikan panduan dan penuh kepercayaan kepada saya untuk menyempurnakan kajian ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen Fisika Bapak DR. Marhaposan Situmorang dan Ibu Dra. Justinon, Msi, Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Semua dosen dan pegawai di FMIPA USU serta rekan – rekan FIN stambuk 2005, khususnya Laidy Diana Br Ginting, Afniza, Linda Romaito, Sri Rahayu, Sulvina Maulin, Demi Syahputri, Aisyahni yang telah membantu dan memberikan semangat pada penulis untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Ucapan terima kasih yang tidak terlupakan untuk kedua orang tua dan keluarga penulis yang selama ini memberikan bantuan materil dan dukungan moril kepada penulis dan orang – orang terdekat penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga ALLAH SWT yang akan membalasnya.

Penulis menyadari dalam laporan ini terdapat kekurangan baik secara materi maupun penyajiannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Laporan Tugas Akhir ini. Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah memberikan bantuan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.


(6)

iv

ABSTRAK

Banyak pengujian komponen yang menggunakan multimeter atau multitester, khususnya dalam bidang elektronika. Tetapi dengan menggunakan multitester untuk pengujian komponen yang sering dilakukan setiap hari kurang efisien dalam pelaksanaannya, sebab kebanyakan orang hanya mau melihat apakah dioda sudah rusak atau tidak, kabel putus atau tidak, IC rusak atau tidak. Dari hal tersebutlah penulis ingin membuat sebuah alat uji komponen yang diberi nama “Component tester”. Alat ini di desain sedemikian rupa sehingga dapat membantu untuk pengujian yang dilakukan sehari-hari dalam dunia elektronika dengan tampilan LCD yang akan menampilkan hasil dari pengujian apakah komponen baik atau tidak sehingga mudah untuk dibaca dan lebih efisien. Component tester dirancang untuk menguji 5 (lima) komponen, yang akan diujikan antara lain dioda, Capasitor elektrolit, IC 741, IC 555 dan Continuity. Objektif utama dari proyek ini adalah untuk menguji komponen apakah komponen tersebut dalam keadaan baik atau tidak.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Daftar Isi v

Daftar Tabel vii

Daftar Gambar viii

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan Penulisan 2

1.3 Batasan Masalah 2

1.4 Manfaat Alat 3

1.5 Metode Pengumpulan Data 3

1.6 Sistematika Penulisan 3

Bab 2 Landasan Teori 5

2.1 Component Tester 5

2.2 Sistem Minimum Mikrokontroler AT89S52 6

2.2.1 Konstruksi AT89S52 7

2.2.2 Gambar IC Mikrokontroler AT89S52 10

2.3 IC 741 12

2.4 IC 555 13

2.4.1 Rangkaian Monostable 13

2.4.2 Rangkaian Astable 15

2.5 Dioda 18

2.5.1 Karakteristik Operasi Dioda 19

2.6 Kapasitor 20

2.6.1 Karakteristik Operasi Tegangan 21 2.6.2 Pengisian dan Pengosongan Kapasitor 21 2.7 Modul LCD (Liquid Crystal Display) M1632 22 2.7.1 Kaki – kaki Modul M1632 23

2.7.2 Akses ke Register 24

2.7.3 Struktur Memori LCD 28

Bab 3 Rancangan Sistem Alat 29

3.1 Perangkat Keras 29

3.1.1 Diagram Blok Rangkaian 29

3.1.2 Rangkaian Sistem Minimum

Mikrokontroler AT89S52 31 3.1.3 Rangkaian LCD (Liquid Crystal Display) 32


(8)

vi

3.1.5 Rangkaian Buzzer 34

3.1.6 Rangkaian Keypad 35

3.1.7 Rangkaian Capasitor Test 35

3.1.8 Rangkaian Test IC 741 dan IC 555 36

3.2 Perangkat Lunak 36

3.2.1 Bahasa Assembly MCS-51 36

3.2.2 Software 8051Editor, Assembler, Simulator 40

3.2.3 Software Downloader 41

3.1.4 Diagram Alir Pemrograman 41

Bab 4 Pengujian Rangkaian 44

4.1 Pengujian Rangakaian Mikrikontroler AT89S52 44

4.2 Pengujian Rangkaian Power Supply 45

4.3 Pengujian Rangkaian Penguji IC 555 dan IC 741 45

4.4 Pengujian Rangkaian Penguji Kapasitor 46

4.5 Pengujian Rangkaian Buzzer 46

4.6 Pengujian Rangkaian Keypad 47

4.7 Pengujian Rangkaian Dioda 47

4.8 Pengujian Continuity test 47

4.9 Pengujian Rangkaian Secara Keseluruhan 48

Bab 5 Penutup 49

5.1 Kesimpulan 49

5.2 Saran 50

Daftar Pustaka 51

Lampiran A Program 52

Lampiran B Skematik Rangkaian Lengkap 61

Lampiran C Photo Rancangan Alat Component Tester 62


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Konfigurasi Port 3 Mikrokontroler AT89S52 11


(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Blok Diagram Fungsional AT89S52 7

Gambar 2.2 Komfigurasi Pin Mikrokontroler AT89S52 10

Gambar 2.3 Rangkaian Pewaktu Monostable 14

Gambar 2.4 Rangkaian Osilator Astable 17

Gambar 2.5 Lambang Dioda Dalam Skema Rangkaian 18

Gambar 2,6 Sirkuit Pengisian Kapasitor 21

Gambar 2.7 Pengosongan Kapasitor 22

Gambar 2.8 Timing penulisan data ke register perintah mode 4 bit

interface 25

Gambar 2.9 Timing diagram pembacaan register perintah mode 4 bit

interface 26

Gambar 2.10 Timing diagram penulisan data ke register data mode 4 bit

interface 27

Gambar 2.11 Timing diagram pembacaan data dari register data mode 4

bit interface 27

Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian 29

Gambar 3.2 Rangkaian Skematik Sistem Minimum

Mikrokontroler AT89S52 31

Gambar 3.3 Rangkaian Skematik Konektor yang dihubungkan dari LCD

Mikrokontroler 32

Gambar 3.4 Rangkaian Skematik Konektor yang dihubungkan dari LCD ke

Mikrokontroler 33

Gambar 3.5 Rangkaian Skematik Power Supply 33

Gambar 3.6 Rangkaian buzzer 34

Gambar 3.7 Rangkaian keypad 35

Gambar 3.8 Rangkaian test capasitor 35

Gambar 3.9 Rangkaian test IC 741 dan IC 555 36 Gambar 3.10 8051Editor, Assembler, Simulator 40

Gambar 3.11 ISP- Flash programmer 3.a 41


(11)

ABSTRAK

Banyak pengujian komponen yang menggunakan multimeter atau multitester, khususnya dalam bidang elektronika. Tetapi dengan menggunakan multitester untuk pengujian komponen yang sering dilakukan setiap hari kurang efisien dalam pelaksanaannya, sebab kebanyakan orang hanya mau melihat apakah dioda sudah rusak atau tidak, kabel putus atau tidak, IC rusak atau tidak. Dari hal tersebutlah penulis ingin membuat sebuah alat uji komponen yang diberi nama “Component tester”. Alat ini di desain sedemikian rupa sehingga dapat membantu untuk pengujian yang dilakukan sehari-hari dalam dunia elektronika dengan tampilan LCD yang akan menampilkan hasil dari pengujian apakah komponen baik atau tidak sehingga mudah untuk dibaca dan lebih efisien. Component tester dirancang untuk menguji 5 (lima) komponen, yang akan diujikan antara lain dioda, Capasitor elektrolit, IC 741, IC 555 dan Continuity. Objektif utama dari proyek ini adalah untuk menguji komponen apakah komponen tersebut dalam keadaan baik atau tidak.


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dewasa ini, alat penguji komponen sangat dibutuhkan dalam dunia elektronika, karena sangat berperan penting dalam keberhasilan dalam membangun sebuah rangkaian elektronika maupun untuk memperbaiki sebuah rangkaian elektronika. Pengujian komponen secara manual akan sangat merepotkan dan memakan banyak waktu, dengan adanya sebuah component tester maka pengujian komponen akan jauh lebih mudah dan menghemat waktu.

Dipasaran banyak dijumpai alat penguji komponen sederhana yang biasanya terdapat pada multitester sampai yang khusus dapat menguji semua jenis IC logic. Tetapi pada kasus yang sederhana kebanyakan orang hanya ingin menguji beberapa komponen penting saja. Pada laboratorium elektronika biasanya kita hanya membutuhkan pengujian sebatas komponen dioda, kapasitor, op-amp 741, ataupun timer 555. berangkat dari hal tersebut penulis ingin membuat sebuah “Alat Penguji Komponen (Component Tester)” yang sederhana, component tester tersebut akan menguji komponen seperti dioda, kapasitor, IC 741, dan IC 555.

Component tester sederhana ini akan dibuat menggunakan sebuah


(13)

dan uji dari alat tersebut dan di tambah dengan rangkaian tambahan sebagai rangkaian pendukung untuk pengujian masing-masing komponen. Component tester tersebut akan menguji setiap komponen berdasarkan ciri khas dari masing - masing komponen maka kita dapat menentukan apakah komponen tersebut rusak atau tidak.

1.2Tujuan Penulisan

Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui bagaimana merancang dan membuat component tester berbasis Mikrokontroller AT89S51.

2. Untuk memahami prinsip kerja dari component tester.

3. Untuk memudahkan pekerjaan dalam bidang elektronika untuk mengetahui komponen rusak atau tidak.

4. Sebagai persyaratan penyelesaian tugas akhir.

1.3Batasan Masalah

Pembahasan masalah dalam Tugas Akhir ini hanya mencakup masalah – masalah sebagai berikut :

1. Komponen yang akan di uji sebatas IC 741, IC 555, dioda dan kapasitor.

2. Pendeteksian hanya sekedar mengetahui berfungsi atau tidaknya komponen dengan menguji sifat yang umum, dengan variasi pengujian yang kompleks. 3. Pembahasan hanya mengenai perangkat keras dari alat penguji dan sofware,


(14)

3

1.4Manfaat Alat

Manfaat dari alat ini adalah untuk membantu memudahkan pekerjaan manusia dalam bidang elektronika, dan untuk mengurangi resiko kesalahan dalam pengujian komponen. Sehingga dapat menghemat waktu dan tenaga dalam pengoperasian.

1.5Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah :

1. Melakukan studi ke perpustakaan mengenai teori – teori yang berkaitan dengan judul Tugas Akhir ini

2. Mengumpulkan dan membaca data sheet mengenai komponen yang digunakan.

3. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing serta dosen – dosen staf pengajar yang berkaitan dengan realisasi dibidang masing – masing.

4. Melalui pengujian alat.

1.6Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja dari Alat Penguji Komponen (component tester) berbasis microcontroller AT89S52, maka penulis menulis laporan ini dengan sistematika penulisan sebagai berikut :


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, tujuan penulisan, batasan masalah, serta sistematika penulisan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian teori pendukung itu antara lain tentang mikrokontroler AT89S52 (hardware dan software), bahasa program yang dipergunakan, serta cara kerja dari component tester dan komponen pendukung.

BAB 3 RANCANGAN SISTEM ALAT

Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram blok dari rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian dan diagram alir dari program yang akan diisikan ke mikrokontroler AT89S52. BAB 4 PENGUJIAN RANGKAIAN

Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem kerja alat, penjelasan mengenai program – program yang digunakan untuk mengaktifkan rangkaian, penjelasan mengenai program yang diisikan ke mikrokontroler AT89S52.

BAB 5 PENUTUP

Bab ini merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan dari Tugas Akhir ini serta saran apakah rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan perakitnnya pada suatu metode lain yang mempunyai sistem kerja yang sama.


(16)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Component Tester

Component tester adalah instrument elektronika, atau alat penguji komponen yang

dirancang khusus dengan menggunakan microcontroller AT89S52 sebagai pusat kendali dan uji dari alat tersebut. Berbeda dengan alat penguji komponen yang sering kita jumpai dipasaran, component tester akan menguji setiap komponen berdasarkan ciri khas dari karakteristik komponen yang akan diujikan dengan otomatis akan menampilkan hasil yang diinginkan. Komponen – komponen tersebut antara lain : IC 741, IC Timer 555, Dioda, Capasitor dan Continuitas.

Component tester diciptakan hanya untuk mengetahui berfungsi atau tidaknya

komponen dengan menguji sifat umum dari komponen tersebut. Dalam hal ini tidak membahas variasai pengujian yang kompleks seperti tegangan input atau tegangan output dari sebuah komponen. Sebagian alat penguji komponen di lakukan secara manual, sehingga membutuhkan banyak waktu untuk menguji satu komponen, dan tampilan yang diperoleh hanya sebatas penunjukan arah jarum. Apabila komponen tersebut berfungsi maka jarum akan bergerak dari angka 0 ke angka berapa besar tegangan yang dimiliki komponen tersebut, dan apabila komponen tidak berfungsi maka jarum tidak akan bergerak sama sekali. Dengan menggunakan microcontroller, Component tester menampilkan hasil dari pengujian komponen berfungsi atau


(17)

tidaknya pada layar LCD sehingga memberikan kemudahan untuk mengetahui kondisi / keadaan komponen yang diujikan.

2.2Sistem Minimum Mikrokontroler AT89S52

Perkembangan teknologi telah maju dengan pesat dalam perkembangan dunia elektronika, khususnya dunia mikroelektronika. Penemuan silikon menyebabkan bidang ini mampu memberikan sumbangan yang amat berharga bagi perkembangan teknologi modern. Atmel sebagai salah satu vendor yang mengembangkan dan memasarkan produk mikroelektronika telah menjadi suatu teknologi standar bagi para desainer sistem elektronika masa kini.

Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam program aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka dan lain sebagainya), mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan lainnya terletak pada perbandingan RAM dan ROM-nya. Pada sistem komputer perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program pengguna disimpan dalam ruang RAM yang relatif besar dan rutin - rutin antarmuka perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan pada mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program kontrol disimpan dalam ROM (bisa Masked ROM atau Flash PEROM) yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara, termasuk register-register yang digunakan pada mikrokontroler yang bersangkutan.


(18)

7


(19)

2.2.1 Konstruksi AT89S52

Mikrokontroler AT89S52 hanya memerlukan tambahan 3 buah kapasitor, 1 resistor dan 1 kristal serta catu daya 5 Volt. Kapasitor 10 mikro-Farad dan resistor 8k2 Ohm dipakai untuk membentuk rangkaian reset. Dengan adanya rangkaian reset ini AT89S52 otomatis direset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal dengan frekuensi maksimum 11,0592 MHz dan kapasitor 30 piko-Farad dipakai untuk melengkapi rangkaian oscilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja mikrokontroler.

Memori merupakan bagian yang sangat penting pada mikrokontroler. Mikrokontroler memiliki dua macam memori yang sifatnya berbeda. ROM (Read Only Memory) yang isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan catu daya. Sesuai

dangan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori penyimpanan program ini dinamakan sebagai memori program. RAM (Random Access Memory) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat program bekerja. RAM yang dipakai untuk menyimpan data ini disebut sebagai memori data.

Ada berbagai jenis ROM, untuk mikrokontroler dengan program yang sudah baku dan diproduksi secara massal, program diisikan ke dalam ROM pada saat IC mikrokontroler dicetak di pabrik IC. Untuk keperluan tertentu mikrokontroler mengunakan ROM yang dapat diisi ulang atau Programable-Eraseable ROM yang disingkat menjadi PEROM atau PROM. Dulu banyak dipakai UV-EPROM (Ultra Violet Eraseable Programable ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan


(20)

9

Jenis memori yang dipakai untuk memori program AT89S52 adalah Flash PEROM, program untuk mengendalikan mikrokontroler diisikan ke memori itu lewat bantuan alat yang dinamakan sebagai AT89S52 Flash PEROM Programmer. Memori data yang disediakan dalam chip AT89S52 sebesar 128 byte, meskipun hanya kecil saja tapi untuk banyak keperluan, memori berkapasitas 128 byte sudah cukup. Sarana Input/Output (I/O) yang disediakan cukup banyak dan bervariasi. AT89S52 mempunyai 32 jalur Input/Output. Jalur Input/Output paralel dikenal sebagai Port 1 (P1.0..P1.7) dan Port 3 (P3.0..P3.5 dan P3.7).

AT89S52 dilengkapi UART (Universal Asyncronous Receiver / Transmitter) yang biasa dipakai untuk komunikasi data secara serial. Jalur untuk komunikasi data serial (RXD dan TXD) diletakkan berhimpitan dengan P3.0 dan P3.1 di kaki nomor 10 dan 11, sehingga kalau sarana input/ouput yang bekerja menurut fungsi waktu, clock penggerak untaian pencacah ini dapat berasal dari oscillator kristal atau clock

yang diumpan dari luar lewat T0 dan T1. T0 dan T1 berhimpitan dengan P3.4 dan P3.5, sehingga P3.4 dan P3.5 tidak bisa dipakai untuk jalur input/ouput parelel kalau T0 dan T1 terpakai.

AT89S52 mempunyai enam sumber pembangkit interupsi, dua diantaranya adalah sinyal interupsi yang diumpankan ke kaki INT0 dan INT1. Kedua kaki ini berhimpitan dengan P3.2 dan P3.3 sehingga tidak dapat dipakai sebagai jalur input/output paralel kalau INT0 dan INT1 dipakai untuk menerima sinyal interupsi. Port 1 dan Port 2, UART, Timer 0, Timer 1 dan sarana lainnya merupakan register yang secara fisik merupakan RAM khusus, yang ditempatkan di Special Function Register (SFR).


(21)

Berikut ini merupakan spesifikasi dari IC AT89S52 : a. Kompatibel dengan produk MCS-51.

b. 8 Kbyte In-System Reprogammable Flash Memory. c. Daya tahan 1000 kali baca/tulis.

d. Fully Static Operation : 0 Hz sampai 24 MHz.

e. Tiga level kunci memori program. f. 128 x 8 bit RAM internal.

g. 32 jalur I/O.

h. Tiga 16 bit Timer/Counter. i. Enam sumber interupt. j. Jalur serial dengan UART.

2.2.2 Gambar IC Mikrokontroler AT89S52


(22)

11

Deskripsi pin-pin pada mikrokontroler AT89S52 :

VCC (Pin 40)

Suplai tegangan 5 Volt.

GND (Pin 20)

Ground.

Port 0 (Pin 39 – Pin 32)

Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data ataupun penerima kode byte pada saat flash programming Pada fungsinya sebagai I/O biasa port ini dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah sebagai input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut. Pada fungsinya sebagai low order multiplex address/data, port ini akan mempunyai internal pull up. Pada saat flash programming diperlukan eksternal pull up, terutama pada saat verifikasi program.

Port 1 (Pin 1 – Pin 8)

Port 1 berfungsi sebagai I/O biasa, pada kaki ke 6, ke 7 dan ke 8 terdapat Mosi, Miso dan Sck sebagai masukan dari ISP Programmer yang terhubung ke komputer. Tanpa adanya port ini maka mikrokontroler tidak dapat diprogram oleh ISP Programmer.

Port 2 (Pin 21 – pin 28)

Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat mengakses memori secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan mengeluarkan isi dari P2 special function register. Port ini mempunyai internal pull up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini


(23)

Port 3 (Pin 10 – pin 17)

Port 3 merupakan 8 bit port I/O dua arah dengan internal pull up. Port 3 juga mempunyai fungsi pin masing-masing, yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1 Konfigurasi port 3 mikrokontroler AT89S52

Nama Pin Fungsi

P3.0 (Pin 10) RXD (Port Input Serial) P3.1 (Pin 11) TXD (Port Output Serial) P3.2 (Pin 12) INT0 (Interrupt 0 Eksternal) P3.3 (Pin 13) INT1 (Interrupt 1 Eksternal) P3.4 (Pin 14) T0 (Input Eksternal Timer 0) P3.5 (Pin 15) T1 (Input Eksternal Timer 1) P3.6 (Pin 16) WR (Untuk menulis eksternal data memori) P3.7 (Pin 17) RD (Untuk membaca eksternal data memori)

RST (pin 9)

Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle.

ALE/PROG (pin 30)

Address latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari

alamat selama mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input program (PROG) selama memprogram Flash.

PSEN (pin 29)

Program store enable digunakan untuk mengakses memori program eksternal.

EA (pin 31)

Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan menjalankan program yang ada pada memori eksternal setelah sistem di-reset. Jika kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan program yang ada pada


(24)

13

memori internal. Pada saat flash programming, pin ini akan mendapat tegangan 12 Volt.

XTAL1 (pin 19)

Input untuk clock internal.

XTAL2 (pin 18)

Output dari osilator.

2.3IC 741

Suatu penguat operasional atau operational amplifier sering disingkat sebagai Op-Amp, biasa dikenal sebagai sebuah IC. IC yang sering dipakai sebagai penguat adalah IC 741, dimana banyak transistor banyak digabungkan dalam satu kristal semi konduktor. Dengan memakai teknologi IC banyak transistor dan komponen elektronik lain bisa digabungkan menjadi satu komponen dengan berbagai sambungan dan sifat tertentu yang cukup canggih. Rangkaian Op-Amp dalam IC modern merupakan pendekatan yang baik untuk sifat Op-Amp ideal. Sifat Op-Amp ideal dapat dijelaskan sebagai berikut :

Satu Op-Amp merupakan suatu penguat diferensial dengan penguatan yang tak terhingga. Satu penguat diferensial adalah suatu penguat yang mempunyai dua masukan dan voltase pada keluaran tergantung dari perbedaan potensial antara kedua masukannya.


(25)

2.4IC 555

IC timer 555 memberi solusi praktis dan relatif murah untuk berbagai aplikasi elektronik yang berkenaan dengan pewaktuan (timing). Terutama dua aplikasinya yang paling populer adalah rangkaian pewaktu monostable dan osilator astable. Isi utama komponen ini terdiri dari komparator dan flip-flop yang direalisasikan dengan banyak transistor.

2.5.1 Rangkaian Monostable

IC ini didesain sedemikian rupa sehingga hanya memerlukan sedikit komponen luar untuk bekerja. Diantaranya yang utama adalah resistor dan kapasitor luar (eksternal). IC ini memang bekerja dengan memanfaatkan prinsip pengisian (charging) dan pengosongan (discharging) dari kapasitor melalui resistor luar tersebut.

Untuk menjelaskan prinsip kerjanya, coba perhatikan diagram pada gambar 2.3. IC 555 dengan resistor dan kapasitor luar berikut ini. Rangkaian ini tidak lain adalah sebuah rangkaian pewaktu (timer) monostable. Prinsipnya rangkaian ini akan menghasilkan pulsa tunggal dengan lama waktu tertentu pada keluaran pin 3, jika pin 2 dari komponen ini dipicu. Perhatikan di dalam IC ini ada dua komparator yaitu Comp A dan Comp B. Perhatikan juga di dalam IC ini ada 3 resistor internal R yang besarnya sama. Dengan susunan seri yang demikian terhadap VCC dan GND, rangkaian resistor internal ini merupakan pembagi tegangan. Susunan ini memberikan tegangan referensi yang masing-masing besarnya 2/3 VCC pada input negatif komparator A dan 1/3 VCC pada input positif komparator B.


(26)

15

Gambar 2.3 Rangkaian pewaktu monostable

Pada keadaan tanpa input, keluaran pin 3 adalah 0 (ground atau normally low). Transistor Q1 yang ada di dalam IC ini selalu ON dan mencegah kapasitor eksternal C dari proses pengisisian (charging). Ketika ada sinyal trigger dari 1 ke 0 (VCC to GND) yang diumpankan ke pin 2 dan lebih kecil dari 1/3 VCC, maka serta merta komparator B men-set keluaran flip-flop. Ini pada gilirannya memicu transistor Q1 menjadi OFF. Jika transistor Q1 OFF akan membuka jalan bagi resistor eksternal R untuk mulai mengisi kapasitor C (charging). Pada saat yang sama output dari pin 3 menjadi high (VCC), dan terus high sampai satu saat tertentu yang diinginkan. Sebut saja lamanya adalah t detik, yaitu waktu yang diperlukan untuk mengisi kapasitor C mencapai tegangan 2/3 VCC. Tegangan C ini disambungkan ke pin 6 yang tidak lain merupakan input positif comp A. Maka jika tegangan 2/3 VCC ini tercapai, komparator A akan men-reset flip-flop dan serta merta transistor internal Q1 menjadi ON kembali. Pada saat yang sama keluaran pin 3 dari IC 555 tersebut kembali menjadi 0 (GND).


(27)

2.5.2 Rangkaian Astable

Sedikit berdeda dengan rangkaian monostable, rangkaian astable dibuat dengan mengubah susunan resistor dan kapasitor luar pada IC 555 seperti gambar berikut. Ada dua buah resistor R dan R serta satu kapasitor eksternal C yang diperlukan. a b

Prinsipnya rangkaian astable dibuat agar memicu dirinya sendiri berulang-ulang sehingga rangkaian ini dapat menghasilkan sinyal osilasi pada keluarannya. Pada saat power supply rangkaian ini di hidupkan, kapasitor C mulai terisi melalui resistor Ra dan Rb sampai mencapai tegangan 2/3 VCC. Pada saat tegangan ini tercapai, dapat dimengerti komparator A dari IC 555 mulai bekerja mereset flip-flop dan seterusnya membuat transistor Q1 ON. Ketika transisor ON, resistor Rb seolah dihubung singkat ke ground sehingga kapasitor C membuang muatannya (discharging) melalui resistor Rb. Pada saat ini keluaran pin 3 menjadi 0 (GND). Ketika discharging, tegangan pada pin 2 terus turun sampai mencapai 1/3 VCC. Ketika tegangan ini tercapai, bisa dipahami giliran komparator B yang bekerja dan kembali memicu transistor Q1 menjadi OFF. Ini menyebabkan keluaran pin 3 kembali menjadi high (VCC). Demikian seterusnya berulang-ulang sehingga terbentuk sinyal osilasi pada keluaran pin3. Terlihat di sini sinyal pemicu (trigger) kedua komparator tersebut bekerja bergantian pada tegangan antara 1/3 VCC dan 2/3 VCC. Inilah batasan untuk mengetahui lebar pulsa dan periode osilasi yang dihasilkan.

Misal diasumsikan t1 adalah waktu proses pengisian kapasitor yang di isi melalui resistor Ra dan Rb dari 1/3 VCC sampai 2/3 VCC. Diasumsikan juga t2 adalah waktu discharging kapasitor melalui resistor Rb dari tegangan 2/3 VCC


(28)

17

menjadi 1/3 VCC. Dengan perhitungan eksponensial dengan batasan 1/3 VCC dan 2/3 VCC maka dapat diperoleh :

t = ln(2) (R +R )C = 0.693 (R +R )C1 a b a b

dan

t = ln(2) R C = 0.693 R C 2 b b

Periode osilator adalah dapat diketahui dengan menghitung T = t1 + t2. Persentasi duty cycle dari sinyal osilasi yang dihasilkan dihitung dari rumus t1/T. Jadi jika diinginkan duty cycle osilator sebesar (mendekati) 50%, maka dapat digunakan resistor R yang relatif jauh lebih kecil dari resistor R .a b

Gambar 2.4 Rangkaian osilator astable

Satu hal yang menarik dari komponen IC 555, baik timer aplikasi rangkaian monostable maupun frekuensi osilasi dari rangkaian astable tidak tergantung dari berapa nilai tegangan kerja VCC yang diberikan. Tegangan kerja IC 555 bisa bervariasi antara 5 sampai 15 Vdc. Tingkat keakuratan waktu (timing) yang dihasilkan tergantung dari nilai dan toleransi dari resistor dan kapasitor eksternal yang digunakan.


(29)

Untuk rangkaian yang tergolong time critical, biasanya digunakan kapasitor dan resistor yang presisi dengan toleransi yang kecil. Pada banyak nota aplikasi, biasanya juga ditambahkan kapasitor 10 nF pada pin 5 ke ground untuk menjamin kestabilan tegangan referensi 2/3 VCC.

2.6Dioda

Dioda merupakan alat dengan dua terminal dan terbentuk dari dua jenis semikonduktor (silicon jenis n dan jenis p) yang tersambung. Alat ini mampu dialiri oleh arus secara relektif mudah dalam satu arah, tetapi amat sukar dalam arah kebalikannya.

Dalam skema rangkaian, dioda dilambangkan seperti gambar di bawah ini. Dari lambang terlihat bahwa arah arus mempengaruhi sifat dari dioda. Satu sisi dari dioda disebut anoda, sedangkan yang lain disebut katoda. Komponen dioda sering berbentuk silinder kecil dan biasanya di beri lingkaran pada katoda untuk menunjukkan posisi garis dalam lambang. Jika bentuk dioda lain dan lingkaran itu tidak ada, posisi dari anoda dan katoda dapat diketahui dari bentuk komponen dan informasi di buku data.

Katoda

Anoda


(30)

19

Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa dioda melewatkan arus untuk mengalir ke satu arah saja. Ketika anoda mendapatkan voltase yang lebih positif dari pada katoda, maka arus dapat mengalir dengan bebas. Dalam situasi ini dikatakan dioda dalam keadaan bias maju. Jika voltase dibalikkan, berarti katoda positif terhadap anoda, arus tidak dapat mengalir kecuali suatu arus yang sangat kecil. Dalam situasi ini dikatakan dioda dalam keadaan bias balik atau bias mundur. Arus yang mengalir ketika dioda dalam keadaan bias balik disebut arus balik atau arus bocor dari dioda dan arus yang mengalir sangat kecil sehingga dalam kebanyakan rangkaian dapat diabaikan. Agar arus dapat mengalir ke arah maju, voltase harus sebesar 0,7 volt pada dioda silicon dan 0,3 volt pada dioda germanium dan voltase yang lebih besar lagi untuk LED.

2.6.1 Karakteristik operasi diode

Beberapa karakteristik operasi dioda di antaranya :

1. Tegangan maksimum terbalik yang berulang, VRRM. Jika dioda dihungkan

sedemikian rupa sehingga menyekat aliran arus, yaitu jika dioda dibiaskan secara terbalik, maka hanya ada sedikit kebocoran arus yang dapat mengalir (beberapa nanoAmper untuk silicon dan sampai sekitar 50uAuntuk germanium). Dalam hal ini tegangan yang terbalik akan menyebabkan dioda tertekan secara elektris. Bila tekanan itu terlampau besar, dioda akan berhenti bekerja, dilewatkan dan dilenyapkan. Tegangan terbalik paling besar yang dapat diterima oleh dioda adalah VRRM.


(31)

2. Arus tetap maksimum yang dapat dialirkan ke dioda dalam arah biasa, Imaks. Besar

daya yang digunakan oleh dioda dalam hal ini adalah Vmaks Imaks. untuk dioda

silikon, Vmaks = 0,7 V dan untuk germanium Vmaks = 0,3 V, sehingga Vmaks Imaks

menunjukkan besar daya maksimum yang dapat disalurkan oleh dioda. Daya ini dapat diperbesar dengan pendinginan buatan, seperti alat penyerap panas, hembusan udara, dan air pendingin lewat pipa di sekitar dioda. Banyak dioda silikon yang bekerja dengan baik pada temperatur sambungan atas 200o C, yaitu diluar temperatur dalam yang mendekati 150o C.

Beberapa dioda, khususnya yang dipakai dalam suplay daya yang dihaluskan, hanya dibutuhkan untuk melewatkan arus selama jangka waktu yang singkat dalam tiap siklus. Arus ini biasanya beberapa kali lebih tinggi dari pada arus muatan tetap. Oleh karena itu, diperlukan karakteristik operasi yang besar untuk dioda.

2.7Capasitor

Kapasitor banyak digunakan dalam sirkit elektronik dan mengerjakan berbagai fungsi. Pada dasarnya kapasitor merupakan alat penyimpan muatan listrik yang dibentuk dari dua permukaan (piringan) yang berhubungan, tetapi dipisahkan oleh suatu penyekat. Bila electron berpindah dari satu plat ke plat yang lain, akan terdapat muatan di antara ke dua plat tersebut pada medium penyekat tadi. Muatan ini disebabkan oleh muatan positif pada plat yang kahilangan electron dan muatan negatif pada plat yang memperoleh elektron.


(32)

21

Kapasitor dapat dibentuk di manapun asalkan kondisi di atas dapat terpenuhi. Dengan kata lain kapasitor dapat dibuat berdasarkan cara ini dan kapasitor yang tidak diharapkan juga dapat ditemukan di tempat-tempat tertentu, seperti pada dua jalur kabel terpisah yang bekerja sama atau pada pertemuan alat semikonduktor.

2.7.1 Karakteristik operasi tegangan

Karakteristik operasi tegangan merupakan salah satu hal yang terpenting dalam kapasitor karena memberitahukan besar tegangan maksimum yang dapat diberikan di antara plat kapasitor tanpa memutuskan hubungan dielektris lewat penyekat. Karakteristik kapasitor juga searah, dengan kata lain sebuah kapasitor 200 V dapat dialiri tegangan DC sebesar 200 V.

2.7.2 Pengisian dan pengosongan kapasitor

Kapasitor dapat diisi oleh suplay DC lewat register yang memadai, seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini. ketika saklar ditutup, tegangan VS akan

menyebabkan arus mengalir kedalam salah satu sisi kapasitor dan keluar dari sisi yang lain. Arus ini tidak tetap karena adanya penyekat dielektris, sehingga arus menurun ketika muatan pada kapasitor meninggi, sampai vC = VS ketika I = 0.

S

+ C

-

VS

R


(33)

Pengosongan kapasitor mirip dengan pengisian kapasitor, yaitu dengan

dihilangkannya supply, sirkit kapasitor-resistor menjadi terhubung singkat, seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini. ketika saklar ditutup, arus mengalir dari salah satu sisi kapasitor yang mengandung muatan dan kembali ke sisi yang lain. Ketika vC

turun sampai nol, arus juga menghilang.

S +

- C R

Gambar 2.7 Pengosongan kapasitor

2.8Modul LCD (Liquid Crystal Display) M1632

M1632 merupakan modul LCD matrix dengan konfigurasi 16 karakter dan 2 baris dengan setiap karakternya dibentuk oleh 8 baris pixel dan 5 kolom pixel (1 baris pixel terakhir adalah kursor). HD44780 ini sudah tersedia dalam Modul M1632 yang dikeluarkan oleh Hitachi, Hyundai dan modul-modul M1632 lainnya.

HD44780 sebetulnya merupakan mikrokontroler yang dirancang khusus untuk mengendalikan LCD dan mempunyai kemampuan untuk mengatur proses scanning pada layar LCD yang terbentuk oleh 16 COM dan 40 SEG sehingga mikrokontroler /perangkat yang mengakses modul LCD ini tidak perlu lagi mengatur proses scanning pada layar LCD. Mikrokontroler atau perangkat tersebut hanya mengirimkan data-data yang merupakan karakter yang akan ditampilkan pada LCD atau perintah yang mengatur proses tampilan pada LCD saja.


(34)

23

2.8.1 Kaki – kaki Modul M1632

Untuk keperluan antarmuka suatu komponen elektronik dengan mikrokontroler, perlu diketahui fungsi dari setiap kaki yang ada pada komponen tersebut.

a. Kaki 1 (GND)

Kaki ini berhubungan dengan tegangan +5 Volt yang merupakan tegangan untuk sumber daya dari HD44780 (khusus untuk modul M1632 keluaran hitachi, kaki ini adalah VCC)

b. Kaki 2 (VCC)

Kaki ini berhubungan dengan tegangan 0 volt (ground) dan modul LCD (khusus untuk modul M1632 keluaran hitachi, kaki ini adalah GND)

c. Kaki 3 (VEE/VLCD)

Tegangan pengatur kontras LCD, kaki ini terhubung pada V5. Kontras mencapai nilai maksimum pada saat kondisi kaki ini pada tegangan 0 volt. d. Kaki 4 (RS)

Register Select, kaki pemilih register yang akan diakses. Untuk akses ke

register data, logika dari kaki ini adalah 1 dan untuk akses ke register perintah, logika dari kaki ini adalah 0.

e. Kaki 5 (R/W)

Logika 1 pada kaki ini menunjukkan bahwa modul LCD sedang pada mode pembacaan dan logika 0 menunjukkan bahwa modul LCD sedang pada mode penulisan. Untuk aplikasi yang tidak memerlukan pembacaan data pada modul LCD, kaki ini dapat dihubungkan langsung ke ground.


(35)

f. Kaki 6 (E)

Enable Clock LCD, kaki ini mengaktifkan clock LCD. Logika 1 pada kaki ini

diberikan pada saat penulisan atau pembacaan data. g. Kaki 7-14 (D0-D7)

Data bus, kedelapan kaki modul LCD ini adalah bagian dimana aliran data sebanyak 4 bit atau 8 bit mengalir saat proses penulisan maupun pembacaan data.

h. Kaki 15 (Anoda)

Berfungsi untuk tegangan positif dari backlight modul LCD sekitar 4,5 volt (hanya terdapat untuk M1632 yang memiliki backlight).

i. Kaki 16 (Katoda)

Tegangna negatif backlight modul LCD sebesar 0 volt (hanya untuk M1632 yang memiliki backlight).

2.8.2 Akses ke Register

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, HD44780 yang menjadi pengendali modul M1632 mempunyai dua buah register, yaitu register data dan register perintah. Berikut ini akan dijelaskan bagaimana proses terjadinya penulisan maupun pembacaan data dari kedua register ini.

a. Penulisan Data ke Register Perintah

Penulisan data ke register perintah digunakan untuk memberikan perintah-perintah pada Modul M1632 sesuai dengan data-data yang dikirimkan ke register tersebut. Gambar 2.8 menunjukkan proses penulisan data ke register


(36)

25

perintah menggunakan mode 4 bit interface. Kondisi RS berlogika 0 menunjukkan akses data ke register perintah. R/W berlogika 0 menunjukkan proses penulisan data akan dilakukan. Nibble tinggi (bit 7 sampai bit 4) terlebih dahulu dikirimkan dengan diawali pulsa logika 1 pada E Clock, kemudian nibble rendah (bit 3 sampai bit 0) dikirimkan dengan diawalai pulsa logika 1 pada E Clock lagi.

Gambar 2.8 Timing penulisan data ke register perintah mode 4 bit Interface

Built In Routine

Kirim_Perintah EQU 433H

...

Lcall Kirim_Perintah

b. Pembacaan Data dari Register Perintah

Proses pembacaan data dari register perintah ini digunakan untuk membaca status sibuk M1632 dan addres counter saja. RS diatur pada logika 0 untuk akses ke register perintah dan R/W diatur pada logika 1 yang menunjukkan proses pembacaan data. Empat bit nibble tinggi dibaca dengan diawali pulsa logika 1 pada E Clock dan kemudian 4 bit nibble rendah dibaca dengan diawali pulsa logika 1 pada E clock.


(37)

Gambar 2.9 Timing diagram pembacaan register perintah mode 4 bit

interface

c. Penulisan Data ke Register Data

Penulisan data ke register data digunakan dalam proses penulisan data karakter yang akan ditampilkan ke LCD (DDRAM) atau proses penulisan data pola karakter ke CGRAM.

Proses diawali dengan adanya logika 1 pada RS yang menunjukkan akses ke register data. Kondisi R/W diatur pada logika 0 yang menunjukkan proses penulisan data. Data 4 bit nibble tinggi (bit 7 hingga bit 4) dikirim dengan diawali dngan pulsa logika 1 pada sinyal E Clock dan kemudian diikuti 4 bit nibble rendah (bit 3 hingga bit 0) yang jugan diawali pulsa logika 1 pada sinyal E Clock.


(38)

27

Gambar 2.10 Timing diagram penulisan data ke register data mode 4 bit

interface

d. Pembacaan Data ke Register Data

Pembacaan data dari rd dilakukan untuk membaca kembali data yang tampil pada LCD. Proses dilakukan dengan mengatur RS pada logika 1 yang menunjukkan adanya akses ke rd . Kondisi R/W diatur pada logika tinggi yang menunjukkan adanya proses pembacaan data. Data 4 bit nibble (bit 7 hingga bit 4) dibaca dengan diawali adanya pulsa logika 1 pada E Clock dan dilanjutkan dengan data 4 bit nibble rendah (bit 3 hingga bit 0) yang juga diawali dengan pulsa logika 1 pada E Clock.

Gambar 2.11 Timing diagram pembacaan data dari register data mode 4 bit interface


(39)

2.8.3 Struktur Memori LCD

Modul LCD M1632 memiliki beberapa jenis memori yang digunakan untuk menyimpan atau memproses data-data yang akan ditampilkan pada layar LCD. Setiap jenis memori mempunyai fingsi-fungsi tersendiri.

a. DDRAM

DDRAM merupakan memori tempat karakter yang ditampilkan berada. Contohnya, karakter “A” atau 41h yang ditulis pada alamat 00 akan tampil pada baris pertama dan kolom pertama dari LCD. Apabila karakter tersebut ditulis di alamat 40h, karakter tersebut akan tampil pada baris kedua kolom pertama dari LCD.

b. CGRAM

CGRAM adalah memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dan bentuk karakter dapat diubah-ubah sesuai keinginan. Akan tetapi isi memori akan hilang saat power supply tidak aktif sehingga pola karaktr akan hilang. c. CGROM

CGROM adalah memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dan pola tersebut sudah ditentukan secara permanen dari HD44780 sehingga pengguna tidak dapat mengubah lagi. Oleh karena ROM bersifat permanen, pola karakter tersebut tidak akan hilang walaupun power suplly tidak aktif.


(40)

BAB 3

RANCANGAN SISTEM ALAT

3.1Perangkat Keras

3.1.1 Diagram Blok Rangkaian

Adapun diagram blok dari sistem yang dirancang adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut ini:

Microcon

troller

AT89S52

Display LCD IC 741 IC 555 Kapasitor Dioda Continuitas Keypad Buzzer

Bl

ok ra

ngka

ia

n t

es

te

r

kom

pone

n

Gambar 3.1 Diagram blok rangkaian

Pengujian IC 741 : IC 741 akan meneruskan sinyal input ke output, jika sinyal input yang diberikan mikrokontroler diteruskan ke output maka IC dalam kondisi baik, begitu juga sebaliknya.


(41)

Pengujian IC Timer 555 : IC 555 akan membangkitkan pulsa jika diberi pulsa

trigger. Pulsa yang dibangkitkan akan dibaca oleh mikrokontroler sebagai tanda bahwa IC 555 dalam kondisi baik, begitu juga sebaliknya jika tidak membangkitkan pulsa maka IC dalam keadaan rusak.

Pengujian dioda : memeriksa bias maju dan bias balik dari suatu dioda. Jika arus mengalir dari anoda ke katoda, dioda tersebut dalam keadaan bias maju sehingga arus dapat mengalir dengan bebas. Keadaan diatas menunjukkan bahwa dioda dalam kondisi baik, dan sebaliknya jika arus mengalir dari katoda ke anoda, dioda tersebut dalam keadaan bias balik sehingga arus yang mengalir sangat kecil, keadaan ini menunjukkan dioda dalam kondisi rusak (bocor).

Pengujian kapasitor : kapasitor yang di uji adalah kapasitor elektrolit (

Elektrolyte Capasitor). Kapasitor yang di uji di rangkai ke rangkaian Timer 555, jika

pada saat kapasitor yang di uji menghasilkan sinyal maka kapasitor tersebut dalam kondisi baik dan sebaliknya jika tidak kapasitor tersebut sudah rusak.

Pengujian continuitas : jika sebuah jalur menghantarkan sinyal listrik, maka jalut tersebut dalam keadaan tidak rusak, dan sebaliknya jika jalur tersebut tidak menghantarkan sinyal listrik maka jalur tersebut dalam keadaan rusak.

Komponen – komponen yang di ujikan seperti IC 741, IC 555, Kapasitor dan Dioda dihubungkan pada blok rangkaian tester komponen yang kemudian dihubungkan ke mikrokontroler AT89S52, terkecuali kontinuitas yang terhubung langsung ke mikrokontroler. Dengan menekan tombol komponen yang akan di uji maka sinyal yang di hasilkan mikrokontroler langsung terhubung pada rangkaian LCD


(42)

31

yang menampilkan hasil pengujian komponen tersebut. Sedangkan pada pengujian kontinuitas mikrokontroler mengaktifkan buzzer dan kemudian hasilnya ditampilkan pada display LCD.

3.1.2 Rangkaian Sistem Minimum Mikrokontroler AT89S52

Rangkaian skematik dan layout PCB sistem minimum mikrokontroler AT89S52 dapat

dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.2 Rangkaian skematik sistem minimum mikrokontroler AT89S52 Pin 18 dan 19 dihubungkan ke XTAL 11,0592 MHz dan dua buah kapasitor 30 pF. XTAL ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroler AT89S52 dalam mengeksekusi setiap perintah dalam program. Pin 9 merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan me-reset mikrokontroler ini. Pin 32


(43)

sampai 39 adalah Port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit open collector dapat

juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program eksternal. Karena fungsi tersebut maka Port 0 dihubungkan dengan resistor array. Jika mikrokontroler tidak menggunakan memori eksternal, maka penggunaan resistor array tidak begitu penting. Selain digunakan untuk fungsi diatas resistor array digunakan sebagai pull up.

Untuk men-download file heksadesimal ke mikrokontroler, Mosi, Miso, Sck,

Reset, Vcc dan Gnd dari kaki mikrokontroler dihubungkan ke RJ45. RJ45 sebagai

konektor yang akan dihubungkan ke ISP Programmer. Dari ISP Programmer inilah

dihubungkan ke komputer melalui port paralel. Kaki Mosi, Miso, Sck, Reset, Vcc dan

Gnd pada mikrokontroler terletak pada kaki 6, 7, 8, 9, 40 dan 20. Apabila terjadi

keterbalikan pemasangan jalur ke ISP Programmer, maka pemograman

mikrokontroler tidak dapat dilakukan karena mikrokontroler tidak akan bisa merespon.

3.1.3 Rangkaian LCD (Liquid Crystal Display)

Rangkaian skematik LCD (liquid Crystal Display) dapat dilihat pada gambar dibawah

ini.

Gambar 3.4 Rangkaian Skematik Konektor yang dihubungkan dari LCD ke Mikrokontroler


(44)

33

3.1.4 Rangkaian Power Supply

Rangkaian skematik power supply dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.5 Rangkaian skematik power supply

Rangkaian power supply berfungsi untuk mensupplay arus dan tegangan ke

seluruh rangkaian yang ada. Rangkaian power supply ini terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt, keluaran 5 volt digunakan untuk menghidupkan seluruh rangkaian kecuali rangkaian ADC, sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke rangkaian ADC, karena rangkaian ADC memerlukan tegangan input sebesar 12 volt agar tegangan referensinya stabil.

Trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 220 volt AC

menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan disearahkan dengan menggunakan

dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan diratakan oleh kapasitor 2200 μF.

Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP TIP 32 disini berfungsi sebagai penguat arus apabila terjadi kekurangan arus pada rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari keluaran jembatan dioda.


(45)

3.1.5 Rangkaian Buzzer

Gambar 3.6 Rangkaian buzzer

3.1.6 Rangkaian Keypad


(46)

35

3.1.7 Rangkaian Capasitor Test

Gambar 3.8 Rangkaian test capasitor

3.1.8 Rangkaian Test IC 741 dan IC 555


(47)

3.2 Perangkat Lunak

3.2.1 Bahasa Assembly MCS-51

Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89S52 adalah bahasa assembly untuk MCS-51. angka 51 merupakan jumlah instruksi pada bahasa ini hanya ada 51 instruksi, antara lain yaitu :

1. Instruksi MOV

Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung.

Contoh pengisian nilai secara langsung

MOV R0,#20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0).

Tanda # se but adalah nilai.

n nilai secara tidak langsung

MOV 20h,#80h

MOV R0,20h

njukkan bahwa bilangan tersebut adalah

2.

tah untuk

den n 1 dan lompat jika hasil

belum nol. Contoh ,

belum bilangan menunjukkan bahwa bilangan terse Contoh pengisia

... ...

Perintah di atas berarti : isikan nilai yang terdapat pada alamat 20 Heksadesimal ke register 0 (R0).

Tanpa tanda # sebelum bilangan menu alamat.

Instruksi DJNZ

Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perin

mengurangi nilai register tertentu ga

pengurangannya

MOV R0,#80h


(48)

37

... DJNZ R0,Loop

0 lompat ke loop, jika R0 = 0 maka program akan erintah pada baris berikutnya.

3. struksi ACALL

Instruksi ini berfungsi untuk memanggil suatu rutin tertentu. Contoh :

... CALL TUNDA

... 4. laksanakan. Contoh, TUNDA: ... RET 5.

e alamat tertentu. Contoh,

...

6. struksiJB (Jump if bit)

Instruk erintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang

berlogika high (1). Contoh,

.0,Loop

...

... R0 -1, jika belum meneruskan ke p In

A

... TUNDA:

...

Instruksi RET

Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin

pemanggil setelah instruksi ACALL di

ACALL TUNDA ...

Instruksi JMP (Jump)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat k

Loop:

...

JMP Loop

In

si ini merupakan p dimaksud

Loop:


(49)

7. Instruk f Not bit)

k lompat ke alamat tertentu, jika pin yang

Loop:

8. If Not Equal)

membandingkan nilai dalam suatu register ontoh,

...

ai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin aka program akan melanjutkan tnya..

#20h R0 = 20h

1

0 + 1

11.

si JNB (Jump i

Instruksi ini merupakan perintah untu dimaksud berlogika Low (0). Contoh,

JNB P1.0,Loop

...

Instruksi CJNE (Compare Jump

Instruksi ini berfungsi untuk dengan suatu nilai tertentu. C

Loop:

CJNE R0,#20h,Loop

...

Jika nil

Loop. Jika nilai R0 sama dengan 20h,m instruksi selanju

9. InstruksiDEC (Decreament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang dimaksud dengan 1. Contoh,

MOV R0,

...

DEC R0 R0 = R0 – ...

10. InstruksiINC (Increament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang dimaksud dengan 1. Contoh,

MOV R0,#20h R0 = 20h ...

INC R0 R0 = R ...


(50)

39

3.2.2 Software 8051Editor, Assembler, Simulator

Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa assembly tersebut dituliskan pada sebuah editor, yaitu 8051 Editor, Assembler, Simulator. Tampilannya seperti di bawah ini.

Gambar 3.10 8051Editor, Assembler, Simulator

Setelah program selesai ditulis, kemudian di-save dan kemudian di-Assemble

an erintah atau

ampai tidak ada pesan kesalahan lagi.

Software 8051IDE ini berfungsi untuk merubah program yang kita tuliskan ke alam bilangan heksadesimal, proses perubahan ini terjadi pada saat peng-compile-an.

ilangan heksadesimal inilah yang akan dikirimkan ke mikrokontroler.

(di-compile). Pada saat di-assemble akan tampil pesan peringatan dan kesalahan. Jika masih ada kesalahan atau peringatan, itu berarti ada kesalahan dalam penulis

p ada nama subrutin yang sama, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu

s

d B


(51)

3.2.3 Software Downloader

r 3.11 ISP- Flash programmer 3.a

Cara menggunakannya adalah dengan meng-klik Open File untuk mengambil

file heksadesimal dari hasil kompilasi 8051IDE, kemudian klik Write untuk

mengisikan hasil kompilasi tersebut ke mikrokontroller.

.2.4 Diagram Alir Pemrograman

Alat ini dirancang untung m enjalankannya,

alat ini me ke dalam

IC tersebut dan hasil dari ilkan pada LCD. Diagram alir

dari program yang akan dibua

Untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal ini ke mikrokontroller digunakan software ISP- Flash Programmer 3.0a yang dapat didownload dari internet. Tampilannya seperti gambar di bawah ini

Gamba

3

enguji komponen yang diujikan. Untuk m nggunakan mikrokontroler AT89S52 yang telah diisikan program

pengujian komponen ditamp t adalah sebagai berikut :


(52)

41

Gambar 3.12 Diagram alir pemograman

Keterangan diagram alir pemrograman :

- Pertama-tama program dirancang untuk inisialisasi port, inisialisasi port berfungsi untuk mendefenisikan pin-pin I/O mikrokontroler yang akan digunakan dalam rangkaian.

- Set LCD, berfungsi untuk mengaktifkan prosedur fungsi dari LCD.

Start

Inisilaisasi Port

Set LCD

Scan tombol

Tombol 1

Tombol 2

Tobmol 3

Tombol 4

Tombol 5

Prosedur Tes IC 555

Prosedur Tes IC 741

Prosedur Tes Dioda

Prosedur Tes Kapasitor

Prosedur Tes Continuity

Display LCD

Display LCD

Display LCD

Display LCD


(53)

- Setelah inisialisasi dan pengesetan LCD sebagai display selesai maka dilanjutkan ke program utama. Program utama ialah men-scan urutan keypad yang akan ditekan secara terus menerus.

- Apabila tombol 1 yang ditekan maka program akan melaksanakan prosedur

- untuk pengetesan IC Timer 555, apabila tidak lanjutkan scan tombol berikutnya.

- Apabila tombol 2 yang ditekan maka program akan melaksanakan prosedur untuk

pengetesan IC 741, apabila tidak lanjutkan scan tombol berikutnya.

- Apabila tombol 3 yang ditekan maka program akan melaksanakan prosedur untuk

pengetesan dioda, apabila tidak lanjutkan scan tombol berikutnya.

- Apabila tombol 4 yang ditekan maka program akan melaksanakan prosedur untuk

pengetesan kapasitor, apabila tidak lanjutkan scan tombol berikutnya.

- Apabila tombol 5 yang ditekan maka program akan melaksanakan prosedur untuk


(54)

BAB 4

PENGUJIAN RANGKAIAN

4.1Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S52

Untuk mengetahui apakah rangkaian mikrokontroller AT89S52 telah bekerja dengan baik, maka dilakukan pengujian.Pengujian bagian ini dilakukan dengan memberikan program sederhana pada mikrokontroller AT89S52. Programnya adalah sebagai berikut:

Loop:

Setb P2.7

Acall tunda

Clr P2.7

Acall tunda

Sjmp Loop

Tunda:

Mov r7,#0ffh

Tnd: Mov r6,#0ffh

Djnz r6,$

Djnz r7,tnd

Ret

Program ini ditujukan untuk menghidupkan LED yang terhubung pada P2.7, dan kemudian mematikannya kembaliselama selang waktu tertentu secara terus menerus. Perintah Setb P2.7 akan menjadikan P2.7 berlogika high, yang menyebabkan transistor aktif, sehingga LED menyala. Perintah acall tunda akan menyebabkan LED ini hidup selama beberapa saat. Perintah Clr P2.7 akan menjadikan P2.7 berlogika low yang menyebabkan transistor tidak aktif sehingga LED akan mati. Perintah Acall tunda akan menyebabkan LED ini mati selama beberapa saat. Perintah Sjmp Loop akan menjadikan program tersebut berulang, sehingga LED akan tampak berkelap –


(55)

kalip. Jika program tersebut diisikan, kemudian nyala LED terlihat kelap – kelip maka rangkaian tersebut telah bekerja dengan baik.

4.2Pengujian Rangkaian Power Supply

Trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 220 volt AC menjadi

12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan disearahkan dengan menggunakan dua buah

dioda, selanjutnya 12 volt DC akan diratakan oleh kapasitor 2200 μF. Regulator

tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Jika LED menyala maka rangkaian power supply bekerja dengan baik.

4.3Pengujian Rangkaian Penguji IC 555 dan IC 741

Pengujian IC 741 dan timer 555 menggunakan karakter dari fungsi masing-masing IC. Pada pengujian timer 555 rangkaian penguji menggunakan prinsip IC timer 555 sebagai multivibrator astabil, kaki reset (pin 4) dan kaki output (pin 3) dihubungkan ke mikrokontroler. Pada saat pengujian IC maka IC 555 akan menghasilkan pulsa dan bila di reset maka pulsa akan berhenti sementara, jika IC 555 dapat melalui uji tersebut maka IC dinyatakan masih baik. Bila IC tidak merespon seperti yang diinginkan maka IC dinyatakan rusak.

Pada pengujian IC 741 menggunakan prinsip penguatan dengan feedback, jadi apabila ada sinyal yang masuk pada input inverting (pin 2) maka output (pin 6) akan


(56)

46

mengeluarkan sinyal. Apabila IC 741 dapat melalui uji ini maka IC 741 sudah dapat dinyatakan baik. Apabila IC 741 tidak dapat melalui serangkaian uji coba ini maka IC dinyatakan rusak.

Pada rangkaian uji IC 741 dan Timer 555 ini IC akan diletakkan pada socket masing-masing IC dan hasil pengujian dari IC ini akan ditampilkan ke LCD. Apabila IC berfungsi dengan baik maka tampilan di LCD akan menunjukkan bahwa IC baik, apabila IC rusak pada LCD juga diterakan bahwasannya IC telah rusak.

4.4Pengujian Rangkaian Penguji Kapasitor

Pengujian rangkaian kapasitor menggunakan IC Timer 555 sebagai penguji, kita ketahui bahwasannya untuk membuat output pulsa pada rangkaian timer 555 dibutuhkan kapasitor elektrolit sebagai salah satu komponennya dan apabila kapasitor tersebut tidak ada maka pulsa keluaran tidak ada. Maka pada rangkaian ini kapasitor elektrolit akan diuji pada Cap Test dan konektor INCAP dan OUTCAP akan dihubungkan ke mikrokontroler sebagai pemicu pada INCAP dan pada OUTCAP mikrokontroler akan membaca apakah ada pulsa atau tidak. Apabila ada pulsa maka kapasitor baik dan jika tidak ada pulsa maka kapasitor rusak.

4.5 Pengujian Rangkaian Buzzer

Rangkaian buzzer adalah rangkaian indikator untuk mengetahui pengujian kontinuitas berjalan dengan baik atau tidak. Apabila kontinuitas berjalan dengan baik maka buzzer akan hidup dengan menghasilkan nada “bip”.


(57)

4.6Pengujian Rangkaian Keypad

Rangkaian keypad berfungsi untuk memilih opsi pengujian yang akan dilakukan. Rangkaian ini dirancang dengan rancangan “active low”, jadi apabila tombol ditekan maka sinyal yang sampai ke mikrokontroller adalah “low” atau 0 Volt. Rangkaian ini bekerja dengan baik.

4.7Pengujian Rangkaian Dioda

Pengujian dioda menggunakan probe yang dihubungkan langsung dengan mikrokontorler, probe yang digunakan menggunakan dua buah yang pertama dihubungkan ke Port 0.6 dan yang satu lagi dihubungkan dengan ground. Pengujian dioda berdasarkan prinsip panjar maju dan panjar mundur dari dioda, apabila arus mengalir pada saat panjar maju dan tidak mengalir pada panjar mundur maka dioda baik dan apabila arus mengalir pada panjar maju ataupun mundur maka dioda rusak.

4.8Pengujian Continuity test

Continuity test merupakan tes yang digunakan untuk mengetahui apakah sebuah media merupakan penghantar dengan hambatan kecil atau tidak, dan bisa juga digunakan untuk mengetahui apakah suatu kabel putus atau tidak. Prinsip dari yang digunakan dalam continuity test ini adalah dengan memanfaatkan mikrokontroler sebagai pendeteksi apakah pin terhubung ke ground atau tidak (active low).

Pada alat ini pin 7 pada port 0 dihubungkan ke sebuah probe dan probe yang satu lagi langsung dihubungkan ke ground. Apabila kedua probe ini saling


(58)

48

bersentuhan maka Port 0.6 akan terhubung ke ground dan menyebabkan pin tersebut aktif. Penentuan active low atau active high ditentukan melalui program. Contoh :

Awal:

JNB P0.6, mulai Jmp awal

Mulai: ………

Pada program di atas prosedur dimulai dengan men-scan pin 7 di port 0 dengan perintah JNB P0.6 (JNB = Jump if not bit), perintah ini akan mendeteksi apakah port dalam kondisi low (terhubung ke ground) atau tidak apabila ya maka akan melompat ke prosedur mulai dan jika tidak akan menjalankan perintah dibawahnya

JMP awal (JMP = Jump) dan akan melompat ke prosedur awal yang berarti akan

melakukan scan kembali. Jika kita hendak memfungsikan ke active high (terhubung

ke Vcc) maka JNB diganti dengan perintah JB (Jump if bit).

4.9Pengujian Rangkaian Secara Keseluruhan

Secara kesuluruhan rangkaian sudah berjalan dengan baik dan pengujian sudah memuaskan. Rangakaian telah berjalan sesuai dengan yang dirancang.


(59)

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari evaluasi hasil kerja alat dapat diambil beberapa kesimpulan dalam penelitian ini. Kesimpulan yang diambil oleh penulis adalah :

1. Penggunaan prinsip sederhana untuk IC timer 555 sebagai multivibrator astabil dapat dimanfaatkan untuk prosedur pengetesan IC tersebut.

2. Penggunaan prinsip sederhana untuk IC 741 sebagai penguat dengan feedback dapat dimanfaatkan untuk prosedur pengetesan rusak atau tidaknya IC tersebut.

3. Dengan memanfaatkan karakteristik panjar maju dan mundur dari dioda penulis dapat membuat prosedur pengetesan rusak atau tidaknya dioda tersebut.

4. Tes kontinuitas hanya memanfaatkan keadaan “active low” yang diumpankan ke mikrokontroler.

5. Mikrokontroler AT89S52 dengan instruksinya ternyata sudah dapat membuat alat-alat elektronik menjadi lebih sederhana.


(60)

50

5.2 Saran

1. Penulis berharap karya penulis ini dapat dikembangkan lebih jauh lagi sehingga menjadi alat uji yang handal dan mempunyai kemampuan uji untuk berbagai komponen.

2. Agar sistem atau rangkaian yang digunakan tidak terganggu, sebaiknya alat ni dikemas dalam bentuk yang lebih aman dan terlindung sehingga penggunaaannya lebih efektif.

3. Alangkah baiknya jika alat ini dimanfaatkan dan diisolasikan kegunaannya dikalangna mahasiswa, guna mengembangkan teknologi dan inovasi dikalangan mahasiswa.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Biocher, Richard. 2004. Dasar Elektronika. Yogyakarta: ANDI.

Budiharto, Widodo. 2005. Panduan Lengkap Belajar Mikrokontroler Perancangan Sistem dan Aplikasi Mikrokontroler. Jakarta: PT Elex media komputindo.

Wollard, Barry. G. 2003. Elektronika Praktis. Terjemahan H Kristono. Jakarta: Pradnya Paramita.

http://uneg-unegku.blogspot.com/2006/06/IC-timer-555.html. Diakses tanggal 2 Mei, 2008.

http://www.atmel.com/literature. diakses tanggal 2 mei, 2008.

http://www.national.com. Diakses tanggal 5 mei, 2008.


(62)

(1)

4.6 Pengujian Rangkaian Keypad

Rangkaian keypad berfungsi untuk memilih opsi pengujian yang akan dilakukan. Rangkaian ini dirancang dengan rancangan “active low”, jadi apabila tombol ditekan maka sinyal yang sampai ke mikrokontroller adalah “low” atau 0 Volt. Rangkaian ini bekerja dengan baik.

4.7 Pengujian Rangkaian Dioda

Pengujian dioda menggunakan probe yang dihubungkan langsung dengan mikrokontorler, probe yang digunakan menggunakan dua buah yang pertama dihubungkan ke Port 0.6 dan yang satu lagi dihubungkan dengan ground. Pengujian dioda berdasarkan prinsip panjar maju dan panjar mundur dari dioda, apabila arus mengalir pada saat panjar maju dan tidak mengalir pada panjar mundur maka dioda baik dan apabila arus mengalir pada panjar maju ataupun mundur maka dioda rusak.

4.8 Pengujian Continuity test

Continuity test merupakan tes yang digunakan untuk mengetahui apakah sebuah media merupakan penghantar dengan hambatan kecil atau tidak, dan bisa juga digunakan untuk mengetahui apakah suatu kabel putus atau tidak. Prinsip dari yang digunakan dalam continuity test ini adalah dengan memanfaatkan mikrokontroler sebagai pendeteksi apakah pin terhubung ke ground atau tidak (active low).

Pada alat ini pin 7 pada port 0 dihubungkan ke sebuah probe dan probe yang satu lagi langsung dihubungkan ke ground. Apabila kedua probe ini saling


(2)

48

bersentuhan maka Port 0.6 akan terhubung ke ground dan menyebabkan pin tersebut aktif. Penentuan active low atau active high ditentukan melalui program. Contoh :

Awal:

JNB P0.6, mulai Jmp awal

Mulai: ………

Pada program di atas prosedur dimulai dengan men-scan pin 7 di port 0 dengan perintah JNB P0.6 (JNB = Jump if not bit), perintah ini akan mendeteksi apakah port dalam kondisi low (terhubung ke ground) atau tidak apabila ya maka akan melompat ke prosedur mulai dan jika tidak akan menjalankan perintah dibawahnya

JMP awal (JMP = Jump) dan akan melompat ke prosedur awal yang berarti akan melakukan scan kembali. Jika kita hendak memfungsikan ke active high (terhubung ke Vcc) maka JNB diganti dengan perintah JB (Jump if bit).

4.9 Pengujian Rangkaian Secara Keseluruhan

Secara kesuluruhan rangkaian sudah berjalan dengan baik dan pengujian sudah memuaskan. Rangakaian telah berjalan sesuai dengan yang dirancang.


(3)

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari evaluasi hasil kerja alat dapat diambil beberapa kesimpulan dalam penelitian ini. Kesimpulan yang diambil oleh penulis adalah :

1. Penggunaan prinsip sederhana untuk IC timer 555 sebagai multivibrator astabil dapat dimanfaatkan untuk prosedur pengetesan IC tersebut.

2. Penggunaan prinsip sederhana untuk IC 741 sebagai penguat dengan feedback dapat dimanfaatkan untuk prosedur pengetesan rusak atau tidaknya IC tersebut.

3. Dengan memanfaatkan karakteristik panjar maju dan mundur dari dioda penulis dapat membuat prosedur pengetesan rusak atau tidaknya dioda tersebut.

4. Tes kontinuitas hanya memanfaatkan keadaan “active low” yang diumpankan ke mikrokontroler.

5. Mikrokontroler AT89S52 dengan instruksinya ternyata sudah dapat membuat alat-alat elektronik menjadi lebih sederhana.


(4)

50

5.2 Saran

1. Penulis berharap karya penulis ini dapat dikembangkan lebih jauh lagi sehingga menjadi alat uji yang handal dan mempunyai kemampuan uji untuk berbagai komponen.

2. Agar sistem atau rangkaian yang digunakan tidak terganggu, sebaiknya alat ni dikemas dalam bentuk yang lebih aman dan terlindung sehingga penggunaaannya lebih efektif.

3. Alangkah baiknya jika alat ini dimanfaatkan dan diisolasikan kegunaannya dikalangna mahasiswa, guna mengembangkan teknologi dan inovasi dikalangan mahasiswa.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Biocher, Richard. 2004. Dasar Elektronika. Yogyakarta: ANDI.

Budiharto, Widodo. 2005. Panduan Lengkap Belajar Mikrokontroler Perancangan

Sistem dan Aplikasi Mikrokontroler. Jakarta: PT Elex media komputindo.

Wollard, Barry. G. 2003. Elektronika Praktis. Terjemahan H Kristono. Jakarta: Pradnya Paramita.

http://uneg-unegku.blogspot.com/2006/06/IC-timer-555.html. Diakses tanggal 2 Mei, 2008.

http://www.atmel.com/literature. diakses tanggal 2 mei, 2008. http://www.national.com. Diakses tanggal 5 mei, 2008.

http://www.datasheetcatalog.com. Diakses tanggal 5 mei, 2008.


(6)